PENDAHULUAN
1
untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan
motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, dan sikap sportif,
kecerdasan emosi. Lingkungan belajar diatur seksama untuk meningkatkan
pertumbuhan dan perkembangan seluruh ranah, jasmani, psikomotor, kognitif,
dan afektif setiap siswa.Ada beberapa jenis cabang olahraga salah satu nya
pencak silat
2
pukulan.
3
tungkai yang di harapkan juga meningkatkan kemampuan tendangan
depan/tendangan A salah satunya menggunakan metode latihan pliometrik squat
jump dan split jump. M. Fuqon dan Muchsin Doewes (2002 : 12} menjelaskan
bahwa latihan pliometrik di rancang untuk menggerakkan otot pinggul dan
tungkai, dan gerakan otot khusus yang di pengaruhi oleh bounding, hopping,
jumping, leapping, skipping, ricochet. Berdasarkan pendapat tersebut
menunjukkan bahwa latihan pliometrik merupakan metode latihan yang bisa
berpengaruh bahkan meningkatkan eksplosif dan kekuatan otot bagian tungkai
sehingga berdampak kepada peningkatan kemampuan tendangan
depan/tendangan A.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
Mengacu pada rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui pengaruh Latihan split terhadap kecepatan tendangan A cobra
dalam pencak silat
D. Identifikasi Masalah
Berdasarkan yang telah di uraikan pada latar belakang masalah, maka
dapat di identifikasi beberapa masalah yaitu sebagai berikut :
4
Nusa
6. Belum di ketahui pengaruh metode latihan Split terhadap kecepatan
tendangan depan atau tendangan A cobra pesilat putra Perguruan Pagar
Nusa
BAB II
5
dengan kebudayaan melayu. Di Indonesia terdapat lebih dari 800 perguruan pencak
silat yang terdapat di beberapa daerah sesuai dengan adat istiadat setempat (Agung
Nugroho, 2001: 4).
Pencak silat merupakan sistem bela diri yang diwariskan oleh nenek moyang
sebagai warisan budaya bangsa Indonesia sehingga perlu dilestarikan, dibina, dan
dikembangkan (Erwin Setyo Kriswanto, 2015: 13).
Di Indonesia, IPSI (Ikatan Pencak Silat Indonesia) adalah organisasi induk
resmi yang menaungi perguruan-perguran pencak silat di Indonesia, yang didirikan
pada tanggal 18 Mei 1948. IPSI didirikan oleh 10 perguruan yang memberikan andil
besar dalam upaya menyatukan perguruan-perguruan di Indonesia dalam sebuah
ikatan organisasi. Kesepuluh perguruan ini diberi penghormatan dengan disebut
sebagai 10 perguruan historis IPSI. 10 perguruan ini adalah KPS Nusantara, Perisai
Diri, Tapak Suci, Phasadja Mataram, Perpi Harimurti, Perisai Putih, Putra Betawi,
Setia Hati, Setia Hati Terate, Pagar Nusa dan PPSI.
2. Teknik Dasar Pencak Silat
Pada zaman dahulu, teknik dan jurus pencak silat diciptakan dari hasil
pengamatan lingkungan sekitar sehingga membentuk pola gerak yang mirip dengan
kondisi alam sekitarnya, misalnya dari hasil mengamati binatang yang sedang
berkelahi (Mulyono, 2013: 111). Namun seiring berkembangnya zaman, pencak
silat terutama sebagai beladiri memiliki teknik-teknik dasar atau fundamental.
Menurut Agung Nugroho (2001: 103) teknik dasar adalah fondamen dimana
gerakan-gerakan itu masih mudah dan sederhana. Berkaitan dengan keterampilan
dasar, maka dalam pencak silat ada beberapa teknik dasar. Berikut ini adalah teknik-
teknik dasar pencak silat:
1. Kuda – Kuda
Kuda-kuda adalah suatu posisi uang menjadi tumpuan untuk melakukan
sikap pasang, teknik-teknik serangan, dan teknik pembelaan diri (Erwin Setyo
Kriswanto, 2015: 43).
Kuda-kuda adalah teknik yang memperlihatkan sikap dari kedua kaki
6
dalam keadaan statis. Teknik ini digunakan untuk mendukung sikap pasang
pencak silat. Kuda-kuda juga digunakan sebagai latihan dasar pencak silat untuk
memperkuat otot-otot kaki. Otot yang dominan dalam melakukan kuda-kuda
adalah quadriceps femoris dan hamstring (Johansyah Lubis, 2004: 18).
Kuda-kuda adalah posisi kaki tertentu sebagai dasar tumpuan untuk
melakukan sikap dan gerak serang bela (Mulyono, 2013: 113).
Dari beberapa pendapat di atas disimpulkan bahwa kuda-kuda adalah
sikap dasar sebagai tumpuan dalam melakukan gerakan lain: seperti sikap
pasang, serangan, belaan, dll.
2. Sikap Pasang
Sikap pasang adalah teknik berposisi siap tempur optimal dalam
menghadapi lawan yang dilaksanakan secara taktis dan efektif (Mulyono, 2013:
114). Sikap pasang atau pasangan adalah sikap standar atau sikap permulaan
untuk menghadapi lawan, yang bisa berpola menyerang atau menyambut (Joko
Subroto, 1996: 13).
Sikap pasang adalah teknik berposisi siap tempur optimal dalam
menghadapi lawan yang dilaksanakan secara taktis dan efektif (Mulyono, 2013:
114). Sikap pasang atau pasangan adalah sikap standar atau sikap permulaan
untuk menghadapi lawan, yang bisa berpola menyerang atau menyambut (Joko
Subroto, 1996: 13).
Dari pengertian yang dikemukakan para ahli di atas, dapat disimpulkan
bahwa sikap pasang adalah sikap permulaan atau sikap siap untuk menghadapi
lawan.
3. Pola Langkah
Langkah merupakan teknik gerak kaki dalam pemindahan dan
pengubahan posisi untuk mendekati atau menjauhi lawan guna mendapatkan
posisi yang lebih baik atau menguntungkan yang dikobinasikan dan
dikoordinasikan dengan sikap tubuh dan sikap tangan (Johansyah Lubis, 2004:
24).
Sedangkan menurut Mulyono (2013: 116) yang menyebutkan dengan
7
gerak langkah, adalah teknik pemindahan atau perubahan posisi disertai
kewaspadaan mental dan indera secara optimal untuk mendapatkan posisi yang
menguntungkan dalam rangka mendekati atau menjauhi lawan untuk
kepentingan serangan dan belaan. Erwin Setyo Kriswanto (2015: 56)
mengemukakan bahwa langkah adalah perubahan injakan kaki dari satu tempat
ke tempat yang lain.
Langkah adalah perpindahan atau gerak kaki dari satu tempat ke
tempat lain untuk mendekati atau menjauhi lawan yang memiliki pola- pola
tertentu.
4. Belaan
Membela adalah menggerakkan anggota tubuh dari arah lintasan
serangan lawan atau mengalihkan serangan lawan hingga tidak mengenai
tubuh/anggota tubuh (Erwin Setyo Kriswanto, 2015: 77).
Belaan adalah upaya untuk mengagalkan serangan, yang terdiri dari dua
macam yaitu tangkisan dan hindaran. Tangkisan adalah suatu teknik belaan
untuk mengagaglkan serangan lawan dengan melakukan tindakan menahan
serangan lawan dengan tangan, kaki, dan tubuh. Hindaran adalah suatu teknik
mengagalkan serangan lawan yang dilakukan tanpa menyentuh tubuh lawan
(alat serang) (Johansyah Lubis, 2004: 28).
8
Menurut Johansyah Lubis (2004: 28), serangan terdiri dari dua jenis,
yaitu serangan tangan dan serangan kaki. Serangan tangan terdiri dari beberapa
jenis seperti: pukulan depan, pukulan samping, pukulan sangkol, pukulan
lingkar, tabasan, tebangan, sangga, tamparan, kepret, tusukan, totokan,
patukan, cengkraman, gentusan, sikuan, dan dobrakan. Serangan tungkai dan
kaki, terdiri dari tendangan (tendangan lurus, tusuk, kepret, jejag, gajul,
tendangan T/samping, dll), sapuan, dan dengkulan.
6. Tangkapan
9
adalah teknik yang diawali atau menggunakan tangkapan untuk membuat
lawan tidak berdaya.
8. Jatuhan
Jatuhan adalah teknik dan taktik serangan pada jarak jangkau jauh dan
sedang yang dilaksanakan dengan menggunakan tungkai atau kaki untuk
menjatuhkan lawan (Erwin Setyo Kriswanto, 2015: 104).
Menurut Agung Nugroho (2001: 19) jatuhan adalah adalah usaha
menjatuhkan lawan sebagai tindakan lanjut dari tangkapan, jatuhan terdiri
dari dua macam, yaitu langsung dan tidak langsung. Jatuhan langsung yaitu
menhilangkan tumpuan badan lawan dengan cara: sapuan,
Pasal 1 Pengertian
setiap kategori
10
1. Kategori TANDING adalah :
Kategori yang menampilkan 2 (dua) orang Pesilat dari tim yang sama,
memperagakan kemahiran dan kekayaan teknik jurus serang bela yang
dimiliki. Gerakan serang bela ditampilkan secara terencana, efektif, estetis,
mantap dan logis dalam sejumlah rangkaian seri yang teratur, yang dimulai
dari tangan kosong dan dilanjutkan dengan bersenjata, serta tunduk kepada
ketentuan dan peraturan yang berlaku untuk kategori Ganda.
Kategori yang menampilkan 3 ( tiga ) orang Pesilat dari tim yang sama
memperagakan kemahirannya dalam Jurus Regu Baku secara benar, tepat,
mantap, penuh penjiwaan dan kompak dengan tangan kosong serta tunduk
kepada ketentuan dan peraturan yang berlaku untuk kategori Regu.
11
Pasal 2
Penggolongan Pertandingan dan Ketentuan Tentang Umur, Jenis
kelamin dan Berat Badan
12
1. Tidak ada toleransi berat badan
2. Penimbangan dilakukan 15 ( lima belas) menit sebelum pesilat
yang bersangkutan mengikuti pertandingan sesuai dengan jadual
yang ditentukan.
3. Untuk penimbangan, pesilat harus berpakaian Pencak Silat yang
digunakan untuk bertanding, kering, tanpa sabuk, tanpa pelindung
kemaluan atau segala jenis pelindung sendi.
4. Pesilat yang tidak dapat memenuhi ketentuan berat badan dalam
penimbangan menurut kelas yang diikutinya, dikenakan sanksi
diskualifikasi.
5. Setiap kali atlit bertanding, harus dilakukan penimbangan (hanya
dilakukan satu kali naik di penimbangan) dan wajib disaksikan oleh
kedua official teknik dan seorang wasit-juri yang bertugas
( ditunjuk oleh Dewan Wasit Juri ).
6. Petugas penimbangan dan kedua official tim wajib menandatangani
format hasil penimbangan, yang telah disediakan oleh Panitia
Pelaksana. Apabila salah satu tim official tidak menanda-tangani
maka penimbangan dinyatakan tetap sah.
7. Petugas penimbangan ditunjuk dan ditugaskan oleh panitia.
5. Pemeriksaan Keterangan Kesehatan.
1. Setiap peserta harus membawa surat keterangan sehat yang sah
yaitu surat keterangan sehat yang dikeluarkan oleh dokter dari
instansi Rumah Sakit yang berwenang, maksimal 1 bulan sebelum
hari pertama pertandingan dimulai berlaku untuk semua kategori.
2. Apabila sebelum penimbangan dimulai pesilat tidak dapat
menunjukkan surat keterangan kesehatan akan dikenakan
diskualifikasi. Panitia dapat merekomendasikan dokter/ rumah sakit
tertentu untuk dilakukan check kesehatan di Daerah tersebut
dengan biaya di tanggung tim yang bersangkutan.
13
4. Sarana Dan Prasarana Pencak Silat
a. Lapangan
6. Lapangan atau gelanggang dapat dilantai atau di panggung dan dilapisi
matras standar PERSILAT dengan ketebalan antara 2,5 (dua koma lima)
cm sampai 5 (lima) cm,
permukaan rata-rata tidak memantul, boleh ditutup dengan alas yang tidak
licin, berukuran 10 m x 10 m dengan warna dasar hijau terang dan garis bewarna
putih sesuai dengan keperluannya, disediakan oleh komite pelaksana dengan
penjelasan sebagai berikut :
Untuk kategori tanding, gelanggang pertandingan terdiri :
14
20180825kepala-pelatih-optimis-pencak-silat_20180825_084735
b. Perlengkapan Pertandingan
1) Perlengkapan Gelanggang
Pakaian menggunakan pakain pencak silat warna hitam sabuk putih, bedge
IPSI disebelah kiri. Pelindung badan (body protector) warna hitam sesuai standar
IPSI pesilat putra menggunakan pelindung kemaluan (genetile potector) Gum shil
(pelindung gigi).
a) Pelindung badan (body protector)
Body protector berfungsi sebagai pelindung bagian tubuh yang vital saat
terjadi kecelakaan untuk meminimalisir dampak kerusakan yang terjadi pada tubuh.
15
id-11134207-7qukz-leuk0ec8so5975
b) Pelindung kemaluan (genetile potector)
b0061d57f014d1bbfc61254232f75df9
16
bagian dalam mulut kita, gumshield mempunyai manfaat yang jauh lebih didalam
setiap pertandingan.
265e1308f0aa18a8a056015eb9082845
c. Waktu Pertandingan
B. Hakikat latihan
A. Pengertian Tendangan
17
terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Dari kutipan di atas dapat dinyatakan bahwa pencak silat merupakan seni
beladiri yang berasal dari Indonesia yang telah diwariskan oleh nenek moyang
kita.selain itu pencak silat telah digunakan selabagai alat beladiri, pemeliharaan
kebugaran jasmani, mewujudkan rasa estetika, dan menyalurkan aspirasi spiritual
manusia.
Menurut Kriswanto (2015:71) dalam pencak silat, serangan dapat juga
dilakukan dengan mengunakan tungkai. Serangan tungkai lebih di kenal dengan
tendangan. Berikut adalah tekhnik dasar tendangan yang membutuhkan kekuatan
dan kecepatan:tendangan lurus, tendangan jejag, tendangan T, tendangan belakang,
tendangan sabit.
Dari kutipan di atas dapat disimpulakan bahwa serangan pencak silat bergam
dapat menggunkan seluruh anggota tubuh sebagai serangan. Contohnya seperti
tendangan sabit yang membutuhkan kekuatan dan kecepatan untuk melakukan
tendangan tersebut.
Dari berbagai teknik dasar tendangan yang dijelaskan di atas tendangan sabit
merupakan salah satu teknik dasar yang memegang peranan sangat penting dalam
pertandingan olahraga pencak silat. serangan ini lebih efektif dilakukan karena
memiliki kekuatan dan kecepatan yang lebih besar dan jangkauan lebih jauh.
B. Prisip – Prinsip Tendangan Tendangan Depan Atau A Cobra
18
yang bersumbu pada lutut oleh perputaran pinggang dan dorongan pinggul untuk
menambah kecepatan tendangan agar sulit ditangkap.
Menurut Mulyana (2013:86) menyebutkan bahwa pencak silat adalah hasil
budaya manusia Indonesia untuk membela, mempertahankan eksistensi
(kemandiriannya), dan integritasnya (manunggal) terhadap lingkungan hidup atau
alam sekitarnya untuk mencapai keselarasan hidup guna meninggkatkan ketakwaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Dari kutipan di atas dapat dinyatakan bahwa pencak silat merupakan seni
beladiri yang berasal dari Indonesia yang telah diwariskan oleh nenek moyang
kita.selain itu pencak silat telah digunakan selabagai alat beladiri, pemeliharaan
kebugaran jasmani, mewujudkan rasa estetika, dan menyalurkan aspirasi spiritual
manusia.
Menurut Kriswanto (2015:71) dalam pencak silat, serangan dapat juga
dilakukan dengan mengunakan tungkai. Serangan tungkai lebih di kenal dengan
tendangan. Berikut adalah tekhnik dasar tendangan yang membutuhkan kekuatan
dan kecepatan:tendangan lurus, tendangan jejag, tendangan T, tendangan belakang,
tendangan sabit.
Dari kutipan di atas dapat disimpulakan bahwa serangan pencak silat bergam
dapat menggunkan seluruh anggota tubuh sebagai serangan. Contohnya seperti
tendangan sabit yang membutuhkan kekuatan dan kecepatan untuk melakukan
tendangan tersebut.
Dari berbagai teknik dasar tendangan yang dijelaskan di atas tendangan sabit
merupakan salah satu teknik dasar yang memegang peranan sangat penting dalam
pertandingan olahraga pencak silat. serangan ini lebih efektif dilakukan karena
memiliki kekuatan dan kecepatan yang lebih besar dan jangkauan lebih jauh.
C. Prisip – Prinsip Tendangan Tendangan Depan Atau A Cobra
19
menghadap ke sasaran. Menurut Yunita (2010:17) “Tendangan depan
merupakan salah satu jenis tendangan yang banyak digunakan untuk
melakukan serangan dalam pencak silat”. Tendangan depan lebih mudah
mengenai sasaran, karena lintasannya lurus ke depan dan perkenaannya pada
ujung telapak kaki, sehingga tendangan depan dapat bergerak cepat dan sulit
ditangkap lawan. Gerakan tendangan depan merupakan gerakan frontal atau
depan, merupakan bentuk serangan yang cukup efektif untuk memperoleh nilai
atau point dalam pencak silat.
Tendangan merupakan salah satu jenis serangan dalam pencak silat. Serangan
dipandang sebagai alat dalam kontak yang berkaitan dan terpadu dalam pembelaan
diri, serangan dapat dibagi jenisnya berdasarkan alat yang di gunakan untuk
melakukan serangan dan berdasarkan kegunaannya dibagi menjadi dua yaitu
serangan lengan atau tangan yang lazim disebut pukulan dan serangan kaki atau
tungkai yang lazim disebut tendangan. Berdasarkan uraian diatas dapat dikemukakan
bahwa, tendangan merupakan serangan dengan menggunakan tungkai dan kaki di
dalam pencak silat, yang bertujuan untuk meraih point dan menjatuhkan lawan
dalam suatu pertandingan pencak silat.
Menurut Lubis dan wardoyo (2014:36) “tendangan lurus, serangan yang
menggunakan sebelah kaki dan tungkai, lintasannya kearah depan dengan posisi
badan menghadap ke depan, dengan kenaannya pangkal jari-jari kaki bagian dalam,
dengan sasaran ulu hati dan dagu”. Tendangan depan dilakukan dengan mudah
mengenai sasaran, oleh karena itu tendangan depan cukup efektif untuk menyerang
lawan. Setiap pesilat harus mempunyai kecepatan dalam melakukan tendangan,
khususnya melakukan tendangan depan dengan baik. Untuk meningkatkan prestasi
yang dicapai, para pesilat harus dilatih teknik tendangan depan secara intensif. Untuk
meningkatkan kecepatan tendangan yang dimiliki, diperlukan program latihan yang
tepat dengan memperhatikan unsur-unsur yang mempengaruhi kecepatan tendangan
depan tersebut. Dalam upaya menyusun program latihan untuk prestasi harus
memperhatikan 4 aspek utama pencak silat. Menurut Lesmana (2012:1) “meliputi :
(1) Aspek pembinaan mental dan spiritual, (2) aspek kemahiran ilmu beladiri, (3)
20
aspek seni dan budaya dan (4) aspek olahraga”. Keempat aspek tersebut harus dilatih
dengan cara dan metode yang benar agar setiap aspek dapat berkembang secara
maksimal
C. Kerangka Berfikir
21
baik pula kecepatan tendangan sabit pada atlet yang mengikuti kegiatan pencak silat
pagar nusa di pondok pesantren salafiah darul barokah.
D. Hipotensis
Hipotesis adalah pernyataan yang masih lemah posisinya, maka dari itu masih
perlu pembuktian keabsahannya atau kebenarannya. Jadi, hipotesis masih perlu
diadakan pengujian atas kebenarannya.
1 Ada pengaruh latihan pliometrik split terhadap kecepatan tendangan depan pesilat
putra Perguruan Pagar Nusa U 15-19 di Pondok Pesantren Salafiah Darul
Barokah.
2 Tidak ada pengaruh tanpa latihan pliometrik split terhadap kecepatan tendangan
depan pesilat putra Perguruan Pagar Nusa U 15-19 di Pondok Pesantren Darul
Barokah.
3 Ada perbedaan pengaruh latihan pliometrik split dan tanpa latihan split terhadap
kecepatan tendangan depan pesilat putra Perguruan Pagar Nusa U 15-19 di
Pondok Pesantren Darul Barokah.
BAB 3
22
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang di pakai dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif
yang menggunakan pretest and posttest group. Desain dan penelitian ini adalah
semua proses yang di perlukan di dalam merencanakan dan melaksanakan penelitian
(Moh. Nasir, 2009 : 84).
penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, karena dalam penelitian ini
memiliki terdapat beberapa kecenderungan karakteristik pendekatan kuantitatif.
Sugiono (2010 : 14) menjelaskan bahwa metode penelitian dengan pendekatan
kuantitatif dapat di definisikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan kepada
filsafat positivisme, di gunakan untuk penelitian pada populasi atau sampel tertentu,
teknik pengambilan sampel di lakukan secara total, pengumpulan data menggunakan
instrumen penelitian, analis data secara kuantitatif/statistik dengan bertujuan untuk
menguji hipotesis yang telah di tetapkan.
23
Rencana penelitian
Uraian Pelaksanaan bulan/minggu
No kegiatan Mei Juni Juli
1 Pemberitahuan
pihak pondok √
pesantren
2 Koordinasi
√
dengan pelatih
3 Observasi √
4 Pelaksanaan
penelitian
√ √ √ √
dan
pengumpulan
Data
5 Penyusunan
√ √ √ √
Laporan
Sumber : peneliti (2020)
1. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi pada variabel yang lain.
2. Variabel terikat adalah variabel yang di pengaruhi oleh variabel yang lain.
24
Variabel pada penelitian ini yaitu: Meningkatkan kecepatan tendangan depan.
D. Sempel
Menurut Sugiyono (2010 : 62), sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik
yang dimiliki oleh populasi tersebut. Dengan demikian, sampel yang terpilih
merupakan bagian dari populasi dan dianggap dapat mewakili dari keseluruhan
populasi tersebut. Penentuan sampel penelitian haruslah representatif, maksudnya
dapat mencerminkan dari seluruh karakteristik yang terdapat pada populasi. Teknik
pengambilan pada penelitian ini menggunakan teknik, Menurut Sugiyono (2003 : 74-
78). “Sampling adalah teknik pengambilan sample”. Menurut Sugiyono yaitu:
Random Sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana semua individu dalam
populasi baik secara sendiri-sendiri atau bersama-sama diberi kesempatan yang sama
untuk dipilih sebagai anggota sampel. Dengan jumlah 10 orang.
E. Populasi
Populasi penelitian merupakan sekumpulan objek yang ditentukan melalui
suatu kriteria tertentu yang akan dikategorikan ke dalam objek tersebut bisa termasuk
orang, dokumen orang catatan yang di pandang sebagai objek penelitian. Menurut
Sugiyono (2012 : 115), pengertian populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri
atas: objek ataSu subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa putra Perguruan pencak silat
Pagar Nusa Pondok Pesantren Darul Barokah.
25
26
27
28
29
30
31