Disusun Oleh :
Saripudin 221120006
PENDIDIKAN SEJARAH
BATAM
2023 / 2024
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas yang berjudul “SEJARAH
MASA KOLONIAL" initepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada
matakuliah Sejarah Masa Kolonial. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang ilmu ilmu sosial. Dalam penyelesaian pembuatan
makalahini kami menyampaikan terimakasih kepada Buk Moinka Sari , S.Pd, M.Pd
selaku dosen pembimbing mata kuliah sejarah Indonesia masa silam sertarekan-rekan
dan pihak lain yang telah membantu dalam proses penyelesaian makalah ini.
Kami minta maaf atas ketidak sempurnaan penyusunan makalah ini, namun kami
tetap berharap makalah ini akan memberikan manfaat bagi para pembaca. Demi
kemajuan kami, kami juga mengharapkan adanya masukan berupa kritik atau saran
yang berguna. Terima Kasih.
Kelompok 2
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................2
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Tujuan...........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
A. Kesimpulan...................................................................................................9
B. Saran.............................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................12
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada abad ke-17 hingga ke-18, keberadaan dan kebijakan politik Vereenigde Oost-
Indische Compagnie (VOC) di wilayah Nusantara, yang sekarang merupakan bagian
integral dari Indonesia, menciptakan periode bersejarah yang sarat dengan
kompleksitas dan dampak mendalam. Kebijakan VOC terhadap kerajaan-kerajaan di
Nusantara adalah sebuah bab penting dalam sejarah Nusantara yang tidak hanya
mencerminkan dinamika perdagangan global pada masa itu, tetapi juga menciptakan
konsekuensi yang berlarut-larut hingga saat ini.
VOC, yang didirikan pada tahun 1602, adalah sebuah perusahaan dagang yang
dimiliki oleh Belanda. Keberadaannya bukan hanya untuk tujuan komersial, tetapi
juga untuk memajukan kepentingan kolonial dan ekonomi Belanda di Hindia Timur.
Wilayah Nusantara adalah pusat perhatian VOC karena kekayaan alamnya yang
melimpah, terutama rempah-rempah, yang pada masa itu sangat dicari dan bernilai
tinggi di pasar internasional. Pada titik tertentu, harga cengkih, lada, pala, dan
rempah-rempah lainnya melebihi harganya emas, yang menciptakan dorongan kuat
bagi negara-negara Eropa untuk mendominasi perdagangan rempah-rempah.
4
kekuatan kolonial di Nusantara. VOC bukan hanya perusahaan dagang, tetapi juga
lembaga yang memiliki kekuatan militer dan politik yang kuat. Oleh karena itu,
kebijakan VOC bukan sekadar masalah perdagangan, tetapi juga tentang penjajahan,
diplomasi paksa, dan transformasi ekonomi dan politik yang mendalam.
Makalah ini bertujuan untuk merinci dan mengkaji lebih lanjut dampak kebijakan
politik VOC terhadap kerajaan-kerajaan Nusantara. Kami akan membedah bagaimana
VOC mencapai dominasi ekonomi melalui monopoli perdagangan dan bagaimana
kerajaan-kerajaan lokal meresponsnya. Kami juga akan mengeksplorasi konsekuensi
dari kebijakan monopoli, pengenaan bea impor-ekspor, dan hubungan yang kompleks
antara VOC dan kerajaan-kerajaan Nusantara.
Sebagai sejarahwan, penting bagi kita untuk memahami lebih dalam periode ini
dan menggali dampaknya pada perkembangan wilayah Nusantara dan masyarakatnya.
Makalah ini adalah upaya untuk memberikan wawasan yang lebih mendalam tentang
periode penting ini dalam sejarah Nusantara dan bagaimana kerajaan-kerajaan lokal
bertahan dan beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang terjadi selama era VOC
yang penuh gejolak. Dalam bagian berikutnya, kami akan menyelidiki lebih jauh
kebijakan VOC dan konsekuensinya terhadap Nu
A. Rumusan masalah
B. Tujuan
5
BAB II
PEMBAHASAN
Secara etimologis, Devide et Impera memiliki makna “pecah dan berkuasa”. Yang
berarti, politik Devide et Impera adalah strategi politik dengan mengadu domba
kekuasaan yang ada di dalam internal suatu komunitas, dan setelah pecah, hegemoni
dapat dilakukan. Strategi politik ini, pertama kali diterapkan Julius Cesar untuk
memperbesar kekuasaan Kekaisaran Romawi.
Indonesia, menjadi salah satu koban dari strategi politik ini. Pada saat itu Belanda
lewat Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) –suatu persekutuan dagang
Belanda yang memonopoli perdagangan di Asia, menggunakan cara itu untuk
menaklukan raja-raja di daerah. Setelah memecah pemerintahan, VOC dengan
mudah dapat menguasai tiap daerah, dengan cara mengadu domba tiap penguasa.
Alasan itu pula lah yang membuat Belanda dapat dengan lama dan mudah menguasai
Indonesia.
6
Kebijakan Devide et Impera adalah strategi atau upaya militer yang diterapkan
beberapa kekuatan kolonial pada abad ke-15. Sejumlah negara yang menggunakan
kebijakan ini ialah Belanda, Spanyol, Portugis, Prancis, dan Inggris. Metode
menaklukan itu banyak dilakukan negara penjajah. Mereka melakukan ekspansi dan
penaklukan dengan tujuan mencari sumber kekayaan alam di negara lain, terutama di
daerah tropis. Seiring waktu, metode ini telah berkembang. Kebijakan perpecahan,
karenanya bukan lagi sekedar strategi militer, melainkan strategi politik. Dengan memecah
belah suatu negara, akan lebih mudah untuk ditaklukan Belanda membentuk negara
boneka antara tahun 1947 dan 1948 yang mencakup lima negara boneka, termasuk
Indonesia Timur (sekarang Papua), Sumatera Timur, Madura, Pasundan, Sumatera Selatan,
dan Jawa Timur. Tujuan Belanda membentuk negara boneka adalah untuk menjanjikan
kemerdekaan kepada negara-negara tersebut.
Strategi politik adu domba memiliki tujuan untuk mendorong dan menciptakan
perpecahan kekuasaan dan harmonisasi dalam kelompok masyarakat dalam suatu
kesatuan wilayah. Perpecahan ini, nantinya dapat membuat aliansi tidak tercipta, dan
hegemoni dapat dilakukan dengan lebih mudah. Dengan politik adu domba, juga
dapat mengurangi upaya militer yang dapat memakan biaya dan korban yang tinggi
bagi pihak yang ingin menguasai. Dengan saling mengadu domba kedua kekuasaan
yang berada di dalam wilayah tersebut, membuat pihak yang ingin menguasai, dapat
mengoptimalkan penggunaan daya tempur seminimal mungkin. Rasa permusuhan
yang juga tercipta dari politik Devide et Impera, biasanya berlangsung lama. Oleh
karena itu, selain dengan memudahkan hegemoni kekuasaan dengan cepat dan
seminimal mungkin. Strategi politik ini juga memungkinkan kekuasaan dapat
dipertahankan dalam waktu yang lama, karena aliansi yang lebih besar,
sukar untuk tercipta
7
Salah satu kebijakan politik VOC adalah pengangkatan gubernur jenderal sebagai
wakil Pemerintah Belanda di Hindia Belanda. Salah satu tugas utama dari gubernur
jenderal ialah mengatur dan menjalankan kongsi dagang di Hindia Belanda. Para
gubernur jenderal tersebut membuat banyak kebijakan yang sangat merugikan rakyat
Indonesia. Salah satu contohnya adalah tanam paksa, pembangunan jalan Anyer-Panarukan,
dan lain sebagainya.
VOC mengangkat rakyat pribumi yang sudah dipilihnya untuk menjadi wakil yang
berurusan secara langsung dengan rakyat-rakyat pribumi lainnya.Pengangkatan
pejabat pribumi ini menjadi alasan berhasilnya sistem tanam paksa pada saat itu,
Adjarian.Pejabat yang diangkat oleh VOC mendapatkan keuntungan yang melimpah
atau dapat dibilang sangat kaya.Sementara rakyat pribumi sangat menderita akibat
kebijakan tanam paksa karena dipaksa menanam demi keuntungan pejabat pribumi
dan VOC.O iya, pemilihan pejabat pribumi ini biasanya didasari atas sistem
keturunan atau upaya baik yang dilakukan bawahan demi menarik perhatian dari
atasannya.
Dampak politik dari dominasi VOC juga signifikan. Banyak kerajaan lokal yang
sebelumnya memiliki otonomi politik sekarang mendapati diri mereka tunduk pada
VOC. Mereka harus mematuhi perjanjian yang menguntungkan perusahaan Belanda
ini dan tunduk pada kontrol VOC. Ini merusak otonomi mereka dalam mengelola
wilayah mereka dan mengubah dinamika politik di wilayah tersebut.
Beberapa kerajaan memutuskan untuk tunduk pada VOC untuk menjaga stabilitas
dan memperoleh manfaat ekonomi. Namun, hal ini seringkali membuat mereka
menjadi boneka dalam tangan VOC. Penguasa lokal yang bekerja sama dengan VOC
8
mungkin mendapatkan manfaat pribadi, tetapi seringkali itu adalah rakyat mereka
yang harus merasakan konsekuensi dari perubahan politik yang diimpor oleh
perusahaan Belanda ini.
9
9. Pihak Belanda semakin memperkuat posisinya di Maluku dengan mendirikan
benteng-benteng.
Pada tahun 1681, Istana Surosowan berhasil direbut Sutan Haji dan VOC
dan Sultan Ageng Tirtayasa pindah ke daerah Tirtayasa untuk mendirikan
keraton baru. Di Istana baru tersebut, Sultan Agung Trtayasa mengumpukan
bekal dan kekuatan untuk merebut kembali Istana Surosowan. Dikutip dari
buku Sejarah Indonesia Modern 1200-2008 (1981) karya M.C
Ricklefs, Pasukan Sultan Ageng mampu mendesak pasukan Sultan Haji dalam
penyerangan tahun 1682, sehingga Sultan Haji meminta bantuan VOC. Baca
juga: Ciri Perlawanan Bangsa Indonesia pada Abad Ke-19 Sultan Haji dan
VOC mampu meredam perlawanan dan berhasil memukul mundur pasukan
Sultan Ageng dan Pangeran Purbaya hingga ke Bogor. Sultan Ageng Tirtayasa
akhirnya ditangkap oleh VOC pada 1683 dan ia dibawa ke Batavia sebagai
tahanan. VOC juga berhasil menjadikan Sultan Haji sebagai ‘’raja boneka’’ di
kesultanan Banten, sehingga secara tidak langsung VOC dapat menaklukan
Banten serta memonopoli perdagangan di kawasan pesisir Jawa.
10
kedua dengan dipimpin Kiai Adipati Juminah, K.A. Puger, dan K.A. Purabaya.
Meski persiapannya telah matang, perlawanan rakyat Mataram terhadap VOC
yang kedua ini kembali menemui kegagalan. Kegagalan ini disebabkan oleh
VOC yang membakar persediaan makanan para tentara Mataram.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Salah satu fitur paling mencolok dari kebijakan VOC adalah hak monopoli yang
mereka terapkan atas perdagangan rempah-rempah di Hindia Timur. Monopoli ini
berarti bahwa VOC menjadi satu-satunya perusahaan yang diizinkan untuk terlibat
dalam perdagangan rempah-rempah, terutama cengkih, lada, dan pala. Pedagang
asing tidak diperbolehkan untuk bersaing dalam perdagangan rempah-rempah di
wilayah ini dan jika melanggar aturan ini, mereka dapat menghadapi konsekuensi
hukum yang serius.
12
B. Saran
13
DAFTAR PUSTAKA
https://adjar.grid.id/read/543801414/3-kebijakan-voc-di-bidang-pemerintahan-saat-
menjajah-indonesia
https://journal.uinjkt.ac.id/index.php/al-turats/article/view/4292
https://www.academia.edu/27112345/KEBIJAKAN_KEBIJAKAN_VOC
14