Oleh :
Nim : 530050172
UNIVERSITAS TERBUKA
PROGRAM PASCASARJANA
2021
i
KATA PENGANTAR
kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga
saya dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah
Indonesia”.
Saya menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari
bantuan banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik
keterterbatasan pengalaman dan pengetahuan yang saya miliki. Oleh karena itu
saya mengharapkan segala bentuk saran serta masukan, bahkan kritik yang
membangun dari berbagai pihak. Akhirnya saya berharap semoga makalah ini
Penulis
DAFTAR ISI
ii
KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................
.......................................................................................................................................1-9
1.2........................................................................................................................................ Rumusan M
.......................................................................................................................................10
.......................................................................................................................................10
1.4........................................................................................................................................ Manfaat Pe
.......................................................................................................................................11
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................
2.1........................................................................................................................................ Pemerintah
.......................................................................................................................................12-16
2.2........................................................................................................................................ Pemerintah
.......................................................................................................................................17-22
2.3........................................................................................................................................ Pemerintah
.......................................................................................................................................22-26
2.4........................................................................................................................................ Pemerintah
.......................................................................................................................................27-28
2.5........................................................................................................................................ Pemerintah
.......................................................................................................................................28-29
2.6........................................................................................................................................ Pemerintah
.......................................................................................................................................29-30
iii
2.7........................................................................................................................................ Pemerintah
.......................................................................................................................................29-31
3.1........................................................................................................................................ Kesimpulan
.......................................................................................................................................32-33
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
pendek. Lebih dari setengah abad lembaga pemerintah lokal ini telah mengisi
iv
dari undang-undang yang mengatur pemerintahan daerah bahwa susunan daerah
Aturan yang digunakan adalah aturan yang ditetapkan oleh PPKI. Selain itu
bentuk pemerintahan daerah dilanjutkan menurut kondisi yang sudah ada, dengan
demikian provinsi dan karesidenan hanya sebagai daerah administratif dan belum
mendapat otonomi.
yang kedudukan dan pemerintahan lokalnya tetap diteruskan sampai diatur lebih
v
wilayah kooti (Zelfbestuurende Landschappen/Kerajaan). Wilayah-wilayah kooti
pada masa itu adalah Provinsi warisan Hindia Belanda, tidak digunakan oleh
nomor 1 tahun 1945 menyebutkan setidaknya ada tiga jenis daerah yang memiliki
otonomi yaitu, Karesidenan, Kota otonom dan Kabupaten. Pemebrian otonomi itu
Daerah bersama-sama dengan dan dipimpin oleh Kepala Daerah. Otonomi. Untuk
vi
ada sebelum Indonesia merdeka dan masih dikuasai oleh dinasti pemerintahannya.
Negeri, Marga, atau nama lain Kota kecil dan daerah otonom khusus tingkat I di
Setingkat Kabupaten, tingkat III di sebut Daerah Istimewa Setingkat Desa. Pada
terdapat pula Daerah Swapraja. Daerah ini merupakan kelanjutan dari sistem
vii
jabatan anggota DPRD adalah empat tahun. Masa jabatan anggota pengganti antar
oleh dan dari anggota DPRD. Kepala Daerah dipilih, diangkat, dan diberhentikan
Daerah dipilih untuk satu masa jabatan DPRD atau bagi mereka yang dipilih antar
waktu guna mengisi lowongan Kepala Daerah, untuk sisa masa jabatan tersebut.
Nomor 5 tahun 1960, Penetapan Presiden Nomor 7 tahun 1965. Menurut Undang-
undang ini secara umum Indonesia hanya mengenal satu jenis daerah otonomi.
Daerah otonomi tersebut dibagi menjadi tiga tingkatan daerah yaitu, tingkat I
Wilayah Indonesia.
viii
1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah. Undang-undang ini
ix
Pada periode VI tahun 1999-2004 berlaku Undang-Undang Nomor 22
administratif. Tiga jenis daerah adalah Daerah Provinsi, Daerah Kabupaten, dan
Daerah Kota. Ketiga jenis daerah ini tersebut berkedudukan setara dalam artian tidak
Otonom oleh Pemerintah Daerah dan DPRD menurut asas Desentralisasi. Daerah
Menurut Undang-undang ini Indonesia dibagi menajdi satu jenis daerah otonom
daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas daerah kabupaten dan daerah
kota. Selain itu Negara mengakui kekhususan dan atau keistemewaan yang ada
x
Negara juga mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat
hukum adat (Desa atau nama lain) beserta hak tradisionalnya sepanjang masih
memiliki anggota sebanyak 125% dari jumlah yang ditentukan dalam Undang-
xi
undang yang mengatur mengenai DPRD. Kepala daerah untuk provinsi disebut
Gubernur, untuk kabupaten disebut Bupati dan untuk Kota disebut Walikota.
Wakil kepala daerah untuk provinsi disebut Wakil Gubernur. Untuk kabupaten
disebut Wakil Bupati dan untuk kota disebut Wakil Walikota. Gubernur yang
nama lain adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah
berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati
di Sulawesi Selatan, Kampung di Kalimantan Selatan dan Papua, Negeri di Maluk
xii
(enam) tahun dan dapat dipilih kembali hanya untuk 1 (satu) kali masa jabatan
dan badan permusyawaratan desa adalah wakil dari penduduk desa bersangkutan
badan permusyawaratan desa adalah 6 (enam) tahun dan dapat dipilih lagi untuk 1
Republik VI pasal 18, 18A, dan 18B. Dalam perjalanannya Undang-undang ini
Tahun 2008
xiii
1.2. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang diatas maka rumusan masalah makalah ini sebagai
berikut :
di Indonesia?
Indonesia?
indonesia
indonesia
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
xiv
untuk mengetahui kemampuan penulis dalam menyusun makalah
BAB II
PEMBAHASAN
Belanda agar tidak lagi bergantung pada Gubernur Jendral. Usulan mengenai
desentralisasi bagi daerah-daerah di tanah jajahan ini juga disuarakan oleh para
anggota parlemen lain seperti W.K Baron van Dadem pada tahun 1881, J.Th
xv
Cramer dan S. Van Houten pada tahun 1887. Kemudian pada periode selanjutnya
belum bisa teralisasi meskipun keuchenius, van Dadem, J.Th. Cramer menduduki
pemerintahan juga disuarakan oleh van Der Wijck yang saat itu menjabat sebagai
Cramer kembali digunakan oleh menteri koloni selanjutnya pada tahun 1901.
otonomi juga berasal dari Hindia Belanda itu sendiri dikarenakan semakin
kompleksnya urusan yang bersifat lokal dan sederhana yang tidak dapat ditangani
lagi oleh pemerintah pusat di Batavia. Maka, sangat diperlukan perubahan pada
struktur pemerintahan saat itu. meningkatnya kegiatan yang bersifat lokal pada
Belanda yang sebelumnya diatur oleh pemerintah kemudian pada masa sistem
dibuka kantor-kantor dagang dan bankbank yang didirikan di beberapa kota besar
di Hindia Belanda pada akhir abad ke 19. Semakin kompleksnya urusan yang
xvi
desentralisasi. Sebelumnya rancangan undang-undang desentralisasi yang
politik Etis di negeri jajahan. Konsep dari politik Etis ini yaitu etika Kristen dan
untuk menunjang pelaksanaan politik Etis. Salah satu bagian perbaikan organisasi
Belanda diberi otoritas sebagai Gemeente. Pada tahun 1903 atas usul A.W.F
diajukan oleh Indenburg ini tidak jauh berbeda dengan undang-undang yang
dengan penambahan pasal 68a, 68b, dan 68c, yang memberikan kesempatan untuk
xvii
Pasal 1 Didalam reglement tentang pokok-pokok kebijaksanaan Pemerintah
1854 (staatsblad No. 129), setelah pasal 68 disisipkan tiga pasal Pasal 68a Jika
kebutuhan khusus daerah itu. Penunjukan wilayah atau bagian dari wilayah,
kebutuhan yang bersangkutan tidak akan dibiayai lagi dari keuangan umum
pertanggung jawaban dari keuangan sendiri dari wilayah atau bagian wilayah
diatur dengan peraturan umum dan pengawasan atas tanggung jawab dari
sedapat mungkin diserahkan kepada dewan yang akan dibentuk dengan ordonasi
untuk tiap wilayah, dimana ditetapkan ketentuan dari ayat satu pasal 68a. Atas
beban satu wilayah atau bagian dari wilayah tidak dapat diadakan pinjaman uang
atau dijaminkan kecuali dengan syarat penguatan dari keputusan tersebut dengan
ordonansi Pasal 68c Dewan-dewan yang dimaksud dalam ayat dua dari pasal 68b,
lokal sehingga mampu mengelola keuangan secara mandiri pula. Usulan tersebut
xviii
Nederlandsch-Indie pada tanggal 23 Juli 1903, atau lebih dikenal dengan nama
Nederlandsche Staatblad tahun 1903 No. 219 dan melalui Indische Staatsblad
dan wewenang dewan (Raad) dalam pengelolaan keuangan yang dipisahkan dari
undang dan aturan tersebut maka daerah-daerah di Hindia Belanda yang telah
sama, pendapatan daerah serta hak dan kewajiban yang sama. Hanya saja
Belanda bukan pribumi. Anggota dewan kota (Gemeente raad) terdiri dari orang
Belanda asli, Pribumi dan orang asing lainnya yang jumlahnya telah diatur oleh
lokal, baik Dewan Keresidenan maupun Dewan Kota sebagai lembaga hukum
xix
yang mempunyai wewenang membuat peraturan. Desentralisasi ini mencakup tiga
hal yaitu :
kota, lembaga kemudian memperoleh hak yang melekat pada wewenang yang
dimiliki. salah satu hak yang diberikan kepada Gemeente adalah hak untuk
mengumpulkan pajak dari warga kota yang bersangkutan. Gemeente juga diberi
hak untuk mengumpulkan dana dari usaha-usaha yang dialihkan oleh pemerintah
tingkatan yaitu, Provinsi, Kabupaten (Kota besar) dan Desa (Kota kecil) negeri,
marga dan sebagainya, yang berhak mengatur dan mengurus rumah tangganya
sebagai Daerah Istimewa yang setingkat dengan Provinsi, Kabupaten atau Desa,
yang berhak mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Nama, batas-batas,
tingkatan, hak dan kewajiban daerah-daerah tersebut dalam ayat (1) dan (2)
xx
ditetapkan dalam Undang-Undang pembentukan. Pemerintah daerah terdiri dari
pada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan Dewan Pemerintah Daerah. Ketua
dan Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dipilih oleh dan dari anggota
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Kepala Daerah menjabat Ketua dan anggota
anggota tersebut dalam ayat (1). Yang dapat menjadi anggota Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah yaitu, Warga Negara Indonesia, Telah berumur dua puluh satu
bulan yang terakhir, Cakap menulis dan membaca dalam bahasa Indonesia dengan
huruf latin, keputusan pengadilan yang tidak dapat dirubah lagi kehilangan hak
yang tidak dapat dirubah lagi dipecat dari hak memilih atau dipilih tidak
terganggu ingatannya.
c. Komisaris Negara;
xxi
e. Kepala Daerah dari Daerah yang bersangkutan dan dari daerah yang lebih
atas;
lebih atas;
bersangkutan;
dengan yang bersangkutan. Anggota yang melanggar larangan tersebut dalam ayat
(1) setelah diberi kesempatan untuk mempertahankan diri dengan lisan atau
anggota yang bersangkutan dalam waktu satu bulan sesudah menerima putusan
itu, dapat diminta putusan Dewan Pemerintahan Daerah yang setingkat lebih atas
atau dari Presiden bagi Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Provinsi. Anggota
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menerima uang Sidang, uang jalan dan
Daerah. Peraturan tersebut, harus disahkan lebih dahulu oleh Presiden bagi
Provinsi dan bagi lain-lain daerah oleh Dewan Pemerintah Daerah dari pada
daerah yang setingkat lebih atas. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah bersidang
atau berapat atas panggilan Ketuanya atau atas permintaan seperlima dari jumlah
xxii
Pemerintah Daerah; rapat diadakan di dalam satu bulan sesudah permintaan
yang hadir dalam rapat tertutup berkewajiban merahasiakan segala hal yang
dibicarakan dalam rapat itu. Merahasiakan itu berlangsung terus, baik bagi
dengan jalan lain atau dari surat-surat yang mengenai hal itu, sampai Dewan
diangkat oleh Menteri Dalam Negeri dari sedikit-sedikitnya dua dan sebanyak-
banyaknya empat orang calon yang diajukan oleh Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah Kabupaten (kota besar). Kepala Daerah Desa (kota kecil) diangkat oleh
empat orang calon yang diajukan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Desa
(kota kecil). Kepala Daerah dapat diberhentikan oleh yang berwajib atas usul
diangkat oleh Presiden dari keturunan keluarga yang berkuasa didaerah itu
adat istiadat didaerah itu. Untuk daerah istimewa dapat diangkat seorang wakil
Kepala Daerah oleh Presiden dengan mengingat syarat-syarat tersebut dalam ayat
(5). Wakil Kepala Daerah Istimewa adalah anggota Dewan Pemerintahan Daerah.
xxiii
Untuk mewakili Kepala Daerah (Wakil Kepala Daerah Istimewa) jika ia
putusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan Dewan Pemerintah Daerah, bila
peraturan-peraturan dari daerah yang lebih atas, bila putusan-putusan itu diambil
oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan Dewan Pemerintah Daerah di bawah
provinsi. Penahanan tersebut dalam ayat (1) harus dalam tujuh hari diberitahukan
kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah atau Dewan Pemerintah Daerah yang
bersangkutan, demikian juga kepada Presiden bagi Provinsi dan bagi daerah-
daerah lainnya kepada Dewan Pemerintah Daerah yang setingkat lebih atas.
Bila dalam tiga bulan Presiden atau Dewan Pemerintah Daerah tersebut dalam
ayat (2) tidak mengambil putusan, maka putusan yang ditahan menjalankannya
itu, segera sesudah tempo itu lampau, dijalankan. Kesederhanaan dan dualisme
yang pada akhirnya terealisasi pada tanggal 10 Juli 1948 yakni dengan
xxiv
Daerah. Undang-undang ini menganut asas otonomi formal sekaligus asas
otonomi material. Asas otonomi material ini tersurat pada Pasal 23 ayat (2) yang
menyebutkan bahwa hal-hal yang menjadi urusan rumah tangga daerah ditetapkan
rumusan negasi) tercantum pada Pasal 28 yang merumuskan tentang batasan dan
peraturan daerah yang materinya telah diatur dengan peraturan yang lebih tinggi.
umum Ad.1, diantaranya disebutkan bahwa undang-undang ini tidak secara tegas
menetapkan hal-hal apa yang menjadi urusan rumah tangga daerah dan apa yang
terdapat kepala daerah tingkat II ditemukan pula bupati sebagai wakil pemerintah
xxv
2.3. Pemerintahan Daerah di bawah Penetapan Presiden Nomor 6 Tahun
1959
Rakyat Daerah. Dalam menjalankan tugasnya Kepala Daerah dibantu oleh sebuah
Badan Pemerintah Harian. Dengan Kepala Daerah dimaksud juga Kepala Daerah
diberhentikan oleh a. Presiden bagi Daerah tingkat I dan b. Menteri Dalam Negeri
dan Otonomi Daerah bagi Daerah tingkat II. Seorang Kepala Daerah diangkat dari
antara calon-calon yang diajukan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang
bersangkutan. Presiden dan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah masing-
Daerah tingkat II di luar pencalonan termaksud pada ayat (2) pasal ini. (4)
Pengangkatan Kepala Daerah tersebut pada ayat (1) pasal ini dilakukan dengan
diangkat untuk suatu masa jabatan yang sama dengan masa duduk Dewan
setelah masa jabatannya berakhir. Kepala Daerah tidak dapat diberhentikan karena
sesuatu keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Menteri Dalam Negeri dan
xxvi
dizaman sebelum Republik Indonesia dan yang masih berkuasa menjalankan
kejujuran, kesetiaan pada Pemerintah Republik Indonesia serta adat istiadat dalam
daerah itu dan diangkat dan diberhentikan oleh Presiden. Untuk Daerah Istimewa
dapat diadakan seorang Wakil Kepala Daerah Istimewa, yang diangkat dan
ayat (1) pasal ini. Kepala dan Wakil Kepala Daerah Istimewa menerima gaji, uang
jalan dan uang penginapan serta segala penghasilan lainnya yang sah yang
Daerah Istimewa mengangkat sumpah atau mengucapkan janji dalam suatu sidang
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dihadapan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi
Daerah atau pejabat yang ditunjuk olehnya. Susunan kata-kata sumpah atau janji
yang dimaksud dalam ayat (1) pasal ini ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri
dan sebanyak-banyaknya 5 orang anggota, kecuali dalam hal yang tersebut dalam
menurut peraturan yang ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri dan Otonomi
pasal ini sedapat-dapatnya diangkat dari calon-calon yang diajukan oleh Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah yang bersangkutan dari anggota atau di luar anggota
Kepala Daerah. Susunan kata-kata sumpah janji ditetapkan oleh Menteri Dalam
xxvii
Negeri dan Otonomi Daerah. Anggota-anggota Badan Pemerintah Harian
menerima uang kehormatan, uang jalan, uang penginapan dan penghasilan lainnya
ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah. Untuk sementara
daerah. Sebagai alat pemerintah Pusat Kepala Daerah mengurus ketertiban dan
ini dilakukan oleh Gubernur untuk Daerah tingkat I dan oleh Bupati/Walikota
untuk Daerah tingkat II. Sebagai alat pemerintah daerah Kepala Daerah bertindak
xxviii
mengurangi kekuasaannya untuk mempertangguhkan dan/atau membatalkan
keputusan Pemerintah Daerah tingkat I dan Pemerintah Daerah tingkat II, yang
ditangguhkan menurut ayat (1) dan (2) pasal ini. Anggota-anggota Badan
urusan dibidang rumah- tangga daerah otonomi dan tugas pembantuan dalam
Daerah yang ada menjadi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menurut Penetapan
mengucapkan janji dihadapan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah atau
pejabat yang ditunjuk olehnya. Terhadap sumpah atau janji termaksud dalam ayat
(1) pasal ini berlaku ketentuan tersebut dalam pasal 8 ayat (2). Dewan Pemerintah
Daerah yang ada dibubarkan dan bekas anggota Dewan tersebut dapat diangkat
tidak bersedia untuk diangkat menjadi anggota Badan Pemerintah Harian. Dalam
xxix
sumpah atau pengucapan janji anggota-anggota Dewan Perwakilan Rayat Daerah
dimaksud dalam pasal 18, pengangkatan Kepala Daerah menurut ketentuan dalam
Badan Pemerintah Harian yang bersangkutan seperti dimaksud dalam pasal 19.
Kepala Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan Dewan Pemerintah Daerah
yang ada pada saat mulai berlakunya Penetapan Presiden ini berjalan terus sampai
1965
UUDS Tahun 1950 hanya sekitar 9 tahun, setelah keluarnya Dekrit Presiden 5 Juli
1959, otomatis NKRI kembali kepada hukum dasar UUD 1945. Landasan hukum
1 tahun 1957 dengan penyempurnaan aturan dalam Penpres Nomor 6 tahun 1959
xxx
Nomor 33 tahun 1965 tentang Pelaksanaan Undang-undang Nomor 18 tahun 1965
Republik Indonesia.
1974
undang Nomor 5 tahun 1974 yang secara resmi bernama Undang-Undang tentang
undang-undang yang pernah dibuat sejak tahun 1948. Undang-undang ini tanpa
mempergunakan imbuhan kata “DI”. Ditinjau dari sudut ruang lingkup yang
umum dibuat untuk jangka waktu yang tidak ditentukan, diukur dengan GBHN
yang berlaku untuk jangka waktu tertentu. Anomali ini tidak hanya berlaku pada
Undang-undang Nomor 5 tahun 1974, tetapi dapat juga terjadi pada undang-
xxxi
pemerintahan daerah adalah wewenang konstitusional pembentuk undang-undang
1999
memulai proses amandemen UUD 1945, yang dilakukan dalam empat tahapan
(mulai Tahun 1999 s/d 2002). Setelah amandemen UUD 1945 rampung
berubah menjadi UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Langkah awal
4/1999 tentang Susunan dan Kedudukan MPR, DPR, dan DPRD; UU No. 2/1999
tentang Pemilihan Umum; UU No. 3/1999 tentang Partai Politik). Setelah itu,
xxxii
dan Daerah). Dalam suasana reformasi, lahirlah UU No. 22/1999, yang
daerah.
2004
tersebut sesuai dengan amanat UUD NRI Tahun 1945 (hasil amandemen), yang
xxxiii
pemerintahan di daerahnya menurut asas otonomi dan tugas pembantuan, yang
tersebut sesuai dengan amanat UUD 1945 (hasil amandemen), yang menekankan
2004 lahir sebagai pengganti dari Undang-undang Nomor 22 tahun 1999, yang
wilayah Indonesia adalah atas daerah provinsi, kabupaten, dan kota. Daerah yang
ada dapat mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas
dan DPRD. Pemerintah daerah terdiri atas kepala daerah dan perangkat daerah.
xxxiv
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
kurun waktu yang panjang lebih dari setengah abad lembaga pemerintah
xxxv
lokal ini telah mengisi perjalanan bangsa. Dari waktu ke waktu
xxxvi
kemudian Alat-alat perlengkapan daerah, yaitu aparatur atau pegawai
bersistem terbuka.
DAFTAR PUSTAKA
Djenen, Dkk. 1972. Sumatera Selatan Dipandang Dari Sudut Geografi Sejarah
xxxvii
Gouda, Frances. 2007. Dutch Culture Overseas Praktik kolonial di Hindia
Jakarta, 2005.
Jakarta, 2010.
Jakarta, 2008.
Supriyanto Abdi, dkk., Potret Pemenuhan Hak Atas Pendidikan dan Perumahan
Di Era Otonomi Daerah: Analisis Situasi Di Tiga Daerah, Pusat Studi Hak Asasi
xxxviii
Wignjosoebroto, Soetandyo. 2004. Desentralisasi dalam Tata Pemerintahan
xxxix