Hukum Perdata
Dr. H. Nandang Alamsah Deliarnoor, S.H., M.Hum.
PENDAHULUAN
Materi hukurn perdata itu sangat luas yaitu sepanjang yang berhubungan dengan
pengaturan-pengaturan yang berkaitan dengan hubungan hukum orang perorang. Keluasan
materi ini bertambah lagi bila ditambah materi hukum perdata yang didasarkan pada substrat
dimana hukum perdata itu turnbuh dan berkembang sebagaimana rnasyarakat-rnasyarakat
hukurn ad at. Oleh karen a itu dalam Modul 5 ini ruang lingkup materinya dibatasi dalam
tataran nasional dan internasional. Hukum perdata adat telah masuk dalam pembahasan di
Modul 3 sehubungan dalam hukum ad at tidak membedakan apakah itu hukum perdata atau
hukum pidana.
Perlu disampaikan juga tentang perkembangan hukum perdata khusus dalarn bidang
perniagaan yang disebut dengan hukum dagang. Hukum dagang telah berkembang lagi
dengan lahirnya hukum bisnis at an hukum ekonomi. Hukum dagang seakan menyublim
eksistensinya dalam hukum bisnis atau hukum ekonorni. Oleh karena itu dalam modul 5 ini
perkembangan hukum bisnis atau hukum ekonomi akan diulas juga, walaupun menurut
pendapat beberapa ahli bahwa dalam hukum bisnis atau hukum ekonorni ini tidak hanya
terjadi hubungan hukum perorangan namun tercakup dimensi hukum publiknya juga.
Berdasarkan uraian-uraian di atas maka kegiatan belajar dalam Modul 5 ini akan
meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. Hukurn Perdata Barat dan Politik Hukum Hindia Belanda;
2. Bagian-bagian Hukum Perdata;
3. Hukum Dagang, Bisnis dan Ekonorni;
4. Bagian-bagian Hukum Dagang, Bisnis dan Ekonomi;
5. Hukum Perdata Internasional.
KEGIATAN BELAJAR 1
Hukum Perdata Barat dan Politik Hukum Hindia Belanda
Oleh karena itu, sebagai akibat adanya politik hukum Hindia Belanda seperti yang telah
diuraikan di atas, keadaan hukum perdata kita setelah merdeka itu dapat digambarkan sebagai
berikut.
1. Untuk golongan Indonesia Asli (Bumi Putera) berlaku hukum adat, yaitu hukum yang sejak
dahulu telah berlaku di kalangan masyarakat yang sebagian besar masih belum tertulis, tetapi
hidup dalam tindakan-tindakan rakyat, mengenai segala soal dalam kehidupan masyarakat.
2. Untuk golongan WNI bukan asli Indonesia (Cina) berlaku Kitab Undang-undang Hukum
Perdata (BW) dan Kitab Undang-undang Hukum Dagang (WvK), dengan catatan bahwa bagi
goLongan Tionghoa mengenai BW tersebut ada sedikit penyimpangan, yaitu bagian 2 dan 3
dari Titel IV Buku I (mengenai upacara yang mendahului pemikahan) tidak berlaku bagi
mereka, sedangkan untuk mereka ada pula Burgerlijk Stand tersendiri. Selanjutnya ada pula
suatu peraturan perihal pengangkatan anak (adopsi) berlaku hukum adat masing-masing
karena hal ini tidak dikenal dalam BW.
3. Untuk golongan Timur Asing yang bukan berasal dari Tionghoa atau Eropa (yaitu Arab,
India, dan lain-lain) berlaku sebagian dari BW, yaitu pada pokoknya hanya bagian-bagian
yang mengenai hukum kekayaan harta benda (vermogensrecht), jadi tidak mengenai hukum
pribadi dan kekeluargaan (personen en familierechii maupun yang mengenai hukum waris.
Mengenai bagian-bagian hukum yang disebut belakangan ini, berlaku hukum yang berasal
dari negerinya sendiri.
Di samping itu Pemerintah Hindia Belanda juga dahulu memberlakukan Undang-
undang Eropa bagi golongan Indonesia ash.
1. Pasal 1601 - 1603 Burgerlijk Wetboek perihal perjanjian kerja atau perburuhan (Staatsblad
1879 No. 256).
2. Pasal 1788 - 1791 Burgerlijk Wetboek perihal hutang-hutang dari perjudian (Staatsblad 1907
No. 306).
3. Sebagian besar dari hukum laut dalam KURD (Staatsblad 1933 No. 49).
Berikut ini peraturan yang secara khusus dibuat untuk bangsa Indonesia.
1. Ordonansi perkawinan bangsa Indonesia Kristen (Staatsblad 1933 No. 74).
2. Ordonansi ten tang Maskapai Andil Indonesia (IMA) (Staatsblad 1939 No. 569), isinya
tentang cara mendirikan Perseroan Terbatas.
3. Ordonansi tentang Perkumpulan Bangsa Indonesia (Staatsblad 1939 No. 570).
Pembagian golongan penduduk menurut Pasal 163 IS dan penundukan hukum yang
berbeda berdasarkan Pasal131 IS ini pada Zaman Hindia Belanda dahulu diduga disebabkan
oleh berikut ini.
Dengan adanya lapisan-Iapisan penduduk dan bangs a Indonesia berada pada lapisan
terbawah, rnaka bangsa Indonesia akan tetap dalam kebodoban karena lapisan bawah tidak
pernah mendapatkan kesempatan seperti lapisan atas, misalnya kesempatan dalam bidang
pendidikan, politik, perdagangan, dan sebagainya. Jika bangsa Indonesia tetap dalam keadaan
bodoh maka bangs a Indonesia tidak akan berpikir untuk memerdekakan diri.
Dengan adanya golongan timur asing, golongan ini dapat menjadi perantara atau
jembatan antara Bumi Putera dengan penjajah dalam bidang perdagangan.
Hukum perdata adalah peraturan hukum yang mengatur hubungan hukum antara orang
yang satu dengan orang lain dengan menitikberatkan pada kepentingan perorangan. Agar
lebih jelas pemahaman mengenai pengertian bukum perdata ini maka akan dibandingkan
dengan pengertian bukum pi dana. Hukum pi dana adalah peraturau hukum yang mengatur
tentang pelanggaran pelanggaran dan kejahatan-kejahatan terhadap kepentingan umum,
perbuatan mana yang diancam dengan hukuman yang merupakan suatu penderitaan atau
siksaan.
Menurut Subekti L, perkataan "hukum perdata" dalam arti yang luas meliputi semua
hukum "privat materiil", yaitu segala hukum pokok yang mengatur kepentingan-kepentingan
perseorangan. Perkataan "perdata" juga Jazim dipakai sebagai lawan dari "pidana".Ada juga
orang memakai perkataan "hukum sipil"untuk hukum privat materiL itu, tetapi karena
perkataan sipil itu juga lazim dipakai sebagai lawan dari "mihter" maka lebih baik menurut
Subekti kita memakai istilah "hukum perdata" untuk segenap peraturan hukum privat
materiil,
Perkataan "hukum perdata", adakalanya dipakai dalam alii yang sempit, sebagai lawan
"hukum dagang", seperti dalam Pasal 102 Undang-Undang Dasar Sementara, yang
menitahkan pernbukuan (kodifikasi) hukum di negara kita ini terhadap Hukum Perdata dan
Hukum Dagang, Hukum Pidana Sipil maupun Hukum Pidana Militer, Hukum Acara Perdata
dan Hukum Acara Pidana, dan susunan serta kekuasaan pengadilan.
Awalnya dengan peraturan yang termuat dalam Staatsblad 1855 No. 79 Hukurn Perdata
Eropa (BW dan WvK) dengan perkecualian untuk hukum keluarga dan hukum warisan,
dinyatakan berlaku untuk semua golongan Timur Asing. Kemudian dalam tahun 1917,
mulailah diadakan pembedaan antara golongan Tiongboa dan yang bukan Tiongboa karena
untuk golongan Tionghoa dianggap bahwa Hukum Eropa yang sudah diberlakukan bagi
mereka dapat diperluas Jagi.
Untuk golongan Tionghoa itu lalu diadakan suatu peraturan tersendiri mengenai
Hukum Perdata mereka, yakni peraturan yang dimuat dalam Staatsblad 1917 No. 129
(berlaku untuk seluruh wilayah Indonesia sejak tang gal 1 September 1925). Menurut
peraturan itu, sekarang berlaku bagi bangsa Tionghoa seluruh hukum privat Eropa kecuali
pasal-pasal yang mengenai Burgerlijk Stand tersendiri serta suatu peraturan tersendiri pula
tentang pengangkatan anak (adopsi), yaitu dalam Bagian II Staatsblad 1917 No. 129 tersebut.
Bagi golongan Timur Asing lainnya (Arab, India, dan sebagainya) kemudian juga
diadakan suatu peraturan tersendiri, dalam ordonansi yang termuat dalam Staatsblad 1924
No. 556 (berlaku sejak tanggal 1 Maret 1925).Menurut peraturan tersebut, pada pokoknya
bagi mereka itu berlaku hukum privat Eropa dengan perkecualian hukum keluarga dan
hukum warisan sehingga mereka itu untuk bagian-bagian hukum belakangan ini tetap tunduk
pada hukum asli mereka sendiri.Tetapi bagian yang mengenai pembuatan wasiat berlaku
untuk mereka.
Dalarn hubungan ini perlu kiranya diterangkan, bahwa ketika dalam tahun 1926 dalam
BW dimasukkan suatu peraturan baru mengenai perjanjian perburuhan. Peraturan baru ini
tidak dinyatakan berlaku bagi golongan lain selain bangsa Eropa sehingga bangsa Eropa dan
Timur Asing masih tetap tunduk di bawah peraturan yang lama, yaitu pasal-pasal 1601 - 1603
BW.
Oleh karena Undang-undang Dasar kita tidak mengenal adanya golongan - golongan
warga negara, adanya hukum yang berlainan untuk berbagai golongan itu dianggap
janggal.Sehingga perlu dibuat suatu kodifikasi hukum nasional.Sementara belum tercapai,
BW dan WvK masih berlaku, tetapi dengan ketentuan bahwa hakim dapat menganggap suatu
pasal tidak berlaku lagi jika dianggap bertentangan dengan keadaan zaman kemerdekaan
sekarang ini.Dikatakan bahwa BW dan WvK itu tidak lagi merupakan suatu Wetboek tetapi
suatu Rechtboek. Berdasarkan Surat Edaran Mahkamah Agung No. 1 Tahun 1963,
dinyatakan bahwa BW bukan merupakan wetboek, artinya bukan suatu hukum positif yang
harus digunakan hakim di seluruh Indonesia, tetapi BW tetap menjadi rechtboek (boleh
menggunakan BW tapi bukan merupakan keharusan).
Secara singkat, sejarah lahirnya BW, WvK, KUHP dan KURD dapat diamati pada
bagan-bagan yang disajikan di bawah ini.
Perancis
Utara Tengah
Selatan Hukum
Hukum Lokal
Romawi (Pays
(Pays de Droit
de droit Ecrift)
Coutumier)
Yustinianus
Corpus Yuris
Civils
Napoleon
membukukan
kedalam Code
Napoleon (Code
Civil
Desfrancaisz)
1807
Gambar 5.1
Sejarah Burgelijk Wetboek (BW)
Perancis Selatan
Hukum Pedagang
Hukum Romawi
(Koopmansrecht) Khusus bagi
Kuno
pedagang
Pembukaan
Ordonance De la Marine (1681)
Tentang laut
Gambar 5.2
Sejarah Wetboek van Koophandel (WvK)
Ganbar 5.3
Sejarah KUHP dan KUHD
KEGIATAN BELA.JAR 2
Bagian-Bagian Hukum Perdata
Perihal pembuktian ini termasuk ke dalam hukum formal, yaitu hukum acara. Tapi
menurut Subekti, hukum formal itu terbagi menjadi dua, yaitu :
1. Formal - formal benar-benar mengikuti isi.
2. Formal - materiil : hanya sebagai prosedur.
Jadi, buku ke-IV ini termasuk pada dalam hukum formal – materiil
Perihal pembuktian ini termasuk ke dalam hukum formal, yaitu hukum acara. Tapi
menurut Subekti, hukum formal itu terbagi menjadi dua, yaitu :
1. Formal – formal : benar-benar mengikuti isi.
2. Formal – materiil : hanya sebagai prosedur.
Jadi, buku ke-IV ini termasuk pada dalam hukum formal- materiil.
B. SISTEMATIKA HUKUM PERDATA EROPA MENURUT ILMU HUKUM
agian I Hukum perorangan (personen rech) berisikan peraturan peraturan ten tang manusia sebagai
subyek hukum yaitu mengatur kedudukan orang dalam hukum, hak, dan kewajiban serta
akibatnya, kecakapannya merniliki hak-hak bertindak serta hal-hal yang mempengaruhi
kecakapannya.
agian II Hukum keluarga (familie rech) berisikan peraturan-peraturan yang mengatur hubungan
hukum yang timbul dari hubungan kekeluargaan, perkawinan, kekayaan antara suarni-istri,
hubungan orang tua dengan anak-anaknya, perwalian dan curatele (pengampunan).
agian III Hukum harta kekayaan (vermogen rech) berisikan peraturan peraturan yang mengatur
hubungan hukum yang dapat dinilai dengan uang. Kekayaan adalah segala hak dan kewajiban
orang itu dinilai dengan uang.
agian IV Hukurn waris (elf rech) rnengatur hal ikhwal tentang benda atau kekayaan sese orang jikalau
ia meninggal atau mengatur akibat-akibat hubungan keluarga terhadap harta peninggaJan
seseorang.
Berdasarkan sistematika di atas maka dibawah ini akan dijelaskan bagian bagain hukum
perdata itu mulai dari hukum tentang orang, benda, perikatan dan bukti & lewat waktu.
1. Orang
a. Mampu dan berwenang
Pada umumnya orang yang dapat dibenarkan melakukan tindakan hukum hanyalah
orang dewasa yang cukup akalnya. Dalam hal ini kita membedakan antara mampu dan
berwenang.
Orang yang mampu melakukan tindakan hukum adalah orang yang pada umumnya
dapat melakukan tindakan hukum. Misalnya: A yang sudah dewasa dan berakal normal dapat
berjual-beli, dapat mengadakan sewa-menyewa.
Orang yang berwenang melakukan tindakan hukum adalah orang yang hanyalah
dalam hal tertentu saja dapat melakukan tindakan hukum. Misalnya: si A yang memiliki
sepeda yang berwenang menjual sepeda itu. B, tetangga dari A, tidak berwenang menjual
sepeda itu, oleh karen a ia bukan pemiliknya.Notaris berwenang membuat akta perseroan
terbatas, tetapi guru tidak.
c. Pembatalan
Tindakan hukum yang dilakukan oleh orang yang tidak mampu tidaklah batal menurut
hukum, Akan tetapi dapat dibatalkan oleh hakim, atas perrnintaan orang yang tidak mampu
itu, atau atas permintaan wakilnya atau ahli warisnya.
Orang mampu yang membuat perjanjian dengan seorang yang tidak mampu,
dapat merninta agar perjanjian yang telah diperbuatnya dibatalkan, akan tetapi dengan syarat,
bahwa pihak yang tidak mampu menyetujuinya.
d. Tempat tinggal
Tempat tinggal sebenarnya dari seseorang tidak selalu sama dengan tempat tinggal
menurut hukum. Menurut hukum, seorang yang melakukan suatu tindakan hukum, sepanjang
mengenai tindakan hukum itu, mempunyai suatu alamat, yang dinamakan domisili. Alamat
badan hukum, misalnya dari perseroan terbatas, dinamakan tempat kedudukan. Orang yang
tidak mampu bertindak:, mempunyai domisili pada dornisili wakilnya.
2. Benda
Benda adalah segala sesuatu yang dapat dihaki (dimiliki) oleh subyek hukum
(rnanusia dan badan hukum). Dalam pengertian ini, benda berarti sebagai obyek, lawan dari
subyek atau orang dalam hukum. Selain itu, perkataan "benda" itu dipakai dalam arti sempit,
yaitu sebagai barang yang terlihat saja atau ada juga yang mengartikan sebagai kekayaan
seseorang.
Jika "benda" diartikan sebagai kekayaan seseorang maka perkataan itu meliputi juga
barang-barang yang tidak terlihat, yaitu hak-bak, misalnya hak piutang atau penagihan.
Sebagairnana seseorang dapat menjual atau menggadaikan barang-barang yang dapat terlihat,
ia juga dapat menjual dan menggadaikan hak-haknya. Begitu pula perkataan "penghasilan"
telah mempunyai dua macam pengertian, yaitu selain berarti penghasilannya sendiri dari
suatu benda, ia dapat juga berarti sebagai hak untuk memungut penghasilan itu.
Benda dapat dibagi atas:
Suatu benda dianggap sebagai benda bergerak karena sifatnya atau karena ditentukan
oleh undang-undang, Benda bergerak karena sifatnya ialah benda yang tidak tergabung
dengan tanah atau dimaksudkan untuk mengikuti tanah atau bangunan, misalnya barang
perlengkapan rumah tangga. Tergolong benda bergerak karena penetapan undang-undang,
rnisalnya vruchtgebruik dari suatu benda bergerak, dan sebagainya.
2. Sedangkan hak perorangan adalah suatu hak yang hanya dapat dipertahankan terhadap orang-
orang tertentu saja yaitu hak yang banya timbul karena adanya suatu perjanjian atau
perikatan.
3. Hak kebendaan mengikuti bendanya di mana saja benda itu berada sedangkan hak
perorangan tidak mengikuti subyeknya.
4. Hak kebendaan mempunyai batas waktu lama sedangkan hak perorangan tidak mempunyai
batas waktu yang lama.
6. Orang yang punya hak kebendaan terhadap yang pailit tetap dapat melakukan tuntutannya.
1) Beitt
Suatu hal yang khusus dalam hukum Barat adalah adanya bezit sebagai hak kebendaan
di sampingnya atau sebagai lawan dari pengertian eigendom (hak rnilik atas suatu tanah).
Bezit adalah suatu keadaan lahir di mana seseorang menguasai suatu benda seolah-
olah kepunyaannya sendiri, yang oleh hukum dilindungi dengan tidak mempersoalkan hak
milik atas benda itu sebenarnya ada pada siapa.Dengan kata lain, bezit berarti memegang atau
menikmati suatu benda di mana seseorang menguasai benda tersebut, baik sendiri maupun
dengan perantaraan orang lain, seolah-olah benda itu adalah kepunyaannya sendiri (hanya
untuk benda bergerak).
Perkataan bezit berasal dari perkataan ziuen sehingga secara harafiah berarti
"menduduki". Untuk bezit diharuskan adanya dua unsur, yaitu kekuasaan atas suatu benda
dan kemauan untuk memiliki benda itu. Bezit harus dibedakan dengan detentie, di mana
seseorang menguasai suatu benda berdasarkan suatu hubungan hukum dengan orang lain,
ialah pemilik atau bezitter dari benda itu.
Perolehan Bezit atas suatu benda yang tidak bergerak hanya dengan suatu pernyataan
belaka dirnungkinkan oleh undang-undang dalam keadaan sebagai berikut.
a. Jika orang yang akan mengambil Bezit itu sudah memegang benda tersebut sebagai houder.
b. Jika orang yang mengoperkan Bezit itu berdasarkan suatu perjanjian tetap memegang benda
itu sebagai houder.
c. Jika benda yang harus dioperkan Bezitnya dipegang oleh seorang pihak ketiga dan orang ini
dengan persetujuan Bezltter lama menyatakan bahwa untuk seterusnya, ia akan rnernegang
bend a itu sebagai beziuer baru.
d. Pasal 539 BW menentukan bahwa orang yang sakit ingatan tidak dapat memperoleh bezit
tapi anak yang di bawah umum dan orang perempuan yang telah kawin dapat
memperolehnya.
2. Eigendom
Adalah hak yang paling sempurna atas suatu benda, yaitu hak untuk menikmati
kegunaan suatu kebendaan dengan leluasa asal saja tidak melanggar undang-undang atau hak
orang lain. Undang-undang Pokok Agraria No.5 Tahun 1960 menonjolkan asas
kemasyarakatan hak milik itu dengan menyatakan bahwa semua hak atas tanah mempunyai
fungsi sosial. Jadi, seseorang tidak dapat berbuat sewenang-wenang Jagi dengan hak
miliknya.
Menurut pasal 584 BW, eigendoni hanyalah dapat diperoleh dengan jalan.
4. Vruchigebruik
Adalah suatu hak kebendaan untuk menarik penghasilan dari suatu benda orang lain,
seolah-olah benda itu kepunyaannya sendiri, dengan kewajiban menjaga supaya benda
tersebut tetap dalam keadaannya semula (pasal 756 BW). Hak ini biasanya digunakan untuk
memberi penghasilan pada seseorang selama hidupnya.
3. Perikatan
Dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (BW) Buku III perihal perikatan, terdapat
dua macam perjanjian yaitu perikatan dan perjanjian. Perkataan perikatan mempunyai arti
yang lebih luas daripada perjanjian sebab dalam Buku III itu, diatur juga perihal hubungan
hukum yang sama sekali tidak bersumber pada suatu persetujuan atau perjanjian, yaitu
perihal perikatan yang timbul dari perbuatan yang melanggar hukum dan perihal perikatan
yang timbul dari pengurusan kepentingan orang lain yang tidak berdasarkan persetujuan.
Tetapi sebagian besar Buku III itu ditujukan pada perikatan yang timbul dari persetujuan atau
perjanjian. Dengan dernikian, timbul1ah istilah hukum perjanjian.
Perikatan adalah suatu perhubungan hukum (rnengenai kekayaan harta benda) antara
dua orang yang memberikan hak kepada pihak yang satu untuk menuntut barang sesuatu dari
yang lain sedangkan pihak yang lain berkewajiban untuk mernenuhinya/tuntutan tersebut.
Adapun yang dirnaksud dengan barang sesuatu yang dapat dituntut itu adalah prestasi.
Macam-macam perikatan.
a. Perikatan bersyarat, yaitu apabila kewajiban memenuhi prestasinya digantungkan pada
suatu syarat yaitu semua peristiwa yang masih akan datang dan belum tentu terjadi. Pertarna
mungkin untuk memperjanjikan bahwa perikatan itu akan lahir, apabila kejadian yang belum
tentu itu muncul.
b. Perikatan dengan ketetapan waktu, yaitu perikatan yang tidak menangguhkan perikatan
melainkan hanya menangguhkan pelaksanaannya.
c. Perikatan manasuka (altematif), yaitu perikatan di mana si berhutang dibebaskan jika ia
menyerahkan salah satu dari dua barang yang disebutkan dalam perikatan.
d. Perikatan solider, adalah suatu perikatan di mana salah satu pihak terdiri dari beberapa
orang adalah pihak di berhutang, maka tiap-tiap orang debitur dapat dituntut untuk memenuhi
seluruh utang tersebut.
e. Perikatan yang dapat dibagi dan tidak dapat dibagi, si berhutang rnasingmasing hanya
bertanggung jawab sesuai dengan bagiannya. Soal dapat dibagi atau tidak dapat dibaginya
suatu prestasi dapat terbawa oleh sifat barang yang bersangkutan di dalamnya, tetapi
dapatjuga disirnpulkan dari maksud perikatan. Adapun perikatan dengan ancaman hukuman
adalah perikatan dimaksudkan sebagai pengganti kerugian yang diderita oleh pihak yang
berpiutang karena tidak dipenuhinya perikatan pokok.
Menurut pasal 1319 BW, semua persetujuan, baik yang mempunyai suatu nama
maupun yang tidak dikenal dengan suatu nama tertentu, harus tunduk pada peraturan-
peraturan umum di dalam Buku III BW.
Akibat perjanjian.
Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka
yang membuatnya.Perjanjian itu tidak dapat ditarik kembali, selain atas kesepakatan kedua
belah pihak atau karena alasan-alasan yang oleh undang-undang dinyatakan cukup untuk itu
(dalarn penyelesaiannya).
2. Kesaksian
Berlaku adagium unus testis nulus testis, artinya saksi minimal berjumlah dua orang.
RANGKUMAN
Secara garis besar KUHP yang merupakan warisan dari BW terbagi ke dalam 4
bagian, yaitu:
1. Buku I, berisikan hukum peroraogan.
2. Buku II, berisikan hukum harta kekayaan dan hukum waris.
3. Buku III, berisikan perikatan yang Lahir akibat undang-undang dari persetujuan atau
perjanjian.
4. Buku IV, berisikan tentang pembuktiandan daluwarsa.
Pembahasan pada Buku I KUHP, yaitu tentang orang, membahas tentang orang
sebagai subjek hukum. Dengan demikian orang yang merupakan subjek hukum adalah yang
memiliki kewenangan untuk melakukan suatu perbuatan hukum, karena itu berkaitan pula
den gao konsep "dewasa" dari seseorang. Yang tentunya apabila seseorang itu belum
dewasa maka harus memiliki wali atau orang yang memang memiliki kelainan berada dalarn
"kuratil",
Dengan demikian di dalam lingkungan hukurn perdata pembahasan mengenai
kebendaan menjadi penting. Benda diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat dihaki
(dimiliki) oleh subyek hukum (manusia dan badan hukurn). Membahas kebendaan dalam
lingkungan hukum perdata tentunya benda tersebut berkaitan dengan hak-hak yang dapat
dimiliki oleh seseorang, beberapa hak hak kebendaan diantaranya adalah sebagai berikut.
1. Bezit.
2. Eigendom atau Hak Milik.
3. Hipotik dan Hak Gadai.
4. Hak Servituut.
5. Hak Opstal.
6. Hak Erfacht.
7. Hak Vruchtgebruik.
Perjanjian dan perikatan juga menjadi penting dalarn lingkungan hukum perdata,
perjanjian merupakan suatu peristiwa dimana seseorang berjanji kepada orang lain, untuk
melaksanakan suatu hal. Sementara itu, perikatan berkaitan dengan harta kekayaan dan
benda, perikatan sendiri diartikan sebagai suatu perhubungan hukum (rneugenai kekayaan
harta benda) antara dua orang yang memberikan hak kepada pihak yang satu untuk
menuntut barang sesuatu dari yang lain sedangkan pihak yang lain berkewajiban untuk
memenuhinya/tuntutan tersebut. Yang juga menjadi penting dalam lingkungan hukum
perdata adalah pembuktian dan lewat waktu (daluwarsa). Pada lingkungan hukum perdata
terdapat lima aJat bukti, yaitu:
1. surat -surat;
2. kesaksian;
3. persangkaan;
4. pengakuan;
5. sumpah.
1. Sunaryati Hartono
Menurut Sunaryati Hartono"', kaidah-kaidah hukum mengenai ekonorni indonesia ada
yang bersifat hukum ekonomi pembangunan dan ada yang bersifat hukum ekonomi sosial.
Hukum Ekonomi Indonesia adalah keseluruhan kaidah-kaidah dan putusan-putusan hukum
seeara khusus mengatur kegiatan dan kehidupan ekonomi di Indonesia.
Pendapat lain dari C.F.G. Sunaryati Hartono, seperti dikutip oleh Ridwan Khairandy, et
al.," menyarankan sebaiknya hukum ekonomi dibedakan dengan hukum bisnis, seperti
halnya di dalam ekonomi dikenal adanya ekonorni makro dan mikro. Dengan dernikian
hukum ekonomi adalah keseluruhan peraturan, putusan pengadilan, dan hukum kebiasaan
yang menyangkut pengembangan kehidupan ekonomi seeara makro. Sedangkan hukurn
bisnis adaIah keseluruhan peraturan, putusan pengadilan, dan hukum kebiasaan yang
berkaitan dengan bisnis pelaku-pelaku ekonomi mikro.
3. Ismail Saleh
Maritan Menteri Kehakirnan Ismail Saleh , dengan mengutip artikel Sudirman Tebba
dalam harian Kompas tahun 1981 yang menyatakan bahwa tugas hukum ekonomi adalah
senantiasa menjaga dan mengadakan kaidah-kaidah pengaman, agar pelaksanaan
pembangunan ekonomi tidak akan mengabaikan hak-hak dan kepentingan-kepentingan pihak
yang Iemah. Hanya dengan cara serupa ini hukum tetap mempunyai peranan dalam
pembangunan ekonomi.
Jadi jika melihat ketiga definisi hukum ekonomi di atas, dapat disimpulkan bahwa
pengertian hukum bisnis itu adalah peraturan, keputusan pengadilan atau hukum kebiasaan
yang mengatur dunia bisnis yang meliputi pendayagunaan suberdaya perekonomian.
Jika dilihat secara analitik divergen, maka kita harus mendefiniskan pengertian hukum
itu sendiri, kemudian pengertian bisnis dan baru akhirnya memberikan pengertian hukum
bisnis. Pengertian hukum memang beragam, tetapi sebagai pegangan dapat diambil bahwa
hukum itu peraturan, keputnsan pengadilan atau kebiasaan-kebiasaan.
Sedangkan pengertian bisnis menurut Richard Burton Simatupang.P secara luas sering
diartikan sebagai keseluruhan kegiatan usaha yang dijalankan oleh orang at au badan secara
teratur dan terus-rnenerus, yaitu berupa kegiatan mengadakan barang-barang atau jasa-jasa
maupun fasilitasfasilitas untuk diperjualbelikan, dipertukarkan, atau disewakan dengan tujuan
mendapatkan keuntungan.
Secara garis besar, kegiatan bisnis dapat dikelompokkan atas 5 bidang usaha."
a. Bidang Industri. Misalnya pabrik radio, TV, motor, mobil, tekstil dan lainlain.
b. Bidang perdagangan. Misalnya agen, rnakelar, toko besar, toko keeil dan lain-lain.
c. Bidang Jasa. Misalnya konsultan, penilai, akuntan, biro perjalanan, perhotelan dan lain-lain.
d. Bidang agraris. Misalnya pertanian, peternakan, perkebunan dan lain-lain.
e. Bidang ekstraktif. Misalnya pertambangan, penggalian dan lain-lain.
Dalam kegiatan bisnis, ada pula yang membedakannya dalam 3 bidang usaha.
a. Bisnis dalam arti kegiatan perdagangan (commerce), yaitu : keseluruhan kegiatan jua\ beli
yang dilakukan oleh orang-orang dan badan-badan, baik di dalam negeri maupun di luar
negeri ataupun antara negara untuk memperoleh keuntungan. Contoh : Produsen (pabrik),
dealer, agen, grosir, toko dan sebagainya.
b. Bisnis dalam arti kegiatan industri (Industry), yaitu kegiatan memproduksi atau
menghasilkan barang-barang yang nilainya lebih berguna dari asalnya. Contoh : Industri
perhutanan, perkebunan , pakaian dan lain-lain.
c. Bisnis dalam arti kegiatan jasa-jasa (Service), yaitu : kegiatan yang menyediakan jasa-jasa
yang dilakukan baik oleh orang maupun badan. Contoh : Perhotelan, konsultan, asuransi dan
lain-lain.
Di samping BW dan WvK, kebiasaan juga merupakan sumber penting dari hukum
dagang. Ini diterangkan dalam pasal 1339 BW, bahwa suatu perjanjian tidak saja mengikat
untuk apa yang semata-mata telah diperjanjikan, tetapi apa yang sudah rnenjadi kebiasaan.
Dan di samping itu, pasal 1347 BW pun menerangkan bahwa hal-hal yang sudah lazim
diperjanjikan dalam suatu macam perjanjian, meskipun pada suatu ketika tidak secara tegas
diperjanjikan, harus dianggap juga tennaktub dalam perjanjian itu.
Suatu pengertian ekonomi lainnya yang banyak dipakai dalam WvK ialah pengertian
bedrijf. Seseorang dapat dikatakan mempunyai suatu perusahaan jika ia bertindak ke luar
untuk mencari keuntungan dengan suatu cara di mana ia menurut imbangan lebih banyak
mempergunakan modal daripada mempergunakan tenaganya sendiri.
1. siapa saja yang mempunyai suatu perusahaan diwajibkan melakukan pembukuan tentang
perusahaan;
2. lapangan pekerjaan dari suatu perusahaan firma adalab menjalankan suatu perusahaan;
3. pada umumnya suatu akte di bawah tangan yang berisi suatu pengakuan dari suatu pihak
hanya mempunyai kekuatan pembuktian jika ia ditulis oleh tangan sendiri oleh si berhutang
atau dibubuhi tanda persetujuan yang menyebutkan jumlah uang pinjaman;
4. suatu putusan hakim dapat dijalankan dengan paksaan badan terhadap tiap orang yang telah
menandatangani suatu suratwesel atau cek;
5. orang yang menjalankan suatu perusahaan adalah pedagang dalam pengertian Kitab Undang-
undang Hukum Perdata;
6. siapa saja yang menjalankan suatu perusahaan diwajibkan untuk memperlihatkan buku-
bukunya pada pegawai jawatan pajak jika diminta.
KUHD tidak lagi mengatur mengenai Perseroan Terbatas CPT) karena sudah diatur
dalam UU No.1 Tahun 1995,jadi hanya rnengatur CV dan Firma. Dernikian pula telah
disusun sejurnlah UU baru yang terpisah dari KUHD, antara lain:
1. UU No.2 Tabun 1992 tentang Asuransi;
2. UU No. 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas;
3. UU No. 15 Tahun 1992 tentang Penerbangan.
Hukum dagang merupakan bagian dari hukum perdata akan tetapi rnasalah dagang
diatur khusus dalam satu buku, yaitu Kitab Undang-undang Hukurn Dagang (KUHD).
Perdagangan sendiri mempunyai arti sebagai berikut:
"Pernberian perantara kepada produsen dan konsumen untuk membeli atau menjual
barang-barang yang memudahkan dan memajukan pembelian dan penjualan."
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa hukum dagang adalah hukum atau
peraturan-peraturan yang mengatur hubungan pemberian perantara kepada produsen dan
konsumen untuk membeli dan menjual barang-barang yang rnemudahkan dan mernajukan
pembelian serta penjualan.
Pemberian perantara meliputi hukum dagang itu sendiri atau ruang lingkup hukum
dagang itu sendiri. Ruang lingkup hukum dagang meliputi:
RANGKUMAN
Hukum dagang diartikan sebagai hukum atau peraturan-peraturan yang mengatur
hubungan pemberian perantara kepada produsen dan konsumen untuk membeli dan menjual
barang-barang yang mernudahkan dan memajukan pembelian serta penjualan. Ruang
lingkup hukum dagang meliputi berikut ini.
1. Pekerjaan orang-orang perantara.
2. Bentuk-bentuk hukum perusahaan.
3. Perusahaan pengangkutan.
4. AsuransiJpertanggungan.
5. Surat-surat berharga atau surat-surat niaga.
6. Kepailitan
7. Yang menjadi sumber-sumber hukum dagang diantaranya adalah:
8. Kitab Undang-undang Hukum Perdata (BW)
9. Kitab Undang-undang Hukum Dagang (WvK)
10. Peraturan tentang Perkoperasian
11. Peraturan tentang Pailisemen ver Ordering
12. Undang-undang Octroy
13. Undang-undang Hak Cipta
14. Undang-undang tentang Lalu Lintas (UU No. 14 Tahun 1992)
15. Undang-undang mengenai Penanaman Modal Asing
KEGIATAN BELA.JAR 4
Bagian-Bagian Hukum Dagang (Hukum Bisnis/ Hukum Ekonomi)
Berikut ini akan disampaikan peristiwa -peristi wa/perbuatan-perbuatan hukum yang
merupakan perpaduan antara hukum perdata, hukum dagang dan hukum bisnislHukum
Ekonomi.Artinya dalam perbuatan tersebut ada unsurunsur hukum perdatanya, dagang
dan/atau bisnisnya.
A. PERUSAHAAN
1. Pengertian Perusahaan
a. Onderneming berarti suatu bentuk hukum dari perusabaan seperti; PT, Firma, Koperasi dan
lain-lain.
b. Bedriff (teknis) berarti kesatuan teknik untuk produksi seperti industri rumah tangga, pabrik,
dll.
c. Perusahaan (wetboek van Koophandel = kitab UU hukum dagang) ialah keseluruhan
perbuatan yang dilakukan secara tidak terputusputus dengan terang-terangan dalam
kedudukan tertentu dan untuk mencari laba.
d. Molengraf dan Polak: perusahaan adalah keseluruhan perbuatan yang dilakukan secara terus
menerus, bertindak keluar, untuk mendapatkan penghasilan dengan cara memperniagakan
barang-barang atau mengadakan perjanjian-perjanjian perdagangan.
e. Prof. Soekardono: adanya suatu perusahaan perLu unsur-unsur:
1) terus menerus,
2) terang-terangan,
3) bertindak keluar,
4) dalam kedudukan tertentu,
5) untuk mencari laba.
f. Prof Soebekti: perusahaan dapat dikatakan punya perusahaan jika ia bertindak keluar untuk
mencari keuntungan dengan cara dimana ia menurut imbangan lebih besar menggunakan
modal/kapital daripada menggunakan tenaganya sendiri.
Ø Kebaikan Firma
· Kebutuhan Modal lebih terpenuhi.
· Adanya pembagian tugas.
Ø Kerugian Firma
· Tanggungjawab tidak terbatas pada setiap waktu.
· Sering terjadi perbedaan pendapat.
2. Koperasi
Ø Pengaturan Koperasi di Indonesia
· UUD 1945 pasal33.
· UU No. 12/1967 Tentang pokok-pokok Koperasi.
· UU No. 2511992 Tentang Perkoperasian.
Ø Pembubaran Koperasi
Pembubaran koperasi diatur oleh pasaJ 47 ayat 1 UU No.25/1992, yang diantaranya
adalah sebagai berikut,
· Keputusan anggota (rap at anggota).
· Keputusan pemerintah.
- Terbukti tidak memenuhi ketentuan UU.
- Bertentangan dengan kepentingan I ketertiban/ kesusilan.
- Kelangsungan hidupnya tidak dapat diharapkan,
1. Franchising
Merupakan suatu sistem pemasaran atau distribusi barang dan jasa, dimana sebuah
perusabaan induk (FRANCHISOR) memberikan kepada individu atau perusabaan lain
(FRANCHISEE) hak-hak istimewa untuk melaksanakan suatu sistem usaha tertentu dengan
cara yang sudah ditentukan selama waktu tertentu.
C. SURAT-SURAT PERNIAGAAN
Surat-surat perniangaan terbagi menjadi dua.
1. Surat-surat berharga, terbagi menjadi:
a. surat bukti tuntutan hutang;
b. pembawa hak;
c. mudah dijualbelikan, contoh: cek.
Kategori: surat berharga atas nama opname menjadi surat yang berharga.
1. Cek
a. Pengertian dan Dasar Hukum Cek
Cek adalah perintah kepada Bank komersial dari orang yang menandatangani untuk
pernbayaran sejumlah uang yang tertera pada lernbar Cek tersebut kepada si pembawa atau
orang yang namanya disebutkan diatas Cek tersebut.
Dasar Hukum dari cek adalah pasal 178s/d 229 KUHD dan diatur dalam SE BI No. 917
BUAH UUPD tanggal 10 Januari 1997 dan juga di dalam pasal 196 KUHD. Batas waktu
berlakunya Cek sampai daluwarsanya 70 hari.
4. Promes/Ascep
Promes adalah surat yang berisi ten tang kesanggupan seseorang yang mernbayar
sejumlah uang kepada seseorang tertentu atau penggantinya. Dasar hukumnya diatur dalam
174s/d 177 KUHD. Juga pasal dalam KUHD tentang Wesel yang berdiberlakukan juga untuk
promes.
Promes diatur dalam:
a. ada judulnya;
b. membayar sejumlah uang;
c. tanggal pembayaran;
d. tempat pernbayaran;
e. nama terbayar;
f. tanggal dan tempat ditandatanganinya;
g. tanda tangan penerbit.
5. Wesel
Adalah surat yang memuat akta wesel yang diterbitkan pada tanggal dad temp at
tertentu dengan nama penerbit memerintahkan tanpa syarat kepada yang bersangkutan untuk
membayar sejumlah uang pada tanggal tertentu kepada penerima atau penggantinya
dtentukan. Dasar hukumnya pasal lOOs/d173 KURD.
D. HUKUM ASURANSI
1. Definisi Asuransi
Asuransi atau Pertangguangan adalah suatu perjanjian dengan nama seseorang
penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima suatu premi, untuk
memberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan
kemaJangan yang diharapkan, yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa yang
tak tertentu.
Azas Konkordinasi
stbl 1847 No. 23
Berlaku di Indonesia( Hindia Belanda)
Pasal226 sId 308, 592 sId 695
E. KEPAILITAN
1. Pengertian Kepailitan
Adalah Pailit diartikan sebagai keadaan debitur (yang berhutang) yang berhenti
membayar utang-utangnya.
Menurut pasal 1 ayat l peraturan Kepailitan : "pengutang yang ada dalam keadaan
berhenti membayar, baik atas pelaporan sendiri maupun atas permohonan seorang penagih
atau lebih dengan keputusan dinyatakan dalam keadaan pailit".
2. Dasar Hukum Kepailitan
a. Pasal 1311 dan 1312 KUH Perdata.
b. Faillissements Verodening S. 1905 No. 217 jo 1906 No 348.
c. Perpu No.1 Tahun 1998 tentang perubahan UU Kepailitan.
3. Syarat dinyatakan Pailit Syarat untuk dinyatakan pailit:
a. Terdapat keadaan berhenti membayar, yakni bila seorang debitur sudah tidak mampu atau
tidak mau rnembayar utang-utangnya.
b. Harus terdapat lebih dari seorang kreditur dan salah seorang dari mereka itu, piutang sudah
pasti ditagih.
4. Pihak-pihak yang dinyatakan Pailit
a. Setiap orang.
b. Badan-badan Hukum.
c. Harta warisan.
6. Upaya Hukum Terhadap Kepailitan Upaya hukum terhadap putusan kepailitan:
a. perlawanan,
b. banding,
c. kasasi.
F. LEMBAGA PEMBIAYAAN
Pengertian lembaga pembiayaan berdasarkan pada pasal 1 Kepres 61 Tahun 1988.
Lembaga pembiayaan adalah suatu badan usaha yang didalam melakukan kegiatan
pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal dengan tidak rnenarik dana
secara langsung dari rnasyarakat.
Lembaga pembiyaan berdasarkan pada pasal 9 Kepres 61 Tabun 1988dapat dilakukan
oleh:
1. Bank,
2. Lembaga Keuangan Bukan Bank(LKBB),
3. Perusahaan pembiayaan.
Sejak UU tentang perbankan No.7 tabun 1992 tidak dikenallagi istilab LKB B karena
bank terbagi 2 j enis:
1. Bank Umum,
2. Bank Perkreditan Rakyat.
3. HMI Iahir pada akhir abad 19 yaitu ada Konversi Intemasional.
a. Tahun 1883, membicarakan perlindungan Hak Milik Perindustrian.
b. Tahun 1886, di Bern/Swiss membicarakan perlindungan Hak Cipta
c. Merk
Adalah alat untuk membedakan barang dan jasa yang diproduksi oIeh suatu
perusahaan, Dasar hukumnya : UU Merk no. 19/1992. Pasal 1 angka 1 menyatakan bahwa ."
Merk ialah tanda berupa gambar nama, kata, huruf, angka, susunan warna, atau kombinasi
dari unsur-unsur tersebut yang mempunyai daya pembeda, digunakan dalam kegiatan
perdagangan barang/jasa.
Fungsi Merk
1. Tanda pen genal suaru barang/jasa.
2. Gambaran jarninan kepribadian, reputasi barang dan jasa.
3. Mernberi jamunan kualitas barang/jasa
4. Sarana promosi barang dan jasa.
5. Kondisi perekonornian negara dalam jangka panjang mantap
I. HUKUM PERBANKAN
Pengertian perbankan adalah segal a sesuatu yang menyangkut tentang bank,
mencakup ke1embagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksankan kegiatan
usahanya (pasal l angkal UU No. 10/1998).
Bank adalah: badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan meyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk
-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak (pasall angka 2 UU
No. 10/1998).
Arbitase adalah proses penyelesaian atau pemutusan sengketa oleh seorang hakim atau
para hakim yang berdasarkan persetujuan bahwa mereka akan tunduk kepada atau mentaati
keputusan yang diberikan oleh para hakim yang mereka pilih atau tunjuk.
KEGIATAN BELA.JAR 5
Hukum Perdata Internasional
Berlainan dengan pendapat Harsanto Nursadi hukum internasional adalah hukum yang
berhubungan dengan peristiwa internasional di bidang publik. Perpisahan yang terjadi dalam
hukum internasional publik. Pemisahan yang terjadi adalah hukum internasional publik
(public international law) dan hukum perdata internasional (private international law).
Dari pernyataan Harsanto Nursadi tersebut terlihat bahwa Hukum Perdata Internasional
merupakan bagian dari Hukum Internasional. Sementara itu menurut pendapat Van Brakel
dan Gouwgioksiong, bahwa Hukum Perdata Internasional merupakan bagian dari hukum
nasional.
Jadi dari berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa, Hukum Perdata
Internasional adalah merupakan bagian dari hukum perdata, hanya peristiwanya melintasi
batas -batas Negara.
Di Indonesia hukum perdata internasional dan hukum antar golongan sangat erat
hubungannya. Menurut Gouwgioksiong, "hukum perdata internasional berkisar dalam
hubungan perdata dengan unsur-unsur asing dalam hubungan-hubungan "internasional",
terhadap hukum antar golonganyang hanya berlangsung dalam dalam suasana hukum
internasiona1. Oleh karenanya, maka hukum perdata internasional merupakan hubungna
antar tata hukum (HATAH) extern, sedangkan hukum anatar-golongan merupakan HATAH
intern. Sekalipin demikian kedua-duanya,hukum perdata internasional maupun hukum antar-
golongan merupakan hukum nasional."
Menurut Titon Slamet Kurnia, atribut internasional dalam hukum perdata internasional
(private international law; conflict laws) tidak memiliki keterkaitan dengan hukum
internasionaL Secara konseptual, hukum internasional dan hukum perdata internasional
adalah dua konsep berbeda.Atribut internasional dalam konsep hukum perdata internasional
seringkali menimbulkan salah pengertian seolah-olah hukum perdata internasional adalah
cabang dari hukum internasional."
Hukum perdata internasional pada hakekatnya adalah hukum nasional (bukan hukum
internasional).
Pengertian ini mutatis mutandis juga berlaku dalam kasus Indonesia, dimana
pengadilan Indonesia dimungkinkan untuk menghadapi suatu kasus yang memiliki kaitan
dengan negara lain. Atau secara umum ruang lingkup dari hukum perdata internasional
tersebut adalah persoalan hubungan hukum keperdataan antara subjek hukum yang masing-
masing tunduk pada hukum perdata (nasional yang berlainan).
Menurut Clarkson & Hill dalam Titon, keberadaan hukum perdata internasional
berfungsi untuk memberikan jawaban atas tiga isu yaitu: jurisdiction, choice of lawserta
recognition and enforce ment of foreign judgments. Isu tentang yurisdiksi berkenaan dengan
apakah pengadilan satu negara, dalam kasus ini Indonesia, merniliki kewenangan untuk
memeriksa, mengadili, dan memutus kasus yang mengandung foreign elements . Manakala
isu ini dijawab afinnatif maka isu selanjutnya tentang choice of law. Isu tentang choice of law
berkenaan dengna pertanyaan ketentuan hukum mana yang akan diberlakukan dalam kasus
yang diperiksa, yaitu apakah hukum negara dimana pengadilan berkedudukan (the law of the
forum) ataukah hukum negara lain.
Isu terakhir tentang penegakan dan penegakan putusan pengadilan negara asing.
Kondisi ini dapat terjadi sebagai misal, manakala ada warga negara Indonesia yang menjadi
pihak dalam suatu sengketa di depan pengadilan negara asing. Pernyataan ini kemudian ialah
putusan pengadilan asing tersebut dapat dilaksanakan kepada warga negara Indonesia di
Indonesia ataukah pengadilan indonesia akan mernriksa kembali kasus tersebut. Pertanyaan
ini menjadi porsi hukum perdata internasional untuk rnenjawabnya.Sebagai kaidah, suatu
negara dapat menolak untuk menjalankan eksekusi atas putusan pengadilan negara asing di
negaranya.Dasar dari penolakan tersebut ialah asas public policy.
Dari pengertian hukum perdata internasional yang dipaparkan diatas maka dalam
konteks sistem hukum indonesia akan muncul beberapa implikasi. Pertama, implikasi yang
timbul dari diterapkannya hukum negara asing oleh pengadilan Indonesia untuk memutus isu
hukum, yaitu hubungan hukum di lapangan keperdataan yang mengandung foreign elements.
Prolematik dari isu ini yaitu legitimasi dari pengadilan nasional untuk menerapkan hukum
negara asing yang notabene tidak otoritatif sesuai dalil bahwa hukum positif memiliki
keberlakuan oleh tempat dan waktu.
Dalam konteks demikian untuk memperkaya sistem hukum Indonesia, diperlukan studi
comparative law untuk isu-isu hukum perdata internasional supaya para yuris Indonesia
familiar dengan pribadi isu-isu hukum yang mungkin muncul karena pelibatanjoreign
elements di dalam hubungan hukum yang beclangsung. Hal itu semakin tidak terhindarkan
dengan dicapainya uniforrnitas kaidah didalam international business transactions yang
disepakati negara-negara dalam WTO aggrement untuk mempermudah lalulintas orang,
barang dan modal antar negara sehingga mau tidak mau di sana akan terjadi bubungan hukum
yang mengandung foreign elements. Dengan studi comparative law yang kuat (diimbangi
oleh kapasitas untuk membangun sistem peradilan yang kompeten, independen dan
imparsial), maka orang-orang asing tidak akan menyangsikan kapasitas pengadilan Indonesia
sebagai pengadilan forum untuk kasus-kasus dengan foreign elements. Hal ini tentunya akan
menyejajarkan sistem hukurn Indonesia dengan sistem hukurn negara-negara lain dalam hal
kehandalannya untuk memecahkan isu-isu hukum di lapangan hukum perdata internasional."
5. Yurisprudensi
Yurisprudensi yang merupakan salah satu sumber hukum dalam Hukum Perdata
Internasional meliputi keputusan hakim pengadilan nasional atau internasional, keputusan
Badan Arbitrase Internasional maupun keputusan lembaga-lernbaga internasional yang
menyangkut perkara Hukum Perdata Internasional.
6. Doktrin
Doktrin adalah pendapat-pendapat atau ajaran-ajaran para ahli dan sarjana-sarjana
terkemuka, biasanya disebut Communis opinio doctorum, dibidang Hukum Perdata
Internasional.
3. Menentukan hukum yang berlaku (lex cause) menggunakan bantuan titik taut
Maka jika kita menghadapi suatu kasus, cara bekerja kita adalah sebagai berikut.'?
a. Pertama-tama kita mencari titik-titik taut primer menurut lex fori untuk mengetahui apakah
kita berhadapan dengan suatu peristiwa Hukurn Perdata Internasional atau bukan.
b. Jika ternyata kita berhadapan dengan suatu peristiwa Hukum Perdata InternasionaI, maka
kita mengadakan qualification of facts menurut lex fori.
c. Kemudidan kita mencari titik-titik taut sekunder (menurut lex fori) untuk menentukan sistem
hukum yang berlaku (lex cause).
d. Titik taut menurut lex cause lalu akan menentukan apakah kaedah hukum lex cause, lex fori
atau kaedah sistim hukum asing yang lain (ingat kepada kemungkinan renvoi) yang harus
berlaku.
e. Jika berdasarkan titik-titik taut dari pada lex cause kita telah menentukan kaedah hukum
materiil yang mana yang harus berlaku, barulah dapat kita menentukan penyelesaian
masalahnya atau menjatuhkan keputusan in concreto. Tetapi mungkin titik taut lex fori
menunjuk pada dua lex cause atau lebih.
3. Lagipula doktrin itu tidak memudahkan pekerjaan, oleh karena mengharuskan para ahli
hukum mempelajari berbagai sistem hukum asing, belum dapat memperi pendapat (dalam hal
ini putusan) mengenai suatu perkara.
4. Akhirnya dikatakan, bahwa doktrin renvoi sesuai dengan pendapat Westlake dan Von Bar
berkelebih-lebihan, karena menurut kedua ahli ini hasil yang sarna dapat diperoleh dengan
jalan desistement. Yaitu, penunjukka pada sistem hukum asing bukan berarti penunjukkan
pada seluruh sistem asing itu, akan tetapi hanya pada peraturan-peratura materiil daripada
lembaga hukum yang terperkara sebagai mana hal itu dinyatakan oleh Hukum Perdata
Internasional sistem hukum yang bersangkutan (jadi disini bukan dimaksudkan
Sachnorrnverweisung).
5. Juga Van Brakel (dalam bukunya Grondslagen en beginselen van Nederlands Internationaal
Privaatrecht) tidak menyetujui renvoi dengan alas an bahwa teori itu tidak konsekuen; hanya
berhenti pada lex fori.
6. Ehrenzweig berdasarkan teorinya bahwa bagaimanapun juga soal kualifikasi hanya
merupakan soal interpretasi oleh sang hakim (jadi oleh lex fori)
Kesimpulan yang dapat kita tarik adalah bahwa Hukum Perdata InternasionaI
mengatur setiap peristiwa atau hubungan hukum yang mengandung unsur asing, baik
peristiwa itu termasuk bidang hukum publik (seperti hukum tata usaha negara, hukum pajak
atau hukum pidana), maupun termasuk bidang hukum perdata (seperti hukum perkawinan,
hukum hukum waris dan hukum dagang).
Karena lex fori adalah Indonesia, rnaka pertarna-tama yang berlaku adalah kaedah-kaedah
Hukum Perdata Internasional Indonesia. Oleh karen a hukum Indonesia hingga kini belum
mengembangkan Hukum Perdata Intemasional nya, maka biasanya orang akan berpegang
pada pasal 18 A.B. dan pasal131 LS. saja.
Maka berarti (dalam contoh ini), yang dianggap sebagai lex cause adalah hukum Indonesia,
baik sebagai lex loci contractus, maupun sebagai lex loci solutionis.
Dan karen untuk orang Jepang berlaku B>W> dan W.v.K (Hukum Perdata Barat), maka
kaidah dalam B.Witulah yang dianggap berlaku; jadi rnerupakan lex cause dari pada perkara
"wanprestasi" yang dilakukan oleh pihak Jepang tadi. Alhasil, maka seluruh hkum perdata
internasional ini dianggap sebagai peristiwa Hukum Antar-Golongan belaka.
2. Jika seandainya perjanjian export-import ini bukan antara warganegara Jepang dan
warganegara Indonesia, tetapi antara warganegra Inggeris dengan warganegara Indonesia,
dan pihak Indonesia mengadakan gugatan di muka Hakim Inggeris, maka hakim Inggeris
akan mempertimbangkan terlebih dahulu, hukum manakah yang dipilih oleh kedua pihak,
atau hukum mana yang disimpulkan telah dipilih oleh kedua pihak.
Dalam perkara ini hakim mengumumkan pula, bahwa dalam hal tidak adanya pilihan hukum
secara tegas, maka hakim menarik kesimpulan berdasarkansemua titik taut yang dapat
diketemukan, seperti lex loci contractus, bendera, lex loci solutionis, dll. Akan tetapi masing
masingnya dapat dikesampignkan jika terdapat hal-hal (titik-taut) yang berlawanan dengan
itu. Hal ini membuktikan bagaimana sukarnya menentukan lex causae itu.
3. Dengan demikian, maka jika perkara dalam contoh kita diatas dibawa ke muka hakim
Inggeris, maka sekalipun lex loci contractus dan lex loci solitionis adalah Indonesia,
oleh karena bentuk perjanjian adaJh suatu bentuk yang hanya dikenal dalam hukum
Inggeris, maka hukum Inggerislah yang akan dianggap sebagai lex cause. Sebab
bentuk perjanjian yang hanya dikenal dalam hukum Inggeris ini dianggap sebagai
suatu tindakan pilihan hukum yang dilakukan oleh pihakyang bersangkutan. Dan
hukum Inggeris pula lah yang akan menentukan, apakah mengenai kwalitas barang-
barang yang diimpor Indonesia itu, Hukum Inggeris kah yang berJaku atau hukurn
Indonesia, sebagai lex loci solutionis.
4. Akan tetapi, apabila perjanjian impirt-eksport ini menyangkut seorang Swiss dan
seorang Indonesia, dan perkara ini diajukan oleh pihak Indonesia yang merasa dirinya
dirugikan ke muka pengadilan negara Swiss, maka disini penyelesainnya akan akan
berbeda pula dengan kedua cara penye1esaiannya akan berbeda pula dengan kedua
cara penyelesaian tersebut di atas.
Sebab hakim Swiss akan mempertimbangakan, bahwa dalam suatu perjanjian perdagangan
seperti ini, hukum yang berlaku akan ditentukan oleh apa yang merupakan ide typische
Leisting atau die charakteristische Leistung (prestasi yang khusus, atau yagn karakteristik).
Dalam hal ini die charakteristische Leistung ini merupakan penyerahan barang-barang yang
diimpor di Indonesia, sehingga hukum Indonesialah yang akan dianggap sebagai lex causae,
sebagai ddas Recht der Schuldorts, yang dianggap mempunyai "hubungan yang paling erat
dengan perjanjian" tersebut, dan karena itu merupakan die charakterische Leistung yang
menentukan.
Maka sekalipun di sini Hukum Indonesia juga yang dianggap berlaku, akan tetapi ke arah
penyelesaiannya adalah jauh berbeda dengan cara penyeIesaian di Indonesia, yang masih
tetap mempergunakan taori Statuta, padahal teori itu sudah lama ditinggalkan orang dew as a
ini.
5. Semakin maraknya hubungan ekonomi internasional yang berlangsung antara negara-
negara di seluruh dunia, lagi pula karen a teras a adanya interdepedensi, yang semakin
lama semakin kuat, maka dirasakan perlunay diadakan suatu Hukum Dagang
Internasional yang uniform, sehingga perbedaan-perbedaan yang dikemukakan diatas
tidak lagi akan menganggu kelancaran hubungan dan lalulintas kerja sarna ekonomi
internasional itu.
Oleh karena itu, sejak tahun 1949 negara-negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa tidak
hanya mengusahakan unifikasi kedah-kaedah Hukum Perdata lntemaional di bidang itu saja,
akan tetapi dangat giat mencari jalan bagaimana caranya supaya pada akhinya hanya ada satu
Hukum Dagang Internasional yang sarna. Permulaan usaha ini dijajagi melalui perj anjian
bilateral dan multilateral.
Disini kita lihat, betapa dalam abad ke-20 ini hubungan antara Hukum Perdata Internasional
dengan Hukum Publik Internasional bertambah erat. Sehingga Philip O. Jessup telah
menemukan suatu nama baru bagi bidang hukum yang mencakup kedua bidang hukum
internasional tersebut, yaitu hukum transnasional (transnational law).
Hukum Perdata Internasional adalah merupakan bagian dari hukum perdata, hanya
peristiwanya melintasi batas-batas negara.
Sumber Hukum Perdata Internasional:
1) Prinsip hukum umum,
2) Hukurn kebiasaan,
3) Perjanjian internasiona1/traktat,
4) Peraturan perundang-undangan,
5) Yurisprudensi,
6) Doktrin.
Unsur-unsur yang menandakan adanya unsur-unsur asing, sehingga ada kemungkinan
suatu kaedah hukum asing yang berlaku bagi suatu penstiwa hukum, dinamakan titik-titik
taut, titik pertalian, Anknupfungspunkte, points of contact, test factors, atau connecting
factors, dan dalam bahasa Perancis dinamakan "points de rattachment".Titik taut dibagi
menjadi dua macam yaitu titik taut primer dan titik taut sekunder.
Renvoi timbul apabila hukum asing ditunjuk oleh lex fori, menunjuk kembali kearah lex
fori itu, atau kepada sistirn hukurn asing lain.