Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Hukum
Disusun oleh :
FAKULTAS SYARIAH
SALATIGA
2022
i
KATA PENGANTAR
Makalah ini telah dibuat dengan sumber sumber yang telah dikumpulkan.
Oleh karena itu kami mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah
berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga malah ini bisa disusun
dengan baik dan rapi.
Kelompok 5
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.............................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................3
A. Kesimpulan...................................................................................................13
B. Saran............................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................14
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
DR. Theo Huijbers, Filsafat Hukum Dalam Lintasan Sejarah, Pustaka Filsafat Penerbit Kanisius,
1982, hal. 51-67
1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana hukum pada zaman Renaissance ?
2. Bagaimana hukum pada zaman Aukflarung ?
3. Bagaimana hukum pada abad XIX ?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui hukum pada zaman Renaissance.
2. Untuk mengetahui hukum pada zaman Aukflarung.
3. Untuk mengetahui hukum pada abad XIX.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Pada tahun 1000an telah terjadi suatu perang besar dan berkepanjangan
yang terkenal dengan sebutan Perang Salib. Sebagai penyebabnya adalah karena
“tanah suci” (Israel sekarang) secara silih berganti diduduki atau dikuasai oleh raja-
raja Islam. Masyarakat Barat yang Kristen dan yang menganggap tanah suci itu
sebagai milik mereka berusaha merebutnya dari para penguasa Islam. Dalam
perang tersebut para prajurit Kristen memang menggunakan tanda-tanda salib pada
pakaian dan persenjataan mereka, disamping juga memang dipimpin oleh para raja
Kristen.2
Namun demikian juga terdapat dampak positif dari perang tersebut, yaitu
terjadinya kontak kebudayaan, dan lebih dari itu bangsa Eropa mulai terbuka dan
mengakui ketinggian kebudayaan Timur tengah dan Asia. Mereka menyaksikan
kemewahan-kemewahan yang tidak dijumpai di Eropa, komoditi-komoditi baru
seperti rempah-rempah, lada, cengkeh dan lain sebagainya. Mereka akhirnya juga
mengakui bahwa bahwa dalam bidang kerajinan, kesenian, tehnologi, bangsa
2
Bertens.Dr.K. Sejarah Filsafat Yunani, Yogyakarta, 1975. hal. 43
3
Timur Tengah dan Asia ternyata tidak kalah maju dibandingkan dengan bangsa-
bangsa Eropa.
Oleh karena itulah setiap kota berusaha untuk paling tidak mempertahankan
diri dengan menggunakan tentara sewaan. Hal inilah yang akhirnya mendorong
munculnya kesatuan-kesatuan militer komersial yang bisa disewa oleh siapapun
yang mampu membayarnya, yang disebut dengan istilah mercenary (Condittier).
Sebagai akibat lebih lanjut meletuslah kekacauan-kekacauan (anarkhi) di kota-kota
dagang yang kaya.
Pada sisi lain masyarakat pada kota-kota yang kaya mulai meragukan atau
paling tidak mempertanyakan kebudayaan mereka sendiri yang selama itu dianggap
paling unggul (Kristen) di seluruh bumi dengan cara mempelajari koleksi
perpustakaan-perpustakaan di biara-biara dan gereja-gereja. Akhirnya mereka
menemukan kembali karya-karya kebudayaan Yunani yang sangat mengagumkan,
baik berupa karya sastra, filsafat, arsitektur, kisah-kkisah kepahlawanan, ilmu
pengetahuan dan sebagainya. Mulai saat itulah bangsa Eropa Barat betul-betul
kembali menengok ke belakang yaitu ke jaman Yunani dan Romawi, yang
3
Bertens. Dr.K Ringkasan Sejarah Filsafat, Yogyakarta , 1976.
4
menandai perubahan yang dahsyat yang dijiwai oleh pandangan hidup atau
kebudayaan Yunani, dan lazim disebut dengan istilah Renaissance.4
Pengertian Zaman Renaissance
Dalam dunia pemikiran hukum, lahirnya zaman ini menimbulkan pula adanya
pendapat bahwa rasio manusia tidak lagi dapat dilihat sebagai suatu penjelmaan
dari rasio Tuhan. Rasio manusia terlepas dari keterlibatan Ketuhanan. dan rasio
manusia yang berdiri sendiri ini merupakan sumber satu-satunya dari hukum.
Pemikiran ini tampak jelas dikumandangkan oleh para penganut hukum alam yang
4
Punadi Purbacaraka, Ridwan Halim.Filsafat Hukum Pidana.Jakarta :CV.Rajawali 1982.
5
rasionalistis maupun juga misalnya dari penganut paham positivisme hukum.
Unsur logika manusia merupakan unsur penting dalam pembentuan hukum.5
Dibandingkan dengan jaman abad tengah bisa dikatakan tidak terdapat studi
yang sungguh-sungguh atas sejarah kuno, dan pengetahuan akan jaman kuno di
Barat pada waktu itu sangat terbatas. Walaupun terdapat pengaruh penulisan
sejarah Yunani terhadap sejarah abad tengah, akan tetapi pengaruh itu hanya
terbatas pada beberapa penulis atau sejarawan saja. Pada jaman Renaissance paling
tidak sebanyak ¾ karya sastra Latin ditemukan kembali. Artinya lebih dari cukup
kesusasteraan dan historiografi Yunani dilahirkan kembali. Hal itu terutama juga
sehubungan dengan masih adanya kontak-kontak dengan Kerajaan Yunani
Bizantium.
Ciri-Ciri Zaman Renaissance
5
Beerling,Dr.R.F.Filsafat dewasa ini, Jilid I, II, Jakarta, 1958.
6
Dirjarkara, Prof.Dr.N.Pertjikan Filsafat, Jakarta, 1966.
6
Bertolak belakang dengan masyarakat abad pertengahan, kebudayaan
jaman renaissance memupunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1. Sesuai dengan mentalis baru pembentukan hukum di anggap sebagai kebijakan
manusia di dunia.
2. Organisasi negara nasional disertai permikiran tentang peraturan hukum yang tepat,
baik untuk dalam negeri, maupun untuk hubungan dengan luar negeri (hukum
internasional).
3. Oleh sebab peraturan-peraturan yang berlaku bagi negara dibuat atas perintah-
perintah raja-raja, raja dipandang sebagai pencipta hukum.7
Sehingga dapat dikatakan bahwa sejak zaman baru, tekanan tidak terletak lagi
atas hukum alam, yang diluar kebijakan manusia melainkan atas hukum positif.
Namun pada umumnya filsuf-filsuf zaman itu menerima juga adanya hukum alam
7
Rudi T.Erwin. Tanya jawab Filsafat Hukum.Jakarta : Aksara Baru, 1982.
7
yang terdapat didalam akal budi manusia, yaitu tentang perlunya hukuman apabila
ditentukan adanya.
Para Tokoh Zaman Renaissance
1). Thomas Aquino (abad ke 12) yang mengintegrasikan unsur-unsur pandangan Stoa,
ajaran Kristen dan filsafat Aristoteles ke dalam suatu filsafat yang komprehensif
merupakan kulminasi dari hukum. Dialah yang mengemukakan gagasan empat
jenis hukum yang merupakan hasil dari ada usaha-usaha mempertemukan
perbedaan di antara Yuris Romawi tentang definisi-definisi hukum dan klasifikasi
cabang-cabangnya. Sehingga dapat dibedakan empat jenis hukum yaitu:
a). Lex aeterna (hukum abadi), suatu ekspresi peraturan alam semesta secara rasional
dari Tuhan
2). Jean Bodin (abad ke 14) adalah tokoh yang menyusun ”Les six livres de
Larepublique” , dia adalah orang pertama yang mengatakan bahwa kebiasaan
memperoleh kekuatan hukum (legal authority) pada pengesahan oleh penguasa
secara diam-diam.
8
3). Fransisco de victoria (1492-1546) seorang Spanyol yang memberi inspirasi hukum
internasional, demikian juga Grotius (1625), yang menulis ”De Jure Belli as Pacis”,
di mana ia mengembangkan gagasan tentang suatu peperangan yang adil (jus war),
suatu topik yang mempersoalkan masalah sanksi dalam hukum internasional.
4). Niccolo Machiavelli (1469-1527). Ia dilahirkan di Florence, dan sejak 1494, ketika
Florence diduduki Perancis, ia menjabat sebagai pegawai dalam bidang politik
tingkat tinggi di Republik Florence. Bukunya yang amat terkenal adalah Principe
(Penguasa, Raja), adalah semacam buku pelajaran mengenai kekuasaan politik,
rangkuman pidato-pidato kuliah dari para pengarang antik (Yunani), pengalaman-
pengalaman kerjanya termasuk kegagalannya.
9
Negara, berikut tatanan yang ada di dalamnya ditentukan secara
rasional dan objektif.9 Meski hidup dala negara, masing-masing individu
memiliki hak untuk mengembangkan dirinya dalam tuntunan rasio yang
dimiliki masing-masing individu. Maka di sini muncul teori tentang hukum
sebagai tatan perlindungan hak-hak azasi manusia. Teori tersebut merupakan
jawaban strategis mengenai “tertib hidup” manusia zaman itu di tengah sistem
situasi khas era itu. Pemikir-pemikir utama di era ini, antara lain John Locke,
Montesquieu, Rousseau dan Immanuel Kant.10
Pada abad ke 17 (tujuh belas) dan ke 18 (delapan belas), kepercayaan
kepada kekuatan akal budi makin bertambah. Sebab itu zaman itu disebut
zaman rasionalisme atau Aufklarung (zaman pencerahan atau zaman terang
budi). Pemikiran hukum zaman itu adalah suatu usaha untuk mengerti hukum
sebagai bagian suatu sistem pemikiran yang lengkap dan bersifat rasional
belaka. Dalam usaha tersebut para pemikir bertolak dari arti hukum sebagai
kaidah-kaidah yang berlaku dalam negara, lalu menyelediki manakah prinsip-
prinsip umum hukum yang berlaku di mana-mana karena berzaskan pada akal
budi tiap-tiap manusia.
Ternyata di sini hukum positif merupakan objek pemikiran yang
utama. Namun pada umumnya diakui juga adanya suatu hukum kodrat yang
berasal dari akal budi manusia juga dan berfungsi sebagai dasar hukum
positif.11 Pada akhir abad ke VIII, suatu era baru dalam kehidupan politik mulai
diwujudkan di Amerika (1776), di Perancis (1789). Revolusi Perancis itu
berdasarkan semboyan : liberte, egalite, fraterniti. Dituntut tata hukum baru atas
dasar kedaulatan rakyat. Tata hukum itu dibentuk oleh para sarjana Perancis,
atas perintah Kaisar Napoleon. Code civil atau Code Napoleon itu (1804)
menjadi sumber kodeks banyak negara modern, antara lain Belanda dan
Indonesia. Pemikir pemikir pada zaman ini diantaranya : Christian Wolf (1679-
1754), Montesqieu (1689-1755), Voltaire (1694-1778), J.J. Rousseau (1712-
1778), Immanuel Kant (1724-1804).
9
Op. Cit. Bernard L. Tanya. Et.Al. Hlm 64.
10
Ibid hlm.59
11
Op.Cit. Theo Huijbers. Hlm 31
10
C. Hukum Abad XIX
Pada zaman ini empirisme yang menekankan perlunya bisnis empiris bagi
semua pengertian berkembang menjadi positivisme yang menggunakan metoda
Pengolahan ilmiah. dasar dari aliran ini digagas oleh Augus Comte (1789-1857),
Seorang filusuf Prancis yang menyatakan bahwa sejarah kebudayaan manusia
dibagi dalam tiga tahap: tahap pertama adalah tahap teologis yaitu tahap dimana
Orang mencari kebenaran dalam agama, tahap kedua adalah tahap metafisis yaitu
tahap dimana orang mencari kebenaran melalui filsafat, tahap ketiga adalah tahap
Positif yaitu tahap dimana kebenaran dicari melalui ilmu-ilmu pengetahuan.
Menurut Comte yang terahir inilah yang merupakan icon dari zaman
modern (Comte1874:2). Bagi filsafat hukum, hukum diabad pertengahan amat
dipengaruhi Oleh pertimbangan-pertimbangan teologis. Sedangkan rentang waktu
dari Rennaissence hingga kira-kira pertengahan abad ke-19 termasuk dalam tahap
Metafisis. Ajaran hukum alam klasik maupun filsafat-filsafat hukum revolusioner
yang didukung oleh Savigny, Hegel dan Marx diwarnai oleh unsur-unsur metafisis
tertentu. Teori-teori ini menootni menjelaskan sifat hukum dengan menunjuk
kepada ide-ide tertentu dan prinsip-prinsip tertinggi. Pada pertengahan abad ke-19
sebuah gerakan mulai menentang tendensi-tendesi metafisika yang ada pada abad-
abad sebelumnya. Gerakan ini mungkin dijelaskan sebagai positivisme, yaitu
Sebuah sikap ilmiah menolak spekulasi-spekulasi apriori dan membatasi dirinya
Pada data pengalaman (Muslehuddin 1991 27-28).12
12
Arief Sidharta, Tentang Pengembangan Hukum, Teori Hukum, dan Filsafat Hukum, Bandung,
Refika Aditama, hal: 58 (cet.1. 2007)
11
industri dan terjadinya perubahan-perubahan sosial beserta masalah-masalah sosial
yanng muncul kemudian memberi ruang kepada para sarjana untuk berpikir tentang
gejala perkembangan itu sendiri. Pada abad-abad sebelumnya, orang merasa
kehidupan manusia sebagai suatu yang konstan yang hampir tidak berbeda dengan
kehidupan masa lalu. Pada abad ini perasaan itu hilang, orang telah sadar tentang
segi historis kehidupannya, tentang kemungkinan terjadinya perubahan- perubahan
yang memberikan nilai baru dalam kehidupannya.
Pada abad ini, pengertian tentang hukum merupakan pandangan baru atas
hidup, yaitu hidup sebagai perkembangpn manusia dan kebudayaan. Beberapa
pemikiran tokoh yang mencerminkan hal ini adalah Hegel (1770-1831), F. Von
Savigny (1779-1861), dan Karl Marx (1818-1883). Hegel menempatkan hukum
dalam keseluruhan perwujudan roh yang obyektif dalam kehidupan manusia. F
Von Savigny menentukan hukum sebagai unsur kebudayaan suatu bangsa yang
berubah dalam lintasan sejarah. Terakhir Karl Marx memandang sebagai cermin
situasi ekonomis masyarakat (Soetikno. 1986: 43-61).13
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
13
. Ibid, hal: 59
12
Renaissance berasal dari bahasa Latin yaitu kata “Re” berarti kembali dan
“naitre” berarti lahir.Pada jaman renaissance pendidikan yang berdasarkan pada
karya-karya sastra antik, termasuk penulisan sejarah dan filsafat moral, disebut
dengan istilah humanitas, sementara guru dalam studi “humanistis” sejak akhir
abad 15 disebut dengan istilah ‘umanista’. Ciri-ciri dari zaman Renaissance adalah
Antroposentris, Sekuler, dan .Diesseitigheit. salah satu tokoh pada zaman ini
adalah Thomas Aquino
Istilah Aufklarung berasal dari bahasa Jerman yang berarti “pencerahan”,
yang dalam bahasa Inggris dikenal dengan enlightenment peristiwa ini terjadi
pada 1695-1815. Pemikiran hukum zaman itu adalah suatu usaha untuk mengerti
hukum sebagai bagian suatu sistem pemikiran yang lengkap dan bersifat rasional
belaka.
Pada zaman empirisme terbagi menjadi 3 tahap. Abad XIX ditandai
perubahan besar disegala bidang, terutama akibat perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi. Perubahan yang dimulai dengan perkembangan ilmu pengetahuan,
penemuan alat-alat teknologi, hingga revolusi industri. Pada abad ini, pengertian
tentang hukum merupakan pandangan baru atas hidup, yaitu hidup sebagai
perkembangpn manusia dan kebudayaan.
B. Saran
Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan dapat
menambahwawasan serta pengetahuan pembaca. Selain itu, disarankan untuk para
pembacadisarankan agar membaca banyak buku maupun artikel yang berhubungan
dengan pandangan hukum pada zaman modern agar lebih memahami dan
mendapat banyak pengetahuan. Demikian makalah ini penulis susun penulis
menyadari masih banyakkesalahan dalam penulisan makalah ini. Maka dari itu,
kritik dan saran penulisharapkan guna memperbaiki penulisan makalah di lain
waktu.
13
DAFTAR PUSTAKA
DR. Theo Huijbers, Filsafat Hukum Dalam Lintasan Sejarah, Pustaka Filsafat
Penerbit Kanisius, 1982, hal. 51-67
Bertens.Dr.K. Sejarah Filsafat Yunani, Yogyakarta, 1975. hal. 43
Bertens. Dr.K Ringkasan Sejarah Filsafat, Yogyakarta , 1976.
Punadi Purbacaraka, Ridwan Halim.Filsafat Hukum Pidana.Jakarta :CV.Rajawali
1982.
Beerling,Dr.R.F.Filsafat dewasa ini, Jilid I, II, Jakarta, 1958.
Dirjarkara, Prof.Dr.N.Pertjikan Filsafat, Jakarta, 1966.
Rudi T.Erwin. Tanya jawab Filsafat Hukum.Jakarta : Aksara Baru, 1982.
Sutikno.Filsafat Hukum.Jakarta :CV.Prima,1973.
Op. Cit. Bernard L. Tanya. Et.Al. Hlm 64.
Op.Cit. Theo Huijbers. Hlm 31
Arief Sidharta, Tentang Pengembangan Hukum, Teori Hukum, dan Filsafat
Hukum, Bandung, Refika Aditama, hal: 58 (cet.1. 2007)
Ibid, hal: 59
14