Disusun Oleh :
Indah Sari 17104010008
Arifatun Ilmia 17104010013
Muh. Al Ghifari 17104010026
Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Tak lupa kami ucapkan
terima kasih kepada Dosen yang telah membantu sehingga makalah ini dapat
selesai tepat waktu. Dan terima kasih untuk semua pihak yang telah membantu
baik secara moril maupun materiil hingga terselesainya makalah ini. Makalah
yang berjudul Sejarah Kerajaan Islam di Maluku ini kami buat untuk memenuhi
tugas mata kuliah Sejarah Islam Indonesia. Kami berharap semoga hasil makalah
ini dapat berguna bagi siapapun yang membacanya.
Proses penyelesaian makalah ini tak luput dari kesalahan dan
ketidaksempurnaan karena kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT, untuk itu
kami selaku penyusun mohon maaf sebesar-besarnya. Kritik dan saran yang
bersifat membangun akan senantiasa kami terima untuk menjadi acuan agar lebih
baik lagi di lain waktu. Terima kasih atas perhatiannya, semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.
ii
Daftar Isi
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
Daftar Isi.................................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.3 Tujuan........................................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
PEMBAHASAN......................................................................................................3
BAB III..................................................................................................................14
PENUTUP..............................................................................................................14
Kesimpulan........................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................15
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Masuknya Islam di Indonesia masih menjadi perdebatan, terdapat
beberapa teori mengenai kapan Islam masuk di Indonesia. Salah satu teori
yang paling kuat adalah melalui jalur pedangang Arab yakni Islam telah
masuk di Indonesia pada abad ke- 7 M. Sedangkang jika dilihat dari warga
lokal yang memeluk agama Islam terjadi pascaabad ke-10 M.
1
2. Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
3. Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
2
BAB II
PEMBAHASAN
Pada awalnya Maluku terdiri dari pulau- pulau Ternate, Tidore, Makian,
dan Bacan. Sejak abad ke 10 dan ke 11 M di Maluku sudah muncul kerajaan-
kerajaan yang mempunyai peran penting dalam sejarah terutama di bidang
perdagangan. Kerajaan-kerajaan ini muncul dari boldan-boldan yang di
kepalai oleh kolano. Ada empat kerajaan yang terkenal di Maluku yaitu
Ternate, Tidore, Bacan dan Jailolo.2 Peran kerajaan Islam di Maluku sangat
penting dalam proses Islamisasi di daerah tersebut. Yang paling terkenal dan
besar adalah kerajaan Ternate dan Tidore, selain itu masig ada kerajaan Islam
kecil lainbya yang memliki pengaruh. Namun disinu hanya membahasa
Ternate dan Tidore.
3
berasal dari satu keturunan. Menurut kepercayaan turun-temurun raja yang
memerintah itu adalah empat bersaudara pada saat itu mereka menganut
agama Syamman. Setelah Islam masuk ke sana timbulah penulisan sejarah
bahwa keempat Raja itu putra dari Ja’far As Siddiq cucu dari Ali Bin Abi
Thalib tiba di Ternate pada tanggal 10 Muharram 470 Hijriyah kemudian
menikah dengan putri kayangan yang bernama Nur Safa perkawinan ini
memperoleh delapan keturunan.3
Dari 8 orang orang Putra ini 4 orang diantaranya menjadi Sultan dari
empat kerajaan
Pada awal perkembangannya agama Islam di anut oleh para pejabat istana
seperti Sultan dan keluarganya pejabat-pejabat istana para bangsawan diikuti
keluarganya dan kemudian diikuti lapisan masyarakat pada umumnya. Jalur
dakwah seiring dengan jalur kegiatan ekonomi di Maluku Dari Ternate dan
Tidore yang menjadi pusat kegiatan politik ekonomi dan dakwah, kemudian
Islam masuk ke gugusan pulau-pulau yang di sekelilingnya. Kekuatan politik
dan ekonomi yang dimiliki Ternate menjadi sarana penting dalam penyiaran
Islam Selanjutnya dakwah Islam mencapai puncaknya ketika motivasinya
didorong oleh unsur politik untuk mengusir penjajah dari tanah air.4
3
Ibid, 101
4
Sejarah Peradaban Islam di Indonesia, 104.
4
2.2 Kerajaan Ternate
Kerajaan Ternate atau tepatnya kesultanan Ternate pada awalnya bernama
kerajaan gapi. Ternate merupakan ibukota dari kerajaan gapi. Kesultanan
Ternate adalah salah satu dari empat kerajaan Islam di Maluku dan termasuk
salah satu kerajaan Islam tertua di nusantara kerajaan ini didirikan pada tahun
1257 pendirinya bernama Baab Mashur. Sebelum terjadi Kerajaan, Ternate
hanyalah berupa desa kecil yang terdiri dari empat kampung masing-masing
kampung dikepalai oleh seorang momole ( kepala Marga).
Marhum adalah kolano ternate yang pertama kali masuk Islam. Ia masuk
islam setelah mendapat seruan dakwah dari seorang pedagang asal
minangkabau yang juga murid sunan Giri yaitu datuk Maulana Husein yang
datang ke Ternate pada tahun 1465 M.
5
Aizid, Sejarah Islam Nusantara, 240.
5
Menurut M. Shaleh Putuhena, pedagang Arablah yang pertama kali
memperkenalkan Islam di Maluku. Mereka adalah Syekh Mansur, Syekh
Yakub, Syekh Amir, dan Syekh Umar.6 Sejak diterimanya agama Islam di
kerajaan Ternate pada abad ke 15 oleh Kolano Kaicil Marhum (1456-1486),
maka Islam dianut semua lapisan masyarakat, bahkan diserap kedalam
kelembagaan kerajaan. Kerajaan Ternate dapat dipandang sebagai kerajaan
Islam pertama dibagian Timur kepulauan Indonesia.
Nama gelar raja saat itu adalah kolano. Kerajaan gapi berpusat di
kampung Ternate yang dalam perkembangan selanjutnya semakin besar dan
ramai sehingga oleh penduduk disebut sebagai ilmu yaitu Kampung Besar.
Setelah semakin besar dan populer, orang-orang kemudian suka menyebut
Kerajaan Ternate daripada kerajaan gapi. Jabatan kolano sebagai gelar bagi
pemimpin atau Raja Ternate berlangsung hingga pertengahan abad ke-15
ketika Islam diadopsi total oleh kerajaan Ternate maka gelar kolano pun
diganti menjadi Sultan.
Pada tahun 1486, Kolano Marhum wafat dan dimakam berdasarkan syariat
Islam. Marhum adalah Kolano Ternate yang pertama kali dimakam menurut
syariat Islam. Setelah wafat, Kolano Marhum digantikan oleh putranya, Zainal
Abidin. Setelah berkuasa, Zainal Abidin mengganti gelar kolano dengan
sultan. Dengan demikian, Zainal Abidian adalah penguasa Ternate yang
pertama kali memel gelar Sultan. Sultan Zainail Abidin ini memerintah pada
tahun 1486-1500.
6
Rusdiyanto, “Kesultanan Ternate dan Tidore,” Jurnal Aqlam, Nomor 1, 3 (Juni 2018): 48.
6
Sultan Zainal Abidin ( 1486 – 1500 ) adalah murid Sultan Ampel dan
jebolan sekolah agama Islam Gresik asuhan wali yang terkenal itu. ia adalah
Sultan Ternate pertama yang yang membentuk Institusi Islam dalam struktur
pimpinan tinggi agama Islam dibawa sultan. Zainal Abidin pula yang
menciptakan kelembagaan baru dalam struktur pemerintahan, yaitu hokum
botato dengan tugas hakim sekaligus magistrate yang menjadi pembantu
sultan.
Sultan Zainal Abidin adalah seorang sultan yang memiliki perhatian yang
besar terhadap ajaran Islam. Untuk memperdalam ajaran Islam, pada tahun
1495, Sultan Zainal Abidin meninggalkan istananya dan pergi berguru pada
Sunan Giri di Jawa. Tidak puas memperdalam Islam di Jawa, Sultan Zainal
Abidin kemudian pergi melanjutkannya ke Malaka. Sultan Zainal Abidin
berada di Malaka, ketika wilayah itu dipimpin oleh Sultan Alauddin Riayat
Syah.
Pada masa ini, Malaka adalah pusat perdagangan dan penyebaran Islam
terbesar di Asia Tenggara. Di daerah Jawa, Sultan Zainal Abidin dikenal
dengan sebutan Raja Bualawa, yang artinya Sultan Cengkeh, karena Sultan
Zainal Abidin datang ke Jawa membawa buah tangan berupa Cengkeh.
Setelah belajar selama tiga bulan di Pesantren Giri, Sultan Zainal Abidin
kembali ke Ternate dan membawa beberapa ulama Jawa untuk mengajarkan
Islam di Ternate.7
1. Menjadikan Islam sebagai agama resmi kerajaan dan sejak itu menjadi
kesultanan.
2. Membentuk lembaga kesultanan yang baru, yaitu Jolebe atau Bobato
Akhirat. Tugas Jolebe adalah membantu sultan dalam masalah
keagamaan. Jolebe terdiri dari seorang kalem (Qadhi), empat orang imam,
7
Darmawijaya, Kesultanan Islam Nusantara (Jakarta: Pustaka Al Kausar, 2010), 122.
7
delapan orang khatib, dan enambelas orang moding, yang membantu
sultan menjalankan fungsi-fungsi keagamaan dan syariat Islam.
3. Menempatkan seorang sultan sebagai pembina agama Islam atau " Amir
Ad-Din" yang membawahi jobele. Perubahan yang dilakukan oleh Sultan
Zainal Abidin ini juga diikuti oleh kesultanan-kesultanan vang ada di
"Moloku Kie Raha." lairnya.
4. Memberlakukan syariat Islam. Kebijakan ketiga ialah dengan
memberlakukan kebijakan syariat Islam jelas bahwa kerajaan Ternate
adalah kerajaan Islam murni yang hukum-hukumnya berdasarkan syariat
Islam. Ini juga menjadi salah satu faktor penting dalam proses Islamisasi
di Ternate khususnya dan Maluku umumnya.8
Itulah kebijakan utama yang diambil Sultan Zainal Abidin titik dengan
kebijakan itu tidak hanya Kerajaan Ternate mencapai puncak kejayaannya,
tetapi islampun mencapai masa keemasannya di Ternate. Langkah-
langkahnya itu kemudian diikuti kerajaan lain di Maluku secara total,
hampir tanpa perubahan. Dengan demikian, pengaruh Islam sudah sangat
kuat pada nasa sultan Zainal Abidin. Di pusat kekuasaan maupun pada
struktur sosial politik kerajaan, Islam trlah memainkan peran penting.
Islam juga memberikan keuntungan komersial kepada kerajaan sejak
pedagang-pedagang muslim Nusantara dan Arab serta Gujarat di Maluku
memainkan peran, khususnya di Ternate dan daerah seberang lautnya.
8
Aizid, Sejarah Islam Nusantara, 241.
9
Darmawijaya, Kesultanan Islam Nusantara, 123.
8
juga dengan sultan Bayan Sirrullah yang melanjutkan tugas-tugas
penyebaran Islam kedaerah-daerah.
10
Rusdiyanto, “Kesultanan Ternate dan Tidore,” 49.
9
baik di pusat maupun di daerah. Konsekuensi-konsekuensi ini dapat
dikemukakan sebagai berikut:
10
kesultanan Ternate yaitu, diizinkannya Portugis membangun benteng di
Ternate pada tahun 1575 M.
12
A. Daliman, Islamisasi dan Perkembangan Kerajaan-Kerajaan Islam di Indonesia (Yogyakarta:
Penerbit Ombak, 2012), 214.
11
Demak, Banten, dan Melayu.13 Ternate juga dikenal sebagai pusat
penyebaran Islam di Indonesia. Setelah Samudera Pasai, Ternate adalah
daerah pertama yang mengenal Islam dan menjadikan agama itu sebagai
unsur penting dalam menata kenegaraan.
Sultan Ciriliyati menerima islam dari seorang alim yang berasal dari tanah
Arab yang bernama Syeh Mansur. Setelah masuk islam sultan ini berganti
nama menjadi Sultan Jamaluddin.14 Keislaman raja ini mempercepat proses
islamisasi di kalangan rakyat Tidore dan lebih di fokuskan untuk membangun
madrasah-madrasah dan masjid-masjid sebagai sarana pendidikan dan ibadah
rakyat. Setelah jamaludin wafat, jabatannya sebagai Sultan Tidore digantikan
oleh Putra sulungnya, yaitu Syeh Mansur (1512-1526). Setelah naik tahta
Sultan Mansur inilah yang menerima kedatangan Spanyol. Sultan Mansyur
pun menyambut dengan senang hati, bahkan ia bilang kepada orang-orang
spanyol untuk menggap Tidore sebagai wilayahnya sendiri. Sultan mansur
13
Rusdiyanto, “Kesultanan Ternate dan Tidore,” 50.
14
Sejarah Peradaban Islam di Indonesia, 109.
12
juga memberikan izin kepada orang-orang Spanyol untuk menggelar dagangan
mereka di pasar. Hubungan yang erat ini, membuat orang-orang Portugis
marah dan akhirnya melakukan penyerangan terhadap kesultanan Tidore,
tujuannya untuk merebut Tidore dari pengaruh Spanyol.
Tahun 1526 Sultan Mansur wafat, pada tahun 1529 putra bungsunya
Amirudin Iskandar Zulkarnain dilantik menjadi Sultan Tidore. Pada masa ini
terjadi beberapa kali peperangan dengan Portugis dan Ternate yang berakhir
dengan perjanjian damai berisi dua pasaal pokok yaitu : 1) semua rempah-
rempah hanya boleh dijual kepada Portugis dengan harga yang sama yang
dibayarkan Portugis kepada Ternate. 2) portugis akan menarik armadanya dari
Tidore.
Tidore bangkit kembali pada masa Sultan Kaicil Nuku. Pada masa ini
wilayah kekuasaan Tidore sampai di Papua bagian Barat. Selama masa
pemerintahannya Sultan ini berusaha mewujudkan empat cita-cita politiknya
yaitu: 1) mempersatukan seluruh kesultanan Tidore sebagai suatu kebulatan
yang utuh. 2) memulihkan kembali empat pilar kekuasaan kesultanan Maluku.
13
3) mengupayakan sebuah persekutuan antara keempat kesultanan Maluku. 4)
megenyahkan kekuasaan dan penjajahan asing dari Maluku. 15
15
Rusdiyanto, “Kesultanan Ternate dan Tidore,” 50–51.
14
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kerajaan Ternate dan Tidore merupakan dua kerajaan Islam terbesar di
Maluku. Kedua kerajaan tersebut mempunyai peranan penting dalam sejarah
perkembangan Islam. Melalui kebijakan-kebijakan yang dilakukan oleh sultannya,
kerajaan Ternate dan Tidore mampu memperluas dan menyebarkan ajaran
Islam.Tidak hanya itu, Kerajaan Ternate juga menguatkan posisinya sebagai
kerajaan Islam yang murni dengan memberlakukan syari’at Islam dan menjadikan
Ternate sebagai pusat penyebaran Islam
15
DAFTAR PUSTAKA
Daliman, A. 2012. Islamisasi dan Perkembangan Kerajaan-Kerajaan Islam di
Indonesia.Yogyakarta : Penerbit Ombak.
16