Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pencak silat merupakan sistem beladiri yang diwariskan oleh nenek moyang sebagai
budaya bangsa Indonesia sehingga perlu dilestarikan, dibina, dan dikembangkan. Pencak silat
adalah “Suatu metode beladiri yang diciptakan untuk mempertahankan diri dari bahaya yang
dapat mengancam keselamatan dan kelangsungan hidup”.1 Dalam kamus bahasa Indonesia,
pencak silat diartikan permainan (keahlian) dalam mempertahankan diri dengan kepandaian
menangkis, menyerang dan membela diri dengan atau tanpa senjata. Pencak silat juga
merupakan seni beladiri, sehingga di dalamnya terdapat unsur keindahan dan tindakan.
Pencak silat merupakan hasil budi dan akal manusia, lahir dari sebuah proses perenungan,
pembelajaran dan pengamatan. Pencak Silat adalah “Hasil budaya manusia\ Indonesia untuk
membela atau mempertahankan eksistensi (kemandirian) dan integritasnya (menunggalnya)
terhadap lingkungan hidup atau alam sekitarnya untuk mencapai keselarasan hidup guna
meningkatkan iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa”.2

Ajaran dalam pencak silat meliputi empat aspek, yaitu aspek mental spiritual, aspek
seni, aspek beladiri, dan aspek olahraga. Setiap aspek memiliki penekanan teknik yang
berbeda. Untuk itu diperlukan kemampuan pelatih dalam menguasai teknik dasar sehingga
proses berlatih melatih dapat efektif dan efisien. Bagi pesilat yang baru belajar pencak silat
sering mengalami kesulitan bila langsung diajarkan teknik pukulan, tendangan, maupun
jatuhan tanpa diberikan sikap dan gerak dasar terlebih dahulu. Hal ini dikarena teknik
pukulan, tendangan, maupun jatuhan memerlukan koordinasi yang tinggi.

Teknik bantingan merupakan salah satu teknik serangan jarak dekat dengan cara
menangkap salah satu komponen tubuh lawan lalu mendorong atau menarik komponen tubuh
lawan tersebut, kemudian dihempaskan sekaligus dengan cepat. Teknik bantingan umumnya
digunakan pada saat pertandingan tetapi selain itu teknik bantingan juga bisa dimanfaatkan
1
Kriswanto, Erwin Setyo. 2015. Pencak Silat. Yogyakarta. Pustaka Baru Press.
2
Roni, Hidayat, Seni Bela Diri: Pencak Silat, Bogor: PT. Regina Eka Utama, 2014

1
dalam seni pertunjukan. Penelitian ini berfokus kepada teknik bantingan oleh Perguruan Silat
Tadjimalela. Pada zaman dahulu, tidak semua daerah di Indonesia menggunakan istilah
pencak silat untuk merujuk kepada suatu aktivitas bela diri. Pencak adalah gerak serang
membela diri berupa tarian dan irama dengan peraturan (adat kesopanan), dan dapat dijadikan
sebagai pertunjuk. Silat adalah intisari pencak, sedangkan untuk berkelahi atau membela diri
bukan lagi pertunjukan. Jadi, istilah ‘pencak silat’ secara harfi'ah berarti ‘bertarung dengan
seni’.

Teknik bantingan dalam olahraga pencak silat sangatlah penting bagi atlet
dikarenakan bantingan adalah salah satu teknik untuk mematahkan atau menghentikan
serangan lawan. Berikut adalah beberapa teknik bantingan dasar sebagai berikut :3

a. Kuda-Kuda Tengah

Kedua kaki dikangkangkan, sejajar. Lebar kangkangan kurang lebiih dua kali lebar
bahu. Kedua kaki ditekuk, badan tegap, berat badan terbagi rata di antara kedua kaki.

b. Kuda-Kuda Samping

Kaki kanan sejajar dengan kaki kiri. Kaki kanan ditekuk dan kaki sebelah kiri lurus.
Berat badan 90 persen diletakkan diatas kaki yang ditekuk. Kuda-kuda dengan berat badan ke
samping kiri atau kanan dengan posisi badan tegap condong samping kiri atau kanan, kaki
terbuka menyamping, kaki kanan atau kiri ditekuk sesuai dengan arah kuda-kudanya.

c. Kuda-Kuda Depan

Kaki kiri di depan kaki kanan atau sebaliknya, keduanya terletak satu garis. Kaki yang
di depan ditekuk dan kaki yang belakang sedikit ditekuk. Berat badan 90 persen 3 diletakkan
di atas kaki depan. Posisi kedua kaki membentuk sudut kurang lebih 30 derajat, bisa
dilakukan lurus atau serong.

d. Kuda-kuda Belakang

3
Kriswanto, Erwin Setyo. 2015. Pencak Silat. Yogyakarta. Pustaka Baru Press.

2
Kaki kiri dibelakang kaki kanan atau sebaliknya, keduanya berada dalam satu garis.
Kaki yang belakang ditekuk dan yang di depan agak diluruskan. Berat badan 90 persen
diletakkan di atas kaki yang dibelakang. Kuda-kuda belakang tersebut dapat pula dilakukan
dengan kaki yang di depan diangkat ujung-ujung jarinya. Bisa dilakukan lurus ke belakang
atau serong.

e. Kuda-Kuda Silang

Kedua kaki saling bersilangan, badan diputar, dan kaki yang dibelakang atau yang di
depan, tergantung kaki yang sebelah mana yang akan digerakkan. Jika kaki yang akan
digunakan untuk menyerang atau menghindar kaki kanan, maka berat badan diletakkan diatas
kaki yang kiri. Begitu sebaliknya.

f. Kuda-Kuda Khusus

Berdiri diatas satu kaki. Sikap ini biasa dilakukan pada saat salah satu kaki digunakan
untuk menangkis, menghindar, atau menyerang. Agar Kuda-Kuda ini dapat dilakukan dengan
baik, terlebih dahulu harus diadakan latihan kekuatan otot kaki dan latihan keseimbangan.

Sikap kuda-kuda adalah hal yang sangat penting dalam pencak silat. Sebaik apapun
teknik serangan, tidak ada artinya jika tidak didukung kuda-kuda yang baik. Cara melatih
kuda-kuda yang benar bukan dengan melatih kuda-kuda itu secara sendiri-sendiri, melainkan
harus dilakukan bersama-sama dengan suatu teknik serangan atau teknik belaan. Istilah
kuda-kuda sangat akrab digunakan dalam bela diri pencak silat. Posisi ini digambarkan
seperti orang menunggang kuda agar mudah mengingatnya. Kuda-kuda merupakan posisi
dasar dalam melakukan teknik pencak silat selanjutnya. Kuda-kuda adalah teknik yang
memperlihatkan sikap dari kedua kaki dalam keadaan statis. Teknik ini digunakan untuk
mendukung sikap pasang pencak silat. Kudakuda juga digunakan sebagai latihan dasar
pencak silat untuk memperkuat otot-otot kaki. Otot yang dominan dalam melakukan
kudakuda adalah quadriceps femoris dan hamstring.4

Pencak Silat merupakan salah satu budaya asli bangsa Indonesia, dimana sangat
diyakini oleh para pendekar dan Pakar Pencak Silat bahwa masyarakat melayu saat ini
menciptakan dan mempergunakan ilmu bela diri ini sejak dimasa prasejarah. Pada awalnya
4
Lubis, Johansyah dan Hendro Wardoyo. 2014. Pencak Silat. Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada.

3
Pencak Silat berfungsi sebagai alat untuk membela diri dari berbagai ancaman. Seiring
perkembanganya, fungsi Pencak Silat tidak hanya sebagai alat beladiri tetapi dapat dijadikan
sebagai sarana mencurahkan kecintaan pada aspek keindahan (estetika), dan alat pendidikan
mental dan rohani. Ke-empat aspek tersebut merupakan suatu rangkaian yang utuh, tidak
dapat di pisahpisahkan, saling mengisi dan saling membutuhkan. Artinya setiap gerakan
dalam Pencak Silat selalu berdasarkan pada aspek beladiri, olahraga, seni dan mental
spiritual.

Pada tanggal 18 mei 1948 di Solo (menjelang PON ke I), para pendekar berkumpul
dan membentuk organisasi Ikatan Pencak Silat Seluruh Indonesia (IPSSI). Ketua umum
pertama IPSSI adalah Mr. Wongsonegoro. Kemudian diubah namanya menjadi Ikatan Pencak
Silat Indonesia (IPSI). Organisasi pencak silat didirikan bertujuan untuk menampung
perguruan-perguruan pencak silat dan untuk menggalang kembali semangat juang bangsa
Indonesia dalam pembangunan. Selain itu IPSI mempunyai tujuan membangun rasa
persatuan dan persaudaraan bangsa Indonesia sesuai dengan yang terkandung dalam
pancasila.

Kemajuan dalam pelatihan pencak silat yang terjadi saat ini sangatlah baik untuk
diharapkan agar banyak memberikan kontribusi dalam pengembangan, penciptaan penemuan
terbaru yang berupa bentuk aspek fisik, teknik, dan taktik/strategi, mental serta peralatan
dalam latihan. Setiap masalah yang akan dihadapi akan diatasi dengan terus pembenahan diri,
dengan cara mengembangkan, mengevaluasi dan memperbaiki dari segala sektor pendukung
serta terus mencari metode agar olahraga beladiri pencak silat dapat menjadi olahraga yang
berkompeten sesuai dengan perkembangan zaman.

Berdasarkan latar belatang masalah diatas maka penulis akan meneliti dengan sebuah
judul: “Pengembangan Tehnik Latihyan Banting Pencak Silat5 IPSI Kota Kediri.”

1.2. Fokus Penelitian

4
Agar dicapai hasil yang optimal dari penguasaan teknik jatuhan dengan tangkapan,
maka fokus masalah pada penelitian ini adalah pengembangan latihan teknik bantingan.
Peneliti ingin berupaya mengembangkan teknik bantingan saat berlatih sehingga mudah
dipelajari dan digunakan.”

1.3. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang msalah dan fokus penelitian yang telah di temukan di atas,
maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Bagaimana
pengembangan latihan teknik bantingan saat loatihan di IPSI Kota Kediri ?”

1.4. Kegunaan Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk :

1. Untuk mengetahui model yang di pakai dalam melatih teknik bantingan. Memberikan
pengetahuan kepada mahasiswa.

2. Membantu upaya memajukan prestasi atlet Pencak Silat Indonesia khususnya pada klub
prestasi Pencak Silat IPSI Kota Kediri. Dalam hal teknik bantingan,

3. Mempermudah atlet Pencak Silat dalam melakukan teknik bgantingan.

4. Memberikan suasana baru bagi atlet dalam proses latihan, sehingga atlet merasa tidak
jenuh.

1.5. Kerangka Pemikiran

5
Teknik dasar pencak silat merupakan keterampilan utama dalam pertandingan pencak
silat. Teknik dasar yang harus dikuasai dalam pertandingan pencak silat meliputi (1) Kuda-
kuda, (2)Sikap pasang, (3)Pola langkah, (4)Belaan, (5)Hindaran, (6)Serangan, (7)Tangkapan.
Penguasaan teknik dasar dengan baik tidak dapat diperoleh dengan cara instan tetapi melalui
latihan yang sudah di program dan dilaksanakan secara sistematis.

Dari berbagai teknik dasar pencak silat yang tidak semua dapat di pergunakan dalam
pertandingan, sehingga dalam melatih harus sesuai dengan kebutuhan yang ada dalam
pertandingan pencak silat kategori tanding, yaitu (1)Pukulan, (2)Tendangan Sabit,
(3)Tendangan Depan, (4)Tendangan Samping, (5)Tendangan Belakang, (6)Bantingan,
(7)Guntingan, (8)Sapuan, (9)Block, (10)Hindaran. Dan pelatih juga harus mengetahui acuan
data statistik rata-rata penggunaan teknik secara umum dan acuan data statistik pada masing-
masing kelas tanding untuk membuat program latihan umum dan progam latihan individu.

1.6. Sistematika Penelitian

6
BAB I.

Pendahuluan, BAB ini berisi tentang latar belakang masalah, focus penelitian,rumusan
masalah, manfaat penelitian, kerangka pemikiran dan sistematika penelitian.

BAB II.

Kajian pustaka, membahas tentang landasan teori berupa teori p0engembangan, hakikat
latihan, teknik bantingan dan pencak silat. Kedua membahas penelitian terdahulu yang
relevan.

BAB III.

Metode penelitian, mulai dari jenis penelitian, tempat p-enelitian, populasi dan sample,
sumber data, instrument penelitian, teknik pengumpulan data dan teknis analisis data.

BAB IV.

Deskripsi dan gambaran objek penelitian

Hasil dan Pembahasan berisi : (1) Hasil Penelitian, klasifikasi bahasan disesuaikan dengan
pendekatan, sifat penelitian, dan rumusan masalah atau fokus penelitiannya, (2) Pembahasan,
Sub bahasan (1) dan (2) dapat digabung menjadi satu kesatuan, atau dipisah menjadi sub
bahasan tersendiri.

BAB V.

Penutup, Bab terakhir berisi kesimpulan, saran-saran atau rekomendasi.Kesimpulan


menyajikan secara ringkas seluruh penemuan penelitian yang ada hubungannya dengan
maslah penelitian. Kesimpulan diperoleh berdasarkan hasil analisis dan interpretasi data yang
telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya. Saran-saran dirumuskan berdasarkan hasil
penelitian, berisi uraian mengenai langkah-kangkah apa yang perlu diambil oleh pihak-pihak
terkait dengan hasil penelitian yang bersangkutan.

BAB II

7
LANDASAN TEORI

2.1. Kerangka Teori

Keragka teori adalah kemampuan seseorang peneliti dalam mengaplikasikan pola


fikirnya dalam menyusun secara sistematis teori-teori yang mendukung permasalahan
penelitian. Menurut Karlinger teori adalah himpunan konsep definisi dan proposisi yang
mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dalam menjabarkan relasi diantara
variabel untuk mejelaskan dalam meramalkan gejala tersebut.5

Teori berguna menjadi titik tolak atau landasan berfikir dalam memecahkan atau
menyoroti masalah. Fungsi teori sendiri adalah untk menerangkan, meramalkan, memprediksi
dan menemukan keterpautan fakta-fakta yang ada secara sistematis.6

2.1.1. Pengertian Pengembangan

Pengembangan merupakan hal yang terpenting yang harus dilakukan oleh sebuah
organisasi dalam meningkatkan produktivitas pegawai. Pengembangan organisasi dalam
suatu instansi pemerintahan sangat diperlukan pengembangan sumber daya manusia yang
akan menunjang terjadinya suatu keselarasan di dalam suatu organisasi tersebut.
Pengembangan sumber daya manusia adalah hal yang sangat penting dalam peningkatan
keterampilan dan kinerja serta sikap dan prilakunya. Hal ini lah yang akan membuat
perubahan ke arah yang lebih baik di dalam lingkungan organisasi ataupun di luar organisasi
tersebut. Dalam pengembangan, pegawai itu dikembangkan agar lebih sesuai dengan
pekerjaan dan organisasi. Pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan
kemampuan teknis, teoritis, konseptual dan moral karyawan sesuai dengan kebutuhan
pekerjaan atau jabatan melalui pendidikan dan pelatiham”.7

5
Sugiyono.(2010). MetodePenelitian Kuantitatif Kualitatif & RND. Bandung :Alfabeta
6
Effendy, Onong Uchjana. 2014. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung:
Rosdakarya
7
Hasibuan, Malayu S.P. (2014). Manajemen Sumber Daya Manusia Edisi Revisi. Jakarta: Bumi
Aksara.

8
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pengembangan merupakan suatu usaha
yang bersifat teknis, teoritis, konseptual,dan moral dan dijalankan berdasarkan prosedur yang
sistematis dan terorganisir.

Pengembangan adalah: “Penyiapan individu untuk memikul tanggung jawab yang


berbeda atau lebih tinggi dalam organisasi. Pengembangan biasanya berkaitan dengan
peningkatan kemampuan intelektual atau emosional yang diperlukan untuk melaksanakan
pekerjaan yang lebih baik”.8 Pengembangan berarti hal-hal yang berlainan bagi ahli di bidang
ini, akan tetapi dasarnya pengembangan merupakan suatu metode untuk memudahkan
perubahan dan pengembangan dalam orang-orang (misalnya dalam gaya, nilai, keterampilan),
dalam teknologi (misalnya dalam kesederhanaan yang lebih besar, dalam kompleksitas),dan
dalam peranan”.9

Pengembangan adalah suatu proses atau pengembangan yang mencakup aturan-aturan.


Pengertian di awali dengan mendirikan, menumbuhkan, memelihara pertumbuhan tersebut
disertai usaha-usaha perbaikan, penyempurnaan dan akhirnya mengembangkannya.
Berdasarkan definisi yang telah dikemukakan diatas,dapat disimpulkan bahwa
pengembangan adalah kegiatan merubah keadaan tertentu sehingga diharapkan dapat lebih
berkembang melalui proses atau usaha memantapkan jalurjalur perencanaan, pengaturan,
pengorganisasian, bahkan pembinaan dengan maksud untuk menjadi lebih baik dari keadaan
sebelumnya.

2.1.2. Hakikat Latihan

a. Pengertian Latihan

8
Henry Simamora, 2016, Manajemen Sumber Daya Manusia, Gramedia, Jakarta.
9
Moekijat. (2016). Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung : CV. Mandar Maju.

9
“latihan adalah suatu proses perubahan kearah yang lebih baik untuk meningkatkan
kualitas fisik, kemampuan fungsional peralatan tubuh dan kualitas fisik anak latih”. 10 Definisi
dari latihan yang banyak digunakan oleh para pakar olahraga yaitu metode ilmiah dalam
meningkatkan kebugaran fisik yang ada pada dasar-dasar komponen biomotorik.
Pengetahuan mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan metode ilmiah dalam latihan
sangat membantu dalam usaha pencapaian pengembangan prestasi atlet. Latihan adalah
upaya seseorang dalam meningkatkan perbaikan organisme dan fungsinya untuk
mengoptimalkan prestasi dan penampilan olahraga.11

Tujuan dari latihan untuk memperoleh berprestasi semaksimal mungkin, namun dalm
proses pelaksaan latihan tidaklah cukup mudah dan sederhana. Program latihan yang telah
diberikan pelatih amatlah penting dalam mendukung kualitas latihan yang sesuai dengan
cabang masing- masing. Bukan hanya latihan fisik saja yang harus dilatih untuk mencapai
prestasi yang maksimal teknik, taktik dan mental juga amatlah penting untuk dilatih. Pada
prinsipnya latihan merupakan suatu proses perubahan ke arah yang lebih baik, yaitu untuk
meningkatkan: kualitas fisik kemampuan fungsional peralatan tubuh dan kualitas psikis anak
latih. Dijelaskan juga bahwa latihan juga bisa dikatakan sebagai sesuatu proses berlatih yang
sistematis yang dilakukan secara berulang-ulang yang kian hari jumlah beban latihannya kian
bertambah.12

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa latihan (olahraga) adalah
suatu proses kegiatan olahraga yang dilakukan secara sadar, sistematis, bertahap dan
berulang-ulang, dengan waktu yang relatif lama, untuk mencapai tujuan akhir dari suatu
penampilan yaitu peningkatan prestasi yang optimal. Supaya latihan mencapai hasil prestasi
yang optimal, maka program/bentuk latihan disusun hendaknya mempertimbangkan
kemampuan dasar individu, dengan memperhatikan dan mengikuti prinsip-prinsip atau asas-
asas pelatihan.

b. Prinsip Latihan

10
Sukadiyanto. 2013. Pengantar Teori Dan Metodologi Melatih Fisik. Bandung: CV.Lubuk Agung.
11
Awan Hariono. (2016). Metode Melatih Fisik Pencak Silat. Yogyakarta: FIK UNY.
12
Harsono. (2018). Latihan Kondisi Fisik Untuk Atlet Sehat Aktif. Remaja Rosda Karya.

10
Untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan fisik, serta efektifitas latihan
dapat dicapai maka dalam pelaksanaanya harus memperhatikan prinsip-prinsip latihan.
Prinsip-prinsip dalam latihan adalah terdiri dari:

1) Prinsip pembebanan (loading) sepanjang tahun latihan tersebut.

Karena sifat adaptasi atlet terhadap beban latihan yang diterima adalah labil dan
sementara, maka untuk mencapai suatu prestasi maksimal, perlu ada latihan sepanjang tahun
dan terus menerus secara teratur, terarah, dan berkesinambungan. Terus menerus dan
berkesinambungan bukan berarti tidak ada istirahat sama sekali. Agar dapat diketahui dengan
jelas suatu latihan yang sistematis, perlu ada periode-periode latihan.

2) Prinsip periodisasi dan penataan beban selama peredaran waktu latihan tersebut.

Beban latihan yang diberikan pada atlet harus cukup berat dan diberikan berulang-
ulang dengan intensitas yang cukup tinggi sehingga merangsang adaptasi fisik terhadap
beban latihan. Kenaikan beban harus bertahap sedikit demi sedikit agar tidak tejadi over
training, dan proses adaptasi terhadap beban terjamin keteraturannya.

3) Prinsip hubungan antara persiapan yang bersifat umum dan khusus dengan
kemajuan spesialisasi.13

Prinsip specificity (kekhususan) menjelaskan bahwa substasnsi latihan harus dipilih


sesuai dengan cabang olahraganya, sehingga program latihan harus didesain untuk
menyesuaikan volume dan intensitas latihan dengan tuntutan energi pada suatu cabang
olahraga. Konsep Prinsip specificity (kekhususan) diterapkan pada latihan kecepatan secara
sederhana diartikan sebagai suatu susunan latihan dengan kualitas yang tinggi.

Tujuan terbaik dalam penampilan akan tercapai apabila bagian-bagian pokok latihan
serupa dengan kondisi saat kompetisi. Semakin spesifik latihan tersebut, semakin besar
pengaruh yang dicapai dalam penampilan. Prinsip terpenting yang menjadi pertimbangan
disini adalah prinsip specificity. Yang dikenal juga sebagai Prinsip SAID (S = specific, A =
adaptation, I = imposed, D = demands). Tuntutan program latihan harus cukup untuk
kekuatan adaptasi, dan adaptasi akan menjadi spesisifik untuk tipe latihan yang ditampilkan.

13
Nossek, Yosef. (2013). Teori Umum Latihan. Lagos: Institut Nasional Olahraga Lagos.

11
Jika atlet ingin lebih cepat, maka harus bekerja lebih cepat, dimana tubuh akan beradaptasi
pada tingkat kerja yang lebih tinggi dan keluaran kekuatan yang lebih tinggi latihan harus
mempunyai bentuk dan ciri yang khusus sesuai dengan sifat dan karakter masing-masing
cabang olahraga.

4) Prinsip pendekatan indivudal dan pembebanan individual.

Setiap orang berbeda-beda baik fisik, mental, potensi, karakteristik belajarnya,


ataupun tingkat kemampuannya, karena perbedaan-perbedaan tersebut harus diperhatikan
oleh pelatih agar di dalam memberikan beban dan dosis latihan, metode latihan, serta cara
berkomunikasi dapat sesuai dengan keadaan dan karakter atlet sehingga tujuan prestasi dapat
tercapai.

5) Prinsip hubungan terbaik antara kondisi fisik, teknik, taktik dan intelektual
(kecerdikan) termasuk kemauan.

Prinsip perkembangan menyeluruh memberikan kebebasan kepada atlet untuk


melibatkan diri dalam berbagai aspek kegiatan agar ia memiliki dasar yang kokoh guna
menunjang ketrampilan khususnya kelak. Dengan melibatkan diri dalam berbagai aktivitas,
atlet mengalami perkembangan yang komprehensif terutama dalam hal kondisi fisiknya
seperti kekuatan, daya tahan, kecepatan, kelincahan gerak dan sebagainya.

2.1.3. Pencak Silat

A. Pengertian Pencak Silat

Pencak silat secara Etimologi berasal dari 2 kata yaitu Pencak dan Silat. Istilah pencak
sudah terkenal diwilayah Asia Tenggara sedangkan silat hanya dikenal di Indonesia. Kata
pencak dan silat memiliki arti yang sama tetapi dalam perkembangannya, pencak lebih
mengarah ke seni bela diri sedangkan silat lebih mengarah pada ajaran teknik beladiri atau
pertarungan. Pencak silat adalah hasil budaya manusia untuk membela/mempertahankan
existensi (kemandirian) dan integrasinya (manunggalnya) terhadap lingkungan hidup
sekitarnya untuk mencapai keselarasan hidup guna peningkatan iman kepada Tuhan YME. 14
14
Iskandar M. Atok. (2014). Seni Bela Diri Pencak Silat. Remaja Rosdakarya,Bandung.

12
Pencak adalah gerakan bela diri tanpa lawan, sedangkan silat sebagai beladiri yang tidak
boleh dipertandingkan.15 Pencak Silat adalah hasil budaya manusia Indonesia untuk membela,
mempertahankan eksistensi (kemandiriannya) dan integritasnya (manungggal) terhadap
lingkungan hidup/alam sekitarnya untuk mencapai keselarasan hidup guna peningkatan iman
dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Pencak adalah keahlian dalam mempertahankan
diri, dalam seni keahlian yang dimaksud adalah gerakan tangkisan, hindaran, dan
menyerang.16

Sedangkan Silat maknanya adalah olahraga yang didasarkan pada kegiatan


menghidar, menyerang dan mempertahankan diri dengan atau tanpa senjata. Dapat
disimpulkan bahwa pencak silat adalah suatu skill kepandaian dalam seni berkelahi yang
didasarkan pada ketangkasan dalam menyerang, menghidar, dan membela diri baik dalam
suatu pertandingan khusus atau dalam perkelahian sebenarnya.

Pencak silat merupakan warisan budaya bangsa Indonesia yang lahir sejak peradaban
manusia di bumi pertiwi.17 Pencak silat berarti permainan (keahlian) dalam mempertahankan
diri dengan kepandaian menangkis, menyerang dan membela diri, baik dengan atau tanpa
senjata. Ada banyak pengertian pencak silat, pencak silat juga dapat diartikan sebagai budi
daya (budaya) bangsa Indonesia yang bertujuan untuk membela dan mempertahankan
eksistensi (kemandirian) dan intregitas (kemanunggalan) terhadap lingkungan hidup dan alam
sekitarnya, juga untuk mencapai keselarasan hidup guna meningkatkan iman dan taqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa (PB IPSI, 1995: 15).

Sedangkan O’ong Maryono mengemukakan bahwa: “Pencak silat adalah gerak bela
serang yang teratur menurut sistem, waktu, tempat, dan iklim dengan selalu menjaga
kehormatan masing-masing secara ksatria, tidak mau melukai perasaan, sangat erat
hubungannya dengan rohani, sehingga menghidup suburkan naluri, menggerakkan hati nurani
manusia, langsung menyerah kepada Tuhan Yang Maha Esa. Jadi Pencak silat sangat erat
hubungannya dengan aspek lahiriah dan juga rohaniah”. 18

15
Sucipto. (2013). Pendekatan Keterampilan Taktis dalam Pembelajaran Pencak Silat. Jakarta:
Direktorat Jenderal Olahraga.
16
Alwi, Hasan. dkk. (2008). Sejarah Perkembangan Pencak Silat. Yogyakarta:Andi Yogyakarta.
17
AM, Agung Nugroho 2004, Diktat Dasar-Dasar Pembelaan Pencak Silat, Fakultas Ilmu
Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta..
18
O’ong Maryono, 2013 Pencak Silat Merentang Waktu, Cetakan II, Yogyakarta: Yayasan Galang .

13
Dari beberapa pengertian di atas dapat dimaknai bahwa pencak silat merupakan
budaya asli bangsa Indonesia yang bertujuan untuk membela dan mempertahankan diri
sekaligus sebagai sarana untuk membentuk manusia seutuhnya, yaitu mempunyai
kemandirian, sehat jasmani dan rohani.

Pencak silat adalah hasil budaya manusia Indonesia untuk membela/mempertahankan


eksistensi (kemandiriannya), dan integritasnya terhadap lingkungan hidup/alam sekitarnya
untuk mencapai keselarasan hidup guna meningkatkan iman dan taqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa.19

Terdapat empat aspek utama dalam pencak silat, yaitu:20

a) Aspek Mental Spiritual

Pencak silat membangun dan mengembangkan kepribadian dan karakter mulia


seseorang. Sebagai aspek mental spiritual, pencak silat lebih banyak menitikberatkan pada
pembentukan sikap dan watak kepribadian pesilat yang sesuai dengan falsafah budi pekerti
luhur. Aspek mental spiritual meliputi sikap dan sifat bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa dan berbudi pekerti luhur, cinta tanah air, penuh persaudaraan dan tanggung jawab, suka
memanfaatkan, serta mempunyai rasa solidaritas tinggi dengan menjunjung tinggi kebenaran,
kejujuran, dan keadilan.

b) Aspek Seni

Budaya dan permainan “seni” pencak silat ialah salah satu aspek yang penting. Istilah
pencak pada umumnya menggambarkan bentuk seni tarian pencak silat, dengan musik dan
busana tradisional. Aspek seni dari pencak silat merupakan wujud kebudayaan dalam bentuk
kaidah gerak dan irama, sehungga perwujudan taktik ditekankan kepada keselarasan,
keseimbangan dan keserasian antara raga, irama, dan rasa.

c) Aspek Bela Diri

Istilah silat, cenderung menekankan pada aspek kemampuan teknis beladiri pencak
silat. Aspek beladiri meliputi sifat dan sikap kesiagaan mental dan fisikal yang dilandasi
19
Lesmana, Ferry. (2014). Panduan Pencak Silat 2. Yogyakarta: Zanafa Publishing..
20
Kriswanto, Erwin Setyo. 2015. Pencak Silat sejarah dan perkembangan pencak silat, Teknik-teknik
dalam Pencak Silat, Pengetahuan dasar pertandingan Pencak Silat. Yogyakarta: PustakaBaruPress.

14
dengan sikap kesatria, tanggap dam selalu melaksanakan atau mengamalkan ilmu beladirnya
dengan benar, menjauhkan diri dari sikap dan perilaku sombong dan menjauhkan diri dari
rasa dendam.

d) Aspek Olahraga

Aspek olahraga meliputi sifat dan sikap menjamin kesehatan jasmani dan rohani serta
berprestasi di bidang olahraga. Pesilat mencoba menyesuaikan pikiran dengan olah tubuh.
Aspek olahraga meliputi pertandingan dan demostrasi bentuk-bentuk jurus, baik untuk
tunggal, ganda, dan regu.

Keseluruhan aspek tersebut terpadu dan tidak dapat di pisah-pisahkan satu dengan
yang lainnya, menjadi satu dalam diri seorang pesilat. Seni pencak silat mempunyai arti seni,
pencak, dan silat. Seni berarti bergerak memakai pola langkah dengan diiringi musik
tradisional dari pencak silat, yang berasal dari daerah itu sendiri. Pencak berarti bergerak,
melonjak menggunakan pola langkah ataupun kuncian dengan memencak. Silat berarti
menjalin hubungan silaturahmi sesama pesilat, masyarakat umumnya serta hubungan dengan
sang pencipta (allah SWT) khususnya. Jadi seni pencak silat adalah melakukan gerak dengan
emakai pola langkah dengan kuncian atau jurus, sehingga membentuk gerakan yang indah
untuk membela diri dari musuh yang juga dapat diiringi musik tradisional serta menjalin
silaturahmi dengan sesama pesilat khususnya dan masyarakat umumnya.21

B. Kaidah Pencak Silat

Kaidah pencak silat adalah aturan dasar tentang cara-cara melaksanakan atau
mempraktekkan pencak silat. Kaidah ini menerapkan semua kaidah nilai identitas pencak
silat. Oleh karena itu kaidah pencak silat dalam olahraga merupakan prinsip yang harus
dikembangkan dalam pertandingan pencak silat, baik secara teknik maupun taktik. Dari
perkembangan teknik maupun taktik, prinsip sambut atau tidak hanya menyerang saja, tetapi
harus ada unsur pembelaan sebagai prinsip dasar beladiri pencak silat. Perwujudan dari

21
Lesmana, Ferry. (2014). Panduan Pencak Silat 2. Yogyakarta: Zanafa Publishing.

15
pelaksanaan dan praktik pencak silat yang berkaidah adalah: etis (terkendali), efekif, estetis,
dan sportif. 22

C. Hakikat Pencak Silat

Hakikat pencak silat adalah, pendidikan dan pengajaran pencak silat dilaksanakan di
perguruan- Perguruan pencak silat mencakup segi mental spiritual. Teknik-taktik, dan fisikal
sebagai satu kesatuan dan hal tersebut dilakukan oleh pendekar dan guru-guru yang mampu
melaksanakan pendidikan dan pengajaran yang mencakup aspek kognitif (pengetahuan),
efektif (sikap), dan psikomotor (keterampilan). Untuk mencapai prestasi dalam olahraga
pencak silat diperlukan berbagai pertimbangan dan perhitungan serta analisis yang cermat
sebagai faktor-faktor penentu dan penunjang prestasi tersebut dapat dijadikan dasar dalam
menyusun program. 23

Salah satu penunjang dalam prestasi tersebut diantaranya adalah metode latihan yang
dilakukan secara teratur, terprogram, dan terukur. Kualitas dari kondisi fisik pesilat harus
dapat ditingkatkan mengingat olahraga pencak silat merupakan olahraga yang full body
contact, yang kemungkinan terjadinya cedera relatif sangat besar. Untuk itu diperlukan
komponen biomotor yang baik. Komponen biomotor yang diperlukan dalam pencak silat
adalah kekuatan, kecepatan, power, fleksibilitas, kelincahan, dan koordinasi. Namun bukan
berarti komponen dari biomotor yang lain tidak diperlukan dalam pencak silat, misalnya
seperti keseimbangan, dan daya tahan. Semua itu merupakan gabungan atau perpaduan dari
komponen biomotor. Selain itu aspek psikis atau mental juga diperlakukan agar lebih
mendukung untuk menjadi pesilat yang baik.

2.1.4. Teknik Bantingan Pencak Silat

22
AM, Agung Nugroho 2004, Diktat Dasar-Dasar Pembelaan Pencak Silat,Fakultas Ilmu Keolahragaan
Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta.
23
AM, Agung Nugroho 2004, Diktat Dasar-Dasar Pembelaan Pencak Silat,Fakultas Ilmu Keolahragaan
Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta.

16
Bantingan adalah teknik dalam pencak silat yang berguna untuk menjatuhkan lawan
menggunakan tenaga lawan. Selain itu adapula yang mengartikan bantingan sebagai taktik
dan teknik serangan dengan menangkap salah satu bagian tubuh terlebih dahulu dalam jarak
jangkau dekat hingga dapat ditarik atau didorong dan dihempaskan.
Teknik bantingan pencak silat berdasarkan titik tumpu penyangganya dapat dibagi
menjadi 4 teknik yaitu bantingan pinggul, bantingan kaki, bantingan tungkai dan bantingan
punggung. Dalam pertandingan pencak silat sendiri tentunya terdapat beberapa aturan yang
harus dilakukan dan dipatuhi oleh para pesilat.

Dalam pertandingan pencak silat pada umumnya terdapat dua orang pesilat yang
ditampilkan dalam kubu yang berbeda. Keduanya saling berhadapan menggunakan unsur
serangan dan pembelaan seperti mengelak, menyerang, menangkis dan mengena sasaran yang
diperbolehkan untuk menjatuhkan lawan. Selain itu para pesilat juga dapat menggunakan
beberapa teknik dasar didalamnya. Misalnya saja teknik bantingan tersebut. Di bawah ini
terdapat penjelasan mengenai cara melakukan teknik bantingan dalam pencak silat yaitu
sebagai berikut:

A. Teknik Bantingan Depan

Jenis teknik bantingan pencak silat yang pertama yaitu teknik bantingan depan. Teknik
bantingan depan dalam pencak silat dapat dilakukan dengan cara seperti berikut:

1) Kokoh dan tegapkan kuda kuda.


2) Letakkan salah satu di depan dan tekuk sedikit.
3) Luruskan kaki yang dibelakang dan sejajarkan tumit kaki belakang dengan tumit kaki
depan.
4) Letakkan kedua tangan didepan dada dalam posisi siap.
5) Tangan harus diposisikan siap menangkap kaki lawan ketika lawan menggunakan
teknik tendangan kaki untuk menyerang.
6) Gunakan tenaga lawan ketika berat badan berpusat ke depan dengan cara menarik kaki
lawan dan putar ke arah belakang. Dengan begitu arah bantingan dapat menuju ke depan
karena letak berat badan sepenuhnya didepan.

17
B. Teknik Bantingan Belakang

Jenis teknik bantingan pencak silat selanjutnya adalah teknik bantingan belakang.
Adapun cara melakukan teknik bantingan dalam pencak silat yaitu sebagai berikut:

1) Kokoh dan tegapkan kuda kuda.


2) Letakkan salah satu di depan dan tekuk sedikit.
3) Luruskan kaki yang dibelakang dan sejajarkan tumit kaki belakang dengan tumit
kaki depan.
4) Letakkan kedua tangan didepan dada dalam posisi siap.
5) Tangan harus diposisikan siap menangkap kaki lawan ketika lawan menggunakan
teknik tendangan kaki untuk menyerang.
6) Geser kaki ketika lawan menyerang dengan tendangan kaki kiri, lalu tangkap kaki
lawan dengan tangan kanan. Kemudian kaki kiri diposisikan menyapu pada kaki
tumpuan lawan.
7) Tangan kiri diposisikan merangkul lawan dan angkat lawan untuk kemudian
dijatuhkan.

C. Teknik Bantingan Samping

Jenis teknik bantingan pencak silat selanjutnya adalah teknik bantingan samping. Teknik
bantingan samping dapat dilakukan dengan cara seperti berikut:

1) Kokoh dan tegapkan kuda kuda.


2) Letakkan salah satu di depan dan tekuk sedikit.
3) Luruskan kaki yang dibelakang dan sejajarkan tumit kaki belakang dengan tumit kaki
depan.
4) Letakkan kedua tangan didepan dada dalam posisi siap.
5) Tangan harus diposisikan siap menangkap kaki lawan ketika lawan menggunakan
teknik tendangan kaki untuk menyerang.

18
6) Pegang kaki lawan ketika melakukan tendangan, lalu tarik kaki lawan ke arah samping
dan majukan kaki kanan sampai dibelakang kaki kiri lawan. Setelah itu putar tumpuan
kaki kiri ke arah belakang dan bantingkan lawan menuju samping.

2.1.5. Teknik Dasar Pencak Silat

Gerak dasar pencak silat suatu gerak terencana, terarah, terkoordinasi dan terkendali, yang
mempunyai empat aspek sebagai satu kesatuan, yaitu aspek mental spiritual, aspek beladiri,
aspek olahraga dan aspek seni budaya.

Dalam peningkatan prestasi latihan pencak silat, teknik erat kaitannya dengan kemampuan
gerak, kondisi fisik, taktik dan mental. Teknik dasar perlu dikuasai terlebih dahulu guna dapat
mengembangkan mutu prestasi pencak silat. Adapun teknik-teknik dasar pencak silat adalah
sebagai berikut :

1) Kuda-kuda merupakan posisi dasar dalam melakukan teknik pencak silat selanjutnya.
Kuda-kuda adalah teknik yang memperlihatkan sikap dari keadaan kaki dalam keadaan
statis. Teknik inindigunakan untuk mendukung sikap pasang pencak silat.

Ditinjau dari bentuknya, kuda-kuda dapat dibagi menjadi empat jenis, yaitu :

a) Kuda-kuda depan, yakni kuda-kuda dengan sikap salah satu kaki berada di depan,
sedangkan kaki lainnya di belakang dan berat badan ditopang oleh kaki depan.

b) Kuda-kuda belakang, yakni kuda-kuda dengan sikap salah satu kaki berada di depan,
sedangkan kaki lainnya berada di belakang dan berat badan di depan, sedangkan
kaki lainnya berada di belakang dan berat badan ditopang oleh kaki belakang.

c) Kuda-kuda tengah, yakni kuda-kuda dengan sikap kedua kaki melebar sejajar dengan
bahu dan berat badan ditopang secara merata oleh kedua kaki, dapat juga dilakukan
dengan posisi serong.

d) Kuda-kuda samping, yakni kuda-kuda dengan posisi kedua kaki melebar sejajar
dengan tubuh dan berat badan ditopang oleh salah satu kaki yang menekuk ke kiri
dan ke kanan.

19
e) Sikap pasang mempunyai pengertian sikap taktik untuk menghadapi lawan yang
berpola menyerang atau menyambut. Dalam pelaksanaanya sikap pasang merupakan
kombinasi dan koordinasi kreatif dari kuda-kuda, sikap tubuh, dan sikap tangan.

2) Pola Langkah merupakan teknik gerak kaki dalam pemindahan dan pengubahan posisi
untuk mendekati atau menjauhi lawan guna mendapatkan posisi yang lebih baik
menguntungkan yang dikombinasikan dan dikoordinasikan dengan sikap tubuh dan sikap
tangan. Langkah meliputi empat jenis, yaitu : Langkah angkat (termasuk langkah putaran),
langkah geser, langkah seser, langkah lompat.

3) Belaan adalah upaya untuk menggagalkan serangan dengan tangkisan atau hindaran.
Belaan terbagi dua, yakni tangkisan dan hindaran.

4) Tangkisan adalah suatu teknik belaan untuk menggagalkan serangan lawan dengan
melakukan tindakan menahan serangan lawan dengan tangan, kaki, dan tubuh. Berikut
adalah jenis-jenis tangkisan : Tangkisan tepis, tangkisan gedik, tangkisan kelit, tangkisan
siku, tangkisan jepit atas.

5) Serangan tangan terdiri dari duaenis, yaitu serangan tangan dan serangan tungkai serta
kaki.

a) Serangan tangan terdiri dari beberapa jenis, yaitu: Pukulan depan, pukulan
samping, pukulan sangkol, pukulan lingkar, tebasan.

b) Serangan kaki dan tungkai terdiri dari : Tendangan lurus, tendangan tusuk,
tendangan kepret, tendangan T, tendangan belakang, tendangan sabit

6) Sapuan terdiri dari : Sapuan tegak, sapuan rebah, sabetan

7) Guntingan yakni teknik menjatuhkan lawan yang dilakukan dengan menjepit dengan
kedua tungkai kaki pada sasaran leher, pinggang atau tungkai law. Sehgga lawan jauh.
Guntingan terdiri dari guntingan luar dari guntingan dalam.

8) Bantingan yakni teknik menjatuhkan lawan yang dilakukan dengan menangkap terlebih
dahulu salah satu anggota tubuh lawan kemudian dilanjutkan dengan teknik jatuhan.
Menurut

20
Bantingan adalah “Teknik menjatuhkan lawan yang didahului oleh gerakan
menangkap salah satu anggota tubuh lawan”. Teknik bantingan sebenarnya rangkaian dari
teknik tangkapan, teknik kuncian kemudian teknik jatuhan. Maka dari itu teknik bantingan
perlu terus dilatih, karena teknik bantingan ini menggabungkan dari berbagai teknik dengan
tujuan satu kesatuan yang utuh. Apabila salah satu teknik tidak dilatih maka teknik bantingan
kemungkinan gagal dilakukan pada saat pertandingan. Teknik bantingan sendiri digunakan
pada saat pertandingan di gelanggang dengan tujuan untuk menjatuhkan lawan dan
mendapatkan point yang tinggi.

2.1.6. Sejarah Pencak Silat

Sejak awal tahun masehi telah berkembang hubungan dagang antara India di Asia
Selatan, Cina di Asia Timur, Indonesia di Asia Tenggara dan Romawi di Asia Selatan.
Hubungan dagang semakin ramai setelah ditemukannya jalur laut melalui Selat Malaka, India
dan laut tengah. Selat malaka terletak diantara 95°BT-103°BS dan hanya memiliki lebar 1,5
mil berada di semenanjung Malaysia (Thailand, Malaysia, Singapura) dan Pulau Sumatra
Indonesia (Aceh, Sumatra Utara, Riau, & kepualuan Riau) laut pada titik sempit yaitu selat
Phillips berdekatan dengan Singapura yang merupakan salah satu tempat kemacetan lalulintas
terpenting dunia. Selat Malaka menjadi penghubung antara samudra Hindia dan samudra
Pasifik serta terdapat 3 negara besar yang berperan didalamnya yaitu India, Indonesia dan
Republik Rayat Tiongkok. Diperkirakan pada masa itu ada sekitar 50.000 kapal melintas di
selat Malaka di setiap tahunnya yang mengangkut antara seperempat dan seperlima
perdagangan laut dunia. 24

Adanya perdagangan yang makin ramai, maka munculah pelabuhanpelabuhan


perdagangan seperti Pasai, Malaka, Demak dan Banten yang akhirnya menimbulkan
hubungan timbal balik. Barang dagangan yang berasal dari Cina diantaranya sutra, kertas,
kulit binatang, kayu manis serta porselen. Barang dagangan yang berasal dari India berupa
ukiran, gading, perhiasan, kain tenun, gelas, permata dan wol halus kemudian semua barang
dagangan tersebut ditukar dengan rempah-rempah, emas dan perak yang berasal dari

24
Sucipto. (2013). Pendekatan Keterampilan Taktis dalam Pembelajaran Pencak Silat.Jakarta:
Direktorat Jenderal Olahraga

21
Indonesia. Dengan berlabuhnya kapal dagang dari berbagai penjuru dunia ke Selat Malaka
mengakibatkan terjadinya asimilasi dan akulturasi pengetahuan, seni dan kebudayaan oleh
para pedagang asing terhadap budaya melayu setempat. Hal tersebut juga membawa dampak
perubahan yang signifikan pada seni bela diri pencak silat saat itu. Pendapat dari Sheikh
Shamsudin (2005) dalam Andrian R.Nugraha (2010:6), berpendapat bahwa terdapat pengaruh
ilmu beladiri dari Cina dan India yang ada dalam seni beladiri pencak silat. Sebagian besar
orang Cina menimba ilmu di Universitas Nalanda yang terletak di Pariangan Padangpanjang
Palembang. Tempat tersebut merupakan pusat ibadah yang mengajarkan ilmu agama Budha,
filsafat dan juga ilmu bela diri. Disinyalir terjadi perpaduan seni beladiri Cina dengan
gerakan yang lentur, lemah gemulai dan keras yang dijumpai pula di berbagai aliran pencak
silat Minangkabau. Ini dipaparkan dalam tulisan yang berjudul “Sejarah dan Perkembangan
Pencak Silat Indonesia.”25

Dalam pengertian yang luas pencak silat telah diakui sebagai budaya suku Melayu,
yaitu penduduk di sekitar pesisir Sumatra, Semenanjung Malaka, serta kelompok etnik yang
menggunakan lingua franca melayu (bahasa pengantar melayu) berada di berbagai daerah
sekitar pulau Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi dan daerah lain yang akhirnya berkembang
sesuai suku dan ras tradisional mereka sendiri. Pencak silat adalah seni beladiri Asia berakar
dari budaya Melayu yang dalam bahasa Minangkabau silat disebut silek. Selain di Indonesia
pencak silat dikenal pula di Brunai Darusalam, Filipina Selatan, Malaysia (gayong),
Singapura (cekak), dan Thailand (bersilat). Kebudayaan Minangkabau merupakan sebuah
batang dari kebudayaan Melayu Nusantara yang secara khas dan spesifik pencak silat disebut
silek Minangkabau. Merupakan kesatuan alam adat minangkabau dengan filsafat alam
takambang jadi guru, jika diartikan secara menyeluruh digambarkan silek Minangkabau
adalah pohon nan rimbun tentulah memiliki cabang ranting serta tunas.

Kebudayaan minangkabau juga disebut kebudayaan melayu Minangkabau yang


mendiami negara-negara seperti Malaysia (Johor, Trenggano, Negeri Sembilan, Malaka)
Singapura, Brunei Darusalam, dan Indonesia (Aceh, Riau, Sunda, Banjar Jawa Bugis dan
lain-lain). Peningkatan Kecemerlangan Tamadud Melayu” yang dipaparkan dalam
konvension dunia persilatan dan pembangunan menjelang abad 21 pada tanggal 23 Desember

25
Habibi, Amran. 2019. Sejarah Perkembangan Setia Hati Terate di Madiun Periode tahun 1992 –
2000. (Skripsi). Yogyakarta : IAIN Sunan Kalijaga

22
1995, di Sampena Festival Silat Nusantara II di Selangor Ehsan Malaysia berpendapat
bahwa : Minangkabau adalah daerah sumber pencak silat terbesar dan diakui oleh dunia
internasional dengan sebutan “ Minangkabau merupakan negeri ibu pencak silat”. Di wilayah
Sumatra Barat terdapat 250 aliran pencak silat yang menjadi warisan media tradisional bagi
penjabaran nilai luhur budaya Minangkabau berupa teknik dan kembangan bela diri sehingga
terjadi keunikan, khas, etis, estetik, memiliki daya inspirasi, imajinatif, mulia, terpuji, sebagai
sarana pembangkit nilai jati diri kemanusian yang dianggap mampu membangkitkan batang
tarandam Sumatra Barat. Amran SN (2010:8) berpendapat bahwa sumber terbesar pencak
silat lainnya terdapat di Jawa Barat yang dikenal dengan aliran Cimande, disinyalir
merupakan sumber asal dari aliran-aliran yang ada di Jawa Barat. Cimande dan Minangkabau
sering disebut sebagai sumber dari segala aliran dasar pencak silat yang terdapat di Indonesia.
Selain itu penyebaran pencak silat juga banyak dipengaruhi oleh kaum ulama di nusantara
kala itu.

Catatan historis ini dinilai otentik dan masih dapat kita lihat sampai sekarang. Pada
tahun 30H atau 631M, Kalifah Usman bin Afan mengirim delegasi ke China berselang 20
tahun wafatnya Rasulullah SAW. Dalam perjalanan lautnya memakan waktu sampai dengan
4 tahun dan sempat singgah di kepulauan nusantara. Kemudian pada tahun 674M, dinasti
Umayyah mendirikan pangkalan dagang di pantai barat Sumatra. Ini merupakan awal dari
masuknya islam di Indonesia, dimana Aceh adalah wilayah paling barat nusantara yang
pertama kali menerima agama Islam. Di Aceh pula berdiri kesultanan atau kerajaan Islam
pertama di Indonesia yaitu Kesultanan Perlak. Beladiri debus bekaitan erat dengan syiar
agama Islam di Indonesia tepatnya di wilayah Banten yang mayoritas penduduknya memeluk
agama Hindu dan Budha. Kemudian pada masa pemerintahan Sultan Ageng Tritayasa pada
abad XVII Masehi (1651-1652) debus di fokuskan sebagi alat pembangkit semangat para
pejuang dalam melawan penjajah Belanda. Pencak silat merupakan salah satu pengembang
dari ajaran agama Islam.

Seorang ulama bernama Syekh Burhanudin yang dikenal sangat cerdas dan kreatif
sebagai penyebar agam Islam di bagian barat Sumatar Barat tepatnya di Minangkabau. Beliau
tidak menggunakan kekerasan dalam menyiarkan agam Islam, tetapi menggunakan
pendekatan persuasive dan edukatif dengan mengajarkan ilmu beladiri kepada anak-anak
muda, kemudian mengajarkan randai yang berisikan jurus-jurus silat dalam bentuk pagelaran.

23
Setelah anak-anak muda tertarik dengan randai dan pencak silat, beliau mengajak mereka
mengaji ilmu agama Islam di Surau yang didirikannya. Karena pencak silat itu dikaitkan
dengan ajaran Islam, yang mempercayai kegaiban atau kebatinan, maka Syekh Burhanudin
juga mengajarkan silat kebatinan pada murid-muridnya yang dianggap telah matang. Pencak
silat telah berkembang pesat selama abad ke-20 dan telah menjadi olahraga kompetisi
dibawah penguasaan dan peraturan pencak silat (The internasional Pencak silat
Federation/persekutuan Pencak Silat Antarbangsa). pencak silat juga telah dipromosikan oleh
pesilat ke beberapa negara di lima benua dengan tujuan agar pencak silat menjadi olahraga
olimpiade. Sebagai wujud dari kompetisi olahraga internasional, maka hanya anggota yang
diakui pesilat dan diizinkan berpartisipasi pada kompetisi internasional, sehingga pada tahun
1986 untuk pertama kalinya diadakan kejuaraan dunia pencak silat di luar Asia bertempat di
Wina, Austria. Pada tahun 2002 kali pertama pencak silat diperkenalkan sebagai bagian
program pertunjukan di Asean Games di Busan Korea Selatan. Kejuaraan dunia terakhir
diselenggarakan pada bulan desember tahun 2002 bertempat di Penang Malaysia. Hal di atas
merupakan upaya para pecinta olah raga seni bela diri pecak silat agar dikenal dan terima
masyarakat dunia.

2.1.7. Sejarah IPSI

Pencak Silat dalam perkembangannya tidak hanya dimiliki oleh setiap orang saja, dan
tidak setiap orang memiliki aliran pencak silat masing-masing. Sejarah pencak silat hingga
saat ini belum dapat dipastikan waktu penemuannya, namun beberapa tokoh pencak silat
berpendapat bahwa pencak silat sudah ada sejak pada zaman purba. Pendapat para tokoh ini
mengacu bagaimana manusia saat itu harus bertahan hidup dan tak jarang manusia harus
melawan binatang buas atau manusia lainnya. Gerakan-gerakan mereka dalam menghadapi
binatang buas maupun manusia ini mencerminkan gerakan pencak silat, tidak jarang beberapa
gerakan mereka menyerupai gerekan hewan seperti cakaran, ketek an, dan lain sebagainya.
Hingga saat ini masih belum diketahui kapan mulai adanya perguruan pencak silat di
Indonesia. Melihat peran atau fungsi pencak silat pada masa kerajaan Hindu-Budha di

24
Indonesia yang digunakan sebagai militer kerajaan, perguruan pencak silat mulai terbentuk
pada masa tersebut.26

Perguruan pencak silat adalah lembaga Pendidikan tempat berguru pencak silat.
Konotasi “berguru” adalah belajar secara intensif yang prosesnya diikuti, dibimbing, dan
diawasi secara langsung dan tuntas ole sang guru sehingga orang yang berguru diketahui
dengan jeas perkembanan kemampuannya, terutama kemampuan pengendalian dirinya atau
budi pekertinya. Di Indonesia hingga saat ini banyak sekali perguruan pencak silat. Perguruan
pencak silat adalah organisasi pencak silat yang terkecil dan sekaligus juga merupakan
lembaga pendidikan, pengajaran, dan pelatihan pencak silat. Perguruan pencak silat tidak
hanya menempati suatu daerah saja, namun bisa berada di berbagai daerah tergantung dari
wilayah penyebaranya. Tidak sedikit perguran pencak silat yang menyebar hingga di seluruh
wilayah negara atau bahkan ke negara lain, sebagai contoh perguruan tersebut adalah
Persaudaraan Setia Hati Terate, Tapak Suci, Pencak Organisasi, dan perguruan lainnya.

Terdapat 10 perguruan historis pencak silat yang berperan penting terhadap induk
organisasi pencak silat di Indonesia. 10 perguruan tersebut adalah : Persaudaraan Setia Hati,
Persaudaraan Setia Hati Terate, Kelatnas Indonesia Perisai Diri, PSN Perisai Putih, Tapak
Suci Putera Muhammadiyah, Phasadja Mataram, Perpi Harimurti, Persatuan Pencak Silat
Indonesia, PPS Putera Betawi, KPS Nusantara. 27 Pada tahun 1948 berdirilah induk organisasi
pencak silat yaitu IPSI (Ikatan Pencak Silat Indonesia). Dalam jaman kemerdekaan, yaitu
pada awal tahun 1948 Persatuan Olahraga Republik Indonesia (PORI) mensponsori
musyawarah pencak silat yang diadakan di Solo.28 Musyawarah ini dihadiri oleh para tokoh
perguruan yang ada dan menyepakati akan dibentuknya sebuah induk organisasi pencak silat
yaitu IPSI (Ikatan Pencak Seluruh Indonesia) yang kemudian berubah nama menjadi IPSI
(Ikatan Pencak Silat Indonesia). IPSI berdiri sejak 18 Mei 1948 namun baru diakui oleh
pemerintah RI pada tahun 1950 setelah diadakannya kongres pada tahun 1950 di Yogtakarta.
Pengakuan ini berdasarkan keputusan kongres mengenai perubahan IPSI (Ikatan Pencak
Seluruh Indonesia) menjadi IPSI (Ikatan Pencak Silat Indonesia).

26
Notosoejitno. (2013). Sejarah Perkembangan Pencak silat di Indonesia. Jakarta: Humas PB IPSI.
27
www.pb-ipsi.com diakses pada 15 Januari 2023
28
Maryun Sudirohadiprodjo, op.cit., hlm. 2.

25
Tujuan awal didirikan IPSI ini adalah IPSI sebagai wadah dan sebagai alat
perjuangan. Upaya yang dilakukan pertama kali setelah IPSI terbentuk saat itu adalah
standarisasi dari gerakan pencak silat secara nasional. Hal ini dilakukan karena saat itu
mendekati akan diselenggarakannya PON I, salah satu event yang menjadi poin tersendiri
untuk menunjukkan adanya pencak silat dan sebagai implementasi dari tujuan awal
didirikannya IPSI. IPSI merupakan wadah atau organisasi nasional resmi yang menaungi
berbagai perguruan pencak silat yang ada di Indonesia. Ikatan Pencaksilat Indonesia (IPSI)
merupakan induk organisasi yang memiliki turunan yakni IPSI di tingkat provinsi, IPSI di
tingkat Kabupaten dan IPSI di tingkat kecamatan masih belum banyak, hal tersebut tidak
semua IPSI yang ada berkembang dengan optimal.29

Berdiri sejak tahun 1948 dan terus berkembang seiring dengan berkembangnya
pencak silat di Indonesia. Usaha para pendekar dan semua pihak dengan rasa cinta dan
kesadaran akan tuntutan zaman, terutama generasi mudanya untuk menjadikan pencak silat
benar-benar dihayati dan berkembang dimasyarakat, maka mulai PON I sampai dengan PON
VII pencak silat dipertandingkan secara ekshibisi dan pada PON VIII tahun 1973 di Jakarta,
pencak silat resmi dipertandingkan.30 Dalam perkembangannya IPSI juga memilki struktur
kepengurusan organisasi yang beberapa tahun sekali mengalami pergantian. IPSI pertama
kali dipimpin oleh Mr. Wongsonegoro sebagai ketua umum. Perjuangan IPSI diarahkan
untuk mencapai 3 tujuan pendirian IPSI sebagai satu kesatuan.14 Untuk mewujudkan ketiga
tujuan tersbut langkah awal yang harus diakukan oleh IPSI adalah mempersatukan semua
perguruan pencak silat di Indonesia. IPSI pertama kali berdiri hanya terdiri dari 10 perguruan
yang berasal dari berbagai daerah dan merupakan pengagas adanya suatu induk organisasi
pencak silat di Indonesia.

Awal berdirinya IPSI mendapat kritik dari berbagai tokoh dan piihak perguruan.
Beberapa perguruan menginginkan perguruannya dijadikan sebagai wadah organisasi
nasional. Masih ada hal yang menarik dari pencak silat maupun IPSI yang bisa diteliti.
Pencak silat sebagai warisan leluhur bangsa lndonesia perlu terus digali, dibina dan
dikembangkan. Di dalam pencak silat mengandung nilai beladiri, olahraga, seni dan mental
spiritual (kerohanian). Nilai luhur pencak silat tersebut akan bermanfaat bagi dunia
29
Muhammad Muhyi Purbojati, “Penguatan Olahraga Pencak Silat Sebagai Warisan Budaya
Nusantara”, dalam Jurnal Budaya Nusantara. Vol. 1 No. 2, Desember 2014, hlm. 145.
30
Johansyah Lubis, Pencak Silat: Panduan Praktis, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2004), hlm. 2.

26
pendidikan karakter budi pekerti.31IPSI beberapa tahun sekali melakukan beberapa kongres,
dalam kongres tersebut berisi menngenai evaluasi dan langkah atau tindak lanjut IPSI
kedepannya. Di luar organisasi IPSI juga terdapat beberapa organisasi pencak silat yang
berkembang. Contohnya PPSI (Persatuan Pencak Silat Indonesia) yang berdiri tahun 1957.
Beberapa organisasi mau melebur jadi satu dengan IPSI, namun sebagian masih memerlukan
penedekatan tersendiri

Perguruan pencak silat ada yang bersifat independent dan juga bersifat dibawah
naungan induk organisasi pencak silat yang berskala nasional maupun internasional.
Organisasi pencak silat nasional dan internasional beranggotakan perguruan pencak silat yang
sukarela menyatakan sebagai anggota organisasi nasioanal/internasional tersebut. Status
anggota setiap organisasi nasional adalah independen tetapi Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga (AD dan ART)nya harus disejiwakan dengan AD dan ART organisasi
nasional penaungnya. Contoh organisasi pencak silat bersifat nasional adalah: Ikatan Pencak
Silat Indonesia (IPSI), Nederlandse Pencak Silat Bond (NPSB), Persekutuan Pencak Silat
Singapura (PERSISI), Pencak Silat Union Duitschland (PSUD), dan lain sabagainya.
Organisasi pencak silat tingkat internasional adalah PERSILAT (Persekutuan Pencak Silat
Antarbangsa) yang beridiri di Jakarta pada tahun 1980.

IPSI (Ikatan Pencak Silat Indonesia) merupakan induk organisasi resmi pencak silat di
Indonesia di bawah naungan KONI (Komite Olahraga Nasional Indonesia). Sebelum IPSI
dibentuk, di Indonesia sudah banyak sekali berdiri perguruan-perguruan pencak silat.
Perguruan pencak silat yang ada masih bertujuan untuk mengembangkan alirannya dan
melestarikan pencak silat serta bersifat egosentrisme perguruan. Beberapa perguruan yang
sudah ada sebelum IPSI berdiri adalah Persaudaraan Setia Hati, Persaudaraan Setia Hati
Terate, Perisai Diri, Tapak Suci, Perisai Putih dan lain-lain. Selain perguruan pencak silat,
beberapa organisasi yang menaungi perguruan pencak silat pun juga berdiri sebelum IPSI
didirikan dan diluar IPSI yakni PERPI (Persatuan Pencak Indonesia), PPSI (Perhimpunan
Pencak Silat Indonesia), GAPEMA (Gabungan Pencak Mataram), GAPENSI (Gabungan
Pencak Seluruh Indonesia).

31
Subaryana, dkk, “Educational and Character Development Through The Arts and Culture”,
(Salatiga : Widya Saari Press Salatiga, 2016), hlm. 108.

27
Perguruan-perguruan pencak silat masih bersifat egosentrisme perguruan masing
masing, begitu juga ketika awal kemerdekaan Indonesia. Upaya untuk mempersatukan
pencak silat sebetulnya sudah dimulai pada masa penjajahan Belanda. Pada tahun 1922 di
Segalaherang, Subang, Jawa Barat, didirikan Perhimpunan Pencak Silat Indonesia untuk
menggabungkan aliran pencak Jawa Barat yang tersebar di seluruh kepulauan nusantara. Pada
masa pendudukan Jepang, Presiden Soekarno pernah menjadi pelindungnya. Upaya serupa
juga diadakan di Yogyakarta, tetapi persatuan yang ada masih dalam scope local atau daerah.
Contoh persatuan pencak silat dalam scope daerah adalah Persatuan Pencak Silat Putra
Betawi, Persatuan Pencak Indonesia, Perhimpunan Pencak Silat Indonesia, Gabungan Pencak
Seluruh Indonesia, dan sebagainya.

Walaupun sudah ada beberapa organisasi pencak silat yang menaungi beberapa
perguruan pencak silat, masih sedikit inisiatif dari beberapa organisasi tersebut untuk
membentuk wadah induk organisasi pencak silat di Indonesia padahal beberapa cabang olah
raga lainnya sudah memiliki induk organisasi nasional. GEPENSI dan PPSI (Perhimpunan
Pencak Silat Indonesia) yang sudah memiliki keinginan untuk menjadi organisasi nasional
namun penyebaran mereka masih dalam scope kecil/daerah saja. Persatuan beberapa
perguruan sudah terbentuk sebelum IPSI berdiri, namun organisasi-organisasi tersebut
mementingkan ego mereka untuk menjadi induk organisasi hingga akhirnya wadah induk
organisasi belum ada. Motivasi lain dari dibentuknya IPSI adalah bagaimana untuk
memajukan budaya bangsa salah satunya pencak silat, dan bagaimana Indonesia mempunyai
selfdefence yang bisa dibanggakan di manca negara. Dalam pencak silat mengandung 4
aspek, yakni beladiri, olahraga, kesenian, dan kerohanian. Aspek kesenian di beberapa daerah
merupakan perpaduan antara gerak pencak silat dengan iringan musik. Pada aspek kesenian
ini terdapat kaidah-kaidah gerak dan irama yang merupakan suatu pendalaman khusus (skill).

Pencak silat sebagai seni harus menuruti ketentuan-ketentuan keselarasan,


keseimbangan, keserasian antara wirama, wirasa, dan wiraga. Di Beberapa daerah di
Indonesia pencak silat ditampilkan sebagai seni tari. Salah satu contohnya adalah seni Cekak
di Melayu (Sumatra Barat, dan Sumatra Timur). Sepintas mereka menampilkan seni tarian,
akan tetapi merepeka dapat memperagakan gerakan tersebut sebagai gerak bela diri yang
efektif dan efisien. Contoh lainnya adalah tari piring, tari lilin, dan serampang dua belas. Pada
jaman penjajahan di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur pesilat-pesilat Aliran Setia Hati

28
melaksanakan pencak silat secara terang-terangan hanya dalam bentuk seni yaitu gerak
pencak silat yang diiringi lagu keroncong (pada umumnya setambulan), ataupun diiringi
dengan terbang dan jidor. Di Jawa Barat terdapat terdapat tarian pencak silat yang biasa
disebut Ibing Pencak. Instrumen untuk Ibing Pencak dibuat secara khusus hanya untuk
mengiringi Ibing Pencak bukan untuk tarian/seni lainnya. Dari kegiatan Ibing Pencak di Jawa
Barat muncul produkproduk budaya seperti seniman Ibing Pencak, sistem birama khusus
Ibing Pencak yakni Ketuk Tilu, Ketuk Dua, dan lagu khusus gendang pencak seperti
Kembang Beureuem. Selain gerak pencak yang mengandung unsur keindahan atau seni,
dalam pencak silat juga memiliki gerak/jurus pencak silat ciri khas tiap perguruan. Situasi
dan kondisi geografis juga mempengaruhi gerakan pencak silat. Indonesia merupakan negara
kepulauan yang memiliki beraneka ragam situasi dan kondisi geografis.

Aliran pencak silat tumbuh dan berkembang sesuai dengan kondisi alam sekitarnya,
watak, sifat dan tempramen dari suku daerah tersebut, adat istiadat dan kepercayaan terkait
falsafah hidup masyarakat setempat. Ada beberapa gerakan yang menyerupai gerakan
serangan binatang, seperti cakaran, ekor buaya, tendangan kobra, dan lain sebagainya. Jurus
dari tiap perguruan berbeda-beda dan sebagian perpaduan dari berbagai gerakan. Hal tersebut
merupakan wujud kebudayaan manusia dalam hal membela diri, dan perguruan merupakan
wadah organisasi dalam scope daerah yang mewadahi hal tersenbut. IPSI selain wadah untuk
mempersatukan berbagai perguruan dan aliran pencak silat di Indonesia juga berperan
sebagai wadah untuk mengikat berbagai kebudayaan yang ada di berbagai daerah melalui
media pencak silat. Keaneka ragaman tersebut berada di bawah naungan IPSI yang bersifat
mengikat. Selain menaungi berbagai aliran dan perguruan pencak silat, IPSI merupakan
wadah untuk melestarikan dan mengembangkan budaya tersebut agar tidak punah. Adanya
induk organisasi menjadikan pengembangan kebudayaan lebih terstruktur dengan baik. IPSI
merupakan alternative dalam melaksanakan hal tersbut karena saat itu masih belum beridi
induk organisasi pencak silat di Indonesia.

2.2. Penelitian Terdahulu yang Relevan

29
Pertama, Hasil penelitian dari jurnal Internasional Jacky Soo, Carl T. Woods, Saravana Pillai
Arjuna, Abdul Rashid Aziz, dan Mohammed Ihsan (2018), yang berjudul “Identifying the
performance characteristics explanatory of fight outcome in elite Pencak Silat matches”
ISSN 2474-8668, menunjukkan bahwa untuk gerakan ofensif, penggunaan tendangan depan
tunggal paling dikaitkan dengan eksponen SF. Hasil ini studi juga menunjukkan bahwa SF
umumnya konservatif dalam pendekatan mereka dan cenderung menggunakan gerakan
bertahan dan serangan balik yang lebih aktif dibandingkan dengan NSF. Secara khusus, SF
menggunakan teknik pertahanan aktif yang lebih besar, terutama melalui tendangan samping,
tendangan depan dan pencopotan gunting. Untuk serangan balik, SF mencoba lebih banyak
tendangan lanjutan.

Kedua, penelitian yang relevan selanjutnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Wening
Widodo, mahasiswa jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga, Fakultas Ilmu Keolahragaan,
Universitas Negeri Yogyakarta (2012) dengan judul penelitian “Pengaruh latihan modifikasi
pliometrik pada landasan pasir pantai terhadap peningkatan power tungkai pada pesilat
remaja putri”. Adapun hasil penelitiannya adalah menunjukkan bahwa: (1) ada peningkatan
power tungkai pada pesilat remaja putri yang mengikuti program latihan side sprint double
front jump. Pada kelompok yang diberi perlakuan latihan modifikasi dipasir pantai
mempunyai pre test 40,7 cm dan post test 44,2 cm. 40 Hal ini menandakan bahwa latihan
plyometric side sprint double front jump modification mengalami peningkatan sebesar 3.5
cm. (2) pada kelompok yang yang tidak diberi perlakuan atau kelompok kontrol terjadi
penurunan sebesar - 0,1 cm karena mempunyai pre test 39,5 cm dan post test 39,4 cm.
Sehingga terbukti bahwa latihan plyometric side sprint double front jump modification lebih
efektif daripada latihan biasa dalam neningkatkan power tungkai pesilat remaja putri

BAB III

METODE PENELITIAN

30
3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian Kualitatif yaitu metode penelitian yang
digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah sebagai lawannya adalah
eksperimen, dimana peneliti merupakan eksperimen kunci dengan analisis data bersifat
induktif dan hasil penelitian lebih menekankan makna daripada generalisasi yaitu proses
penalaran yang bertolak dari individu menuju kumpulan umum.

3.2. Lokasi penelitian

Lokasi pelaksanaan penelitian ini adalah di IPSI Kota Kediri. Dasar pertimbangan
penentuan lokasi karena IPSI merupakan wadah yang menaungi beberapa perguruan silat
yang ada di Kota kediri.

3.3. Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua yaitu:

A. Data Primer, yaitu data yang bersumber atau data yang bersumber atau data yang
diperoleh dari informan berdasarkan hasil wawancara dan observasi
seperti, guru silat, murid dan bagian dari pengurus IPSI.

B. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh melalui studi kepustakaan, referensi,
dokumen dan observasi yang diperoleh dari lokasi penelitian.

3.4. Populasi dan Sampel Penelitian

31
A. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang


mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
dan kemudian ditarik kesimpulannya.32 Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh murid
pencak silat yang termasuk dalam IPSI kota Kediri.

B. Sampel

Sampel adalah sebagian anggota populasi yang memberikan keterangan atau data
yang diperlukan dalam penelitian.Satuan eksperimen dalam penelitian ini terdiri dari satu
perguruan silat.

3.5. Instrumen Penelitian

Penelitian kualitatif, peneliti mengumpulkan data berdasarkan pengamatan situasi


yang wajar (alamiah), sebagaimana adanya tanpa dipengaruhi atau dimanipulasi. Peneliti
yang memulai atau memasuki lapangan berhubungan lansung dengan situasi dan orang yang
dieselidikinya. Oleh karena itu peneliti harus terjun secara langsung dilapangan untuk
mendapatkan hasil dari wawancara yang dapat didokumentasikan melalui tertulus ataupun
dari hasil rekaman ataupun dalam bentuk Video.

a. Observasi Yaitu catatan untuk mengamati secara langsung dengan sumber informasi
tentang objek penelitian, keadaan Guru dan keadaan murid.

b. Wawancara Yaitu catatan pertanyaan dalam bentuk daftar pertanyaan dan tidak dibarengi
dengan sejumlah pilihan jawaban.

c. Dokumentasi Yaitu catatan keterangan atau kondisi objektif lokasi penelitian dan sampel
yang diteliti dengan mencatat semua data secara langsung dari referensi yang membahas
tentang objek penelitian.

3.6. Teknik Pengumpulan

32
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung :
ALFABETA.

32
Data Peneliti menggunakan 3 teknik pengumpulan data yaitu: Penilitian
menggunakan instrument penelitian sebagai alat bantu agar kegiatan penelitian berjalan
secara sistematis dan terstuktur, dalam pengumpulan data dilakukan dengan beberapa cara
antara lain sebagai berikut: 33

d. Observasi

Yaitu catatan untuk mengamati secara langsung dengan sumber informasi tentang
objek penelitian, keadaan Guru dan keadaan murid di IPSI Kota Kediri.

e. Wawancara

Yaitu catatan pertanyaan dalam bentuk daftar pertanyaan dan tidak dibarengi dengan
sejumlah pilihan jawaban tentang pengemvangan teknik latihaan bantingan.

f. Dokumentasi

Yaitu catatan keterangan atau kondisi objektif lokasi penelitian dan sampel yang
diteliti dengan mencatat semua data secara langsung dari referensi yang membahas tentang
objek penelitian.

3.7. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data adalah peroses mencari dan menyusun secara sistematis data
yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi dengan cara
mengorganisasikan sebuah data kedalam kategori, menjabarkan, memilih mana yang penting
dan membuat kesimpulan agar mempermudah diri sendiri maupun orang lain. Sedangkan
berbicara proses analisis data penelitian kualitatif dilakukan sebelum memasuki lapangan,
selama dilapangan dan setelah selesai. Sebelum peneliti masuk kewilayah objek penelitian
maka sebelumnya peneliti menyiapkan data-data studi pendahuluan atau data sekunder untuk
menentukan fokus penelitian. Kemudian selama dilapangan peneliti harus menganalisis setiap
orang yang diwawancarai dan dapat mengambil kesimpulan, jika data belum valid, maka

33
Arikunto, S. (2016). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

33
peneliti dapat mengembangkan pertanyaan sampai tahap tertentu, sehingga diperoleh data
yang dianggap kredibel. 34

Menurut Kaelan Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai


pengecekan data diri berbagai sumber dengan cara dan berbagai waktu. Dengan demikian
terdapat tringulasi teknik pengumpulan data, dan waktu.

a. Triangulasi Sumber

Untuk menguji kredibilitas data dengan cara mengecek data yang telah diperoleh
melalui beberapa sumber.

b. Triangulasi teknik

Triangulasi teknik untuk menguji kredebilitas dilakukan dengan cara menegcek data
kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.

c. Triangulasi Waktu

Waktu juga sering mempengaruhi kredibititas data. Data yang dikumpulkan dengan
teknik wawancara di pagi hari pada saat narasumber masih segar, belum banyak masalah,
akan memberikan data yang lebih valid sehingga lebih kredibel.

DAFTAR PUSTAKA

34
Kaelan. (2018). Metodologi Penelitian Kualitatif. Dalam Ibrahim. Bandung: ALFABETA,cv.

34
Alwi, Hasan. dkk. (2018). Sejarah Perkembangan Pencak Silat. Yogyakarta: Andi
Yogyakarta.

AM, Agung Nugroho 2014, Diktat Dasar-Dasar Pembelaan Pencak Silat, Fakultas Ilmu
Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta.

Arikunto, S. (2016). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Awan Hariono. (2016). Metode Melatih Fisik Pencak Silat. Yogyakarta: FIK UNY.

Effendy, Onong Uchjana. 2014. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: Rosdakarya.

Habibi, Amran. 2019. Sejarah Perkembangan Setia Hati Terate di Madiun Periode tahun
1992 – 2000. (Skripsi). Yogyakarta : IAIN Sunan Kalijaga.

Harsono. (2018). Latihan Kondisi Fisik Untuk Atlet Sehat Aktif. Remaja Rosda Karya.

Hasibuan, Malayu S.P. (2014). Manajemen Sumber Daya Manusia Edisi Revisi. Jakarta:
Bumi Aksara.

Henry Simamora, 2016, Manajemen Sumber Daya Manusia, Gramedia, Jakarta.

Iskandar M. Atok. (2013). Seni Bela Diri Pencak Silat. Remaja Rosdakarya, Bandung.

Johansyah Lubis, Pencak Silat: Panduan Praktis, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2014).

Kaelan. (2018). Metodologi Penelitian Kualitatif. Dalam Ibrahim. Bandung: ALFABETA,cv.

Kriswanto, Erwin Setyo. 2015. Pencak Silat sejarah dan perkembangan pencak silat,

Teknik-teknik dalam Pencak Silat, Pengetahuan dasar pertandingan Pencak Silat.


Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Lesmana, Ferry. (2013). Panduan Pencak Silat 2. Yogyakarta: Zanafa Publishing.

Lubis, Johansyah dan Hendro Wardoyo. 2014. Pencak Silat. Jakarta. PT. Raja Grafindo
Persada.

35
Muhammad Muhyi Purbojati, “Penguatan Olahraga Pencak Silat Sebagai Warisan Budaya
Nusantara”, dalam Jurnal Budaya Nusantara. Vol. 1 No. 2, Desember 2014.

Moekijat. (2016). Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung : CV. Mandar Maju..

Nossek, Yosef. (2013). Teori Umum Latihan. Lagos: Institut Nasional Olahraga Lagos.

Notosoejitno. (2013). Sejarah Perkembangan Pencak silat di Indonesia. Jakarta: Humas PB


IPSI.

O’ong Maryono, 2015 Pencak Silat Merentang Waktu, Cetakan II, Yogyakarta: Yayasan
Galang .

Roni, Hidayat, Seni Bela Diri: Pencak Silat, Bogor: PT. Regina Eka Utama, 2014.

Subaryana, dkk, “Educational and Character Development Through The Arts and Culture”,
(Salatiga : Widya Saari Press Salatiga, 2016).

Sucipto. (2015). Pendekatan Keterampilan Taktis dalam Pembelajaran Pencak Silat. Jakarta:
Direktorat Jenderal Olahraga.

Sugiyono.(2014). MetodePenelitian Kuantitatif Kualitatif & RND. Bandung : Alfabeta.

Sukadiyanto. 2016. Pengantar Teori Dan Metodologi Melatih Fisik. Bandung: CV. Lubuk
Agung.

36

Anda mungkin juga menyukai