Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

HUBUNGAN PEMERINTAH PUSAT DAN


PEMERINTAH DAERAH

Dosen Pengampu MK

WAFA ADILA, M.Soc.Sc

Nama Kelompok 5 : FAZIRA (2010090811009)


CHINTYA SARI (2010090811031)
NURMANZILA (2010090811090)
ASWINA WATI (2010090811072)
NURFATEHAH (2010090811080)
SAMIRUN (2010090811018)

Semester : Empat (IV)


Kelas : Pagi

SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRASI


LANCANG KUNING DUMAI
TAHUN AJARAN 2022
KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim,
Syukur Alhamdulillah, segala puja dan puji saya panjatkan kehadirat Allah
SWT, karena hanya berkat dan rahmat karunia-Nya yang maha suci dan memberi
kemudahan dalam menyusun makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah
“ADMINISTRASI ILMU PEMERINTAHAN” sehingga makalah ini dapat kami
selesaikan dengan baik.
Sholawat beriring salam tidak lupa juga dihadiahkan buat Nabi junjungan
alam yakni Nabi besar Muhammad SAW, yang telah menuntun kita dari alam
kegelapan menuju alam terang benderang seperti sekarang ini.
Walaupun mungkin terdapat kesalahan dan kekurangannya, kami sebagai
manusia biasa yang tidak pernah terlepas dari kesalahan dan kekurangan, sangat
mengharapkan bimbingan dan kritik dari berbagai pihak, dengan harapan saya
dapat saya dapat menyempurnakan kesalahan dan kekurangan dari makalah ini.
Oleh karena itu sudah sepatutnya saya sebagai penyusun makalah ini
menyampaikan ucapan terima kasih, rasa hormat dan penghargaan setinggi-
tingginya kepada :
1. Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Lancang Kuning LATIP,
S.SoS.,M.Si
2. Yang terhormat Dosen Pengampu Mata Kuliah “Administrasi Ilmu
Pemerintahan” WAFA DILA,M.Soc. Sc
3. Teman- teman yang ada di semester genap (4) ini.
Hanya untaian do’a yang dapat saya panjatkan semoga amal baiknya diterima
oleh Allah SWT. Dan menjadi amal soleh yang senantiasa mengalir keharibaan
penguasa alam semesta.. Aamiin

Dumai, Maret 2022

(Kelompok 5)

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................i


DAFTAR ISI...................................................................................................ii
BAB I (PENDAHULUAN).............................................................................1
   a.   Pengantar.........................................................................................1
b.   Permasalahan penulisan...................................................................4
c.   Tujuan penulisan..............................................................................4
BAB II (PEMBAHASAN)..............................................................................5
a.   Teori.................................................................................................5
b.  Materi...............................................................................................6
1. Hubungan antara pemerintah pusat dengan
pemerintah daerah.........................................................................6
2. Cara Pemerintah Pusat Dan Daerah Bekerja Sama......................7
3.Apa saja dampak positif dan negatif dari hubungan
antara pemeritah pusat dan daerah ................................................8
4.Hubungan Wewenang Antara Pemerintah Pusat dan daerah.................9

BAB III (PENUTUP) .....................................................................................12


a.  Kesimpulan .....................................................................................12
b. saran .................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. PENGANTAR

Ketentuan dalam Pasal 1 ayat (1) UUD 1945 merupakan peneguhan formal
Konstitusi bahwa bentuk negara kesatuan merupakan pilihan dan komitmen
bangsa yang harus dipertahankan dan diisi dengan kreativitas pembangunan,
sedangkan ketentuan Pasal 18 ayat (1) merupakan peneguhan konstitusional
pemberian kewenangan kepada daerah-daerah untuk terlibat dan aktif
menyelenggarakan pemerintahan yang menjadi urusannya. Kedua pasal ini
merupakan pasal yang saling mengisi dan menguatkan yang setiap pembahasan
keduanya harus selalu dikaitkan untuk mencegah tindakan resentralisasi maupun
otonomi terhadap daerah yang kebabalasan.
Desentralisasi adalah sebuah mekanisme penyelenggaraan pemerintahan
yang menyangkut pola hubungan antara pemerintahan nasional dan pemerintah
lokal. Di dalam mekanisme ini pemerintah nasional melimpahkan kewenangan
kepada pemerintahan dan masyarakat setempa atau lokal untuk diselenggarakan
guna meningkatkan kemaslahatan hidup masyarakat (Syaukani,dkk,2009:xvii).
Berdasarkan UUD 1945, negara Indonesia adalah Negara Kesatuan yang
berbentuk Republik. Sesuai ketentuan pasal 4 ayat (1) UUD 1945, dalam
penyelenggaraan pemerintahan dinyatakan bahwa Presiden Republik Indonesia
memegang kekuasaan pemerintahan. Mengingat wilayah Indonesia yang sangat
luas, UUD 1945 beserta perubahannyan telah memberikan landasan konstitusional
mengenai penyelenggaraan pemerintahan daerah di Indonesia. Di antara ketentuan
tersebut yaitu :
1) prinsip pengakuan dan penghormatan negara terhadap kesatuan-kesatuan
masyarakat hukum adat serta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup
dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan
Republik Indonesia ;
2) Prinsip daerah mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut
asas otonomi dan tugas pembantuan ;

1
3) prinsip menjalankan otonomi seluas-luasnya ;
4) prinsip mengakui dan menghormati pemerintahan daerah yang bersifat
khusus dan istimewa ;
5) prinsip badan perwakilan dipilih langsung dalam suatu pemilu ;
6) prinsip hubungan pusat dan daerah harus dilaksanakan secara selaras dan
adil ;
7) prinsip hubungan wewenang antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah
harus memperhatikan kekhususan dan keragaman daerah ;
8) prinsip hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfatan sumber daya
alam dan sumber daya lainnya antara pemerintah pusat dan pemerintahan
daerah dilaksanakan secara adil dan selaras berdasarkan undang-undang;
dan
9) prinsip pengakuan dan penghormatan negara terhadap satuan-satuan
pemerintahan daerah yang bersifat khusus atau bersifat istimewa Provinsi
memiliki urusan wajib dan urusan pilihan .
Selain itu ditetapkan pula kewenangan pemerintah Pusat menjadi urusan
Pemerintahan yang meliputi :
a) politik luar negeri;
b) pertahanan;
c) keamanan;
d) yustisi;
e) moneter dan fiskal nasional; dan
f) agama.
Walaupun dengan ketentuan pemberlakuan otonomi seluas-luasnya dalam
UUD 1945 13, namun muncul pula pengaturan dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 38 tahun 2007 yang membagi urusan pemerintahan antara pemerintah,
pemerintahan daerah provinsi, dan pemerintahan daerah kabupaten/kota.
Konstruksi hubungan antara pusat dan daerah seperti diatur dalam
UndangUndang No. 22 Tahun 1999, telah menyebabkan beralihnya kekuasaan
dari Pemerintah Provinsi kepada Pemerintah Kabupaten/Kota. Kekuatan gerakan
sentrifugal ini menjadi sangat lemah, karena para elite lokal yang menghendaki

2
kemerdekaan provinsi menjadi terpecah. Para Bupati dan Walikota lebih tertarik
untuk menjadi “raja kecil” di wilayahnya, daripada menjadi “hulu balang” di
negara yang akan dibentuk. UU No. 22 Tahun 1999 bahkan meletakkan dasar
perubahan yang radikal (radical change) dalam hubungan antara Pusat dan
Daerah, juga dalam Sistem Administrasi Publik Indonesia secara keseluruhan
(Rohdewohld, 2003: 259).
Otonomi daerah bertujuan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dan
akuntabilitas penyelenggaraan pemerintah. Jaminan partisipasi masyarakat dalam
bentuk peraturan daerah belum menjadi kebutuhan dan kewajiban bagi pemerintah
daerah Dalam perencanaan pembangunan dan anggaran, misalnya masih
dipandang hal yang eksklusif dominan pemerintah dan harus dirahasiakan
keberadaanya dari akses publik.
Indonesia merupakan negara kesatuan yang disebut dengan eenheidstaat, yaitu
negara merdeka dan berdaulat yang pemerintahannya diatur oleh pemerintah
pusat. Sistem pelaksanaan pemerintahan negara dapat dilaksanakan dengan cara
sentralisasi. Dimana kedaulatan negara baik kedalam dan keluar, ditangani
pemerintah pusat.
Luasnya daerah-daerah di Indonesia menjadi terbagi-bagi atas beberapa
provinsi, kabupaten serta kota. Daerah-daerah tersebut memiliki pemerintahan
daerah untuk mempermudah kinerja pemerintah pusat, dalam hal pembagian
kekuasaan terhadap daerahnya digunakanlah suatu asas yang dinamakan asas
otonomi sesuai dengan yang diatur dalam Pasal 18 ayat (2) Undang-undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Dalam rangka menciptakan alokasi sumber daya nasional yang efektif dan
efisien maka perlu mengatr tata kelola hubungan keuangan antara pemerintah
pusat dan daerah yang adil, selaras, dan akuntabel berdasarkan pancasila dan
UUD Negara republic indonesi tahun 1945. Sebungungan dengan hal tersebut,
presiden telah menetapkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2022 tentang
Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan Pemerintah Daerah pada tanggal 5
Januari 2022.

3
Ruang lingkup hubungan keuangan antara pemerintah pusat dan
pemerintah daerah sebagaimana pasal 2 meliputi :
1. Pemberian sumber penerimaan daerah berupa pajak dan retribusi
2. Pengelolaan transfer ke daerah
3. Pengelolaan belanja daerah
4. Pemberian wewenang untuk melakukan pembiayaan daerah
5. Pelaksanaan sinergi kebijkan fiscal nasional

B.   PERMASALAHAN PENULISAN
Dari penjelasan latar belakang diatas maka permasalahan penulisan yang
dapat diambil adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan hubungan antara pemerintah pusat dan daerah
?
2. Bagaimana pemerintah pusat dan pemerintah daerah bekerja sama ?
3. Apa saja dampak positif dan negatif dari hubungan tersebut ?
4. Bagaimana Hubungan Wewenang Antara Pemerintah Pusat dan daerah ?

C.   TUJUAN PENULISAN
1. Mahasiswa mampu mendeskripsikan hubungan antara pemerintah pusat
dan daerah.
2. Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana cara kerja sama antara
pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
3. Mahasiswa dapat mengetahui dampak positif dan negatif hubungan
tersebut.
4. Mahasiswa bias mengetahui sejauh mana wewenang antara pemerintah
pusat dan daerah.

4
BAB II
PEMBAHASAN
A.   TEORI

Hubungan antara Pemerintah dan Daerah mencakup isi yang sangat luas,
bisa terkait dengan isu nasionalisme dan nation building, bisa pula dengan isu
demokrasi nasional dan demokrasi lokal, dan oleh karena itu terkait pula dengan
isu hubungan antara negara dan masyarakar.hubungan Pusat dan Daerah
merupakan sesuatu yang banyak diperbincangkan, karena masalah tersebut dalam
praktiknya sering menimbulkan upaya tarik menarik kepentingan (spanning of
interest) antara kedua satuan pemerintahan. Terlebih dalam negara kesatuan,
upaya pemerintah pusat untuk selalu memgang kendali atas berbagai urusan
pemerintahan sangat jelas (Huda,2009:1).
Model Hubungan antara Pemerintah Pusan dan Pemerintah Daerah secara
teoritis menurut Clarke dan Steward dapat dibedakan menjadi tiga, yakni :
(Huda,2009:248). Pertama, The relative Autonomy Model, memberikan kebebasan
yang relatif besar kepada pemerintah daerah dengan tetap menghormati eksistensi
pemerintah pusat. Penekanannya adalah pada pemberian kebebasan bertindak bagi
pemerintah daerah dalam kerangka kekuasaan/tugas dan tanggung jawab yang
telah dirumuskan oleh peraturan perundang-undangan; kedua The Agency Model.
Model dimana pemerintah daerah tidak mempunyai kekuasaan yang cukup berarti
sehingga keberadaannya terlihat lebih sebagai agen pemerintah pusat yang
bertugas untuk menjalankan kebijaksanaan pemerintah pusatnya. Karenanya pada
model ini berbagai petunjuk rinci dalam peraturan perundangan sebagai
mekanisme kontrol sangat menonjol. Pada model ini pendapatan asli daerah
bukanlah hal penting dan sistem keuangan daerahnya didominasi oleh bantuan
dari pemerintah pusat; ketiga The Interaction Model. Merupakan suatu bentuk
model dimana keberadaan dan peran pemerintah daerah ditentukan oleh interaksi
yang terjadi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
Menurut Bagir Manan, paling tidak ada empat faktor yang menentukan
hubungan pusat dan derah dalam otonomi yaitu hubungan kewenangan, hubungan

5
keuangan, hubungan pengawasan dan hubungan yang timbul dari susunan
organisasi pemerintahan di daerah (Manan, 2001:37).
Upaya menemukan format hubungan antara pusat dan daerah yang ideal
dalam kerangka negara kesatuan bukanlah persoalan yang mudah ditemukan,
karena hal itu merupakan proses yang berjalan seiring dengan perjalanan bangsa
Indonesia. Salah satu aspek yang mempengaruhi pola hubungan antara pemerintah
pusat dan pemeintah daerah, terlebih dalam negara kesatuan desentralistik.
Kewenangan yag dijalankan oleh pemerintah pusat dalam negara kesatuan
sangantlah luas dan mencakup seluru warga negara yang ada di dalam maupun
diluar negeri.

B. MATERI
1. Hubungan antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah
Dasar pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia sesuai UUD 1945
terdapat dua nilai dasar yang dikembangkan yakni, nilai unitasi dan nilai
desentralisasi. Nilai dasar unitaris diwujudkan dalam pandangan bahwa
Indonesia tidak akan mempunyai kesatuan pemerintahan lain di dalamnya yang
bersifat Negara, artinya kedaulatan yang melekat pada rakyat, bangsa dan
Negara Republik Indonesia tidak akan terbagi di antara kesatuan-kesatuan
pemerintahan regional atau local. Sementara itu nilai dasar desentralisasi
diwujudkan dengan pembentukan daerah otonom dan penyerahan kewenangan
untuk menyelenggarakan urusan-urusan pemerintahan yang telah diserahkan
atau diakui sebagai domain rumah tangga daerah otonom tersebut. Sesuai
dengan UUD 1945, karena Indonesia adalah “Eenheidstaat” maka di dalam
lingkungannya tidak dimunginkan adanya daerah yang bersifat staat juga. Ini
berarti bahwa sebagai pembatas besar dan luasnya daerah otonom dan hubungan
kewenangan antara pemerintah pusat dan daerah adalah menghundari daerah
otonom menjadi negara dalam negara. Dengan demikian pembentukan daerah
otonom dalam rangka desentralisasi di Indonesia memiliki ciri-ciri sebagai
berikut :

6
a. Daerah otonom tidak memiliki kedaulatan atau layaknya di Negara
federal.
b. Desentralisasi dimanifestasikan dalam bentuk penyerahan atas
urusan pemerintahan.
c. Penyerahan urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud pada butir
b, tersebut diatas utamanya terkait dengan pengaturan dan
pengurusan kepentingan masyarakat setempat (lokalitas) sesuai
dengan prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat.

2. Cara Pemerintah Pusat Dan Daerah Bekerja Sama


Pemerintah pusat bertugas dalam menaungi pemerintah
dearah. Pemerintah pusat adalah bagian pemerintahan yang
mengatur dan mendorong pemerintahan derah menjadi maju.
Pemerintah pusat dan dearah harus memiliki hubungan yang baik
karena kedua pemerintahan ini saling membutuhkan dan saling
berinteraksi. Sebagai contoh:
1. pada masa pandemic covid-19 ini pemerintah pusat dan
daerah bekerja sama dalam memperbaiki ekonomi di
masyarakat tentu dengan melalui hubungan dan
interaksi yang baik.
2. Bekerja sama dalam menciptakan lapangan pekerjaan
untuk mengurangi pengangguran dan meningkatkan
perekonomian.
3. Bekerjasama dalam mengatasi banjir yang selalu
menjadi masalah di ibu kota dan kota-kota besar
lainnya. Kepala Badan Bela Negara FKPPI, Bambang
Soestyo mengatakan bahwa kerjasama antara
pemerintah pusat dan daerah serta partisipasi
masyarakat sangat dibutuhkan.

7
Berdasarkan ketentuan pasal 9 UU No.23 Tahun 2014,
urusan pemerintahan terbagi atas urusan pemerintahan absolut,
urusan pemerintahan konkruen dan urusan pemerintahan umum.
1. Urusan pemerintahan absolut adalah urusan
pemerintahan yang sepenuhnya menjadi kewenangan
pemerintaha pusat
2. Urusan pemerintahan konkuren adalah urusan
pemerintahan yang di bagi antara pemerintahan pusat
dan daerah provinsi dan derah kabupaten/kota. Urusan
pemerintahan konkuren yang di serahkan ke daerah
menjadi dasar pelaksanaan otonomi daerah.
3. Urusan pemerintahan umum adalah urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan presiden
sebagai kepala pemerintah.

3. Apa saja dampak positif dan negatif dari hubungan antara pemeritah
pusat dan daerah

Dampak positif dari adanya hubungan antara pemerintahan dan daerah


salah satunya

 kegiatan suatu pemerintahan dapat berjalan lebih efektif, karena


kewenangan berada di tangan daerah. Contohnya untuk mengetahui
jumlah informasi populasi penduduk dengan diadakan sensus penduduk
dalam jangka waktu tertentu. Jadi pemerintah pusat tidak harus turun
langsung ke lapangan, karna pemerintah daerah sudah di berikan
wewenang untuk sensus tersebut
 dinamika dan perkembagan suatu politik lebih mudah di kontrol. Misalnya
di setiap daerah di bangunnya rumah partai yang bertujuan untuk
menampung aspirasi masyarakat yang diharap bisa dilaksakan atau
dijalankan oleh partai tersebut.

8
 laju suatu pertumbuhan ekonomi di daerah setempat lebih mudah di
kontrol. Contohnya dengan adanya dana desa yang dialokasikan ke Badan
Usaha Milik Desa (BUMDES) sehingga dapat membantu perekonomian
daerah tersebut

Sedangkan dampak negatif dari adanya hubugan daerah untuk melakukan


Tindakan yang dapat merugikan negara dan rakyat seperti korupsi , kolusi dan
nepotisme

Sayangnya,walaupun memiliki banyak dampak positif otonomi daerah


tidak terlepas dari dampak negatif yaitu:

 Pemerintahan pusat kurang mengawasi kebijakan suatu daerah karena


kewenangan penuh yang di beri pada daerah, maksudnya karna pemerintah
telah memberi kepercayaan sepenuhnya kepada pemerintah daerah,
sehingga pemerintah pusat kurang kepedulian terhadap pemerintah daerah.
 munculnya suatu pejabat daerah yang sewenang wenang, karna kurangnya
pengawasan dari pusat membuat pejabat daerah bertindak sewenang-
wenangnya atas kekuasaan yang telah di berikan dan seharusnya
dijalankan dengan baik sesuai dengan peraturan pemerintah yang berlaku.
 adanya hubungan daerah untuk melakukan Tindakan yang dapat
merugikan negara dan rakyat seperti korupsi , kolusi dan nepotisme.

4. Hubungan Wewenang Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

Kewenangan berasal dari kata dasar “wewenang” yang dalam bahasa


hukum tidak sama dengan kekuasaan (macht). Kekuasaan hanya menggambarkan
hak untuk berbuat atau tidak berbuat. Atau kekuasaan adalah kemampuan untuk
melaksanakan kehendak. Dalam hukum, wewenang sekaligus hak dan kewajiban
(rechten en plichten) (Fauzan, 2006 :80). Dalam kaitannya dengan otonomi
daerah, hak mengandung pengertian kekuasaan untuk mengatur sendiri
(selfregelen) dan mengelola sendiri (self besturen). Sedangkan kewajiban
mempunyai dua pengertian yakni horizontal dan vertikal. Secara horizontal berarti

9
kekuasaan untuk menyelenggarakan pemerintahan sebagaimana mestinya. Dan
wewenang dalam pengertian vertikal berarti kekuasaan untuk menjalankan
pemerintahan dalam suatu tertib ikatan pemerintah negara secara keseluruhan.
Desentralisasi yang dianut dalam konsep negara kesatuan pada akhirnya juga akan
mempengaruhi hubungan antara pemerintah pusat dan daerah, khususnya yang
berkaitan dengan distribusi kewenangan pengaturan atas urusan-urusan
pemerintahan. Oleh karena itu, adanya satuan pemerintahan yang berlapis-lapis
maupun bertingkat tujuannya antara lain adalah untuk mencegah dominasi
kewenangan pemerintah yang lebih tinggi.

Dalam negara kesatuan, semua kekuasaan pemerintahan ada di tangan


pemerintah pusat. Pemerintah pusat dapat mendelegasikan kekuasaannya kepada
unit-unit konstituen tetapi apa yang didelegasikan itu mungkin juga ditarik
kembali. Dalam negara kesatuan pada asasnya kekuasaan seluruhnya dimiliki oleh
pemerintah pusat. Artinya, peraturan-peraturan pemerintah pusatlah Indah:
Hubungan Wewenang Antara pemerintah Pusat 143 yang menentukan bentuk dan
susunan pemerintahan daerah otonom, termasuk macam dan luasnya otonomi
menurut inisiatifnya sendiri. Daerah otonom juga turut mengatur dan mengurus
hal-hal sentral (medebewind), pemerintah pusat tetap mengendalikan kekuasaan
pengawasan terhadap daerah-daerah otonom tersebut. Berdasarkan hal tersebut
terdapat tiga model hubungan kewenangan antara pemerintah pusat dengan
pemerintah daerah (Fauzan, 2006 : 80-85) yaitu:

1. Model otonomi relatif, model ini memberikan kebebasan kepada pemerintah


daerah, dan pada saat yang sama tidak mengingkari realitas negara bangsa.
Penekanannya adalah dengan memberikan kebebasan bertindak pada
pemerintah daerah dalam kerangka kerja kekuasaan dan kewajiban yang telah
ditentukan. Hubungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah oleh karenanya
ditentukan oleh perundang-undangan, Pengawasan dibatasi. Pemerintah daerah
meningkatkan kebanyakan dari penghasilannya melalui pajak langsung. Dalam
model otonomi relatif pemerintah daerah dapat membuat kebijakan yang dibagi

10
dengan pemerintah pusat atau yang berada dari kebijakan yang ditetapkan oleh
pemerintah pusat;

2. Model Agensi, ini adalah model pemerintahan daerah yang dilihat terutama
sebagai agen pelaksanaan kebijakan pemerintah pusat. Hal ini diyakinkan
melalui spesifikasi yang terperinci dalam peraturan, perkembangan peraturan
dan pengawasan;

3. Model Interaksi, dalam model ini sulit ditentukan ruang lingkup kegiatan
pemerintah pusat dan pemerintah daerah, karena mereka terlibat dalam pola
hubungan yang rumit, yang penekanannya ada pada pengaruh yang
menguntungkan saja. Hubungan kewenangan, antara lain bertalian juga dengan
cara pembagian urusan penyelenggaraan pemerintahan atau cara menentukan
urusan rumah tangga daerah.

11
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Ketentuan dalam Pasal 1 ayat (1) UUD 1945 merupakan peneguhan formal
Konstitusi bahwa bentuk negara kesatuan merupakan pilihan dan komitmen
bangsa yang harus dipertahankan dan diisi dengan kreativitas pembangunan,
sedangkan ketentuan Pasal 18 ayat (1) merupakan peneguhan konstitusional
pemberian kewenangan kepada daerah-daerah untuk terlibat dan aktif
menyelenggarakan pemerintahan yang menjadi urusannya. Kedua pasal ini
merupakan pasal yang saling mengisi dan menguatkan yang setiap pembahasan
keduanya harus selalu dikaitkan untuk mencegah tindakan resentralisasi maupun
otonomi terhadap daerah yang kebabalasan.
Dasar pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia sesuai UUD 1945 terdapat
dua nilai dasar yang dikembangkan yakni, nilai unitasi dan nilai desentralisasi.
Nilai dasar unitaris diwujudkan dalam pandangan bahwa Indonesia tidak akan
mempunyai kesatuan pemerintahan lain di dalamnya yang bersifat Negara,
artinya kedaulatan yang melekat pada rakyat, bangsa dan Negara Republik
Indonesia tidak akan terbagi di antara kesatuan-kesatuan pemerintahan regional
atau local. Sementara itu nilai dasar desentralisasi diwujudkan dengan
pembentukan daerah otonom dan penyerahan kewenangan untuk
menyelenggarakan urusan-urusan pemerintahan yang telah diserahkan atau
diakui sebagai domain rumah tangga daerah otonom tersebut. Sesuai dengan
UUD 1945, karena Indonesia adalah “Eenheidstaat” maka di dalam
lingkungannya tidak dimunginkan adanya daerah yang bersifat staat juga. Ini
berarti bahwa sebagai pembatas besar dan luasnya daerah otonom dan hubungan
kewenangan antara pemerintah pusat dan daerah adalah menghundari daerah
otonom menjadi negara dalam Negara.

12
B. SARAN
1. Pemerintah daerah hendaknya menyadari bahwa desentralisasi viskal
bertujuan untuk meningkatkan pelayanan dasar untuk masyrakat
sehingga akses untuk mendapatkan pelayanan dasar semakin luas.
Maka pemerintah daerah perlu memperhatikan aspirasi masyarakat
untuk menyediakan kebutuhan pelayanan dasar tersebut.
2. Perlu adanya pengawasan yang lebih teliti dari pemerintah pusat
terhadap berlangsungnya desentralisasi viskal. Sehingga dengan
pengawasan tersebut proses pembangunan di daerah menjadi lebih
terjamin dan terhindar dari penyimpangan, kemudian pada akhirnya
mampu mengurangi tingkat kemiskinan.
3. Amanat konstitusi tentang pengaturan hubungan wewenang pusat dan
daerah dengan suatu undang-undang perlu segera di wujudkan.
Penunaian amanah kosntitusi ini dapat menjadi titik awal pemaduan
pengaturan tentang dimensi lainnya dalam hubungan pusat dan daerah,
yang selama ini tercakup dalam berbagai undang-undang sektoral dan
ada bagian-bagian pengaturan yang cenderung tidak harmonis.

13
DAFTAR PUSTAKA

Hernadi Affandi, 2016, Pengertian Pemerintahan Daerah Menurut Doktrin,


Materi Perkuliahan Hukum Pemerintah Daerah, Pascasarjana Unsika,
Karawang
I Gde Pantja Astawa, 2008, Problematika Hukum Otonomi Daerah Di
Indonesia, Alumni, Bandung
Inu Kencana, 2013, Ilmu Negara Kajian Ilmiah dan Keagamaan, Pustaka
Reka Cipta, Bandung
J. Kaloh, 2007, Mencari Bentuk Otonomi Daerah suatu solusi dalam
menjawab kebutuhan lokal dan tantangan global, Rineka Cipta, Jakarta
Sudono Syueb, 2008, Dinamika Hukum Pemerintahan Daerah sejak
kemerdekaan sampai era reformasi, Laksbang Mediatama
Sirajuddin dan Winardi, 2015, Dasar-dasar Hukum Tata Negara Indonesia,
Setara Press, Malang

14

Anda mungkin juga menyukai