Anda di halaman 1dari 8

Sejarah Politik Hukum Adat

1. Masa Kompeni VOC (1596-1808)


pada masa Kompeni VOC, pusat pemerintahan
dinyatakan berlaku satu stelsel hukum untuk semua dari
golongan bangsa manapun, yaitu hukum Belanda, baik
itu mengenai Tata Negara, Pidana dan Hukum Privat.

keadaan ini menggambarkan suatu prinsip yang hendak


dipertahankan oleh VOC yaitu suatu wilayah yang
dikuasai VOC harus berlaku hukum VOC. Disamping itu
VOC menganggap Hukum Adat lebih rendah derajatnya
dari pada hukum Belanda.
2. Masa Pemerintahan Daendels (1808-1811)
Pada masa pemerintahan Daendels menganggap bahwa Hukum
adat mengandung kelemahan terutama mengenai Hukum
Pidana. Namun pemerintahan Daendels segan menggantikan
Hukum Adat itu dengan Hukum Eropa, menurut mereka dengan
cara menempuh jalan tengah yaitu pada pokoknya Hukum Adat
akan diberlakukan untuk bangsa Indonesia, namun dengan
catatan tidak boleh bertentangan dengan perintah umum dari
penguasa atau dengan asas-asas keadilan serta kepatutan.

Daendels beranggapan bahwa Hukum Adat identik dengan


Hukum Islam serta memandang rendah terhadap Hukum Adat,
sehingga tidak pantas diberlakukan terhadap orang Eropa.
3. Masa Pemerintahan Raffles (1811-1816)
Raffles termasuk seorang perintis penemuan Hukum Adat, sejak menjadi
petugas kompeni Hindia Timur di Pulau Pinang. Perlakuan terhadap Hukum
Adat bahwa dalam perkara antar orang Indonesia diberlakukan Hukum Adat,
dengan syarat tidak boleh bertentangan dengan prinsip-prinsip keadilan.
Tentang penilaian terhadap Hukum Adat, harus dibedakan antara 2 (dua)
bidang yaitu: Hukum Pidana dan Hukum Perdata.
Dalam Hukum Pidana
Raffles mencela sanksi pidana yang tidak sesuai dengan kemajuan jaman
mis.:Pidana “Bakar Hidup” dan Pidana “Tikam dengan keris”
Dalam Hukum Perdata
Bila terjadi sengketa antara orang Indonesia dengan orang Eropa, maka
perkaranya harus diadili “Court of Justice” yang menerapkan Hukum Eropa.
dari kenyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa Hukum Adat dipandang
lebih rendah derajatnya dari Hukum Barat (Eropa). Hukum Adat tidak berlaku
bagi orang Eropa.
4. Masa Tahun 1816-1845
Penguasa Hindia Belanda berpendapat bahwa dalam masa peralihan itu segera
dapat diadakan perubahan-perubahan definitif dilapangan kehakiman, sebab
komisaris jenderal berkeyakinan bahwa “ asas yang senantiasa berlaku
dilapangan perundang-undangan untuk golongan rakyat Eropa di negeri ini
yaitu persesuaian atau persamaan dengan perundang- undangan di Nederland,
sekarangpun harus dilaksanakan”.

Komisaris jenderal memang memberi kekuasaan mengadakan perubahan-


perubahan dalam perundang-undangan dan kebiasaan dilapangan administrasi
kehakiman, serta pengadilan bagi golongan rakyat bumiputera, terlepas dari
peraturan untuk golongan rakyat eropa.
Dalam sengketa antara orang Bumi Putera dengan orang Eropa, yang menjadi
tergugat pihak bumi putera, maka yang akan mengadili ialah “Landraad” yang
memberlakukan Hukum Adat. Jadi disini terdapat kemungkinan bahwa atas
orang Eropa selaku penggugat akan diterapkan Hukum Adat. Ini tidak berarti
bahwa Hukum Adat dianggap seharkat-sederajat dengan Hukum Barat(Eropa)
5. Masa 1945
Konsepsi Prof. Dr. Soepomo SH. Yang diumumkan dalam
pidato Dies Natalis I UGM di Yogyakarta, pada tanggal 17
Maret 1947.
Intinya : sudah semestinya masyarakat dan Negara
Indonesia menjadi masyarakat dan negara yang modern.
Hukum Modern itu bukan hukum Belanda, melainkan
hukum yang berisi asas-asas modern universal. Kodifikasi
sejauh mungkin harus bersifat univikasi, terutama bidang
hukum harta kekayaan.
Hukum Adat tetap memberi bahan-bahan bangunan dan
menjadi sumber bagi penyusunan dan pembinaan hukum
baru.
HUKUM ADAT SETELAH KEMERDEKAAN RI

1. Berlakunya KRIS 1949


di dalam Konstitusi RIS mengenai Hukum Adat, antara lain:
- Pasal 144(1) tentang hakim Adat dan hakim Agama.
- Pasal 145(2) Pengadilan Adat
- Pasal 146(1) aturan-aturan hukum Adat yang menjadi
dasar hukuman.
namun ketentuan-ketentuan tersebut dapat dikatakan tidak
pernah digunakan oleh karena sejak 17 Agustus 1950 telah
berlaku UUD’S 1950, yang mengambil alih ketentuan-
ketentuan tersebut.
2. Berlakunya UUD’S 1950
hal-hal yang menyangkut Hukum adat antara lain dinyatakan sebagai berikut:
-Pasal 25(2) “Perbedaan dalam kebutuhan masyarakat dan kebutuhan hukum golongan
rakyat akan diperhatikan”.
Menurut Moh. Koesnoe
Hukum Adat di dalam UUD’S 1950 mengandung 2(dua) pengertian: disatu pihak masih
merupakan “Hukum Golongan”, dipihak lain secara tidak jelas dapat berfungsi sebagai
hukum yang tidak terbatas pada suatu golongan saja.
hal ini nampak dalam praktek peradilan. Misalnya:
Keputusan MA tgl.16 Februari 1955
yang menyatakan bahwa bagian harta warisan bagi anak laki-laki tertua menurut
Hukum Adat di tanah Pasemah. Keputusan ini berpegang pada Hukum Adat setempat.
Keputusan MA tgl.11 Mei 1955
tentang kepantasan membagi resiko dalam hubungan dengan gadai, keputusan ini
mengarah kepada asas-asas Hukum Adat yang bersifat Nasional.
-Pasal 104 : istilah Hukum Adat didalamnya digunakan dengan jelas untuk dapat
digunakan sebagai dasar menjatuhkan hukuman oleh Pengadilan di dalam keputusan-
keputusannya.
3. Sejak Dekrit Presiden 5 Juli 1959
Dengan Dekrit Presiden, maka berlaku kembali UUD’1945,
berdasarkan Ketetapan MPRS No.II/1960, maka Hukum Adat
menjadi landasan tata hukum Nasional.
sebagai contoh:
diundangkannya UU No.5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar
Pokok-Pokok Agraria, dalam Pasal 5 dikatakan:”Hukum agraria
yang berlaku atas bumi, air dan ruang angkasa ialah hukum
adat, sepanjang tidak bertentangan dengan kepentingan
nasional dan Negara, yang berdasarkan atas persatuan bangsa.
diundangkannya UU. No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan,
Pasal 35-37 menyebutkan tentang harta benda dalam
perkawinan. Masih digunakannya “harta bersama dan harta
bawaan’.

Anda mungkin juga menyukai