Anda di halaman 1dari 27

Tugas Kelompok

Pengaruh Masuknya Bangsa – Bangsa Barat Ke Indonesia

Makalah Ini Di Buat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kapita Selekta Sejarah
Indonesia Yang Di Ampuh Oleh Bapak Sutrisno Mohamad, S.Pd., M.Pd

Oleh :

Kelompok IV

Dewinta Deu : 231419055

Sulciyawati Haluti : 2314190

Tia Marwati : 231419049

Dinda Kunsi : 231418051

Ogin Hisa : 231419001

Abdul Rahman Thaib : 231419026

Ziat I. Haruna : 2314190

Jefriyanto Rahim : 231419072

Wahyu : 231419038

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

TAHUN AJARAN 2021-2022


KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
menganugerahkan rahmat, karunia serta ridha-Nya,sehingga penyusun dapat
menyelesaikan makalah tentang ”Pengaruh masuknya bangsa – bangsa barat ke
Indonesia”. Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas pada mata kuliah selekta
kapita sejarah indonesia.
Dalam penulisan makalah ini di harapkan dapat memberikan informasi
yang kemudian bermanfaat bagi kita.Selama mengerjakan tugas makalah ini, Saya
telah banyak menerima bimbingan dan saran-saran dari berbagai pihak. Maka
pada kesempatan ini saya ingin mengucapkanterima kasih yang setulusnya
kepada: Orang tua yang telah memberikan dorongan dan semangat sehingga kami
dapat menyelesaikan karya tulis ini. Bapak Sutrisno Mohamad S.Pd.,M.Pd. Yang
telah banyak memberikan penjelasan teori yang berkaitan dengan tema makalah
ini.
Akhirnya kami berharap makalah ini dapat berguna dan dapat di
pergunakan sebagaimana mestinya. Kami mengharapkan kritik dan saran untuk
kemajuan di masa-masa mendatang. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih

Gorontalo, Oktober 2021

Kelompok IV
DAFTAR ISI

Cover................................................................................................................

Kata Pengantar...............................................................................................

Daftar isi..........................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang............................................................................................


1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................
1.3 Tujuan Penulisan........................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Peneterasi bangsa portugis/spanyol...........................................................


2.2 Peneterasi Bangsa Belanda........................................................................
2.3 Akhir kekuasaan di Indonesia....................................................................
2.4 Pemerintahan Hindia Belanda...................................................................
2.5 Pemerintahan Inggris di Indonesia...........................................................

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan................................................................................................
3.2 Saran..........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kedatangan bangsa-bangsa barat di Kepulauan Indonesia berkaitan erat


dengan masa renaisans di Eropa. Gerakan renaisans pertama lahir di Italia pada
abad ke-14, yang kemudian menyebar ke seluruh Eropa. Pada periode ini, para
pemikir mulai bebas bereksplorasi dan membuka ide-ide lama yang ditinggalkan
oleh bangsa Yunani dan Romawi. Perkembangan ilmu pengetahuan pada masa
renaisans inilah yang mendorong bangsa Eropa melakukan penjelajahan samudra
hinggasampaikeIndonesia.

Perkembangan Merkantilisme, Revolusi Industri, dan Kapitalisme.


Merkantilisme adalah suatu paham kebijakan politik dan ekonomi suatu negara
dengan tujuan untuk memupuk hasil kekayaan (berupa emas) sebanyak-
banyaknya sebagai standar kesejahteraan dan kekuasaan negara itu. Untuk
mencapai tujuan itu, muncullah semangat dari beberapa negara Eropa untuk
mencaridaerahjajahan.

Revolusi Industri merupakan pergantian atau perubahan secara


menyeluruh dalam memproduksi barang yang dikerjakan oleh tenaga manusia
atau hewan menjadi tenaga mesin. Salah satu penemuan baru yang dilahirkan oleh
revolusi industri adalah mesin uap. Teknologi tersebut memudahkan bangsa Barat
untuk melakukan pelayaran ke Indonesia. Sementara kapitalisme adalah suatu
paham yang beranggapan bahwa dalam perekonomian, untuk mendapatkan
keuntungan besar harus mempunyai modal yang besar pula. Menurut kapitalisme,
seseorang atau negara bebas untuk memupuk kekayaannya, termasuk dengan
menjajahnegaralain.
Peristiwa yang melatarbelakangi datangnya bangsa Eropa khususnya
Portugis dan Spanyol ke dunia timur adalah jatuhnya Konstantinopel. Sebelum era
kolonialisme-imperialisme Barat, Konstantinopel merupakan kota perdagangan
terbesar dan termakmur di Eropa karena letaknya strategis. Konstantinopel
merupakan pertemuan jalur perdagangan antara Eropa dan Asia. Sehingga
perdagangan rempah-rempah, sutera, perhiasan, keramik dan komoditas berharga
lainnya berpusat di kota ini. Penguasa Turki dari Dinasti Utsmani (Ottoman)
berhasil merebut Konstantinopel pada 1453. Pada saat itu, Konstantinopel
merupakan pusat pemerintahan Romawi Tmur. Dengan jatuhnya Konstantinopel,
perdagangan di Laut Tengah dikuasai oleh pedagang-pedagang Islam. Sedangkan
pedagang Eropa tidak bisa lagi membeli rempah-rempah dari Asia. Hal inilah
yang mendorong para pedagang Eropa mencari jalan lain untuk mencapai
penghasil rempah-rempah.

Pencarian rempah-rempah Rempah-rempah merupakan komoditas


perdagangan yang menjadi primadona di Eropa. Iklim Eropa yang dingin
menyebabkan bangsa Eropa sangat membutuhkan rempah-rempah untuk
menghangatkan tubuh. Selain itu, rempah-rempah juga digunakan sebagai bahan
pengawet makanan saat musim dingin dan penyempurna cita rasa masakan. Oleh
karena itu, para pedagang Eropa tetap akan membeli rempah-rempah meskipun
harganyasangatmahal. Rempah-rempah yang dibutuhkan Eropa sebagian besar
terdapat di Indonesia, seperti contohnya cengkeh, pala, dan lada.

Semboyan 3G: Gold, Glory, dan Gospel Salah satu tujuan bangsa Eropa ke
Nusantara adalah memburu kejayaan, superioritas, dan kekuasaan, atau dikenal
dengan nama Gold, Glory, dan Gospel. Semboyan Gold mendorong mereka
memburu kekayaan berupa emas, perak, dan bahan tambang lain yang berharga.
Sebab, menurut paham ini, suatu negara dikatakan makmur apabila mempunyai
emas yang melimpah. Semboyan Glory berarti kejayaan, yang meyakini kejayaan
sebuah bangsa dilihat dari banyaknya wilayah koloni yang dimiliki. Kondisi ini
mendorong bangsa-bangsa Eropa untuk memiliki daerah kekuasaan yang luas.
Penjelajahan bangsa Eropa ke Timur juga membawa misi suci dari gereja, yaitu
Gospel. Semangat gospel, semangat bangsa barat menduduki indonesia adalah
untuk menyebarkan ajaran injil. Setiap kapal yang melakukan penjelajahan
samudra selalu diikuti kelompok misionaris, yang menganggap menyebarkan
ajaran injil merupakan panggilan hidup dan tugas mulia. Mereka kemudian
memanfaatkan daerah koloni sebagai tempat menjalankan misi tersebut.

Seorang ilmuwan Polandia bernama Nicolaus Copernicus mencetuskan


Teori Heliosentris pada 1543. Teori Heliosentris menyatakan bahwa bumi
berbentuk bulat dan berputar mengelilingi matahari, begitu pula dengan planet-
planet lainnya. Menurutnya, jika seseorang berjalan dari satu titik ke arah barat,
maka akan kembali ke titik semula. Teori ini mendorong orang Eropa yang gemar
bertualang untuk membuktikan bahwa bumi bulat. Teori ini kemudian dibuktikan
oleh para pelaut Portugis dan Spanyol melalui penjelajahan samudra dari rute
berlawanan yang kemudian bertemu di Maluku.

Rumusan Masalah

1. Bagaimana Peneterasi bangsa portugis/spanyol?


2. Bagaimana Peneterasi Bangsa Belanda?
3. Bagaimana Akhir kekuasaan VOC di Indonesia?
4. Bagaimana Pemerintahan Hindia Belanda?
5. Bagaiamana Pemerintahan Inggris di Indonesia?

Tujuan Penulisan

1. Untuk Mengetahui peneterasi bangsa portugis/spanyol


2. Untuk Mengetahui peneterasi bangsa belanda
3. Untuk Mengetahui akhir kekuasaan voc di indonesia
4. Untuk Mengetahui pemerintahan hindia belanda
5. Untuk Mengetahui inggris di Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Peneterasi Bangsa Portugis/Spanyol

Sejarah kedatangan bangsa Spanyol dan Portugis ke Indonesia terjadi pada


sekitar abad ke-16 Masehi. Maksud awal dua bangsa Eropa itu ke Nusantara
adalah mencari dunia baru penghasil rempah-rempah. Ada peristiwa yang
melatarbelakangi penjelahan samudera oleh bangsa-bangsa Eropa, termasuk
Spanyol dan Portugis, yakni runtuhnya Konstantinopel akibat serangan Turki
Utsmani pada 1453 M. Menurut catatan Sadirman dan Amurwani dalam Sejarah
Indonesia (2014), Konstantinopel dikuasai Turki Usmani. Situasi ini
menyebabkan akses perdagangan internasional di kawasan Laut Tengah
terhambat. Dampaknya, harga rempah-rempah di Eropa melambung tinggi
sehingga bangsa-bangsa imperialis dari Barat, termasuk Portugis dan Spanyol,
mencari komoditi ke negeri-negeri di kawasan Timur jauh, hingga ke Kepulauan
Nusantara.

Sejarah Kedatangan Spanyol disebut-sebut sebagai bangsa perintis


penjelajahan samudera demi mencari rempah-rempah. Pada 3 Agustus 1492,
pelaut asal Spanyol, Christopher Columbus, memimpin pelayaran ke arah barat.
Armada Columbus tiba di Kepulauan Kanari, Afrika sebelah Barat, tanggal 6
September 1492. Setelah itu, mereka lanjut berlayar hingga menemukan
Kepulauan Bahama, Amerika, pada 12 Oktober 1492. Awalnya, Columbus
mengira bahwa wilayah tersebut adalah India atau Hindia. Oleh karena itu,
Columbus menyebut orang asli wilayah itu dengan istilah “Indian”. Perjalanan
dilanjutkan hingga Columbus beserta rombongannya menemukan Kepulauan
Haiti, Amerika. Setelah itu, Columbus kembali ke Spanyol pada 1493. Berkat
perjalanannya ini, Columbus diakui sebagai penemu benua baru yang bernama
Amerika. Pelaut lain asal Spanyol menyusul jejak Columbus. Ferdinand Magellan
beserta kapten kapal Yan Sebastian del Cano berlayar sampai Amerika. Di sana,
mereka menemukan selat yang jalurnya mengarahkan Samudera Atlantik ke
Samudera Pasifik. Maret 1521, rombongan kedua Spanyol ini tiba di Pulau Guam
hingga sampai ke Kepulauan Filipina pada April di tahun yang sama. Di Filipina,
dikutip dari Philippine Historical Review (1972), terjadi konflik dengan penduduk
setempat yang menewaskan Magellan. Yan Sebastian del Cano membawa
rombongannya melarikan diri ke arah selatan. Beberapa waktu berselang, mereka
tiba di Kepulauan Maluku, kawasan Timur Nusantara penghasil rempah-rempah.
Sedangkan Sejarah Kedatangan Portugis Keberhasilan Spanyol menemukan
wilayah baru membuat Raja Portugis yakni Manuel I penasaran. Sang raja
menitahkan Vasco da Gama untuk berlayar dan menemukan daerah yang kaya
akan rempah-rempah. Elaine Sanceau dalam Good Hope: the Voyage of Vasco Da
Gama (1967) mengungkapkan, perjalanan Vasco da Gama dimulai melalui rute
Tanjung Harapan, Afrika. Mereka selanjutnya mengembangkan layar menuju
Lautan Hindia. Tahun 1498, Vasco da Gama beserta awak kapalnya tiba di Goa,
pantai sebelah barat India. Di negeri ini, Portugis membangun kantor dagang
beserta benteng pertahanan. Vasco da Gama diberikan hak kuasa atas daerah Goa
oleh Raja Portugis. Rombongan Portugis berikutnya dipimpin oleh Alfonso de
Albuquerque untuk melanjutkan upaya dari Vasco da Gama. Pelayaran Alfonso
de Albuquerque akhirnya sampai di Malaka, kawasan barat Nusantara.
Timbul sejumlah konflik. Portugis berulangkali mendapatkan perlawanan dari
bangsa Melayu di Malaka maupun dari kerajaan-kerajaan di Nusantara, termasuk
dari Jawa. Ternyata Portugis mampu menandingi dan meredam perlawanan-
perlawanan tersebut. Bahkan, monopoli yang dijalankan Portugis di Malaka
akhirnya meluas sampai ke kawasan timur Nusantara dan berhasil mengenyahkan
Spanyol. Portugis termasuk salah satu bangsa Barat yang menjamah Nusantara,
selain Spanyol, Inggris, Perancis, Belanda, dan Jepang, hingga Indonesia
menyatakan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945.

2.2 Peneterasi Bangsa Belanda

Kedatangan Belanda di Indonesia pada akhir abad ke-16 awalnya untuk


berdagang. Reaksi rakyat pribumi saat itu beragam. Ada yang menolak, namun
ada yang menyambut ramah bahkan bekerja sama. Dikutip dari A History of
Modern Indonesia since c. 1200 (2008) karya MC Ricklefs, Belanda pertama tiba
di Nusantara pada 1596 di bawah pimpinan Cornelis de Houtman. Di Banten,
tempat Belanda pertama mendarat di Nusantara, Belanda awalnya disambut baik.
Namun sikap bangsa Belanda yang kerap memaksa membuat Belanda akhirnya
diusir oleh Kesultanan Banten. Setelah Belanda berlayar di sepanjang pantai utara
Jawa untuk menuju ke timur, konflik kerap terjadi. Di Sidayu, Gresik, Belanda
kehilangan 12 anak buahnya yang tewas dalam serangan yang dilancarkan rakyat
Jawa. Di lepas pantai Madura, Belanda membunuh seorang penguasa setempat.
Penguasa itu tengah mendayung perhunya untuk mendekati kapal Belanda untuk
berbicara dengan mereka.

Ekspedisi kedua Pada upaya ekspedisi kedua, baru Belanda menerima


sambutan baik. Di bawah pimpinan Jacob van Neck, pada 1598, kedatangan
Belaanda disambut baik oleh Banten. Setelah berdagang di Tuban, van Neck dan
rombongan melanjutkan perjalanan ke timur. Mereka singgah di Tuban dan tiba di
Maluku pada 1599. Jacob van Neck menjadi penjelajah pertama Belanda yang
sampai di 'Kepulauan Rempah-rempah' Maluku. Sesampai di Maluku, Belanda
disambut ramah. Bahkan Kesultanan Ternate bekerja sama dengan Belanda pada
1605 untuk berperang mengusir Portugis yang lebih dulu memonopoli
perdagangan di sana.

Perlawanan rakyat terhadap Belanda Keuntungan berlipat dari


perdagangan di Nusantara membuat para pengusaha Belanda berlomba-lomba ke
sana. Belanda sampai membuat kongsi dagang Vereenigde Oost-Indische
Compagnie (VOC). Namun kehadiran VOC di Indonesia belakangan
menyengsarakan rakyat. Berbagai perlawanan dilakukan rakyat Indonesia. Berikut
perlawanan rakyat Indonesia terhadap bangsa Belanda :

1. Perlawanan Kesultanan Aceh di bawah Sultan Iskandar Muda (1607-1639)


2. Perlawanan Kesultanan Ternate dan Tidore Perlawanan Kesultanan Banten
di bawah Sultan Agung (1628)
3. Perlawanan Kesultanan Banten di bawah Sultan Ageng Tirtayasa 4.
4. Perlawanan Kesultanan Gowa dipimpin Sultan Hasanuddin (1667) 5.
5. Perlawanan Kerajaan Siak Sri Indrapura di Riau (1751)
6. Perlawanan orang China di Batavia (1740)
7. Perlawanan rakyat Jawa di bawah Pangeran Mangkubumi dan Mas Said

Setelah VOC bubar, Indonesia berada di bawah kolonialisme Kerajaan


Belanda. Pemerintah Hindia Belanda mengatur segala aspek kehidupan di
Nusantara. Perlawanan terus dilakukan terhadap kekejaman pemerintah kolonial.
Berikut sejumlah perang yang meletus: . Perang Tondano (1808-19809), Perang
Pattimura (1817) Perang Padri (1821-1837) Perang Diponegoro atau Perang Jawa
(1825-1830) Perang di Bali (Puputan Bayu)(1771-1773) Perang Banjar (1859)
Perang Aceh (1873-1912) Perang Batak (1878)

2.3 Akhir Kekuasaan VOC di Indonesia

Setelah berjalan lebih dari satu abad, keuntungan yang diperoleh semakin
kecil. Di mana kasnya semakin kecil, sementara anggaran belanja VOC semakin
besar. Hal ini yang kemudian membuat keadaan VOC semakin memburuk,
akibatnya VOC harus membubarkan diri pada tanggal 31 Desember 1799. Ada
beberapa faktor yang menyebabkan VOC dibubarkan, yakni dari faktor internal
dan faktor eksternal. Dari faktor internal, terjadi korupsi di semua level tingkatan
birokrasi, mulai dari pegawai hingga pejabat VOC. Bahkan, Gubernur Jenderal
Johan van Hoorn dikabarkan berhasil menimbun harta 10 juta gulden saat kembali
ke Belanda, padahal saat itu gajinya hanya 700 gulden saja.

Sedangkan, dari faktor eksternal pembubaran VOC terjadi ketika Prancis di


bawah Napoleon Bonaparte menguasai Belanda dan mendirikan Republik Bataaf.
Perubahan politik ini memengaruhi kebijakan Belanda terhadap VOC. Sehingga,
pemerintah Republik Bataaf menganggap bahwa apa yang dilakukan VOC
bertentangan dengan semangat kesetaraan dan kebebasan. Dengan adanya
perubahan politik tersebut, maka pada 31 Desember 1799, VOC secara resmi
dibubarkan. Sementara itu, Belanda tetap menjadi bagian dari Prancis sampai
tahun 1813.

Tepat 221 tahun lalu, Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) secara


resmi dibubarkan. VOC yang didirikan pada 1602 ini adalah salah satu
perserikatan dagang yang paling sukses di abad ke-17 dan ke-18. Pasalnya, tidak
lama setelah kelahirannya, VOC berhasil menyingkirkan orang Portugis yang
sebelumnya telah membangun imperium perdagangan di Asia. Seiring
berjalannya waktu, kompeni Belanda itu semakin bertumbuh pesat. Hal ini salah
satunya dipengaruhi oleh berlimpahnya modal di Republik yang memungkinkan
VOC untuk lebih maju dibandingkan lawannya. Dengan begitu, VOC mampu
membiayai operasi-operasi militer yang memungkinkan untuk menguasai
perdagangan rempah-rempah. Di Indonesia sendiri, VOC pertama kali berpusat di
Ambon yang dipimpin Gubernur Jenderal pertamanya yaitu Pieter Both.
Meskipun VOC cukup berhasil menguasai perdagangan rempah-rempah di
Maluku, namun perdagangan di Asia masih dikuasai oleh Portugis. Hal inilah
yang kemudian menjadi alasan Pieter Both untuk memindahkan pusat kegiatan di
Batavia.

Semakin hari kekuasaan VOC semakin meluas, dengan kelicikan dan


kekuatan militernya, VOC akhirnya menjadi satu-satunya serikat dagang Eropa
yang mampu menguasai hampir seluruh wilayah Nusantara. Meski begitu, tidak
ada kekuasaan yang abadi, pada tanggal 31 Desember 1799, VOC dibubarkan dan
pemerintahan VOC di Nusantara diambil alih oleh pemerintahan Belanda.

2.4 Pemerintahan Hindia Belanda

Hindia Belanda dibentuk sebagai hasil dari nasionalisasi koloni-koloni


Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC), yang berada di bawah pemerintahan
Belanda pada tahun 1800. Selama abad ke-19, daerah jajahan dan hegemoni
Belanda diperluas, mencapai batas wilayah teritorial terbesar mereka pada awal
abad ke-20. Hindia Belanda adalah salah satu koloni Eropa yang paling berharga
di bawah kekuasaan Imperium Belanda,dan berkontribusi pada keunggulan global
Belanda dalam perdagangan rempah-rempah dan hasil bumi pada abad ke-19
sampai awal abad ke-20. Tatanan sosial kolonial didasarkan pada struktur rasial
dan sosial yang kaku dengan para elit Belanda yang tinggal terpisah tetapi tetap
berhubungan dengan penduduk pribumi yang dijajah mereka. Istilah "Indonesia"
mulai digunakan untuk lokasi geografis setelah tahun 1880. Pada awal abad 20,
para intelektual lokal mulai mengembangkan konsep Indonesia sebagai negara
dan bangsa, dan menetapkan panggung untuk gerakan kemerdekaan.

Pendudukan Jepang pada Perang Dunia II melemahkan sebagian besar


negara kolonial dan ekonomi Belanda. Setelah Jepang menyerah pada bulan
Agustus 1945, kaum nasionalis Indonesia mendeklarasikan kemerdekaan yang
mereka perjuangkan selama Revolusi Nasional Indonesia yang terjadi pada bulan-
bulan berikutnya. Belanda secara formal mengakui kedaulatan Indonesia pada
Konferensi Meja Bundar tahun 1949 dan menyerahkan seluruh wilayah bekas
jajahannya, dengan pengecualian wilayah Papua (Nugini Belanda), yang
diserahkan ke Indonesia 14 tahun kemudian pada tahun 1963 berdasarkan
ketentuan Persetujuan New York di Markas Besar PBB.

Masa pemerintahan hindia belanda

1.  Lahirnya Pemerintahan Hindia-Belanda Menjelang abad ke-18 VOC mulai


mengalami kemunduran, akhirnya VOC dibubarkan pada tahun 1799. Segala
tangung jawab diambil alih oleh Kerajaan Belanda sehingga terbentuklah
pemerintahan Hindia Belanda. Pengambilalihan kekuasaan ini dimaksudkan
agar wilayah Indonesia tetap di bawah kendali Belanda. •Situasi di Eropa
membawa perubahan pemerintahan di Belanda. Pada tahun 1795 tentara
Perancis menyerbu Belanda sehingga pangeran Willem V melarikan diri ke
Inggris. Kerajaan Belanda (Holand) selanjutnya dipimpin oleh Louis
Napoleon.
2. Sejak VOC dibubarkan, di Indonesia dibentuk Pemerintahan Hindia Belanda
yang berada di bawah pengawasan langsung Kerajaan Belanda. Sebagai
Gubernur Jendral yang pertama, atas persetujuan Napoleon, ditunjuk Jendral
Herman Willem Daendels (1808-1811). Pemerintahannya diktator sehingga
dijuluki Jendral Mas Galak. Masa Pemerintahan Daendels (1808-1811)
3. memberantas sistem feodal yang sangat diperkuat oleh VOC Tugas Daendels
mengatur pemerintahan di Indonesia dan membereskan keuangan.
mempertahankan Pulau Jawa dari serangan Inggris. Tugas Daendels:
4. Gubernur jenderal memegang kekuasaan tertinggi sebagai wakil dari Ratu
Belanda yang berkedudukan di propinsi. Di kabupaten diperintah oleh
gubernur, sub kabupaten oleh residen, dibawahnya ada asisten residen yang
mengawasi para patih dan bupati, dibawahnya ada pengawas yang bertugas
mengawasi wedana dan asisten wedana. 1. Sistem Administrasi
5. Membangun pelabuhan armada di Ujung Kulon, Surabaya, dan Pulau Menari
yang bentengnya disebut Iodewijk.
 Membangun kembali armada pertahanan laut di Teluk Jakarta dan Surabaya
 Membangun jalan raya dari Anyer sampai Panarukan kurang lebih 1.100
kilometer yang diselesaikan dalam waktu 1 tahun
 Membangun benteng di beberapa kota dan pusat pertahananya di Kalijati
Bandung.
 Meningkatkan kesejahteraan prajurit untuk meningkatkan kedisiplinan
 Menambah jumlah prajurit yang awalnya 4000 prajurit menjadi 18.000
yang sebagian besar dari suku-suku bangsa di Indonesia (pribumi)
2. Bidang Pertahanan
6. Dibentuk Dewan Pengawas Keuangan Negara untuk membereskan
administrasi keuangan supaya tidak ada penyelewengan. Menempuh cara
paksa seperti pinjam uang pada orang kaya, mengambil harta di pengadilan,
dan lain-lain.
 Meningkatkan penanaman tanaman yang hasilnya laku di pasaran dunia.
 Meningkatkan pemasukan uang dengan cara-cara sebelumnya (VOC) yaitu
menarik pajak, penanaman kopi di Priangan, penyerahan wajib dan
contingenten.
 Menjual tanah produktif milik rakyat kepada swasta sehingga muncul tanah
swasta (partikelir) yang banyak dimiliki orang Cina, Arab, Belanda. 
Mengeluarkan mata uang kertas
3. Bidang Keuangan.
7. Membangun kantor-kantor pengadilan, Pulau Jawa dibagi menjadi 9
perfec/prefektur (wilayah, Memindahkan pusat pemerintahan dari Sunda
Kelapa ke Welterreden (sekarang gedung Mahkamah Agung di Jakarta),
Kedudukan Bupati sebagai penguasa tradisional diubah menjadi pegawai
pemerintahan dan digaji. Memberlakukan terus perbudakan guna
melaksanakan rodi, Membentuk sekretariat negara untuk membereskan
administrasi negar,
4. Bidang Pemerintahan .
8. struktur feodal itu kedudukan bupati sangat kuat, sehingga setiap tindakan
perubahan tidak dapat berjalan tanpa kerjasama mereka. Faktor Penghambat
Pemerintahan Daendels para bupati dan penguasa daerah lainnya masih
memegang peranan dalam perdagangan.
9. Reaksi Masyarakat Dalam hubungan dengan kalangan istana, pemerintahan
Daendels mengalami pertentangan dengan Raja Banten yang tidak mendukung
Daendels ditangkap dan dibuang ke Ambon. Mangkubumi yang juga dianggap
menghalangi rencana Daendels dibunuh dan mayatnya dibuang ke laut.
10. Pertentangan pun terjadi dengan Kerajaan Mataram Ngayogyakarta. Dengan
menggunakan politik Devide et Impera seperti yang dilakukan VOC Sultan
Hamengkubuwono di pecat kemudian digantikan oleh Sultan Sepuh.
Kemudian daerah Ngayogyakarta diperkecil. Upaya untuk mengumpulkan
uang, Daendels menjual tanah-tanah partikelir kepada orang Belanda,
Tionghoa dan Arab. Akibatnya para pemilik tanah tersebut dapat menghisap
tenaga rakyat karena memiliki hak-hak istimewa.
11. Adanya kritikan dari para pejabat Belanda Sisi negatif pemerintahan
Daendels adalah membiarkan terus praktek perbudakan serta hubungan
dengan raja-raja di Jawa yang buruk, sehingga menimbulkan perlawanan.
Pada tahun 1811 Daendels ditarik ke Eropa digantikan oleh Gubernur Jendral
Jansen yang semula bertugas di Tanjung Harapan (Afrika Selatan) a).
Keburukan dalam sistem administrasi pemerintahan b). Penyelewengan dalam
kasus penjualan tanah kepada pihak swasta dan manipulasi penjualan Istana
Bogor. C). Sikapnya yang otoriter terhadap raja-raja
Banten,Yogyakarta,Cirebon menimbulkan pertentangan dan perlawanan. D).
Akhir Pemerintahan Kejatuhan Daendels antara lain disebabkan oleh hal-hal
sebagai berikut :
12. Jan Willem Janssen Sebagai pengganti Daendels dikirimlah Jan Willem
Janssen. Ia mulai menjabat Gubernur Jenderal Hindia Belanda di Jawa tahun
1811. Ia kemudian memperbaiki keadaan yang ditinggalkan oleh Daendels.
Ternyata Janssens tidak secakap dan sekuat Daendels dalam melaksanakan
tugasnya. Ketika Inggris menyerang Pulau Jawa, daerah Kepulauan Maluku
sudah berhasil direbut oleh Inggris. Bahkan secara de facto daerah kekuasaan
Hindia Belanda di masa Janssen itu tinggal daerah-daerah tertentu, misaInya
Jawa, Makasar, dan Palembang. Ia menyerah dan harus menandatangani
perjanjian di Tuntang pada tanggal 18 September 1811 (Rekapitulasi
Tuntang).

2.5 Pemerintahan Inggris di Indonesia


Sejarah penjajahan Inggris di Indonesia. Seperti tercatat dalam sejarah,
Indonesia pernah berada dalam jajahan Inggris. Inggris secara resmi menjajah
Indonesia lewat perjanjian Tuntang (1811) dimana perjanjian Tuntang memuat
tentang kekuasaan belanda atas Indonesia diserahkan oleh Janssens (gubernur
Jenderal Hindia Belanda) kepada Inggris.
Namun sebelum perjanjian Tuntang ini, sebenarnya Inggris telah datang ke
Indonesia jauh sebelumnya. Perhatian terhadap Indonesia dimulai sewaktu
penjelajah F. Drake singgah di Ternate pada tahun 1579. Selanjutnya ekspedisi
lainnya dikirim pada akhir abad ke-16 melalui kongsi dagang yang diberi nama
East Indies Company (EIC). EIC mengemban misi untuk hubungan dagang
dengan Indonesia. Pada tahun 1602, armada Inggris sampai di Banten dan berhasil
mendirikan Loji disana. Pada tahun 1904, Inggris mengadakan perdagangan
dengan Ambon dan Banda, tahun 1909 mendirikan pos di Sukadana Kalimantan,
tahun 1613 berdagang dengan Makassar (kerajaan Gowa), dan pada tahun 1614
mendirikan loji di Batavia (jakarta).

Dalam usaha perdagangan itu, Inggris mendapat perlawanan kuat dari


Belanda. Belanda tidak segan-segan menggunakan kekerasan untuk mengusir
orang Inggris dari Indonesia. Setelah terjadi tragedi Ambon Massacre, EIC
mengundurkan diri dari Indonesia dan mengarahkan perhatiannya ke daerah
lainnya di Asia tenggara, seperti Singapura, Malaysia, dan Brunei Darussalam
sampai memperoleh kesuksesan. Inggris kembali memperoleh kekuasaan di
Indonesia melalui keberhasilannya memenangkan perjanjian Tuntang pada tahun
1811. Selama lima tahun (1811 – 1816), Inggris memegang kendali pemerintahan
dan kekuasaanya di Indonesia. ndonesia mulai tahun 1811 berada dibawah
kekuasaan Inggris. Inggris menunjuk Thomas Stanford Raffles sebagai Letnan
Gubernur jenderal di Indonesia. Beberapa kebijakan Raffles yang dilakukan di
Indonesia antara lain:
1). Jenis penyerahan wajib pajak dan rodi harus dihapuskan.
2). Rakyat diberi kebebasan untuk menentukan tanaman yang ditanam.
3). Tanah merupakan milik pemerintah dan petani dianggap sebagai penggarap
tanah tersebut.
4). Bupati diangkat sebagai pegawai pemerintah.

Akibat dari kebijakan diatas, maka penggarap tanah harus membayar pajak
kepada pemerintah sebagai ganti uang sewa. Sistem tersebut disebut Lnadrent atau
sewa tanah. Sistem tersebut memiliki ketentuan, antara lain:
1. Petani harusmenyewa tanah meskipun dia adalah pemilik tanah tersebut.
2. Harga sewa tanah tergantung kepada kondisi tanah.
3. Pembayaran sewa tanah dilakukan dengan uang tunai.
4. Bagi yang tidak memiliki tanah dikenakan pajak kepala.
Sistem landrent ini diberlakukan terhadap daerah-daerah di Pulau jawa, kecuali
daerah-daerah sekitar Batavia dan parahyangan. Hal itu disebabkan daerah-daerah
Batavia pada umumnya telah menjadi milik swasta dan daerah-daerah sekitar
Parahyangan merupakan daerah wajib tanam kopi yang memberikan keuntungan
yang besar kepada pemerintah. Selama sistem tersebut dijalankan, kekuasaan
Bupati sebagai pejabat tradisional semakin tersisihkan karena trgantikan oleh
pejabat berbangsa Eropa yang semakin banyak berdatangan.
Raffles berkuasa dalam waktu yang cukup singkat. Sebab sejak tahun
1816 kerajaan Belanda kembali berkuasa di Indonesia. Pada tahun 1813, terjadi
prang Lipzig antar Inggris melawan Prancis. Perang itu dimenangkan oleh Inggris
dan kekaisaran Napoleon di Prancis jatuh pada tahun 1814. Kekalahan Prancis itu
membawa dampak pada pemerintahan di negeri Belanda yaitu dengan berakhirnya
pemerintahan Louis Napoleon di negeri Belanda. Pada tahun itu juga terjadi
perundingan perdamaian antara Inggris dan Belanda. Perundingan itu
menghasilkan Konvensi London atau Perjanjian London (1814), yang isinya
antara lain menyepakati bahwa semua daerah di Indonesia yang pernah dikuasai
Belanda harus dikembalikan lagi oleh Inggris kepada Belanda, kecuali daerah
Bangka, Belitung dan Bengkulu yang diterima Inggris dari Sultan Najamuddin.
Penyerahan daerah kekuasaan di antara kedua negeri itu dilaksanakan pada tahun
1816. Dengan demikian mulai tahun 1816, Pemerintah Hindia-Belanda dapat
kembali berkuasa di Indonesia.
Perlayaran orang-orang Inggris ke kawasan Asia Tenggara dan Dunia
Timur umumnya tertinggal dibandingkan pada perlayaran orang-orang Portugis.
Hal ini disebabkan perhatian orang-orang Inggris lebih ditumpahkan ke Benua
Amerika dan rupa-rupanya mereka belum mengetahui jalan ke Timur melaui
Tanjung Harapan. Pelaut-pelaut Inggris telah mencoba menempuh jalan melalui
laut tengah sampai ke Siria. Tetapi, tidak dapat dilakukan untuk mengadakan
hubungan dengan India dengan Dunia Timur. Pada akhir abad ke-6 Inggris
menyadari bahwa satu-satunya jalan yang paling tepat untuk mengadakan
hubungan dagang dengan Dunia Timur (Asia) adalah melalui Tanjung
Harapan.Namun, pada waktu itu Inggris mengalami kesulitan karena belum
dimilikinya kapal yang cukup besar yang mampu mengarungi Samudera sejauh
16.000 Km itu. Pelaut-pelaut Portugis nampaknya sudah terlebih dahulu mampu
membuat kapal-kapal yang digunakan untuk menempuh rute pelayaran sejauh itu.
Mungkin pula ada faktor lain, kenapa Inggris belum menggunakan rute pelayaran
melalui TAnjung Harapan, yaitu : katanya Portugis merahasiakan jalan pelayaran
melalui Tanjung Harapan tersebut. Pada tahun 1580 F. Drake dalam perjalanan
keliling dunia singgah di Ternate setelah melayari lautan Pasifik. Dia melaporkan
kepada pemerintahannya tentang pemerintahan Sultan Ternate agar diberi bantuan
peralatan untuk melawan Portugis. Pada tahun 1586, Thomas Cavendis
menggunakan rute pelayaran Selat Magelhaen-Samudera Pasifik. Sampai di
Filiphina selanjutnya berlayar ke Maluku. Dia menerangkan bahwa di Maluku
dilakukan perdagangan rempah-rempah secara bebas. Pada waktu ituada dua
pendapat tentang sikap yang bagaimana yang harus di ambil Inggris dalam
menghadapi Portugis. Pendapat pertama meminta Inggris membantu Portugis agar
Inggris memperoleh hak dari Portugis sehingga ada pembagian hak Monopoli
diantara keduanya. Pendapat kedua mendesak agar Inggris segera merebut hak
Monopoli perdagangan Portugis dan segera menggunakan jalur perdagangan laut
melalui Tanjung Harapan. Pengaruh kedua nampaknya lebih kuat dan mempunyai
pengaruh dalam menentukan kebijaksanaan Inggris dalam melebarkan dengan
dunia luar.
Pada tahun 1591 satu ekspedisi yang terdiri dari tiga buah kapal bertolak
dari Plymouth dipimpin oleh George Raymond dan James Lancaster, tujuannya
adaalh ke India Timur melalui Tanjung Harapan. Penjelajahan ini tidak begitu
berhasil karena hanya satu kapal yang berhasil melanjutkan perjalanan yaitu kapal
yang dipimpin oleh Lancaster. George Raymond tenggelam, sedangkan sebuah
kapal terpaksa kembali. Lancaster melanjutkan perlayaran sampai ke Selat Malaka
dan Pulau Pinang, tetapi beliau ditawan kapal oleh perampok dari Perancis.
Pelayaran James Lancaster ini dinilai penting artinya bagi perkembangan
pelayaran kemudian hari. Berita berhasilnya Cornelis de Houtman sampai di
Banten menggugah semangat pelaut Inggris untuk menggunakan Tanjung
Harapan kembali dalam perjalanan jauh ke Dunia Timur. Pada tanggal 31
Desember 1600 didirikan East India Company. Berdasarkan piagam raja
Maskapai dagang mempunyai hak monopoli perdagangan antara Tanjung Harapan
dan Selat Magelhaen selama 15 tahun. Perlayaran pertama dilakukan dengan
modal 68.000 pounsterling, ekspidisi ini dipimpin oleh James Lancaster dan Jhon
Davis. Ekspidisi ini berhasil sampai di Aceh pada tahun 1602 selanjutnya berlayar
menuju Banten. Mereka sangat kaget karena kedatangan mereka di Nusantara
disambut sebagai lawan oleh Belanda sedangkan di Eropa pada saat itu Belanda
adalah sekutu Inggris. Ekspedisi kedua dibawah pimpinan Henry Middleton
sampai di Banten pada tahun 1604. Middleton berlayar terus sampai ke Ambon
dan berunding dengan Portugis untuk memperoleh hak dagang tapi armada
Belanda melarangnya. Ketika Middleton berhasil mendapatkan muatan cengkeh di
Ternate dan pala di Banda, armada Belanda memaksanya kembali ke Banten.

Sejak tahun 1610 hubungan antara Inggris dan Belanda semakin


memburuk. Nampak kekuatan Belanda semakin unggul dibandingkan dengan
kekuatan yang dibangun oleh Inggris. Usaha untuk menghilangkan perselisihan
antara VOC dan EIC dengan jalan perdamaian ternyata gagal. Walaupun Inggris
berusaha menjelaskan kepada Belanda bahwa kedatangan Inggris lebih dahulu
dibandingkan dengan kedatangan Belanda. Namun Belanda tiding menghiraukan
pernyataan tersebut. Belanda mengemukakan bahwa alasan mereka mendapatkan
hak perdagangan ini setelah mereka mengeluarkan cukup besar dalam persaingan
melawan Portugis dan Spanyol.

Sementara itu perhatian Inggris terbagi dua. Perhatian mereka lebih


dicurahkan ke India. Pada tahun 1611 EIC telah membuka pusat perdagangan di
Masuliptam dan kemudian membuka hubungan dagang dengan Siam dan
Myanmar. Sementara itu Inggris telah berhasil menjalin hubungan dengan Aceh,
Makasar, Pariaman, Jambi, Jayakarta, Jepara dan Sukadana. Mereka telah juga
mendirikan kantor-kantor untuk perdagangan mereka. Diantara pemimpin
perdagangan Inggris yang dianggap paling membahayakan kedudukan Belanda di
Nusantara adalah Jhon Jourdei. Dialah yang paling banyak terlibat permusuhan
dengan J. P. Ceon, gubernur jendral VOC. Dengan tegas Jordaen menegaskan
bahwa perdagangan di Maluku adalah bebas baik untuk Belanda maupun Inggris.
Permusuhan nantara VOC dan EIC terjadi ketika perlayaran George Cokayne dan
George Ball dipimpin oleh Gerard Reynest, peristiwa itu terjadi pada tahun 1615.
Dalam kontak senjata ini, Belanda mengalami kekalahan. Pada tahun1616 juga
terjadi ketegangan antara kapal-kapal Inggris di bawah kepemimpinan Samuel
Castleton dengan armada VOC dibawah pimpinann Jan Dirkszoon Lam. Karena
kekuatan VOC lebih besar, maka Inggris pun mengalah.

Ketika J.P. Ceon menjadi gubernur jendral ia berjanji mengusir semua kekuatan
Portugis, Spanyol dan Inggris dari Maluku, Pulau Banda akan diduduki oelh
komunis-komunis dari Belanda. Meskipun pada tahun 1619 tercapai perdamaian
antara Inggris dengan Belanda pada kenyataanya Belanda tisak mau menepati isi
perjanjian perdamaian tersebut. Pada tahun 1621 mereka mengusir Inggris dan
Belanda. Tahun 1623 Belanda menuduh Inggris telah berkomplot untuk
menentang Belanda. Tahun 1623 Inggris melaukan penyiksaan dan pembunuhan
terhadap beberapa orang Inggris, peristiwa ini kemudian dikenal dengan
“Amboyna Massacre” (pembunuhan di Ambon). Tindakan kekerasan rupa-
rupanya dimaksudkan Belanda agar Inggris segera keluar dari Maluku.

Pemerintah Inggris rupanya tidak mempersiapkan peperangan untuk


kepentingan EIC dikepulauan Nusantara. Inggris kemudian menarik diri dari
kegiatan perdagangan di Asia Tenggara. Pada tahun 1628 kantor dagang Inggris
dipindahkan dari Jayakarta ke Banten bahkan pada tahun 1628 Inggris di usir dari
Banten oleh Belanda. Pada tahun 1684 Inggris mendirikan Port York di Bengkulu.
Inilah daerah kekuasaan Inggris yang tetap bertahan terhadap ancaman Belanda.
Pada tahun 1417 karena kesulitan alam, Inggris terpaksa memindahkan
kedudukannya dan mendirikan benteng baru Port Marlborough, tidak jauh dari
tempat semula. Didaerah inilah kekuasaan Inggris tetap bertahan sampai tahun
1824. Pada tahun inilah setelah ditandatangani Treaty of London, Inggris keluar
dari Bengkulu bertukar dengan Malaka yang semulanya telah diduduki Belanda.
Masa kolonialisme dan imperialisme Inggris di Indonesia
Kata kolonialisme berasal dari bahasa latin yaitu colonia yang artinya
tanah, tanah pemukiman atau jajahan. Jadi kolonialisme adalah suatu sistem
pemukiman warga suatu Negara di wilayahinduknya atau penguasaan oleh suatu
Negara atas daerah atau Negara lain dengan magsud untuk memperluas
daerahnya atau negaranyayang bisasa terletak di seberang lautan dengan tujuan
utamanyamerusak sumber-sumber kekayaan daerah kolonia demi Negara
induknya.
Kata imerialisme berasal dari bahasa latin yaitu dari kata imperare yang
berarti memerintah atau sebagai kerajaan besar yang bertujuan penjajahan
langsung atau menguasai Negara lain untuk mendapat kekuasaan , wilayah dan
kekayaan yang lebih besar dengan jalan menguasai semua bidang kehidupan
seperti kehidupan politik,ekonomi,social dan idiologi.
Ketika Inggris menyerbu Pulau Jawa, Daendels sudah dipanggil kembali ke
Belanda. Penggantinya, Gubernur Jenderal Janssens, tidak mampu bertahan dan
terpaksa menyerah. Akhir dari penjajahan Belanda-Perancis itu ditandai dengan
Kapitulasi Tuntang yang ditandatangani pada tanggal 18 September 1811 oleh S.
Auchmuty dari pihak Inggris dan Janssens dari pihak Belanda. Isi perjanjian
tersebut adalah sebagai berikut:

1. Seluruh Jawa dan sekitarnya diserahkan kepada Inggris.


2. Semua tentara Belanda menjadi tawanan Inggris.
3. Semua pegawai Belanda yang mau bekerja sama dengan Inggris dapat
memegang jabatannya terus.
4. Semua hutang pemerintah Belanda yang dahulu, bukan menjadi
tanggung jawab Inggris. Seminggu sebelum Kapitulasi Tuntang, Raja
Muda (Viceroy) Lord Minto yang berkedudukan di India, mengangkat
Thomas Stamford Raffles sebagai Wakil Gubernur (Liuetenant Governor)
di Jawa dan bawahannya (Bengkulu, Maluku, Bali, Sulawesi, dan
Kalimantan Selatan). Hal itu berarti bahwa gubernur jenderal tetap
berpusat di Calcutta, India. Akan tetapi, dalam pelaksanaannya Raffles
berkuasa penuh di Indonesia.

Pemerintahan Raffles di Indonesia cenderung mendapat tanggapan positif dari


para raja dan rakyat Indonesia karena hal berikut ini.
Para raja dan rakyat Indonesia tidak menyukai pemerintahan Daendels yang
sewenang-wenang dan kejam. Ketika masih berkedudukan di Penang, Malaysia,
Raffles beberapa kali melakukan misi rahasia ke kerajaan-kerajaan yang anti
Belanda di Indonesia, seperti Palembang, Banten, dan Yogyakarta dengan janji
akan memberikan hak-hak lebih besar kepada kerajaan-kerajaan tersebut. Sebagai
seorang liberalis, Raffles memiliki kepribadian yang simpatik. Beliau
menjalankan politik murah hati dan sabar walaupun dalam praktiknya terkadang
agak berlainan.

Kebijakan Pemerintahan Thomas S. Raffles


Pada tanggal 3 Agustus 1811, Angkatan Laut Inggris mendarat di Teluk Batavia
di bawah pimpinan Gilbert Eliot, Lord Minto, dan Thomas Stamford Raffles.
Armada angkatan laut Inggris terdiri dari 100 kapal dengan membawa 1.200
orang. Pendaratan dipimpin oleh Jenderal Auchmuty pada tanggal 4 Agustus
1811. Pada tanggal 8 Agustus 1811, mereka berhasil menguasai Batavia. Jenderal
Jumel yang ditugaskan mempertahankan Batavia terpaksa mundur hingga di garis
pertahanan Meester Cornelis. Kemudian pimpinan pertahanan diambil oleh
Jansens. Ia dihimbau agar Pulau Jawa diserahkan kepada Inggris tetapi ditolak.
Segera terjadi pertempuran yang hebat di Meester Cornelis selama 16 hari.
Tentara Belanda ternyata tidak sanggup bertahan sehingga Jansens mundur ke
arah Bogor. Dari Bogor ia berangkat ke Semarang dengan harapan dapat
mempertahankan PUlau Jawa dari sana. Ia juga mengharapkan raja-raja yang
berkuasa dapat memberikan bantuan, tetapi hal itu tidak terpenuhi.

Dalam menjalankan pemerintahan di Indonesia, Raffles didampingi oleh


suatu Badan Penasihat (Advisory Council) yang terdiri atas Gillespie, Cranssen,
dan Muntinghe. Tindakan-tindakan Raffles selama memerintah di Indonesia
(1811-1816) adalah sebagai berikut:
A. Bidang Birokrasi Pemerintahan
Pulau Jawa dibagi menjadi 16 karesidenan, yang terdiri atas beberapa distrik.
Setiap distrik terdapat beberapa divisi (kecamatan) yang merupakan kumpulan
dari desa-desa. Mengubah sistem pemerintahan yang semula dilakukan oleh
penguasa pribumi menjadi sistem pemerintahan kolonial yang bercorak barat.
Bupati-bupati atau penguasa-penguasa pribumi dilepaskan kedudukannya sebagai
kepala pribumi secara turun-temurun. Mereka dijadikan pegawai pemerintah
kolonial yang langsung di bawah kekuasaan pemerintah pusat.

B. Bidang Perekonomian dan Keuangan


Petani diberikan kebebasan untuk menanam tanaman ekspor, sedangkan
pemerintah hanya berkewajiban membuat pasar untuk merangsang petani
menanam tanaman ekspor yang paling menguntungkan. Penghapusan pajak hasil
bumi (contingenten) dan sistem penyerahan wajib (Verplichte Leverantie) karena
dianggap terlalu berat dan dapat mengurangi daya beli rakyat.
Menetapkan sistem sewa tanah (landrent). Sistem ini didasarkan pada anggapan
bahwa pemerintah kolonial adalah pemilik tanah dan para petani dianggap sebagai
penyewa (tenant) tanah pemerintah. Oleh karena itu, para petani diwajibkan
membayar pajak atas penggunaan tanah pemerintah. Pemungutan pajak pada
mulanya secara perorangan. Namun, karena petugas tidak cukup akhirnya
dipungut per desa. Pajak dibayarkan kepada kolektor yang dibantu kepala desa
tanpa melalui bupati.
Sistem sewa tanah tersebut disebut Lnadrent atau sewa tanah. Sistem
tersebut memiliki ketentuan, antara lain:
1. Petani harusmenyewa tanah meskipun dia adalah pemilik tanah tersebut.
2. Harga sewa tanah tergantung kepada kondisi tanah.
3. Pembayaran sewa tanah dilakukan dengan uang tunai.
Sistem landrent ini diberlakukan terhadap daerah-daerah di Pulau jawa, kecuali
daerah-daerah sekitar Batavia dan parahyangan. Hal itu disebabkan daerah-daerah
Batavia pada umumnya telah menjadi milik swasta dan daerah-daerah sekitar
Parahyangan merupakan daerah wajib tanam kopi yang memberikan keuntungan
yang besar kepada pemerintah.Bagi yang tidak memiliki tanah dikenakan pajak
kepala.

C. Bidang Hukum
Sistem peradilan yang diterapkan Raffles lebih baik daripada yang dilaksanakan
oleh Daendels. Apabila Daendels berorientasi pada warna kulit (ras), Raffles lebih
berorientasi pada besar-kecilnya kesalahan. Menurut Raffles, pengadilan
merupakan benteng untuk memperoleh keadilan. Oleh karena itu, harus ada
benteng yang sama bagi setiap warga negara.

D. Bidang Sosial
-Penghapusan kerja rodi (kerja paksa).
Penghapusan perbudakan, tetapi dalam praktiknya beliau melanggar undang-
undangnya sendiri dengan melakukan kegiatan sejenis perbudakan. Hal itu
terbukti dengan pengiriman kuli-kuli dari Jawa ke Banjarmasin untuk membantu
perusahaan temannya, Alexander Hare, yang sedang mengalami kekurangan
tenaga kerja. Peniadaan pynbank (disakiti), yaitu hukuman yang sangat kejam
dengan melawan harimau.

E. Bidang Ilmu Pengetahuan


Masa pemerintahan Raffles di Indonesia memberikan banyak peninggalan yang
berguna bagi ilmu pengetahuan, antara lain berikut ini. Ditulisnya buku berjudul
History of Java. Dalam menulis buku tersebut, Raffles dibantu oleh juru
bahasanya Raden Ario Notodiningrat dan Bupati Sumenep, Notokusumo II.
Memberikan bantuan kepada John Crawfurd (Residen Yogyakarta) untuk
mengadakan penelitian yang menghasilkan buku berjudul History of the East
Indian Archipelago, diterbitkan dalam tida jilid di Edinburgh, Scotlandia pada
tahun 1820. Raffles juga aktif dalam mendukung Bataviaach Genootschap, sebuah
perkumpulan kebudayaan dan ilmu pengetahuan. Ditemukannya bunga bangkai
yang akhirnya diberi nama Rafflesia Arnoldi. Dirintisnya Kebun Raya Bogor.
Selama lima tahun Raffles berkuasa di Indonesia terjadi beberapa kali
persengketaan dengan pribumi.

Berakhirnya Kekuasaan Thomas S. Raffles


Berakhirnya pemerintah Raffles di Indonesia ditandai dengan adanya Convention
of London pada tahun 1814. Perjanjian tersebut ditandatangani oleh wakil-wakil
Belanda dan Inggris yang isinya sebagai berikut. Indonesia dikembalikan kepada
Belanda. Jajahan Belanda seperti Sailan, Kaap Koloni, Guyana, tetap ditangan
Inggris. Cochin (di Pantai Malabar) diambil alih oleh Inggris, sedangkan Bangka
diserahkan kepada Belanda sebagai gantinya

BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Bangsa barat datang ke Indonesia karena ingin menjajah karena
Indonesia kaya akan rempah-rempah. Kedatangan bangsa-bangsa barat di
Kepulauan Indonesia berkaitan erat dengan masa renaisans di Eropa.
Gerakan renaisans pertama lahir di Italia pada abad ke-14, yang kemudian
menyebar ke seluruh Eropa. Sejarah kedatangan bangsa Spanyol dan
Portugis ke Indonesia terjadi pada sekitar abad ke-16 Masehi. Maksud
awal dua bangsa Eropa itu ke Nusantara adalah mencari dunia baru
penghasil rempah-rempah. Ada peristiwa yang melatarbelakangi
penjelahan samudera oleh bangsa-bangsa Eropa, termasuk Spanyol dan
Portugis, yakni runtuhnya Konstantinopel akibat serangan Turki Utsmani
pada 1453 M. Situasi ini menyebabkan akses perdagangan internasional di
kawasan Laut Tengah terhambat. Dampaknya, harga rempah-rempah di
Eropa melambung tinggi sehingga bangsa-bangsa imperialis dari Barat,
termasuk Portugis dan Spanyol, mencari komoditi ke negeri-negeri di
kawasan Timur jauh, hingga ke Kepulauan Nusantara. Hindia Belanda
dibentuk sebagai hasil dari nasionalisasi koloni-koloni Vereenigde
Oostindische Compagnie (VOC), yang berada di bawah pemerintahan
Belanda pada tahun 1800. Selama abad ke-19, daerah jajahan dan
hegemoni Belanda diperluas, mencapai batas wilayah teritorial terbesar
mereka pada awal abad ke-20. Hindia Belanda adalah salah satu koloni
Eropa yang paling berharga di bawah kekuasaan Imperium Belanda,dan
berkontribusi pada keunggulan global Belanda dalam perdagangan
rempah-rempah dan hasil bumi pada abad ke-19 sampai awal abad ke-20.

3.2 SARAN

Dalam pembuatan makalah ini terdapat beberapa kesalahan dalam


penulisan, kami sebagai penulis meminta maaf atas hal tersebut.Jika ada saran
tolong disampaikan secara pribadi kepada penulis

DAFTAR PUSTAKA
https://tirto.id/sejarah-kedatangan-bangsa-spanyol-dan-portugis-ke-
indonesia-gfBz

https://www.dosenpendidikan.co.id/penjajahan-inggris-di-indonesia/
https://www.kompas.com/skola/read/2020/02/06/133000069/reaksi-bangsa-
indonesia-terhadap-kedatangan-belanda.

 https://www.kompas.com/stori/read/2021/05/04/181707279/latar-
belakang-kedatangan-bangsa-barat-ke-indonesia?page=all

https://www.merdeka.com/jateng/peristiwa-31-desember-berakhirnya-
kekuasaan-voc-di-indonesia-kln.html

https://www.slideshare.net/Aini29/masa-pemerintahan-hindia-belanda-di-
indonesia

Anda mungkin juga menyukai