Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Karate merupakan olahraga beladiri yang dikenal dengan sangat baik di

Indonesia. Perkembangan beladiri yang berasal dari Jepang ini sangat

menakjubkan. Sejak awal tahun 1970-an hingga kini telah banyak berdiri

perkumpulan karate (dojo) yang berupaya membina atlet-atlet karate (karateka)

yang tangguh dan berbudi luhur. Dalam usaha memasyarakatkan cabang olahraga

karate pada Tahun 2017, pemerintah melalui Dinas Pendidikan dan Dinas

Olahragaan Kabupaten Minahasa telah mendirikan SMANKOR (SMA Negeri

Keberbakatan Olahraga).

Di Kecamatan Kawangkoan terdapat SMANKOR yang membina beberapa

cabang olahraga seperti: Bulutangkis, tenis meja, atletik, pencak silat dan karate.

Salah satu cabang olahraga yang giat melaksanakan pembinaan adalah cabang

olahraga karate. Pembinaan tersebut dilaksanakan melalui kegiatan latihan yang

dibina langsung oleh pelatih yang berkompeten dalam cabang olahraga karate.

Agar dapat berprestasi dalam cabang olahraga karate, tehnik dasar perlu

dikuasai dengan benar. Adapun tehnik dasar dalam cabang olahraga karate antara

lain: 1) Kihon (pondasi), 2) Kata (bentuk/pola), 3) Kumite (pertemuan tangan), 4)

Dachi (kuda-kuda), 5) Zuki (pukulan, 6) Geri (tendangan), 7) Uke (tangkisan)”.1

Dari tehnik dasar tersebut, tehnik dasar yang sering diandalkan oleh karateka dala

pertandingan adalah tehnik tendangan atau geri. Adapun tehnik tendangan atau
1
http://darigurupenjaskes.com 2 Mei 2019.

1
geri terdiri dari: Usiro geri (tendangan belakang), Yoko geri keange (tendangan

menggunakan kaki bagian samping, Yoko geri kekome (tendangan menggunakan

kaki bagian atas), Mawashi geri (tedangan menggunakan kaki bagian atas) dan

Mae geri (tendangan yang mengarah ke perut maupun kepala dengan arah ke

depan).2 Salah satu tehnik tendangan yang penting dalam memperoleh poin atau

angka adalah tendangan mawashi geri.

Menurut pengamatan penulis dalam kegiatan latihan maupun pertandingan

atlet SMANKOR Kawangkoan, sebagian besar mengandalkan tendangan lurus

(mae geri). Hal ini disebabkan karena tendangan mae geri mudah untuk dilakukan

dan atlet ragu dalam melakukan tendangan mawashi geri. Keraguan tersebut

kemungkinan disebabkan karena penguasaan tehnik tendangan mawashi geri dan

komponen kondisi fisik pada otot tungkai oleh atlet yang belum sempurna.

Agar tendangan mawashi geri dapat dilakukan dengan efisien dan efektif,

komponen kondisi fisik yang diduga dapat meningkatkan kemampuan tendangan,

perlu dilatih kepada atlet. Adapun komponen kondisi fisik yang penting dalam

cabang olahraga karate antara lain: Kekuatan, kelincahan, power, keseimbangan,

daya tahan, ketepatan, kecepatan dan kelentukan. Salah satu komponen kondisi

fisik yang penting dalam melakukan tendangan pada umumnya terlebih khusus

tendangan mawashi geri adalah komponen daya ledak otot tungkai.

Daya ledak otot tungkai penting dimiliki oleh karateka dalam melakukan

tendangan adalah untuk menghasilkan tendangan yang keras dan cepat. Jika

karateka memiliki daya ledak otot tungkai yang baik, maka dalam melakukan

tendangan, tidak lagi melakukan ancang-ancang dengan menarik kaki ke belakang


2
http://teknikkarate.blogspot.com 2 Mei 2019

2
sebelum melakukan tendangan, tetapi tetapi dengan gerakan lecutan sehingga

menghasilkan tendangan yang keras dan cepat sehingga akan menyulitkan lawan

menghindari tendangan tersebut serta menangkap kaki, sehingga dengan demikian

dalam usaha memperoleh poin adalah sangat mudah.

Persoalan yang dihadapi di SMANKOR Kawangkoan saat ini menurut

pengamatan penulis dalam saat latihan, pelatih hampir setiap latihan hanya

memberikan latihan teknik saja, dan mengenyampingkan latihan fisik dengan

menggunakan beban. Latihan fisik dengan menggunakan beban seperti barbell

serta ketler penting diberikan kepada atlet guna mengembangkan kekuatan,

kecepatan, daya tahan otot dan daya ledak otot. Namun yang menjadi kendala

adalah apakah pelatih mampu memilih bentuk latihan beban yang dapat

mengembangkan komponen-komponen tersebut, lebih khusus komponen daya

ledak otot tungkai.

Berdasarkan uraian-uraian tersebut di atas, penulis ingin mengkaji serta

menguraikan secara ilmiah tentang tehnik tendangan mawashi geri dan bentuk

latihan yang dapat meningkatkan kemampuan tendangan mawashi geri, sehingga

topik yang ingin diangkat untuk dijadikan penelitian adalah: Pengaruh latihan

daya ledak otot tungkai terhadap kemampuan tendangan mawashi geri dalam

cabang olahraga karate pada atlet SMANKOR Kawangkoan.

B. Identifikasi Masalah

3
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan diatas, maka

masalah dapat diidentifikasi sebagai berikut : Apakah masyarakat tertarik untuk

menekuni serta membina olahraga karate? Apakah atlet karate SMANKOR

mampu bersaing dengan atlet karate nasional? Apakah tehnik dasar penting

dikuasai oleh setiap karateka? Apakah tehnik dasar tendangan mawashi geri

penting dalam cabang olahraga karate? Apakah komponen kondisi fisik penting

dimiliki oleh atlet karate? Apakah daya ledak otot tungkai penting dalam

melakukan tendangan mawashi geri? Apakah latihan daya ledak otot tungkai

memberikan kontribusi positif dalam meningkatkan kemampuan tendangan

mawashi geri dalam cabang olahraga karate pada atlet SMANKOR kawangkoan?

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah maka dalam

penelitian ini hanya di batasi pada : Pengaruh latihan daya ledak otot tungkai

terhadap kemampuan tendangan mawashi geri dalam cabang olahraga karate pada

atlet SMANKOR Kawangkoan.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan

masalah, maka masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : Apakah

terdapat pengaruh latihan daya ledak otot tungkai terhadap kemampuan tendangan

mawashi geri dalam cabang olahraga karate pada atlet SMANKOR

Kawangkoan.?

4
E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk mengetahui pengaruh

latihan daya ledak otot tungkai terhadap kemampuan tendangan mawashi geri

dalam cabang olahraga karate pada atlet SMANKOR Kawangkoan.

F. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan masukan

untuk memperoleh konsep ilmiah dan menjadi bahan masukan untuk para pelatih

dalam melaksanakan atau membuat suatu program latihan serta menjadi bahan

perbandingan untuk penelitian selanjutnya khususnya dalam hal tehnik dasar

mawashi geri dan latihan daya ledak otot tungkai.

BAB II

LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN


HIPOTESA PENELITIAN

5
A. Landasan Teori

1. Hakikat Kemampuan Tendangan Mawashi Geri

Tendangan merupakan tehnik dan taktik serangan yang dipergunakan untuk

jarak jauh dan sedang dan mempergunakan tungkai sebagai komponen penyerang.

Tehnik-tehnik tendangan yang terdapat dalam karate pada prinsipnya dapat

dipergunakan untuk menyerang, namun sebagaimana halnya dengan pukulan tidak

semua tendangan dapat dipergunakan, harus berdasarkan pada efisisensi

pelaksanaan tehnik tendangan dan efekktifitas untuk memperoleh angka serta

keselamatan yang melakukan tendangan tersebut.

Mawasih artinya melingkar, geri artinya tendangan. Jadi mawashi geri

artinya adalah tendangan yang melingkar dari samping. Bagian kaki yang

dipukulkan adalah cusoku yaitu pangkal jari-jari kaki. Cara membentuknya adalah

dengan menaikan jari jemarinya ke atas sehingga pangkal jari-jari tersebut bisa

mengenai badan lawan”.3

Pendapat hampir sama dalam https://rahasia.mawashigeri.com dikatakan

bawah mawashi geri dapat diterjemahkan sebagai: “Tendangan berputar”.4

Mawashi geri dapat dieksekusi dari berbagai sikap dan ada beberapa metode

pelaksanaan yang tepat. Porsi pelaksanaannya yang selalu konsisten adalah bahwa

tendangan yang didksekusi ke dalam dan pada sudut yang mana saja yang sejajar

dengan lantai kearah 450 ke atas. Secara umum itu adalah tendangan lateral yang

menyerang dengan kaki.

3
https://kyokushinpemula.blogspot.com diakses pada 5 Mei 2019
4
https://rahasia.mawashigeri.com Thurshday, 14 May 2015

6
Gambar 1
Tendangan Mawashi Geri

Jika mawashi geri sedang dilakukan dengan kaki depan, kaki datang

langsung dari tanah, pindah ke posisi dengan lutut ditekuk ke belakang dan

menuju pada area target yang diinginkan pada lawan. Tanpa berhenti, kaki bagian

atas berputar ke dalam apapun sudut tendangan akan dilakukan dan akhirnya

tungkai bawah keluar untuk menyerang lawan dan kemudian segera kembali

masuk.

Jika tendangan sedang dilakukan dari kaki belakang, pilihan lain yang

tersedia yaitu angkat kaki mengarah ke samping dan seluruh tubuh berputar

sebagai ayunan lutut memutar ke depan. Rotasi gerakan tubuh dan lateral kaki

menambah momentum kaki bagian bawah, yang bergerak masuk dan keluar yang

sama seperti di atas.

Tehnik tendangan mawashi geri bisa dilakukan dengan bola kaki (koshi)

dengan punggung kaki (haisoku) dengan pergelangan kaki dan jari kaki

7
diperpanjang, dengan menggunakan tulang kering (sune) dengan menggunakan

otot lutut dalam pertarungan jarak dekat (momo)”.5

Karena jangkauan mawashi geri adalah melingkar maka tehnik tendangan

dapat lebih mudah digunakan dalam jarak dekat dan jarak menengah, bila

dibandingkan dengan tendangan dengan jalur linier seperti mae geri, ykoko geri

kekomi, yoko geri keage atau ushiro geri, maka tendangan mawashi geri yang

lebih efektif sebab kaki sepenuhnya diperpanjang.

Herman Kaus menegaskan bahwa: “Ketika pertarungan pada jarak dekat,

mawashi geri sebaiknya dilakukan dengan kaki depan atau yang disebut kizami

mawashi geri sementara pada jarak menengah baik kaki depan atau belakang

dapat digunakan, tergantung pada situasi”.6 Jika menendang dengan kaki depan,

maka harus geser ke depan dan lainnya sebagai kaki pendukung harus berada pada

kuda-kuda yang kuat, tetapi apabila melakukan dengan kaki belakang yang paling

sesuai adalah untuk menendang dari jarak jauh.

Tehnik Melakukan Mawashi Geri

 Persiapan

Kekuatan kuda-kuda kaki adalah penting dalam pelaksanaan yang tepat

dari tendangan ini. Pada posisi zenkutsu dachi (1) angkat kaki bagian belakang

dan sejajar dengan posisi tubuh dan tidak melampaui tubuh garis depan, tumit

kaki yang diangkat harus menyentuh bagian belakang paha, tubuh tegak serta lutut

kaki pndukung tegak lurus sementara kaki belakang yang diangkat dibengkokkan

kearah target serangan (2)


5
Mukhsin Sabeth. Karate Tradisional. Gramedia Jakarta, 2013. Hal. 12
6
Herman Kaus. Japan Karate Association. Nakayama Matoshi. Japan.
2001. Hal. 174.

8
Gambar 2
Gerakan Persiapan
 Memutar Pinggul

Untuk tendangan ini menjadi efektif, rotasi pinggul harus sangat cepat.

Ketika gerakan pinggul dimulai, kaki lecutkan dengan kecepatan maksimum.

Gerakan patah ini sangat penting dengan alasan menjaga keseimbangan yang baik,

mecegah lawan dari merebut kaki dan transmisigelombang kejut yang maksimal

kepada lawan. Kekuatan memcut dari tendangan ini tergantung pada kombinasi

memutar pinggul dan kaki pendukung harus tertanam kuat pada tanah, jika tidak

akan jatuh lebih lemah

9
Gambar 3
Memutar Pinggul

 Posisi Kembali

Gerakan kembali (menarik kaki setelah mengeksekusi) dilakukan pada

saat melakukan tendangan dan harus dikontrol dengan baik, bahwa kaki harus

ditempatkan menggantung kembali pada posisi zenkutsu dachi, lain halnya apabila

akan melakukan tendangan lanjutan.

10
Gambar 4

Posisi kembali

Dalam melakukan tendangan harus diperhatikan pola langkah, karena

gerak langkah adalah : “Tehnik perpindahan atau mengubah posisi disertai

kewaspadaan mental dan indera secara optimal untuk mendapatkan posisi yang

menguntungkan dalam rangka mendekati atau menjauhi lawan untuk kepentingan

serangan dan belaan. Dalam pelaksanaannya selalu dikombinasikan dengan sikap

tubuh dan sikap tangan”.7

Tendangan pada olahraga karate dapat dilakukan dengan beberapa bagian

dari kaki yang dijadikan sebagai media untuk melakukan serangan terhadap lawan

seperti ujung kaki, tumit dan telapak kaki. Bagian-bagian dari kaki tersebut yang

diarahkan ke sasaran pada tubuh lawan.

Menurut Subroto bahwa : “Serangan adalah tendangan pada suatu sasaran di

bagian tubuh lawan”.8 Pemilihan sasaran pada bagian tubuh lawan dalam

melakukan tendangan sangat ditentukan oleh pola pelaksanaan gerakan tendangan

7
FORKI. Peraturan Pertandingan Olahraga Karate Dan Perwasitan.
Jakarta. 2006. Hal. 24
8
Subroto. Kaidah-Kaidah Karate Seni Bela Diri. CV. Aneka. Solo. 1996.
Hal. 21

11
dan juga keadaan lawan. Seorang karateka harus dapat dengan cermat memilih

dan menggunakan tendangan yang sesuai dengan tuntutan yang dibutuhkan untuk

melakukan serangan.

Tendangan merupakan pola gerak yang memiliki karakteristik tertentu yang

melibatkan angota tubuh yaitu tungkai untuk dijadikan senjata dalam melancarkan

serangan ke sasaran tubuh lawan. Kemampuan jangkauan tendangan pada tubuh

lawan sangat menentukan untuk tercapainya tujuan tendangan tersebut, maka

potensi tubuh yaitu panjang tungkai dapat menjadi penentu tingkat kemampuan

tendangan dalam olahraga karate.

Menurut Putra bahwa: “Tendangan mawashi adalah tendangan samping

dimana lontaran yang menendang membentuk jalur melengkung seperti busur dari

luar ke dalam dengan sasaran yang ada di depan atau samping. Tendangan

mawashi geri menggunakan punggung kaki untuk mengenai sasaran seperti muka,

leher atau punggung”.9

2. Hakikat Latihan Daya Ledak Otot Tungkai

Daya ledak otot atau power adalah kemampuan kerja otot (usaha) dalam

satuan waktu (detik). Dalam http://www.powertungkai.com bahwa daya ledak

menyangkut kekuatan dan kecepatan kontraksi otot yang dinamis dan eksplosif

serta melibatkan penguluran kekuatan otot yang maksimal dalam waktu yang

secepat-cepatnya”.10

9
Putra. Validitas Dan Realibilitas Tes Tendangan Mawashi Geri Pada
Cabang Olahraga Karate-Do. Universitas Negeri Surabaya. 2015. Hal. 16
10
http://www.powertungkai.com. 28 Maret 2019

12
Pengertian daya ledak biasanya mengacu pada kemampuan seseorang

dalam melakukan kekuatan maksimal dengan usaha yang dikerahkan dalam waktu

yang sependek-pendeknya, daya ledak sering disebut juga eksplosif power atau

muscular power. Menurut Suharno bahwa: ”Daya ledak adalah kemampuan

sebuah otot atau sekelompok otot untuk mengatasi tekanan beban dengan

kekuatan dan kecepatan tinggi dalam satu gerakan yang utuh”.11 Menurut Sajoto

bahwa: ”Daya ledak otot (muscular power) adalah kemampuan seorang untuk

melakukan kekuatan maksimum dengan usaha yang dikerahkan dalam waktu yang

sependek-pendeknya”.12

Daya ledak otot tungkai merupakan faktor pendukung dalam kemampuan

tendangan mawashi geri bagi karateka. Semakin besar daya ledak otot tungkai

yang dimiliki oleh karateka maka akan semakin cepat dan kuat pula hasil

tendangan mawashi geri yang akan dicapai. Tendangan yang dilakukan dengan

cepat dan kuat akan dapat membuat lawan kesulitan untuk menghindari ataupun

menangkisnya.

Daya ledak ini ada yang membagi sesuai spesifikasinya atas : daya ledak

eksplosif (explosive power), daya ledak cepat (speed power), daya ledak kuat

(strenght power), dan daya ledak tahan lama (endurance power) Daya ledak

(power) ini adalah kerja yang dapat dilakukan dalam satu kesatuan waktu. Dalam

kepentingan olahraga, daya ledak yang dimaksud adalah daya ledak eksplosif

yang terdiri atas dua kelompok biomotorik, yakni unsur kekuatan (strenght) dan

kecepatan (speed).
Suharno. Metodologi Pelatihan. KONI Pusat. Jakarta. 2001. Hal.19
11

Mohammad Sajoto. Pembinaan Kondisi Fisik Dalam Olahraga. FPOK.


12

Semarang. 1988. Hal. 22

13
I Putu Gede Adiatmika menyatakan bahwa : “Daya ledak/power adalah

kemampuan seseorang untuk mempergunakan kemampuan maksimal yang

digerakkan dalam waktu yang singkat”13. Daya ledak otot sangat diperlukan untuk

meningkatkan prestasi hampir semua cabang olahraga. Namun harus diketahui

secara pasti penggunaan daya ledak otot itu sendiri. Karena setiap cabang

olahraga mempunyai sifat dan macam gerak yang berbeda.

Adapun otot- otot tungkai yang mempengaruhi daya ledak otot tungkai

adalah sebagai berikut :

Otot tensor fasia lata, Sartorius, rektus femoris, vastus medialis, vastus lateralis,

gastroknemius, peroneus longus, soleus, gluteus maximus, adductor, tendon

akhiles dan tendon extensor untukjari-jari.14

Gambar 5

Otot
Tungkai

13
I Putu Gede Adiatmika, Pemeriksaan Kesehatan Jasmani, Magister
Fisiologi Olahraga Universitas Udayana.Denpasar. 1998, Hal 18.
14
Evelyn C. Pearce. Anatoni Dan Fisiologi Untuk Paramedis. PT
Gramedia Jakarta, 1999.Hal. 114.

14
Berdasarkan definisi di atas dapat dikemukakan bahwa daya ledak otot

tungkai merupakan kemampuan otot atau sekelompok otot tungkai dalam

mengatasi tahanan beban atau dengan kecepatan tinggi dalam satu gerakan yang

utuh. Daya ledak otot tungkai untuk melakukan kerja atau gerakan secara

eksplosif yang melibatkan otot tungkai sebagai penggerak utama.

B. Kerangka Berpikir

Berdasarkan kajian teori yang telah di uraikan sebelumnya, maka dapat di

susun kerangka berpikir seperti berikut: Berprestasi dalam suatu cabang olahraga

sangat membutuhkan faktor-faktor pendukung yang menunjang kemampuan

seorang atlet untuk dapat meningkatkan kemampuannya dalam cabang olahraga

karate. Daya ledak otot tungkai merupakan salah satu komponen kondisi fisik

yang penting dalam olahraga karate khususnya dalam hal melakukan tendangan

mawashi geri. Seorang atlet karate yang memiliki daya ledak otot tungkai yang

baik dan maksimal, akan mampu melakukan tendangan yang cepat dan keras

sehingga akan memeperoleh angka dan datangnya tendangan tidak dapat

diantisipasi atau ditangkis lawan.

C. Perumusan Hipotesa Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir yang telah diuraikan di atas, maka hipotesa

dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : Terdapat pengaruh latihan

daya ledak otot tungkai dengan kemampuan tendangan mawashi geri dalam

cabang olahraga karate pada atlet SMANKOR Kawangkoan.

15
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian Secara Operasional

Secara operasional penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: Besarnya

pengaruh latihan daya ledak otot tungkai terhadap kemampuan tendangan

mawashi geri dalam cabang olahraga karate pada atlet SMANKOR SULUT.

B. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas : Latihan daya ledak otot tungkai

2. Variabel terikat : Kemampuan tendangan mawashi geri dalam cabang

olahraga karate

C. Definisi Operasional Variabel

Secara operasional penelitian ini dapat didefinisikan sebagai berikut :

Kemampuan tendangan mawashi geri dalam penelitian ini adalah skor

yang diperoleh melalui pengukuran kemampuan tendangan mawashi geri atlet

sebelum dan sesudah akibat latihan daya ledak otot tungkai selama 8 minggu Skor

diperoleh dengan melakukan tendangan mawashi geri pada samsak diam selama

16
30 detik. Jumlah tendangan dalam waktu tersebut merupakan skor kemampuan

tendangan mawashi geri atlet. Data berskala interval.

Latihan daya ledak otot tungkai dalam penelitian ini adalah bentuk-bentuk

latihan yang dapat meningkatkan daya ledak otot tungkai yang diduga

memberikan kontribusi positif terhadap kemampuan tendangan mawashi geri.

Adapun bentuk latihan yang diberikan kepada atlet adalah sebagai berikut :

Latihan melakukan tendangan mawashi pada samsak diam melakukan, melakukan

tendangan mawashi geri dengan ketler dan latihan jump to box dengan repetisi

disesuaikan dengan beban maksimal dan dilaksanakan dalam tiga set. Latihan

tersebut dilaksanakan selama delapan bulan dengan frekuensi tiga kali seminggu.

D. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen.

E. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada

rancangan eksperimental dengan menggunakan randomized control groups group

pre-test and post-test design.15 Dengan rancangan sebagai berikut :

15
Donal Ary, Cheser Lucy Jacobs and Rasavich Asyhar, Pengantar
Penelitian Dalam Pendidikan. Terjemahan Arief Furhan. Usaha Nasional
Surabaya. 1982. Hal. 356

17
Kelompok Pre-Test Treatment Post-Test

®A Y1 X Y2

®B Y1 - Y2

Ket :

R = Random

A = Kelompok Eksperimen

B = Kelompok Kontrol

Y1 = Tes awal untuk kedua kelompok

Y2 = Tes akhir untuk kedua kelompok

X = Perlakuan

F. Tempat dan Waktu Penelitian

18
Penelitian ini dilaksanakan di SMANKOR Kawangkoan. Waktu penelitian

selama delapan minggu dengan frekuensi latihan tiga kali pertemuan perminggu

setiap hari Senin, Rabu dan Jumat jam 15.30 – 17.30

G. Populasi dan Sampel

Populasi adalah atlet SMANKOR sebanyak 20 orang. Sampel dalam

penelitian ini sebanyak 18 orang. Kemudian ditentukan dengan cara ranking,

dibagi menjadi dua kelompok masing-masing 9 orang atlet untuk kelompok

kontrol dan 9 orang atlet untuk kelompok eksperimen.

Adapun tehnik pembagian kelompok ini berdasarkan hasil tes awal (skor

tes awal), tehnik pembagian ini dilakukan berdasarkan tehnik split half (belah

dua), dimana skor tes awal disusun dari skor yang tertinggi sampai skor terendah

kemudian diberi nomor urut. Untuk nomor ganjil dinyatakan sebagai Kelompok A

(kelompok eksperimen) dan nomor genap diyatakan sebagai Kelompok B

(kelompok kontrol)

H. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah : “Tes

Kemampuan Tendangan Dalam Olahraga Karate”.16

Bermanhot Simbolon. Latihan Dan Melatih Karateka II. RajaGrafindo


16

2018. Hal 22

19
Gambar 6

Instrumen Penelitian

I. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mengukur kemampuan tendangan (tes kemampuan tendangan)

Tujuan : Untuk mengukur kemampuan tendangan mawashi geri.

Instrumen : Tes Kemampuan Tendangan

Perlengkapan : Samsak diam (heavy bag), stop watch, sempritan, alat tulis.

Prosedur pelaksanan :

 Atlet berdiri di depan samsak dengan jarak sepanjang tungkai dengan posisi

kamaite

 Atlet melakukan tendangan mawashi geri pada sasaran selama 30 detik.

20
 Tendangan dilakukan setelah mendengar bunyi sempritan.

 Setiap atlet diberi kesempatan melakukan tes sebanyak tiga kali, dan jumlah

tendangan terbanyak dari tiga kali kesempaatan tersebut, merupakan hasil tes

kemampuan tendangan mawashi geri atlet.

J. Teknik Analisa Data

Untuk menguji hipotesis digunakan Uji t berdasarkan observasi dengan taraf

nyata  = 0,05 pola single group dengan rumus sebagai berikut :

X1 − X 2

to =
S
√ 1 1
+
n1 n 2

( n1 − 1 ) S1 2 + ( n1 − 1 ) S2 2
dimana : S2 = ( n1 + n2 − 2 ) 17

Ket :

X1 = Rata-rata kemampuan tendangan mawashi geri kelompok

eksperimen.

X2 = Rata-rata kemampuan tendangan mawashi geri kelompok kontrol.

Sd = Standar deviasi

n1 = Jumlah sampel eksperimen

17
Sudjana. Metode Statistik, Tarsito Bandung 1986. Hal 87

21
n2 = Jumlah sampel kelompok kontrol

Hipotesa Statistik adalah sebagai berikut :

Terima Ho jika : t0 ≤ tt ( α : 0,05 ; dk = n1 + n2 - 2)

Tolak Ho jika t0 > tt ( α : 0,05 ; dk = n1 + n2 - 2)

Sebelum dilakukan uji t, didahului dengan uji persyaratan analisis yaitu :

Uji Normalitas.

22

Anda mungkin juga menyukai