Anda di halaman 1dari 9

HUKUM ADAT

PERKEMBANGAN HUKUM ADAT DARI ZAMAN PENJAJAHAN

SAMPAI ZAMAN MILENIAL

DISUSUN OLEH :

1.TRI NUR HARYATI (2221002)

2.JACKLIN ALIEN PATAH (2221056)

3.YULI APRILIA WARINUSI (2221015)

4.BRENDA VIRGINIA AGAKI (2221057)

5.ANNISA TRI ANANDA IPSI (2221058)

DOSEN MATA KULIAH :

DR SRI IIN HARTINI,SH.MH

SEKOLAH TINGGI ILMU HUKUM

UMEL MANDIRI JAYAPURA

2022

Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan kesehatan dan rahmat-Nya kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya. Makalah tentang
Perkembangan Hukum Adat Dari Zaman Penjajahan Sampai Zaman Milenial
disusun sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan tugas Mata Kuliah
Hukum Adat.

Demikian pula kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini kami masih
banyak kekurangan dan kesalahan baik dalam segi substansi maupun tata
bahasa. Namun, kami tetap berharap agar makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi pembaca. Oleh karena itu, kritik dan saran dari penulisan makalah
ini sangat kami harapkan dengan harapan sebagai masukan dalam perbaikan
dan penyempurnaan pada makalah kami berikutnya. Untuk itu kami ucapkan
terimakasih.

Jayapura, 9 Semptember 2022

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………..………i

DAFTAR ISI………………………….....................……………………………...........ii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang…………………………………………………………...…..1

B. Rumusan Masalah……………………………………………………..........2

C. Tujuan Pembahasan………………………………………………………...3

BAB II PEMBAHASAN

A. Sejarah Perkembangan Hukum Adat………………………………………4

BAB III PENUTUP

A.Kesimpulan………..……………………………………………………………6

ii

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Istilah “hukum Adat”adalah terjemahan dari istilah dalam bahasa belanda adatrecht ,
Yang dipelopori oleh Snouck Hurgronje. Istilah adatrecht kemudian dikutip oleh Van
Vollenhoven sebagai istilah teknis yuridis.
Kalau hukum adat itu sesuatu yang hidup dalam masyarakat, yaitu suatu gejala
sosial yang hidup, Perhatian terhadap hukum adat itu tadak hanya terwujud dalam
dilahirkannya suatu ilmu hukum adat, tetapi juga terjelma dalam dijalankannya suatu
politik hukum adat, pertama-tama oleh VOC, kemudian oleh GovermentHindia Belanda
dahulu. Yang disebut pertama belum mengenalhukum adat tetapi telah mengetahui
bahwa orang-orang indonesia tunduk pada perturan tradisional yang khas biarpun
peraturan itu dianggap peraturan agama islam, dan yang disebut kedua baru pada abad
ini mengenal istilah “hukum adat”.
Perkembangan studi hukum adat selama periode penjajahan Belanda, dapat dibagi
kedalam beberapa periode, Pertama, periode tahun 1602 hingga tahun 1800. Kedua,
pada zaman Daendels (1808- 1811). Ketiga, pada zaman Raffles (1811-1816), Era
Reformasi
( kemerdekaan ) hingga sekarang.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat merumuskan permasalahan antara
lain adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana Sejarah timbulnya Hukum Adat di Indonesia ?

C. Tujuan Pembahasan
Adapun yang menjadi tujuan dalam penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui
bagaimana sejarah timbulnya hukum adat di Indonesia dan ingin mengkaji lebih jauh
terhadap perkembangan hukum sebagaimana yang telah kita ketahui seperti sekarang
ini.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Perkembangan Hukum Adat

Pada masa kompeni V.O.C (1602-1800) di pusat pemerintahan dinyatakan berlaku


satustelsel hukum untuk semua orang dari golongan bangsa manapun, yaitu hukum
Belanda, naikhukum tatanegara, hukum privat maupun hukum pidana. Diluar wilayah itu
adat pribumi tidakdiindahkan sama sekali. Jika lambat laun di sana-sini, wilayah di sekitar
tempat kediamanGubernur, de facto masuk kedalam kekuatan V.O.C, maka diwilayah itu
juga dinyatakan berlakuhukum Kompeniuntuk orang-orang Indonesia dan Cina.

V.O.C juga membuat praturan-praturan mengenai ketetapan hukum adat antara


lain:Hukum adat masih belum di temukan sebagai hukum rakyat, sebaliknya hukum adat
didiindentifikasikan dengan hukum islam atau hukum raja-raja dan jika ada kesempatan
hukum adatitu direproduksikan dengan membuat bayak anaksir hukum barat V.O.C juga
mengira bahwahukum adat terdapat dalam tulisan-tulisan berupa kitab hukum, dan
menganggap hukum adat lebihrendah drajatnya dari pada hukum Belanda.

Pada masa pemerintahan Dendels (1808-1811) hukum adat dianggap dilekati


dengan beberapa kelemahan (terutama pada hukum pidana) namaun ia merasa segan
mengganti hokum adat tersebut. Oleh karena itu ia menempuh jalan tengah, pada
pokoknya hukum adat akan diberlakukan untuk bangsa Indonesia. Namun hukum adat
tidak boleh diterapkan jika bertentangan dengan perintah dari penguasa atau dengan
asas-asas keadilan serta kepatutan. Bersdarkan anggapan itu, Daendels memutuskan,
Walaupun golongan Bumiputra di jawa tetap dibiarkan memakai hukumnya (materi dan
formal) sendiri.
Seperti halnya dengan pimpinan V.O.C Deandels pun mengedentifikan hukum adat
dengan hukum Islam dan memandang rendah hukum adat itu, sehingga tidak pantas
diberlakukan terhadap orang eropa.

2
Pada masa Pemerintahan Rafless (1811-1816) mengadakan banyak perubahan
dalamsusunan badan-badan pengadilan akan tetapi hukum Materilnya tidak
dirubah.Dalam perkara antara orang Indonesia diberlakukan hukum adat dengan syarat
tidak menentang dengan prinsip- prinsip keadilan yang universal dan diakui. Tentang
penilaiannya dibedakan menjadi dua bidang.Pertama,hukum pidana, Rafless mencela
sanksi pidana yang tidak sesuai dengan kemajuan zaman seperti bakar hidup-hidup atau
ditikam dengan keris Kedua,hukum perdata diterapkan ketika salah seorang bersengketa
baik penggugat ataupun tergugat, maka perkaranya harus diadili oleh Court of Justice,
yang menerapkan hukum Eropa. Dari kenyataan ini dapat disimpulkan bahwa hukum
adat dipandang lebih rendah dari hukum barat.

Pada tahun 1927 pemerintah Belanda mengubah haluannya dengan menolak


konsepsi unifikasi hukum dan saatnya untuk menuangkan materi hukum perdata bagi
rakyat Indonesia kedalam bentuk perundang-undangan. Hal ini lebih cenderung untuk
melukiskan hukum adat sedarah demi sedarah dan sesuai dengan keinginan Van
Vollenhoven, pekerjaan ini dapat dilakukan oleh seorang ahli hukum bangsa Indonesia
yang disponsori oleh guru besar hukum adat pada Rechts-Hoge School.

Van Vollenhoven mencatat bahwa tahun 1927 dan 1928 terjadi suatu titik balik
dalam politik hukum adat yang dianut pemerintah India Belanda yang telah melepaskan
pendapat lamayaitu: membuat suatu kodivikasi hukum bagi orang Indonesia asli yang
sedapat-dapatnya dansebanyak-banyaknya didasarkan kepada asas hukum Eropa, yang
menganut paham baru antaralain: hukum yang berlaku bagi orang Indonesia asli akan
ditentukan sesudah diadakan penyelidikan tentang kebutuhan hukum mereka yang
sebenarnya. Dan apabila ternyata bahwahukum adat itu belum dapat ditinggalkan atau
diganti dengan hukum lain, maka hukum adat yangmasih diperlukan itu tetap
dipertahankan.

3
Masa 1928-1945 setelah berjalannya politik hukum adat baru Ter Haar
menggambarkan hasil perundang-undangan di lapangan hukum adat sebagai berikut:
1. Peradilan adat di daerah yang diperintah secara langsung diberi beberapa aturan
dasar dalam ordonasi dan peraturan pelaksanaan yang dibuat oleh residen
setempat.
2. Hakim desa diberi pengakuan perundang-undangan dalam S1935-102 yang
menyisipkan pasa 3a kedalam RO.
3. Tanggal 1 Januari 1938 merepakan hari sejarah bagi hukum adat, karena pada
waktuitu dalam Raud van Justice dikota Betawi mendirikan suatu Adatkamer
(Kamar Adat) yang mengadili dalam tingkat banding perkara-perkara hukum
privat adat yang telah diputuskan oleh Landraden di Jawa, Palembang, Jambi,
Bangka Blitung, Kalimantan dan Bali. Pembentukan Adat kamer itu memberi
jaminan lebih baik kepada penerapan hukum adat, sebab persoalan hukum adat
tidak lagi dititipkan kepada Civiele Kamer diEaad van Justice, sehingga perhatian
terhadap hukum adatdapat dicurahkan secara khusus.

Setelah Indonesia merdeka, keberadaan hukum adat masih dipertanyakan terutama


berkisar, mampukah hukum adat itu untuk membawa bangsa kearah kemajuan.
Mengenai hal iniada pendapat yang saling bertentangan. Apakah yang harus kita
utamakan untuk bangsa ini, apakah kita mengutamakan kemajuan bidang ekonomi atau
mengutamakan rasa kebanggaan terhadap rasa nasionalisame. Jika yang diutamakan
adalah pembangunan bidang ekonomi, maka hukum adattidak tepat untuk dijadikan
dasar dalam pembentukan hukum nasional. Tetapi apabila yang diprioritaskan adalah
menumbuhkan rasa kebanggaan sebagai suatu bangsa yang berdaulat, maka hukum
adat itulah yang harus dijadikan sumber hukum nasional.

Pemerintah pada waktu itu mengeluarkan Tap MPR No II/1960 yang menyatakan
Hukum adatlah yang dijadikan landasan atau dasar pembentukan hukum nasional.
Dikeluarkan pula UU No 5 Tahun 1960 tentang Peraturan dasar Pokok-pokok agraria.

4
Pada era reformasi terjadi empat kali amandemen UUD 1945. Pasal yang
berkenaandengan hukum adat mulai dimasukkan dalam Pasal Pasal 18B ayat 2 dan
Pasal 28 ayat 3 UUD1945 amandemen kedua dan belum mengalami perubahan hingga
amandemen keempat. Namun,konsep masyarakat hukum adat adalah konsep yang
masih terlalu umum, yang memerlukan penjelasan lebih lanjut.
Lebih lanjut pengaturan mengenai masyarakat hukum adat ditemui dalam Pasal 51
ayat (1) huruf b UU No. 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi (MK) yang
merumuskan salah satu kategori pemohon adalah : “Kesatuan masyarakat hukum adat
sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diaturdalam undang-undang. Menurut MK,
suatu kesatuan masyarakat hukum adat untuk dapat dikatakan secara de facto masih
hidup (actual existence) baik yang bersifat teritorial, genealogis,maupun yang bersifat
fungsional setidak-tidaknya mengandung unsur-unsur.

Substansi hak-hak tradisional tersebut diakui dan dihormati oleh warga


kesatuanmasyarakat yang bersangkutan maupun masyarakat yang lebih luas, serta tidak
bertentangandengan hak-hak asasi manusia. Pemikiran mengenai peranan hukum adat
dalam pembentukanhukum nasional sudah ada sebelum Indonesia merdeka, namun
pada saat itu pemikiran tersebut belum dapat diaplikasikan dalam bentuk peraturan. Awal
penerapan pemikiran tersebut baruterlihat di awal tahun 1960 dengan dikeluarkannya
Tap MPR No II/1960 dan UU No 5 Tahun 1960tentang Peraturan dasar Pokok-pokok
Agraria
10.Dalam perkembangan selanjutnya, masyarakathukum adat sempat terlupakan, namun
di era sekarang, negara mulai memperhatikan lagi hak-hakmasyarakat adat yang sudah
terabaikan.

5
BAB III
PENUTUP

 
3.1 Kesimpulan
Sejak awal manusia diciptakan telah dikarunia akal, pikiran dan prilaku yang ketiga
hal ini mendorong timbulnya “kebiasaan pribadi “, dan apabila kebiasaan ini ditiru oleh
orang lain,maka ia akan menjadi kebiasaan orang itu dan seterusnya sampai kebiaasaa
itu menjadi adat,jadi adat adalah kebiasaan masyarakat yang harus dilaksanakan oleh
masyarakat yang bersangkutan.
6

Anda mungkin juga menyukai