DISUSUN OLEH :
2022
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan kesehatan dan rahmat-Nya kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya. Makalah tentang
Perkembangan Hukum Adat Dari Zaman Penjajahan Sampai Zaman Milenial
disusun sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan tugas Mata Kuliah
Hukum Adat.
Demikian pula kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini kami masih
banyak kekurangan dan kesalahan baik dalam segi substansi maupun tata
bahasa. Namun, kami tetap berharap agar makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi pembaca. Oleh karena itu, kritik dan saran dari penulisan makalah
ini sangat kami harapkan dengan harapan sebagai masukan dalam perbaikan
dan penyempurnaan pada makalah kami berikutnya. Untuk itu kami ucapkan
terimakasih.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………..………i
DAFTAR ISI………………………….....................……………………………...........ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………………………………...…..1
B. Rumusan Masalah……………………………………………………..........2
C. Tujuan Pembahasan………………………………………………………...3
BAB II PEMBAHASAN
A.Kesimpulan………..……………………………………………………………6
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Istilah “hukum Adat”adalah terjemahan dari istilah dalam bahasa belanda adatrecht ,
Yang dipelopori oleh Snouck Hurgronje. Istilah adatrecht kemudian dikutip oleh Van
Vollenhoven sebagai istilah teknis yuridis.
Kalau hukum adat itu sesuatu yang hidup dalam masyarakat, yaitu suatu gejala
sosial yang hidup, Perhatian terhadap hukum adat itu tadak hanya terwujud dalam
dilahirkannya suatu ilmu hukum adat, tetapi juga terjelma dalam dijalankannya suatu
politik hukum adat, pertama-tama oleh VOC, kemudian oleh GovermentHindia Belanda
dahulu. Yang disebut pertama belum mengenalhukum adat tetapi telah mengetahui
bahwa orang-orang indonesia tunduk pada perturan tradisional yang khas biarpun
peraturan itu dianggap peraturan agama islam, dan yang disebut kedua baru pada abad
ini mengenal istilah “hukum adat”.
Perkembangan studi hukum adat selama periode penjajahan Belanda, dapat dibagi
kedalam beberapa periode, Pertama, periode tahun 1602 hingga tahun 1800. Kedua,
pada zaman Daendels (1808- 1811). Ketiga, pada zaman Raffles (1811-1816), Era
Reformasi
( kemerdekaan ) hingga sekarang.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat merumuskan permasalahan antara
lain adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana Sejarah timbulnya Hukum Adat di Indonesia ?
C. Tujuan Pembahasan
Adapun yang menjadi tujuan dalam penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui
bagaimana sejarah timbulnya hukum adat di Indonesia dan ingin mengkaji lebih jauh
terhadap perkembangan hukum sebagaimana yang telah kita ketahui seperti sekarang
ini.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Pada masa Pemerintahan Rafless (1811-1816) mengadakan banyak perubahan
dalamsusunan badan-badan pengadilan akan tetapi hukum Materilnya tidak
dirubah.Dalam perkara antara orang Indonesia diberlakukan hukum adat dengan syarat
tidak menentang dengan prinsip- prinsip keadilan yang universal dan diakui. Tentang
penilaiannya dibedakan menjadi dua bidang.Pertama,hukum pidana, Rafless mencela
sanksi pidana yang tidak sesuai dengan kemajuan zaman seperti bakar hidup-hidup atau
ditikam dengan keris Kedua,hukum perdata diterapkan ketika salah seorang bersengketa
baik penggugat ataupun tergugat, maka perkaranya harus diadili oleh Court of Justice,
yang menerapkan hukum Eropa. Dari kenyataan ini dapat disimpulkan bahwa hukum
adat dipandang lebih rendah dari hukum barat.
Van Vollenhoven mencatat bahwa tahun 1927 dan 1928 terjadi suatu titik balik
dalam politik hukum adat yang dianut pemerintah India Belanda yang telah melepaskan
pendapat lamayaitu: membuat suatu kodivikasi hukum bagi orang Indonesia asli yang
sedapat-dapatnya dansebanyak-banyaknya didasarkan kepada asas hukum Eropa, yang
menganut paham baru antaralain: hukum yang berlaku bagi orang Indonesia asli akan
ditentukan sesudah diadakan penyelidikan tentang kebutuhan hukum mereka yang
sebenarnya. Dan apabila ternyata bahwahukum adat itu belum dapat ditinggalkan atau
diganti dengan hukum lain, maka hukum adat yangmasih diperlukan itu tetap
dipertahankan.
3
Masa 1928-1945 setelah berjalannya politik hukum adat baru Ter Haar
menggambarkan hasil perundang-undangan di lapangan hukum adat sebagai berikut:
1. Peradilan adat di daerah yang diperintah secara langsung diberi beberapa aturan
dasar dalam ordonasi dan peraturan pelaksanaan yang dibuat oleh residen
setempat.
2. Hakim desa diberi pengakuan perundang-undangan dalam S1935-102 yang
menyisipkan pasa 3a kedalam RO.
3. Tanggal 1 Januari 1938 merepakan hari sejarah bagi hukum adat, karena pada
waktuitu dalam Raud van Justice dikota Betawi mendirikan suatu Adatkamer
(Kamar Adat) yang mengadili dalam tingkat banding perkara-perkara hukum
privat adat yang telah diputuskan oleh Landraden di Jawa, Palembang, Jambi,
Bangka Blitung, Kalimantan dan Bali. Pembentukan Adat kamer itu memberi
jaminan lebih baik kepada penerapan hukum adat, sebab persoalan hukum adat
tidak lagi dititipkan kepada Civiele Kamer diEaad van Justice, sehingga perhatian
terhadap hukum adatdapat dicurahkan secara khusus.
Pemerintah pada waktu itu mengeluarkan Tap MPR No II/1960 yang menyatakan
Hukum adatlah yang dijadikan landasan atau dasar pembentukan hukum nasional.
Dikeluarkan pula UU No 5 Tahun 1960 tentang Peraturan dasar Pokok-pokok agraria.
4
Pada era reformasi terjadi empat kali amandemen UUD 1945. Pasal yang
berkenaandengan hukum adat mulai dimasukkan dalam Pasal Pasal 18B ayat 2 dan
Pasal 28 ayat 3 UUD1945 amandemen kedua dan belum mengalami perubahan hingga
amandemen keempat. Namun,konsep masyarakat hukum adat adalah konsep yang
masih terlalu umum, yang memerlukan penjelasan lebih lanjut.
Lebih lanjut pengaturan mengenai masyarakat hukum adat ditemui dalam Pasal 51
ayat (1) huruf b UU No. 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi (MK) yang
merumuskan salah satu kategori pemohon adalah : “Kesatuan masyarakat hukum adat
sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diaturdalam undang-undang. Menurut MK,
suatu kesatuan masyarakat hukum adat untuk dapat dikatakan secara de facto masih
hidup (actual existence) baik yang bersifat teritorial, genealogis,maupun yang bersifat
fungsional setidak-tidaknya mengandung unsur-unsur.
5
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sejak awal manusia diciptakan telah dikarunia akal, pikiran dan prilaku yang ketiga
hal ini mendorong timbulnya “kebiasaan pribadi “, dan apabila kebiasaan ini ditiru oleh
orang lain,maka ia akan menjadi kebiasaan orang itu dan seterusnya sampai kebiaasaa
itu menjadi adat,jadi adat adalah kebiasaan masyarakat yang harus dilaksanakan oleh
masyarakat yang bersangkutan.
6