Anda di halaman 1dari 15

SEJARAH KETATANEGARAAN INDONESIA

Makalah Yang Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Hukum Tata Negara Gasal 2021/2022.

Oleh :

Adhitya Laksana Sinulingga


010002100013
Kelas A1

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS TRISAKTI

JAKARTA

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah dengan judul “SEJARAH KETATANEGARAAN INDONESIA” ini dapat
tersusun hingga selesai. Tidak lupa juga kami mengucapkan banyak terima kasih atas
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi
maupun pikirannya.

Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi nilai tugas dalam mata kuliah
Hukum Tata Negara. Selain itu, pembuatan makalah ini juga bertujuan agar menambah
pengetahuan dan wawasan bagi para pembaca.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman maka saya yakin masih


banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari pembaca demi kesempuraan makalah ini.

Jakarta, 27 Maret 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................................ i

DAFTAR ISI ................................................................................................................................... ii

BAB I ........................................................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang............................................................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................................................................... 1
BAB II .......................................................................................................................................... 2

2.1 Sejarah Ketatanegaraan Pra Kemerdekaan .................................................................................. 2


A. Masa Penjajahan Belanda ....................................................................................................... 2
B. Masa Penjajahan Jepang ......................................................................................................... 3
2.2 Sejarah Pasca Kemerdekaan ......................................................................................................... 4
A. Periode Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 .............................................................. 4
B. Periode Konstitusi RIS 27 Des 1945 – 17 Agust 1950 ............................................................. 5
C. Periode 17 Agust 1950 – 5 Juli 1959 (UUD Sementara) .......................................................... 7
D. Periode 5 Juli 1959 – 11 Maret 1966 (Orde Lama/Demokrasi Terpimpin) ............................. 8
E. Periode 11 Maret 1966 – 21 Mei 1998 (Orde Baru/Demokrasi Pancasila)............................. 9
2.3 Sejarah Pasca Reformasi ............................................................................................................... 9
BAB III ....................................................................................................................................... 10

3.1 Kesimpulan.................................................................................................................................. 10
3.2 Saran ........................................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................... 12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Suatu ilmu tidak dapat muncul begitu saja tanpa ada sebab akibat ataupun sejarah
mengapa ilmu itu bisa ada. Maka suatu ilmu itu bisa ada karena ilmu itu memiliki sejarah
tersendiri maupun cerita tersendiri hingga muncul dan dipergunakan oleh banyak orang
untuk menambah wawasan maupun ilmu bagi seseorang atau sekelompok orang. Hukum
ketatanegaraan di Indonesia juga memiliki sejarahnya sendiri, Sejak zaman penjajahan
Belanda di Indonesia berlaku hukum yang beraneka ragam, bahkan pemberlakuan hukum
oleh Pemerintah Belanda dibedakan antara penduduk pribumi dengan golongan Eropa.

Pada era Pemerintahan Jepang, pemerintahan militer Jepang mengeluarkan Undang-


Undang Nomor 1 Tahun 1942 yang terdapat dalam Pasal 3 yang berbunyi sebagai berikut:
“Semua badan-badan pemerintahan yang dulu tetap diakui sah untuk sementara waktu
asal saja tidak bertentangan dengan aturan pemerintah militer”. Dengan berlakunya
ketentuan pemerintahan Jepang dikuatkan dengan Peraturan Militer Jepang tersebut
secara otomatis ketentuan yang telah berlaku sebelumnya tetap diberlakukan pada era
penjajahan Jepang.

Tata hukum Indonesia ditetapkan oleh masyarakat hukum Indonesia sejak lahirnya
negara Indonesia yaitu pada 17 Agustus 1945. Pada saat berdirinya Negara Indonesia
terbentuklah tata hukumya

1.2 Rumusan Masalah

A. Bagaimana sejarah ketatanegaraan pra kemerdekaan?


B. Bagaimana sejarah ketatanegaraan pasca kemerdekaan?
C. Bagaimana sejarah ketatanegaraan pasca reformasi?

1.3 Tujuan Penelitian

A. Untuk mengetahui sejarah ketatanegaraan pra kemerdekaan.


B. Untuk mengetahui sejarah ketatanegaraan pasca kemerdekaan.
C. Untuk mengetahui sejarah ketatanegaraan pasca reformasi.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Ketatanegaraan Pra Kemerdekaan

A. Masa Penjajahan Belanda

Pada masa ini, Indonesia yang disebut juga Hindia Belanda merupakan bagian
dari Kerajaan Belanda. Hal ini terlihat jelas tertuang di dalam Pasal 1 UUD Kerajaan
Belanda (IS 1926). Dengan demikian kekuasaan tertinggi di Hindia Belanda ada di
tangan Raja”.

Dalam pelaksanaannya Raja/Ratu tidak melaksanakan kekuasaannya sendiri


di Hindia Belanda, melainkan dibantu oleh Gubernur Jenderal sebagai pelaksana.
Ratu Belanda sebagai pelaksana pemerintahan kerajaan Belanda harus bertanggung
jawab kepada parlemen. Ini menunjukkan sistem pemerintahan yang dipergunakan di
Negeri Belanda dalam sistem Parlementer Kabinet.

Di masa penjajahan Belanda ketatanegaraan Indonesia terbagi menjadi 4 masa yaitu,


1. Masa Vereenigde Oostindische Compagnie (1602-1799)
Pada masa ini bermula dari hak istimewa yang diberikan oleh pemerintah
Belanda kepada VOC berupa hak octrooi (meliputi monopoli pelayaran dan
perdagangan, mengumumkan perang, mengadakan perdamaian dan mencetak
uang). Akhirnya Gubernur Jenderal Pieter Both diberi wewenang untuk membuat
peraturan guna menyelesaikan masalah dalam lingkungan pegawai VOC, hingga
memutuskan perkara perdata dan pidana. Kumpulan peraturan pertama kali
dilakukan pada tahun 1642, Kumpulan ini diberi nama Statuta Batavia. Pada tahun
1766 dihasilkan kumpulan ke-2 diberi nama Statuta Bara. Kekuasaan VOC
berakhir pada 31 Desember 1799

2. Masa Besluiten Regerings (1844-1855)


Pada masa ini, raja mempunyai kekuasaan mutlak dan tertinggi atas daerah-
daerah jajahan termasuk kekuasaan mutlak terhadap harta milik negara bagian
yang lain. Kekuasaan mutlak raja itu diterapkan pula dalam membuat dan
mengeluarkan peraturan yang berlaku umum dengan nama Algemene
Verordening (Peraturan pusat). Pada masa ini pula dimulai penerapan politik
agrarian yang disebut dengan kerja paksa oleh Gubernur Jenderal Du Bus De

2
Gisignes. Pada tahun 1830 Pemerintah Belanda berhasil mengkodifikasikan
hukum perdata yang diundangkan pada tanggal 1 Oktober 1838. Ada 2 macam
keputusan raja :
a. Ketetapan raja sebagai tindakan eksekutif disebut Besluit. Seperti ketetapan
pengangkatan Gubernur Jenderal.
b. Ketetapan raja sebagai tindakan legislatif disebut Algemene Verodening atau
Algemene Maatregel van Bestuur (AMVB).

3. Masa Regerings Reglement/RR (1855-1926)


Pada masa ini Belanda dapat mengundangkan
a. kitab hukum pidana untuk golongan Eropa melalui S.1866:55 dan Algemene
Politie Strafreglement sebagai tambahan Kitab Hukum Pidana untuk Golongan
Eropa
b. Kitab Hukum Pidana untuk orang yang bukan Eropa melalui S.1872:85 dan
Politie Strafreglement bagi orang bukan Eropa.
c. Wetboek Van Strafrecht yang berlaku bagi semua golongan penduduk melalui
S.1915:732 yang mulai berlaku 1 Januari 1918

4. Masa Indische Straatsregeling (1926-1942)


Pada masa ini berdasarkan pasal 163 IS penduduk dibagi menjadi 3 Golongan
menjadi :
a. Golongan Eropa – Hukum Eropa
b. Golongan Timur Asing – Sebagian Hukum Eropa dan sebagian Hukum Adat.
c. Golongan Pribumi – Hukum Adat.
Tujuan dari pembagian golongan ini adalah untuk menentukan sistem hukum
mana yang berlaku bagi masing-masing golongan berdasarkan pasal 131 IS.
Untuk hukum acara digunakan Reglement op de Burgelijk Rechtsvordering dan
Reglement op de Strafvordering untuk Jawa dan Madura. Untuk yang diluar Jawa
dan Madura diatur dalam Recht Reglement Brugengewesten berdasarkan
S.1927:227. Untuk golongan Pribumi berlaku hukum adat dalam bentuk tidak
tertulis tetapi dapat diganti dengan ordonansi yang dikeluarkan Pemerintah
Belanda berdasarkan pasal 131 (6) IS.

B. Masa Penjajahan Jepang

Peralihan masa kolonial Belanda ke masa pendudukan Jepang


merupakan lembaran sejarah kelam bagi bangsa Indonesia. Pada tanggal 8

3
Maret 1942 Jepang telah resmi menduduki Indonesia yang langsung melakukan
perubahan untuk menghapus dominansi Barat. Setelah Jepang berhasil menduduki
Indonesia, pemerintahan Jepang melakukan berbagai persiapan-persiapan untuk
melaksanakan pemerintahan selanjutnya dibawah komando militer Jepang.
Pemerintahan Jepang segera mendirikan badan-badan dalam sistem
pemerintahannya, untuk menjalankan tugasnya sebagai administrasi
pemerintahan.

Susunan pemerintahan militer Jepang terdiri atas: Gunshireikan (panglima


tentara), kemudian disebut Saikõ Shikikan (panglima tertinggi) merupakan
Pimpinannya, di bawah Saikõ Shikikanterdapat Gunseikan(kepala pemerintah militer)
yang dirangkap oleh kepala staf Tentara.

Pada masa penjajahan Jepang, daerah Hindia Belanda dibagi menjadi


Indonesia Timur (dibawah kekuasaan AL jepang berkedudukan di Makassar) dan
Indonesia Barat (dibawah kekuasaan AD Jepang yang berkedudukan di Jakarta).
Peraturan-peraturan yang digunakan untuk mengatur pemerintahan dibuat dengan
dasar “Gun Seirei” melalui Osamu Seirei.Pasal 3 Osamu Seirei No. 1/1942
menentukan bahwa “semua badan pemerintahan dan kekuasaannya, hukum dan
undang-undang dari pemerintah yang lalu tetap diakui sah untuk sementara waktu,
asal tidak bertentangan dengan peraturan pemerintah militer.”

2.2 Sejarah Pasca Kemerdekaan

A. Periode Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945

Dalam rangka persiapan kemerdekaan, Indonesia maka membentuk BPUPKI,


yang telah berhasil membuat Rancangan Dasar Negara pada tanggal 25 Mei sampai
dengan 1 Juni 1945 dan Rancangan UU Dasar pada tanggal 10 Juli sampai dengan
17 Juli 1945. Pada tanggal 11 Agustus 1945 BPUPKI dibubarkan dan dibentuk PPKI
yang melanjutkan upaya-upaya yang telah dilakukan oleh BPUPKI dan berhasil
membuat UUD 1945 yang mulai diberlakukan tanggal 18 Agustus 1945. Setelah
Proklamasi Kemerdekaan RI pada tanggal 17 Agustus 1945, maka hal-hal yang
dilakukan adalah :
1. Menetapkan UUD Negara RI pada tanggal 17 Agustus 1945.
2. Menetapkan Soekarno-Hatta sebagai Presiden dan Wakil Presiden.
3. Pembentukan Departemen-Departemen oleh Presiden.

4
4. Pengangkatan anggota Komite Nasional Indonesi Pusat (KNIP) oleh Presiden
Sistem pemerintahan negara menurut Undang-Undang Dasar 1945 adalah
Sistem Pemerintahan Presidensial (Sistem Kabinet Presidensial), yang bertanggung
jawab terhadap jalannya pemerintahan adalah Presiden. Menteri-menteri sebagai
pembantu Presiden dan bertanggung jawab kepada Presiden. Presiden adalah
Mandataris Majelis Permusyawaratan Rakyat dan bertanggung jawab kepada Majelis
Permusyawaratan Rakyat.

Dalam kurun waktu berlakunya Undang-Undang Dasar 1945 telah terjadi


"perubahan praktik ketatanegaraan" Republik Indonesia tanpa mengubah ketentuan
Undang-Undang Dasar 1945. Perubahan tersebut ialah dengan keluarnya Maklumat
Wakil Presiden tanggal 16 Oktober 1945 dan Maklumat Pemerintah tanggal 14
November 1945. Dengan keluarnya Maklumat Pemerintah tanggal 14 November 1945
tersebut terjadi perubahan dari sistem pemerintahan Presidensial (Sistem Kabinet
Presidensial) menjadi sistem pemerintahan Parlementer (Sistem Kabinet
Parlementer). Sehingga dengan maklumat-maklumat tersebut menimbulkan
persoalan dalam pelaksanaan pemerintahan mengenai sistem pemerintahan dimana
menurut Pasal 4 UUD 1945 ditegaskan bahwa “Presiden memegang kekuasaan
pemerintahan dan Pasal 17 menetapka bahwa “ Menteri Negara diangkat dan
diberhentikan oleh Presiden dan bertanggung jawab kepada Presiden, system
pemerintahan menurut UUD 1945 adalah Sistem Presidentil. Sedangkan menurut
Maklumat Pemerintah meletakan pertanggungjawaban Kabinet kepada KNIP yang
merupakan ciri dari system Parlementer.

Pada periode ini, konstitusi yang berlaku adalah UUD 1945 yang ditetapkan
dan disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945. Menurut UUD yang berdaulat
itu adalah rakyat dan dilakukan oleh MPR, sebagaimana ditetapkan pada pasal 1 ayat
2 UUD 1945. Karena MPR melakukan kedaulatan rakyat, oleh UUD ditetapkan pula
beberapa hak dan wewenangnya seperti menetapkan UUD dan GBHN, memilih dan
mengangkat presiden dan mengubah

B. Periode Konstitusi RIS 27 Des 1945 – 17 Agust 1950

Lalu berlanjut kepada fakta sejarah dimana sesaat setelah Negara Indonesia
merdeka yang jatuh pada tanggal 17 Agustus 1945 dimana Belanda masih merasa
memiliki suatu kekuasaan atas Hindia Belanda yang tidak lain tidak bukan adalah
Indonesia pada penjajahan masih dibawah kekuasaan Kerajaan Belanda. Sehingga

5
untuk dapat segera mengakhiri segala konflik yang terjadi, maka dianggap perlu untuk
diadakannya suatu proses perundingan antara Negara Indonesia dengan Negara
Belanda yang saat itu jatuh pada tanggal 25 Maret 1947 di Linggarjati yang antara lain
perundingan tersebut menetapkan :
a. Belanda mengakui RI berkuasa secara de facto atas Jawa, Madura dan Sumatra,
di wilayah lain yang berkuasa adalah Belanda
b. Belanda dan Indonesia akan bekerja sama membentuk RIS
c. Belanda dan Indonesia akan membentuk Uni Indonesia Belanda.

Namun hasil perundingan ini menimbulkan penafsiran yang berbeda antara Belanda
dan Indonesia mengenai soal Kedaulatan Indonesia-Belanda, yaitu :
a. Sebelum RIS terbentuk yang berdaulat menurut Belanda adalah Belanda,
sehingga hubungan luar negeri/ Internasional hanya boleh dilakukan oleh Belanda.
b. Menurut Indonesia sebelum RIS terbentuk yang berdaulat adalah Indonesia,
terutama Pulau Jawa, Madura dan Sumatra sehingga hubungan luar negeri juga
boleh dilakukan oleh Indonesia.
c. Belanda meminta dibuat Polisi bersama, tetapi Indonesia menolak. Akibat adanya
penafsiran ini terjadi Clash I pada tanggal 21 Juli 1947 dan Clash II tanggal 19
Desember 1948.

Dengan adanya agresi militer Belanda terhadap Indonesia menjadi sumber


akibat dari timbulnya konflik kembali. Berbedaa pula penafsiran dari Belanda dimana
bahwa terjadinya suatu agresi militer yang dilakukan oleh pihak Belanda ialah yang
memiliki maksud untuk melakukan penertiban wilayah Kedaulatan Belanda. Bentrok
senjata Indonesia-Belanda ini ini kemudian dilerai oleh PBB dan melakukan genjatan
senjata dan dibuat suatu perundingan baru di atas Kapal Renville tahun 1948 yang
menetapkan:
a. Belada dianggap berdaulat penuh di seluruh Indonesia sampai terbentuk RIS
b. RIS mempunyai kedudukan sejajar dengan Belanda
c. RI hanya merupakan bagian RIS.

Kemudian diadakan Konfrensi Meja Bundar (KMB) pada tanggal 23 Agustus 1949
yang disepakati antara lain :
a. Mendirikan Negara Indoneis serikat
b. Penyerahan kedaulatan kepada RIS
c. Mendirikan UNI antara RIS dengan kerajaan Belanda.

6
Atas dasar Konfrensi Meja Bundar maka pada tanggal 27 Desember 1949
dibentuklah Negara RIS dengan Konstitusi RIS. Berubahnya Negara Kesatuan
menjadi Negara Serikat tidak semata-mata campur tangan dari pihak luar (PBB dan
Belanda), akan tetapi juga kondisi Indonesia yang memberikan kontribusi yaitu adanya
keinginan daerah-daerah untuk membentuk Negara/ memisahkan diri dari Negara
kesatuan dan membentuk Negara sendiri serta mereka tidak puas terhadap kebijakan
pemerintah pusat dan pemerintah pusat tidak adil, yang pada akhirnya banyak daerah-
daerah yang melakukan pemberontakan.

C. Periode 17 Agust 1950 – 5 Juli 1959 (UUD Sementara)

Periode ini adalah persetujuan mendirikan NKRI kembali, tertuang dalam


perjanjian 19 Mei 1950. Untuk mewujudkan tujuan itu dibentuklah suatu panitia yang
bertugas membuat UUD yang bertugas pada tanggal 12 Agustus 1950. Rancangan
UUD tersebut oleh badan pekerja komite nasional pusat dan dewan perwakilan rakyat
serta senat RIS pada tanggal 14 Agustus 1950 disahkan, dan dinyatakan mulai berlaku
pada tanggal 17 Agustus 1950. Mengenai bentuk negara diatur dalam alinea 4 UUDS
1950 yang menentukan,”maka kami menyusun kemerdekaan itu dalam suatu piagam
negara yang berbentuk republik kesatuan. Demikian pula yang ditegaskan pada pasal
1 ayat 1 UUDS 1950 yang menentukan rakyat Indonesia yang merdeka dan berdaulat
ialah negara hukum yang demokratis dan berbentuk kesatuan

Seperti halnya UUD 1949, UUD 1950 juga bersifat sementara. Pada tahun
1956 Presiden Soekarno mendirikan badan konstituante yang bertugas untuk
menyusun UUD. Tetapi badan konstituante ini belum dapat menyelesaikan tugasnya.
Untuk mengatasi hal tersebut maka pada tanggal 22 April 1959 atas nama pemerintah,
presiden memberikan amanat didepan sidang pleno konstituante yang berisi anjuran
agar konstituante menetapkan saja UUD 1945 sebagai UUD yang tetap bagi RI.
Setelah diberikan tenggang waktu, konstituante belum juga mampu menyusun UUD
1945 Dengan kekhawatiran akan terjadi disintegrasi dan perpecahan, sebagai tindak
lanjutnya pada Minggu 5 Juli 1959, di Istana Negara Presiden mengeluarkan dekrit
yang berisi:
a. Pembubaran konstituante.
b. Menetapkan UUD 1945 berlaku lagi bagi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia, terhitung mulai hari tanggal penetapan dekrit ini dan tidak
berlakunya lagi UUDS 1950.

7
c. Pembentukan MPRS yang terdiri atas anggota MPR ditambah dengan utusan-
utusan daerah dan golongan serta pembentukan DPA sementara. Maka dengan
dekrit presiden ini, berlaku kembali UUD 1945. Untuk mewujudkan pemerintahan
negara berdasarkan UUD 1945 dibentuklah alatalat perlengkapan negara seperti:
presiden dan para menteri, DPR, MPR, DPA dan lain-lain.

Pada tanggal 17 Agustus 1950 Indonesia resmi kembali menjadi Negara


Kesatuan RI berdasarkan UUDS tahun 1950, yang pada dasarnya merupakan
Konstitusi RIS yang sudah diubah. Walaupun sudah kembali kepada bentuk Negara
kesatuan, namun perbedaan antara daerah yang satu dengan daerah yang lain masih
terasa, adanya ketidakpuasan, adanya menyesal dan ada pula yang setuju yang pada
akhirnya timbul pemberontakan separatisme.

Pada waktu berlakunya Undang-Undang Dasar Sementara (UUDS)


penyelenggaraan pemerintahan negara menganut sistem pemerintahan Kabinet
Parlementer (Sistem Pertanggungjawaban Menteri). Sistem Kabinet Parlementer
pada masa berlakunya Konstitusi Republik Indonesia Serikat belum berjalan
sebagaimana mestinya, sebab belum terbentuk Dewan Perwakilan Rakyat hasil
pemilihan umum, sedangkan pada waktu berlakunya Undang-Undang Dasar
Sementara, Sistem Kabinet Parlementer baru berjalan sebagaimana mestinya,
setelah terbentuk Dewan Perwakilan Rakyat/ Badan Konstituante berdasarkan
pemilihan umum tahun 1955. Tugas Badan Konstituante adalah menyusun UUD untuk
menggantikan UUDS 1950. Namun Badan kostituante gagal merumuskan/ menyusun
UUD, sehingga pada 5 Juli 1959 Presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden,
yang menyatakan membubarkan Badan Konstituante dan memberlakukan kembali
UUD 1945 sebagai UUD Negara RI.

D. Periode 5 Juli 1959 – 11 Maret 1966 (Orde Lama/Demokrasi Terpimpin)

Sejak Dekrit Presiden 5 Juli 1959, sistem pemerintahan Negara yang dianut
kembali berdasar pada Undang-Undang Dasar 1945, yakni berdasar pada sistem
pemerintahan Presidensial. Sistem pemerintahan berdasar Undang-Undang Dasar.
Masa Orde Lama/Demokrasi Terpimpin (5 Juli 1959 - 11 Maret 1966), dalam praktik
sistem pemerintahan Negara Presidensial belum sesuai dengan ketentuanketentuan
dalam Undang-Undang Dasar 1945. Sistem pemerintahan Presidensial dijalankan
dengan berdasar Demokrasi Terpimpin, semua kebijakan atas kehendak atau
didominasi oleh Pemimpin sehingga terjadi penyimpangan-penyimpangan atau

8
Penyelewengan-penyelewengan terhadap Pancasila dan Undang-Undang Dasar
1945 yang dilakukan Pemimpin dalam hal ini oleh Presiden.

Sehingga banyak menimbulkan kekacauan social budaya dan tidak stabilnya


politik dan hukum ketatanegaraan Indonesia yang kemudian dikeluarkannya Surat
Perintah dari Presiden Soekarno kepada Letnan Jenderal Soeharto yaitu Surat
Perintah 11 Maret 1966 (SUPERSEMAR), untuk mengambil segala tindakan dalam
menjamin keamanan dan ketentraman masyarakat serta stabilitas jalannya
pemerintahan (menjalankan tugas presiden).

E. Periode 11 Maret 1966 – 21 Mei 1998 (Orde Baru/Demokrasi Pancasila)

Atas dasar Surat Perintah 11 Maret 1966 (SUPERSEMAR), merupakan akar


awal jatuhnya Presiden Soekarno dan tampak kekuasaan Negara dipegang oleh
Jenderal Soeharto. Masa Orde Baru/Demokrasi Pancasila (11 Maret 1966 - 21 Mei
1998), penyelenggaraan pemerintahan negara dengan sistem pemerintahan
Presidensial dengan berdasar pada Demokrasi Pancasila pada awal pemerintahan
Orde Baru mengadakan koreksi total atas penyimpangan-penyimpangan yang
dilakukan pada masa Orde Lama.

Dengan demikian, sistem pemerintahan presidensial sudah dilaksanakan


sesuai ketentuan UndangUndang Dasar 1945, tetapi dalam praktiknya Presiden
Soeharto selama berkuasa kurang lebih 32 tahun cenderung melakukan KKN.
Sehingga pada tahun1998 terjadi gejolak yang sangat luar biasa dari masyarakat,
yang menuntut mundurnya Soeharto sering disebut gerakan reformasi, yang
kemudian memaksa Presiden Soeharto turun dari jabatannya, dan akhirnya pada
tanggal 21 Mei 1998 Soeharto menyatakan berhenti sebagai Presiden, dan
melimpahkan kepada Wakil Presiden, yakni B. J. Habibie sebagai Presiden Baru.

2.3 Sejarah Pasca Reformasi

Masa Orde Reformasi (21 Mei 1998 sampai sekarang), penyelenggaraan


pemerintahan masih tetap berlandaskan Undang-Undang Dasar 1945, yakni menganut
sistem pemerintahan presidensial. Namun, dalam pelaksanaannya dilakukan secara
kristis (reformis) artinya peraturan perundangan yang tidak berjiwa reformis
diubah/diganti. Sistem Presidensial ini lebih dipertegas di dalam UndangUndang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sesudah Perubahan. Di samping itu, dianut

9
sistem pemisahan cabang-cabang kekuasaan negara yang utama dengan prinsip checks
and balances. Contohnya adalah dengan adanya pemisahan antara Mahkamah agung
dengan Mahkamah Konstitusi berdasarkan amanat dari Pasal 24 UUD 1945 amandemen,
yaitu dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004 Tentang
Mahkamah Konstitusi

Kemudian adanya Komisi Pemberantasan Korupsi dan Peradilan Tipikor, Komisi


Yudisial, Badan pemeriksa Keuangan (BPK) serta pemisahan lembaga Negara yang
tegas, dan lain-lain. Yang terpenting adalah perubahan sistem pemerintahan di Indonesia
dari yang tersentralisasi menjadi desentralisasi yaitu dengan adanya Otonomi Daerah
berdasarkan Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah

BAB III

SIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

Hukum Tata Negara pada dasarnya adalah hukum yang mengatur organisasi
kekuasaan suatu Negara beserta segala aspek yang berkaitan dengan organisasi Negara
tersebut. Di dalam hukum ketatanegaraan Indonesia memiliki sejarah yang tidak singkat,
dimulai dari masa penjajahan bangsa belanda hingga sampai saat ini.

Hukum tata negara berasal dari dua sumber hukum yaitu sumber hukum materiil dan
sumber hukum formal. Sumber hukum materiil merupakan faktor-faktor yang
mempengaruhi isi atau subtansi yang ada dalam aturan hukum. sumber hukum materiil
yang digunakan dalam hukum tata negara di Indonesia yaitu pancasila. Sumber hukum
formal adalah sumber dimana sebuah peraturan mendapatkan kekuatan hukum. sumber
hukum formal berasal dari peraturan hukum yang berlaku. Sumber hukum formal
dikategorikan menjadi dua bagian yakni sumber hukum formal tertulis dan sumber hukum
formal tidak tertulis.

10
3.2 Saran

Diharapkan para pembaca dapat memahami bagaimana sejarah ketatanegaraan


Indonesia terbentuk sampai saat ini. Penulis sadar jika makalah ini tidak sempurna, oleh
karena itu penulis memohon kritik dan saran dari dosen dan teman-teman sekalian

11
DAFTAR PUSTAKA

Huda, Ni’matul. Hukum Tata Negara Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005.

Safira, Martha Eri Hukum Tata Negara dalam Bingkai Sejarah dan Perkembangan
Ketatanegaraan di Indonesia. CV. Nata Karya, Ponorogo.

MP, H Muhamad Rezky Pahlawan and Suyadi, Asip and Wahib, Wahib (2020) Hukum
Tata Negara. Other. Unpam Press, Tangerang Selatan.

Asshiddiqie, Jimly. Konstitusi dan Kostitusionalisme Indonesia. Jakarta: Kerjasama


Antara.

12

Anda mungkin juga menyukai