Anda di halaman 1dari 17

PANDANGAN TENTANG HUKUM PADA ZAMAN MODERN

Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Hukum

Dosen Pengampu: Sri Rahayu Pujiastuti, S.H., M.H.

Disusun oleh :

Chafi Zania Lin Kauri 33010200086

Alda Fitri Astuti 33010200089

Familia Cahyawati 33010200093

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARIAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena


telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga
makalah ini bisa selesai pada waktunya.

Makalah ini telah dibuat dengan sumber sumber yang telah dikumpulkan.
Oleh karena itu kami mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah
berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga malah ini bisa disusun
dengan baik dan rapi.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para


pembaca. Terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari
kata sempurna, sehingga kami memerlukan kritik serta saran yang bersifat
membangun demi terciptanya makalah yang lebih baik lagi.

Salatiga, 03 April 2022

Kelompok 5

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................ii

DAFTAR ISI............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................1

A. Latar Belakang................................................................................................1

B. Rumusan Masalah...........................................................................................1

C. Tujuan Penulisan.............................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................3

A. Hukum Pada Zaman Renaissance.................................................................3

B. Hukum Pada Zaman Aukflarung..................................................................7

C. Hukum Pada Abad XIX................................................................................8

BAB III PENUTUP..................................................................................................13

A. Kesimpulan...................................................................................................13

B. Saran............................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................14

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemajuan yang terjadi di dunia Islam, ternyata memiliki daya tarik


tersendiri bagi mereka orang-orang Barat. Maka pada masa seperti inilah
banyak orang-orang Barat yang datang ke dunia Islam untuk mempelajari
filsafat dan ilmu pengetahuan. Kemudian hal ini menjadi jembatan
informasi antara Barat dan Islam. Dari pemikiran-pemikiran ilmiah,
rasional dan filosofis, atau bahkan sains Islam mulai ditransfer ke daratan
Eropa. Kontak antara dunia Barat dan Islam pada lima Abad berikutnya
ternyata mampu mengantarkan Eropa pada masa kebangkitannya kembali
(renaisance) pada bidang ilmu pengetahuan dan filsafat. Selanjutnya
berkembang pada era baru yaitu era modern.

Zaman modern berlangsung dalam tiga tahap; Pertama, masa


Renaissance mulai abad XV sampai pertengahan abad 17 (1650). Kedua,
zaman Rasionalisme yang berlangsung dari 1650 sampai 1800. Terakhir
zaman modern adalah era abad XIX yakni abad sesudah revolusi Perancis
dan pasca filsafat Kant (1804). Sebagian sejarawan filsafat menggabungkan
masa Renaissance dengan Abad Pertengahan bukan dengan zaman modern
dengan alasan bahwa pada zaman ini pengaruh filsafat Skolastik masih
terasa kuat sekali. Akan tetapi sebenarnya dalam zaman ini telah muncul
suasana dan gejala spiritualitas yang baru dan pengaruh filsafat
Nominalisme yang menentang Skolastik terus mendapat banyak pengikut.
Karenanya lebih tepat kalau masa ini dimasukkan ke dalam Zaman modern
walaupun sebagai era awal atau peralihan ke zaman modern.1

1
DR. Theo Huijbers, Filsafat Hukum Dalam Lintasan Sejarah, Pustaka Filsafat Penerbit Kanisius,
1982, hal. 51-67

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana hukum pada zaman Renaissance ?
2. Bagaimana hukum pada zaman Aukflarung ?
3. Bagaimana hukum pada abad XIX ?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui hukum pada zaman Renaissance.
2. Untuk mengetahui hukum pada zaman Aukflarung.
3. Untuk mengetahui hukum pada abad XIX.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A.Hukum Pada Zaman Renaissance

Pada tahun 1000an telah terjadi suatu perang besar dan berkepanjangan
yang terkenal dengan sebutan Perang Salib. Sebagai penyebabnya adalah karena
“tanah suci” (Israel sekarang) secara silih berganti diduduki atau dikuasai oleh raja-
raja Islam. Masyarakat Barat yang Kristen dan yang menganggap tanah suci itu
sebagai milik mereka berusaha merebutnya dari para penguasa Islam. Dalam
perang tersebut para prajurit Kristen  memang menggunakan tanda-tanda salib pada
pakaian dan persenjataan mereka, disamping juga memang dipimpin oleh para raja
Kristen.2

Perang salib tersebut berlangsung berkepanjangan, bahkan bangsa-bangsa


Barat yang datang ke Indonesia pada akhir abad 16 masih diliputi oleh suasana
perang tersebut. Sebagai akibatnya adalah terjadinya konflik-konflik dengan
pedagang-pedagang Islam dari Timur Tengah yang telah terlebih dahulu datang ke
Indonesia dan juga dengan para penguasa Islam setempat. 

Namun demikian juga terdapat dampak positif dari perang tersebut, yaitu
terjadinya kontak kebudayaan, dan lebih dari itu bangsa Eropa mulai terbuka dan
mengakui ketinggian kebudayaan Timur tengah dan Asia. Mereka menyaksikan
kemewahan-kemewahan yang tidak dijumpai di Eropa, komoditi-komoditi baru
seperti rempah-rempah, lada, cengkeh dan lain sebagainya. Mereka akhirnya juga
mengakui bahwa bahwa dalam bidang kerajinan, kesenian, tehnologi, bangsa

2
Bertens.Dr.K. Sejarah Filsafat Yunani, Yogyakarta, 1975. hal. 43

3
Timur Tengah dan Asia ternyata tidak kalah maju dibandingkan dengan bangsa-
bangsa Eropa.

Perkembangan selanjutnya adalah terjadinya kontak perdagangan antara


Barat dan Timur yang sangat menguntungkan bangsa-bangsa Barat. Munculah
kota-kota dagang di Eropa Barat seperti Venesia, Leevant, Bologna dan
sebagainya. Kota-kota dagang tersebut terus berkembang dengan segala kekayaan
dan kemewahannya, akan tetapi juga saling berdiri sendiri (otonom) seperti kota-
kota di Yunani . Persaingan antar kotapun tak dapat dihindarkan, bahkan jika perlu
dengan menggunakan kekuatan militer untuk merebut dan menguasai kota-kota di
sekitarnya.3

Oleh karena itulah setiap kota berusaha untuk paling tidak mempertahankan
diri dengan menggunakan tentara sewaan. Hal inilah yang akhirnya mendorong
munculnya kesatuan-kesatuan militer komersial yang bisa disewa oleh siapapun
yang mampu membayarnya, yang disebut dengan istilah mercenary (Condittier). 
Sebagai akibat lebih lanjut meletuslah kekacauan-kekacauan (anarkhi) di kota-kota
dagang yang kaya.

Pada sisi lain masyarakat pada kota-kota yang kaya mulai meragukan atau
paling tidak mempertanyakan kebudayaan mereka sendiri yang selama itu dianggap
paling unggul (Kristen) di seluruh bumi dengan cara mempelajari koleksi
perpustakaan-perpustakaan di biara-biara dan gereja-gereja. Akhirnya mereka
menemukan kembali karya-karya kebudayaan Yunani yang sangat mengagumkan,
baik berupa karya sastra, filsafat, arsitektur, kisah-kkisah kepahlawanan, ilmu
pengetahuan dan sebagainya. Mulai saat itulah bangsa Eropa Barat betul-betul
kembali menengok ke belakang yaitu ke jaman Yunani dan Romawi, yang

3
Bertens. Dr.K Ringkasan Sejarah Filsafat, Yogyakarta , 1976.

4
menandai perubahan yang dahsyat yang dijiwai oleh pandangan hidup atau
kebudayaan Yunani, dan lazim disebut dengan istilah Renaissance.4

Menurut para ahli sejarah terdapat beberapa faktor yang menandakan


datangnya zaman baru, yang disertai mentalis baru juga. Titik tolaknya ialah
kenyataan bahwa pada abad ke-15 orang-orang terdidik di Italia mulai menimba
inspirasi segar pada zaman klasik yakni pada kebudayaan yunani dan romawi kuno.
Sebab itu zaman baru merupakan awal zaman moderen.

 Pengertian Zaman Renaissance

         Secara etimologi Renaissance berasal dari bahasa Latin yaitu kata “Re”


berarti kembali dan “naitre” berarti lahir. Secara bebas kata Renaissance dapat
diartikan sebagai masa peralihan antara abad pertengahan ke abad modern yang
ditandai dengan lahirnya berbagai kreasi baru yang diilhami oleh kebudayaan
Eropa Klasik (Yunani dan Romawi) yang lebih bersifat duniawi.

        Pengertian yang paling umum dan sederhana dari renaissance adalah


penemuan kembali atau kelahiran  kembali (‘renasci’ dari bahasa Latin yang
berarti dilahirkan kembali) dari kebudayaan antik (Yunani kuno), termasuk di
antaranya para sejarawannya. Zaman  renaissance ini ditandai dengan tidak
terikatnya lagi alam pikiran manusia dari ikatan-ikatan keagamaan, manusia
menemukan kembali kepribadiannya.

Dalam dunia pemikiran hukum, lahirnya zaman ini menimbulkan pula adanya
pendapat bahwa rasio manusia tidak lagi dapat dilihat sebagai suatu penjelmaan
dari rasio Tuhan. Rasio manusia terlepas dari keterlibatan Ketuhanan. dan rasio
manusia yang berdiri sendiri ini merupakan sumber satu-satunya dari hukum.
Pemikiran ini tampak jelas dikumandangkan oleh para penganut hukum alam yang

4
Punadi Purbacaraka, Ridwan Halim.Filsafat Hukum Pidana.Jakarta :CV.Rajawali 1982.

5
rasionalistis maupun juga misalnya dari penganut paham positivisme hukum.
Unsur logika manusia merupakan unsur penting dalam pembentuan hukum.5

         Dibandingkan dengan  jaman abad tengah bisa dikatakan tidak terdapat studi
yang sungguh-sungguh atas sejarah kuno, dan pengetahuan akan  jaman kuno di
Barat pada waktu itu sangat terbatas. Walaupun terdapat pengaruh penulisan
sejarah Yunani terhadap sejarah abad tengah, akan tetapi pengaruh itu hanya
terbatas pada beberapa penulis atau sejarawan saja. Pada jaman Renaissance paling
tidak sebanyak ¾ karya sastra Latin ditemukan kembali. Artinya lebih dari cukup
kesusasteraan dan historiografi Yunani dilahirkan kembali. Hal itu terutama juga
sehubungan dengan masih adanya kontak-kontak dengan Kerajaan Yunani
Bizantium.

          Pada jaman renaissance pendidikan yang berdasarkan pada karya-karya


sastra antik, termasuk penulisan sejarah dan filsafat moral, disebut dengan
istilah ‘humanitas’ (sementara istilah humanisme baru muncul pada abad 19),
sementara guru dalam studi “humanistis” sejak akhir abad 15 disebut dengan
istilah ‘umanista’. Berbeda dengan  penulis-penulis jaman Abad Pertengahan, para
humanis ingin mempelajari semua para pengarang antik. Bahkan mereka ingin
mengambil alih rasa gaya antik dan keindahan antik. Gerakan untuk menemukan
kembali dan penghargaan terhadap kebudayaan kuno dengan melakukan 
pemeliharaan sumber-sumber lama sehingga bisa ditata seperti keadaan semula
pada awalnya memang hanya terjadi di Itali pada awal abad 14. Baru pada awal
abad 15 hal itu juga dilakukan di  negeri-negeri lain seperti Inggris, Jerman,
Belanda dan sebagainya.6

 Ciri-Ciri Zaman Renaissance

5
Beerling,Dr.R.F.Filsafat dewasa ini, Jilid I, II, Jakarta, 1958.
6
Dirjarkara, Prof.Dr.N.Pertjikan Filsafat, Jakarta, 1966.

6
 Bertolak belakang dengan masyarakat abad pertengahan, kebudayaan
jaman renaissance memupunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1. Antroposentris, yaitu pandangan hidup yang menganggap bahwa manusia


adalah pusat segalanya di dunia ini, sehingga baik buruknya segala sesuatu di dunia
ini, demikian pula sejarah manusia adalah ditentukan atau berpusat pada manusia
itu sendiri.

2. Sekuler, yaitu pandangan hidup yang bersifat keduniawian, dimana segala


sesuatu diukur atau berorientasi kepada kehidupan dunia yang bersifat material.

3. Diesseitigheit, yaitu pandangan hidup yang menganggap bahwa dalam


kehidupan ini yang terpenting adalah justru di dunia fana ini. Semboyannya
adalah “carpidiem” yang berarti nikmatilah hidup ini.

Bagi para pemikir tentang hukum perubahan-perubahan di


zaman Renaissance besar artinya yaitu  :

1.   Sesuai dengan mentalis baru pembentukan hukum di anggap sebagai kebijakan
manusia di dunia.

2.   Organisasi negara nasional disertai permikiran tentang peraturan hukum yang tepat,
baik untuk dalam negeri, maupun untuk hubungan dengan luar negeri (hukum
internasional).

3.   Oleh sebab peraturan-peraturan yang berlaku bagi negara dibuat atas perintah-
perintah raja-raja, raja dipandang sebagai pencipta hukum.7

Sehingga dapat dikatakan bahwa sejak zaman baru, tekanan tidak terletak lagi
atas hukum alam, yang diluar kebijakan manusia melainkan atas hukum positif.
Namun pada umumnya filsuf-filsuf zaman itu menerima juga adanya hukum alam

7
Rudi T.Erwin. Tanya jawab Filsafat Hukum.Jakarta : Aksara Baru, 1982.

7
yang terdapat didalam akal budi manusia, yaitu tentang perlunya hukuman apabila
ditentukan adanya.

  

 Para Tokoh  Zaman Renaissance

Tokoh-tokoh filsuf hukum pada zaman renaissance yaitu :

1). Thomas Aquino (abad ke 12) yang mengintegrasikan unsur-unsur pandangan Stoa,
ajaran Kristen dan filsafat Aristoteles ke dalam suatu filsafat yang komprehensif
merupakan kulminasi dari hukum. Dialah yang mengemukakan gagasan empat
jenis hukum yang merupakan hasil dari ada usaha-usaha mempertemukan
perbedaan di antara Yuris Romawi tentang definisi-definisi hukum dan klasifikasi
cabang-cabangnya. Sehingga dapat dibedakan empat jenis hukum yaitu:

a). Lex aeterna (hukum abadi), suatu ekspresi peraturan alam semesta secara rasional
dari   Tuhan

b). Lex divina (hukum Illahi), yang membimbing manusia menuju tujuan


supernaturalnya, hukum Tuhan yang diwahyukan melalui kitab suci.

c). Lex naturalis (hukum alam), yang membimbing manusia menuju tujuan


alamiahnya, hasil partisipasi manusia dalam hukum kosmik.

d). Lex humana (hukum manusia), mengatur manusia dalam hubungan antara manusia


dalam suatu masyarakat tertentu dalam kerangka tuntutan-tuntutan khusus dalam 
masyarakat tersebut.

2). Jean Bodin (abad ke 14) adalah tokoh yang menyusun ”Les six livres de
Larepublique” , dia adalah orang pertama yang mengatakan bahwa kebiasaan
memperoleh kekuatan hukum (legal authority) pada pengesahan oleh penguasa
secara diam-diam.

8
3). Fransisco de victoria (1492-1546) seorang Spanyol yang memberi inspirasi hukum
internasional, demikian juga Grotius (1625), yang menulis ”De Jure Belli as Pacis”,
di mana ia mengembangkan gagasan tentang suatu peperangan yang adil (jus war),
suatu topik yang mempersoalkan masalah sanksi dalam hukum internasional. 

4).  Niccolo Machiavelli (1469-1527). Ia dilahirkan di Florence, dan sejak 1494, ketika
Florence diduduki Perancis, ia menjabat sebagai pegawai dalam bidang politik
tingkat tinggi di Republik Florence. Bukunya yang amat terkenal adalah Principe
(Penguasa, Raja), adalah semacam buku pelajaran mengenai kekuasaan politik,
rangkuman pidato-pidato kuliah dari para pengarang antik (Yunani), pengalaman-
pengalaman kerjanya termasuk kegagalannya.

Disamping itu ia juga mengajukan teori negara berdasarkan sistem politik


tersebut yaitu Monarkhi, Republik, Diantara Monarkhi dan Republik terdapat
bentuk Oligarkhi. Machiavelli juga mengajukan teori bahwa semua orang juga
harus diperlakukan sama di depan hukum (equality) dan hukum itu sendiri harus
obyektif.8

B. Hukum Zaman Aufklarung (1700-1800M)


Istilah Aufklarung berasal dari bahasa Jerman yang berarti
“pencerahan”, yang dalam bahasa Inggris dikenal dengan enlightenment
peristiwa ini terjadi pada 1695-1815. Dimasa ini manusia optimis pada
kemapuannya untuk menciptakan kemajuan yang dapat memberikan cahaya
baru, dalam hal ini adalah kemajuan ilmu pengetahuan. Pada era yang diwarnai
“kekuasaan” akal atau rasio manusia, yaitu individu-individu yang rasional,
bebas dan otonom. Yang mampu menentukan jalan yang dianggap baik bagi
dirinya, termasuk dalam membentuk institusi hidup bersama. Pemahaman
tentang negara yang tidak dianggap sebagai lembaga alamiah. Tetapi
merupakan “mahluk buatan” dari manusia yang bebas dan rasional.
8
Sutikno.Filsafat Hukum.Jakarta :CV.Prima,1973.

9
Negara, berikut tatanan yang ada di dalamnya ditentukan secara
rasional dan objektif.9 Meski hidup dala negara, masing-masing individu
memiliki hak untuk mengembangkan dirinya dalam tuntunan rasio yang
dimiliki masing-masing individu. Maka di sini muncul teori tentang hukum
sebagai tatan perlindungan hak-hak azasi manusia. Teori tersebut merupakan
jawaban strategis mengenai “tertib hidup” manusia zaman itu di tengah sistem
situasi khas era itu. Pemikir-pemikir utama di era ini, antara lain John Locke,
Montesquieu, Rousseau dan Immanuel Kant.10
Pada abad ke 17 (tujuh belas) dan ke 18 (delapan belas), kepercayaan
kepada kekuatan akal budi makin bertambah. Sebab itu zaman itu disebut
zaman rasionalisme atau Aufklarung (zaman pencerahan atau zaman terang
budi). Pemikiran hukum zaman itu adalah suatu usaha untuk mengerti hukum
sebagai bagian suatu sistem pemikiran yang lengkap dan bersifat rasional
belaka. Dalam usaha tersebut para pemikir bertolak dari arti hukum sebagai
kaidah-kaidah yang berlaku dalam negara, lalu menyelediki manakah prinsip-
prinsip umum hukum yang berlaku di mana-mana karena berzaskan pada akal
budi tiap-tiap manusia.
Ternyata di sini hukum positif merupakan objek pemikiran yang
utama. Namun pada umumnya diakui juga adanya suatu hukum kodrat yang
berasal dari akal budi manusia juga dan berfungsi sebagai dasar hukum
positif.11 Pada akhir abad ke VIII, suatu era baru dalam kehidupan politik mulai
diwujudkan di Amerika (1776), di Perancis (1789). Revolusi Perancis itu
berdasarkan semboyan : liberte, egalite, fraterniti. Dituntut tata hukum baru atas
dasar kedaulatan rakyat. Tata hukum itu dibentuk oleh para sarjana Perancis,
atas perintah Kaisar Napoleon. Code civil atau Code Napoleon itu (1804)
menjadi sumber kodeks banyak negara modern, antara lain Belanda dan
Indonesia. Pemikir pemikir pada zaman ini diantaranya : Christian Wolf (1679-
1754), Montesqieu (1689-1755), Voltaire (1694-1778), J.J. Rousseau (1712-
1778), Immanuel Kant (1724-1804).
9
Op. Cit. Bernard L. Tanya. Et.Al. Hlm 64.
10
Ibid hlm.59
11
Op.Cit. Theo Huijbers. Hlm 31

10
C. Hukum Abad XIX

1. Pandangan Ilmiah atas Hukum

Pada zaman ini empirisme yang menekankan perlunya bisnis empiris bagi
semua pengertian berkembang menjadi positivisme yang menggunakan metoda
Pengolahan ilmiah. dasar dari aliran ini digagas oleh Augus Comte (1789-1857),
Seorang filusuf Prancis yang menyatakan bahwa sejarah kebudayaan manusia
dibagi dalam tiga tahap: tahap pertama adalah tahap teologis yaitu tahap dimana
Orang mencari kebenaran dalam agama, tahap kedua adalah tahap metafisis yaitu
tahap dimana orang mencari kebenaran melalui filsafat, tahap ketiga adalah tahap
Positif yaitu tahap dimana kebenaran dicari melalui ilmu-ilmu pengetahuan.

Menurut Comte yang terahir inilah yang merupakan icon dari zaman
modern (Comte1874:2). Bagi filsafat hukum, hukum diabad pertengahan amat
dipengaruhi Oleh pertimbangan-pertimbangan teologis. Sedangkan rentang waktu
dari Rennaissence hingga kira-kira pertengahan abad ke-19 termasuk dalam tahap
Metafisis. Ajaran hukum alam klasik maupun filsafat-filsafat hukum revolusioner
yang didukung oleh Savigny, Hegel dan Marx diwarnai oleh unsur-unsur metafisis
tertentu. Teori-teori ini menootni menjelaskan sifat hukum dengan menunjuk
kepada ide-ide tertentu dan prinsip-prinsip tertinggi. Pada pertengahan abad ke-19
sebuah gerakan mulai menentang tendensi-tendesi metafisika yang ada pada abad-
abad sebelumnya. Gerakan ini mungkin dijelaskan sebagai positivisme, yaitu
Sebuah sikap ilmiah menolak spekulasi-spekulasi apriori dan membatasi dirinya
Pada data pengalaman (Muslehuddin 1991 27-28).12

2. Pandangan Historis atas Hukum

Abad XIX ditandai perubahan besar disegala bidang, terutama akibat


perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perubahan yang dimulai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan, penemuan alat-alat teknologi, hingga revolusi

12
Arief Sidharta, Tentang Pengembangan Hukum, Teori Hukum, dan Filsafat Hukum, Bandung,
Refika Aditama, hal: 58 (cet.1. 2007)

11
industri dan terjadinya perubahan-perubahan sosial beserta masalah-masalah sosial
yanng muncul kemudian memberi ruang kepada para sarjana untuk berpikir tentang
gejala perkembangan itu sendiri. Pada abad-abad sebelumnya, orang merasa
kehidupan manusia sebagai suatu yang konstan yang hampir tidak berbeda dengan
kehidupan masa lalu. Pada abad ini perasaan itu hilang, orang telah sadar tentang
segi historis kehidupannya, tentang kemungkinan terjadinya perubahan- perubahan
yang memberikan nilai baru dalam kehidupannya.

Pada abad ini, pengertian tentang hukum merupakan pandangan baru atas
hidup, yaitu hidup sebagai perkembangpn manusia dan kebudayaan. Beberapa
pemikiran tokoh yang mencerminkan hal ini adalah Hegel (1770-1831), F. Von
Savigny (1779-1861), dan Karl Marx (1818-1883). Hegel menempatkan hukum
dalam keseluruhan perwujudan roh yang obyektif dalam kehidupan manusia. F
Von Savigny menentukan hukum sebagai unsur kebudayaan suatu bangsa yang
berubah dalam lintasan sejarah. Terakhir Karl Marx memandang sebagai cermin
situasi ekonomis masyarakat (Soetikno. 1986: 43-61).13

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

13
. Ibid, hal: 59

12
Renaissance berasal dari bahasa Latin yaitu kata “Re” berarti kembali dan
“naitre” berarti lahir.Pada jaman renaissance pendidikan yang berdasarkan pada
karya-karya sastra antik, termasuk penulisan sejarah dan filsafat moral, disebut
dengan istilah humanitas, sementara guru dalam studi “humanistis” sejak akhir
abad 15 disebut dengan istilah ‘umanista’. Ciri-ciri dari zaman Renaissance adalah
Antroposentris, Sekuler, dan .Diesseitigheit. salah satu tokoh pada zaman ini
adalah Thomas Aquino
Istilah Aufklarung berasal dari bahasa Jerman yang berarti “pencerahan”,
yang dalam bahasa Inggris dikenal dengan enlightenment peristiwa ini terjadi
pada 1695-1815. Pemikiran hukum zaman itu adalah suatu usaha untuk mengerti
hukum sebagai bagian suatu sistem pemikiran yang lengkap dan bersifat rasional
belaka.
Pada zaman empirisme terbagi menjadi 3 tahap. Abad XIX ditandai
perubahan besar disegala bidang, terutama akibat perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi. Perubahan yang dimulai dengan perkembangan ilmu pengetahuan,
penemuan alat-alat teknologi, hingga revolusi industri. Pada abad ini, pengertian
tentang hukum merupakan pandangan baru atas hidup, yaitu hidup sebagai
perkembangpn manusia dan kebudayaan.

B. Saran
Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan dapat
menambahwawasan serta pengetahuan pembaca. Selain itu, disarankan untuk para
pembacadisarankan agar membaca banyak buku maupun artikel yang berhubungan
dengan pandangan hukum pada zaman modern agar lebih memahami dan
mendapat banyak pengetahuan. Demikian makalah ini penulis susun penulis
menyadari masih banyakkesalahan dalam penulisan makalah ini. Maka dari itu,
kritik dan saran penulisharapkan guna memperbaiki penulisan makalah di lain
waktu.

13
DAFTAR PUSTAKA

DR. Theo Huijbers, Filsafat Hukum Dalam Lintasan Sejarah, Pustaka Filsafat
Penerbit Kanisius, 1982, hal. 51-67
Bertens.Dr.K. Sejarah Filsafat Yunani, Yogyakarta, 1975. hal. 43
Bertens. Dr.K Ringkasan Sejarah Filsafat, Yogyakarta , 1976.
Punadi Purbacaraka, Ridwan Halim.Filsafat Hukum Pidana.Jakarta :CV.Rajawali
1982.
Beerling,Dr.R.F.Filsafat dewasa ini, Jilid I, II, Jakarta, 1958.
Dirjarkara, Prof.Dr.N.Pertjikan Filsafat, Jakarta, 1966.
Rudi T.Erwin. Tanya jawab Filsafat Hukum.Jakarta : Aksara Baru, 1982.
Sutikno.Filsafat Hukum.Jakarta :CV.Prima,1973.
Op. Cit. Bernard L. Tanya. Et.Al. Hlm 64.
Op.Cit. Theo Huijbers. Hlm 31
Arief Sidharta, Tentang Pengembangan Hukum, Teori Hukum, dan Filsafat
Hukum, Bandung, Refika Aditama, hal: 58 (cet.1. 2007)
Ibid, hal: 59

14

Anda mungkin juga menyukai