Anda di halaman 1dari 10

PROPOSAL JURNAL

PEMBELAJARAN GERAK SPESIFIK DALAM TANGKISAN BELA DIRI


PENCAK SILAT

DOSEN PENGAMPU:

Drs. Agus Salim, M.Pd.

Lusia Oktri Wini, M.Pd

Disusun oleh:

Ratna Arum Sari

(A1H122147)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JAMBI

2022
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pencak silat merupakan budaya dan seni bela diri warisan bangsa yang
mempunyai nilai luhur. Pencak silat merupakan beladiri dari Indonesia yang tercipta
karena ke- aneka ragaman situasi geografis dan ekologis serta perkembangan zaman
yang di alami oleh bangsa Indonesia. Pencak silat di Indonesia terbentuk karena
situasi dan kondisi yang ada di dalam wilayah Indonesia. Di Indonesia sendiri,
pencak silat dikenal dengan wujud dan corak yang beraneka ragam, namun pencak
silat mempunyai aspek-aspek yang sama.

Pencak silat dalam perkembangannya saat ini sudah banyak peminatnya dari
semua kalangan, mulai dari anak-anak yang sudah di masukkan ke dalam perguruan-
perguruan pencak silat yang ada. Serta untuk para kaum dewasa yang menyukai
pencak silat ini biasanya mengambil peluang dalam olahraga pencak silat ini untuk
mencari prestasi. Dan selain untuk prestasi, kebanyakan orang belajar pencak silat
sebagai ilmu bela diri untuk menjaga diri dari kejahatan dalam kerasnya hidup.
Sekolah-sekolahpun sudah mulai memasukkan pencak silat sebagai ekstrakulikuler
dalam sekolah tersebut sebagai upaya pelestarian kebudayaan yang di miliki oleh
rumpun melayu, yang merupakan pencak silat ilmu bela diri asli dari negara
Indonesia.

Secara umum setiap sekolah memiliki kegiatan atau program untuk


mengembangkan kepribadian siswa dan menambah kegiatan siswa. Program atau
kegiatan tersebut sebagai ekstrakulikuler yang di dalamnya terdapat kegiatan atau
proses belajar-mengajar. Kegiatan ini merupakan inti dari kegiatan eskul tambahan
dalam pendidikan di sekolah. Dengan adanya tambahan eskul pencak silat,
diharapkan para siswa bisa mendapatkan pelajaran untuk dapat melindungi diri
sendiri melalui ilmu bela diri pencak silat.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sarah, ditemukan bahwa berdasarkan


masalah di atas terdapat beberapa masalah yang menyebabkan kegiatan
ekstrakulikuler pencak silat belum bisa berjalan secara efektif dan optimal. Namun
karena keterbatasan dan kemampuan penelitian yang dilakukan lebih fokus kepada
sektor yang menjadi penghambat siswa dalam mengikuti ekstrakulikuler pencak silat.

Alasan saya memilih judul pencak silat tentang pembelajaran tangkisan pada
gerak pencak silat ini adalah karena selain ilmu bela diri itu penting untuk usia dini
agar bisa menjaga dan melindungi diri dari orang jahat. Dalam gerakan pencak silat
yaitu gerakan tangkisan ini merupakan salah satu dasar gerakan yang biasanya
seseorang refleks ketika lawan menyerang tangan kita akan refleks menggerakan
tangkisan untuk menepis serangan lawan. Namun masih di temukan beberapa
masalah gerakan tangkisan yang justru malah akan membuat diri sendiri cidera
dibuatnya karena gerakan tangkisan yang kurang tepat. Karena permasalahan
tersebut saya mengangkat judul ini agar dapat memaparkan gerakan tangkisan yang
benar dan tepat.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teoritis
1. Sejarah Pencak silat

Pencak Silat diperkirakan menyebar di kepulauan nusantara pada abad ke-7


masehi, akan tetapi asal mulanya belum dapat dipastikan. Menurut Sucipto, (2007:
10) “pencak silat merupakan ilmu bela diri warisan budaya nenek moyang bangsa
Indonesia untuk mempertahankan kehidupannya, manusia selalu membela diri dan
melindungi diri dari ancaman alam, binatang, maupun sesamanya yang dianggap
mengancam integritasnya”. Dari dulu tanpa disadari, orang-orang sudah melakukan
gerakan pencak silat tanpa sadar, seperti disaat mereka bertarung melindungi diri dari
serangan hewan buas.

Asal mula ilmu bela diri di nusantara ini kemungkinan berkembang dari
keterampilan suku-suku asli Indonesia dalam berburu dan berperang dengan
menggunakan parang, perisai, dan tombak, misalnya seperti dalam tradisi suku Nias
yang hingga abad ke-20 relatif tidak tersentuh pengaruh luar. Pencak silat
diperkirakan masuk ke Indonesia pada abad ke 14. Dengan melalui perdagangan,
serta para ulama yang menyiarkan agama islam dengan disertai menyebarkan ajaran
ilmu bela diri yang dikenal dengan pencak silat.

Tradisi pencak silat ini diturunkan secara lisan dan menyebar dari mulut ke
mulut, diajarkan dari guru ke murid, sehingga catatan tertulis mengenai asal mula
pencak silat ini sulit ditemukan. Sejarah silat dikisahkan melalui legenda yang
beragam dari satu daerah ke daerah lain. Hal inilah yang menyulitkan pencarian asal
mula pencak silat sehingga sejarahnya pun belum tentu akurat tentang bagaimana
asal-muasal pencak silat itu sendiri.
2. Pengertian Pencak Silat

Pencak silat berasal dari dua kata, yaitu “pencak” dan “silat”. Menurut (Hasan
Alwi, dkk. 2008:1043-1306) Pencak adalah permainan atau sebuah keahlian untuk
mempertahankan diri dengan kepandaian menangkis, mengelak, dan sebagainya.
Sedangkan Silat adalah olahraga jenis permainan yang didasarkan pada ketangkasan
menyerang dan membela diri, dengan memakai atau tanpa senjata apapun. Dari hal
itu, dapat kita ketahui pencak silat adalah sebuah keahlian atau gerakan yang
dipelajari dan dilatih serta di-asah untuk menghadapi musuh dan melindungi diri dari
kejahatan orang-orang jahat. Dimana gerakan pencak silat ini meliputi gerakan-
gerakan untuk melindungi diri kita. Seperti gerakan menangkis pukulan lawan, dan
gerakan mengembalikan serangan dari lawan.

Gerakan pencak silat ini meliputi gerakan tendangan, pukulan, tangkisan,


bantingan, guntingan, dan kuncian. Gerakan-gerakan ini bisa menjadi gerakan
serangan yang berbahaya serta mematikan jika benar-benar menguasai teknik dan
gerakan yang tepat. Namun untuk bisa menguasai gerakan pencak silat yang tepat
diperlukan latihan yang rutin, serta proses latihan yang luar biasa proses penempahan
latihannya. Dan proses latihan ini pastinya menghabiskan waktu yang cukup banyak
dan memakan waktu yang lumayan lama.

Selain untuk bela diri, pencak silat juga bisa dijadikan sebagai kesenian. Dimana
dalam pencak silat kategori seni, didalamnya memuat gerakan-gerakan yang lues
serta sangat indah dan gerakannya sangat berpower, namun disini lebih fokus
kedalam seni pencak silat yang dalam setiap gerakannya dibuat dengan berbagai
macam makna yang terkandung didalamnya. Biasanya gerakan seni dalam bela diri
diperuntukkan untuk dipertunjukkan untuk khalayak ramai dalam acara-acara resmi
maupun sebatas pertunjukkan untuk menampilkan gerak seni bela diri sembari
mengenalkan seni pencak silat bela diri kepada masyarakat.
3. Pengertian Tangkisan Dalam Pencak Silat

Tangkisan adalah suatu gerakan belaan dengan cara kontak langsung bagian
anggota badan dengan serangan lawan. Kontak langsung tersebut bertujuan untuk
memindahkan atau membendung serangan yang dilakukan lawan. Dalam melakukan
tangkisan pencak silat, anggota badan yang dapat digunakan adalah tangan, lengan,
siku, dan kaki. Gerakan tangkisan ini biasanya dilakukan tanpa sadar, ketika
seseorang melakukan penyerangan secara tiba-tiba, maka tangan, kaki, atau siku
tangan pun akan refleks menepis serangan tiba-tiba yang dilakukan oleh lawan.

R. Kotot Slamet Hariyadi (2003:2) menjelaskan bahwa pencak silat lebih


berfungsi pada upaya mempertahankan diri dari berbagai ancaman, khusus yang
datang dari sesama manusia. Dari sini dapat kita ketahui bahwa, pencak silat lebih
sering digunakan untuk mempertahankan diri dari ancaman kejahatan dari manusia
yang bertindak kriminal. Karena kejahatan saat ini semakin banyak dan merajalela,
hal itulah yang menjadikan pencak silat sangat direkomendasikan untuk kita pelajari
untuk perisai diri kita sendiri.

Berdasarkan kajian teoritis ini, dapat disimpulkan bahwa Pembelajaran gerak


spesifik dalam tangkisan bela diri pencak silat sangat diperlukan untuk dipelajari,
karena dalam gerakan pencak silat pada gerak tangkisan perlu dilatih dan dipelajari
teknik yang tepat dalam gerakan tangkisannya. Dalam gerakan tangkisan ini jika
tidak dilatih maka gerak tangkisannya akan lambat. Dan akibatnya serangan lawan
akan masuk dan kita terlambat menangkis serangan lawan. Untuk melatih refleks
tangkisan yang cepat, diperlukan latihan dan pemahaman bagaimana cara melatih
gerakan tangkisan agar tangkisan yang dilakukan benar dan tepat.

4. Teknik Dasar Jurusan Dan Peraturan Pencak Silat

Rusli Lutan (dalam Herman Tarigan, 2003:23) membagi tiga gerakan dasar yaitu,
lokomotor, gerak non lokomotor serta gerak manipulatif. Pengertian dari gerak dasar
teknik dasar pencak silat adalah suatu gerak terencana, terarah, terkoordinasi dan
terkendali, yang mempunyai empat aspek sebagai satu kesatuan. Aspek yang
dimaksud adalah aspek mental dan spiritual, aspek bela diri,aspek olahraga, serta
aspek seni budaya. Pencak silat merupakan cabang olahraga yang cukup lengkap
untuk dipelajari karena memiliki empat aspek yang merupakan satu kesatuan yang
utuh dan tidak dapat dipisah-pisahkan (Johansyah Lubis, 2014: 17)

Dalam gerak dasar teknik jurusan dalam pencak silat, seseorang yang ingin
mempelajarinya harus dapat menguasai gerak dasarnya, yaitu sebagi berikut:

a. Kuda-kuda

Istilah kuda-kuda sangat akrab digunakan dalam bela diri pencak silat. Posisi ini
digambarkan seperti orang yang menunggang kuda agar mudah mengingatnya.
Kuda-kuda merupakan posisi dasar dalam melakukan teknik pencak silat selanjutnya.
Kuda-kuda adalah teknik yang memperlihatkan sikap dari kedua kaki dalam keadaan
statis. Teknik kuda-kuda juga digunkan sebagai latihan dasar pencak silat dalam
memperkuat otot kaki. Dalam melakukan kudakuda, otot yang dominan adalah
qudriseps femoris dan hamstring.

b. Sikap Pasang

Sikap pasang mempunyai pengertian sikap taktik untuk menghadapi lawan yang
berpola menyerang atau menyambut. Apabila ditinjau dari system bela diri, sikap
pasang berarti kondisi siap tempur yang optimal. Sikap pasang merupakan kombinasi
dari berbagai teknik seperti kuda-kuda, sikap tubuh serta sikap tangan. Sikap pasang
ditinjau dari taktik penggunaan terdiri dari sikap pasang terbuka, yakni sikap pasang
dengan sikap tangan dan lengan yang tidak melkindungi tubuh dan sikap pasang
tertutup, yakni sikap pasang dengan sikap tangan dan lengan yang melindungi tubuh.

c. Belaan

Belaan adalah upaya untuk menggagalkan serangan dengan tangkisan atau


hindaran. Belaan terbagi dua, yakni tangkisan dan hindaran. Tangkisan adalah suatu
teknik belaan untuk menggagalkan serangan lawan dengan melakukan tindakan
menahan serangan lawan dengan tangan, kaki, dan tubuh.
d. Hindaran Hindaran adalah suatu teknik menggagalkan serangan lawan yang
dilakukan tanpa menyentuh tubub lawan (alat serang)

e. Pukulan

Olahraga pencak silat terdapat istilah yang menyebutkan bahwa yang dimaksud
dengan pukulan adalah berbagai macam teknik serangan yang dilakukan dengan
mempergunakan tangan kosong sebagai komponennya. Dalam pelaksanaan teknik
pukulan pada pencak silat tidak semuanya dapat dilakukan atau digunakan. Hal
tersebut dilakukan dengan pertimbangan efisiensi dan efektivitas serta keselamatan
dari seorang pesilat. Teknik pukulan yang sering dipergunakan adalah pukulan
depan, pukulan sangkal/bandul, pukulan samping, dan pukulan melingkar.

f. Tendangan

Pengertian tendangan adalah teknik serangan yang digunakan untuk serangan


jarak jangkauan jauh serta sedang dengan menggunakan tungkai sebagai komponen
atau pusat penyerangan. Teknik-teknik tendangan yang terdapat dalam pencak silat
pada prinsipnya dapat dipergunakan untuk menyerang dalam pertandingan olahraga
pencak silat. Tidak semua teknik tendangan dalam olahraga pencak silat digunakan
dalam pertandingan. Hal tersebut dilakukan berdasarkan efisiensi pelaksanaan teknik
tendangan dan efektivitas untuk memperoleh angka atau nilai dalam pertandingan.
Teknik tendangan yang digunakan pada pertandingan pencak silat olahraga antara
lain tendangan lurus, sabit, ”T”, belakang, jejag, dan gajul.

Adapun Peraturan dalam Pertandingan Pencak Silat,

Yaitu:

1. Pertandingan pencak silat biasanya dilaksanakan di gelanggang. Gelanggang


dapat di lantai dan dilapisi matras dengan tebal maksimum 5 cm, permukaan
rata dan tidak memantul serta ditutup dengan alas yang tidak licin, berukuran
9 x 9 meter.
2. Gelanggang terdiri dari bidang gelanggang berbentuk segi empat bujur
sangkar dengan ukuran 7 x 7 m. Bidang Laga berbentuk lingkaran dalam
bidang gelanggang.
3. Batas Gelanggang danbidang laga dibuat dengan garis selebar ke arah luar 5
cm dan berwarna kontras dengan permukaan gelanggang.
4. Pada tengah-tengah bidang laga dibuat lingkaran dengan garis tengah 2 m
selebar 5 cm sebagai batas pemisah sesaat akan dimulai pertandingan.
Lingkaran tersebut mempunyai tanda garis lurus pada garis tengah lingkaran
selebar 5 cm. Garis tersebut sejajar dengan sisi bujur sangkar dan berwarna
kontras dengan permukaan gelanggang. Sudut pesilat adalah ruang pada
sudut bujur sangkar yang berhadapan dan dibatasi oleh lingkaran bidang
laga. Sudut yang berhadapan lainnya adalah sudut netral.
5. Pertandingan silat biasanya berlangsung dalam tiga babak. Setiap babaknya
memiliki durasi wakti dua menit dan diselingi satu menit waktu istirahat.
6. Atlet yang saling bertanding harus memenuhi pembelaan (hindaran, elakan,
dan tangkisan), serangan pada sasaran (tangan dan kaki), menjatuhkan
lawan, dan mengunci lawan.
7. Peraturan Skor dalam Pertandingan, Pencak Silat Mendapat nilai 1 jika
pukulan masuk atau mengenai tepat ke area tubuh lawan. Selain dengan
pukulan, teknik bantingan juga bisa menghasilkan poin pada sebuah
pertandingan silat.

Dalam pertandingan pencak silat, sangat diperlukan kita mengetahui dan


memahami peraturan-peraturan dalam pertandingan pencak silat dalam gelanggang.
Semua peraturan-peraturan tersebut digunakan untuk menjaga keamanan para
pesilat dalam bertanding.
DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan. dkk. (2008). Sejarah Perkembangan Pencak Silat. Yogyakarta: Andi
Yogyakarta.

Johansyah Lubis. (2014). Pencak Silat Panduan Praktis. Jakarta: Raja Grafindo
Prasada

R. Kotot Slamet Hariyadi.(2003). Teknik Dasar Pencak Silat Tanding. Jakarta: Dian
Rakyat.

Rusli Lutan, dalam Herman Tarigan, (2003). Pendidikan Jasmani Dan Kesehatan.
Jakarta: Depdikbud.

Sucipto. (2007). In Pembelajaran Pencak Silat. Bandung: FPOK Bandung.

Anda mungkin juga menyukai