Anda di halaman 1dari 14

SEJARAH INDONESIA MASA KOLONIAL

Dosen pengampu ; Buk Moinka Sari , S.Pd, M.Pd

Disusun Oleh :

Saripudin 221120006

Duma Sari Nasution 221120007

Rosentani sinaga 221120011

PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS RIAU KEPULAUAN

BATAM

2023 / 2024

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas yang berjudul “SEJARAH
MASA KOLONIAL" initepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada
matakuliah Sejarah Masa Kolonial. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang ilmu ilmu sosial. Dalam penyelesaian pembuatan
makalahini kami menyampaikan terimakasih kepada Buk Moinka Sari , S.Pd, M.Pd
selaku dosen pembimbing mata kuliah sejarah Indonesia masa silam sertarekan-rekan
dan pihak lain yang telah membantu dalam proses penyelesaian makalah ini.

Kami minta maaf atas ketidak sempurnaan penyusunan makalah ini, namun kami
tetap berharap makalah ini akan memberikan manfaat bagi para pembaca. Demi
kemajuan kami, kami juga mengharapkan adanya masukan berupa kritik atau saran
yang berguna. Terima Kasih.

Kamis, 09 November 2023

Kelompok 2

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................2
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Tujuan...........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3

A. Kebijakan Poloitik Terhadap Kerajaan-kerajaan di Nusantar.......................3


B. Reaksi Kerajaan Di Nusantara Terhadap Kebujakan Politik Vov................3

BAB III PENUTUP.................................................................................................8

A. Kesimpulan...................................................................................................9
B. Saran.............................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................12

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada abad ke-17 hingga ke-18, keberadaan dan kebijakan politik Vereenigde Oost-
Indische Compagnie (VOC) di wilayah Nusantara, yang sekarang merupakan bagian
integral dari Indonesia, menciptakan periode bersejarah yang sarat dengan
kompleksitas dan dampak mendalam. Kebijakan VOC terhadap kerajaan-kerajaan di
Nusantara adalah sebuah bab penting dalam sejarah Nusantara yang tidak hanya
mencerminkan dinamika perdagangan global pada masa itu, tetapi juga menciptakan
konsekuensi yang berlarut-larut hingga saat ini.

VOC, yang didirikan pada tahun 1602, adalah sebuah perusahaan dagang yang
dimiliki oleh Belanda. Keberadaannya bukan hanya untuk tujuan komersial, tetapi
juga untuk memajukan kepentingan kolonial dan ekonomi Belanda di Hindia Timur.
Wilayah Nusantara adalah pusat perhatian VOC karena kekayaan alamnya yang
melimpah, terutama rempah-rempah, yang pada masa itu sangat dicari dan bernilai
tinggi di pasar internasional. Pada titik tertentu, harga cengkih, lada, pala, dan
rempah-rempah lainnya melebihi harganya emas, yang menciptakan dorongan kuat
bagi negara-negara Eropa untuk mendominasi perdagangan rempah-rempah.

Ketika VOC mendapatkan hak monopoli perdagangan di Hindia Timur, ini


memberi perusahaan tersebut kendali eksklusif atas perdagangan rempah-rempah.
Dengan demikian, VOC menjadi satu-satunya entitas yang diizinkan untuk berdagang
di wilayah ini. Praktik ekonomi ini, meskipun menguntungkan bagi Belanda,
memiliki dampak serius pada kerajaan-kerajaan lokal di Nusantara.

Pendahuluan ini mencerminkan pentingnya konteks sejarah di mana VOC


beroperasi. Ini adalah periode kolonial awal yang menandai awal dari penetrasi

4
kekuatan kolonial di Nusantara. VOC bukan hanya perusahaan dagang, tetapi juga
lembaga yang memiliki kekuatan militer dan politik yang kuat. Oleh karena itu,
kebijakan VOC bukan sekadar masalah perdagangan, tetapi juga tentang penjajahan,
diplomasi paksa, dan transformasi ekonomi dan politik yang mendalam.

Makalah ini bertujuan untuk merinci dan mengkaji lebih lanjut dampak kebijakan
politik VOC terhadap kerajaan-kerajaan Nusantara. Kami akan membedah bagaimana
VOC mencapai dominasi ekonomi melalui monopoli perdagangan dan bagaimana
kerajaan-kerajaan lokal meresponsnya. Kami juga akan mengeksplorasi konsekuensi
dari kebijakan monopoli, pengenaan bea impor-ekspor, dan hubungan yang kompleks
antara VOC dan kerajaan-kerajaan Nusantara.

Sebagai sejarahwan, penting bagi kita untuk memahami lebih dalam periode ini
dan menggali dampaknya pada perkembangan wilayah Nusantara dan masyarakatnya.
Makalah ini adalah upaya untuk memberikan wawasan yang lebih mendalam tentang
periode penting ini dalam sejarah Nusantara dan bagaimana kerajaan-kerajaan lokal
bertahan dan beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang terjadi selama era VOC
yang penuh gejolak. Dalam bagian berikutnya, kami akan menyelidiki lebih jauh
kebijakan VOC dan konsekuensinya terhadap Nu

A. Rumusan masalah

a. Bagaimana kebijakan kebijakan politik terhadap kerajaan kerajaan di


Nusantara?
b. Bagaimana reaksi kerajaan di Nusantara terhadap kebijkan politik voc?

B. Tujuan

a. Supaya mahasiswa tahu bagaimna reaksi kerajaan nusantara terhadap


kebijkana politik Voc.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kebijakan politikk terhadap kerajaan kerajaan di Nusantaraa

Mengutip dari situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), agar


bisa mempertahankan daerah jajahannya, Belanda mengubah sistem birokrasi yang
digunakan VOC. Saat Herman Willem Daendels menjabat sebagai Gubernur Jenderal
Hindia Belanda, ia melakukan sentralisasi pemerintahan serta melakukan pengawasan
secara ketat kepada bawahannya. Berikut merupakan kebijakan-kebijakan VOC di
bidang politik:

a. Penggunaan politik devide et impera atau politik adu domba

Penggunaan politik ini membuat banyak orang berselisih, berkonflik bahkan


berperang di antara Bangsa Indonesia. Salah satu alasannya karena adanya perebutan
tahta serta kekuasaan.

Secara etimologis, Devide et Impera memiliki makna “pecah dan berkuasa”. Yang
berarti, politik Devide et Impera adalah strategi politik dengan mengadu domba
kekuasaan yang ada di dalam internal suatu komunitas, dan setelah pecah, hegemoni
dapat dilakukan. Strategi politik ini, pertama kali diterapkan Julius Cesar untuk
memperbesar kekuasaan Kekaisaran Romawi.

Indonesia, menjadi salah satu koban dari strategi politik ini. Pada saat itu Belanda
lewat Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) –suatu persekutuan dagang
Belanda yang memonopoli perdagangan di Asia, menggunakan cara itu untuk
menaklukan raja-raja di daerah. Setelah memecah pemerintahan, VOC dengan
mudah dapat menguasai tiap daerah, dengan cara mengadu domba tiap penguasa.
Alasan itu pula lah yang membuat Belanda dapat dengan lama dan mudah menguasai
Indonesia.

6
Kebijakan Devide et Impera adalah strategi atau upaya militer yang diterapkan
beberapa kekuatan kolonial pada abad ke-15. Sejumlah negara yang menggunakan
kebijakan ini ialah Belanda, Spanyol, Portugis, Prancis, dan Inggris. Metode
menaklukan itu banyak dilakukan negara penjajah. Mereka melakukan ekspansi dan
penaklukan dengan tujuan mencari sumber kekayaan alam di negara lain, terutama di
daerah tropis. Seiring waktu, metode ini telah berkembang. Kebijakan perpecahan,
karenanya bukan lagi sekedar strategi militer, melainkan strategi politik. Dengan memecah
belah suatu negara, akan lebih mudah untuk ditaklukan Belanda membentuk negara
boneka antara tahun 1947 dan 1948 yang mencakup lima negara boneka, termasuk
Indonesia Timur (sekarang Papua), Sumatera Timur, Madura, Pasundan, Sumatera Selatan,
dan Jawa Timur. Tujuan Belanda membentuk negara boneka adalah untuk menjanjikan
kemerdekaan kepada negara-negara tersebut.

Strategi politik adu domba memiliki tujuan untuk mendorong dan menciptakan
perpecahan kekuasaan dan harmonisasi dalam kelompok masyarakat dalam suatu
kesatuan wilayah. Perpecahan ini, nantinya dapat membuat aliansi tidak tercipta, dan
hegemoni dapat dilakukan dengan lebih mudah. Dengan politik adu domba, juga
dapat mengurangi upaya militer yang dapat memakan biaya dan korban yang tinggi
bagi pihak yang ingin menguasai. Dengan saling mengadu domba kedua kekuasaan
yang berada di dalam wilayah tersebut, membuat pihak yang ingin menguasai, dapat
mengoptimalkan penggunaan daya tempur seminimal mungkin. Rasa permusuhan
yang juga tercipta dari politik Devide et Impera, biasanya berlangsung lama. Oleh
karena itu, selain dengan memudahkan hegemoni kekuasaan dengan cepat dan
seminimal mungkin. Strategi politik ini juga memungkinkan kekuasaan dapat
dipertahankan dalam waktu yang lama, karena aliansi yang lebih besar,
sukar untuk tercipta

b. Pengangkatan gubernur jenderal

7
Salah satu kebijakan politik VOC adalah pengangkatan gubernur jenderal sebagai
wakil Pemerintah Belanda di Hindia Belanda. Salah satu tugas utama dari gubernur
jenderal ialah mengatur dan menjalankan kongsi dagang di Hindia Belanda. Para
gubernur jenderal tersebut membuat banyak kebijakan yang sangat merugikan rakyat
Indonesia. Salah satu contohnya adalah tanam paksa, pembangunan jalan Anyer-Panarukan,
dan lain sebagainya.

c. Menetapkan Sistem Indirect Rule

Indirect rule adalah suatu sistem pemerintahan tidak langsung.

VOC mengangkat rakyat pribumi yang sudah dipilihnya untuk menjadi wakil yang
berurusan secara langsung dengan rakyat-rakyat pribumi lainnya.Pengangkatan
pejabat pribumi ini menjadi alasan berhasilnya sistem tanam paksa pada saat itu,
Adjarian.Pejabat yang diangkat oleh VOC mendapatkan keuntungan yang melimpah
atau dapat dibilang sangat kaya.Sementara rakyat pribumi sangat menderita akibat
kebijakan tanam paksa karena dipaksa menanam demi keuntungan pejabat pribumi
dan VOC.O iya, pemilihan pejabat pribumi ini biasanya didasari atas sistem
keturunan atau upaya baik yang dilakukan bawahan demi menarik perhatian dari
atasannya.

B. Reaksi Kerajaan Kerajaan Di Nusantara Terhadap Kebijakan Politik VOC

Dampak politik dari dominasi VOC juga signifikan. Banyak kerajaan lokal yang
sebelumnya memiliki otonomi politik sekarang mendapati diri mereka tunduk pada
VOC. Mereka harus mematuhi perjanjian yang menguntungkan perusahaan Belanda
ini dan tunduk pada kontrol VOC. Ini merusak otonomi mereka dalam mengelola
wilayah mereka dan mengubah dinamika politik di wilayah tersebut.

Beberapa kerajaan memutuskan untuk tunduk pada VOC untuk menjaga stabilitas
dan memperoleh manfaat ekonomi. Namun, hal ini seringkali membuat mereka
menjadi boneka dalam tangan VOC. Penguasa lokal yang bekerja sama dengan VOC

8
mungkin mendapatkan manfaat pribadi, tetapi seringkali itu adalah rakyat mereka
yang harus merasakan konsekuensi dari perubahan politik yang diimpor oleh
perusahaan Belanda ini.

 Terjadinya banyak perlawanan contoh nya

Perlawanan Rakyat Maluku:

Sebenarnya, perlawanan-perlawanan rakyat Indonesia kepada para penjajah yakni


Bangsa Belanda ini disebabkan karena semata-mata adanya VOC. Yap, kongsi
dagang Hindia-Timur ini dianggap sebagai upaya bangsa Belanda untuk memonopoli
kekayaan Indonesia dan membuat rakyat semakin sengsara. Nah, berikut ini adalah
beberapa latar belakang penyebab terjadinya Perlawanan Rakyat Maluku yang kala
itu dipimpin oleh Kapitan Pattimura.

Rakyat Maluku sejatinya memang telah menolak kehadiran Belanda di wilayah


mereka, sebab pengalaman mereka yang sebelumnya tertindas di bawah VOC.

1. Pemerintah Belanda menindas rakyat Maluku melalui pemberlakuan kembali


adanya penyerahan wajib dan kerja wajib.
2. Benteng Duurstede dikuasai kembali oleh tentara Belanda.
3. Rakyat Maluku diwajibkan kerja paksa untuk kepentingan Belanda, mulai dari
mengurus perkebunan hingga membuat garam.
4. Adanya peraturan mengenai penyerahan wajib kepada rakyat Maluku, berupa
kopi, dendeng, dan ikan asin.
5. Kebanyakan guru dan pegawai pemerintah diberhentikan begitu saja dan
sekolah hanya dibuka di kota-kota besar.
6. Jumlah pendeta dikurangi, sehingga menyebabkan kegiatan ibadah menjadi
terhalang.
7. Pihak Belanda melakukan monopoli perdagangan rempah-rempah di Maluku.
8. Penolakan oleh Residen Van den Berg terhadap tuntutan rakyat untuk
membayar harga perahu yang dipisah sesuai dengan harga sebenarnya.

9
9. Pihak Belanda semakin memperkuat posisinya di Maluku dengan mendirikan
benteng-benteng.

 Perlawanan Banten terhadap voc

Pada tahun 1681, Istana Surosowan berhasil direbut Sutan Haji dan VOC
dan Sultan Ageng Tirtayasa pindah ke daerah Tirtayasa untuk mendirikan
keraton baru. Di Istana baru tersebut, Sultan Agung Trtayasa mengumpukan
bekal dan kekuatan untuk merebut kembali Istana Surosowan. Dikutip dari
buku Sejarah Indonesia Modern 1200-2008 (1981) karya M.C
Ricklefs, Pasukan Sultan Ageng mampu mendesak pasukan Sultan Haji dalam
penyerangan tahun 1682, sehingga Sultan Haji meminta bantuan VOC. Baca
juga: Ciri Perlawanan Bangsa Indonesia pada Abad Ke-19 Sultan Haji dan
VOC mampu meredam perlawanan dan berhasil memukul mundur pasukan
Sultan Ageng dan Pangeran Purbaya hingga ke Bogor. Sultan Ageng Tirtayasa
akhirnya ditangkap oleh VOC pada 1683 dan ia dibawa ke Batavia sebagai
tahanan. VOC juga berhasil menjadikan Sultan Haji sebagai ‘’raja boneka’’ di
kesultanan Banten, sehingga secara tidak langsung VOC dapat menaklukan
Banten serta memonopoli perdagangan di kawasan pesisir Jawa.

 Perlawanan rakyat Mataram

Pada masa pemerintahan Sultan Agung dari Kerajaan Mataram Islam,


Belanda telah mendirikan kantor dagang di Batavia. Perselisihan keduanya
tidak dapat dihindari hingga VOC melancarkan serangan ke Jepara yang
menimbulkan kerugian sangat besar bagi Mataram. Sultan Agung kemudian
menyiapkan penyerangan terhadap VOC di Batavia sebanyak dua kali. Pada 22
Agustus 1628, pasukan Mataram dipimpin oleh Tumenggung Baurekso tiba di
Batavia. Serangan pertama ini gagal dan tidak kurang dari seribu prajurit
Mataram gugur dalam pertempuran. Mataram kemudian menyiapkan serangan

10
kedua dengan dipimpin Kiai Adipati Juminah, K.A. Puger, dan K.A. Purabaya.
Meski persiapannya telah matang, perlawanan rakyat Mataram terhadap VOC
yang kedua ini kembali menemui kegagalan. Kegagalan ini disebabkan oleh
VOC yang membakar persediaan makanan para tentara Mataram.

 Perlawanan rakyat Makassar

Perlawanan rakyat Makasar terhadap VOC dipimpin oleh Sultan


Hasanuddin dari Kerajaan Gowa. Saat terjadi perselisihan antara Arung
Palaka dari Kerajaan Bone dengan raja Gowa, VOC langsung memanfaatkan
kesempatan itu. VOC berhasil memanfaatkan Arung Palaka untuk menyerang
Gowa pada 1666. Pada akhirnya, Sultan Hasanuddin dari Kerajaan Gowa
dipaksa untuk menandatangani perjanjian Bongaya pada 18 November 1667.
Berikut isi Perjanjian Bongaya antara Sultan Hasanuddin dengan VOC. VOC
mendapatkan wilayah yang direbut selama perang Bima diserahkan kepada
VOC Kegiatan pelayaran para pedagang Makassar dibatasi di bawah
pengawasan VOC Penutupan Makassar sebagai bandar perdagangan dengan
bangsa Eropa, selain VOC, dan monopoli oleh VOC Alat tukar/mata uang
yang digunakan di Makassar adalah mata uang Belanda Pembebasan cukai
dan penyerahan 1.500 budak kepada VOC Kendati demikian, Perjanjian
Bongaya baru terlaksana pada 1669 karena Sultan Hasanuddin masih
melakukan perlawanan kembali. Perjanjian Bongaya telah memangkas
kekuasaan Kerajaan Gowa sebagai kerajaan terkuat di Sulawesi. Rakyat
Makassar, terutama Bugis, yang tidak menerima Perjanjian Bongaya
kemudian mengembara menuju daerah lain di Indonesia, seperti Jawa dan
Sumatera.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Salah satu fitur paling mencolok dari kebijakan VOC adalah hak monopoli yang
mereka terapkan atas perdagangan rempah-rempah di Hindia Timur. Monopoli ini
berarti bahwa VOC menjadi satu-satunya perusahaan yang diizinkan untuk terlibat
dalam perdagangan rempah-rempah, terutama cengkih, lada, dan pala. Pedagang
asing tidak diperbolehkan untuk bersaing dalam perdagangan rempah-rempah di
wilayah ini dan jika melanggar aturan ini, mereka dapat menghadapi konsekuensi
hukum yang serius.

Monopoli VOC menciptakan situasi di mana perusahaan ini memiliki kendali


penuh atas produksi dan distribusi rempah-rempah di Nusantara. Mereka memonopoli
perkebunan rempah-rempah dan menentukan harga jual rempah-rempah ini. Ini
memberi VOC kekuatan besar untuk mengendalikan pasar rempah-rempah dan
mengatur harga yang menguntungkan bagi mereka sendiri. Monopoli ini merugikan
kerajaan-kerajaan lokal yang sebelumnya memiliki kendali atas perdagangan rempah-
rempah dan sekarang harus berurusan dengan persaingan yang tidak seimbang
dengan perusahaan yang sangat kuat.Dengan hak monopoli ini, VOC mampu
mendominasi perdagangan rempah-rempah di Nusantara. Mereka memonopoli
perkebunan rempah-rempah dan memegang kendali penuh atas produksi dan pasokan
rempah-rempah. Ini menghasilkan dampak besar pada kerajaan-kerajaan lokal yang
sebelumnya memiliki kendali atas produksi dan perdagangan rempah-rempah.
Beberapa kerajaan mungkin mendapat keuntungan dengan menjual rempah-rempah
mereka kepada VOC, tetapi ini seringkali dilakukan dengan harga yang ditentukan
oleh perusahaan ini.

12
B. Saran

Pada saat VOC didirikan, mereka diberikan monopoli perdagangan di wilayah


Hindia Timur oleh pemerintah Belanda. Monopoli ini memberi VOC hak eksklusif
untuk berdagang di Nusantara dan wilayah sekitarnya. Ini berarti VOC menjadi satu-
satunya entitas yang diizinkan untuk mengelola perdagangan rempah-rempah, yang
merupakan komoditas berharga pada saat itu. Praktik ekonomi ini membawa
konsekuensi besar bagi kerajaan-kerajaan lokal. Di satu sisi, beberapa kerajaan
tunduk pada VOC untuk mendapatkan manfaat ekonomi dari kerja sama dengan
perusahaan ini. Mereka yang bersedia bekerja sama dengan VOC dapat menjual
rempah-rempah mereka kepada perusahaan ini dan mendapatkan keuntungan
ekonomi. Di sisi lain, kerajaan-kerajaan lainnya mengalami penurunan ekonomi yang
serius karena monopoli VOC. Mereka kehilangan kontrol atas produksi rempah-
rempah, yang sebelumnya merupakan sumber pendapatan utama mereka, dan
akhirnya terpinggirkan dalam perdagangan internasional.

13
DAFTAR PUSTAKA

https://adjar.grid.id/read/543801414/3-kebijakan-voc-di-bidang-pemerintahan-saat-
menjajah-indonesia

https://journal.uinjkt.ac.id/index.php/al-turats/article/view/4292

https://www.academia.edu/27112345/KEBIJAKAN_KEBIJAKAN_VOC

14

Anda mungkin juga menyukai