Anda di halaman 1dari 16

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teoritis

1. Hakikat Olahraga Beladiri Karate

Karate adalah ilmu pengetahuan beladiri yang menggunakan

tangan kosong. Karate merupakan olahraga beladiri yang memegang

teguh jiwa kesatria. Oleh karena itu, dalam olaharaga karate diperlukan

latihan tehnik dasar, mental dan disiplin. Menurut Bermanhot

Simbolon (2014), karate dapat diartikan sebagai seni beladiri dengan

tangan kosong. karate adalah falsafah hidup yang berkembang melalui

pelatihan fisik, pelatihan teknik-teknik dasar karate serta mental atau

disiplin.

Karate merupakan salah satu cabang olahraga bela diri yang

diakui di Indonesia. Olahraga karate di Indonesia bernaung di bawah

Federasi Olahraga Karate-Do Indonesia (FORKI), Adapun wadah

internasional untuk karate adalah World Karate Federation (WKF).

Semua aturan pertandingan karate di Indonesia secara resmi mengacu

pada aturan yang ditetapkan WKF. Menurut Forki (2005) dalam

Gugun Arief Gunawan (2007), bahwa karate diciptakan sebagai suatu

olahraga beladiri yang memegang teguh jiwa kesatriaan sehingga

terbentuk manusia yang mampu dan berani menghadapi tantangan

hidup serta secara alamiah menciptakan tatanan kehidupan

bermasyarakat, berbudaya dan beradab. di dunia ini ada lima aliran

8
9

karate yang terkenal yaitu Shotokan, Goju Ryu, Shito Ryu, Wado Ryu,

Kyokushinkai.

Selain itu menurut standar JKF dan WKF (dalam bermanhot

simbolon, 2014) ada empat aliran besar karate yaitu shotokan,

wadoryu, goju-ryu, dan shito-ryu. Dari aliran-aliran tersebut memiliki

kriteria dan ciri yang berbeda, misalnya shotokan mempunyai ciri

gerakan selalu patahpatah sedangkan goju-ryu mempunyai ciri gerakan

selalu melingkar.

Karate-do secara harafiah mempunyai arti yaitu “kara” yang

berarti kosong, langit atau cakrawala, Sedangkan “te” berarti tangan

yang merupakan alat komunikasi fisik utama, dapat pula diartikan

seperti orang memiliki kemampuan teknik tertentu dan “Do” berarti

jalan yaitu jalan seni perkasa. Dengan demikian, Karate-Do dapat

diartikan sebagai teknik membela diri menggunakan tangan kosong

tanpa senjata. Oleh karena itu hanya dengan jiwa dan kesadaran yang

jernih seseorang dapat memahami sesuatu dengan benar. Tujuan utama

mempelajari karate yaitu untuk mengembangkan jasmani dan rohani

secara seimbang. Belajar karate mulanya hanya untuk menjaga diri

dari serangan fisik dan ancaman musuh (kejahatan) dan setelah

perkembangan zaman karate dapat digunakan untuk berprestasi.

Pemahaman terhadap karate digambarkan pula sebagai seni perang

atau metode beladiri yang meliputi bermacam-macam teknik, termasuk


10

bertahan, menyerang, mengelak, bahkan merobohkan (Gugun Arif

Gunawan, 2007)

Berdasarkan teori diatas, maka dapat disimpulkan karate adalah

olahraga beladiri yang berasal dari jepang yang merupakan ilmu

pengetahuan beladiri dengan tangan kosong yang memegang teguh

jiwa kesatria, dengan memperhatikan treknik dasar, disiplin dan mental

yang kuat.

2. Hakikat Kihon dan Kata pada Karate

Dalam beladiri karate ada tiga aspek dasar yang harus dikuasai

oleh seorang karateka yaitu gerakan dasar (kihon), jurus (kata),

pertarungan (kumite). Seorang karateka yang harus dikuasai terlebih

dahulu adalah Kihon, mengapa karena Kihon itu adalah dasar dari

teknik-teknik yang ada. Jadi untuk dapat menguasai kata seorang

karateka harus menguasai kihon, dan untuk dapat menguasai kumite

seorang karateka harus menguasa kata terlebih dahulu. Seorang

karateka harus menguasai kihon terlebih dahulu untuk dapat

menguasai kata dan kumite. Dan Kihon itu meliputi : kuda-kuda

(dachi), pukulan (tsuki), tangkisan (uke), dan tendangan (geri)

(Bermanhot Simbolon, 2014).

a. Teknik Kihon

Kihon atau teknik dasar merupakan gerakan paling penting

dalam karate, Karena sebelum berlatih Kata dan Kumite, karateka

Harus melatih Kihon terlebih dahulu, dan apabila gerakan Kihon


11

tidak sempurna maka gerakan dalam Kata dan Kumite pun akan

menjadi tidak maksimal. Gerakangerakan Kihon terdiri dari Kuda-

Kuda (dachi), Pukulan (tsuki), Tendangan (geri), dan Tangkisan

(uke), yang kesemuanya harus saling berhubungan satu sama lain.

1) Kuda-kuda (dachi) Dachi merupakan salah satu gerakan dasar

yang sangat penting, karena Kuda-kuda (dachi) merupakan

tumpuan dari semua gerakan Berikut ini adalah macam-

macam kuda-kuda yang di pelajari dalam Karate shotokan:

(1) Hachiji-Dachi : Kuda-kuda Dasar (Kaki dibuka selebar

bahu) (2) Zen-Kutsu-Dachi : Kuda-kuda berat depan (3) Ko-

Kutsu-Dachi : Kuda-kuda berat belakang (4) Kiba – Dachi :

Kuda-kuda berat ditengah

2) Pukulan (Tsuki) Tsuki adalah gerakan yang tak kalah

pentingnya dengan Kuda-kuda (dachi), karena pukulan sangat

diperlukan untuk menyerang lawan selain Geri atau

tendangan Berikut ini macam-macam pukulan (tsuki) dalam

Karate: (1) Oi-Tsuki-Chudan : Pukulan yang dilakukan

dengan kuda-kuda dasar secara bersamaan yaitu tangan yang

melakukan sama dengan kaki melakangkah ke depan pada

saat melakukan pukulan, pukulan ke arah perut atau ulu hati.

(2) Oi-Tsuki-Jodan : Pukulan yang dilakukan dengan kuda-

kuda dasar secara bersamaan yaitu tangan yang melakukan

sama dengan kaki melakangkah ke depan pada saat

melakukan pukulan, pukulan ke arah kepala. (3) Kisame-


12

Tsuki : Pukulan ke arah kepala tetapi kaki tidak melangkah

(4) Gyaku-Tsuki : Pukulan ke arah perut tetapi kaki tidak

melangkah, pukulan yang dilakukan dengan kuda-kuda dasar

secara bersama yaitu tangan yang melakukan, pukulan

berlawanan dengan kaki kuda kuda

3) Tendangan (Geri) Dalam menyerang lawan selain dengan

Pukulan (tsuki) dalam Karate bisa juga dengan mengunakan

tendangan (geri). Dengan macam dan bentuk yang beragam

sesuai dengan kebutuhan dan situasi yang dihadapi. Pada

umumnya geri digunakan pada pertarungan dengan jarak

yang tidak terlalu rapat. Berikut ini adalah macam-macam

geri dalam Karate : (1) Mae-Geri : Tendangan ke arah Perut

atau Kepala dengan arah ke depan. (2) Mawashi-Geri:

Tendangan dengan Kaki bagian atas. (3) Yoko-Geri-Kekome:

Tendangan dengan Kaki bagian samping (di sodok). (4)

Yoko-Geri-Keange: Tendangan dengan Kaki bagian samping

(di snap). (5) Usiro-Geri : Tendangan ke belakang sasaran ke

arah kepala.

4) Tangkisan (Uke) Tidak seperti tendangan atau pukulan, Pada

tangkisan posisi badan haruslah menyamping atau segaris

dengan kuda kuda (dachi). Hal ini dimaksudkan agar apabila

pukulan (tsuki) atau tendangan (geri) luput dari tangkisan

(uke) tidak mengenai badan. Berikut ini adalah istilah

tangkisan dalam karate: (1) Gedan Barai : Tangkisan bawah


13

atau tangkisan Mae-Geri, tangkisan dari atas ke bawah

perkenaan adalah lengan bawah dan terusan jari kelingking,

tangkisan dilakukan dengancara mengayunkan tangan dari

dalam bagian atas ke arah luar bagian bawah, tangkisan di

potong dengan kuda-kuda zen-kutsu dachi. (2) Soto-Ude-Uke

: Tangkisan tengah yang datangnya dari belakang telinga,

tangkisan dari dalam keluar sasarannya tulang ulnaris (tulang

depan) dan berhenti sejajar dengan bahu. (3) Uchi-Ude-Uke :

Tangkisan tengah yang datangnya dari bawah ketiak. (4) Agi-

Uke: Tangkisan atas, tangkisan dari posisi kepalan di pingang

arah kepalan menyudut ke atas dan siku tidak terbuka. (5)

Shuto-Uke : Tangkisan tangan pedang, tangkisan dari dalam

keluar sasarannya tulang ulnaris (tulang depan) dan berhenti

sejajar dengan bahu.

b. Teknik kata

Kata secara harfiah berarti bentuk atau pola. Kata dalam

karate tidak hanya merupakan latihan fisik atau aerobik biasa. Tapi

juga mengandung pelajaran tentang prinsip bertarung. Setiap Kata

memiliki ritme gerakan dan pernapasan yang berbeda. Dalam Kata

ada yang dinamakan Bunkai. Bunkai adalah aplikasi yang dapat

digunakan dari gerakan-gerakan dasar Kata. Setiap aliran memiliki

perbedaan gerak dan nama yang berbeda untuk tiap Kata. Sebagai

contoh: Kata Tekki di aliran Shotokan dikenal dengan nama


14

Naihanchi di aliran Shito Ryu. Sebagai akibatnya Bunkai (aplikasi

kata) tiap aliran juga berbeda.

Pada gerakan kata yang diperagakan adalah keindahan gerak

dari jurus, baik untuk putera maupun puteri. Pada pertandingan

kata ini dibagi menjadi dua jenis : kata perorangan dan kata beregu.

Kata beregu dilakukan oleh 3 orang. Setelah melakukan peragaan

kata, para peserta yang memasuki babak final diharuskan

memperagakan aplikasi dari Kata (bunkai). Kata beregu dinilai

lebih prestisius karena lebih indah dan lebih susah untuk dilatih.

proses pembelajaran gerak, selain aspek gerak (psikomotor),

aspek pengetahuan (kognitif), dan sikap (afektif), siswa merupakan

dua aspek yang boleh oleh guru penjasorkes. Melalui suatu gerakan

siswa dituntut untuk mengetahui cara melakukan gerakan tersebut,

mengetahui kebermanfaatan gerakan tersebut dan juga mampu

menunjukkan perilaku-perilaku posotif selama pembelajaran

(kerjasama, disiplin, mau berbagi tempat dan alat, jujur dan

lainnya). Yang diharapkan mampu jua diwujudkan siswa dalam

kehidupan sehari-hari. Jadi belajar melalui gerak lebih menekankan

pada keterpaduan aspek pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan

gerak (psikomotor).

Menurut standar JKF (Japan Karatedo Federation) dan WKF

(World Karatedo Federation) yang diakui sebagai Kata Wajib

adalah hanya 8 Kata yang berasal dari aliraan 4 Besar JKF (Japan

Karatedo Federation), yaitu Shotokan, Wado-ryu, Goju-ryu and


15

Shito-ryu. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penguasaan kata

yaitu:

1) Demonstrasi yang sebenarnya dari arti Kata.

2) Pemahaman dari teknik yang digunakan (Bunkai).

3) Ketetapan waktu, ritme, kecepatan, keseimbangan, dan fokus

kekuatan (Kime).

4) Pernafasan yang baik dan benar sebagai penolong dalam hal

Kime.

5) Fokus perhatian yang benar (Chakugan) dan konsentrasi.

6) Kuda-kuda yang benar (Dachi) dengan penekanan pada kaki

yang benar dan telapak kaki datar pada lantai.

7) Penekanan yang baik pada perut (Hara) dan tidak ada gerak ke

atas atau ke bawah dari pinggul ketika bergerak.

8) Bentuk yang benar (Kihon) dari gaya yang ditampilkan.

9) Penampilan juga harus dievaluasi dengan maksud untuk melihat

hal-hal lainnya. Sebagaimana tingkat kesulitan dari Kata yang

ditampilkan.

Dalam Kata beregu sinkronisasi tanpa aba-aba eksternal adalah

merupakan nilai lebih. Sedangkan beberapa petunjuk Amin (2011) dalam

karate kelas kata sebagai berikut :

1) Katachi (Bentuk )

Bentuk (Katachi) yang benar adalah selalu berhubungan erat

dengan prinsip-prinsip dari ilmu fisika dan ilmu gerak. Syarat utama

dari teknik yang benar adalah memiliki keseimbangan yang baik, serta
16

stabilitas yang tinggi dari gerakan masing-masing bagian tubuh.

Karena gerakan-gerakan akan dilakukan dalam rangkaian yang cepat

didalam jangka waktu yang singkat. Ini adalah suatu prinsip dasar dari

sebuah teknik karate, karena pukulan dan tendangan hal yang sangat

penting dari seni bela diri karate.

Kebutuhan akan keseimbangan yang baik dapat dilihat terutama

sekali didalam menendang, di mana tubuh itu adalah biasanya

ditunjang oleh satu kaki. Untuk menahan efek (tenaga balik) yang

besar, ketika suatu pukulan didaratkan, stabilitas semua sambungan di

lengan dan tangan dan kaki serta bagian tubuh lainnya adalah hal yang

penting diperhatikan. Dengan berubahnya situasi dan perubahan teknik

yang dilakukan, pusat gravitasi berubah ke kanan, ke kiri, ke depan,

atau belakang. Ini tidak bisa dilaksanakan kecuali jika syaraf dan otot-

otot sungguh terlatih. Berikutnya, berdiri dengan satu kaki jangka

waktu yang lama akan membuat kita mudah diserang (terbuka), maka

menyeimbangkan harus terus menerus dilakukan dari satu kaki ke kaki

lainya. Karateka harus siap menghindari dan membalas satu pukulan

dan siap untuk serangan yang berikutnya.

2) Kokyo (Pernafasan)

Pernafasan dikoordinasikan dalam pelaksanaan suatu teknik

secara rinci, menarik napas (menghirup) ketika menangkis,

menghembuskan ketika memfokuskan (memusatkan) teknik ketika

dilaksanakan, dan menarik napas lalu menghembuskannya ketika


17

teknik-teknik yang berurutan dilaksanakan. Bernafas harus tidak

seragam, ia akan berubah sesuai dengan perubahan situasi.

Ketika menarik napas (mengisi paru-paru penuh dengan

oksigen), tetapi ketika membuangnya (menghembuskan) udara tidak

dibuang seluruhnya. Biarkan 20 persen tetap didalam paru-paru.

Membuang (menghembuskan) seluruh udara yang ada didalam tubuh

akan menyebabkan tubuh lemah sehingga kita tidak bisa menangkis,

bahkan suatu pukulan yang lemah, serta tidak akan mampu untuk

melakukan gerakan berikutnya.

3) Kime (Pemusatan atau Pemfokusan)

Tanpa nafas maka tidak akan ada kehidupan. Tanpa “Kime”

Karate adalah tak bernyawa. Adalah penting bahwa karateka harus

memahami bahwa semua teknik karate yang harus dilaksanakan

dengan kime. Kime adalah memfokuskan (memusatkan) energi mental,

pernafasan dan puncak kekuatan secara fisik didalam suatu titik yang

diserang. Karate bukanlah apa-apa tanpa semua unsur-unsur ini. Kunci

dari kime adalah pernafasan.

Setiap aktivitas secara fisik memerlukan teknik bernafas yang

benar, yang akan bekerja dengan tubuh bukan melawannya. Geraman

atau erangan tidak akan menghasilkan apa-apa. Seorang karateka harus

menggunakan teknik pernafasan dengan menggabungkannya dengan

kekuatan otot (tenaga) untuk menghasilkan daya ledak (kekuatan) yang

maksimum (menghasilkan kekuatan paling yang mungkin kuat).


18

Ada berbagai metoda-metoda tentang teknik pernafasan, tetapi

metode dasar untuk pemula adalah: „Satu nafas satu teknik‟. Pada

waktu rileks (teknik tidak dilakukan) tetapi kendalikan cara bernafas

dengan membuang nafas keluar melalui mulut yang terbuka sedikit,

akhir pernafasan dan bersamaan dengan akhir teknik menutup mulut

secara cepat seperti seolah-olah kita mengigit dan secara bersamaan

mengeraskan otot perut, mengkontrasikan (mengeraskan) otot-otot

tubuh dan selanjutnya sebelum satu detik rilekskan otot dan menghirup

secara normal. Ketika mengeraskan otot perut, perut harus lurus dan

terangkat kedepan.

4) Kiai (Peledakan Energi atau Puncak Semangat)

Kiai itu adalah teriakan akhir suatu teknik yang berbarengan

dengan pembuangan nafas sehingga pelaksanaan kime yang akan

memaksimalkan kuasa gerakan. Kiai juga mempunyai pengaruh yang

akan mengejutkan lawan dan membuat mereka tidak bisa membalas.

Konsep dari KI adalah di puncak dari semua seni beladiri dan filsafat

(Jepang). KI adalah roh dan energi beserta pertemuan nafas AI pada

suatu saat dampak Melakukan Kiai adalah sangat penting. Kiai tidak

sekedar suatu sorak atau suara melengking dari kerongkongan. Jika

kita menaruh tangan di perut ketika batuk kita akan merasakan otot-

otot perut kita berkontraksi (mengeras). Hal ini sesungguhnya adalah

awal dari kiai. Pertama-tama pahami prinsip-prinsip dan bernafas,

kime seperti dijelaskan diatas lalu mengabungkannya didalam kiai

yang dilakukan.
19

5) Power dan Speed (Kekuatan dan Kecepatan )

Kekuatan dihimpun dari kecepatan. Kekuatan berotot saja tidak

akan memungkinkan seseorang untuk ahli seni beladiri, atau didalam

setiap olahraga sebetulnya. Kekuatan kime (pemfokusan atau

pemusatan tenaga) pada setiap teknik dasar karate berasal dari

konsentrasi kekuatan yang maksimum pada saat waktu benturan (akhir

suatu teknik), sangat tergantung dari kecepatan dari pukulan atau

tendangan.

Menurut Amin (2011) Kecepatan dan kekuatan pukulan dari

seorang karateka yang terlatih baik bisa mencapai tiga belas meter per

detik dan menghasilkan kekuatan (tenaga setara dengan tujuh ratus

kilogram). Meskipun kecepatan adalah penting, ia tidak bisa efektif

tanpa kendali. Kecepatan dan kekuatan dihasilkan dari pemanfaatan

kekuatan dan reaksi. Untuk tujuan ini, satu pengetahuan (pemahaman)

dinamika gerak dan penerapannya adalah sangat penting.

6) Concentration and Relaxation of Power (Konsentrasi dan Rileksasi

Tenaga)

Tenaga maksimum adalah konsentrasi kekuatan semua bagian-

bagian dari tubuh di target. Tidak hanya mengeraskan lengan dan kaki-

kaki. Dengan kata lain penting adalah mengurangi pengunaan tenaga

yang tidak perlu ketika melaksanakan suatu teknik, akan menghasilkan

tenaga yang maksimal ketika diperlukan. Pada dasarnya, kekuatan

tenaga dimulai pada saat kosong (nol), dan pada puncaknya (akhir

suatu teknik) menjadi seratus persen (ketika berbenturan dengan


20

sasaran), dan secepatnya kembali kosong (nol). Rilekskan tenaga

bukan berarti mengurangi kewaspadaan. Selalu waspada dan bersiap

untuk gerakan berikutnya.

7) Strengthening of Muscular Power (Memperkuat Kekuatan Otot)

Pemahaman (pengetahuan) terhadap teori dan prinsip-prinsip

dasar karate, tanpa otot-otot yang kuat, terlatih baik dan elastis (lentur)

untuk melakukan suatu teknik adalah hal yang sia-sia. Memperkuat

otot-otot memerlukan pelatihan rutin. Pengetahuan teori dan prinsip

tanpa kekuatan, latihan yang benar, kelenturan otot untuk melakukan

suatu teknik adalah sia-sia (tidak efektif).

Untuk mengetahui otot yang digunakan untuk melakukan suatu

teknik, melatih otot secara khusus (otot yang spesifik), sangat efektif

untuk memperbaiki teknik. Dan sebaliknya, semakin sedikit otot-otot

yang tak perlu digunakan, semakin sedikit hilangnya energi. Otot yang

bekerja secara penuh dan harmonis akan menghasilkan teknik-teknik

efektif dan kuat. Didalam setiap cabang olahraga, kemampuan puncak

dari seorang atlit adalah sangat berirama. Hal ini juga berlaku di

karate. Menurut Amin (2011) Tiga faktor pokok adalah pengunaan

tenaga yang benar, kelancaran (kecepatan) gerak atau perlambatan

gerak ketika melaksanakan teknik serta melenturkan dan

mengkontraksikan (mengeraskan) otot.

Kemampuan puncak dari seorang atlit bukanlah hanya bertenaga

tetapi juga sangat berirama dan indah atau cantik. Mengetahui suatu
21

perasaan, pengertian dari irama dan pemilihan waktu adalah satu cara

yang sempurna untuk mendapat kemajuan di dalam seni karate.

B. Kerangka Berfikir

Seorang pelatih apakah itu karate, pencak silat ataupun cabang

olahraga yang lain, mesti harus menguasai prinsip-prinsip dasar latihan.

Yang menurut Mansur dkk (2009) prinsip-prinsip dasar latihan itu meliputi :

perbedaan individu, penyesuain tubuh, overload, reversibility, spesifikasi

(spesification), kemajuan (progression), variasi latihan (variation) dan

perencanaan jangka panjang.

Adapun yang dimaksud Prinsip perbedaan individu ialah setiap

individu adalah pribadi yang unik, karenanya setiap individu akan berlatih

yang sama sekalipun dengan hasil yang berbeda, Penyesuaian tubuh

(adaptasi) ialah tubuh akan beradaptasi terhadap latihan secara perlahan dan

bertahap, Pemberian overload harus memperhatikan faktor adaptasi atlet.

Tingkat adaptasi atlet sangat individual dan bersifat spesifik. Overload ialah

latihan dengan prinsip beban latihan bertambah selalu menggunakan FIW,

Prinsip reversibility ialah prinsip mau dapat lakukan yang artinya atlet akan

kehilangan kemampuan karena menghentikan aktivitas latihan, Prinsip

spesifikasi (spesification) ialah program latihan apapun yang dibuat oleh

pelatih, hendaknya disesuaikan dengan tuntutan fisik yang dibutuhkan

cabang olahraga/event cabang olahraga, Prinsip kemajuan (progression)

hendaknya dilakukan secara bertahap dan terus menerus karena itulah jalan

terbaik untuk dapat mencapai prestasi, Variasi latihan (variation) untuk

hindari kebosanan latihan dan kejenuhan latihan. Sehingga ketika pelatih


22

melatih apakah kihon (teknik dasar) karate apakah melatih fisik (kekuatan ,

kecepatan, kelincahan dll). Kalau semuanya itu sesuai dengan prinsip-

prinsip dasar latihan, bisa dipastikan akan meningkat atau berkembang

kemampuan fisiknya atau penguasaan tekniknya membaik.

PELATIH ATLET

PRINSIP-PRINSIP DASAR:
1. Perbedaan Individu
2. Penyesuain Tubuh
3. Overload
4. Reversibility
5. Spesifikasi (Spesification)
6. Kemajuan (Progression)
7. Variasi Latihan (Variation)
8. Perencanaan Jangka Panjang

LATIHAN

TEKNIK DASAR
(KIHON)

KEMAMPUAN
KATA BAIK

Gambar.1 Kerangka Berpikir


23

C. Hipotesis

Berdasarkan pada landasan teori dan kerangka berpikir yang dijelaskan

seperti tertulis diatas maka dapat ditarik suatu hipotesis yang menyatakan:

terdapat “Pengaruh Latihan Teknik Dasar Terhadap Kemampuan Kata

Dalam Karate Pada Atlet Universitas Pattimura”

Anda mungkin juga menyukai