Anda di halaman 1dari 15

TUGAS TERSTRUKTUR DOSEN PENGAMPU

SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM INDONESIA Dra., SHAPIAH, M.Pd.I

PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA PENJAJAHAN KOLONIAL


BELANDA

Oleh :

ANISA DWI YANTI : 220101010472

RAHMADINA MUSLIMAH : 220101010452

FAUZAN AZMI : 220101010676

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

BANJARMASIN

2024
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT., tuhan semesta alam yang telah memberikan kami nikmat
serta hidayah-Nya terutama nikmat islam dan nikmat sehat wal afiat sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang membahas tentang "Pendidikan Islam Pada Masa Penjajahan
Kolonial Belanda". Sholawat serta salam tidak lupa kita curahkan kepada baginda besar kita
Nabi Muhammad SAW.. yang telah membawa pedoman hidup yakni, Al-Qur'an sehingga dapat
membawa manusia duri zaman kegelapan menuju zaman terang benderang.

Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Sejarah Pendidikan Islam
Indonesia di Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Antasari Banjarmasin, Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih
kepada pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan makalah ini, khususnya kepada dosen
pengampu mata kuliah Sejarah Pendidikan Islam Indonesia yaitu Ibu Dra., Shapiah, M.Pd.I
yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk membuat makalah ini.

Kami menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini.
maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca demi
kesempurnaan makalah ini. Akhir kata kami mengucapkan terima kasih.

Banjarmasin, 09 Maret 2024

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ iii

A. Latar Belakang ................................................................................................. iii


B. Rumusan Masalah ............................................................................................ iii
C. Tujuan Penulisan .............................................................................................. iii

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................. 1

A. Awal Masuknya Belanda di Indonesia .............................................................. 1


B. Sistem Pendidikan Pada Masa Penjajahan Belanda ......................................... 3
C. Kebijakan Pendidikan Islam pada Masa Kolonial Belanda .............................. 4
D. Pengaruh Kebijakan Kolonial Belanda Terhadap Pendidikan Islam ................ 5

BAB III PENUTUP ....................................................................................................... 8

A. Kesimpulan ....................................................................................................... 8
B. Saran .................................................................................................................. 9

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejarah perjalanan bangsa Indonesia, tidak terlepas dari peran umat Islam,
khususnya dalam perjuangan mengusir penjajah dari muka bumi Indonesia. Melalui bidang
pendidikan, para tokoh-tokoh Islam menetapkan pendidikan Islam untuk memperkuat
pondasi agama dan bagi rakyat untuk melawan sistem pendidikan yang dibawa oleh
penjajah Belanda. Sistem pendidikan Islam menjadi satu-satunya pendidikan formal yang
memiliki sistem dan pengelolaan tersendiri yang berbeda dengan sistem pendidikan yang
dibawa oleh Belanda.

Pendidikan Islam pada masa penjajahan Belanda di Indonesia merupakan sebuah


peristiwa yang memiliki dampak yang sangat besar terhadap pendidikan Islam di Indonesia.
Belanda, sebagai pemerintah penjajah, menjalankan kebijakan yang bertujuan untuk
mengurangi kekuatan dan kemampuan umat Islam di Indonesia. Salah satu cara yang
digunakan oleh Belanda untuk mencapai tujuannya adalah melalui pengendalian sistem
pendidikan Islam.

B. Rumusan Masalah
Pada penyusunannya ada beberapa masalah yang dirumuskan dalam makalah ini,
antara lain :
1. Bagaimana Masuknya Belanda ke Indonesia?
2. Bagaimana Sistem Pendidikan Pada Masa Penjajahan Belanda?
3. Bagaimana Kebijakan Pendidikan Islam pada Masa Kolonial Belanda?
4. Bagaimana Pengaruh Kebijakan Kolonial Belanda Terhadap Pendidikan Islam?

C. Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan Masuknya Belanda ke Indonesia
2. Menjelaskan Sistem Pendidikan Pada Masa Penjajahan Belanda
3. Menjelaskan Kebijakan Pendidikan Islam pada Masa Kolonial Belanda

iii
4. Menjelaskan Pengaruh Kebijakan Kolonial Belanda Terhadap Pendidikan Islam

iv
BAB II

PEMBAHASAN

A. Awal Masuknya Belanda di Indonesia

Abad ke-15 terjadi beberapa peristiwa penting di Eropa. Salah satu peristiwa
penting yang dapat memengaruhi jalannya sejarah dunia adalah jatuhnya kota
Konstantinopel, ibu kota Kekaisaran Bizantium pada tahun1453. Kota Konstantinopel
merupakan benteng utama Eropa untuk mencegah masuknya Islam ke daratan Eropa.
Dalam perang yang sengit, Turki Usmani akhirnya berhasil merebut kota Konstantinopel.
Dengan demikian, pintu terbuka bagi penguasa Muslim untukmasuk ke Eropa. Namun bagi
Eropa, jatuhnya kota Konstantinopel berarti terputusnya hubungan antara Barat dan Timur.
Jalur perdagangan ke Timur juga ditutup sehingga memaksa orang Eropa mencari cara lain
untuk menuju ke Timur.
Pada tahun 1596 Belanda yang dipimpin oleh Cornelis De Houtman tiba di
pelabuhan Banten. Inilah awal mula kedatangan belanda di nusantara, namun kedatangan
belanda akhirnya di usir oleh penduduk pesisir banten karena sikapnya yang kasar dan
angkuh. Pada tahun 1598 Belanda kembali ke Nusantara di bawah pimpinan Jacob Van
Neck dan Wybrecht Van Waerwyck. Tiba di Maluku pada bulan Maret 1599. Keberhasilan
pelayaran tersebut mendorong keinginan beberapa perusahaan di Belanda untuk
mengirimkan kapalnya ke Indonesia, ada 14 perusahaan yang mengirimkan 62 kapal,
(Ricklefs, 2007: 3). Meningkatnya jumlah pedagang Belanda di Indonesia mengakibatkan
adanya persaingan yang saling menguntungkan. Selain itu, mereka juga harus menghadapi
persaingan dari Portugal, Spanyol dan Inggris. Dalam keadaan ini mereka tidak menang,
mereka kalah. Apalagi dengan seringnya terjadi razia oleh bajak laut. Atas prakarsa
Pangeran Maurit dan Johan Van Olden Barnevelt, para saudagar Belanda mendirikan
Perusahaan Hindia Timur Belanda (VOC) pada 20 Maret 1602. Saat itu, terjadi persaingan
sengit antara negara-negara Eropa, yaitu Portugal, Spanyol kemudian Inggris, Prancis dan
Belanda, untuk hegemoni perdagangan di Asia Timur. The Dutch East India Company
(VOC) pertama kali membuka kantor perdagangannya di Banten pada tahun 1602 dan
dipimpin oleh Francois Wittert.
Kedatangan bangsa Eropa ke Nusantara pada awalnya merupakan bagian dari
kegiatan perdagangan. Hubungan yang muncul adalah hubungan yang setara, antara

1
pedagang dan pembeli. Namun, situasi itu perlahan berubah. Sejak persaingan perdagangan
antar negara yang ketat membuat mereka berusaha menguasai sumber-sumber rempah-
rempah, dunia langsung tahu bahwa rempah-rempah Indonesia adalah salah satu produk
yang paling berharga dalam sistem perdagangan.
Sebagai serikat buruh Belanda, VOC ingin menguasai perdagangan rempah-rempah
di Nusantara. Hegemoni politik dan sistem eksploitasi membawa perubahan di berbagai
bidang seperti: sistem birokrasi, industrialisasi, transportasi, pendidikan, komunikasi dan
berbagai bentuk hubungan sosial lainnya. Perubahan ini pada akhirnya membawa dampak
psikologis berupa kesadaran berbangsa dan bernegara, yaitu nasionalisme itu sendiri.
Selama ratusan tahun, Belanda telah membangun sebuah kerajaan di Kepulauan
Indonesia, di tanah Hindia Belanda. Pejuang internal dan anak muda yang kemudian terjun
ke dunia politik menciptakan persatuan untuk melawan kolonialisme. Roda nasionalisme
digerakkan untuk memerangi kekejaman roda kolonialisme dan imperialisme. Namun
tampaknya roda kolonialisme dan imperialisme masih cukup kuat. Tapi pejuang dan
intelektual muda kita tidak pernah menyerah. Roda kebangsaan masih dipacu ke berbagai
arah yang dianggap memungkinkan untuk memperoleh kebebasan, termasuk melalui
Volksraad. Sebuah kebijakan politik etis telah diberlakukan untuk melindungi dari
tanggung jawab pemerintah kolonial terhadap negara-negara terjajah yang penduduknya
telah menderita untuk waktu yang lama. Pintu pendidikan dan politik bagi kaum muda
dibuka untuk memberikan kesempatan kepada para pejuang kita untuk mengekspresikan
strategi perjuangan mereka secara lebih demokratis, tidak seperti perjuangan-perjuangan di
masa lalu. Namun semua itu tidak dapat terjadi secepat yang diharapkan oleh para pejuang
pergerakan nasional.
Kekuatan kolonialisme dan imperialisme Belanda tampaknya masih mampu
menguasai para pejuang kita. Dimasuknya bumi sebagai anggota Volksraad tidak berarti
bahwa bumi putra diberikan hak untuk menyatakan pendapatnya. Tetapi bagaimanapun
juga, Volksraad telah memberikan kesempatan kepada wakil-wakil Hindia Belanda, yang
membuka mata mereka akan perlunya persatuan, untuk melancarkan gerakan nasional
melawan dominasi kolonialisme dan imperialisme Belanda. Di tengah roda pergerakan
nasional yang bertabrakan dengan roda kolonialisme dan imperialisme, Tuhan Yang Maha
Esa telah menciptakan skenario baru, yaitu pecahnya Perang Dunia II. Perang tersebut

2
dengan cepat menyebar ke Indonesia yang ditandai dengan datangnya tentara Jepang yang
kemudian turut andil dalam berakhirnya Kerajaan Belanda di Indonesia. 1

B. Sistem Pendidikan Islam pada Masa Kolonial Belanda


Pada masa kolonial Belanda pendidikan Islam di sebut juga dengan Bumiputera,
karena yang memasuki pendidikan Islam seluruhnya orang pribumi Indonesia. Pendidikan
Islam pada masa penjajahan Belanda ada tiga macam, yaitu:
1. Sistem pendidikan peralihan Hindu Islam; Sistem ini merupakan sistem pendidikan
yang masih menggabungkan antara sistem pendidikan Hindu dengan Islam. Sistem ini
dilaksanakan dengan cara, guru mendatangi murid-muridnya. yang menjadi
muridmuridnya adalah anak-anak para bangsawan dan kalangan keraton. Sebaliknya,
sistem pertapa, para murid mendatangi guru ke tempat pertapaanya. adapun murid-
muridnya tidak lagi terbatas pada golongan bangsawan dan kalangan keraton, tetapi
juga termasuk rakyat jelata.
2. Sistem pendidikan surau (langgar); Sistem pendidikan di surau tidak mengenal jenjang
atau tingkatan kelas, murid dibedakan sesuai dengan tingkatan keilmuanya, proses
belajarnya tidak kaku sama muridnya (Urang Siak) diberikan kebebasan untuk memilih
belajar pada kelompok mana yang ia kehendaki. Dalam proses pembelajaran murid
tidak memakai meja ataupun papan tulis, yang ada hanya kitab kuning merupakan
sumber utamanya dalam pembelajaran. Metode utama dalam proses pembalajaran di
surau dengan memakai metode ceramah, membaca dan menghafal. Materi
pembelajaran yang diberikan Syeikh kepada urang siak dilaksanakan sambil duduk di
lantai dalam bentuk setengah lingkaran. Syeikh membacakan materi pembelajaran,
sementara murid menyimaknya dengan mencatat beberapa catatan penting di sisi kitab
yang dibahasnya atau dengan menggunakan buku khusus yang telah disiapkan oleh
murid. Sistem seperti ini terkenal dengan istilah halaqoh.
3. Sistem Pendidikan Pesantren; Metode yang digunakan adalah metode sorogan, atau
layanan individual yaitu bentuk belajar mengajar dimana Kiyai hanya menghadapi
seorang santri yang masih dalam tingkatan dasar atau sekelompok kecil santri yang
masih dalam tingkatan dasar. Tata caranya adalah seorang santri menyodorkan sebuah
kitab di hadapan kiyai, kemudian kiyai membacakan beberapa bagian dari kitab itu, lalu

1 Vedra Octa Samira dkk, Sejarah Indonesia dan Dunia, PT Nasya Expanding Management, 2022. 46-49

3
santri mengulangi bacaan sampai santri benar-benar membaca dengan baik. Bagi santri
yang telah menguasai materi lama, maka ia boleh menguasai materi baru lagi. Metode
wetonan dan bandongan, atau layanan kolektif ialah metode mengajar dengan sistem
ceramah. Dalam metode ini kyai biasanya membacakan, menerjemahkan, lalu
menjelaskan kalimat-kalimat yang sulit dari suatu kitab dan para santri menyimak
bacaan kyai sambil membuat catatan penjelasan di pinggir kitabnya. Metode
Musyawarah adalah belajar dalam bentuk seminar (diskusi) untuk membahas setiap
masalah yang berhubungan dengan materi pembelajaran-pelajaran santri ditingkat
tinggi. Metode ini menekankan keaktifan pada pihak santri, yaitu santri harus aktif
mempelajari dan mengkaji sendiri buku yang telah ditentukan kiyainya. Kiyai harus
menyerahkan dan memberi bimbingan seperlunya (Ramayulis, 2011). 2

C. Kebijakan Pendidikan Pada Masa Penjajahan Belanda


Ketika bangsa Belanda pertama kali menginjakkan kakinya di Nusantara yang
dimulai dengan melakukan monopoli kegiatan perniagaan di bawah sebuah badan bernama
VOC (Verenigde Oost Indische Compagnie), tahun 1602-1799 lalu diikuti masa penjajahan
pemerintahan kolonial Belanda mulai tahun 1799, tidak dapat disangkal, bahwa kegiatan
dan misi keagamaan golongan Kristen telah jalan barsama, baik dilakukan oleh pejabat
VOC atau pejabat pemerintahan kolonial, oleh Zendig (Kristen Protestan) dan Misionaris
(Katolik).
Pemerintahan kolonial Belanda pada masa penjajahannya dalam mengkristenkan
penduduk pribumi terlihat dari kebijakan pemerintahan kolonial Belanda. Kegiatan Zendig
dan Misionaris yang telah berjaya di masa VOC semakin leluasa menancapkan kukunya di
beberapa kawasan Indonesia Timur. Juga di kawasan Barat.
Ketika mulai memikirkan, merencanakan, dan mencari model pendidikan bagi
penduduk pribumi, pejabat dan pemerintah kolonial Belanda lebih memilih sekolah-
sekolah yang didirikan oleh Zendig dan Misionaris untuk diadopsi menjadi model
pendidikan bagi penduduk pribumi. Mereka tidak menjadikan sistem pendidikan
pesantren/diniyah dan madrasah sebagai model, karena mereka menilai sistem pendidikan
pesantren/diniyah dan madrasah terlalu buruk. Di dalamnya hanya diajarkan agama, bahasa

2Subandi, PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA PADA ZAMAN PENJAJAHAN BELANDA DAN


JEPANG, Jurnal Ilmu Pendidikan (JIP) Vol. 1 No. 1 Juni 2023. 197

4
Arab, dan al-Qur'an. Di pesantren dan madrasah tidak diperkenalkan huruf latin.
Gurugurunya pun tidak bisa membaca dan menulis huruf Latin. Padahal, sekolah-sekolah
Zendig dan Misionaris, pendidikannya juga agama dan guru- gurunya juga tidak
profesional di bidang pendidikan, melainkan pendeta dari tamatan lembaga pendidikan
keagamaan Kristen.
Berdasarkan hal tersebut, menurut Marwan Saridjo, "Terlihat bahwa alasan menolak
untuk mengadopsi pesantren dan madrasah sebagai bentuk. dan model pendidikan
penduduk pribumi, di samping alasan teknis adalah alasan politik dan alasan keagamaan.
Pada tahun 1882 M, pemerintah Belanda membentuk suatu badan khusus yang
bertugas mengawasi kehidupan beragama dan pendidikan Islam yang disebut Pristerraden.
Atas nasihat dari badan inilah maka pada tahun 1905 M, pemerintah mengeluarkan
peraturan yang isinya bahwa orang yang memberikan pengajaran harus minta izin lebih
dahulu, kebijakan ini disebut Ordonansi Guru tahun 1905. Selanjutnya, pada perkembangan
berikutnya. Ordonansi Guru tahun 1905 itu akhirnya dicabut karena dianggap tidak relevan
lagi. Maka, pada tahun 1925 M, pemerintah mengeluarkan peraturan yang lebih ketat lagi
terhadap pendidikan agama Islam, yaitu tidak semua orang (Kyai) boleh memberikan
pelajaran mengaji, kebijakan ini disebut Ordonansi Guru tahun 1925. Pada tahun 1932 M,
keluar pula peraturan yang dapat memberantas dan menutup madrasah dan sekolah yang
tidak ada izinnya atau memberikan pelajaran yang tidak disukai oleh pemerintah yang
disebut Ordonansi Sekolah Liar (Wilde School Ordonante).
Berdasarkan penjelasan di atas, maka kebijakan pemerintah kolonial Belanda
terhadap pendidikan keagamaan Islam sangat tidak mendukung, bahkan berupaya untuk
meruntuhkan pendidikan Islam, termasuk pendidikan keagamaan Islam. 3

D. Kebijakan Kolonial Belanda Terhadap Pendidikan Islam


Di Indonesia usaha dan gerakan pembaru itu dalam bidang pendidikan dimulai
pada pertengahan abad ke-20, seperti yang dilakukan oleh kaum muda di Minangkabau,
Jami’at Khair, Muhammadiyyah, al Irsyad, Persyarikatan Ulama,Persis dan lain-lainya.
Sebagai dampak sampingan dari pembaruan itu pendidikan Islam di Indonesia
mengalami perubahan dalam berbagai aspek seperti, sistem, kelembagaan,

3 Abdul
Wahid, Eksistensi dan Kebijakan Pendidikan Islam Pada Masa Kolonial Belanda, Jurnal
Kewarganegaraan, Vol. 6 No. 3 Oktober 2022.2416

5
administrasi, penyelenggara, maupun tamatan institusi pendidikan itu sendiri.
perubahan tersebut, tampaknya memberi kesan, bahwa pembaruan pendidikan Islam di
Indonesia yang berorientasi pada modernisasi, menunjukkan dirinya sebagai bentuk
respon terhadap sekolah-sekolah pemerintah Belanda yang netral agama.
Adapun tentang ordonansi (peraturan pemerintah) Guru/Sekolah Liar.
Sehubungan dengan berdirinya madrasah dan sekolah agama yang diselenggarakan
oleh kalangan Islam pembaru, agaknya kekhawatiran pemerintah tersebut cukup
beralasan. Semula memang pemerintah membiarkan kehidupan islam pada batas-batas
tertentu, sepanjang tidak mengganggu kehadiran Belanda, sambil mengembangkan
sistem persekolahan pada pengetahuan dan keterampilan duniawi, yaitu pendidikan
umum; sebagai pencerminan dari sikap pemerintah Belanda untuk tidak mencampuri
lebih jauh masalah Islam.
Tetapi setelah melihat perkembangan lebih lanjut, seperti peningkatan jumlah
madrasah dan sekolah-sekolah swasta sebagai institusi pendidikan diluar sistem
persekolahan pemerintah, kalangan pemerintah semakin hati-hati terhadap sikap netral
mereka selama ini. Masalah Islam yang menjadi sumber kekhawatiran pemerintah
tersebut agaknya tidak terbatas adanya institusi pendidikannya saja. Lebih jauh dari itu,
mereka memandang kemungkinan infiltrasi pengaruh Islam tersebut di sekolah-sekolah
swasta lainnya.
Adanya latar belakang tersebut pula barangkali, yang mendorong pemerintah
Belanda merubah sikapnya dalam menghadapi kemungkinan buruk yang bakal timbul
dari peningkatan jumlah madrasah dan sekolah-sekolah agama. Sebagai tindakan
pencegahan, langkah itu dilakukan melalui pengawasan terhadap sekolah-sekolah liar.
Sejak adanya perubahan sikap tersebut, dalam rangka pengawasan dikeluarkan
ordonansi tanggal 28 Maret 1923 Lembaran Negara no 136 dan 260. aslinya berupa
pembatasan kebebasan mengajar bagi guru-guru sekolah swasta. Sistem ini tidak
memberi keuntungan bagi perkembangan institusi pendidikan Islam. Bahkan dalam
ordonansi yang dikeluarkan tahun 1932, dinyatakan bahwa semua sekolah yang tidak
di bangun pemerintah atau tidak memperoleh subsidi dari pemerintah, diharuskan minta
izin terlebih dahulu, sebelum sekolah itu didirikan. Dengan kebijakan ini pemerintah
kolonial Belanda mendapat reaksi yang luar biasa dari kalangan umat Islam terlebih di
Minangkabau. Hal ini karena umat Islam Minangkabau melihat adanya “sesuatu” yang
akan merugikan Agama Islam jika kebijakan ini dilaksanakan.

6
Atas reaksi yang sedemikian besar, akhirnya pemerintahan Belanda melalui
Gubernur Jenderalnya memberi jawaban bahwa ordonansi guru di Minangkabau belum
ada niat kapan untuk dilaksanakan. Lambat laun eksistensi orodonansi guru tidak lagi
ada urgensinya, dan akhirnya kebijakan ini di batalkan dan hilang dari peredaran.
walaupun sebelum keputusan ini di buat sesungguhnya Belanda telah berusaha
membujuk rayu beberapa tokoh Islam Minangkabau untuk mendukung pelaksanaan
ordonansi ini, namun mereka tidak berhasil membujuk rayu beberapa tokoh.
Minangkabau untuk mendukung pelaksanaan ordonansi ini, namun mereka tidak
berhasil.4

4
Fadly Mart Gultom, Kebijakan Pendidikan Keagamaan Islam di Indonesia. (Yogyakarta: Penerbit Deepublish,
2019).10

7
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pada tahun 1596 Belanda yang dipimpin oleh Cornelis De Houtman tiba di
pelabuhan Banten. Inilah awal mula kedatangan belanda di nusantara, namun kedatangan
belanda akhirnya di usir oleh penduduk pesisir banten karena sikapnya yang kasar dan
angkuh. Pada tahun 1598 Belanda kembali ke Nusantara di bawah pimpinan Jacob Van
Neck dan Wybrecht Van Waerwyck. Tiba di Maluku pada bulan Maret 1599.
Pendidikan Islam pada masa penjajahan Belanda ada tiga macam, yaitu: Sistem
pendidikan peralihan Hindu Islam, Sistem pendidikan surau (langgar) dan Sistem
Pendidikan Pesantren.
Pada masa Kolonial Belanda kebijakan pemerintah terhadap pendidikan keagamaan
Islam sangat tidak mendukung, bahkan berupaya untuk meruntuhkan pendidikan Islam,
termasuk pendidikan keagamaan Islam.
Adapun tentang ordonansi (peraturan pemerintah) Guru/Sekolah Liar. Sehubungan
dengan berdirinya madrasah dan sekolah agama yang diselenggarakan oleh kalangan Islam
pembaru, membuat kekhawatiran pemerintah belanda cukup beralasan. Adanya latar
belakang tersebut sebagai tindakan pencegahan, dalam rangka pengawasan dikeluarkan
ordonansi tanggal 28 Maret 1923 Lembaran Negara no 136 dan 260. aslinya berupa
pembatasan kebebasan mengajar bagi guru-guru sekolah swasta. Sistem ini tidak memberi
keuntungan bagi perkembangan institusi pendidikan Islam. Bahkan dalam ordonansi yang
dikeluarkan tahun 1932, dinyatakan bahwa semua sekolah yang tidak di bangun pemerintah
atau tidak memperoleh subsidi dari pemerintah, diharuskan minta izin terlebih dahulu,
sebelum sekolah itu didirikan. Dengan kebijakan ini pemerintah kolonial Belanda mendapat
reaksi yang luar biasa dari kalangan umat Islam terlebih di Minangkabau. Atas reaksi yang
sedemikian besar, akhirnya pemerintahan Belanda melalui Gubernur Jenderalnya memberi
jawaban bahwa ordonansi guru di Minangkabau belum ada niat kapan untuk dilaksanakan.
Lambat laun akhirnya kebijakan ini di batalkan dan hilang dari peredaran.

8
B. Saran

Demikian makalah ini kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca. Kami
menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini. Maka dari itu
kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca demi
kesempurnaan makalah ini. Akhir kata kami mengucapkan terima kasih.

9
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Wahid, Eksistensi dan Kebijakan Pendidikan Islam Pada Masa Kolonial Belanda, Jurnal
Kewarganegaraan, Vol. 6 No. 3 Oktober 2022.

Fadly Mart Gultom, Kebijakan Pendidikan Keagamaan Islam di Indonesia. Yogyakarta:


Penerbit Deepublish, 2019.10

Subandi, PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA PADA ZAMAN PENJAJAHAN


BELANDA DAN JEPANG, Jurnal Ilmu Pendidikan (JIP) Vol. 1 No. 1 Juni 2023.

Vedra Octa Samira dkk, Sejarah Indonesia dan Dunia, PT Nasya Expanding Management,
2022, Hal 46-49
Ramayulis, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia: 2011

10

Anda mungkin juga menyukai