Dosen Pengampu :
Anan Tarfi, M.M
Oleh :
KELOMPOK 5
1. IRWAN KUSWANDI
2. ISKANDAR DINATA
3. MISRIATUN AINI
4. SITI SOFA MARWATI
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas ke hadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah sejarah birokrasi di
indonesia ini tepat pada waktunya.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah sejarah birokrasi di Indonesia ini.
Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah sejarah
birokrasi di indonesia ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun
inspirasi bagi kami dan pembaca pada umumnya.
KATA PENGANTAR.............................................................................................................
DAFTAR ISI...........................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................
A. Latar Belakang.............................................................................................................
B. Rumusan Masalah........................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................
A. LATAR BELAKANG
Kondisi birokrasi di Indonesia beberapa tahun belakangan ini mendapa tsorotan
tajam dari berbagai kalangan, mulai dari rendahnya disiplin kerja, output kinerja yang tidak
maksimal, serta banyaknya kualitas pelayanan yang tidak sesuai standar, membuat
reformasi birokrasi mendesak dilakukan. Esensi Reformasi adalah mengubah paradigm
dari yang “dilayani“ menjadi “pelayan masyarakat”. Harapan kearah tersebut memang
masih belum bisa terwujud hingga saat ini karena disebabkan oleh beberapa factor seperti
kapasitas SDM, sarana penunjang tugas dan rendahnya upah. Sehingga wajar jika
gambaran kualitas pelayanan birokrasi di Indonesia di nilai buruk, lamban dan mahal.
Bentuk usaha untuk meningkatkan perbaikan pelayanan publik, pemerintah perlu
melakukan evaluasi terhadap instansi yang mendapat banyak keluhan dari masyarakat.
Berbagai keluhan dari masyarakat secara nasional telah ditampung dan ditindak lanjuti
oleh Ombudsman Republik Indonesia. Ombudsman merupakan seorang pejabat atau badan
yang bertugas menyelidiki berbagai keluhan masyarakat. Kata ombudsman berasal dari
bahasa Swedia kunoumbuðsmann, artinya perwakilan.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana sejarah birokrasi di Indonesia dari dulu sampe sekrang ?
A. Perkembangan Sistem Pemerintahan, Struktur Birokrasi, dan Sistem Hukum pada Masa
Kolonial
Setelah VOC runtuh, Indonesia diperintah oleh Deandels, seorang yang pandai
tetapi diktator. Ia membagi Pulau Jawa menjadi sembilan karisidenan yang dikepalai oleh
seorang perfect. Ia juga mendirikan pengawas keuangan (Algemene Rekenkamer). Sikap
otoriter Daendels menyebabkan banyak peperangan dengan raja-raja daerah serta
keburukan pemerintahannya, sehingga ditarik kembali pulang ke negeri
Belanda. Selanjutnya, Indonesia jatuh ke tangan Inggris di bawah Raffles yang memiliki
kepribadian yang simpati dan liberalis.
Dalam menjalankan pemerintahannya di Indonesia, Raffles didampingi oleh
badan penasihat (advisory council). Adapun tindakan yang diambilnya adalah:
1. membagi Pulau Jawa menjadi 16 karesidenan, setiap karesidenan dibagi dalam
distrik, setiap distrik terdapat divisi (kecamatan);
2. mengubah sistem pemerintahan yang semula dilakukan oleh penguasa pribumi
menjadi sistem pemerintahan kolonial yang bercorak Barat;
3. para penguasa pribumi dan para bupati dijadikan pegawai kolonial dan digaji.
3. Sistem Hukum
Pada tahun 1838, di negeri Belanda telah diundangkan hukum dagang dan hukum
perdata. Hal ini terdorong oleh adanya kegiatan perdagangan hasil bumi orang-orang
Belanda dengan perantara pedagang Cina. Politik hukum pemerintahan kolonial Belanda
dapat diperlihatkan dalam Pasal 131 Indische Staatsregeling yang menyangkut hukum
orang-orang Indonesia. Dalam pasal tersebut diatur bahwa hukum perdata dan dagang
serta hukum acara perdata dan pidana harus dimasukkan dalam kitab Undang-
Undang. Golongan bangsa Eropa harus menganut perundang-undangan yang berlaku di
negeri Belanda, sedangkan golongan bangsa Indonesia dan timur asing dapat dikenakan
ketentuan hukum orang Eropa apabila dikehendaki.
Pada tahun 1855 sebagian dari kitab Undang-Undang Hukum Perdata telah
memuat hukum kekayaan, begitu juga hukum dagang bagi orang-orang
Cina. Selanjutnya, pemerintah kolonial Belanda dalam membentuk kitab undang-undang
bagi orang Indonesia maka hukum adat selalu menjadi bahan pertimbangan
hukum. Menurut peraturan pemerintah kolonial 1854 dan peraturan Hindia Belanda 1925,
bidang hukum dan peradilan Hindia Belanda dibagi atas dua bagian, yaitu pengadilan
gubernemen dan pengadilan pribumi. Pengadilan gubernemen dilaksanakan oleh
pemerintah kolonial melalui pegawai pemerintahan sesuai dengan aturan hukum,
sedangkan pengadilan pribumi dilaksanakan berdasarkan hukum adat yang pada
umumnya tidak tertulis.
A. KESIMPULAN
Dari pembahasan ini, penulis dapat menyimpulkan bahwa birokrasi yang terjadi
saat ini masih terlalu banyak celah untuk para birokratnya melakukan penyelewengan
kekuasaan sehingga apa yg menjadi tujuan dari birokrasi tersebut sulit untuk kita capai.
Bahkan untuk mencapai yang namanya good govermance itu memerlukan waktu
yang begitu panjang kalau dari para birokrat atau dari masyarakat itu memiliki kesadaran
akan peraturan itu lemah
B. SARAN
Pemerintah diharapkan terus melakukan evaluasi kinerja para birokratnya agar
pencapaian kinerja berdasarkan tugas serta fungsi birokrasi itu sendiri bisa maksimal
dalam pelayanan public.