DIBUAT OLEH
KELOMPOK 5
NAMA :
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah tentang Keterampilan
Menyimak ini dengan lancar. Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna
dalam rangka menambah wawasan dan pengetahuan kita terhadap keterampilan
menyimak.
Semoga makalah ini dapat dipahami oleh pembaca. Sebelumnya penulis mohon maaf
apabila terjadi kesalahan dalam penulisan. Serta penulis menerima kritik dan saran
yang membangun untuk perbaikan ke arah yang lebih baik.
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah
BAB II PEMBAHASAN
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1) Latar Belakang
Istilah bahasa kerap digunakan dalam berbagai wacana. Istilah ini dikenal oleh masyarakat
pemakai bahasa dalam berbagai konteks. Bahasa adalah sebuah sistem lambang bunyi
yang arbitrer yang dipergunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama,
berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri. Pengajaran bahasa pada hakikatnya adalah
mengajarkan untuk berkomunikasi. Oleh karena itu, pengajaran bahasa adalah untuk
meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi, baik secara lisan maupun secara
tertulis. Namun untuk mampu berkomunikasi dengan baik, siswa harus memiliki keterampilan
berbahasa.
1. Rumusan Masalah
2. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
Menyimak adalah proses mendengarkan dengan penuh pemahaman, apresiasi dan evaluasi. Dalam
proses menyimak, diawali dengan kegiatan mendengarkan bahan simakan oleh siswa (penyimak),
selanjutnya bahan simakan dipahami berdasarkan tingkat pemahaman siswa yang dimaksud, kemudian
dalam proses pemahaman tersebut terjadi proses evaluasi – menghubungkan antara topik yang disimak
dengan pengalaman dan/atau pengetahuan yang dimiliki siswa. Setelah proses tersebut selesai, barulah
siswa memberikan respon terhadap isi bahan yang disimaknya. Jadi dapat dikatakan bahwa menyimak
merupakan kegiatan yang disengaja melalui proses mendengar untuk memahami bunyi-bunyi bahasa,
sedangkan mendengar adalah kegiatan yang dilakukan hanya sekedar tahu tetapi tidak memahami
bunyi-bunyi bahasa yang disimak.
Menyimak atau dalam kurikulum sekolah digunakan istilah mendengarkan, dalam kehidupan sehari-
hari merupakan suatu kegiatan berbahasa yang sangat penting karena melalui menyimak kita dapat
memperoleh informasi untuk menambah wawasan pengetahuan dan pengalaman tentang kehidupan.
Begitu juga di sekolah, menyimak mempunyai peranan penting karena dengan menyimak siswa dapat
menambah ilmu, menerima dan menghargai pendapat orang lain. Oleh sebab itu, untuk memperoleh
kemampuan menyimak diperlukan latihan-latihan yang intensif.
Pada dasarnya pengembangan keterampilan menyimak itu dapat dibedakan atas empat tataran pokok
sebagai berikut:
1. Tataran identifikasi
Tataran identifikasi tidak lain adalah tahap pengenalan. Tahap ini akan melibatkan kita untuk mulai
terampil menganal berbagai jenis bunyi suatu bahasa, kata-kata, frase-frase, kalimat dalam hubungan
timbal balik antarstruktur, baik atas pertimbangan waktu, modifikasi, bahkan juga logika.
Tataran identifikasi dan seleksi tanpa rentasi adalah tataran menyimak dimana penyimak diharapkan
memperoleh kemampuan mengenal dan memahami suatu unit kontinum bunyi/ujaran, tetapi
belumdtnuntut adanya kemampuan retensi (kemampuan mencamkan, menyimpan, dan
memproduksikan) hasil pemahaman tersebut. Pada tataran ini penyimak hanya dituntut mampu
mengenal, memahami maksud tuturan, belum dituntut adanya kemampuan mengingat-ingat.
b) Tataran identifikasi dengan seleksi terpimpin dan retensi jangka pendek.
Tataran identifikasi dengan seleksi terpimpin dan retensi jangka pendek adalah tataran menyimak yang
menuntut penyimak mengenal bunyi-bunyi dan kemampuan memahami, tetapi masih dalam taraf
terpimpin. Misalnya, dengan memberikan daftar pertanyaan terlebih dahulu kepada penyimak supaya
dapat dipelajarai sebelum bahan simakan diberikan.
Tataran identifikasi dengan seleksi rentesijangka panjang adalah taraf menyimak yang menuntut
penyimak utuk mampu mengenal bunyi-bunyi dalam kontinum bunyi yang panjang, mampu memahami
makna pesan secara teat, dengan kemampuan mengingat dalam jangka waku yang relatif lama.
Proses menyimak merupkan proses interaktif yang mengubah bahasa lisan menjadi makna dalam
pikiran. Dengan demikian, menyimak tidak sekedar mendengarkan. Mendengar merupakan komponen
integral dalam menyimak. Kegiatan berpikir atau menangkap makna dari apa yang didengar merupakan
bagian dari proses menyimak.
Faris menguraikan proses menyimak atas 3 tahapan. Pertama, menerima masukan auditori (auditory
input). Penyimak menerima pesan lisan. Mendengar pesan saja tidak menjamin berlangsungnya
pemahaman. Kedua, memperhatikan masukan auditori. Penyimak berkonsentrasi (secara fisik dan
mental) pada apa yang disajikan penutur. Ketiga, menafsirkan dan berinteraksi dengan masukan
auditori. Penyimak tidak sekedar mengumpulkan dan menyimpan pesan, tetapi juga mengklafikasi,
membandingkan, dan menghubungkan pesan dengan pengetahuan awal (previousknowledge).
Penyimak juga menggunakan strategi prediksi-konfirmasi secara cepat.
Kemampuan mengidentifikasi dan menyeleksi gejala-gejala fonetik, baik yang berupa nada, tekanan,
persendian, maupun intonasi pada umumnya. Demikian juga mengidentifikasi dan menyeleksi bunyi-
bunyi segmental suatu bahasa yang dipelajari.
Kemampuan mengenal, membedakan, menerapkan kosakata sesuai dengan makna dan konteksnya
yang tepat.
Untuk menyimak bahasa, kita dapat menggunakan dua srtategi, yaitu memusatkan perhatian dan
membuat catatan.
Agar kita dapat menyimak bahasa dengan baik, kita harus memusatkan perhatian kita pada tuturan
pembicara. Penutur atau pembicara biasanya menggunakan isyarat visual dan verbal untuk
menyampaikan pesan dan mengarahkan perhatian menyimak. Isyarat visual meliputi gerak tubuh
(gesture), tulisan atau kerangka informasi penting, dan perubahan ekspresi wajah (mimik). Isyarat verbal
meliputi perhentian, naik-turunnya suara, lambatnya pengucapan butir-butir penting, dan pengulangan
informasi penting. Banyak diantara kita yang tidak menyadari isyarat-isyarat tersebut sebagai perilaku
pengatur perhatian. Oleh karena itu, kita harus memperhatikan isyarat penutur itu untuk mempertajam
perhatian kita.
Membuat catatan
Catatan yang kecil-kecil dan panjang tidaklah praktis karena yang dapat kita tangkap dari informasi lisan
bukanlah kalimat utuh, tetapi ide-ide pokok yang berupa frase-frase atau kalimat pendek.
Steno dan tulisan cepat sangat membantu menyimak dalam membuat catatan. Jika kita tidak
memahami system ini pilihlah singkatan-singkatan atau symbol-simbol yang anda pahami dengan baik.
Meskipun catatan kita tulis secara cepat, namun factor kejelasan harus dinomorsatukan agar kita tidak
kesulitan jika membaca ulang tulisan tersebut. Kejelasan itu minimal untuk diri kita sendiri.
Menyimak Interogatif
Menyimak interogatif (interrogative listening) adalah kegiatan menyimak intensif yang menuntut
konsentrasi dan seleksi. Dalam kegiatan menyimak interogatif, penyimak mengarahkan perhatiannya
pada perolehan informasi dengan cara menginterogasi atau menanyai pembicara, dalam hal ini dapat
disebut sebagai narasumber. Melalui pertanyaan-pertanyan, menyimak mengharapkan dapat
memperoleh informasi atau pengetahuan sebanyak mungkin dari segala aspek pembicaraan. Informasi
yang diharapkan penyimak dapat mencakup apa, siapa, mengapa, di mana, ke mana, untuk apa,
benarkah, dan sebagainya.
Pada dasanya terdapat banyak Metode Pembelajaran Menyimak di Sekolah Dasar di antaranya
Metode berkisah
Diberikan oleh guru di depan kelas dengan membawakan sebuah kisah. Dongeng dan fabel
dapat dijadikan bahan ajar dalam pembelajaran dengan metode berkisah. Metode berkisah
tidak semata-mata disampaikan monoton dengan narasi, tetapi perlu selingan dialog dan
humor dengan suara berubah-ubah.
Metode pembacaan
Pembacaan yang menarik dicontohkan oleh guru di depan kelas dapat mengundang perhatian
siswa untuk ikut terlibat dan berempati dalam suasana karya sastra yang dibacanya. Siswa kelas
1-3 sekolah dasar dapat dengan cepat menangkap irama puisi atau cerita pendek yang
dibacakan oleh gurunya tanpa menghiraukan maknanya.
Metode tanya-jawab
Pertanyaan diberikan guru kepada siswa, setelah siswa itu mendengarkan cerita gutu atau menonton
pertunjukan pentas karya sastra. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan untuk ukuran kelas rendah
biasanya lebih sederhana seperti siapa tokoh dalah cerita tersebut ? dimana kisah tersebut terjadi ?
Metode penugasan
Guru dapat memberi tugas membaca, mendengar, ataupun menonton pertunjukan karya sastra
baik di dalam kelas ataupun sebagai pekerjaan rumah.
Teknik atau cara pengajaran menyimak di Sekolah Dasar dapat dilakukan secara variatif untuk
menghindari kesan yang monoton terhadap strategi mengajar guru di Sekolah Dasar. Selain itu,
melalui penggunaan teknik menyimak yang beragam menjadikan pembelajaran lebih menarik
bagi siswa. Adapun beberapa teknik menyimak yang dapat digunakan guru dalam proses belajar
mengajar di Sekolah Dasar, di antaranya adalah sebagai berikut.
Teknik ini biasa digunakan guru pada siswa yang belajar bahasa permulaan, baik belajar bahasa
ibu maupun bahasa asing. Teknik ini digunakan untuk memperkenalkan bunyi bahasa dengan
dengan pengucapan atau lafal yang tepat dan jelas oleh guru.
Guru memberi informasi kepada salah seorang siswa kemudian informasi tersebut disampaikan
kepada siswa di dekatnya; begitu seterusnya, informasi disampaikan secara beranting. Siswa
yang menerima informasi terakhir, mengucapkan keras-keras informasi tersebut di hadapan
teman-temannya. Dengan demikian, kita tahu apakah informasi itu tetap sama dengan sumber
pertama atau tidak. Jika tetap sama, berarti daya simak siswa sudah cukup baik, akan tetapi,
bila informasi pertama berubah setelah beranting, ini berarti daya simak siswa masih kurang.
Contoh Informasi: Andi membeli mie bersama Rani tadi pagi.
Guru membacakan sebuah wacana yang dapat berupa artikel atau cerita di hadapan siswa, dan
siswa diminta menyimak baik-baik. Sebelum siswa menyimak, guru memberi penjelasan
tentang apa-apa yang pernah disimak. Setelah guru selesai membacakan, guru dapat meminta
siswa, misalnya:
Guru terlebih dahulu menyiapkan rekaman melalui kaset (tape recorder), CD, ataupun laptop
yang berisi ceramah, pembacaan puisi, pidato, cerita/dongeng, drama, dan sebagainya.
Kemudian guru memberi petunjuk-petunjuk sebelum kaset di putar tentang hal-hal yang perlu
disimak.
Setelah itu guru memutar rekaman yang telah disiapkan sebelumnya (dongeng, misalnya).
Siswa diminta menyimak baik-baik. Rekaman dapat diputar ulang bila siswa belum dapat
mengikuti tentang apa yang diputar. Kemudian siswa diberikan tugas menjawab pertanyaan-
pertanyaan untuk menguji pemahamannya terhadap rekaman yang disimaknya.
Teknik Group Cloze
Dalam penggunaan teknik ini, guru membacakan sebuah wacana sekali, siswa diminta
menyimak baik-baik. Kemudian, guru membacakan lagi wacana tersebut dengan cara membaca
paragraf awal penuh, sedangkan paragraf berikutnya ada beberapa kata atau kelompok kata
yang dihilangkan. Setelah itu, tugas siswa adalah memikirkan konteks wacana dan mengisi
tempat yang kosong dengan kata-kata atau peristilahan atau kelompok kata yang asli dari
wacana yang dibacakan sebelumnya.
untuk disimak oleh siswa. Setelah itu, guru membacakan puisi yang telah disiapkan denga
Teknik Parafrase
Dalam penggunaan teknik ini, guru terlebih dahulu menyiapkan sebuah puisi n jelas. Kemudian
setelah siswa selesai menyimak, siswa secara bergiliran disuruh menceritakan kembali isi puisi
yang telah disimaknya dengan kata-kata sendiri.
Dalam pelaksanaan teknik ini guru dapat menugaskan siswa mengadakan wawancara, misalnya
dengan guru wali, guru pengajar bahasa Bali, budayawan. Sebelum mengadakan wawancara,
siswa diminta menyiapkan apa yang perlu ditanyakan kepada orang yang diwawancarai. Tugas
selanjutnya siswa menyusun hasil wawancara yang kemudian diserahkan kepada guru untuk
teliti.
BAB III
PENUTUP
1) Kesimpulan
Menyimak merupakan kegiatan yang disengaja melalui proses mendengar untuk memahami
bunyi-bunyi bahasa, sedangkan mendengar adalah kegiatan yang dilakukan hanya sekedar tahu
tetapi tidak memahami bunyi-bunyi bahasa yang disimak. Untuk menyimak bahasa, kita dapat
menggunakan dua strategi, yaitu memusatkan perhatian dan membuat catatan.
Tompkins dan Hosskison menyatakan bahwa terdapat enam kiat yang dapat kita gunakan untuk
belajar menangkap gagasan inti simakan, yaitu membentuk citraan,mengelompokan,
mengajukan pertanyaan, mengorganisasi, mencatat, dan memusatkan perhatian. Selain itu,
perlunya menggunakan metode dan teknik dalam pembelajaran menyimak sehingga
memudahkan guru dalam mengajarkan pembelajaran menyimak.
2. Saran
Sebelum kita beranjak ke SD dan benar-benar siap menjadi seorang Guru SD sebaiknya kita
memahami khususnya tentang pembelajaran menyimak di sekolah dasar. Agar kelak nanti
ketika kita menjadi seorang guru SD kita akan dapat membelajarakan metode maupun teknik
pembelajran menyimak kepada anak didik kita dengan baik sehingga anak didik kita akan lebih
mudah memahami pembelajarn menyimak yang kita ajarkan.
\
DAFTAR PUSTAKA
Mulyati, Yeti, dkk. 2014. Keterampilan Berbahasa Indonesia SD. Jakarta: Universitas Terbuka.
Rosdiana Yusi, dkk. 2014. Bahasa dan Sastra Indonesia di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.
[1] Dra. Yusi Rosdiana, M.Pd, (Hj), dkk., Bahasa dan Sastra Indonesia di SD (Tangerang Selatan:
Universitas Terbuka, 2014), hlm. 1.2.