Oleh :
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah dengan judul “SEJARAH KETATANEGARAAN INDONESIA” ini dapat
tersusun hingga selesai. Tidak lupa juga kami mengucapkan banyak terima kasih atas
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi
maupun pikirannya.
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi nilai tugas dalam mata kuliah
Hukum Tata Negara. Selain itu, pembuatan makalah ini juga bertujuan agar menambah
pengetahuan dan wawasan bagi para pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB I ........................................................................................................................................... 1
3.1 Kesimpulan.................................................................................................................................. 10
3.2 Saran ........................................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................... 12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Suatu ilmu tidak dapat muncul begitu saja tanpa ada sebab akibat ataupun sejarah
mengapa ilmu itu bisa ada. Maka suatu ilmu itu bisa ada karena ilmu itu memiliki sejarah
tersendiri maupun cerita tersendiri hingga muncul dan dipergunakan oleh banyak orang
untuk menambah wawasan maupun ilmu bagi seseorang atau sekelompok orang. Hukum
ketatanegaraan di Indonesia juga memiliki sejarahnya sendiri, Sejak zaman penjajahan
Belanda di Indonesia berlaku hukum yang beraneka ragam, bahkan pemberlakuan hukum
oleh Pemerintah Belanda dibedakan antara penduduk pribumi dengan golongan Eropa.
Tata hukum Indonesia ditetapkan oleh masyarakat hukum Indonesia sejak lahirnya
negara Indonesia yaitu pada 17 Agustus 1945. Pada saat berdirinya Negara Indonesia
terbentuklah tata hukumya
1
BAB II
PEMBAHASAN
Pada masa ini, Indonesia yang disebut juga Hindia Belanda merupakan bagian
dari Kerajaan Belanda. Hal ini terlihat jelas tertuang di dalam Pasal 1 UUD Kerajaan
Belanda (IS 1926). Dengan demikian kekuasaan tertinggi di Hindia Belanda ada di
tangan Raja”.
2
Gisignes. Pada tahun 1830 Pemerintah Belanda berhasil mengkodifikasikan
hukum perdata yang diundangkan pada tanggal 1 Oktober 1838. Ada 2 macam
keputusan raja :
a. Ketetapan raja sebagai tindakan eksekutif disebut Besluit. Seperti ketetapan
pengangkatan Gubernur Jenderal.
b. Ketetapan raja sebagai tindakan legislatif disebut Algemene Verodening atau
Algemene Maatregel van Bestuur (AMVB).
3
Maret 1942 Jepang telah resmi menduduki Indonesia yang langsung melakukan
perubahan untuk menghapus dominansi Barat. Setelah Jepang berhasil menduduki
Indonesia, pemerintahan Jepang melakukan berbagai persiapan-persiapan untuk
melaksanakan pemerintahan selanjutnya dibawah komando militer Jepang.
Pemerintahan Jepang segera mendirikan badan-badan dalam sistem
pemerintahannya, untuk menjalankan tugasnya sebagai administrasi
pemerintahan.
4
4. Pengangkatan anggota Komite Nasional Indonesi Pusat (KNIP) oleh Presiden
Sistem pemerintahan negara menurut Undang-Undang Dasar 1945 adalah
Sistem Pemerintahan Presidensial (Sistem Kabinet Presidensial), yang bertanggung
jawab terhadap jalannya pemerintahan adalah Presiden. Menteri-menteri sebagai
pembantu Presiden dan bertanggung jawab kepada Presiden. Presiden adalah
Mandataris Majelis Permusyawaratan Rakyat dan bertanggung jawab kepada Majelis
Permusyawaratan Rakyat.
Pada periode ini, konstitusi yang berlaku adalah UUD 1945 yang ditetapkan
dan disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945. Menurut UUD yang berdaulat
itu adalah rakyat dan dilakukan oleh MPR, sebagaimana ditetapkan pada pasal 1 ayat
2 UUD 1945. Karena MPR melakukan kedaulatan rakyat, oleh UUD ditetapkan pula
beberapa hak dan wewenangnya seperti menetapkan UUD dan GBHN, memilih dan
mengangkat presiden dan mengubah
Lalu berlanjut kepada fakta sejarah dimana sesaat setelah Negara Indonesia
merdeka yang jatuh pada tanggal 17 Agustus 1945 dimana Belanda masih merasa
memiliki suatu kekuasaan atas Hindia Belanda yang tidak lain tidak bukan adalah
Indonesia pada penjajahan masih dibawah kekuasaan Kerajaan Belanda. Sehingga
5
untuk dapat segera mengakhiri segala konflik yang terjadi, maka dianggap perlu untuk
diadakannya suatu proses perundingan antara Negara Indonesia dengan Negara
Belanda yang saat itu jatuh pada tanggal 25 Maret 1947 di Linggarjati yang antara lain
perundingan tersebut menetapkan :
a. Belanda mengakui RI berkuasa secara de facto atas Jawa, Madura dan Sumatra,
di wilayah lain yang berkuasa adalah Belanda
b. Belanda dan Indonesia akan bekerja sama membentuk RIS
c. Belanda dan Indonesia akan membentuk Uni Indonesia Belanda.
Namun hasil perundingan ini menimbulkan penafsiran yang berbeda antara Belanda
dan Indonesia mengenai soal Kedaulatan Indonesia-Belanda, yaitu :
a. Sebelum RIS terbentuk yang berdaulat menurut Belanda adalah Belanda,
sehingga hubungan luar negeri/ Internasional hanya boleh dilakukan oleh Belanda.
b. Menurut Indonesia sebelum RIS terbentuk yang berdaulat adalah Indonesia,
terutama Pulau Jawa, Madura dan Sumatra sehingga hubungan luar negeri juga
boleh dilakukan oleh Indonesia.
c. Belanda meminta dibuat Polisi bersama, tetapi Indonesia menolak. Akibat adanya
penafsiran ini terjadi Clash I pada tanggal 21 Juli 1947 dan Clash II tanggal 19
Desember 1948.
Kemudian diadakan Konfrensi Meja Bundar (KMB) pada tanggal 23 Agustus 1949
yang disepakati antara lain :
a. Mendirikan Negara Indoneis serikat
b. Penyerahan kedaulatan kepada RIS
c. Mendirikan UNI antara RIS dengan kerajaan Belanda.
6
Atas dasar Konfrensi Meja Bundar maka pada tanggal 27 Desember 1949
dibentuklah Negara RIS dengan Konstitusi RIS. Berubahnya Negara Kesatuan
menjadi Negara Serikat tidak semata-mata campur tangan dari pihak luar (PBB dan
Belanda), akan tetapi juga kondisi Indonesia yang memberikan kontribusi yaitu adanya
keinginan daerah-daerah untuk membentuk Negara/ memisahkan diri dari Negara
kesatuan dan membentuk Negara sendiri serta mereka tidak puas terhadap kebijakan
pemerintah pusat dan pemerintah pusat tidak adil, yang pada akhirnya banyak daerah-
daerah yang melakukan pemberontakan.
Seperti halnya UUD 1949, UUD 1950 juga bersifat sementara. Pada tahun
1956 Presiden Soekarno mendirikan badan konstituante yang bertugas untuk
menyusun UUD. Tetapi badan konstituante ini belum dapat menyelesaikan tugasnya.
Untuk mengatasi hal tersebut maka pada tanggal 22 April 1959 atas nama pemerintah,
presiden memberikan amanat didepan sidang pleno konstituante yang berisi anjuran
agar konstituante menetapkan saja UUD 1945 sebagai UUD yang tetap bagi RI.
Setelah diberikan tenggang waktu, konstituante belum juga mampu menyusun UUD
1945 Dengan kekhawatiran akan terjadi disintegrasi dan perpecahan, sebagai tindak
lanjutnya pada Minggu 5 Juli 1959, di Istana Negara Presiden mengeluarkan dekrit
yang berisi:
a. Pembubaran konstituante.
b. Menetapkan UUD 1945 berlaku lagi bagi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia, terhitung mulai hari tanggal penetapan dekrit ini dan tidak
berlakunya lagi UUDS 1950.
7
c. Pembentukan MPRS yang terdiri atas anggota MPR ditambah dengan utusan-
utusan daerah dan golongan serta pembentukan DPA sementara. Maka dengan
dekrit presiden ini, berlaku kembali UUD 1945. Untuk mewujudkan pemerintahan
negara berdasarkan UUD 1945 dibentuklah alatalat perlengkapan negara seperti:
presiden dan para menteri, DPR, MPR, DPA dan lain-lain.
Sejak Dekrit Presiden 5 Juli 1959, sistem pemerintahan Negara yang dianut
kembali berdasar pada Undang-Undang Dasar 1945, yakni berdasar pada sistem
pemerintahan Presidensial. Sistem pemerintahan berdasar Undang-Undang Dasar.
Masa Orde Lama/Demokrasi Terpimpin (5 Juli 1959 - 11 Maret 1966), dalam praktik
sistem pemerintahan Negara Presidensial belum sesuai dengan ketentuanketentuan
dalam Undang-Undang Dasar 1945. Sistem pemerintahan Presidensial dijalankan
dengan berdasar Demokrasi Terpimpin, semua kebijakan atas kehendak atau
didominasi oleh Pemimpin sehingga terjadi penyimpangan-penyimpangan atau
8
Penyelewengan-penyelewengan terhadap Pancasila dan Undang-Undang Dasar
1945 yang dilakukan Pemimpin dalam hal ini oleh Presiden.
9
sistem pemisahan cabang-cabang kekuasaan negara yang utama dengan prinsip checks
and balances. Contohnya adalah dengan adanya pemisahan antara Mahkamah agung
dengan Mahkamah Konstitusi berdasarkan amanat dari Pasal 24 UUD 1945 amandemen,
yaitu dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004 Tentang
Mahkamah Konstitusi
BAB III
3.1 Kesimpulan
Hukum Tata Negara pada dasarnya adalah hukum yang mengatur organisasi
kekuasaan suatu Negara beserta segala aspek yang berkaitan dengan organisasi Negara
tersebut. Di dalam hukum ketatanegaraan Indonesia memiliki sejarah yang tidak singkat,
dimulai dari masa penjajahan bangsa belanda hingga sampai saat ini.
Hukum tata negara berasal dari dua sumber hukum yaitu sumber hukum materiil dan
sumber hukum formal. Sumber hukum materiil merupakan faktor-faktor yang
mempengaruhi isi atau subtansi yang ada dalam aturan hukum. sumber hukum materiil
yang digunakan dalam hukum tata negara di Indonesia yaitu pancasila. Sumber hukum
formal adalah sumber dimana sebuah peraturan mendapatkan kekuatan hukum. sumber
hukum formal berasal dari peraturan hukum yang berlaku. Sumber hukum formal
dikategorikan menjadi dua bagian yakni sumber hukum formal tertulis dan sumber hukum
formal tidak tertulis.
10
3.2 Saran
11
DAFTAR PUSTAKA
Huda, Ni’matul. Hukum Tata Negara Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005.
Safira, Martha Eri Hukum Tata Negara dalam Bingkai Sejarah dan Perkembangan
Ketatanegaraan di Indonesia. CV. Nata Karya, Ponorogo.
MP, H Muhamad Rezky Pahlawan and Suyadi, Asip and Wahib, Wahib (2020) Hukum
Tata Negara. Other. Unpam Press, Tangerang Selatan.
12