Di ajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran Sejarah Indonesia
Disusun Oleh:
Kelompok 3
Herli
Zidan
Najib
Gilang
Betran
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatnya sehingga makalah
ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih
kepada Bpk. Jumroni selaku guru Mata Pelajaran Sejarah. Dalam makalah ini kami
membahas materi tentang “ KERAJAAN-KERAJAAN ISLAM DI MALUKU”.
Suatu kebahagiaan untuk kami bisa menyelesaikan makalah ini dengan baik dan dapat
menambah pengetahuan mendalami sejarah bangsa indonesia yang tercinta ini.
Di sisi lain kami juga berfikir keras untuk menyelesaikan makalah ini dengan senang
hati dan penuh dengan kesabaran kami kerjakan makalan ini dengan sebaik mungkin sesuai
dengan kemampuan kami bersama. Kami berharap dengan membuat makalah ini bisa
bermanfaat untuk teman-teman kami untuk membantu dalam proses belajarnya dan agar
dapat mengetahui proses masuknya islam di Maluku.
Tim Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................2
2.1.4 Refleksi............................................................................................................4
3.1 Kesimpulan................................................................................................................12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Kerajaan Ternate adalah kerajaan terbesar di kepulauan ini. Islam masuk ke wilayah
ini sejak tahun 1440. Sehingga, saat Portugis mengunjungi Ternate pada tahun 1512, raja
ternate adalah seorang Muslim, yakni Bayang Ullah. Kerajaan lain yang juga menjadi
representasi Islam di kepulauan ini adalah Kerajaan Tidore yang wilayah teritorialnya cukup
luas meliputi sebagian wilayah Halmahera, pesisir Barat kepulauan Papua dan sebagian
kepulauan Seram.
Ada juga Kerajaan Bacan. Raja Bacan pertama yang memeluk Islam adalah Raja
Zainulabidin yang bersyahadat pada tahun 1521. Di tahun yang sama berdiri pula Kerajaan
Jailolo yang juga dipengaruhi oleh ajaran-ajaran Islam dalam pemerintahannya.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Bentuk dan motivasi masuknya Islam ke Maluku tidak bisa dibicarakan lepas
dari bentangan perjalanannya dari Malaka dan Jawa. Mengambil titik berangkat dari
situ, berarti kita diajak untuk melihat metode-metode dasar yang dipakai para
khalifah, yakni melalui tindakan ekonomi (perdagangan). Tetapi kemudian bagaimana
mereka berhasil mengadaptasi diri di dalam masyarakat, dan membangun komunikasi
dengan para pemimpin lokal di suatu wilayah (aspek politik), serta juga menggunakan
mekanisme-mekanisme kebudayaan sebagai cara mengadaptasi diri secara efektif
(aspek kebudayaan).
Setidaknya, dari sisi metode kebudayaan, setiap jejak yang ditinggalkan Islam
di satu daerah juga meninggalkan bukti bahwa Islam sangat intens berdialog dengan
kebudayaan masyarakat setempat. Contoh paling sederhana adalah ketika ada
peninggalan mesjid-mesjid yang khas Jawa, Banten, atau juga mesjid-mesjid yang
khas Maluku (seperti Mesjid Wapauwe di Hila). Titik berangkat itu yang membuat
pertemuan Islam dengan Kerajaan Ternate berlangsung tanpa masalah yang berarti.
Kerangka kebudayaan orang-orang Ternate malah dijadikan sebagai batu loncatan
dalam melebarkan ajaran-ajaran Islam sampai ke pelosok-pelosok. Para ulama lokal,
malah nekat bertandang ke Gresik dan Tuban untuk memperdalam ilmu Islam, dan
kembali menyebar Islam di negerinya itu.
2
Pendekatan yang sama pun digunakan ketika Islam mulai masuk ke Ambon,
melalui Hitu. Dialog yang intens dengan kebudayaan kembali terjadi di situ. Dan itu
merupakan bukti bahwa perdagangan atau aspek ekonomi hanya menjadi instrumen
yang mendorong Islam bergerak dari suatu tempat ke tempat lain, tetapi kebudayaan
menjadi instrumen yang membangun rasa keislaman yang tinggi di dalam hidup
masyarakat.
Ketika Islam masuk ke Indonesia kekuatan koloni Eropa belum bergerak, atau
dominasi perdagangan rempah-rempah masih dipegang oleh pedagang Cina dan Arab.
Ketika masuk ke Indonesia, Islam merajai jalur-jalur perdagangan yang penting
seperti: pesisir Sumatera di selat Malaka, semenanjung Malaya, pesisir utara Jawa,
Brunei, Sulu dan Maluku. Jalur perdagangan kayu cendana di Timor dan Islam masih
tetap menjadi wilayah non-Islam, dan kurang diminati pada pedagang Islam.
Politik damai itu melahirkan simpati kelompok lokal yang semula memeluk
agama asli (agama suku) menjadi penganut Islam yang rajin. Bahkan hal itu pun
terlihat ketika negeri-negeri Hatuhaha Amarima kemudian menjadi pusat
kemashyuran Islam tertua di Lease. Untuk yang satu ini memang perlu penelitian
lebih mendalam, sebab Islam Hatuhaha Amarima memiliki tatanan ritus Islami yang
khas dan kontekstual, seperti ritus Puasa dan Haji.
3
2.1.3 Islam Maluku: Adaptasi Bahasa
Islam Maluku adalah suatu sintesa rampat mengenai bagaimana agama masuk
melalui cara membahasa orang setempat. Maka dari itu Islam di Maluku disebut
sebagai suatu gerakan agama yang khas.
Pada sisi ini, Islam Maluku adalah suatu hasil adaptasi kebudayaan yang
sangat penting. Dalam adaptasi itu bagaimana struktur bahasa setempat dijadikan
sebagai mekanisme penyebaran ajaran agama, dan ditempatkan sebagai unsur yang
penting.
Hal ini yang membuat corak kultural di dalam Islam begitu kuat, karena itu
agamanya menjadi gampang diterima dan dipandang sebagai agama yang “membawa
damai”. Unsur kedamaian yang dirasakan itu adalah ketika masyarakat tetap
berkomunikasi dengan bahasanya, sehingga mereka tidak merasa teralienasi dari
kelompok besar.
Memang dalam menentukan corak kultural kepada Islam Maluku kita perlu
mempertimbangkan kembali beberapa hal seperti, sejauhmana Islam Maluku itu
memanfaatkan ritus-ritus adat sebagai suatu bentuk kontekstualisasinya. Oleh karena
itu adaptasi Islam Maluku ke dalam bahasa setempat memperlihatkan suatu corak
beragama yang unik
2.1.4 Refleksi
Agama memiliki ruang guna yang efektif jika agama itu dimengerti sebagai
produk kebudayaan masyarakat setempat, dan akan semakin efektif jika dibangun
4
dalam fondasi-fondasi kontekstual, suatu usaha menjadikan dirinya bagian yang co-
inside dengan masyarakat pemeluknya.
5
budaya, agama, bahasa, ekonomi, bahkan politik dan militer. Terang saja karena para
pedagang pada waktu itu berasal dari berbagai bangsa.
Sejak berubah dari "kolano" menjadi kesultanan pada sekitar abad 17, keempatnya
secara politis berusaha mengembangkan pengaruhnya ke berbagai tempat, khususnya ke arah
timur dan selatan. Tidore, antara lain dapat memasukkan pantai barat Papua ke dalam
wilayahnya. Ternate berhasil meluaskan pengaruh dan wilayahnya hingga sebagian Sulawesi,
sebagian Papua, Ambon, Lease, Seram, Buru, dan Banda. Sementara itu, Bacan "gagal"
meluaskan pengaruhnya, namun tetap eksis sebagai kesultanan yang mandiri. Lain halnya
dengan Jailolo yang bergabung dengan Ternate dan Tidore.
Akibat dinamika politik dan militer dalam perluasan wilayah tersebut, berbuntut pada
retaknya "moloku kie raha." Berbagai perang antara mereka sering terjadi, termasuk perang
dagang. Hal ini diperparah oleh pengaruh Barat, khususnya Belanda, dengan segala sistem
ekonomi dan militernya. Silih berganti Belanda memihak, dan silih berganti mendapat
berbagai keuntungan dari pihak yang "dibelanya," baik secara politik maupun ekonomi.
Kesultanan Ternate mengurusi perkara agama yang ditangani oleh Jou Kalim dan para
stafnya, yang disebut juga sebagai Bobato Akhirat. Sedangkan perkara budaya ditangani oleh
Kimalaha dan para stafnya, yang disebut juga sebagai Bobato Dunia.
6
Selain itu, wilayah Kesultanan Jailolo adalah salah satu sumber penghasil cengkih di
Kepulauan Maluku. Kesultanan Jailolo telah berdiri sejak abad ke-13 Masehi. Pada
abad ke-17, kesultanan ini mengalami keruntuhan. Wilayah-wilayahnya kemudian
terbagi menjadi bagian dari Kesultanan Tidore dan Kesultanan Ternate.
Kesultanan Jailolo didirikan kembali secara adat setelah era reformasi dimulai
pada tahun 1998. Bersamaan dengan itu, komunitas adat Moloku Kie Raha dibentuk
kembali. Selama periode 2002–2017, telah terpilih empat keturunan dari Kesultanan
Jailolo sebagai pemimpin adat. Kesultanan Jailolo tidak memiliki banyak peninggalan
arkeologi. Bekas Istana Kesultanan Jailolo tidak ditemukan sama sekali. Peninggalan
yang tersisa hanya berupa benteng, masjid, dan makam kuno.
A. Wilayah Kekuasaan
7
kehidupan masyarakatnya. Al-Qur'an dan nasihat para leluhur menjadi sumber
hukum utama dalam menjalankan hubungan sosial. Kehidupan masyarakat
sepenuhnya diatur oleh adat yang dikenal sebagai Adat Se Atorang.
Kesultanan Ternate atau juga dikenal dengan Kerajaan Gapi adalah salah satu
dari 4 kerajaan Islam di Kepulauan Maluku dan merupakan salah satu kerajaan Islam
tertua di Nusantara. Didirikan oleh Baab Mashur Malamo pada tahun 1257.
Kesultanan Ternate memiliki peran penting di kawasan timur Nusantara antara abad
ke-13 hingga abad ke-19. Kesultanan Ternate menikmati kegemilangan di paruh abad
ke-16 berkat perdagangan rempah-rempah dan kekuatan militernya. Pada masa jaya
kekuasaannya membentang mencakup wilayah Maluku, Sulawesi bagian utara, timur
dan tengah, bagian selatan kepulauan Filipina hingga sejauh Kepulauan Marshall di
Pasifik. Saat ini takhta kesultanan dijabat oleh Sultan Syarifuddin Bin Iskandar
Muhammad Djabir Sjah yang menjabat sejak tahun 2016 menggantikan Sultan
Mudaffar Syah II.
A. Asal-Usul
Pulau Gapi (kini Ternate) mulai ramai di awal abad ke-13. Penduduk
Ternate awal merupakan warga eksodus dari Halmahera. Awalnya di Ternate
8
terdapat 4 kampung yang masing-masing dikepalai oleh seorang momole
(kepala marga). Merekalah yang pertama–tama mengadakan hubungan dengan
para pedagang yang datang dari segala penjuru mencari rempah–rempah.
Penduduk Ternate semakin heterogen dengan bermukimnya pedagang Arab,
Jawa, Melayu dan Tionghoa. Oleh karena aktivitas perdagangan yang semakin
ramai ditambah ancaman yang sering datang dari para perompak maka atas
prakarsa Momole Guna pemimpin Tobona diadakan musyawarah untuk
membentuk suatu organisasi yang lebih kuat dan mengangkat seorang
pemimpin tunggal sebagai raja.
Tak ada sumber yang jelas mengenai kapan awal kedatangan Islam di
Maluku Utara khususnya Ternate. Namun diperkirakan sejak awal berdirinya
kerajaan Ternate masyarakat Ternate telah mengenal Islam mengingat
banyaknya pedagang Arab yang telah bermukim di Ternate kala itu. Beberapa
raja awal Ternate sudah menggunakan nama bernuansa Islam namun kepastian
mereka maupun keluarga kerajaan memeluk Islam masih diperdebatkan.
Hanya dapat dipastikan bahwa keluarga kerajaan Ternate resmi memeluk
Islam pertengahan abad ke-15.
Pada tahun 1521, Sultan Mansur dari Tidore menerima Spanyol sebagai
sekutu untuk mengimbangi kekuatan Kesultanan Ternate saingannya yang bersekutu
dengan Portugal. Setelah mundurnya Spanyol dari wilayah tersebut pada tahun 1663
karena protes dari pihak Portugal sebagai pelanggaran terhadap Perjanjian Tordesillas
1494, Tidore menjadi salah satu kerajaan paling merdeka di wilayah Maluku.
Terutama di bawah kepemimpinan Sultan Saifuddin (memerintah 1657-1689), Tidore
berhasil menolak pengusaan VOC terhadap wilayahnya dan tetap menjadi daerah
merdeka hingga akhir abad ke-18.
A. Awal Perkembangan
10
Kesultanan Tidore mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan
Sultan Nuku (1780-1805 M). Sultan Nuku dapat menyatukan Ternate dan
Tidore untuk bersama-sama melawan Belanda yang dibantu Inggris. Belanda
kalah serta terusir dari Tidore dan Ternate. Sementara itu, Inggris tidak
mendapat apa-apa kecuali hubungan dagang biasa. Sultan Nuku memang
cerdik, berani, ulet, dan waspada. Sejak saat itu, Tidore dan Ternate tidak
diganggu, baik oleh Portugal, Spanyol, Belanda maupun Inggris sehingga
kemakmuran rakyatnya terus meningkat. Wilayah kekuasaan Tidore cukup
luas, meliputi Pulau Seram, sebagian Halmahera, Raja Ampat, dan sebagian
Papua. Pengganti Sultan Nuku adalah adiknya, Sultan Zainal Abidin. Ia juga
giat menentang Belanda yang berniat menjajah kembali Kepulauan Maluku.
C. Kemunduran
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Islamisasi di kepulauan Maluku dimulai pada awal abad 14 Masehi. Dalam buku
Islamisasi dan Perkembangan Kerajaan-Kerajaan Islam di Indonesia (2012) karya Daliman,
proses penyebaran agama Islam di Maluku tidak bisa terlepas dari peran ulama dan mubalig
Jawa. Sunan Giri pada tahun 1486 memperkenalkan Islam kepada Raja Ternate bernama
Zainal Abidin. Raja tersebut mendapatkan ajaran Islam dari pesantren Sunan Giri.
Kerajaan Ternate berdiri pada sekitar abad 13 Masehi. Kerajaan ini terletak di
Maluku Utara dan memiliki ibukota di Sampalu.
12
Kerajaan Ternate sering disinggahi oleh pedagang rempah-rempah dari Jawa,
Cina dan Timur Tengah. Kerajaan Ternate juga mengembangkan kota pelabuhan
sebagai pusat aktivitas dagang rempah-rempah.
Sultan Tidore yang pertama kali masuk Islam adalah Cirali Lijitu yang
bergelar Sultan Jamaludin. Sultan Jamludin masuk Islam berkat jasa dari seorang
mubaligh bernama Syekh Mansyur.
13
DAFTAR PUSTAKA
14