Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

KEDATANGAN BANGSA EROPA DI NUSANTARA


Disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah

Sejarah Indonesia Madya 2 pada Semester 4

Dosen pengampu: Dr. Djono M.Pd.

Disusun Oleh:

Kelompok 1/A

1. Adhelyn Ramadhani (K4419003)


2. Arini Arum Madzani (K4419020)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2021

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puji syukur ke hadirat-Nya yang telah melimpahkan nikmat kesehatan, iman, dan
ilmu pengetahuan kepada umat manusia. Atas dasar nikmat tersebut kami dapat
menyelesaikan makalah “KEDATANGAN BANGSA EROPA DI NUSANTARA” tepat
pada waktunya. Semua materi kami susun secara ringkas, padat, dan jelas. Makalah ini telah
kami susun dengan semaksimal mungkin. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima
kasih kepada Bapak Dosen Sejarah Indonesia Madya 2, Bapak Dr. Djono M.Pd., yang telah
memberikan berbagai arahan kepada kami dalam menyelesaikan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
maupun inspirasi terhadap pembaca.

Surakarta, 3 Maret 2021

Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................. i

KATA PENGANTAR............................................................................................... ii

DAFTAR ISI............................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... 1

A. Latar Belakang.............................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah......................................................................................... 1

C. Tujuan Penulisan........................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................... 2

A. Latar Belakang Kedatangan Bangsa Eropa ke Nusantara............................. 2

B. Proses Masuknya Bangsa Eropa ke Nusantara............................................. 6

C. Pengaruh Masuknya Bangsa Eropa Ke Nusantara........................................ 12

BAB III PENUTUP.................................................................................................. 15

A. Kesimpulan................................................................................................... 15

B. Saran............................................................................................................. 15

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 16

LAMPIRAN............................................................................................................. 17

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kedatangan bangsa Eropa ke Nusantara tidak terlepas dari kolonialisme dan
imperialisme. Kolonialisme berasal dari bahasa latin yaitu colonia yang artinya tanah
jajahan. Seiring berkembangnya waktu, politik kolonial modern terus tumbuh sejak abad
ke-16. Politik kolonial memiliki tujuan untuk menguras sumber kekayaan pada daerah
koloni untuk kepentingan industri bagi negara kolonial. Imperialisme berasal dari kata
imperator yang berarti memerintah. Imperialisme memiliki 2 macam yaitu Imperialisme
Kuno yang berupaya untuk mencari daerah jajahan dengan didorong semangat 3 G yaitu
Gold mencari kekayaan, Glory mencari kejayaan negeri induk dan Gospel menyebarkan
agama Nasrani. Sedangkan Imperialisme Modern ini dimulai setelah adanya Revolusi
Industri dimana mereka menjadi daerah jajahan untuk digunakan sebagai pemasok
ekonomi terutama pada kebutuhan industri. Alasan kelompok kami memilih topik ini
karena sebagai seorang mahasiswa khususnya pendidikan sejarah harus mengetahui
sejarah bangsa kita sendiri. Apalagi kolonialisme dan imperialisme bukan hal asing lagi
bagi rakyat Indonesia. Penderitaan yang dirasakan akibat kedatangan bangsa Eropa ke
Nusantara turut menoreh luka yang begitu dalam. Untuk itu kami perlu mengetahui secara
mendalam terkait latar belakang, tujuan, proses dan pengaruh dari kedatangan bangsa
Eropa ke Nusantara. Beberapa negara yang masuk ke Nusantara yaitu Portugis, Spanyol,
Inggris dan Belanda. Kedatangan mereka diliputi berbagai motif baik itu mencari rempah-
rempah ataupun menyebarkan agama Kristen.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana latar belakang kedatangan bangsa Eropa ke Nusantara?
2. Bagaimana tujuan dari kedatangan bangsa Eropa ke Nusantara?
3. Bagaimana proses masuknya bangsa Eropa ke Nusantara?
4. Bagaimana pengaruh masuknya bangsa Eropa ke Nusantara?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui latar belakang kedatangan bangsa Eropa ke Nusantara.
2. Mengetahui tujuan kedatangan bangsa Eropa ke Nusantara.
3. Mengetahui proses masuknya bangsa Eropa ke Nusantara.
4. Mengetahui pengaruh masuknya bangsa Eropa ke Nusantara.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Latar Belakang Kedatangan Bangsa Eropa ke Nusantara


1. Faktor Eksternal
a. Perang Salib
Adanya gerakan umat Kristen Eropa yang memerangi umat Muslim di
Palestina secara berulang-ulang dari abad ke-11 sampai abad ke-13. Perang salib
bertujuan untuk merebut Tanah Suci dari kekuasaan kaum Muslim yang nanti
akan didirikan sebuah gereja dan kerajaan Latin di Timur. Perang salib ini pada
hakikatnya bukan perang agama, melainkan perang merebut kekuasaan daerah.
Perang salib ini terjadi karena pelarangan orang Kristen berziarah ke Yerusalem
disaat kekuasaan berada di bawah Turki Saljuk tahun 1096. Karena itu, keinginan
orang Eropa untuk terus memenangkan perang salib berlanjut dengan melakukan
perjalanan samudra untuk memerangi umat Islam dimanapun berada. Hal ini
terbukti dengan tujuan dan semboyan dari penjelajahan samudra yaitu Gospel,
Gold serta Glory (Mustopo; dkk, 2017: 6-7).
b. Jatuhnya Konstantinopel
Tahun 1453, bangsa Turki Usmani berhasil merebut wilayah Konstantinopel
terutama Bandar Bizantium yang pada saat itu digunakan sebagai Bandar
penghubung perdagangan antara Asia dan Eropa. Konstantinopel kemudian oleh
Turki Utsmani dijadikan sebagai pusat pemerintahan yang mana sebelumnya
berada di Adrianopel. Dengan dikuasainya perdagangan Laut Tengah oleh Turki
Utsmani memberikan dampak besar yaitu putusnya hubungan dagang antara
orang Eropa dengan orang Asia. Apalagi orang Eropa sangat membutuhkan
barang dagang dari Asia khususnya rempah-rempah. Sehingga, dengan didorong
kebutuhan rempah-rempah bangsa Eropa pun melakukan pelayaran jauh ke
belahan dunia lain (Mustopo; dkk, 2017: 5).
c. Penjelajahan Samudra
Penjelajah Eropa pertama berasal dari Spanyol dan Portugis. Dari Spanyol
seperti Christoper Columbus, Amerigo Vespucci atau Ferdinand Magellan. Dari
Portugis kemudian Bartholomeus Diaz, Vasco da Gama, Alfonso de Albuquerque
dan lainnya. Kemudian setelah perjanjian Tordesillas dan Zaragoza mulai muncul
penjelajah dari bangsa Eropa lainnya (Raditya, 2018). Christoper Columbus

2
dinilai berhasil dalam melakukan penjelajahan samudra sehingga mendorong para
penjelajah lain untuk mengikuti jejaknya. Columbus dicatat sebagai penemu
benua Amerika, namun menurut sejumlah sumber sejarah menyatakan bahwa
Columbus tidak pernah menginjakkan kakinya di Amerika Utara. Dari tahun
1493-1503 Columbus hanya berkutat di sekitar Karibia dan Amerika Selatan.
Sedangkan menurut beberapa teori yang menginjakkan kakinya pertama kali di
Amerika Utara adalah Lief Erikson dari Bangsa Viking pada abad ke-11 (Hasan,
2017)
d. Paham Merkantilisme
Adalah paham atau politik ekonomi yang mempunyai tujuan utama
mengumpulkan emas dan perak sebanyak-banyaknya ke dalam kas negara
dengan melakukan kegiatan perdagangan yang nantinya diatur oleh negara. Di
abad pertengahan muncul beberapa negara nasional seperti Spanyol, Potugis,
Perancis, Inggris. Emas dan perak pada saat itu menjadi standar devisa suatau
negara dan sebagai ukuran kekayaan, kesejahteraan dan kekuasaan suatu negara.
Kebutuhan ini mengakibatkan banyak peperangan seperti Belanda-Inggris dan
Belanda-Perancis. Kemudian paham merkantilisme menghilang seiring
berkembangnya teori liberalisme oleh Adam Smith (Mustopo; dkk, 2013: 34-35).
2. Faktor Internal
a. Portugis
1) Perjanjian Tordesillas
Perjanjian ini disepakati pada tanggal 7 Juni 1494 di Valladoid,
Spanyol. Perjanjian ini dibuat tidak lama setelah penjelajahan samudra yang
dilakukan oleh Christopher Colombus yang menemukan Amerika pada tahun
1492. Bahkan menurut R. Moh Ali melalui buku Pengantar Ilmu Sejarah
Indonesia (2005) menyatakan bahwa Perjanjian Tordesillas disepakati saat
Kerajaan Majapahit di ambang keruntuhan ketika rajanya bernama
Girindrawardhana atau Bhre Kertabumi (1474-1519) yang merupakan raja
terakhir Majapahit. Paus Alexander VI (pemimpin Vatikan) memegang
peranan penting dalam Perjanjian Tordesillas karena beliau yang menentukan
batas wilayah untuk Portugis dan Spanyol karena keduanya merupakan
penganut Katolik yang taat. Menurut Encyclopedia of World Trade (2015),
Paus Alexander VI menentukan garis demarkasi sekitar 300 di sekitar
Kepulauan Tanjung Verde, di Samudra Atlantik Utara tepatnya di pesisir
3
barat Afrika. Portugis memperoleh hak kepemilikan sebelah timur garis,
sedangkan Spanyol memperoleh sebelah barat garis. Alasan hanya Spanyol
dan Portugis yang memperoleh hak eksklusif atas wilayah di luar Eropa
karena pertama, Spanyol dan Portugis adalah kerajaan Katolik terbesar pada
waktu itu. Kedua, Spanyol dan Portugis merupakan pelopor dari penjelajahan
samudera dengan mengirimkan pelaut terbaik untuk menjelajahi dunia setelah
jatuhnya Konstantinopel (Raditya, 2018).
2) Permusuhan dengan Islam
Terdapat dua faktor yang menyebabkan Portugis memusuhi Islam.
Pertama yaitu perlawanan terhadap Islam di Portugis sejak tahun 713 M.
Pada saat itu benua Iberia (Spanyol dan Portugis) dijajah oleh kekuasaan
Islam. Portugis baru bisa melenyapkan kekuasaan Islam tahun 1249 dan
kemudian kembali disatukan oleh Raja Alfonso III (Marques, 1991: 9-21).
Perlawanan selanjutnya dengan Maroko karena dianggap memiliki potensi
yang membahayakan Portugis. Sehingga Portugis berusaha merebut wilayah
Maroko. Bahkan Portugis mempunyai julukan khusus untuk menyebut orang
Islam Maroko yaitu “Moor”. Kebencian itu berlanjut hingga Portugis
melakukan ekspansi ke Afrika dan Asia pada abad ke-16. Kedua, Portugis
merasa tersaingi pada bidang ekonomi. Dengan semain berkembangnya
teknologi maritim, Portugis menyadari bahwa kekayaan alam Afrika (emas)
dan Asia (rempah-rempah) akan memberikan keuntungan besar bagi pasar
Eropa. Permintaan emas yang meningkat dan tingginya harga rempah di
Eropa akan memberi keuntungan besar sehingga semakin mendorong
Portugis untuk mengarungi samudra ke Asia (Poesponegoro, 2010: 12-13).
b. Belanda
Melakukan misi 3G (Gold, Glory Gospel)

Kekayaan yang dimiliki oleh Nusantara sangat memikat negara-negara luar


untuk dapat menguasainya. Melimpahnya Sumber Daya Alam serta Sumber Daya
Manusianya menjadikan nusantara dikenal oleh banyak negara di penjuru dunia,
bahkan mereka berlomba-lomba untuk mengusainya. Jatuhnya Konstantinpel ke
tangan Turki Ustmani, sangat berdampak bagi Bangsa Eropa yang bergantung
kepada Konstantinopel sebagai sumber Bandar perdagangan rempah-rempah
dunia.

4
Perdagangan rempah-rempah tersebut sudah muncul sejak abad pertama
setelah masehi [ CITATION Ren17 \l 1033 ]. Ditutupnya Bandar perdagangan di
Lisabon (Portugal) dan Granada (Spanyol) membuat Belanda mulai mencari jalur
sendiri untuk mendapatkan rempah-rempah guna memenuhi kebutuhan mereka.
[ CITATION Dwi17 \l 1033 ]. Alasan Bangsa-Bangsa Eropa menuju Nusantara
bukan hanya untuk mencari rempah-rempah, namun juga membawasebuah misi
yaitu 3G (Gold, Glory, Gospel) yang berarti mencari kekayaan melalui rempah-
rempah, mencari kejayaan, serta menyebarkan agama. Belanda ingin mengusasi
nusantara sebagai sumber penghasil rempah-rempah serta kekayaan SDA yang
sangat melimpah.

c. Inggris
1.) Mencari Sumber Rempah-Rempah Dunia.
Seperti halnya bangsa-bangsa Eropa terdahulu, Inggris juga melakukan
pelayaran samudera untuk mendapatkan pusat rempah-rempah dunia. Dalam
rangka mengikuti persaingan perdagangan dengan Perancis, membuat Inggris
semakin ingin menguasai Indonesia yang saat itu sedang dikuasai oleh
Belanda untuk menguasai Sumber Daya Alam yang terkandung didalamnya.
Sulitnya Inggris untuk mendapatkan rempah-rempah dari Lisabon karena
konflik yang terjadi antara keduanya.

Pelayaran pertama Inggris dilakukan oleh Francis Drake pada 1577-


1580 hingga ia singgah di Ternate [ CITATION Dwi17 \l 1033 ].
Sekembalinya Farancis Drake dari pelayaran, ia membawa banyak cengkih
dan pala sehingga membuat Inggris mulai terdorong untuk melakukan
pelayaran-pelayaran selanjutnya. Majunya perniagaan diantara bangsa-bangsa
Eropa, membuat Inggris mengembangkan sektor perkebunan di daerah koloni
untuk menghasilkan tanaman yang akan dijual ke pasar dunia. Pada tahun
1591 Ratu Elisabeth I sangat mendukung usaha perdagangan yang dilakukan
Inggris di Indonesia. Atas dasar dukungan tersebut, membuat banyak pelayar
Inggris yang melakukan perjalanan menuju daerah penghasil rempah-rempah
sebagai sumber perdagangan mereka, seperti Sir James Lancaster dan George
Raymon yang melakukan pelayaran. Dalam rangka mendukung perdagangan
Inggris, mereka membentuk EIC (The East India Company) pada 1611-1617

5
berhasil mendirikan kantor-kantor dagangnya di Sukandana (Kalimantan
Barat), Ambon, serta Banda.

2.) Pengembangan Industrialisasi Inggris

Lahirnya Revolusi Industri di Inggris sebagai pelopor dunia,membuat


negara tersebut membutuhnya banyak pasokan SDA dan SDM yang memadai
guna menunjang proses produksi yang akan berlangsung. Apalagi di Eropa
setelah memasuki abad ke-18 terjadi pergantian sistem yang sebelumnya
menggunakan sistem ekonomi agraris telah berganti menggunakan tenaga mesin
untuk alat produksi yang sebelumnya menggunkan tenaga manusia [ CITATION
Mut20 \l 1033 ]. Revolusi Industri di Inggris sendiri terjadi pada tahun 1760-1830
Masehi, revolusi tersebut menimbulkan perkembangan teknologi di Eropa.
Revolusi Industri di Inggris telah mengubah tenaga manusia menjadi mesin uap.

Selain mencari rempah-rempah untuk kebutuhan masyarakat Inggis,


adanya dorongan pengembangan indutrislisasi Inggris juga menjadi faktor
dilakukannya pelayaran ke nusantara. Kebutuhan Inggris akan SDA dan SDM
membuatnya melakukan eksploitasi di nusantara termasuk Indonesia. Hal tersebut
dilatarbelakangi oleh Inggris sebagai negara pertama yang lepas dari zaman
kegelapan atau feodalisme melalui peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi
dalam proses produksi ekonomi [ CITATION Dam08 \l 1033 ]. Berbagai inovasi
dilakukan oleh Inggris untuk menuju modernisasi hingga menuju revolusi
industri. Dalam rangka menunjang peningkatan industri Inggris, negara tersebut
menuju nusantara untuk mendapatkan sumber produksi, baik dari sumber alam
maupun sumber tenaganya.

B. Proses Masuknya Bangsa Eropa ke Nusantara


1. Portugis
Sebagian besar kota pelabuhan di Afrika dan Asia dikuasai oleh pedagang
Islam bahkan pengetahuan mengenai jalur perdagangan dan tempat produksi juga
dirahasaiakan oleh kekuasaan Islam. Hal ini mendorong Portugis untuk mencari jalan
sendiri ke Afrika dan Asia serta melawan kota pelabuhan Islam untuk mendapatkan
kekayaan yang begitu didambakan (Poesponegoro, 2010: 13). Kekuasaan Islam
melarang Portugis melintasi Laut Merah, sehingga para navigator Potugis mencari
jalan lain. Bartolomeus Diaz melakukan pelayaran mencari jalan ke Timur untuk

6
menemukan Hindia, tetapi hanya sampai Tanjung Harapan. Kemudian pada bulan Juli
1497, pelayaran dilanjutkan oleh Vasco da Gama dengan mengikuti jalur yang dilalui
Bartolomeus Diaz dan kemudian Gama tiba di Kalikut, India (Ravenstein, 1995).
Strategi perdagangan Portugis yaitu membangun suatu pusat administrasi yang
berhubungan dengan benteng-bentengnya. Sehingga, setelah Portugis berhasil masuk
Asia tahun 1510, Albuquerque merebut Goa dari kerajaan Bijapur yang terletak di
pantai barat India yang kemudian dijadikan sebagai pusat administrasi perdagangan
Portugis. Dengan merebut Goa, Portugis dapat mendominasi perdagangan di sekitar
Laut Arab, Teluk Persia dan Samudra Pasai. Kemudian di tahun 1511 Alfonso de
Albuquerque berhasil merebut emporium Malaka yang pada saat itu berada di bawah
kekuasaan Kesultanan Malaka. Dengan dikuasainya Malaka oleh Portugis, Pelabuhan
Malaka menjadi pusat perdagangan yang paling ramai di Asia. Bahkan menurut Tome
Pires pada bukunya berjudul Suma Oriental (1515) memaparkan pendapatnya terkait
Malaka yaitu “Tidak ada pusat perdagangan yang lebih besar dari Malaka, juga tidak
ada tempat lain dimana orang memperdagangkan komoditas yang demikian halus dan
mahal. Komoditas dari seluruh dunia Timur ada disini; komoditas dari seluruh dunia
Barat ada disini. Pada akhir musim angin orang bisa mendapatkan apa saja yang dicari
dan kadang-kadang lebih dari yang dicari” (Boxer, 1969: 42).
a. Sunda Kelapa
Untuk membangun monopoli Portugis, de Albuquerque berencana
mengirimkan tiga armada. Dua armada dikirim ke Maluku (cengkih) dan sunda
kelapa (lada) dan berhasil, satu armada gagal dikirim ke Timor karena kekurangan
kapal (de Reover, 2002: 105-106) Armada yang dikirim ke Sunda Kelapa
dipimpin oleh de Alvin (Heuken, 1999: 29-42). Alvin datang atas permintaan Raja
Sunda, Sang Hyang Prabu Surawisesa karena terancam oleh Cirebon yang telah
menganut Islam. Sehingga meminta bantuan Portugis untuk membangun benteng
di wilayahnya dan sebagai imbalan Portugis akan mendapat prioritas dalam
membeli lada. Portugis memenuhi permintaan raja Sunda dengan mengirimkan
armada kedua dipimpin Amrique Leme atas perintah Korge de Albuquerque tahun
1522. Leme memiliki tugas untuk menjalin persahabatan dan perjanjian dagang
dengan Prabu Surawisesa dan memilih tempat terbaik untuk nantinya dibangun
benteng (Heuken,1999: 43-58).
Akan tetapi, benteng tidak pernah dibangun dan monopoli tidak pernah terjadi.
Demak mengetahui niat Portugis kemudian setelah berhasil merebut Banten tahun
7
1526 Demak mengirim pasukan yang dipimpin oleh Fatahilah untuk mencegah
pasukan Portugis masuk ke Banten (Heuken, 1999: 65-66). Bulan November
1526, Fransisco de Saa hendak masuk ke Teluk Jakarta, namun ternyata armada
hancur terkena angin topan dan sebagian pasukan dibunuh oleh pasukan Cirebon
karena terdampar. Kemudian De Saa membentuk armada lain dan kembali ke
Sunda Kelapa tetapi Fatahilah berhasil menghalangi pasukan Portugis. Tahun
1527 Malaka mengirim armada lain tetapi tidak pernah sampai tujuan karena
awak kapal memberontak dengan alasan gaji kecil. Sehingga, Portugis tidak
pernah berkuasa di kerajaan Sunda dan Sunda Kelapa, tetapi masih menjalin
perdagangan hingga abad ke-16 (Heuken, 1999: 78-81).
b. Maluku
Armada yang dipimin oleh Antonio de Abreu dikirim tahun 1512 dengan
tujuan utama membangun monopoli Portugis atas perdagangan cengkih di Maluku
(Andaya, 1993: 47). Dengan susah payah armada pertama tiba dan berhasil
mengadakan hubungan dengan Sultan Aby Lais tetapi meninggal tahun 1522.
Sultan Ternate berjanji akan menyediakan cengkih bagi Portugis setiap tahun
dengan syarat Portugis membangun benteng di Ternate (Andaya, 115-116).
Hubungan dagang dengan Kaicili Abu Hayat dan pengasuhnya Kaicili Darwis
berlangsung sangat baik. Pihak Ternate memberikan izin De Brito untuk
mendirikan benteng pertama Portugis tahun 1522. Hubungan dagang cengkih
berlangsung hingga 1570 dan tidak bisa dipungkiri hubungan ini diwarnai dengan
konflik antara penguasa Ternate dan pihak Portugis (Andaya, 1993: 117-132).
Awal konflik terjadi ketika pembunuhan Sultan Khairun oleh prajurit Portugis
di benteng Gamalama. Akibat pengkhianatan ini Sultan Baabullah yang
merupakan putra Sultan Khairun mengepung benteng Portugis selama 5 tahun dan
mengirim pasukan ke daerah untuk melawan Portugis. Karena dikepung sejak
1570 para penghuni benteng kekurangan makanan dan mulai terjangkit penyakit,
ditambah sejak tahun 1580 Portugis disatukan dengan Spanyol sehingga bantuan
dari Malaka tidak pernah datang. Tahun 1575 Baabullah mengizinkan orang
Portugis meninggalkan benteng itu (Andaya, 1993: 123-143). Sejak abad ke-15
jazirah Leitimor telah menjadi pusat penyebaran agama Katolik dimulai ketika
Franciscus Xaverius mengunjungi ambon tahun 1546 dan berhasil meyakinkan
pimpinan Ordo Jesuit bahwa Ambon dan sekitarnya dapat dijadikan misi yang
subur. Setelah 50 tahun desa di Jazirah Leitimor, pulau Haruku, Saparua dan
8
Nusalaut menjadi pemeluk Kristen. Sejak itu struktur sosial pulai terbagi dua,
Patalima bagi penduduk penganut Islam dan Patasiwa penganut Kristen. Namun
pada pertengahan abad ke-16 keadaan menjadi tidak serasi dan dualisme antara
Patalima dan Patasiwa menjadi dualisme antara Islam dan Kristen. Dualisme
menjadi konflik sejak Baabullah menyatakan perang terbuka terhadap Portugis
dengan mengirim serangan untuk memerangi desa Kristen (Lestaluhu, 1987).
Sebagian orang Portugis melarikan diri dan berlindung di benteng Nossa Seighora
de Anunciada yang selesai dibangun tahun 1571. Perang masih berlanjut selama
pengganti Sultan Baabullah yaitu Sultan Said al-din Barakat Syah (Poesponegoro,
2010: 23).
c. Nusa Tenggara Timur
Orang Portugis pertama yang sampai di Nusa Tenggara Timur adalah para
rohaniawan dari Ordo Dominikan yang kemudian mendirikan sbeuah benteng di
pulau Solor. Para rohaniawan juga berdagang kayu cendana untuk membiayai
kegiatan utama mereka yaitu menyebarkan agama Katolik. Misi Ordo Dominikan
cukup berhasil karena separuh penduduk Solor menamakan dirinya kaum Demon
bagi penganut Katolik tetapi yang beragama Islam bernama Paji menolak
sehingga tidak jarang terjadi konflik (Poesponegoro, 2010: 23).
Keberhasilan rohaniawan Katolik dalam berdagang kayu cendana membuat
Portugis menyatakan bahwa kayu cendana adalah monopoli Portugis. Tetapi
tahun, 1613 VOC mengadakan hubungan persahabatan dengan raja di Pulau
Timor bagian barat. Walaupun VOC menguasai Malaka tahun 1646, perdagangan
Portugis belum berhenti. Perdagangan Portugis terus berlanjut melalui Makao.
Karena dominasi Portugis belum juga hilang akhirnya terjadi konflik terbuka. Di
pegunungan Molo tahun 1669 VOC dan raja yang mendukungnya dihancurkan.
Kemudian perdagangan cendana tetap dikendalikan lewat Makao (Anthony Reid,
1988: 3-4).
2. Belanda

Pasca terjadinya penutupan Bandar perdagangan rempah-rempah di Lisabon


(Portugal) dan Garanada (Spanyol) membuat Belanda mulai menjelajahi nusantara,
setelah bangsa Portugis dan Spanyol untuk mencari jalur menuju pusat rempah-
rempah selain Konstantinopel. Pelayaran Belanda pertama kali dipimpin oleh Cornelis
de Houtman sebagai seorang pelaut dari Belanda [ CITATION Dwi17 \l 1033 ].

9
Cornelis de Houtman ditemani oleh Jan Huygen van Linschoten pertama kali
membawa 4 buah kapal bernama Dujfken, Amserdam, Maurutius, dan Holandia yang
terdiri dari 249 orang serta 64 meriam. Ia berhasil sampai Tanjung Harapan, namun
tidak melewati jalur yang ditempuh oleh penjelajah Portugis sebelumnya. Pada 1956,
rombongan Cornelis de Houtman tiba di Banten serta menetap cukup lama disana
untuk membeli cukup rempah-rempah dan kembali tiba di Belanda pada 14 Agustus
1597 dengan 3 kapal serta hanya 89 awak kapal yang tersisa. Pasca pelayaran
tersebut, kemudian disusul pelayaran-pelayaran lain seperti yang dilkukan oleh Jacob
Van Neek, Van Heenskerck dan Van Warwijck yang berhasil tiba di Maluku, dengan
membawa banyak rempah-rempah.

Belanda menuju nusantara memiliki sebuah tujuan besar yaitu melakukan


kolonilisme atau melakukan penjajahan dan menguasai daerah jajahan tersebut
dengan melaukan eksploitasi secara besar besaran, baik terhadap Sumber Daya Alam
maupun Sumber Daya Manusinya. Belanda menguasai daerah-daerah agraris yang
berpotensi untuk ditanami tanaman yang laku di pasar dunia, terutama rempah-
rempah. Selain kolonialisasi, Belanda juga melakukan perdagangan dari hasil
penanaman. Belanda mempekerjakan para penduduk di tanah koloni untuk menggarap
tanah kekuasaan Belanda. Melimpahnya hasil yang diperoleh, membuat Belanda
mengembangkan perniagaannya mulai dari nusantara hingga ke Eropa. Pada
keberjalanan perniagaan tersebut, terjadi persaingan yang sengit antar para pedagang.

3. Inggris
Seminggu sebelum Kapitulasi Tuntang, Raja Muda Lord Minto yang
kedudukannya berada di India mengangkat Thomas Stamford Raffles sebagai Wakil
Gubernur di Jawa dan wilayah bawahan lain seperti Bengkulu, Maluku, Bali,
Sulawesi dan Kalimantan Selatan. Dengan begitu pusat pemerintahan masih berada di
Calcuta, India sedangkan pelaksanaannya berada di Indonesia. Ketika Inggris
menyerbu Pulau Jawa, Herman William Deandless telah dipanggil kembali ke
Belanda. Penggantinya yaitu Gubernur Jenderal Janssens terpaksa menyerah karena
tidak mampu bertahan. Akhir dari penjajahan Belanda-Perancis kemudian ditandai
dengan ditandatanganinya Kapitulasi Tuntang tanggal 18 September 1811 oleh S.
Auchmuty dari pihak Inggris dan Janssens. Kapitulasi Tuntang berisi:
a. Seluruh Jawa dan sekitarnya diserahkan kepada Inggris.
b. Semua tentara Belanda menjadi tawanan Inggris.

10
c. Semua pegawai Belanda yang mau bekerja sama dengan Inggris dapat terus
memegang jabatannya.
d. Semua utang pemerintah Belanda yang dahulu bukan menjadi tanggung jawab
Inggris (Mustopo; dkk, 2013: 20)

Asas pemerintahan Raffles di Jawa sangat dipengaruhi oleh pengalaman Inggris di


India. Pada dasarnya, Raffles ingin menciptakan suatu sistem ekonomi di Jawa yang
bebas dengan unsur paksaan oleh VOC. Raffles ingin menghapus segala bentuk
penyerahan wajib dan kerja rodi yang membebani rakyat karena ia ingin memberikan
kepastian hukum dan kebebasan berusaha. Dapat dilihat bahwa Raffles telah
dipengaruhi oleh cita-cita revolusi Perancis dengan semboyan “kebebasan, persamaan
dan persaudaraan” bagi setiap warga walaupun dalam pelaksanaan di Jawa tidak dapat
terwujud sepenuhnya (Poesponegoro, 2010: 345). Raffles menentang sistem VOC
karena keyakinan politiknya yaitu liberal dan menurutnya bhwa sistem eksploitasi
oleh VOC tidak menguntungkan. Ia menghendaki bahwa pemerintah kolonial hanya
wajib menciptakan pasar yang diperlukan untuk merangsang petani menanam
tanaman ekspor yang paling menguntungkan. Raffles menegakkan kebijakan kolonial
dengan berpedoman pada tiga asas:

a. Segala bentuk penyerahan wajib atau kerja rodi dihapuskan dan kebebasan oenuh
diberikan kepada rakyat untuk menentukan jenis tanaman apa yang hendak
ditanam tanpa unsur paksaan.
b. Peran bupati sebagai pemungut pajak dihapuskan dan diganti bahwa mereka akan
dijadikan bagian integral dalam pemerintahan kolonial dengan fungsi
pemerintahan yang sesuai dengan asas pemerintahan negara barat.
c. Berdasarkan anggapan bahwa pemerintah kolonial adalah pemilik tanah, para
petani yang menggarap tanah dianggap sebagai penyewa tanah milik pemerintah
kolonial dan wajib membayar sewa tanah (Poesponegoro, 2010: 346).

Dalam pelaksanaan pemerintahannya, Raffles memperoleh tanggapan positif dari


rakyat Indonesia karena:

a. Para raja dan rakyat Indonesia tidak menyukai pemerintahan Deandels yang kejam
dan sewenang-wenang.
b. Ketika masih berkedudukan di Penang, Malaysia, Raffles beberapa kali
melakukan misi rahasia di kerajaan yang anti Belanda seperti Palembang, Banten

11
dan Yogyakarta dengan memberikan janji bahwa mereka akan memperoleh hak
lebih besar kepada kerajaan mereka.
c. Sebagai seorang liberalis, Raffles mempunyai kepribadian yang simpatik dengan
menjalankan politik murah hati dan sabar walaupun dalam pelaksanaannya
berbeda (Mustopo; dkk, 2017: 20).

C. Pengaruh Masuknya Bangsa Eropa ke Nusantara


1. Portugis
Kedatangan Portugis memberikan pengaruh bagi aspek kehidupan di
Nusantara se[erti perubahan ekonomi (rempah-rempah), agama atau seni dan kuliner.
Aspek Ekonomi, rempah-rempah yang paling menonjol adalah cengkih dan pala.
Sejak abad ke-15 rempah telah menjadi primadona dalam ekspor Nusantara. Cheng
He bersama para pedagang Jawa dan Melayu mengangkut rempah menuju Malaka.
Setelah Cheng He tidak lagi menjadikan Malaka sebagai pusat perdagangan, Malaka
mengalami kemunduran. Kemudian Portugis muncul dan membuat Eropa menjadi
pasar rempah-rempah yang menentukan karena di Eropa rempah juga digunakan
sebagai pengawet makanan dan bahan obat. Perluasan pasar rempah ini
menyebabkan produksi rempah juga mengalami peningkatan. Walaupun Portugis
berusaha keras mempertahankan monopoli rempah-rempah, para pedagang dari
Nusantara masih penting. Sebenarnya penduduk yang memproduksi rempah tidak
mendapatkan keuntungan besar, karena keuntungan hanya dinikmati oleh penyedia
modal, awak kapal, penguasa kota pelabuhan dan para syahbandar. Bahkan menurut
keterangan Tome Pires di Malaka bahwa cengkih yang dibeli di Ternate dapat
meningkat tujuh kali lipat dari harga aslinya. Perdagangan rempah ini juga membawa
keuntungan bagi penduduk yaitu hadirnya berbagai macam bahan kain dari India dan
Cina serta perabot lainnya dari Malaka ke Maluku (Reid, 1999: 5-24).
Aspek Budaya, kebiasaan orang Portugis adalah membaur dengan penduduk
lokal. Didorong kondisi pelayaran yang tidak nyaman bagi perempuan Portugis
membuat para pedagang dari Portugis menetap untuk waktu yang lama dan menikah
dengan perempuan setempat. Keturunan dari hasil perkawinan itu membentuk
masyarakat baru yang disebut “Meztizo”. Dengan adanya keluarga campuran ini
kebudayaan Portugis semakin menyebar di pelabuhan Asia. Pengaruh budaya bukan
hanya fisik namun juga aspek bahasa. Karena bahasa Portugis mengalami perubahan
lokal, pada abad ke-19 bahasa Portugis campuran menjadi bahasa pengantar di
12
kalangan masyarakat bahkan Batavia. Bahasa Portugis campuran ini digunakan oleh
budak yang ada di pelabuhan. Uniknya, orang India yang menjadi budak menduduki
kasta terendah dalam masyarakat India, sedangkan mereka dapat meninggalkan status
budak dengan cara menganut agama Kristen. Kelompok sosial ini dinamakan
“Mahardika” dan tidak terkait dengan kasta semula. Pengaruh lain juga terdapat pada
kesenian (musik dan tarian) serta makanan kecil (kue) (Djafaar, 2006).
2. Belanda

Kekuasaan Belanda di Indonesia menekankan pada penguasaan sektor agraris


dalam rangka peningkatan sektor perdagangan Belanda di Eropa. Pada 20 Maret
1602, dibentuk sebuah kongsi dagang yang disebut Vereenigde Oostindisce
Compagnie (VOC) yang didasari oleh banyaknya kesulitan yang dihadapi oleh para
pedagang Belanda akibat persaingan antar pedagang [ CITATION Poe08 \l 1033 ].
VOC dibentuk guna menghidari persaingan dagang yang tidak sehat antara para
pedagang Belanda serta dapat mencapai keuntungan secara maksimal. VOC
melakukan berbagai tindakan yang sangat berpengaruh bagi tanah jajahan, VOC
melakukan sistem monopoli dalam sistem perdagangan rempah-rempah dengan
mengadakan mitra melalui praktek politik dengan para pengusaha lokal yang sedang
membutuhkan bantuan untuk melawan Portugis. Monopoli perdagangan tersebut
dilakukan oleh VOC di berbagai daerah seperti Ambon, Maluku Utara, Banda,
Mataram, dan sebagainya.

Pengaruh yang diberikan oleh VOC di Indonesia relatif terbatas di beberapa tempat
terutama wilayah pantai. Hal tersebut karena VOC lebih menitikberatkan pada
sektor agraris seperti perkebunan dan pertanian dengan tiga wilayah utama
kekuasaannya yaitu Maluku, Sunda-Banten, dan Jawa Tengah [ CITATION Zed17 \l
1033 ]. Masa kekuasaan VOC di Indonesia terjadi pemaksaan perjanjian dengan para
raja di Indonesia seperti penuntutan hak monopoli perdagangan serta kekuasaan
pemerintahannya. VOC ikut campur terhadap masalah internal kerajaan dengan
melakukan intervensi terhadap kepentingan kerajaan. Pada abad ke-19, VOC
mengalami perubahan yang mendasar yaitu munculnya transisi dari otoritas VOC
menuju pemerintahan kolonial. Pada masa itu, tepatnya pada pemerintahan Daendels
terjadi titik balik dari masa VOC ke zaman kolonial Hindia-Belanda.

Kekuasaan Belanda di Nusantara mulai muncul sejak 1901 hingga 1942 yang
ditandai oleh eksploitasi Sumber Daya Alam di berbagai daerah termasuk di Onder

13
Afdeling Rawas yang menjadi kota dengan Sumber Daya Alam yang sangat
melimpah. Belanda melakukan eksploitasi secara besar-besaran di nusantara hingga
mengakibatkan kehidupan masyarakat pedesaan semakin tertekan dan kekurangan
dalam memenuhi kebutuhan [CITATION Agu19 \l 1033 ]. Kondisi tersebut terjadi
karena adanya tekanan dari Belanda serta pengambilan hak rakyat atas tanah yang
mereka miliki. Belanda memberlakukan kebijakannya melalui para pemimpin lokal,
sehingga rakyat semakin sengsara akibat para pemimpin tersebut lebih
mementingkan kepentingan dan keuntungan pribadinya dibandingkan kepentingan
penduduk serta menjadikan Belanda sebagai pimpinan tertinggi di Nusantara.

Belanda membawa pengaruh bagi kehidupan politik, sosial, dan budaya bagi
masyarakat di Nusantara [CITATION Agu19 \l 1033 ]. Masyarakat sekitar mulai
meniru gaya barat, mulai dari kehidupan budaya dan kesehariannya, ekonomi, serta
bidang lainnya, namun masyarakat nusantara tidak sejahtera seperti Belanda.
Belanda tidak hanya mendapatkan mendapatkan hasil dari perkebuanan dan
peertanian, naum juga pertambangan yang sangat melimpah di nusantara seperti
emas sebagai suplay bagi Belanda. Hasil dari Sumber Daya Alam tersebut diolah
oleh rakyat untuk memenuhi kepentingan Belanda.

3. Inggris
Pelaksanaan sistem sewa tanah nantinya akan mengandung konsekuensi.
Perubahan yang dipertimbangkan dapat dikatakan revolusioner karena mengandung
perubahan asasi taitu menghilangkan unsur paksaan atas rakyat dan diganti dengan
hubungan yang didasarkan atas kontrak secara sukarela antara kedua belah pihak.
Perubahan ini bukan lagi ekonomi tetapi juga perubahan sosial-budaya yang
menggantikan ikatan adat yang tradisional dengan ikatan kontrak yang sebelumnya
belum dikenal. Sehingga dasar kehidupan yang awalnya tradisional digantikan
dengan dasar kehidupan masyarakat negara barat. Begitu juga ekonomi masyarakat
Jawa yang tradisional dan geodal digantikan dengan sistem ekonomi atas dasar lalu
lintas pertukaran bebas (pesponegoro, 2010: 347). Kehadiran Inggris di Indonesia
juga memberikan pengaruh pada bidang budaya yaitu dirilisnya buku History of Java
oleh Raffles, penelitian buku berjudul History of the East Indian Archipelago,
ditemukannya Rafflesia Arnoldi serta dirintisnya Kebun Raya Bogor (Mustopo; dkk,
2017: 22).

14
15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kedatangan bangsa Eropa ke Nusantara dilatarbelakangi oleh beberapa faktor, baik
itu faktor internal ataupun eksternal. Faktor eksternal antara lain adanya jatuhnya
Konstantinopel ke tangan Turki Utsmani menyebabkan jalur perdagangan menuju Eropa
ditutup sehingga bangsa Eropa harus mencari jalan lain, karena didorong hal itu maka
bangsa Eropa melakukan penjelajahan samudra untuk mencari rempah-rempah. Misi ini
juga dipengaruhi oleh beberapa faktor internal seperti adanya perang salib, revolusi
industri dan sebagainya. Motif bangsa Eropa datang ke Nusantara adalah 3 G yaitu Gold,
Glory, Gospel. Dengan tujuan ini bangsa Eropa seperti Portugis, Inggris dan Belanda
berusaha untuk memonopoli perdagangan di Nusantara. Harga rempah-rempah begitu
mahal bahkan bisa tujuh kali lipat dari pada aslinya. Kedatangan bangsa Eropa ke
Nusantara memberikan pengaruh besar bagi kehidupan masyarakat Indonesia. Banyak
rakyat menderita karena monopoli yang dilakukan bangsa Eropa, selain itu juga
masyarakat Indonesia menjadi bertambah pengetahuan terkait pajak, sewa tanah, jenis
tanaman, perkapalan dan sebagainya. Bangsa Indonesia juga tidak serta merta menerima
kedatangan mereka, berbagai perlawanan dilakukan untuk mengusir mereka. Seperti
Portugis yang tidak dapat menguasai Sunda Kelapa, dan Inggris yang hanya berkuasa
selama lima tahun di Indonesia. Berbeda dengen Belanda yang begitu lama berada di
Indonesia tentu memberi dampak besar bagi Indonesia di segala aspek kehidupan.
B. Saran
Topik ini diharapkan dapat memberikan pandangan dan pengetahuan terkait dengan
kedatangan bangsa Eropa ke Nusnatara. Dengan mengetahui sejarah bangsa sendiri
diharapkan kita lebih mencintai dan menghargai tanah air sendiri. kelompok kami
menerima kritik dan saran yang membangun.

16
DAFTAR PUSTAKA

Agus Susilo, S. (2019, Juli-Desember 2). Elite Tradisional Dalam Onder Afdeling Rawas
Masa Kekuasaan Belanda Tahun 1901-1942. SINDANG: Jurnal Pendidikan Sejarah
dan Kajian Sejarah, 1, 78-83.

Angely.S, R. (2017). Perdagangan Rempah-Rempah Pada Masa Kolonial Belanda di


Nusantara. SKRIPSI UNIMED, 72.

Damayanti, V. R. (2008, Mei 1). Proses Industrialisasi di Indonesia dalam Perspektif


Ekonomi Politik. Journal of Indonesian Applied Economics, 2, 68-89.

Dwi Winarno, Y. M. (2017). Sejarah Indonesia. Jakarta: Quadra.

Hasan, A. M. (2017, Oktober 12). Humaniora-tirti.id. Diambil kembali dari Segala yang
Brutal dan Palsu dari Sososk Kolumbus: https://amp.yirto.id/segala-yang-brutal-dan-
palsu-dari-sosok-kolumbus-cx7P

Mustopo, H., Hermawan, & Suprijono, A. (2017). Sejarah Indonesia 2. Yogyakarta:


Yudhistira.

Mustopo, H., Hermawan, & Suprijoyo, A. (2014). Sejarah 2 Peminatan Ilmu-Ilmu Sosial.
Yogyakarta: Yudhistira.

Mutiarawati Fajariah, D. S. (2020). Sejarah Revolusi Industri di Inggris Pada Thun 1760-
1830. HISTORIA: Jurnal Program Studi Pendidikan Sejarah, 8, 77-94.

Poesponegoro, M. J. (2008). Sejarah Nasional Indonesia IV. Jakarta: BALAI PUSTAKA.

Raditya, I. N. (2018, April 22). Humaniora-Tirto.id. Diambil kembali dari Perjanjian


Zaragoza: Ketika Dunia Hanya Milik Spanyol & Portugis: https://tirto.id/perjanjian-
zaragoza-ketika-dunia-hanya-milik-spanyol-portugis-cHMA

Zed, M. (2017). Warisan Penjajahan Belanda di Indonesia Pasca-Kolonial (Perspektif


Perubahan dan Kesinambungan). DIAKRONIKA, 17, 90-103.

17
18
LAMPIRAN

Sumber: https://attoriolong.com/wp-content/uploads/2019/03/portugis.png
Keterangan: Masuknya Bangsa Portugis di nusantara.

Sumber: https://www.pustakamadani.com/2019/06/sejarah-kedatangan-bangsa-belanda-
ke.html?m=1

Keterangan: Masuknya Bangsa Belanda ke Indonesia melalui jalur laut.

Sumber: https://www.timrtoast.com/timelines/kedatangan-bangsa-inggris-ke-indonesia-
8e19895c-8f88-4c26-9264-409206aea740

Keterangan: Masuknya Bangsa Inggris ke nusantara.

19

Anda mungkin juga menyukai