Anda di halaman 1dari 31

PENGARUH LATIHAN SPLIT TERHADAP PENINGKATAN

KECEPATAN TENDANGAN A COBRA DALAM PENCAK


SILAT

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana


belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi diri nya untuk memiliki kekuatan seperitual
keagamaan, pengendalian diri, kepripadian, kecerdasan, akhlak mulia serta
keterampilan yang diperlukan dirinya dan Masyarakat. Pendidikan merupakan
usaha secara sadar untuk mewujudkan sesuatu pewarisan budaya dari satu
generasi ke generasi yang lain. Pendidikan menjadikan generasi ini sebagai
sosok panutan dari pengajaran generasi yang terdahulu. Sampai sekarang ini,
pendidikan tidak mempunyai batasan untuk menjelaskan arti pendidikan secara
lengkap karena sifatnya yang kompleks seperti sasarannya yaitu manusia. Ilmu
pendidikan merupakan kelanjutan dari pendidikan. Ilmu pendidikan lebih
berhubungan dengan teori pendidikan yang mengutamakan pemikiran ilmiah.

Pendidikan jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian integral


dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek
kebugaran jasmani, keterampilan gerak, ketrampilan berfikir kritis,
keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek
pola hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani,
olahraga dan kesehatan terpilih yang direncanakan secara sistematis dalam
rangka mencapai pendidikan nasional. (Depdiknas 2006: 131). Menurut
Wawan S. Suherman (2004: 23) Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan
adalah suatu proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang didesain

1
untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan
motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, dan sikap sportif,
kecerdasan emosi. Lingkungan belajar diatur seksama untuk meningkatkan
pertumbuhan dan perkembangan seluruh ranah, jasmani, psikomotor, kognitif,
dan afektif setiap siswa.Ada beberapa jenis cabang olahraga salah satu nya
pencak silat

Pencak silat merupakan salah satu bentuk kebudayaan warisan nenek


moyang bangsa Indonesia. Pencak silat adalah sistem pembelaan diri yang
memiliki gerakan-gerakan yang unit melibatkan semua komponen tubuh
manusia (Sumantri, Sulaiman, & Nasuka, 2016). Wongsonegoro ketua IPSI ke-
1 mengatakan bahwa pencak silat adalah gerakan beladiri yang dikemas dalam
bentuk tari, dan berirama yang tetap menjunjung kesopanan, dan bisa
dipertunjukan kepada masyarakat umum (Hartoyo, 2015; Mulyana, 2014).
Menurut Sudrajat Usli Lingling, dkk, (2008), teknik dasar merupakan
keterampilan-keterampilan pokok yang harus di kuasai untuk dapat berprestasi
setinggi-tingginya. Secara garis besar teknik di dalam pencak silat yaitu
pukulan, tendangan, jatuhan, kuncian, elakan, sapuan, guntingan dan pola
langkah. Salah satu teknik yang sering dan efektif di gunakan untuk serangan
memperoleh point di dalam sebuah pertandingan pencak silat adalah tendangan
Tendangan yang di lakukan seorang pesilat haruslah cepat dan keras agar tidak
bisa di elak ataupun di tangkap, selain itu tendangan yang cepat dan keras juga
memudahkan seorang pesilat untuk mendapatkan point dari lawanya sehingga
menjadi penentu kemenangan dalam suatu pertandingan. Dalam olahraga bela
diri pencak silat ada macam-macam tendangan yang sering di lakukan saat
pertandingan yaitu tendangan samping/sabit, tendangan T, tendangan cobra,
tendangan belakang dan tendangan depan/tendangan A. Teknik dasar
tendangan depan/tendangan A adalah teknik serangan yang sering di gunakan
oleh seorang pesilat untuk mendapatkan point saat pertandingan karena mudah
menjangkau sasaran dan efektif untuk menjuhkan lawan serta lebih banyak
mendapatkan poin di bandingkan dengan teknik serangan menggunakan

2
pukulan.

Pencak silat sebagai beladiri mempunyai ciri-ciri umum menggunakan


seluruh bagian tubuh dan anggota badan sebagai alat pembelaan diri, dapat
dilakukan dengan tangan kosong atau menggunkan senjata (Muhtar, 2020).
Gerak Dasar pencak silat adalah suatu gerak terencana, terarah, terkendali, dan
tekoodinasi, yang mempunyai empat aspek sebagai suatu kesatuan yaitu aspek
mental spiritual, bela diri, olahraga an seni (Kholis, 2016; Spyanawati &
Mudariani, 2015). Seorang pesilat saat bertanding dituntut menampilkan sikap
pasang, pola langkah dengan keseimbangan, beberapa teknik serangan dan
elakan yang kemudian kembali ke sikap pasang salah satu teknik dalam beladiri
pencak silat yaitu serangan dengan menggunakan kaki atau sering disebut
tendangan. Tendangan merupakan serangan yang menghasilkan poin lebih
banyak jika dibandingkan dengan pukulan, apabila berhasil mengenai lawan
dengan bersih. Terdapat beberapa jenis tendangan dalam pencak silat,
diantaranya adalah tendangan lurus, tendangan sabit dan tendangan samping
dan tendangan belakang. (Marlianto, Yarman, Sutisyana, & Defliyanto, 2018;
Marlianto & Yarmani, 2018; Nugraha, 2014; Yarmani & Japriansyah, 2017).
Tendangan lurus merupakan tendangan termudah pelaksanaannya. Banyak
perguruan pencak silat bahkan aliran- aliran beladiri lain, menempatkan
tendangan lurus sebagai teknik yang dikenalkan dengan siswa-siswa baru. Prinsip
kerja tendangan lurus memang sederhana, yakni melemparkan tungkai kedepan,
setelah terlebih dahulu mengangkat lutut setinggi sasaran. Lubis (2014 : 26)
tendangan lurus adalah serangan yang menggunakan salah satu kaki tungkai,
lintasannya lurus kearah depan dengan posisi badan menghadap kedepan, dengan
kenaannya pangkal jari-jari kaki bagian dalam, dengan sasaran ulu hati.Untuk
memperoleh peningkatan tendangan depan atau tendangan A cobra yang
eksplosif (meledak dalam suatu gerakan) tentu harus di ikuti dengan metode
latihan peningkatan kekuatan otot bagian tungkai secara rutin dan terprogram,
maka seorang pelatih di tuntut harus lebih cermat dan tepat dalam menentukan
suatu metode dan program latihan. Upaya meningkatkan kekuatan otot bagian

3
tungkai yang di harapkan juga meningkatkan kemampuan tendangan
depan/tendangan A salah satunya menggunakan metode latihan pliometrik squat
jump dan split jump. M. Fuqon dan Muchsin Doewes (2002 : 12} menjelaskan
bahwa latihan pliometrik di rancang untuk menggerakkan otot pinggul dan
tungkai, dan gerakan otot khusus yang di pengaruhi oleh bounding, hopping,
jumping, leapping, skipping, ricochet. Berdasarkan pendapat tersebut
menunjukkan bahwa latihan pliometrik merupakan metode latihan yang bisa
berpengaruh bahkan meningkatkan eksplosif dan kekuatan otot bagian tungkai
sehingga berdampak kepada peningkatan kemampuan tendangan
depan/tendangan A.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas rumusan masalah yang di


teliti ,yaitu “Bagaimana pengaruh Latihan split terhadap peningkatan kecepatan
tendangan A cobra dalam pencak silat”

C. Tujuan Penelitian

Mengacu pada rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui pengaruh Latihan split terhadap kecepatan tendangan A cobra
dalam pencak silat
D. Identifikasi Masalah
Berdasarkan yang telah di uraikan pada latar belakang masalah, maka
dapat di identifikasi beberapa masalah yaitu sebagai berikut :

1. Kurangnya jam latihan pada pesilat putra Perguruan Pagar Nusa


2. Latihan pesilat putra Perguruan Pagar Nusa hanya di tekankan pada
penguasaan teknik dasar
3. Metode Latihan yang kurang terprogram
4. Kurangnya sarana dan prasarana untuk menunjang latihan
5. Rendahnya kecepatan tendangan depan pesilat putra Perguruan Pagar

4
Nusa
6. Belum di ketahui pengaruh metode latihan Split terhadap kecepatan
tendangan depan atau tendangan A cobra pesilat putra Perguruan Pagar
Nusa

BAB II

A. Hakikat Pencak Silat

Hampir semua daerah di Indonesia terdapat perguruan-perguruan pencak


silat dengan ciri khas dan alirannya masing-masing. Pencak silat memiliki berbagai
nama sesuai daerah masing-masing seperti bersilat, silek, gayong, cekak, dll. Di
Indonesia, pencak silat adalah sebuah budaya dan tradisi warisan turun temurun dari
nenek moyang.
Pencak silat adalah bela diri tradisional, namun memiliki teknik-teknik yang
sangat mematikan. Walaupun pencak silat adalah bela diri tradisional, akan tetapi
sejak lama pencak silat sudah mendunia. Eksistensi perguran- perguruan pencak
silat Indonesia yang ada di luar negeri menjadi bukti. Kejuaraan-kejuaraan
internasional pun juga telah lama digelar antara lain pada ajang Sea Games,
Kejuaraan Dunia, dan Asian Beach Games.
Pencak silat bukan hanya sekedar bela diri dan sistem pertahanan diri semata.
Aspek-aspek dan bahkan pendidikan karakter yang terkandung di dalamnya
menunjukkan keunggulannya sebagai sebuah bela diri. Sebagai contoh bahwa
pencak silat mengajarkan untuk menghormati lawan. Kita kenal sikap pasang,
adalah bukan hanya sebagai bagian dari persiapan dalam penyerangan dan
pertahanan, tetapi juga penghormatan kepada lawan, karena siapapun lawan yang
dihadapi tidak boleh dianggap remeh.

1. Sejarah Pencak silat


Pencak silat adalah warisan budaya bangsa Indonesia yang lahir sejak
peradaban manusia di bumi pertiwi. Perkembangan pencak silat adalah satu rumpun

5
dengan kebudayaan melayu. Di Indonesia terdapat lebih dari 800 perguruan pencak
silat yang terdapat di beberapa daerah sesuai dengan adat istiadat setempat (Agung
Nugroho, 2001: 4).
Pencak silat merupakan sistem bela diri yang diwariskan oleh nenek moyang
sebagai warisan budaya bangsa Indonesia sehingga perlu dilestarikan, dibina, dan
dikembangkan (Erwin Setyo Kriswanto, 2015: 13).
Di Indonesia, IPSI (Ikatan Pencak Silat Indonesia) adalah organisasi induk
resmi yang menaungi perguruan-perguran pencak silat di Indonesia, yang didirikan
pada tanggal 18 Mei 1948. IPSI didirikan oleh 10 perguruan yang memberikan andil
besar dalam upaya menyatukan perguruan-perguruan di Indonesia dalam sebuah
ikatan organisasi. Kesepuluh perguruan ini diberi penghormatan dengan disebut
sebagai 10 perguruan historis IPSI. 10 perguruan ini adalah KPS Nusantara, Perisai
Diri, Tapak Suci, Phasadja Mataram, Perpi Harimurti, Perisai Putih, Putra Betawi,
Setia Hati, Setia Hati Terate, Pagar Nusa dan PPSI.
2. Teknik Dasar Pencak Silat

Pada zaman dahulu, teknik dan jurus pencak silat diciptakan dari hasil
pengamatan lingkungan sekitar sehingga membentuk pola gerak yang mirip dengan
kondisi alam sekitarnya, misalnya dari hasil mengamati binatang yang sedang
berkelahi (Mulyono, 2013: 111). Namun seiring berkembangnya zaman, pencak
silat terutama sebagai beladiri memiliki teknik-teknik dasar atau fundamental.
Menurut Agung Nugroho (2001: 103) teknik dasar adalah fondamen dimana
gerakan-gerakan itu masih mudah dan sederhana. Berkaitan dengan keterampilan
dasar, maka dalam pencak silat ada beberapa teknik dasar. Berikut ini adalah teknik-
teknik dasar pencak silat:

1. Kuda – Kuda
Kuda-kuda adalah suatu posisi uang menjadi tumpuan untuk melakukan
sikap pasang, teknik-teknik serangan, dan teknik pembelaan diri (Erwin Setyo
Kriswanto, 2015: 43).
Kuda-kuda adalah teknik yang memperlihatkan sikap dari kedua kaki

6
dalam keadaan statis. Teknik ini digunakan untuk mendukung sikap pasang
pencak silat. Kuda-kuda juga digunakan sebagai latihan dasar pencak silat untuk
memperkuat otot-otot kaki. Otot yang dominan dalam melakukan kuda-kuda
adalah quadriceps femoris dan hamstring (Johansyah Lubis, 2004: 18).
Kuda-kuda adalah posisi kaki tertentu sebagai dasar tumpuan untuk
melakukan sikap dan gerak serang bela (Mulyono, 2013: 113).
Dari beberapa pendapat di atas disimpulkan bahwa kuda-kuda adalah
sikap dasar sebagai tumpuan dalam melakukan gerakan lain: seperti sikap
pasang, serangan, belaan, dll.
2. Sikap Pasang
Sikap pasang adalah teknik berposisi siap tempur optimal dalam
menghadapi lawan yang dilaksanakan secara taktis dan efektif (Mulyono, 2013:
114). Sikap pasang atau pasangan adalah sikap standar atau sikap permulaan
untuk menghadapi lawan, yang bisa berpola menyerang atau menyambut (Joko
Subroto, 1996: 13).
Sikap pasang adalah teknik berposisi siap tempur optimal dalam
menghadapi lawan yang dilaksanakan secara taktis dan efektif (Mulyono, 2013:
114). Sikap pasang atau pasangan adalah sikap standar atau sikap permulaan
untuk menghadapi lawan, yang bisa berpola menyerang atau menyambut (Joko
Subroto, 1996: 13).
Dari pengertian yang dikemukakan para ahli di atas, dapat disimpulkan
bahwa sikap pasang adalah sikap permulaan atau sikap siap untuk menghadapi
lawan.
3. Pola Langkah
Langkah merupakan teknik gerak kaki dalam pemindahan dan
pengubahan posisi untuk mendekati atau menjauhi lawan guna mendapatkan
posisi yang lebih baik atau menguntungkan yang dikobinasikan dan
dikoordinasikan dengan sikap tubuh dan sikap tangan (Johansyah Lubis, 2004:
24).
Sedangkan menurut Mulyono (2013: 116) yang menyebutkan dengan

7
gerak langkah, adalah teknik pemindahan atau perubahan posisi disertai
kewaspadaan mental dan indera secara optimal untuk mendapatkan posisi yang
menguntungkan dalam rangka mendekati atau menjauhi lawan untuk
kepentingan serangan dan belaan. Erwin Setyo Kriswanto (2015: 56)
mengemukakan bahwa langkah adalah perubahan injakan kaki dari satu tempat
ke tempat yang lain.
Langkah adalah perpindahan atau gerak kaki dari satu tempat ke
tempat lain untuk mendekati atau menjauhi lawan yang memiliki pola- pola
tertentu.
4. Belaan
Membela adalah menggerakkan anggota tubuh dari arah lintasan
serangan lawan atau mengalihkan serangan lawan hingga tidak mengenai
tubuh/anggota tubuh (Erwin Setyo Kriswanto, 2015: 77).
Belaan adalah upaya untuk mengagalkan serangan, yang terdiri dari dua
macam yaitu tangkisan dan hindaran. Tangkisan adalah suatu teknik belaan
untuk mengagaglkan serangan lawan dengan melakukan tindakan menahan
serangan lawan dengan tangan, kaki, dan tubuh. Hindaran adalah suatu teknik
mengagalkan serangan lawan yang dilakukan tanpa menyentuh tubuh lawan
(alat serang) (Johansyah Lubis, 2004: 28).

Sedangkan menurut Mulyono (2013: 123) hindaran adalah upaya


menggagalkan serangan lawan dengan cara menghindari serangan lawan tanpa
ada kontak dengan anggota tubuh lawan. Dapat ditarik kesimpulan bahwa belaan
adalah upaya menggagalkan serangan lawan dnegan cara menghindari atau
dengan menangkisnya.
5. Serangan
Serangan adalah teknik untuk merebut inisiatif lawan dan atau membuat
lawan tidak dapat melakukan serangan atau belaan yang dilakukan secara taktis.
Serangan dapat dikatakan sebagai balaan atau pertahanan aktif (Mulyono, 2013:
118).

8
Menurut Johansyah Lubis (2004: 28), serangan terdiri dari dua jenis,
yaitu serangan tangan dan serangan kaki. Serangan tangan terdiri dari beberapa
jenis seperti: pukulan depan, pukulan samping, pukulan sangkol, pukulan
lingkar, tabasan, tebangan, sangga, tamparan, kepret, tusukan, totokan,
patukan, cengkraman, gentusan, sikuan, dan dobrakan. Serangan tungkai dan
kaki, terdiri dari tendangan (tendangan lurus, tusuk, kepret, jejag, gajul,
tendangan T/samping, dll), sapuan, dan dengkulan.

6. Tangkapan

Tangkapan adalah suatu teknik menangkap tangan, kaki, ataupun


anggota badan lawan dengan satu atau dua tangan an akan dilanjutkan dengan
gerakan lain (Johansyah Lubis, 2004: 43).
Tangkapan adalah belaan dengan cara menahan lengan atau tungkai
dari serangan lawan dengan cara ditangkap. Tangkapan merupakan teknik dan
taktik serangan pada jarak jangkau dekat dan sedang yang dilaksanakan
dengan menangkap salah satu komponen tubuh lawan (Erwin Setyo
Kriswanto, 2015: 96).
Dari pendapat-pendapat di atas disimpulkan bahwa tangkapan adalah
teknik untuk menangkap anggota tubuh lawan yaitu lengan atau pun tungkai
pada jarak dekat atau sedang.
7. Kucian
Kuncian adalah suatu teknik untuk menguasai lawan atau membuat
lawan tidak berdaya dengan menggunakan kaki, tangan, ataupun anggota
badan lainnya yang diawali dengan teknik tangkapan (Johansyah Lubis,
2004: 43).
Kuncian adalah menguasai lawan dengan tangkapan sempurna untuk
melumpuhkan lawan agar tidak berdaya, tidak dapat bergerak, atau untuk
melucuti senjata musuh (Erwin Setyo Kriswanto, 2015: 113).
Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kuncian

9
adalah teknik yang diawali atau menggunakan tangkapan untuk membuat
lawan tidak berdaya.
8. Jatuhan
Jatuhan adalah teknik dan taktik serangan pada jarak jangkau jauh dan
sedang yang dilaksanakan dengan menggunakan tungkai atau kaki untuk
menjatuhkan lawan (Erwin Setyo Kriswanto, 2015: 104).
Menurut Agung Nugroho (2001: 19) jatuhan adalah adalah usaha
menjatuhkan lawan sebagai tindakan lanjut dari tangkapan, jatuhan terdiri
dari dua macam, yaitu langsung dan tidak langsung. Jatuhan langsung yaitu
menhilangkan tumpuan badan lawan dengan cara: sapuan,

sirkel, dan guntingan. Jatuhan tak langsung yaitu jatuhan dari


proses tangkapan yang dilanjutkan dengan ungkitan, kaitan, dorongan, tarikan,
dan sapuan atas.
Dapat disimpulkan bahwa jatuhan adalah teknik untuk menjatuhkan
lawan dangan cara langsung yaitu dengan sapuan, sirkel, dan guntingan; dan
tak langsung yaitu jatuhan yang diawali dengan tangkapan dan dilanjutkan
dengan ungkitan, kaitan, dorongan, tarikan, dan sapuan atas.
Teknik-teknik di atas adalah teknik-teknik dasar beladiri pencak silat.
Meskipun begitu, tidak semua teknik di atas dapat/boleh digunakan di dalam
pertandingan pencak silat. Karena pada pertandingan pencak silat terdapat peraturan
yang sifatnya melindungi pesilat dari cedera yang serius. Sedangkan pada teknik-
teknik dasar di atas terdapat teknik-teknik yang ditujukan untuk beladiri yang sangat
berbahaya bila diterapkan kepada lawan pada pertandingan olahraga pencak silat.

3. Peraturan Pencak Silat

Pasal 1 Pengertian
setiap kategori

10
1. Kategori TANDING adalah :

Kategori yang menampilkan 2 ( dua ) orang Pesilat dari sudut yang


berbeda. Keduanya saling berhadapan menggunakan unsur pembelaan dan
serangan yaitu menangkis / mengelak / mengena / menyerang pada sasaran
dan menjatuhkan lawan; menggunakan taktik dan teknik bertanding,
ketahanan stamina dan semangat juang, menggunakan kaidah dengan
memanfaatkan kekayaan teknik dan jurus.

2. Kategori TUNGGAL adalah :

Kategori yang menampilkan seorang Pesilat memperagakan kemahirannya


dalam Jurus Tunggal Baku secara benar, tepat dan mantap, penuh
penjiwaan, dengan tangan kosong dan bersenjata serta tunduk kepada
ketentuan dan peraturan yang berlaku untuk kategori Tunggal.

3. Kategori GANDA adalah :

Kategori yang menampilkan 2 (dua) orang Pesilat dari tim yang sama,
memperagakan kemahiran dan kekayaan teknik jurus serang bela yang
dimiliki. Gerakan serang bela ditampilkan secara terencana, efektif, estetis,
mantap dan logis dalam sejumlah rangkaian seri yang teratur, yang dimulai
dari tangan kosong dan dilanjutkan dengan bersenjata, serta tunduk kepada
ketentuan dan peraturan yang berlaku untuk kategori Ganda.

4. Kategori REGU adalah :

Kategori yang menampilkan 3 ( tiga ) orang Pesilat dari tim yang sama
memperagakan kemahirannya dalam Jurus Regu Baku secara benar, tepat,
mantap, penuh penjiwaan dan kompak dengan tangan kosong serta tunduk
kepada ketentuan dan peraturan yang berlaku untuk kategori Regu.

11
Pasal 2
Penggolongan Pertandingan dan Ketentuan Tentang Umur, Jenis
kelamin dan Berat Badan

1. Penggolongan pertandingan Pencak Silat menurut umur, jenis kelamin dan


berat badan untuk semua kategori terdiri atas:
1. Pertandingan Golongan USIA DINI untuk Putra dan Putri,
berumur lebih dari 10 tahun sampai 12 tahun.
2. Pertandingan Golongan PRA REMAJA untuk Putra dan Putri,
berumur lebih dari 12 tahun sampai 14 tahun.
3. Pertandingan Golongan REMAJA untuk Putra dan Putri, berumur
lebih dari 14 tahun sampai 17 tahun.
4. Pertandingan Golongan DEWASA untuk Putra dan Putri,
berumur lebih dari 17 tahun sampai 35 tahun.
5. Pertandingan Golongan MASTER-I untuk Putra dan Putri,
berumur lebih dari 35 tahun sampai 45 tahun (acara tersendiri).
6. Pertandingan Golongan MASTER-II untuk Putra dan Putri,
berumur lebih dari 45 tahun keatas (acara tersendiri).
2. Kebenaran tentang umur pesilat yang mengikuti pertandingan dibuktikan
dengan Akta Kelahiran / Ijazah / Paspor yang asli atau dengan fotocopy
yang sudah dilegalisir.
3. Umur pesilat harus sesuai dengan penggolongan umur peserta (Usia Dini,
Pra Remaja, Remaja, Dewasa, Master-I dan Master-II) dengan berpedoman
kepada umur yang bersangkutan pada hari pertama pertandingan dimulai
(berlaku untuk semua kategori).
4. Pembagian kelas menurut berat badan hanya berlaku untuk kategori
TANDING yang dilakukan dengan penimbangan badan.

12
1. Tidak ada toleransi berat badan
2. Penimbangan dilakukan 15 ( lima belas) menit sebelum pesilat
yang bersangkutan mengikuti pertandingan sesuai dengan jadual
yang ditentukan.
3. Untuk penimbangan, pesilat harus berpakaian Pencak Silat yang
digunakan untuk bertanding, kering, tanpa sabuk, tanpa pelindung
kemaluan atau segala jenis pelindung sendi.
4. Pesilat yang tidak dapat memenuhi ketentuan berat badan dalam
penimbangan menurut kelas yang diikutinya, dikenakan sanksi
diskualifikasi.
5. Setiap kali atlit bertanding, harus dilakukan penimbangan (hanya
dilakukan satu kali naik di penimbangan) dan wajib disaksikan oleh
kedua official teknik dan seorang wasit-juri yang bertugas
( ditunjuk oleh Dewan Wasit Juri ).
6. Petugas penimbangan dan kedua official tim wajib menandatangani
format hasil penimbangan, yang telah disediakan oleh Panitia
Pelaksana. Apabila salah satu tim official tidak menanda-tangani
maka penimbangan dinyatakan tetap sah.
7. Petugas penimbangan ditunjuk dan ditugaskan oleh panitia.
5. Pemeriksaan Keterangan Kesehatan.
1. Setiap peserta harus membawa surat keterangan sehat yang sah
yaitu surat keterangan sehat yang dikeluarkan oleh dokter dari
instansi Rumah Sakit yang berwenang, maksimal 1 bulan sebelum
hari pertama pertandingan dimulai berlaku untuk semua kategori.
2. Apabila sebelum penimbangan dimulai pesilat tidak dapat
menunjukkan surat keterangan kesehatan akan dikenakan
diskualifikasi. Panitia dapat merekomendasikan dokter/ rumah sakit
tertentu untuk dilakukan check kesehatan di Daerah tersebut
dengan biaya di tanggung tim yang bersangkutan.

13
4. Sarana Dan Prasarana Pencak Silat

a. Lapangan
6. Lapangan atau gelanggang dapat dilantai atau di panggung dan dilapisi
matras standar PERSILAT dengan ketebalan antara 2,5 (dua koma lima)
cm sampai 5 (lima) cm,

permukaan rata-rata tidak memantul, boleh ditutup dengan alas yang tidak
licin, berukuran 10 m x 10 m dengan warna dasar hijau terang dan garis bewarna
putih sesuai dengan keperluannya, disediakan oleh komite pelaksana dengan
penjelasan sebagai berikut :
Untuk kategori tanding, gelanggang pertandingan terdiri :

1) Bidang gelanggang berbentuk segi empat bujur sangkar dengan ukuran

10 m x 10 m. Bidang tanding berbentuk lingkaran dalam bidang gelanggang


dengan garis tengah 8 m.
2) Batas gelanggang dan bidang tanding dibuat dengan garis bewarna putih
selebar ± 5 cm kearah alam.
3) Pada tengah-tengah bidang tanding dibuat lingkaran dengan garis tengah 3
m, lebar garis 5 cm bewarna putih sebagai batas pemisah sesaat akan dimulai
pertandingan.
4) Sudut pesilat adalah ruang pada sudut bujur sangkar gelanggang yang
berhadapan yang dibatasi oleh bidang tanding. Sudut bewarna biru yang berada
disebelah ujung kanan meja pertandingan. Sudut bewarna merah yang berada diarah
diagonal sudut biru. Sudut bewarna putih yaitu kedua sudut lainnya sebagai sudut
netral.

14
20180825kepala-pelatih-optimis-pencak-silat_20180825_084735

b. Perlengkapan Pertandingan

1) Perlengkapan Gelanggang

Perlengkapan gelanggang yang wajib disediakan oleh komite pelaksana


terdiri dari : (1) meja dan kursi pertandigan, (2) meja dan kursi wasit-juri,
(3) formulir pertandingan dan alat tulis, (4) jam pertandingan, gong, bel,
peluit, (5) lampu babak atau tanda lain untuk menentukan babak.
2) Perlengkapan Bertanding Pencak Silat

Pakaian menggunakan pakain pencak silat warna hitam sabuk putih, bedge
IPSI disebelah kiri. Pelindung badan (body protector) warna hitam sesuai standar
IPSI pesilat putra menggunakan pelindung kemaluan (genetile potector) Gum shil
(pelindung gigi).
a) Pelindung badan (body protector)
Body protector berfungsi sebagai pelindung bagian tubuh yang vital saat
terjadi kecelakaan untuk meminimalisir dampak kerusakan yang terjadi pada tubuh.

15
id-11134207-7qukz-leuk0ec8so5975
b) Pelindung kemaluan (genetile potector)

Genetile potector berfungsi untuk melindungi area/daerah kemaluan dari


serangan pukulan maupun tendangan yang berakibatkan terjadinya cidera.

b0061d57f014d1bbfc61254232f75df9

c) Pelindung gigi (Gum shil)

Gum shil/pelindung gigi sangat bermanfaat dalam olahraga yang banyak


benturannya. Bukan sekedar menjaga agar gigi tidak rontok atau gigi meluakai

16
bagian dalam mulut kita, gumshield mempunyai manfaat yang jauh lebih didalam
setiap pertandingan.

265e1308f0aa18a8a056015eb9082845
c. Waktu Pertandingan

tahapan pertandingan menggunakan tahapan pertandingan mulai dari babak


penyisihan, seperempat final, semi final dan final tergantung pada jumlah peserta
pertandingan, berlaku untuk semua kelas.

B. Hakikat latihan
A. Pengertian Tendangan

Tendangan menempati posisi istimewa dalam pencak silat. Tendangan yang


dilancarkan oleh pesilat dan masuk pada sasaran akan memperoleh nilai dua. Pada
setiap pertandingan pencak silat, kita sering melihat pesilat lebih sering mengunakan
tendangan sabit. Karena tendang sabit menggunakan metode lecutan tungkai bawah
yang bersumbu pada lutut oleh perputaran pinggang dan dorongan pinggul untuk
menambah kecepatan tendangan agar sulit ditangkap.
Menurut Mulyana (2013:86) menyebutkan bahwa pencak silat adalah hasil
budaya manusia Indonesia untuk membela, mempertahankan eksistensi
(kemandiriannya), dan integritasnya (manunggal) terhadap lingkungan hidup atau
alam sekitarnya untuk mencapai keselarasan hidup guna meninggkatkan ketakwaan

17
terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Dari kutipan di atas dapat dinyatakan bahwa pencak silat merupakan seni
beladiri yang berasal dari Indonesia yang telah diwariskan oleh nenek moyang
kita.selain itu pencak silat telah digunakan selabagai alat beladiri, pemeliharaan
kebugaran jasmani, mewujudkan rasa estetika, dan menyalurkan aspirasi spiritual
manusia.
Menurut Kriswanto (2015:71) dalam pencak silat, serangan dapat juga
dilakukan dengan mengunakan tungkai. Serangan tungkai lebih di kenal dengan
tendangan. Berikut adalah tekhnik dasar tendangan yang membutuhkan kekuatan
dan kecepatan:tendangan lurus, tendangan jejag, tendangan T, tendangan belakang,
tendangan sabit.
Dari kutipan di atas dapat disimpulakan bahwa serangan pencak silat bergam
dapat menggunkan seluruh anggota tubuh sebagai serangan. Contohnya seperti
tendangan sabit yang membutuhkan kekuatan dan kecepatan untuk melakukan
tendangan tersebut.
Dari berbagai teknik dasar tendangan yang dijelaskan di atas tendangan sabit
merupakan salah satu teknik dasar yang memegang peranan sangat penting dalam
pertandingan olahraga pencak silat. serangan ini lebih efektif dilakukan karena
memiliki kekuatan dan kecepatan yang lebih besar dan jangkauan lebih jauh.
B. Prisip – Prinsip Tendangan Tendangan Depan Atau A Cobra

Tendangan depan yakni tendangan yang menggunakan ujung kaki dengan


tungkai lurus. Tendangan ini mengarah ke depan pada sasaran dengan meluruskan
tungkai sampai ujung kaki. Bagian kaki yang kena saat menendang adalah pangkal
bagian dalam jari-jari kaki. Posisi badan menghadap ke sasaran. Menurut Yunita
(2010:17) “Tendangan depan merupakan salah satu jenis tendangan yang banyak
Tendangan menempati posisi istimewa dalam pencak silat. Tendangan yang
dilancarkan oleh pesilat dan masuk pada sasaran akan memperoleh nilai dua. Pada
setiap pertandingan pencak silat, kita sering melihat pesilat lebih sering mengunakan
tendangan sabit. Karena tendang sabit menggunakan metode lecutan tungkai bawah

18
yang bersumbu pada lutut oleh perputaran pinggang dan dorongan pinggul untuk
menambah kecepatan tendangan agar sulit ditangkap.
Menurut Mulyana (2013:86) menyebutkan bahwa pencak silat adalah hasil
budaya manusia Indonesia untuk membela, mempertahankan eksistensi
(kemandiriannya), dan integritasnya (manunggal) terhadap lingkungan hidup atau
alam sekitarnya untuk mencapai keselarasan hidup guna meninggkatkan ketakwaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Dari kutipan di atas dapat dinyatakan bahwa pencak silat merupakan seni
beladiri yang berasal dari Indonesia yang telah diwariskan oleh nenek moyang
kita.selain itu pencak silat telah digunakan selabagai alat beladiri, pemeliharaan
kebugaran jasmani, mewujudkan rasa estetika, dan menyalurkan aspirasi spiritual
manusia.
Menurut Kriswanto (2015:71) dalam pencak silat, serangan dapat juga
dilakukan dengan mengunakan tungkai. Serangan tungkai lebih di kenal dengan
tendangan. Berikut adalah tekhnik dasar tendangan yang membutuhkan kekuatan
dan kecepatan:tendangan lurus, tendangan jejag, tendangan T, tendangan belakang,
tendangan sabit.
Dari kutipan di atas dapat disimpulakan bahwa serangan pencak silat bergam
dapat menggunkan seluruh anggota tubuh sebagai serangan. Contohnya seperti
tendangan sabit yang membutuhkan kekuatan dan kecepatan untuk melakukan
tendangan tersebut.
Dari berbagai teknik dasar tendangan yang dijelaskan di atas tendangan sabit
merupakan salah satu teknik dasar yang memegang peranan sangat penting dalam
pertandingan olahraga pencak silat. serangan ini lebih efektif dilakukan karena
memiliki kekuatan dan kecepatan yang lebih besar dan jangkauan lebih jauh.
C. Prisip – Prinsip Tendangan Tendangan Depan Atau A Cobra

Tendangan depan yakni tendangan yang menggunakan ujung kaki


dengan tungkai lurus. Tendangan ini mengarah ke depan pada sasaran dengan
meluruskan tungkai sampai ujung kaki. Bagian kaki yang kena saat
menendang adalah pangkal bagian dalam jari-jari kaki. Posisi badan

19
menghadap ke sasaran. Menurut Yunita (2010:17) “Tendangan depan
merupakan salah satu jenis tendangan yang banyak digunakan untuk
melakukan serangan dalam pencak silat”. Tendangan depan lebih mudah
mengenai sasaran, karena lintasannya lurus ke depan dan perkenaannya pada
ujung telapak kaki, sehingga tendangan depan dapat bergerak cepat dan sulit
ditangkap lawan. Gerakan tendangan depan merupakan gerakan frontal atau
depan, merupakan bentuk serangan yang cukup efektif untuk memperoleh nilai
atau point dalam pencak silat.
Tendangan merupakan salah satu jenis serangan dalam pencak silat. Serangan
dipandang sebagai alat dalam kontak yang berkaitan dan terpadu dalam pembelaan
diri, serangan dapat dibagi jenisnya berdasarkan alat yang di gunakan untuk
melakukan serangan dan berdasarkan kegunaannya dibagi menjadi dua yaitu
serangan lengan atau tangan yang lazim disebut pukulan dan serangan kaki atau
tungkai yang lazim disebut tendangan. Berdasarkan uraian diatas dapat dikemukakan
bahwa, tendangan merupakan serangan dengan menggunakan tungkai dan kaki di
dalam pencak silat, yang bertujuan untuk meraih point dan menjatuhkan lawan
dalam suatu pertandingan pencak silat.
Menurut Lubis dan wardoyo (2014:36) “tendangan lurus, serangan yang
menggunakan sebelah kaki dan tungkai, lintasannya kearah depan dengan posisi
badan menghadap ke depan, dengan kenaannya pangkal jari-jari kaki bagian dalam,
dengan sasaran ulu hati dan dagu”. Tendangan depan dilakukan dengan mudah
mengenai sasaran, oleh karena itu tendangan depan cukup efektif untuk menyerang
lawan. Setiap pesilat harus mempunyai kecepatan dalam melakukan tendangan,
khususnya melakukan tendangan depan dengan baik. Untuk meningkatkan prestasi
yang dicapai, para pesilat harus dilatih teknik tendangan depan secara intensif. Untuk
meningkatkan kecepatan tendangan yang dimiliki, diperlukan program latihan yang
tepat dengan memperhatikan unsur-unsur yang mempengaruhi kecepatan tendangan
depan tersebut. Dalam upaya menyusun program latihan untuk prestasi harus
memperhatikan 4 aspek utama pencak silat. Menurut Lesmana (2012:1) “meliputi :
(1) Aspek pembinaan mental dan spiritual, (2) aspek kemahiran ilmu beladiri, (3)

20
aspek seni dan budaya dan (4) aspek olahraga”. Keempat aspek tersebut harus dilatih
dengan cara dan metode yang benar agar setiap aspek dapat berkembang secara
maksimal
C. Kerangka Berfikir

Untuk mendapatkan kecepatan tendangan depan atau tending A cobra pada


pencak silat yang baik adalah dengan latihan yang teratur dan terprogram dengan
baik dengan menggunakan metode-metode latihan yang tepat. Salah satu bentuk
latihannya adalah seplit yang diberikan kepada atlet saat latihan.
Power atau daya ledak otot adalah kombinasi antara kekuatan dan kecepatan
untuk mengatasi beban dengan kecepatan kontraksi otot yang tinggi dalam satuan
waktu tertentu. Kekuatan pada dasarnya menggambarkan kemampuan otot untuk
menerima beban sewaktu bekerja dengan mengangkat, menolak, mendorong,
sedangkan kecepatan menujukan kemampuan otot untuk mengatasi beban denagn
kontraksi yang cepat, gerakan berkesinambungan dalam bentuk yang sama dan
dalam waktu yang sesingkat-singkatnya . dengan demikian, power atau daya ledak
otot akan terbentuk melalui keseimbangan antara kekuatan otot dan kecepatan,
karena logikanya kekuatan otot semata belum menjadi jaminan untukmenghasilkan
power atau daya ledak otot yang maksimal
Tendangan depan atau tendangan A Cobra merupakan suatu teknik tendangan
yang lurus dan dapan untuk mendorong lawan atau dapan di sasar kan di ulu ati
dengan menggunakan kaki bagian depan atau biasa nya di sebut cocor bebek. Tetapi
biasa nya tendangan lurus ini biasa nya di dalam perlombaan kejuaraan silat
digunakan utuk mendorong lawan agar mengatur jarak lawan dan biasa nya
tendangan depan atau A cobra dapat di kombinasikan dengan jatuhan. Faktor
kondisi fisik yang sangat berpengaruh dalam melakukan tendangan depan atau
tendangan A COBRA adalah kekuatan, kelentukan, kecepatan dan termasuk juga
power otot atau daya ledak yang baik. Dari uraian tersebut maka dapat diasumsikan
bahwa dengan latihan power otot kaki yang terprogram akan mempengaruhi
kecepatan tendangan sabit. Semakin baik latihan daya ledak tungkai maka semakin

21
baik pula kecepatan tendangan sabit pada atlet yang mengikuti kegiatan pencak silat
pagar nusa di pondok pesantren salafiah darul barokah.

Pre test Perlakuan Post test


Kecepatan Program latihan Kecepatan
Tendangan A 12 kali Tendangan A
cobra pertemuan cobra

D. Hipotensis

Hipotesis adalah pernyataan yang masih lemah posisinya, maka dari itu masih
perlu pembuktian keabsahannya atau kebenarannya. Jadi, hipotesis masih perlu
diadakan pengujian atas kebenarannya.

Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan


penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Suharsimi, 1998 : 22).
Berdasarkan latar belakang permasalahan dan landasan teori dari beberapa para ahli
diatas maka penulis mengemukakan hipotesis sebagai berikut :

1 Ada pengaruh latihan pliometrik split terhadap kecepatan tendangan depan pesilat
putra Perguruan Pagar Nusa U 15-19 di Pondok Pesantren Salafiah Darul
Barokah.
2 Tidak ada pengaruh tanpa latihan pliometrik split terhadap kecepatan tendangan
depan pesilat putra Perguruan Pagar Nusa U 15-19 di Pondok Pesantren Darul
Barokah.
3 Ada perbedaan pengaruh latihan pliometrik split dan tanpa latihan split terhadap
kecepatan tendangan depan pesilat putra Perguruan Pagar Nusa U 15-19 di
Pondok Pesantren Darul Barokah.
BAB 3

22
A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang di pakai dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif
yang menggunakan pretest and posttest group. Desain dan penelitian ini adalah
semua proses yang di perlukan di dalam merencanakan dan melaksanakan penelitian
(Moh. Nasir, 2009 : 84).
penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, karena dalam penelitian ini
memiliki terdapat beberapa kecenderungan karakteristik pendekatan kuantitatif.
Sugiono (2010 : 14) menjelaskan bahwa metode penelitian dengan pendekatan
kuantitatif dapat di definisikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan kepada
filsafat positivisme, di gunakan untuk penelitian pada populasi atau sampel tertentu,
teknik pengambilan sampel di lakukan secara total, pengumpulan data menggunakan
instrumen penelitian, analis data secara kuantitatif/statistik dengan bertujuan untuk
menguji hipotesis yang telah di tetapkan.

B. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Tempat Penelitian
Penelitian ini di lakukan pada siswa pencak silat Perguruan Pagar nusa
putra usia 15-19 tahun di pondok pesantren Salafiah Darul Barokah.
2. Waktu penelitian
Waktu penelitian akan di lakukan di Pondok Pesantren Salafiah Darul
Barokah yang akan melalui beberapa tahapan agar mendapatkan hasil yang
sesuai dengan harapan. Untuk rencana penelitian akan di sajikan dalam sebuah
tabel perencanaan penelitian. Sehingga dimana informasi di kumpulkan dari
beberapa sampel berupa teknik tes dan pengukuran di pandang cukup sebagai
cara yang tepat untuk mendapatkan data dari beberapa unit atau individu dalam
melakukan penelitian. Agar dapat memahami penelitian perlu di lakukan
langkah-langkah yang sistematis dan kerja yang logis selama satu bulan.
Adapun tabel rencana penelitian sebagai berikut.

23
Rencana penelitian
Uraian Pelaksanaan bulan/minggu
No kegiatan Mei Juni Juli
1 Pemberitahuan
pihak pondok √
pesantren
2 Koordinasi

dengan pelatih
3 Observasi √
4 Pelaksanaan
penelitian
√ √ √ √
dan
pengumpulan
Data
5 Penyusunan
√ √ √ √
Laporan
Sumber : peneliti (2020)

C. Definisi Oprasional Variabel


Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel
terikat.

1. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi pada variabel yang lain.

Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu :

a. Latihan pliometrik split


b. Tanpa latihan split

2. Variabel terikat adalah variabel yang di pengaruhi oleh variabel yang lain.

24
Variabel pada penelitian ini yaitu: Meningkatkan kecepatan tendangan depan.

D. Sempel
Menurut Sugiyono (2010 : 62), sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik
yang dimiliki oleh populasi tersebut. Dengan demikian, sampel yang terpilih
merupakan bagian dari populasi dan dianggap dapat mewakili dari keseluruhan
populasi tersebut. Penentuan sampel penelitian haruslah representatif, maksudnya
dapat mencerminkan dari seluruh karakteristik yang terdapat pada populasi. Teknik
pengambilan pada penelitian ini menggunakan teknik, Menurut Sugiyono (2003 : 74-
78). “Sampling adalah teknik pengambilan sample”. Menurut Sugiyono yaitu:
Random Sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana semua individu dalam
populasi baik secara sendiri-sendiri atau bersama-sama diberi kesempatan yang sama
untuk dipilih sebagai anggota sampel. Dengan jumlah 10 orang.
E. Populasi
Populasi penelitian merupakan sekumpulan objek yang ditentukan melalui
suatu kriteria tertentu yang akan dikategorikan ke dalam objek tersebut bisa termasuk
orang, dokumen orang catatan yang di pandang sebagai objek penelitian. Menurut
Sugiyono (2012 : 115), pengertian populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri
atas: objek ataSu subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa putra Perguruan pencak silat
Pagar Nusa Pondok Pesantren Darul Barokah.

25
26
27
28
29
30
31

Anda mungkin juga menyukai