Adat
Menurut Prof. Iman Sudiyat, S.H Dalam Bukunya Yang Berjudul “Asas-asas Hukum
Adat Bekal Pengantar”
Karya politik itu berupa perUU mengenai hokum adat. Sejarah politik hokum adat itu
dapat dibagi atas 7 periode :
Di pusat pemerintahan dinyatakan berlaku satu stelsel hukum untuk semua orang
dari golongan bangsa manapun, yaitu hukum belanda. Di luar wilayah itu adat
pribumi tidak diindahkan sama sekali.
Lain daripada itu, VOC menganggap hukum adat lebih rendah derajatnya daripada
hukum Belanda. Ini terbukti dari isi resolusi tanggal 30 November 1747.
I. “Dewan Asia”
Dasar peradilan bagi orang Indonesia ditentukan dalam pasal 86 dari Charter
(Peraturan Pemerintah) untuk harta kekayaan di Asia yang disahkan oleh
Pemerintah Republik (Belanda) pada tanggal 27 September 1804.
I. “Agen Politik”
Hasil karyanya itu dilaporkan dalam bentuk “memories” kepada Lord Minto,
perencana dan pelaksana ekspedisi tentara Inggris.
III. Chauvinisme
Tetapi usaha Raffles merealisasi cita-cita yang profresif itu dilakukan dengan
landasan Chauvinisme, nasionalisme yang berlebihan. Dengan demikian maka
banyaklah peraturannya yang tidak beralaskan kenyataan yang hidup dalam
masyarakat, sehingga hanya merupakan huruf mati belaka.
Dari kenyataan ini dapat disimpulkan bahwa hk adat dipandang lebih rendah
derajatnya daripada hk Barat.
D. Masa 1816-1848
Pada pertengahan tahun 1816 kekuasaan atas Indonesia dipindahkan dari tangan
pemerintah Inggris ke tangan pemerintah Belanda (Komisaris-Jenderal). Komisaris-
Jenderal berkeyakinan bahwa “ asas yang senantiasa berlaku di lapangan perUU
untuk golongan rakyat Eropa di negeri ini, yaitu : persesuaian/persamaan dengan
perUU di Nederland, sekarangpun harus dilaksanakan”.
Karena usaha tadi belum berhasil, maka Komisaris-Jenderal berpendapat : lebih baik
menunggu berlakunya peraturan hkum di Nederland dahulu, sebelum mengadakan
perubahan-perubahan yang definitif.
E. Masa 1848-1928
I. Tahun 1848 : Tahun Bersejarah
Pada tahun 1838 hasil kodifikasi di Nederland telah menjadi hukum positif di sana.
Hageman, Presiden Hoog-Gerechtshof, pada tahun 1830 diberi tugas “istimewa”
mempersiapkan suatu rencana kodifikasi bagi Hindia Belanda.
Tetapi hasrat itu itu tinggal angan-angan belaka, karena masa tugasnya berakhir
tanpa menghasilkan sesuatu yang positif. Yang penting dalam hubungan ini ialah
bahwa asas unifikasi hukum telah mulai nampak dalam sejarah politik hukum
Belanda yang menyadari arti pentingnya hukum adat.
Untuk melanjutkan usaha yang dalam fase pertama gagal, pada tahun 1839
pemerintah Belanda membentuk suatu Komisi (Scholten van Oud Haarlem) yang
brtugas membuat rencana yang diperlukan agar perUU Nederland yang baru itu
dapat diterapkan di Hindia-Belanda dan mengajukan usul-usul yang sesuai dengan
pelaksanaan tugas tsb.
Pada waktu kodifikasi Belanda 1 Mei 1838 itu dibuat, hukum adat masih merupakan
suatu gejala yang tak dikenal dan oleh karena itu tak disukai. Pengetahuan tentang
hk adat itu baru timbuldan berkembang pada awal abad ke-20, yaitu dengan
lahirnya ilmu hukum adat karena penyidikan Mr Cornelis van Vollenhoven yang
menemukan hukum adat untuk pertama kali dan mengangkatnya ke derajat ilmu.
F. Masa 1928-1945
Di dalam karangannya “Setengah Jakan Politik Hukum Adat baru”, Ter Haar
menggambarkan hasil perUU di lapangan hukum adat itu sbb :