Anda di halaman 1dari 7

SEJARAH KETATANEGARAAAN INDONESIA PRA KEMERDEKAAN

Disusun oleh :
Gilang Azizy 010002200407
Rifa Fawwaz Muhammad 010002200436
Farhan Nugraha 010002200440
Refaya Akbar Arasyid 010002200442
Ahmad Hafid A 010002200457
Joshua Parlinggoman 010002200466

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-
Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Shalawat serta salam
senantiasa kami kirimkan kepada baginda besar Nabi Muhammad SAW dan para
sahabatnya. makalah ini berjudul “KETATANEGARAAN INDONESIA PASCA
KEMERDEKAAN” yang diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran Hukum
Tata Negara.
Dengan selesainya makalah ini, tidak lepas dari bantuan banyak pihak yang telah
memberikan banyak masukan untuk kami.Kami menyadari bahwa masih banyak
kekurangan dalam pembuatan makalah ini. Maka dari itu, segala kritik dan saran yang
bersifat membangun sangat kami harapkan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk
kita semua. Akhir kata kami mengucapkan terima kasih.

Jakarta, Maret 2023


Penulis
Abstrack

Dengan dikumandangkannya Proklamasi Kemerdekaan 1945, dilihat dari segi


hukum tata negara, berarti bangsa Indonesia telah memutuskan ikatan dengan tatanan
hukum sebelumnya, baik tatanan hindia Belanda maupun tatanan hukum pendudukan
Jepang. Dengan perkataan lain, Bangsa Indonesia mulai saat itu telah mendirikan tatanan
hukum baru,yakni tatanan hukum Indonesia, yang berisikan hukum Indonesia, dan
ditentukan, dilaksanakan sendiri oleh bangsa Indonesia. Tulisan ini akan membahas
Sejarah politik pascakemerdekaan Indonesia yang dibagi ke dalam periodisasi atau rezim
kekuasaan, yakni: Periode awal kemerdekaan atau lebih dikenal dengan istilah masa
revolusi kemerdekaan dengan konstitusi yang digunakan UUD 1945,.

A. SEJARAH KETATANEGARAAN INDONESIA PRA KEMERDEKAAN


1. Masa Penjajahan Belanda
Pada masa ini Indonesia ( yang selanjutnya disebut Hindia Belanda )
dikonstruksikan merupakan bagian dari Kerajaan Belanda. Hal ini nampak jelas tertuang
dalam Pasal 1 UUD Kerajaan Belanda ( IS 1926 ). Dengan demikian kekuasaan tertinggi di
Hindia Belanda ada di tangan Raja. Akan tetapi, dalam pelaksanaannya Raja / Ratu tidak
melaksanakan kekuasaannya sendiri di Hindia Belanda, melainkan dibantu oleh Gubernur
Jenderal sebagai pelaksana. Ratu Belanda sebagai pelaksana Pemerintahan kerajaan
Belanda harus bertanggung jawab kepada parlemen. Ini menunjukkan sistem
pemerintahan yang dipergunakan di Negeri Belanda dalam sistem Parlementer Kabinet.

Adapun peraturan perundang-undangan dan lembaga negara yang ada pada


masa Hindia Belanda adalah :
A.) Undang Undang Dasar Kerajaan Belanda 1938
ㆍ Pasal 1 : Indonesia merupakan bagian dari Kerajaan Belanda.
ㆍ Pasal 62 : Ratu Belanda memnegang kekuasaan pemerintahan tertinggi atas
pemerintah Indonesia, dan Gubernur Jenderal atas nama Ratu Belanda menjalankan
pemerintahan Umum.
ㆍ Pasal 63 : Ketatanegaraan Indonesia ditetapkan dengan undang-undang, soal-soal
intern Indonesia diserahkan pengaturannya kepada badan-badan di Indonesia,
kecuali ditentukan lain dengan Undang Undang.
B.) Indische Staatsregeling ( IS )
Pada hakekatnya adalah Undang-undang, tetapi karena substansinya mengatur tentang
pokok-pokok dari Hukum Tata Negara yang berlaku di Hindia Belanda ( Indonesia ), maka
secara ril IS dapat dianggap sebagai Undang-Undang Dasar Hindia Belanda.
Berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan tersebut di atas, dapat
ditarik pemahaman bahwa sistem ketatanegaraan dan pemerintahan yang
dilaksanakan oleh Pemerintah Kerajaan Belanda adalah dengan menggunakan asas
dekonsentrasi. Dengan demikian secara umum, kedudukan dari Gubernur Jenderal
dapat disetarakan sebagai Kepala wilayah atau alat perlengkapan Pusat ( Pemerintah
Kerajaan Belanda ).

Adapun bentuk-bentuk peraturan perundang-undangan yang dikenal pada masa


berlakunya IS adalah :
1. WET
Yang dimaksud dengan WET adalah peraturan yang dibuat oleh Mahkota Belanda
dalam hal ini adalah Ratu / Raja Kerajaan Belanda bersama-sama dengan
Parlemen ( DPR di Belanda ). Dengan kata lain WET di dalam pemerintah Indonesia
disebut Undang-Undang.
2. AMVB ( Algemene Maatregeling Van Bestuur)
Yang dimaksud dengan Algemene Maatregeling Van Bestuur adalah peraturan yang dibuat
oleh Mahkota Belanda dalam hal ini adalah Ratu / Raja Kerajaan Belanda saja, tanpa
adanya campur tangan dari Parlemen. Dengan kata lain Algemene
Maatregeling Van Bestuur di Indonesia disebut Peraturan Pemerintah ( PP ).
3.Ordonantie
Yang dimaksud dengan Ordonantie adalah semua peraturan yang dibuat oleh
Gubernur Hindia Belanda bersama-sama dengan Voolksraad ( dewan rakyat Hindia
Belanda ). Ordonantie sejajar dengan Peraturan daerah ( perda ) di dalam
pemerintahan Indonesia saat ini.
4. RV ( Regering Verordening )
Regering Verardening adalah semua peraturan yang dibuat oleh Gubernur Hindia
Belanda tanpa adanya campur tangan Volksraad. Regering Verardening setara
dengan Keputusan Gubernur.

Keempat peraturan perundang-undangan ini disebut Algemene Verordeningen an umum).


Disamping itu juga dikenal adanya Local Verordeningen(peraturan lokal) yang dibentuk
oleh pejabat berwenang di tingkat lokal seperti Gubernur Wedana dan Camat.
Pada masa Hindia Belanda ini sistem pemerintahan yang dilaksanakan adalah Sentralistik.
Akan tetapi agar corak sentralistik tidak terlalu mencolok,maka dipergunakan adalah
dekonsentrasi yang dilaksanakan dengan seluas-luasnya. Hal ini menjadikan Hindia
Belanda ( Indonesia ) tidak memiliki kewenangan otonom sama sekali, khususnya dalam
mengatur dan mengurus urusan rumah tangganya sendiri. Sistem ketatanegaraan seperti
ini nampak dari hal-hal sebagai berikut :
A.) Kekuasaan eksekutif di Hindia Belanda ada pada Gubernur Jenderal dengan
kewenangan yang sangat luas dengan dibantu oleh Raad Van Indie ( Badan
penasehat).
B.) Kekuasaan kehakiman ada pada Hoge Rechshof (mahkamah agung)
C.) Pengawas keuangan dilakukan oleh Algemene Reken Kamer.

Struktur ketatanegaraan seperti ini berlangsung sampai pada masa penjajahan Jepang dan
berakhir pada masa proklamasi kemerdekaan. Memperhatikan susunan ketatanegaraan
tersebut di atas, maka dari segi hukum tata negara, Hindia Belanda belum dapat disebut
sebagai negara. Hal ini mengingat tidak dipenuhinya unsur-unsur untuk disebut negara,
seperti mempunyai wilayah, mempunyai rakyat, dan mempunyai pemerintahan yang
berdaulat. Memang realitasnya ketiga unsur tersebut dapat dikatakan sudah terpenuhi.
Wilayahnya ada, rakyatnya ada, bahkan pemerintahan yang berdaulat terpenuhi. Akan
tetapi hakekat keberadaan ketiga unsur tersebut tidak muncul karena dibangun oleh
bangsa Indonesia sendiri, melainkan didasarkan pada kondisi kolonialisme yang
berlangsung pada saat itu. Maksudnya wilayah dancrakyat yang ada di Hindia Belanda
sebenarnya sudah ada sejak Belanda belumcmasuk dan menduduki Indonesia. Dengan
kata ain wilayah Nusantara dan masyarakat yang mendiami nusantara itu sudah ada sejak
jaman dahulu. Ditinjau dari unsur pemerintahan yang berdaulat ,sebenarnya Hindia
Belanda tidak dapat dikatakan sebagai sebuah permintaan yang berdaulat, karena
kedaulatan Hindia Belanda ada pada Kerajaan Belanda, sedangkan Gubernur Jenderal
hanya berfungsi sebagai penyelanggara pemerintahan umum di wilayah Hindia Belanda
sebagai daerah jajahan Kerajaan Belanda.
2. MASA PENDUDUKAN JEPANG
Sejarah menunjukkan bahwa dengan adanya Perang Asia Timur Raya atau terkenal
denga sebutan Peran Dunia Ke II muncullah kekuatan angkatan perang yang cukup
dominan yaitu bala tentara Jepang. Dengan kekuatan inilah seluruh kawasan asia mampu
diduduki oleh bala tentara Jepang, tidak terkecuali Indonesia yang pada saat itu masih
berada di bawah kolonialisme Belanda.
Dalam perang timur raya, bahwa kedudukan Jepang di Indonesia adalah :
1.) Sebagai penguasa pendudukan, maka Jepang tidak dibenarkan untuk mengubah
susunan ketatanegaraan / hukum di Hindia Belanda. Hal ini disebabkan wilayah
pendudukan Jepang adalah merupakan wilayah konflik yang menjadi medan perebutan
antara bala tentara jepang dengan belanda.Oleh karena itu, Jepang hanya meneruskan
kekuasaan Belanda atas Hindia Belanda. Namun dalam hal ini kekusaan tertinggi tidak lagi
ada di tangan pemerintah Belanda,melainkan di ganti oleh kekuadaan bala tentara jepang.
2.)Jepang berusaha mengambil simpati dari bangsa-bangsa yang ada di kawasan asia
timur raya termasuk Indonesia denga menyebut dirinya sebagai Saudara tua. Dalam
sejarah Indonesia, sebutan seperti ini dilanjutkan dengan pemerian Janji kemerdekaan
kepada Indonesia dikelak kemudian hari. Janji tersebut direalisir dengan membentuk
BPUPK (Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan) yang kemudian melaksanakan
persidangan sebanyak dua kali. Sebelum PPKI berhasil melaksanakan sidang-sidang untuk
melanjutkan upaya-
upaya yang telah dilakukan oleh BPUPKI, Jepang menyerah pada sekutu pada tanggal 14
Agustus 1945. Pada saat itu pula sekutu belum masuk ke wilayah Indonesia.Menurut
hukum internasional, penguasa pendudukan yang menyerah harus tetap menjaga agar
wilayah pendudukan tetap dipertahankan seperti sedia kala ata dalam kondisi status quo.

Perlu diketahui pula pada masa pendudukan bala tentara Jepang, wilayah Indonesia dibagi
menjadi tiga wilayah besar yaitu :
1. Daerah yang meliputi Pulau Sumatera dibawah kekuasaan Pembesar Angkatan
darat Jepang dengan pusat kedudukan di Bukittinggi.
2. Daerah yang meliptui pulau Jawa berada di bawah kekuasaan Angkatan darat
yang berkedudukan di Jakarta.
3. Daerah-daerah selebihnya berada di bawah kekuasaan Angkatan Laut yang
berkedudukan di Makasar.
Dari pembagian wilayah ini membuktikan bahwa pada masa pendudukan Jepang paham
militeristik menjadi model bagi pengaturan sistem ketatanegaraan di
Indonesia.
Paham militeristik seperti ini dipandang lebih efektif karena mampu lebih
mengedepankan jalur komando dan mampu menghimpun kekuatan yang cukup
siknifikan guna menghadap serangan musuh. Dengan menggunakan model seperti
ini tidak pelak lagi kalau sistem ketatanegaraan yang diberlakukan adalah bersifat
Talistik.
Salah satu peraturan yang menjadi salah satu sumber hukum tata negara Republik
Indonesia sebelum Proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 adalah Undang-Undang
No.40 Osamu Seirei tahun 1942. Osamu Seirei adalah peraturan atau Undang-Undang yang
cenderung berbau otoriter ataupemaksaan. Pengunda pengumuman mengenai undang-
undang Osamu Seirei ini dilakukan dengan cara ditempelkan pada papan-papan
pengumuman di Kantor-kantor pemerintahan Jepang setempat

Anda mungkin juga menyukai