Anda di halaman 1dari 19

SEJARAH KERAJAAN ISLAM DI MALUKU

( Ternate dan Tidore)


Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Sejarah
Islam Indonesia
Dosen Pengampu : Dr. Dwi Ratnasari, M. Ag

Disusun Oleh :
Indah Sari 17104010008
Arifatun Ilmia 17104010013
Muh. Al Ghifari 17104010026

Prodi/Kelas : Pendidikan Agama Islam/ A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Tak lupa kami ucapkan
terima kasih kepada Dosen yang telah membantu sehingga makalah ini dapat
selesai tepat waktu. Dan terima kasih untuk semua pihak yang telah membantu
baik secara moril maupun materiil hingga terselesainya makalah ini. Makalah
yang berjudul Sejarah Kerajaan Islam di Maluku ini kami buat untuk memenuhi
tugas mata kuliah Sejarah Islam Indonesia. Kami berharap semoga hasil makalah
ini dapat berguna bagi siapapun yang membacanya.
Proses penyelesaian makalah ini tak luput dari kesalahan dan
ketidaksempurnaan karena kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT, untuk itu
kami selaku penyusun mohon maaf sebesar-besarnya. Kritik dan saran yang
bersifat membangun akan senantiasa kami terima untuk menjadi acuan agar lebih
baik lagi di lain waktu. Terima kasih atas perhatiannya, semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Yogyakarta, 12 Maret 2020


Penyusun

ii
Daftar Isi

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

Daftar Isi.................................................................................................................iii

BAB I.......................................................................................................................1

PENDAHULUAN...................................................................................................1

1.1 Latar Belakang..........................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2

1.3 Tujuan........................................................................................................2

BAB II......................................................................................................................3

PEMBAHASAN......................................................................................................3

2.1 Masuknya Islam di Maluku.......................................................................3

2.2 Kerajaan Ternate.......................................................................................5

2.3 Kerajaan Tidore.......................................................................................11

BAB III..................................................................................................................14

PENUTUP..............................................................................................................14

Kesimpulan........................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................15

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Masuknya Islam di Indonesia masih menjadi perdebatan, terdapat
beberapa teori mengenai kapan Islam masuk di Indonesia. Salah satu teori
yang paling kuat adalah melalui jalur pedangang Arab yakni Islam telah
masuk di Indonesia pada abad ke- 7 M. Sedangkang jika dilihat dari warga
lokal yang memeluk agama Islam terjadi pascaabad ke-10 M.

Islam masuk di Maluku tidak jauh berbeda dengan Indonesia, bahwa


masih menjadi pedebatan. Sebagian megatakan pada abad ke-9 M dibawa oleh
para pedagang Arab, sedangkan sebagian lain mengatakan bahwa masuknya
pada abad ke- 13 M dibawa oleh orang-orang Jawa dan Melayu.

Namun terdapat persamaan tentang perkembangan Islam di berbagai


wilayah Nusantara. Diantaranya, Islamnya suatu wilayah selalu dimulai dari
kalangan elit atau kerajaan. Islam didakwahkan elalui pendekatan budaya
sehingga lebih mudah diterima.

Berdirinya kerajaan-kerajaan Islam tentunya memiliki peran yang peting


dalam persebaran dan perkembangan Islam di Maluku, diantara kerajaan-
kerajaan yang berdiri di maluku adalah Ternate, Tidore, Bacan, dan Jailolo.
Semuanya memiliki peranan penting dalam proses Islamisasi di Maluku.
Namun pada malakah ini hanya akan dibahas dua kerajaan besar di Maluku
yakni Ternate dan Tidore.

1
2. Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

1.2.1 Bagaimana masuknya Islam di Maluku?


1.2.2 Bagaimana sejarah berdirinya kerajaan Ternate dan Tidore
1.2.3 Bagaimana peranan kerajaan Ternate dan Tidore dalam proses
Islamisasi di Maluku?

3. Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

1.3.1 Mengetahui proses masuknya Islam di Maluku


1.3.2 Mengetahui sejarah kerajaan Ternate dan Tidore
1.3.3 Mengatahui peranan kerajaan Ternate dan Tidore dalam proses
Islamisasi di Maluku

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Masuknya Islam di Maluku


Masuknya Islam di Maluku masih menjadi perdebatan akademis.
Sebagaimana disepakati bahwa Islam masuk di Nusantara pada abad ke-7 atau
8 M. Pada abad itulah Islam masuk di Maluku. Masuknya Islam di Maluku
melalui jalur perdagangan laut dan dilakukan secara damai. Maluku
merupakan kawasan Nusantara Timur yang menghasilkan buah pala dan
cengkih, tidak mengherankan bila Islam masuk melalui jalur perdagangan.
Maluku menjadi begitu penting dalam jaringan perdagangan laut
internasional. Banyak pedagang muslim dari Timur Tengah yang singgah di
Maluku. Lalu menperkenalkan agama Islam.1

Pada awalnya Maluku terdiri dari pulau- pulau Ternate, Tidore, Makian,
dan Bacan. Sejak abad ke 10 dan ke 11 M di Maluku sudah muncul kerajaan-
kerajaan yang mempunyai peran penting dalam sejarah terutama di bidang
perdagangan. Kerajaan-kerajaan ini muncul dari boldan-boldan yang di
kepalai oleh kolano. Ada empat kerajaan yang terkenal di Maluku yaitu
Ternate, Tidore, Bacan dan Jailolo.2 Peran kerajaan Islam di Maluku sangat
penting dalam proses Islamisasi di daerah tersebut. Yang paling terkenal dan
besar adalah kerajaan Ternate dan Tidore, selain itu masig ada kerajaan Islam
kecil lainbya yang memliki pengaruh. Namun disinu hanya membahasa
Ternate dan Tidore.

Munculnya kerajaan-kerajaan Islam di Maluku dilatar belakangi oleh


masuknya pengaruh kerajaan Majapahit dan Agama Islam pada abad 15 M
serta pengaruh Eropa dalam abad 16 M mempengaruhi perkembangan
kerajaan-kerajaan di Maluku Utara. Menurut sumber sejarah lama semua
sultan yang memerintah di kerajaan kerajaan Ternate Tidore, bacan dan jailolo
1
Rizem Aizid, Sejarah Islam Nusantara (Yogyakarta: Diva Press, 2016), 232.
2
SKI Fakultas Adab UIN Yogyakarta, Sejarah Peradaban Islam di Indonesia (Yogyakarta: Pustaka,
2006).100

3
berasal dari satu keturunan. Menurut kepercayaan turun-temurun raja yang
memerintah itu adalah empat bersaudara pada saat itu mereka menganut
agama Syamman. Setelah Islam masuk ke sana timbulah penulisan sejarah
bahwa keempat Raja itu putra dari Ja’far As Siddiq cucu dari Ali Bin Abi
Thalib tiba di Ternate pada tanggal 10 Muharram 470 Hijriyah kemudian
menikah dengan putri kayangan yang bernama Nur Safa perkawinan ini
memperoleh delapan keturunan.3

Dari 8 orang orang Putra ini 4 orang diantaranya menjadi Sultan dari
empat kerajaan

1. Kaicil buka adalah Sultan bacan yang pertama


2. Derajat adalah Sultan jailolo yang pertama
3. Sahdjati adalah Sultan Tidore
4. Mashur malamo adalah Sultan Ternate
Yang pertama menurut catatan orang Portugis diantara keempat Sultan
Maluku yang pertama masuk Islam adalah Sultan Ternate. Sultan ini bernama
gapi baguna yang setelah masuk Islam bernama Sultan marhum beliau
memeluk Islam setelah berkenalan dengan seorang pedagang bernama Datuk
Maulana Husein murid Sunan Giri.

Pada awal perkembangannya agama Islam di anut oleh para pejabat istana
seperti Sultan dan keluarganya pejabat-pejabat istana para bangsawan diikuti
keluarganya dan kemudian diikuti lapisan masyarakat pada umumnya. Jalur
dakwah seiring dengan jalur kegiatan ekonomi di Maluku Dari Ternate dan
Tidore yang menjadi pusat kegiatan politik ekonomi dan dakwah, kemudian
Islam masuk ke gugusan pulau-pulau yang di sekelilingnya. Kekuatan politik
dan ekonomi yang dimiliki Ternate menjadi sarana penting dalam penyiaran
Islam Selanjutnya dakwah Islam mencapai puncaknya ketika motivasinya
didorong oleh unsur politik untuk mengusir penjajah dari tanah air.4

3
Ibid, 101
4
Sejarah Peradaban Islam di Indonesia, 104.

4
2.2 Kerajaan Ternate
Kerajaan Ternate atau tepatnya kesultanan Ternate pada awalnya bernama
kerajaan gapi. Ternate merupakan ibukota dari kerajaan gapi. Kesultanan
Ternate adalah salah satu dari empat kerajaan Islam di Maluku dan termasuk
salah satu kerajaan Islam tertua di nusantara kerajaan ini didirikan pada tahun
1257 pendirinya bernama Baab Mashur. Sebelum terjadi Kerajaan, Ternate
hanyalah berupa desa kecil yang terdiri dari empat kampung masing-masing
kampung dikepalai oleh seorang momole ( kepala Marga).

Para momole itulah yang kemudian mengadakan kontak untuk pertama


kali dengan para pedagang dari luar negeri yaitu Arab, Persia, Tionghoa, India
dan lain-lain seiring dengan terjalinnya kontak dagang itu, maka lambat laun
penduduk Ternate semakin heterogen dengan bermukimnya pedagang Arab
Jawa Melayu, dan Tionghoa. Aktivitas perdagangan semakin ramai ditambah
ancaman sering datang para perompak, maka atas prakarsa momole guna
diadakan musyawarah untuk membentuk suatu organisasi yang lebih kuat
dengan mengangkat seorang pemimpin tunggal sebagai raja. Maka
terbentuklah kerajaan gapi dengan raja pertamanya Mashur Mulamo yang
memerintah pada tahun 1257-1272 M5

Beberapa raja awal Ternate sudah menggunakan nama bernuansa Islam


seperti Baab Masyhur, pendiri kerajaan Ternate, namun kepastian mereka
maupun keluarga kerajaan memeluk Islam masih diperdebatkan. Hanya dapat
dipastikan bahwa keluarga kerajaan Ternate resmi memeluk Islam
pertengahan abad ke 15.

Marhum adalah kolano ternate yang pertama kali masuk Islam. Ia masuk
islam setelah mendapat seruan dakwah dari seorang pedagang asal
minangkabau yang juga murid sunan Giri yaitu datuk Maulana Husein yang
datang ke Ternate pada tahun 1465 M.

5
Aizid, Sejarah Islam Nusantara, 240.

5
Menurut M. Shaleh Putuhena, pedagang Arablah yang pertama kali
memperkenalkan Islam di Maluku. Mereka adalah Syekh Mansur, Syekh
Yakub, Syekh Amir, dan Syekh Umar.6 Sejak diterimanya agama Islam di
kerajaan Ternate pada abad ke 15 oleh Kolano Kaicil Marhum (1456-1486),
maka Islam dianut semua lapisan masyarakat, bahkan diserap kedalam
kelembagaan kerajaan. Kerajaan Ternate dapat dipandang sebagai kerajaan
Islam pertama dibagian Timur kepulauan Indonesia.

Nama gelar raja saat itu adalah kolano. Kerajaan gapi berpusat di
kampung Ternate yang dalam perkembangan selanjutnya semakin besar dan
ramai sehingga oleh penduduk disebut sebagai ilmu yaitu Kampung Besar.
Setelah semakin besar dan populer, orang-orang kemudian suka menyebut
Kerajaan Ternate daripada kerajaan gapi. Jabatan kolano sebagai gelar bagi
pemimpin atau Raja Ternate berlangsung hingga pertengahan abad ke-15
ketika Islam diadopsi total oleh kerajaan Ternate maka gelar kolano pun
diganti menjadi Sultan.

Pranata-pranata Islam dipadukan dengan lembaga-lembaga adat dan tradisi


rakyat Ternate. Adopsi paling mendasar atas institusi Islam adalah
penggantian predian Koloni (raja) dengan Sultan. Tokoh yang harus disebut
karena jasanya mentransformasikan Islam ke dalam kelembagaan kerajaan
adalah Zainal Abidin, raja Ternate pertama yang mengganti predikat Kolano
dengan Sultan.

Pada tahun 1486, Kolano Marhum wafat dan dimakam berdasarkan syariat
Islam. Marhum adalah Kolano Ternate yang pertama kali dimakam menurut
syariat Islam. Setelah wafat, Kolano Marhum digantikan oleh putranya, Zainal
Abidin. Setelah berkuasa, Zainal Abidin mengganti gelar kolano dengan
sultan. Dengan demikian, Zainal Abidian adalah penguasa Ternate yang
pertama kali memel gelar Sultan. Sultan Zainail Abidin ini memerintah pada
tahun 1486-1500.

6
Rusdiyanto, “Kesultanan Ternate dan Tidore,” Jurnal Aqlam, Nomor 1, 3 (Juni 2018): 48.

6
Sultan Zainal Abidin ( 1486 – 1500 ) adalah murid Sultan Ampel dan
jebolan sekolah agama Islam Gresik asuhan wali yang terkenal itu. ia adalah
Sultan Ternate pertama yang yang membentuk Institusi Islam dalam struktur
pimpinan tinggi agama Islam dibawa sultan. Zainal Abidin pula yang
menciptakan kelembagaan baru dalam struktur pemerintahan, yaitu hokum
botato dengan tugas hakim sekaligus magistrate yang menjadi pembantu
sultan.

Sultan Zainal Abidin adalah seorang sultan yang memiliki perhatian yang
besar terhadap ajaran Islam. Untuk memperdalam ajaran Islam, pada tahun
1495, Sultan Zainal Abidin meninggalkan istananya dan pergi berguru pada
Sunan Giri di Jawa. Tidak puas memperdalam Islam di Jawa, Sultan Zainal
Abidin kemudian pergi melanjutkannya ke Malaka. Sultan Zainal Abidin
berada di Malaka, ketika wilayah itu dipimpin oleh Sultan Alauddin Riayat
Syah.

Pada masa ini, Malaka adalah pusat perdagangan dan penyebaran Islam
terbesar di Asia Tenggara. Di daerah Jawa, Sultan Zainal Abidin dikenal
dengan sebutan Raja Bualawa, yang artinya Sultan Cengkeh, karena Sultan
Zainal Abidin datang ke Jawa membawa buah tangan berupa Cengkeh.
Setelah belajar selama tiga bulan di Pesantren Giri, Sultan Zainal Abidin
kembali ke Ternate dan membawa beberapa ulama Jawa untuk mengajarkan
Islam di Ternate.7

Sultan Zainal Abidin tidak hanya melakukan perubahan dalam masalah


gelar, tetapi juga melakukan beberapa perubahan yang mendasar, yaitu:

1. Menjadikan Islam sebagai agama resmi kerajaan dan sejak itu menjadi
kesultanan.
2. Membentuk lembaga kesultanan yang baru, yaitu Jolebe atau Bobato
Akhirat. Tugas Jolebe adalah membantu sultan dalam masalah
keagamaan. Jolebe terdiri dari seorang kalem (Qadhi), empat orang imam,

7
Darmawijaya, Kesultanan Islam Nusantara (Jakarta: Pustaka Al Kausar, 2010), 122.

7
delapan orang khatib, dan enambelas orang moding, yang membantu
sultan menjalankan fungsi-fungsi keagamaan dan syariat Islam.
3. Menempatkan seorang sultan sebagai pembina agama Islam atau " Amir
Ad-Din" yang membawahi jobele. Perubahan yang dilakukan oleh Sultan
Zainal Abidin ini juga diikuti oleh kesultanan-kesultanan vang ada di
"Moloku Kie Raha." lairnya.
4. Memberlakukan syariat Islam. Kebijakan ketiga ialah dengan
memberlakukan kebijakan syariat Islam jelas bahwa kerajaan Ternate
adalah kerajaan Islam murni yang hukum-hukumnya berdasarkan syariat
Islam. Ini juga menjadi salah satu faktor penting dalam proses Islamisasi
di Ternate khususnya dan Maluku umumnya.8
Itulah kebijakan utama yang diambil Sultan Zainal Abidin titik dengan
kebijakan itu tidak hanya Kerajaan Ternate mencapai puncak kejayaannya,
tetapi islampun mencapai masa keemasannya di Ternate. Langkah-
langkahnya itu kemudian diikuti kerajaan lain di Maluku secara total,
hampir tanpa perubahan. Dengan demikian, pengaruh Islam sudah sangat
kuat pada nasa sultan Zainal Abidin. Di pusat kekuasaan maupun pada
struktur sosial politik kerajaan, Islam trlah memainkan peran penting.
Islam juga memberikan keuntungan komersial kepada kerajaan sejak
pedagang-pedagang muslim Nusantara dan Arab serta Gujarat di Maluku
memainkan peran, khususnya di Ternate dan daerah seberang lautnya.

Salah satu upaya Zainal Abidin yang terpenting untuk


mengembangkan Islam, selain mendirikan sejumlah sekolah dengan guru-
guru ulama yang diboyongnya dari Giri, adalah membentuk lembaga
jolebe sebagai salah satu perangkat agama kerajaan. Dengan demikian, ia
telah meletakkan dasar untuk menjadikan Ternate sebagai kerajaan Islam.
Setalah berjuang mengembangkan Ternate sebagai kesultanan yang
memperhatikan ajaran Islam.9 Pada 1500 M sultan Zainal Abidin wafat,
kemudian digantikan oleh putranya sultan Bayanullah atau yang disebut

8
Aizid, Sejarah Islam Nusantara, 241.
9
Darmawijaya, Kesultanan Islam Nusantara, 123.

8
juga dengan sultan Bayan Sirrullah yang melanjutkan tugas-tugas
penyebaran Islam kedaerah-daerah.

Ada dua tindakan Bayanullah yang layak dicatat: Pertama : Kesultanan


Ternate menyatakan berlakunya hukum perkawinan Islam bagi seluruh
kawula kesultanan yang bergama Islam. Sultan Bayanullah juga melarang
praktek pergundikan yang marak selama itu, terutama di kalangan para
bobato. Kedua : Semua kawula kesultanan, tanpa pandang bulu baik
Muslim maupun bukan harus berpakaian secara Islami. Sultan Bayanullah
melarang laki-laki memakai cawet (cidako), dan perempuan harus
memakai pakaian yang menutup auratnya.10

Untuk kedua tindakan di atas, Sultan Bayanullah memperoleh pujian


dari orang-orang Barat dan dipandang sebagai pelopor sivilisasi rakyat
Maluku. Sultan Bayanullah memang merupakan peletak dasar prinsip-
prinsip Islam Kesultanan Ternate. Ia mempertegas Ternate sebagai
kerajaan Islam. Berbagai peraturan yang bernafas Islam dibentuknya.
Demikian pula, berbagai konvensi yang mengaitkan aktivitas kesultanan
dengan penyebaran Islam diciptakannya.

Prinsip-prinsip dan konvensi-konvensi yang diletakkan Bayanullah


sedemikian kuatnya, sehingga diikuti para sultan penggantinya dan
berlaku sebagai sebuah tradisi kelembagaan yang juga menular kepada
kerajaan-kerajaan tetangga Ternate : Tidore dan Bacan. Islamisasi Maluku,
baik di pusat-pusat kerajaan maupun di daerah-daerah dan wilayah-
wilayah seberang laut, tidakdapat dilepaskan dari kekuasaan dan kekuatan
pemerintahan sentral. Pengangkatan seluruh bobato seperti
salahakan.kimalaha, sangaji dan jabatan-jabatan lainnya selalu dikaitkan
dengan identitas Muslim sebagai prasyarat mutlak.

Penerimaan Islam sebagai agama kerajaan mengakibatkan


restrukturisasi lembaga-lembaga kerajaan dan badan-badan kekuasaannya,

10
Rusdiyanto, “Kesultanan Ternate dan Tidore,” 49.

9
baik di pusat maupun di daerah. Konsekuensi-konsekuensi ini dapat
dikemukakan sebagai berikut:

1. Fungsi sultan, selain sebagai pemimpin pemerintahan dan


pemangku tertinggi adat serta tradisi, adalah sebagai pemimpin
tertinggi agama Islam dengan gelar Amir al-din Predikatini bukan
sekedar simbol spiritual, tetapi membawa konsekuensi
pembebanan sejumlah tugas keagamaan (diniyah) kepada sultan,
baik menyangkut pelaksanaan hukum Islam (syariat) maupun tugas
sosio-ekonomik (muamalah) untuk kepentingan rakyat dan agama.
Sultan, sebagai amir al-din, berkewajiban melindungi dan menjaga
kesucian agama Islam dari berbagai praktek yang
mencemarkannya.
2. Penerapan Islam dalam lembaga-lembaga kerajaan dilakukan
dengan pembentukan institusi kerajaan baru yang disebut bobato
akhirat atau jolebe, di samping bobato dunia yang telah ada.
Bobato akhirat atau jolebe disebut juga bobato berjubah putih,
sementara bobato dunia disebut bobato berjubah hitam. Penyebutan
ini berkaitan dengan kostum yang digunakan yakni berwarna hitam
atau putih, baik destar ataupun jubahnya. Institusi jolebe berpuncak
pada sultan yang di dampingi dan dibantu seorang kalem atau
qadhi sebagai pelaksana puncak syariat Islam. Kalem dibantu
empat imam, dan setiap imam dibantu dua khatib serta empat
moding. Di daerah-daerah, terdapat seorang imam yang dibantu
empat khatib dan delapan moding pada setiap distrik. Di setiap
komunitas Muslim semisal kampung atau desa, terdapat seorang
khatib yang dibantu dua moding. 11
Pada masa pemerintahan sultan Bayanullah Portugis pertama kali
menginjakkan kaki di Maluku pada tahun 1512 M dengan kapten Antonio
de Arbeu. Terdapat beberapa kebijakan yang akhirnya melemahkan
11
Darmawijaya, Kesultanan Islam Nusantara, 123.

10
kesultanan Ternate yaitu, diizinkannya Portugis membangun benteng di
Ternate pada tahun 1575 M.

Pada tahap selanjutnya muncul keresahan dan kekecewaan dari


rakyatnya sehingga mengakibatkan sultan Bayanullah diracuni oleh
rakyatnya sendiri. Pergantian sultan berikutnya selalu diwarnai oleh intrik
Portugis. Salah satu dari empat sultan yang berhasil adalah sultan Khairun,
yan membawa kebesaran Ternate. Namun pada akhirnya ia dikhianati
oleh Portugis yaitu Lopez de Mesquita, sultan kemudian dibunuh oleh
suruhan Lopez.

Kedatangan Portugis di Maluku membangkitkan pertentangan dengan


Ternate. Karena tidak hanya persaingan kepentingan perdagangan, namun
terlebih karena persaingan agama. Dengan datangnya orang Portugis di
Maluku maka berkembang pula agama Khatolik. Mulai 1534 agama ini
dapat meletakkan pijakan di kepulauan Halmahena, Ternate dan Ambon.

Berkali-kali terjadi pertentangan antara pemeluk agama khatolik dana


agama Islam. Terlebih lagi dipertajam oleh intervensi Portugis dalam
pmerintahan Ternate yang mengakibatkan terbunuhnya sultan Khairun,
maka rakyat Ternate menuntut balasan atas kejadian tersebut dan
mengumumkan perang terhadap Portugis.12

Setelah wafatnya sultan Khairun digantikan oleh putranya sultan


Babullah. Pada masa ini sultan Babullah berhasil mengusir Portugis dan
berhasil memperluas kekuasaannya hingga wilayah kepulauan Sulu
Filipina, membawa kesultanan Ternate mencapai masa keemasannya.

Pada tahun 1570-1610 M kerajaan Ternate menjadi salah satu kerajaan


Islam terbesar di Nusantara. Banyak guru-guru agama didatangkan dari
Mekkah dan telah menjalin hubungan erat dengan kerajaan Islam lain di

12
A. Daliman, Islamisasi dan Perkembangan Kerajaan-Kerajaan Islam di Indonesia (Yogyakarta:
Penerbit Ombak, 2012), 214.

11
Demak, Banten, dan Melayu.13 Ternate juga dikenal sebagai pusat
penyebaran Islam di Indonesia. Setelah Samudera Pasai, Ternate adalah
daerah pertama yang mengenal Islam dan menjadikan agama itu sebagai
unsur penting dalam menata kenegaraan.

2.3 Kerajaan Tidore


Islam masuk ke daerah Maluku secara resmi pada abad ke -15. Kerajaan
tidore merupakan salah satu dari kerajaan-kerajaan yang ada di Maluku yang
sebelum masuk islam secara turun temurun, raja-rajanya menganut aliran
animisme yang dikenal dengan agama Syamman yaitu pemujaan terhadap roh-
roh leluhur nenek moyang mereka.

Menurut silsilah dari catatan raja-raja Tidore disebutkkan bahwa Sultan


Tidore yang pertama bernama Syahadati alias Muhammad Bakil yang naik
tahta 12 Rabiul awwal 502H. Sultan yang kedua ialah Rosamawe, sulta ketiga
bernama Suhu, Sultan keempat bernama Balibungan, Sultan kelima bernama
Duko Madoya, Sultan keenam bernama Koyo Matiti , Sultan ketujuh bernama
Seli, Sultan kedelapan bernama Matagana, dan yang terakhir sultan
kesembilan bernama Ciriliyati, sultan inilah yang mula-mula menerima agama
islam.

Sultan Ciriliyati menerima islam dari seorang alim yang berasal dari tanah
Arab yang bernama Syeh Mansur. Setelah masuk islam sultan ini berganti
nama menjadi Sultan Jamaluddin.14 Keislaman raja ini mempercepat proses
islamisasi di kalangan rakyat Tidore dan lebih di fokuskan untuk membangun
madrasah-madrasah dan masjid-masjid sebagai sarana pendidikan dan ibadah
rakyat. Setelah jamaludin wafat, jabatannya sebagai Sultan Tidore digantikan
oleh Putra sulungnya, yaitu Syeh Mansur (1512-1526). Setelah naik tahta
Sultan Mansur inilah yang menerima kedatangan Spanyol. Sultan Mansyur
pun menyambut dengan senang hati, bahkan ia bilang kepada orang-orang
spanyol untuk menggap Tidore sebagai wilayahnya sendiri. Sultan mansur

13
Rusdiyanto, “Kesultanan Ternate dan Tidore,” 50.
14
Sejarah Peradaban Islam di Indonesia, 109.

12
juga memberikan izin kepada orang-orang Spanyol untuk menggelar dagangan
mereka di pasar. Hubungan yang erat ini, membuat orang-orang Portugis
marah dan akhirnya melakukan penyerangan terhadap kesultanan Tidore,
tujuannya untuk merebut Tidore dari pengaruh Spanyol.

Tahun 1526 Sultan Mansur wafat, pada tahun 1529 putra bungsunya
Amirudin Iskandar Zulkarnain dilantik menjadi Sultan Tidore. Pada masa ini
terjadi beberapa kali peperangan dengan Portugis dan Ternate yang berakhir
dengan perjanjian damai berisi dua pasaal pokok yaitu : 1) semua rempah-
rempah hanya boleh dijual kepada Portugis dengan harga yang sama yang
dibayarkan Portugis kepada Ternate. 2) portugis akan menarik armadanya dari
Tidore.

Pada tahun 1547 Sultan Amirudin Iskandar Zulkarnain wafat, terjadilah


masa transisi dimana terdapat tiga orang Sultan, yaitu Kie Mansur, Iskandar
Sani, dan Gapi Baguna. Barulah pada tahun 1657-1689 Sultan Saifudin
dilantik dan berkuasa. Sultan Saifudin merupakan salh satu sultan Tidore yang
berhasil membawa kemajuan di Tidore, dan membawa Tidore disegani.
Setelah itu, pergolakan demi pergolakan mulai terjadi, terutama di daerah
seberang laut yang harus dihadapi oleh sultan-sultan pengganti antara lain
sultan Hmazah Fahrudin.

Barulah satu abad kemudian, kesultanan Tidore diperhitungkan kembali


dalam sejarah nusantara, ketika sultan Nuku ( Jamaludin) dari Tidore bangkit
melawan Belanda, perlawanan ini mengakibatkan Sultan ditangkap oleh
Belanda beserta keluarganya pada tahun 1780 M lalu dibuang ke Batavia dan
kemudian ke Sri Langka.

Tidore bangkit kembali pada masa Sultan Kaicil Nuku. Pada masa ini
wilayah kekuasaan Tidore sampai di Papua bagian Barat. Selama masa
pemerintahannya Sultan ini berusaha mewujudkan empat cita-cita politiknya
yaitu: 1) mempersatukan seluruh kesultanan Tidore sebagai suatu kebulatan
yang utuh. 2) memulihkan kembali empat pilar kekuasaan kesultanan Maluku.

13
3) mengupayakan sebuah persekutuan antara keempat kesultanan Maluku. 4)
megenyahkan kekuasaan dan penjajahan asing dari Maluku. 15

15
Rusdiyanto, “Kesultanan Ternate dan Tidore,” 50–51.

14
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan
Kerajaan Ternate dan Tidore merupakan dua kerajaan Islam terbesar di
Maluku. Kedua kerajaan tersebut mempunyai peranan penting dalam sejarah
perkembangan Islam. Melalui kebijakan-kebijakan yang dilakukan oleh sultannya,
kerajaan Ternate dan Tidore mampu memperluas dan menyebarkan ajaran
Islam.Tidak hanya itu, Kerajaan Ternate juga menguatkan posisinya sebagai
kerajaan Islam yang murni dengan memberlakukan syari’at Islam dan menjadikan
Ternate sebagai pusat penyebaran Islam

15
DAFTAR PUSTAKA
Daliman, A. 2012. Islamisasi dan Perkembangan Kerajaan-Kerajaan Islam di
Indonesia.Yogyakarta : Penerbit Ombak.

SKI Fakultas Adab UIN Yogyakarta. Sejarah Peradaban Islam di Indonesia.


Yogyakarta : Pustaka.

M. Adnan Amal. 2007. Kepulauan Rempah-Rempah Perjalanan Sejarah Maluku


Utara 1250-1950. Makassar : Gora Pustaka Indah Nala Cipta Lentera.

Darmawijaya. 2010. Kesultanan Islam Nusantara. Jakarta: Pustaka Al- Kausar.

Rusdiyanto. 2018. Kesultanan Ternate dan Tidore. Jurnal Aqlam.

Aizid, Rizem. 2016. Sejarah Islam Nusantara. Yogyakarta: Diva Press.

16

Anda mungkin juga menyukai