Anda di halaman 1dari 58

MOOUL 5

Hukum Perdata
Dr. H. Nandang Alamsah Deliarnoor, S.H., M.Hum.
PENDAHULUAN
Materi hukurn perdata itu sangat luas yaitu sepanjang yang berhubungan dengan
pengaturan-pengaturan yang berkaitan dengan hubungan hukum orang perorang. Keluasan
materi ini bertambah lagi bila ditambah materi hukum perdata yang didasarkan pada substrat
dimana hukum perdata itu turnbuh dan berkembang sebagaimana rnasyarakat-rnasyarakat
hukurn ad at. Oleh karen a itu dalam Modul 5 ini ruang lingkup materinya dibatasi dalam
tataran nasional dan internasional. Hukum perdata adat telah masuk dalam pembahasan di
Modul 3 sehubungan dalam hukum ad at tidak membedakan apakah itu hukum perdata atau
hukum pidana.
Perlu disampaikan juga tentang perkembangan hukum perdata khusus dalarn bidang
perniagaan yang disebut dengan hukum dagang. Hukum dagang telah berkembang lagi
dengan lahirnya hukum bisnis at an hukum ekonomi. Hukum dagang seakan menyublim
eksistensinya dalam hukum bisnis atau hukum ekonorni. Oleh karena itu dalam modul 5 ini
perkembangan hukum bisnis atau hukum ekonomi akan diulas juga, walaupun menurut
pendapat beberapa ahli bahwa dalam hukum bisnis atau hukum ekonorni ini tidak hanya
terjadi hubungan hukum perorangan namun tercakup dimensi hukum publiknya juga.
Berdasarkan uraian-uraian di atas maka kegiatan belajar dalam Modul 5 ini akan
meliputi hal-hal sebagai berikut:
1.       Hukurn Perdata Barat dan Politik Hukum Hindia Belanda;
2.        Bagian-bagian Hukum Perdata;
3.        Hukum Dagang, Bisnis dan Ekonorni;
4.       Bagian-bagian Hukum Dagang, Bisnis dan Ekonomi;
5.       Hukum Perdata Internasional.

KEGIATAN BELAJAR 1
Hukum Perdata Barat dan Politik Hukum Hindia Belanda

A. POLITIK HUKUM HINDIA BELANDA


Berdasarkan Pasal 163 Indische Staatsregeling (IS), dahulu penduduk yang ada di
Hindia Belanda terbagi ke dalam tiga golongan, yaitu golongan:
1.       Eropa,
2.        Timur Asing,
3.        Indonesia Asli (Bumi Putera).
Selanjutnya mengenai politik hukum Hindia Belandanya itu sendiri didasarkan pada
Pasal 131 IS (yang sebelumnya diatur dalam Pasal 75 Regeringsreglement (RR» yang pada
pokoknya berisikan berikut ini.
1.        Hukum perdata dan hukum dagang dikodifikasikan.
2.        Untuk golongan Eropa dianut perundang-undangan yang berlaku di Negeri Belanda
(konkordansi).
3.        Untuk golongan Bumi Putera dan Timur Asing, jika ternyata kebutuhan masyarakat
menghendakinya maka dapatlah peraturan-peraturan untuk bangsa Eropa dinyatakan berlaku
baik seluruhnya maupun sebagian, dengan perubahan-perubahan dan juga diperbolehkan
mernbuat suatu peraturan baru bersama untuk selainnya harus diindahkan hukum-hukum yang
berlaku di kalangan mereka, dan boleh diadakan penyimpangan jika diminta oleh
kepentingan umum atau kebutuhan kemasyarakatan mereka (ayat 2).
4.        Golongan Bumi Putera dan Timur Asing diperbolehkan menundukkan diri pada hukum yang
berlaku untuk bangsa Eropa sepanjang mereka belum ditundukkan di bawah suatu peraturan
bersama dengan bangs a Eropa. Penundukan ini boleh dilakukan baik secara umum maupun
hanya mengenai suatu perbuatan tertentu saja (ayat 4).
5.        Sebelum hukum untuk bangsa Indonesia ditulis dalam undang-undang maka digunakan
hukum adat yang berlaku di daerahnya (ayat 6).

Oleh karena itu, sebagai akibat adanya politik hukum Hindia Belanda seperti yang telah
diuraikan di atas, keadaan hukum perdata kita setelah merdeka itu dapat digambarkan sebagai
berikut.
1.        Untuk golongan Indonesia Asli (Bumi Putera) berlaku hukum adat, yaitu hukum yang sejak
dahulu telah berlaku di kalangan masyarakat yang sebagian besar masih belum tertulis, tetapi
hidup dalam tindakan-tindakan rakyat, mengenai segala soal dalam kehidupan masyarakat.
2.        Untuk golongan WNI bukan asli Indonesia (Cina) berlaku Kitab Undang-undang Hukum
Perdata (BW) dan Kitab Undang-undang Hukum Dagang (WvK), dengan catatan bahwa bagi
goLongan Tionghoa mengenai BW tersebut ada sedikit penyimpangan, yaitu bagian 2 dan 3
dari Titel IV Buku I (mengenai upacara yang mendahului pemikahan) tidak berlaku bagi
mereka, sedangkan untuk mereka ada pula Burgerlijk Stand tersendiri. Selanjutnya ada pula
suatu peraturan perihal pengangkatan anak (adopsi) berlaku hukum adat masing-masing
karena hal ini tidak dikenal dalam BW.
3.        Untuk golongan Timur Asing yang bukan berasal dari Tionghoa atau Eropa (yaitu Arab,
India, dan lain-lain) berlaku sebagian dari BW, yaitu pada pokoknya hanya bagian-bagian
yang mengenai hukum kekayaan harta benda (vermogensrecht), jadi tidak mengenai hukum
pribadi dan kekeluargaan (personen en familierechii maupun yang mengenai hukum waris.
Mengenai bagian-bagian hukum yang disebut belakangan ini, berlaku hukum yang berasal
dari negerinya sendiri.
Di samping itu Pemerintah Hindia Belanda juga dahulu memberlakukan Undang-
undang Eropa bagi golongan Indonesia ash.
1.        Pasal 1601 - 1603 Burgerlijk Wetboek perihal perjanjian kerja atau perburuhan (Staatsblad
1879 No. 256).
2.        Pasal 1788 - 1791 Burgerlijk Wetboek perihal hutang-hutang dari perjudian (Staatsblad 1907
No. 306).
3.        Sebagian besar dari hukum laut dalam KURD (Staatsblad 1933 No. 49).

Berikut ini peraturan yang secara khusus dibuat untuk bangsa Indonesia.
1.        Ordonansi perkawinan bangsa Indonesia Kristen (Staatsblad 1933 No. 74).
2.        Ordonansi ten tang Maskapai Andil Indonesia (IMA) (Staatsblad 1939 No. 569), isinya
tentang cara mendirikan Perseroan Terbatas.
3.        Ordonansi tentang Perkumpulan Bangsa Indonesia (Staatsblad 1939 No. 570).

Peraturan yang berlaku bagi semua warga.

1.    Undang-undang hak mengarang (auterswet 1912).


2.    Peraturan koperasi.
3.    Ordonansi woeker.
4.    Ordonansi pengangkutan di udara (Staatsblad 1938 No. 98).
Penundukkan Hukum (Staatsblad 1917 No. 12) berisi tentang ketentuan penundukkan
hukum.

1.    Pada semua hukum perdata Eropa.


2.    Pada sebagian hukum perdata Eropa terutama hukum kekayaan seperti telah dinyatakan
berlaku bagi golongan Timur Asing bukan Cina.
3.    Penundukkan mengenai hal-hal tertentu atau suatu perbuatan hukum tertentu.
4.    Penundukkan secara "diam-diam" yang artinya "jika seorang Bumi Putera melakukan suatu
perbuatan melanggar hukum yang tidak dikenal di dalarn hukumnya sendiri, ia dianggap
secara diam-diam menundukkan diri pada hukum Eropa" (pasal 29).
Menurut riwayatnya, pasal 29 tersebut ditujukan kepada seseorang dari golongan
bangsa Indonesia yang menandatangani surat aksep atau wesel.

Pembagian golongan penduduk menurut Pasal 163 IS dan penundukan hukum yang
berbeda berdasarkan Pasal131 IS ini pada Zaman Hindia Belanda dahulu diduga disebabkan
oleh berikut ini.

1.        Dari Segi Politik

Dengan adanya lapisan-Iapisan penduduk dan bangs a Indonesia berada pada lapisan
terbawah, rnaka bangsa Indonesia akan tetap dalam kebodoban karena lapisan bawah tidak
pernah mendapatkan kesempatan seperti lapisan atas, misalnya kesempatan dalam bidang
pendidikan, politik, perdagangan, dan sebagainya. Jika bangsa Indonesia tetap dalam keadaan
bodoh maka bangs a Indonesia tidak akan berpikir untuk memerdekakan diri.

2.             Dari Segi Ekonomi

Dengan adanya golongan timur asing, golongan ini dapat menjadi perantara atau
jembatan antara Bumi Putera dengan penjajah dalam bidang perdagangan.

B. ISTILAH DAN PENGERTIAN HUKUM PERDATA

Hukum perdata adalah peraturan hukum yang mengatur hubungan hukum antara orang
yang satu dengan orang lain dengan menitikberatkan pada kepentingan perorangan. Agar
lebih jelas pemahaman mengenai pengertian bukum perdata ini maka akan dibandingkan
dengan pengertian bukum pi dana. Hukum pi dana adalah peraturau hukum yang mengatur
tentang pelanggaran pelanggaran dan kejahatan-kejahatan terhadap kepentingan umum,
perbuatan mana yang diancam dengan hukuman yang merupakan suatu penderitaan atau
siksaan.

Menurut Subekti L, perkataan "hukum perdata" dalam arti yang luas meliputi semua
hukum "privat materiil", yaitu segala hukum pokok yang mengatur kepentingan-kepentingan
perseorangan. Perkataan "perdata" juga Jazim dipakai sebagai lawan dari "pidana".Ada juga
orang memakai perkataan "hukum sipil"untuk hukum privat materiL itu, tetapi karena
perkataan sipil itu juga lazim dipakai sebagai lawan dari "mihter" maka lebih baik menurut
Subekti kita memakai istilah "hukum perdata" untuk segenap peraturan hukum privat
materiil,

Perkataan "hukum perdata", adakalanya dipakai dalam alii yang sempit, sebagai lawan
"hukum dagang", seperti dalam Pasal 102 Undang-Undang Dasar Sementara, yang
menitahkan pernbukuan (kodifikasi) hukum di negara kita ini terhadap Hukum Perdata dan
Hukum Dagang, Hukum Pidana Sipil maupun Hukum Pidana Militer, Hukum Acara Perdata
dan Hukum Acara Pidana, dan susunan serta kekuasaan pengadilan.

C.  SEJARAH KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA (KUHP) DAN KITAB


UNDANG-UNDANG HUKUM DAGANG (KURD)

Awalnya dengan peraturan yang termuat dalam Staatsblad 1855 No. 79 Hukurn Perdata
Eropa (BW dan WvK) dengan perkecualian untuk hukum keluarga dan hukum warisan,
dinyatakan berlaku untuk semua golongan Timur Asing. Kemudian dalam tahun 1917,
mulailah diadakan pembedaan antara golongan Tiongboa dan yang bukan Tiongboa karena
untuk golongan Tionghoa dianggap bahwa Hukum Eropa yang sudah diberlakukan bagi
mereka dapat diperluas Jagi.

Untuk golongan Tionghoa itu lalu diadakan suatu peraturan tersendiri mengenai
Hukum Perdata mereka, yakni peraturan yang dimuat dalam Staatsblad 1917 No. 129
(berlaku untuk seluruh wilayah Indonesia sejak tang gal 1 September 1925). Menurut
peraturan itu, sekarang berlaku bagi bangsa Tionghoa seluruh hukum privat Eropa kecuali
pasal-pasal yang mengenai Burgerlijk Stand tersendiri serta suatu peraturan tersendiri pula
tentang pengangkatan anak (adopsi), yaitu dalam Bagian II Staatsblad 1917 No. 129 tersebut.

Bagi golongan Timur Asing lainnya (Arab, India, dan sebagainya) kemudian juga
diadakan suatu peraturan tersendiri, dalam ordonansi yang termuat dalam Staatsblad 1924
No. 556 (berlaku sejak tanggal 1 Maret 1925).Menurut peraturan tersebut, pada pokoknya
bagi mereka itu berlaku hukum privat Eropa dengan perkecualian hukum keluarga dan
hukum warisan sehingga mereka itu untuk bagian-bagian hukum belakangan ini tetap tunduk
pada hukum asli mereka sendiri.Tetapi bagian yang mengenai pembuatan wasiat berlaku
untuk mereka.

Dalarn hubungan ini perlu kiranya diterangkan, bahwa ketika dalam tahun 1926 dalam
BW dimasukkan suatu peraturan baru mengenai perjanjian perburuhan. Peraturan baru ini
tidak dinyatakan berlaku bagi golongan lain selain bangsa Eropa sehingga bangsa Eropa dan
Timur Asing masih tetap tunduk di bawah peraturan yang lama, yaitu pasal-pasal 1601 - 1603
BW.

Oleh karena Undang-undang Dasar kita tidak mengenal adanya golongan - golongan
warga negara, adanya hukum yang berlainan untuk berbagai golongan itu dianggap
janggal.Sehingga perlu dibuat suatu kodifikasi hukum nasional.Sementara belum tercapai,
BW dan WvK masih berlaku, tetapi dengan ketentuan bahwa hakim dapat menganggap suatu
pasal tidak berlaku lagi jika dianggap bertentangan dengan keadaan zaman kemerdekaan
sekarang ini.Dikatakan bahwa BW dan WvK itu tidak lagi merupakan suatu Wetboek tetapi
suatu Rechtboek. Berdasarkan Surat Edaran Mahkamah Agung No. 1 Tahun 1963,
dinyatakan bahwa BW bukan merupakan wetboek, artinya bukan suatu hukum positif yang
harus digunakan hakim di seluruh Indonesia, tetapi BW tetap menjadi rechtboek (boleh
menggunakan BW tapi bukan merupakan keharusan).

Adanya Kitab Undang-undang Hukum Dagang (Wetboek van Koophandel) di samping


Kitab Undang-undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek) sekarang dianggap tidak pada
tempatnya karena hukum dagang sebenarnya tidaklah lain dari hukum perdata.

Secara singkat, sejarah lahirnya BW, WvK, KUHP dan KURD dapat diamati pada
bagan-bagan yang disajikan di bawah ini.

Perancis

Utara Tengah
Selatan Hukum
Hukum Lokal
Romawi (Pays
(Pays de Droit
de droit Ecrift)
Coutumier)

Yustinianus
Corpus Yuris
Civils

Raja Louis XV membagi-bagi Corpus Yuris Civilis


ke dalam :
1. Ordonance Sur Les Donations
2. Ordonance Sur Les Testament
3. Ordonance Sur Les Substitusions Fideicommissaire

Napoleon
membukukan
kedalam Code
Napoleon (Code
Civil
Desfrancaisz)
1807

Gambar 5.1
Sejarah Burgelijk Wetboek (BW)
Perancis Selatan

Hukum Pedagang
Hukum Romawi
(Koopmansrecht) Khusus bagi
Kuno
pedagang

Pembukaan Ordonance Du Commerce


(1673)

Pembukaan
Ordonance De la Marine (1681)
Tentang laut

Pembukaan Code Du Commerce


(Kitab Undang-undang Dagang
Tahun 1807)

Gambar 5.2
Sejarah Wetboek van Koophandel (WvK)

PERANCIS Code Napoleon dan Code du

BELANDA BW dan WvK Disahkan 1 Oktober 1838

INDONESIA KUHP dan KUHD Disahkan 1 Mei 1848

Ganbar 5.3
Sejarah KUHP dan KUHD
KEGIATAN BELA.JAR 2
Bagian-Bagian Hukum Perdata

A.  SISTEMATIKA KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA (BW)/HUKUM


PERDATA EROPA (KUHP)
1. Buku ke-I : ten tang orang, berisikan hukum perorangan dan keluarga.
2. Buku ke-Il : ten tang benda, berisi lean hukum harta leekayaan dan huleum waris.
3. Buku ke-III : ten tang perikatan, berisikan perikatan yang lahir dari undang-undang dan
dari persetujuan atau perjanjian-perjanjian.
4. Buku ke-IV : ten tang pembuktian dan daluwarsa, berisikan peraturan peraturan
tentangalat-alat bukti dan kedudukan benda akibat lewat waktu.

Perihal pembuktian ini termasuk ke dalam hukum formal, yaitu hukum acara. Tapi
menurut Subekti, hukum formal itu terbagi menjadi dua, yaitu :
1.      Formal - formal benar-benar mengikuti isi.
2.      Formal - materiil : hanya sebagai prosedur.
Jadi, buku ke-IV ini termasuk pada dalam hukum formal – materiil
Perihal pembuktian ini termasuk ke dalam hukum formal, yaitu hukum acara. Tapi
menurut Subekti, hukum formal itu terbagi menjadi dua, yaitu :
1.      Formal – formal : benar-benar mengikuti isi.
2.      Formal – materiil : hanya sebagai prosedur.
Jadi, buku ke-IV ini termasuk pada dalam hukum formal- materiil.
B.  SISTEMATIKA HUKUM PERDATA EROPA MENURUT ILMU HUKUM
agian I Hukum perorangan (personen rech) berisikan peraturan peraturan ten tang manusia sebagai
subyek hukum yaitu mengatur kedudukan orang dalam hukum, hak, dan kewajiban serta
akibatnya, kecakapannya merniliki hak-hak bertindak serta hal-hal yang mempengaruhi
kecakapannya.
agian II Hukum keluarga (familie rech) berisikan peraturan-peraturan yang mengatur hubungan
hukum yang timbul dari hubungan kekeluargaan, perkawinan, kekayaan antara suarni-istri,
hubungan orang tua dengan anak-anaknya, perwalian dan curatele (pengampunan).
agian III Hukum harta kekayaan (vermogen rech) berisikan peraturan peraturan yang mengatur
hubungan hukum yang dapat dinilai dengan uang. Kekayaan adalah segala hak dan kewajiban
orang itu dinilai dengan uang.
agian IV Hukurn waris (elf rech) rnengatur hal ikhwal tentang benda atau kekayaan sese orang jikalau
ia meninggal atau mengatur akibat-akibat hubungan keluarga terhadap harta peninggaJan
seseorang.
Berdasarkan sistematika di atas maka dibawah ini akan dijelaskan bagian bagain hukum
perdata itu mulai dari hukum tentang orang, benda, perikatan dan bukti & lewat waktu.
1. Orang
a. Mampu dan berwenang
Pada umumnya orang yang dapat dibenarkan melakukan tindakan hukum hanyalah
orang dewasa yang cukup akalnya. Dalam hal ini kita membedakan antara mampu dan
berwenang.
Orang yang mampu melakukan tindakan hukum adalah orang yang pada umumnya
dapat melakukan tindakan hukum. Misalnya: A yang sudah dewasa dan berakal normal dapat
berjual-beli, dapat mengadakan sewa-menyewa.
Orang yang berwenang melakukan tindakan hukum adalah orang yang hanyalah
dalam hal tertentu saja dapat melakukan tindakan hukum. Misalnya: si A yang memiliki
sepeda yang berwenang menjual sepeda itu. B, tetangga dari A, tidak berwenang menjual
sepeda itu, oleh karen a ia bukan pemiliknya.Notaris berwenang membuat akta perseroan
terbatas, tetapi guru tidak.

b.    Orang yang tidak mampu


Orang yang tidak mampu adalah sebagai berikut.
1)        Orang yang belum dewasa.
Orang yang belum dewasa adalah orang yang belurn berumur 21 tahun. Kalau ia kawin
sebelum berurnur 21 tahun, maka ia menjadi dewasa. Kalau perkawinannya itu diputuskan
sebelum umur 21 tahun, ia tetap tinggal dewasa. Orang yang tidak dewasa selalu rnempunyai
wakil, yaitu omag tua atau, jikalau tidak ada orang tua, walinya. Mereka itulah bertindak
untuk dirinya.
2)        Orang yang berada dalam kuratil.
Orang yang berada dalam kuratil adalah orang dewasa yang oleh karena dungu atau sakit-
jiwa atau pemboros, oleh hakim diberikan kepadanya seorang wakil yang dinamakan kurator.
Didalam hukum samalah kedudukan orang yang berada dalam kuratil itu dengan seorang
yang belum dewasa.

c.     Pembatalan
Tindakan hukum yang dilakukan oleh orang yang tidak mampu tidaklah batal menurut
hukum, Akan tetapi dapat dibatalkan oleh hakim, atas perrnintaan orang yang tidak mampu
itu, atau atas permintaan wakilnya atau ahli warisnya.
Orang mampu yang membuat perjanjian dengan seorang yang tidak mampu,
dapat merninta agar perjanjian yang telah diperbuatnya dibatalkan, akan tetapi dengan syarat,
bahwa pihak yang tidak mampu menyetujuinya.
d. Tempat tinggal
Tempat tinggal sebenarnya dari seseorang tidak selalu sama dengan tempat tinggal
menurut hukum. Menurut hukum, seorang yang melakukan suatu tindakan hukum, sepanjang
mengenai tindakan hukum itu, mempunyai suatu alamat, yang dinamakan domisili. Alamat
badan hukum, misalnya dari perseroan terbatas, dinamakan tempat kedudukan. Orang yang
tidak mampu bertindak:, mempunyai domisili pada dornisili wakilnya.

e. Ukuran dewasa untuk orang Indonesia pribumi


Ukuran dewasa yang disebutkan di atas tadi adalah ukuran bagi orang Eropa,
Tionghoa dan Timur Asing lainnya.
Dalam hukum adat tidak terdapat suatu umur tertentu untuk menetapkan apakah
seseorang itu sudah dewasa atau belum. Pada umumnya yang dinamakan dewasa ialah orang
yang sudah kawin dan berumah tangga sendiri, tidak lagi hidup bersama dengan orang
tuanya.
Dalam undang-undang terdapat dua istilah, yaitu:
1.      belum dewasa (onvolwassen), dan
2.      dibawah umur (minderjarig).
Onvelwassen adalah belum dewasa menurut hukum adat. Minderjarig mempunyai arti
yang hampir sama dengan belum dewasa menurut hukurn Eropa. Yang dimaksud dengan
orang Indonesia priburni yang "di bawah umur (minderjarig)" adalah:

1.      yang berumur kurang dari 21 tahun dan belum kawin;


2.      yang walaupun sudah kawin, tetapi perkawinannya merupakan perkawinan anak-anak.

2.        Benda

Benda adalah segala sesuatu yang dapat dihaki (dimiliki) oleh subyek hukum
(rnanusia dan badan hukum). Dalam pengertian ini, benda berarti sebagai obyek, lawan dari
subyek atau orang dalam hukum. Selain itu, perkataan "benda" itu dipakai dalam arti sempit,
yaitu sebagai barang yang terlihat saja atau ada juga yang mengartikan sebagai kekayaan
seseorang.

Jika "benda" diartikan sebagai kekayaan seseorang maka perkataan itu meliputi juga
barang-barang yang tidak terlihat, yaitu hak-bak, misalnya hak piutang atau penagihan.
Sebagairnana seseorang dapat menjual atau menggadaikan barang-barang yang dapat terlihat,
ia juga dapat menjual dan menggadaikan hak-haknya. Begitu pula perkataan "penghasilan"
telah mempunyai dua macam pengertian, yaitu selain berarti penghasilannya sendiri dari
suatu benda, ia dapat juga berarti sebagai hak untuk memungut penghasilan itu.
Benda dapat dibagi atas:

a.       benda yang berwujud dan benda yang tidak berwujud;


b.      benda yang dapat musnah dan benda yang tidak dapat musnah;
c.       benda yang dapat diganti dan benda yang tidak dapat diganti;
d.      benda yang dapat didagangkan dan benda yang tidak dapat didagangkan;
e.       benda yang dapat bergerak dan benda yang tidak dapat bergerak.
Pembagian yang terakhir ini adalah yang terpenting sebab pembagian ini mempunyai
akibat-akibat yang sangat penting dalam hukum, misalnya :
a.       bezit;
b.      gadai (benda bergerak) dan hipotik (benda tidak bergerak);
c.       peralihan : benda bergerak dalam hal peralihannya sulit, seperti harus adanya proses balik
nama.
Suatu benda dapat tergolong dalam golongan benda yang tidak bergerak karena
beberapa sebab, antara lain berikut ini :
a.         Sifatnya, seperti tanah, termasuk yang secara langsung maupun tidak langsung, karena
perbuatan alam atau karena perbuatan manusia, digabungkan secara erat menjadi satu dengan
tanah itu. Misalnya, sebidang pekarangan beserta segala yang ada di dalam tanah itu dan
segala apa yang dibangun di atasnya secara tetap (rumah) dan yang ditanam di situ (pohon),
terhitung buah-buahan di pohon yang belum diambil tergolong ke dalam benda tidak
bergerak.
b.        Tujuan pemakaiannya, ialah segala sesuatu yang meskipun tidak secara sungguh-sungguh
digabungkan dengan tanah atau bangunan, dimaksudkan untuk mengikuti tanah atau
bangunan itu untuk waktu yang agak lama, yaitu misalnya mesin-mesin dalam pabrik.
c.         Karena memang demikian dltentukan oleh undang-undang, yaitu segala hak atau penagihan
yang mengenai suatu benda yang tidak bergerak, rnisalnya hak opstal, hak erfpacht, dan lain-
lain.

Suatu benda dianggap sebagai benda bergerak karena sifatnya atau karena ditentukan
oleh undang-undang, Benda bergerak karena sifatnya ialah benda yang tidak tergabung
dengan tanah atau dimaksudkan untuk mengikuti tanah atau bangunan, misalnya barang
perlengkapan rumah tangga. Tergolong benda bergerak karena penetapan undang-undang,
rnisalnya vruchtgebruik dari suatu benda bergerak, dan sebagainya.

a.        Hak-hak Kebendaan


Hak kebendaan (rakelijk rech) ialah suatu hak yang memberikan suatu kekuasaan
langsung atas suatu benda yang dipertahankan kepada setiap orang.Hak kebendaan perIu
dibedakan dengan hak perseorangan (persoonlijk rech) karena hak perseorangan adalah suatu
hak yang hanya dapat dipertahankan terhadap orang-orang tertentu saja, yaitu hak-hak yang
biasanya tirnbul karena adanya perikatan atau perjanjian.
Perbedaan hak kebendaan dengan hak perorangan adalah sebagai berikut.
1.      Hak kebendaan adalah suatu benda yang dapat dipertahankan terhadap tiap-tiap orang.

2.      Sedangkan hak perorangan adalah suatu hak yang hanya dapat dipertahankan terhadap orang-
orang tertentu saja yaitu hak yang banya timbul karena adanya suatu perjanjian atau
perikatan.

3.      Hak kebendaan mengikuti bendanya di mana saja benda itu berada sedangkan hak
perorangan tidak mengikuti subyeknya.

4.      Hak kebendaan mempunyai batas waktu lama sedangkan hak perorangan tidak mempunyai
batas waktu yang lama.

5.      Jumlah hak kebendaan lebih terbatas.

6.      Orang yang punya hak kebendaan terhadap yang pailit tetap dapat melakukan tuntutannya.

7.      Pemindahan hak kebendaan dapat dilakukan secara penuh.

b. Macam-macam Hak Kebendaan

1) Beitt
Suatu hal yang khusus dalam hukum Barat adalah adanya bezit sebagai hak kebendaan
di sampingnya atau sebagai lawan dari pengertian eigendom (hak rnilik atas suatu tanah).
Bezit adalah suatu keadaan lahir di mana seseorang menguasai suatu benda seolah-
olah kepunyaannya sendiri, yang oleh hukum dilindungi dengan tidak mempersoalkan hak
milik atas benda itu sebenarnya ada pada siapa.Dengan kata lain, bezit berarti memegang atau
menikmati suatu benda di mana seseorang menguasai benda tersebut, baik sendiri maupun
dengan perantaraan orang lain, seolah-olah benda itu adalah kepunyaannya sendiri (hanya
untuk benda bergerak).
Perkataan bezit berasal dari perkataan ziuen sehingga secara harafiah berarti
"menduduki". Untuk bezit diharuskan adanya dua unsur, yaitu kekuasaan atas suatu benda
dan kemauan untuk memiliki benda itu. Bezit harus dibedakan dengan detentie, di mana
seseorang menguasai suatu benda berdasarkan suatu hubungan hukum dengan orang lain,
ialah pemilik atau bezitter dari benda itu.
Perolehan Bezit atas suatu benda yang tidak bergerak hanya dengan suatu pernyataan
belaka dirnungkinkan oleh undang-undang dalam keadaan sebagai berikut.
a.       Jika orang yang akan mengambil Bezit itu sudah memegang benda tersebut sebagai houder.

b.      Jika orang yang mengoperkan Bezit itu berdasarkan suatu perjanjian tetap memegang benda
itu sebagai houder.

c.       Jika benda yang harus dioperkan Bezitnya dipegang oleh seorang pihak ketiga dan orang ini
dengan persetujuan Bezltter lama menyatakan bahwa untuk seterusnya, ia akan rnernegang
bend a itu sebagai beziuer baru.

d.      Pasal 539 BW menentukan bahwa orang yang sakit ingatan tidak dapat memperoleh bezit
tapi anak yang di bawah umum dan orang perempuan yang telah kawin dapat
memperolehnya.

2. Eigendom
Adalah hak yang paling sempurna atas suatu benda, yaitu hak untuk menikmati
kegunaan suatu kebendaan dengan leluasa asal saja tidak melanggar undang-undang atau hak
orang lain. Undang-undang Pokok Agraria No.5 Tahun 1960 menonjolkan asas
kemasyarakatan hak milik itu dengan menyatakan bahwa semua hak atas tanah mempunyai
fungsi sosial. Jadi, seseorang tidak dapat berbuat sewenang-wenang Jagi dengan hak
miliknya.

Menurut pasal 584 BW, eigendoni hanyalah dapat diperoleh dengan jalan.

a.       Pengambilan, seperti membuka tanah, memancing ikan.


b.      Natrekking, yaitu jika suatu benda bertambah besar atau berlipat karena perbuatan alam.
Misalnya tanah bertambah luas sebagai akibat gempa bumi.
c.       Lewat waktu (verjaring).
d.      Penyerahan berdasarkan suatu pernindahan hak yang berasal dari seseorang yang berhak
memindahkan eigendom.
3.    Hipotik dan Gadai (Pand)
Yaitu memberikan kekuasaan atas suatu benda bukan untuk dipakai tetapi untuk
dijalankan untuk jarninan utang seseorang. Menurut pasal 1131 BW, semua benda atau
kekayaan seseorang menjadi jaminan untuk semua utang utangnya

Adapun hak-hak seseorang pemegang gadai adalah sebagai berikut.


a.       Ia berhak untuk rnenahan benda yang dipertanggungkan sampai pada waktu utang dilunasi,
baik yang mengenai jumlah pokok maupun bunga.
b.      Ia berhak untuk mengambil pelunasan ini dari pendapatan penjualan barang tersebut, apabila
orang yang berhutang tidak menepati kewaj ibannya.
c.       Ia berhak untuk minta ganti biaya-biaya yang telah ia keluarkan untuk menyelamatkan
barang tanggungan itu.
d.      Ia berhak untuk menggadaikan lagi barang-barang tanggungan itu apabila hak itu sudah
menjadi kebiasaan.
Sebaliknya, seorang pemegang gadai memikul kewajiban berikut ini.
a.       Ia bertanggung jawab tentang hilangnya atau kemunduran harga barang tanggungan jika itu
disebabkan karena kelalaiannya.
b.      Ia harus memberitahukan pada orang yang berhutang apabila ia hendak menjual barang
tanggungannya.
c.       Ia harus memberikan perhitungan tentang pendapatan penjualannya itu dan setelah ia
mengambil pelunasan utangnya, harus menyerahkan kelebihannya pada si berhutang.
d.      Ia harus mengembalikan barang tanggungan, apabila utang pokok, bunga dan biaya untuk
menyelarnatkan barang tanggungan telah dibayar lunas.
Setelah lahir UU Pokok Agraria, maka terjadi perubahan terhadap hak- hak
kebendaan di atas. Perubahan tersebut adalah sebagai berikut.
a.       Eigendom (hak milik) atas benda bergerak, diatur dalam pasal 16 UUP A.
b.      Bezlt atas benda bergerak.
c.       Hak kebendaan yang bersifat memberikan jarninan, terdiri atas:

1)      Hipotik untuk benda yang tidak bergerak;


2)      Pand (gadai) untuk benda bergerak.
Adapun perbedaannya adalah sebagai berikut.
a.       Pand harus disertai dengan penyerahan kekuasaan atas barang dijadikan tanggungan,
sedangkan hipotik tidak.
b.      Pand hapus jika barang yang dijadikan tanggungan berpindah ke tangan orang lain, tetapi
hipotik tetap terletak sebagai beban di atas benda yang dijadikan tanggungan meskipun benda
itu dipindahkan kepada orang lain.
c.       Lebih dari satu pand atas satu barang meskipun tidak dilarang oleh undang-undang, di dalam
praktik hampir tidak pernah terjadi. Tetapi beberapa hipotik yang bersama-sama dibebankan
atas satu rumah adalah suatu keadaan yang biasa.
d.      Hak-hak atas tanah menurut UUPA, yaitu:
1)      Hak milik;
2)      Hak Guna Usaha;
3)      Hak Guna Bangunan;
4)      Hak Pakai;
5)      Hak Sewa.

e.         Hak-hak Kebendaan di atas Benda Orang Lain menurut BW


1.      Servituut
Yaitu suatu benda yang diletakkan di atas suatu pekarangan untuk keperluan suatu
pekarangan lain yang berbatasan. Misalnya pernilik dari pekarangan A harus mengizinkan
orang-orang yang tinggal di pekarangan B setiap waktu melalui pekaraugan A, atau air yang
dibuang dari pekarangan itu dialirkan melalui pekarangan A.
2.      Hak Opstal
Adalah suatu hak untuk memiliki bangunan-bangunan lain atau tanaman tanaman di
atas tanahnya orang lain (pasal 711 BW).
Hak kebendaan ini dapat hapus jika:
a.    Apabila hak milik atas tanah dan bangunan atau tanaman jatuh dalam satu tangan.
b.    Apabila ia selama 30 tahun tidak dipergunakan.
c.    Apabila waktu perjanjian telah lampau.
d.   Apabila ia diakhiri oleh pemilik tanah.
3.      Hak Erfpacht
Adalah suatu hak kebendaan untuk menarik penghasilan seluas-Iuasnya untuk waktu
yang lama dari sebidang tanah milik orang lain dengan kewajiban membayar sejumlah uang
atau penghasilan tiap-tiap tahun, yang dinamakan "pacht" atau "canon" (pasal 720 BW).

4.         Vruchigebruik

Adalah suatu hak kebendaan untuk menarik penghasilan dari suatu benda orang lain,
seolah-olah benda itu kepunyaannya sendiri, dengan kewajiban menjaga supaya benda
tersebut tetap dalam keadaannya semula (pasal 756 BW). Hak ini biasanya digunakan untuk
memberi penghasilan pada seseorang selama hidupnya.
3.        Perikatan
Dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (BW) Buku III perihal perikatan, terdapat
dua macam perjanjian yaitu perikatan dan perjanjian. Perkataan perikatan mempunyai arti
yang lebih luas daripada perjanjian sebab dalam Buku III itu, diatur juga perihal hubungan
hukum yang sama sekali tidak bersumber pada suatu persetujuan atau perjanjian, yaitu
perihal perikatan yang timbul dari perbuatan yang melanggar hukum dan perihal perikatan
yang timbul dari pengurusan kepentingan orang lain yang tidak berdasarkan persetujuan.
Tetapi sebagian besar Buku III itu ditujukan pada perikatan yang timbul dari persetujuan atau
perjanjian. Dengan dernikian, timbul1ah istilah hukum perjanjian.
Perikatan adalah suatu perhubungan hukum (rnengenai kekayaan harta benda) antara
dua orang yang memberikan hak kepada pihak yang satu untuk menuntut barang sesuatu dari
yang lain sedangkan pihak yang lain berkewajiban untuk mernenuhinya/tuntutan tersebut.
Adapun yang dirnaksud dengan barang sesuatu yang dapat dituntut itu adalah prestasi.

Prestasi dapat berupa:


a.       menyerahkan sesuatu barang;
b.      melakukan suatu perbuatan;
c.       tidak melakukan suatu perbuatan tertentu.
Sumber-sumber perikatan.
a.       Perikatan yang lahir dari suatu perjanjian: perikatan yang dikehendaki oleh pihak yang
bersangkutan.
b.      Perikatan yang lahir karena undang-undang biasanya timbul di luar kehendak yang
bersangkutan, misalnya:
1)   perbuatan rnelanggar hukum;
2)   pengurusan kepentingan orang lain yang tidak berdasarkan persetujuan.

Macam-macam perikatan.
a.       Perikatan bersyarat, yaitu apabila kewajiban memenuhi prestasinya digantungkan pada
suatu syarat yaitu semua peristiwa yang masih akan datang dan belum tentu terjadi. Pertarna
mungkin untuk memperjanjikan bahwa perikatan itu akan lahir, apabila kejadian yang belum
tentu itu muncul.
b.      Perikatan dengan ketetapan waktu, yaitu perikatan yang tidak menangguhkan perikatan
melainkan hanya menangguhkan pelaksanaannya.
c.       Perikatan manasuka (altematif), yaitu perikatan di mana si berhutang dibebaskan jika ia
menyerahkan salah satu dari dua barang yang disebutkan dalam perikatan.
d.      Perikatan solider, adalah suatu perikatan di mana salah satu pihak terdiri dari beberapa
orang adalah pihak di berhutang, maka tiap-tiap orang debitur dapat dituntut untuk memenuhi
seluruh utang tersebut.
e.       Perikatan yang dapat dibagi dan tidak dapat dibagi, si berhutang rnasingmasing hanya
bertanggung jawab sesuai dengan bagiannya. Soal dapat dibagi atau tidak dapat dibaginya
suatu prestasi dapat terbawa oleh sifat barang yang bersangkutan di dalamnya, tetapi
dapatjuga disirnpulkan dari maksud perikatan. Adapun perikatan dengan ancaman hukuman
adalah perikatan dimaksudkan sebagai pengganti kerugian yang diderita oleh pihak yang
berpiutang karena tidak dipenuhinya perikatan pokok.

Asas-asas hukum perikatan, di antaranya adalah sebagai berikut.


a.       Undang-undang bagi mereka yang mebuatnya (pasal 1338) Ini berarti bahwa perjanjian
yang sah itu mengikat mereka yang membuatnya. Pembuatan persetujuan hanya dapat
dilakukan atas kehendak kedua beah pihak atau sepihak saja tetapi harus berdasarkan pada
alasan-alasan yang diizinkan oleh undang-undang.
b.      Asas kebebasan dalam membuat perjanjian atau persetujuan (pasal 1338) Artinya bahwa
setiap orang bebas dalam membuat perjanjian bagaimana bentuk dan isinya dengan syarat
tidak bertentangan dengan kesusilaan, tertib hukum dan undang-undang yang berlaku.
c.       Asas bahwa persetujuan harus dilaksanakan dengan itikad baik (pasal 1338) . Asas ini
mengandung arti bahwa peaksanaan persetujuan harus dengan itikad baik tidak boleh dengan
itikad buruk yang artinya adalah tidak boleh dilaksanakan bertentangan dengan kepatutan dan
keadilan dengan menggunakan kesempatan dalam kesempitan.
d.      Asas bahwa semua harta kekayaan seseorang merupakan jaminan atau tanggungan semua
hutang-hutangnya (pasal 1131). Pasal ini maksudnya untuk memberikan jaminan pada
seorang kreditur terhadap debiturnya yang lalai dalam melunasi hutang atau kreditnya.
e.       Perjanjian.
Perjanjian adalah suatu peristiwa di mana seseorang berjanji kepada orang lain, dalam dua
orang yang saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal.
Hukum perjanjian bersifat terbuka dan merupakan hukum pelengkap maksudnya adalah
semua orang dapat mengadakan perjanjian dengan orang lain atau pihak lain (pasal 1338
BW) tetapi harus memenuhi syarat-syarat tertentu.
Syarat-syarat sahnya suatu perjanjian.
1)        Sepakat mereka yang mengikatkan diri.
2)        Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian.
3)        Suatu hal tertentu.
4)        Suatu sebab yang halal (pasal1320 BW).
Macam-macam perjanjian bernama:
1)        Jual- beli (pasal1457 - pasal1540);
2)        Tukar menukar (pasal1541 - 1546);
3)        Sewa menyewa (pasa11548 - 1600);
4)        Perjanjian melakukan pekerjaan (pasal1601 - 1617);
5)        Perseroan (pasal1618 - 1652);
6)        Perkurnpulan (pasa11653 - 1665);
7)        Hibah atau hadiah (pasa11666 - 1693);
8)        Penitipan barang (pasal1694 - 1739);
9)        Pinjaman pakai (pasal 1740 - 1753);
10)    Pinjaman mengganti (pasal 1754 - 1769);
11)    Bunga tetap atau bunga abadi (pasall770 - 1773);
12)    Perjanjian untung-untungan (pasal1774 - 1791);
13)    Pemberi kuasa (pasall792 - 1819);
14)    Penangguhan (pasal1820 - 1850);
15)    Perdamaian (pasall850 - 1864);

Menurut pasal 1319 BW, semua persetujuan, baik yang mempunyai suatu nama
maupun yang tidak dikenal dengan suatu nama tertentu, harus tunduk pada peraturan-
peraturan umum di dalam Buku III BW.

Berikut ini, bagian perjanjian.


1.    Esensialia
Bagian ini merupakan sifat yang harus ada di dalam perjanjian, sifat yang menentukan atau
menyebabkan suatu perjanjian itu tereipta (constructieve dordeel).
2.    Naturalia
Bagian ini merupakan suatu bawaan (natuur) perjanjian sehingga seeara diam-diam melekat
pada perjanjian, seperti menjamin tidak ada eacat dari benda yang dijual (urijwaring).
3.    Aksidentalia
Bagian ini merupakan sifat yang melekat pada perjanjian yang seeara tegas diperjanjikan oleh
para pihak.

Akibat perjanjian.
Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka
yang membuatnya.Perjanjian itu tidak dapat ditarik kembali, selain atas kesepakatan kedua
belah pihak atau karena alasan-alasan yang oleh undang-undang dinyatakan cukup untuk itu
(dalarn penyelesaiannya).

4. Pembuktian dan Lewat Waktu


a.         Pembuktian
Lima macam alat bukti dalam sistem hukum perdata.
1.      Surat-surat, terdiri dari berikut ini.
Surat akte berkedudukan sebagai bukti dalam proses hukum dan sekaligus memuat
tanda tangan pihak-pihak yang melakukan perbuatan hukum.
Surat akte terbagi dalam:
·      akte resmi, yaitu akte yang dikeluarkan oleh pihak yang berwenang. Baik bentuk, cara
pembuatan dan yang membuatnya ditentukan oleh UU.
·      akte di bawah tangan, yaitu akte yang dikeluarkan oleh pihak yang tidak mempunyai
wewenang untuk itu.

Akte Resmi (akte


No. Akte di Bawah Tangan
Autentik)
1. Bentuknya ditentukan UU Bentuknya bebas
2. Dibuat oleh pejabat umum Dibuat oleh siapa saja asal
berwenang
3. Meropunyai pembuktian Baru mernpunyai pembuktian
sempurna, artinya jika akte sempurna jika diakui oleh pihak
dijadikan bukti maka akte lawan. Jika ditolak atau diingkari
itu dianggap benar isinya, maka yang harus membuktikan
tanggalnya, dan tanda adalah orang yang membuat akte
tangannya. Jika ada di bawah tangan itu,
bantahan maka orang yang
membantah itu yang harus
membuktikannya sendiri.

Pejabat-pejabat yang ditunjuk undang-undang untuk membuat akte autentik disebut


Pejabat Umum yang mempunyai wilayah hukum (yuridiksi) tertentu, meliputi:
a.       Hakim,
b.      Notaris,
c.       Pejabat Pembuat Akte Tanah,
d.      Pegawai Catatan Sipil,
e.       Juru Sita Pengadilan Negeri,
f.       Juru Lelang pada Kantor Urusan Lelang Negara,
g.      Surat-surat Jainnya. Contoh: faktur, memo.

2.         Kesaksian
Berlaku adagium unus testis nulus testis, artinya saksi minimal berjumlah dua orang.

3.         Persangkaan, terdiri dari:


a.       Persangkaan menurut undang-undang. Pada hakikatnya merupakan suatu pembebasan
dari kewajiban membuktikan sesuatu hal untuk keuntungan salah satu pihak yang berperkara.
Contoh : dalam hal kwitansi, jika seseorang telah membayar 3 bulan berturut-turut maka ia
dianggap telah membayar satu tahun penuh.
b.      Persangkaan menurut hakim. Merupakan suatu persangkaan dalam pemeriksaan suatu
perkara di mana untuk pembuktian suatu perkara tidak terdapat saksi-saksi yang dengan mata
- kepala sendiri telah melihat peristiwa tersebut.
4.      Pengakuan

5.      Sumpah, dapat dibagi atas dua, yakni:


a.       Sumpah pemutus (decisoir): untuk menyelesaikan perkara. Dilakukan dengan menyuruh
pihak lawan bersumpah.
b.      Sumpah tambahan (suplesoir) rnerupakan sumpah yang diminta oleh hakim pada orang yang
melakukan sumpah pemutus. Apabila hakim menganggap sudah ada bukti permulaan yang
perlu ditambahkan dengan sumpah.
b.        Lewat Waktu
Dua macam lewat waktu (daluarsa).
1.    Acquisitieve Vetjaring: lewat waktu sebagai cara untuk memperoleh hak milik atas suatu
benda.
2.    Extinctieve Verjaring: setelah lewat waktu seseorang dapat dibebaskan dari semua tuntutan
hukum atau penagihan.

RANGKUMAN
Secara garis besar KUHP yang merupakan warisan dari BW terbagi ke dalam 4
bagian, yaitu:
1.      Buku I, berisikan hukum peroraogan.
2.      Buku II, berisikan hukum harta kekayaan dan hukum waris.
3.      Buku III, berisikan perikatan yang Lahir akibat undang-undang dari persetujuan atau
perjanjian.
4.      Buku IV, berisikan tentang pembuktiandan daluwarsa.
Pembahasan pada Buku I KUHP, yaitu tentang orang, membahas tentang orang
sebagai subjek hukum. Dengan demikian orang yang merupakan subjek hukum adalah yang
memiliki kewenangan untuk melakukan suatu perbuatan hukum, karena itu berkaitan pula
den gao konsep "dewasa" dari seseorang. Yang tentunya apabila seseorang itu belum
dewasa maka harus memiliki wali atau orang yang memang memiliki kelainan berada dalarn
"kuratil",
Dengan demikian di dalam lingkungan hukurn perdata pembahasan mengenai
kebendaan menjadi penting. Benda diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat dihaki
(dimiliki) oleh subyek hukum (manusia dan badan hukurn). Membahas kebendaan dalam
lingkungan hukum perdata tentunya benda tersebut berkaitan dengan hak-hak yang dapat
dimiliki oleh seseorang, beberapa hak hak kebendaan diantaranya adalah sebagai berikut.
1.      Bezit.
2.      Eigendom atau Hak Milik.
3.      Hipotik dan Hak Gadai.
4.      Hak Servituut.
5.      Hak Opstal.
6.      Hak Erfacht.
7.       Hak Vruchtgebruik.
Perjanjian dan perikatan juga menjadi penting dalarn lingkungan hukum perdata,
perjanjian merupakan suatu peristiwa dimana seseorang berjanji kepada orang lain, untuk
melaksanakan suatu hal. Sementara itu, perikatan berkaitan dengan harta kekayaan dan
benda, perikatan sendiri diartikan sebagai suatu perhubungan hukum (rneugenai kekayaan
harta benda) antara dua orang yang memberikan hak kepada pihak yang satu untuk
menuntut barang sesuatu dari yang lain sedangkan pihak yang lain berkewajiban untuk
memenuhinya/tuntutan tersebut. Yang juga menjadi penting dalam lingkungan hukum
perdata adalah pembuktian dan lewat waktu (daluwarsa). Pada lingkungan hukum perdata
terdapat lima aJat bukti, yaitu:
1.      surat -surat;
2.      kesaksian;
3.      persangkaan;
4.      pengakuan;
5.      sumpah.

Dua macam lewat waktu (daluarsa), yaitu:


1.    Acquisitieve Verjaring: lewat waktu sebagai cara untuk mempero1eh hak milik atas suatu
benda.
2.    Extinctieve Verjaring: setelah lewat waktu seseorang dapat dibebaskan dari semua tuntutan
hukum atau penagihan.
KEGIATAN BELA.JAR 3
Hukum Dagang, Hukum Bisnis, dan Hukum Ekonomi

A.  HUBUNGAN HUKUM BISNIS, HUKUM DAGANG, DAN HUKUM EKONOMI


Hukum bisnis merupakan terjemahan dari istilah bahasa Inggris 'Business Law', yang
dipakai oleh beberapa penulis Barat seperti Robert N. Corley yang menulis buku 'Principles
a/Business Law' (New Jersey, USA: Prentice-Hall, Inc, 1971). Penulis lainnya adalah Ronald
A. Anderson yang menulis buku berjudul 'Business Law' (Ohio, USA: South Western
Publishing, 1983). Selanjutnya adalah Steven R. Schuit yang menulis buku 'Dutch Business
Law' (Deventer, The Netherlands: Kluwer Law and Taxation Publishers, 1983). Kemudian
Ralph C. Hoeber, et al., Contemporary Business Law: Principles and Cases (New York:
McGraw-Hill Book Co, 1986).
Adapun penulis Indonesia yang sudah memakai istilah hukum bisnis dalam bukunya
adalah MUM Fuady", Amirizal", dan Mariam Darns Badrulzaman". Penulis lainnya seperti
Sunaryati Hartono" , Abdul Hakim Garuda Nusantara", Sumantoro!", dan lain-lain
menggunakan istilah hukum ekonomi.
Istilah hukum bisnis maupun hukum ekonomi jika ditinjau dari sudut kajiannya ternyata
sama, yaitu hukum yang mengatur sumberdaya perekonomian. Tetapi menurut Amirizal!' ,
istilah bisnis dan ekonomi terdapat perbedaan tajam. Pengertian bisnis digunakan dalam arti
yang lebih luas daripada perdagangan, sebab bisnis meliputi lebih banyak masalah daripada
perdagangan yakni: investasi, produksi, pemasaran, pembiayaan dan rekomendasi.
Sedangkan perdagangan merupakan masalah penting dari suatu bisnis. Sementara ekonorni
banyak ditulis dalam buku teks teoritis, didasarkan pada logika dan tampak mempunyai
validitas sebagai teori. Pusat pelajaran bisnis terfokus pada aktor, yakni para pelaku dan
pengusaha yang berada di lapangan yang menyelenggarakan aktivitas bisnis.
Penulis sendiri tidak melihat adanya perbedaan yang tajam antara istilah hukum bisnis
dan hukurn ekonorni. Hal ini jika dilihat dari kajiannya, baik hukum bisnis maupun hukum
ekonomi sama-sama rnangkaji hukurn yang mengatur sumberdaya perekonomian. Istilah
aktor yang menurut Amirizal menjadi pernbeda an tara istilah bisnis dan ekonomi menurut
penulis sudah termasuk dalam pengertian sumberdaya perekonomian, yaitu sumberdaya
manusianya yang bergerak dalam dunia ekonomi atau bisnis. Tetapi memang penulis juga
merasakan ada perbedaan rasa antara istilah bisnis dan ekonomi. Istilah bisnis teras a lebih
'kornersil'daripada istilah ekonomi.
Terlepas dari nilai rasa itu penulis dalam tulisan ini alan menyamakan istilah hukum
bisnis ini dengan hukum ekonomi. Hal ini sernata-mata berdasar pada bidang kajiannya yang
menurut penulis adalah sarna.
Tetapi C.F.G. Sunaryati Hartono, seperti dikutip oleh Ridwan Khairandy, et al.,"
menyarankan sebaiknya hukum ekonomi dibedakan dengan hukum bisnis, seperti halnya di
dalam ekonorni dikenal adanya ekonomi makro dan mikro. Dengan demikian hukum
ekonomi adalah keseluruhan peraturan, putusan pengadilan, dan hukurn kebiasaan yang
menyangkut pengembangan kehidupan ekonomi secara makro. Sedangkan hukum bisnis
adalah keseluruhan peraturan, putusan pengadilan, dan hukum kebiasaan yang berkaitan
dengan bisnis pelaku-pelaku ekonomi mikro. Tentu saja katanya tidak tertutup kemungkinan
di bagian tertentu hukum bisnis akan rnenyentuh hukum ekonomi atau sebaliknya.
Sebenarnya ada istilah-istilah yang lain seperti hukum dagang atau trade law dan
hukum perusahaan. J ustru dari segi nilai rasa kedua istilah ini hampir mirip dengan hukum
bisnis karena seolah-olah terselip 'komersialnya'. Tetapi dari bidang kajiannya sangatlah
berbeda. Menurut Arnirizal perdagangan itu merupakan bagian saja dari bisnis. Bisnis itu
selain menyangkut perdagangan, Juga meliputi investasi, produksi, pemasaran, pembiayaan
dan Iain-lain'", Begitupun hukum perusahaan, rnenurut penulis hanya merupakan bagian saja
dari hukum bisnis.
Achmad Ichsan mendefinisikan hukum dagang sebagai hukum yang mengatur masalah
perdagangan atau perniagaan, yaitu masalah yang timbul karena tingkah laku manusia
(persoon) dalam perdagangan atau perniagaan.
Sedangkan menurut Sunaryati Hartono ", Hukum dagangjuga merupakan bagian dari
pada suatu sistem ekonomi yang liberal. Manfaat dan arti dari hukum dagang Indonesia
adalah bahwa ia menunjukkan apa yang menjadi sejarah hukum dari hukum ekonomi
Indonesia yang positif berlaku sekarang ini. Di samping itu ia pun memberikan pengertian-
pengertian dasar yang diperlukan untuk dapat mempelajari hukum ekonomi indonesia seperti
pengertian cek, bill of lading, peranan perbankan, asuransi, perseroan terbatas, makelar,
ekspeditur, dan sebagainya. Akan tetapi hukum dagang hanya menjelaskan pranata-pranata
hukum sebagaimana pengaturannya dimasa yang lalu, yaitu pengaturan hukum di dalam
suasana kolonial dengan sistem ekonomi yang (relatif) masih bebas dan belum terarah.
Hukum dagang tidak dapat rnenerangkan misalnya mengapa seseorang perlu
mendapatkan izin Presiden lewat Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) apabila ia
ingin menanamkan modalnya bersama-sama dengan orang atau perusahaan asing. Mengapa
seorang usahawan memerlukan izin dari Bank Indonesia apabila ia hendak me minjam dana
dari pengusaha lain di luar negeri. Apa fungsi Askrindo, Danareksa dan sebagainya.
Bagaimana perjanjian impor-ekspor di atur dan sebagainya.

B.      DEFINISI HUKUM BISNIS, HUKUM DAGANG, DAN HUKUM EKONOMI


Dari beberapa buku yang diberi judul hukum bisnis seperti karangannya MUM Fuady,
Mariam Darus Badrulzaman dan Amirizal, penulis tidak menemukan satu pun definisi
tentang hukum bisnis.
Sedangkan untuk definisi hokum ekonomi kita bisa mendapatkannya dari Sunaryati
Hartono, Abdul Hakim Garuda Nusantara, atau pun Ismail Saleh sebagai berikut:

1. Sunaryati Hartono
Menurut Sunaryati Hartono"', kaidah-kaidah hukum mengenai ekonorni indonesia ada
yang bersifat hukum ekonomi pembangunan dan ada yang bersifat hukum ekonomi sosial.
Hukum Ekonomi Indonesia adalah keseluruhan kaidah-kaidah dan putusan-putusan hukum
seeara khusus mengatur kegiatan dan kehidupan ekonomi di Indonesia.

Pendapat lain dari C.F.G. Sunaryati Hartono, seperti dikutip oleh Ridwan Khairandy, et
al.," menyarankan sebaiknya hukum ekonomi dibedakan dengan hukum bisnis, seperti
halnya di dalam ekonomi dikenal adanya ekonorni makro dan mikro. Dengan dernikian
hukum ekonomi adalah keseluruhan peraturan, putusan pengadilan, dan hukum kebiasaan
yang menyangkut pengembangan kehidupan ekonomi seeara makro. Sedangkan hukurn
bisnis adaIah keseluruhan peraturan, putusan pengadilan, dan hukum kebiasaan yang
berkaitan dengan bisnis pelaku-pelaku ekonomi mikro.

2. Abdul Hakim Garuda Nusantara


Menurut Abdul Hakim Garuda Nusantara", merupakan hukum ekonomi merupakan
perangkat peraturan yang mengatur paling tidak dua hal yang berkenaan dengan usaha-
usaha untuk mengelola sumber daya ekonomi guna guna meningkatkan kemakmuran
masyarakat. Yaitu pertama, secara umum hukum ekonomi dapat merupakan segala
peraturan, baik yang berupa legislasi ( Undang-undang), regulasi (Peraturan Pemerintah atau
peraturan pelaksanaan lainnya), maupun kebiasaan yang dimaksudkan untuk mengatur cara-
cara bagaimana sumber-sumber daya ekonomi secara makro dikelola guna meningkatkan
kernakmuran masyarakat.Kedua, secara khusus hukum ekonomi dapat pula berwujud segala
peraturan, baik yang merupakan legislasi, regulasi maupun kebiasaan yang dimaksudkan
untuk mengatur secara adil pembagian hasil-hasil pengelolaan sumber daya ekonomi itu
sesuai dengan tingkat peran serta anggota-anggota masyarakat yang turut dalam pengelolaan
sumber daya ekonomi itu. Kata sumber daya ekonomi menunjuk pad a dua hal yaitu sumber
daya ekonomi nasional yang berupa kekayaan bangsa yang pada umumnya dikuasai oleh
negara (state) dan sumber daya ekonomi dapat pula berupa alat-alat produksi ( means of
production) yang dikuasai atau dirniliki oleh indi vidu-individu anggota masyarakat.

3. Ismail Saleh

Maritan Menteri Kehakirnan Ismail Saleh , dengan mengutip artikel Sudirman Tebba
dalam harian Kompas tahun 1981 yang menyatakan bahwa tugas hukum ekonomi adalah
senantiasa menjaga dan mengadakan kaidah-kaidah pengaman, agar pelaksanaan
pembangunan ekonomi tidak akan mengabaikan hak-hak dan kepentingan-kepentingan pihak
yang Iemah. Hanya dengan cara serupa ini hukum tetap mempunyai peranan dalam
pembangunan ekonomi.
Jadi jika melihat ketiga definisi hukum ekonomi di atas, dapat disimpulkan bahwa
pengertian hukum bisnis itu adalah peraturan, keputusan pengadilan atau hukum kebiasaan
yang mengatur dunia bisnis yang meliputi pendayagunaan suberdaya perekonomian.
Jika dilihat secara analitik divergen, maka kita harus mendefiniskan pengertian hukum
itu sendiri, kemudian pengertian bisnis dan baru akhirnya memberikan pengertian hukum
bisnis. Pengertian hukum memang beragam, tetapi sebagai pegangan dapat diambil bahwa
hukum itu peraturan, keputnsan pengadilan atau kebiasaan-kebiasaan.
Sedangkan pengertian bisnis menurut Richard Burton Simatupang.P secara luas sering
diartikan sebagai keseluruhan kegiatan usaha yang dijalankan oleh orang at au badan secara
teratur dan terus-rnenerus, yaitu berupa kegiatan mengadakan barang-barang atau jasa-jasa
maupun fasilitasfasilitas untuk diperjualbelikan, dipertukarkan, atau disewakan dengan tujuan
mendapatkan keuntungan.
Secara garis besar, kegiatan bisnis dapat dikelompokkan atas 5 bidang usaha."
a.         Bidang Industri. Misalnya pabrik radio, TV, motor, mobil, tekstil dan lainlain.
b.        Bidang perdagangan. Misalnya agen, rnakelar, toko besar, toko keeil dan lain-lain.
c.         Bidang Jasa. Misalnya konsultan, penilai, akuntan, biro perjalanan, perhotelan dan lain-lain.
d.        Bidang agraris. Misalnya pertanian, peternakan, perkebunan dan lain-lain.
e.         Bidang ekstraktif. Misalnya pertambangan, penggalian dan lain-lain.

Dalam kegiatan bisnis, ada pula yang membedakannya dalam 3 bidang usaha.
a.         Bisnis dalam arti kegiatan perdagangan (commerce), yaitu : keseluruhan kegiatan jua\ beli
yang dilakukan oleh orang-orang dan badan-badan, baik di dalam negeri maupun di luar
negeri ataupun antara negara untuk memperoleh keuntungan. Contoh : Produsen (pabrik),
dealer, agen, grosir, toko dan sebagainya.

b.        Bisnis dalam arti kegiatan industri (Industry), yaitu kegiatan memproduksi atau
menghasilkan barang-barang yang nilainya lebih berguna dari asalnya. Contoh : Industri
perhutanan, perkebunan , pakaian dan lain-lain.

c.         Bisnis dalam arti kegiatan jasa-jasa (Service), yaitu : kegiatan yang menyediakan jasa-jasa
yang dilakukan baik oleh orang maupun badan. Contoh : Perhotelan, konsultan, asuransi dan
lain-lain.

C. SISTEM HUKUM PERDATA KHUSUS


Hukum Perdata khusus ini menyangkut bidang perniagaan yang menghasilkan kitab
hukum yang berbeda. Adapun alasan mengapa hukum dagang dibuat terpisah dari hukum
perdata adalah karen a sistematika hukum dagang itu ada dua, yaitu:
1.    Kitab I : berisi tentang perdagangan pada umumnya;
2.    Kitab II : berisi ten tang hak dan kewajiban yang timbul dari pelayaran.

Di samping BW dan WvK, kebiasaan juga merupakan sumber penting dari hukum
dagang. Ini diterangkan dalam pasal 1339 BW, bahwa suatu perjanjian tidak saja mengikat
untuk apa yang semata-mata telah diperjanjikan, tetapi apa yang sudah rnenjadi kebiasaan.
Dan di samping itu, pasal 1347 BW pun menerangkan bahwa hal-hal yang sudah lazim
diperjanjikan dalam suatu macam perjanjian, meskipun pada suatu ketika tidak secara tegas
diperjanjikan, harus dianggap juga tennaktub dalam perjanjian itu.

Suatu pengertian ekonomi lainnya yang banyak dipakai dalam WvK ialah pengertian
bedrijf. Seseorang dapat dikatakan mempunyai suatu perusahaan jika ia bertindak ke luar
untuk mencari keuntungan dengan suatu cara di mana ia menurut imbangan lebih banyak
mempergunakan modal daripada mempergunakan tenaganya sendiri.

Pengertian perusabaan penting untuk beberapa pasal undang-undang, yakni:

1.      siapa saja yang mempunyai suatu perusahaan diwajibkan melakukan pembukuan tentang
perusahaan;

2.      lapangan pekerjaan dari suatu perusahaan firma adalab menjalankan suatu perusahaan;
3.      pada umumnya suatu akte di bawah tangan yang berisi suatu pengakuan dari suatu pihak
hanya mempunyai kekuatan pembuktian jika ia ditulis oleh tangan sendiri oleh si berhutang
atau dibubuhi tanda persetujuan yang menyebutkan jumlah uang pinjaman;

4.      suatu putusan hakim dapat dijalankan dengan paksaan badan terhadap tiap orang yang telah
menandatangani suatu suratwesel atau cek;

5.      orang yang menjalankan suatu perusahaan adalah pedagang dalam pengertian Kitab Undang-
undang Hukum Perdata;

6.      siapa saja yang menjalankan suatu perusahaan diwajibkan untuk memperlihatkan buku-
bukunya pada pegawai jawatan pajak jika diminta.

KUHD tidak lagi mengatur mengenai Perseroan Terbatas CPT) karena sudah diatur
dalam UU No.1 Tahun 1995,jadi hanya rnengatur CV dan Firma. Dernikian pula telah
disusun sejurnlah UU baru yang terpisah dari KUHD, antara lain:
1.      UU No.2 Tabun 1992 tentang Asuransi;
2.      UU No. 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas;
3.      UU No. 15 Tahun 1992 tentang Penerbangan.
Hukum dagang merupakan bagian dari hukum perdata akan tetapi rnasalah dagang
diatur khusus dalam satu buku, yaitu Kitab Undang-undang Hukurn Dagang (KUHD).
Perdagangan sendiri mempunyai arti sebagai berikut:

"Pernberian perantara kepada produsen dan konsumen untuk membeli atau menjual
barang-barang yang memudahkan dan memajukan pembelian dan penjualan."

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa hukum dagang adalah hukum atau
peraturan-peraturan yang mengatur hubungan pemberian perantara kepada produsen dan
konsumen untuk membeli dan menjual barang-barang yang rnemudahkan dan mernajukan
pembelian serta penjualan.

Pemberian perantara meliputi hukum dagang itu sendiri atau ruang lingkup hukum
dagang itu sendiri. Ruang lingkup hukum dagang meliputi:

1.      pekerjaan orang-orang perantara;


2.      bentuk-bentuk hukum perusahaan;
3.      perusahaan pengangkutan;
4.      asuransi/pertanggungan;
5.      surat-surat berharga atau surat-surat niaga;
6.      kepailitan.
D.      SUMBER-SUMBER HUKUM DAGANG, HUKUM BISNIS, DAN HUKUM
EKONOMI

1.      Kitab Undang-undang Hukum Perdata (BW).


2.      Kitab Undang-undang Hukum Dagang (WvK).
3.      Peraturan tentang Perkoperasian.
4.      Peraturan tentang Pailisemen ver Ordering.
5.      Undang-undang Octroy.
6.      Undang-undang Hak Cipta.
7.      Undang-undang tentang Lalu Lintas.
8.      Undang-undang mengenai Penanaman Modal Asing.
9.      Berbagai peraturan tentang Perusahaan Negara.
E.                 SISTEMATIKA KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM DAGANG (WVK)
1.    Kitab I : berisi tentang perdagangan umum, terdiri dari 10 bab.
2.    Kitab II : berisikan tentang hak dan kewajiban yang timbul dari pelayaran, terdiri dari 13
bab.
F. HUBUNGAN HUKUM DAGANG DENGAN HUKUM PERDATA
Hubungan antara hukurn dagang dengan hukum perdata ini dituangkan dalam pasal 1
KUHD yang isinya adalah "Kitab Hukum Undang-undang Perdata dapat dipakai dalarn hal-
hal yang diatur dalarn hukum dagang, sepanjang KUHD tidak rnengaturnya secara khusus".
Dengan demikian, berlakulah asas lex specialist derogat legi generalist (hukum yang khusus
mengalahkan hukum yang umum).Dengan demikian berdasarkan Pasal 1 KUHD kitab
undang-undang hukum perdata dapat dipakai dalam hal-hal yang diatur dalam hukum dagang
sepanjang kitab undang-undang hukum dagang tersebut tidak mengaturnya secara khusus

RANGKUMAN
Hukum dagang diartikan sebagai hukum atau peraturan-peraturan yang mengatur
hubungan pemberian perantara kepada produsen dan konsumen untuk membeli dan menjual
barang-barang yang mernudahkan dan memajukan pembelian serta penjualan. Ruang
lingkup hukum dagang meliputi berikut ini.
1.        Pekerjaan orang-orang perantara.
2.        Bentuk-bentuk hukum perusahaan.
3.        Perusahaan pengangkutan.
4.        AsuransiJpertanggungan.
5.        Surat-surat berharga atau surat-surat niaga.
6.        Kepailitan
7.        Yang menjadi sumber-sumber hukum dagang diantaranya adalah:
8.        Kitab Undang-undang Hukum Perdata (BW)
9.        Kitab Undang-undang Hukum Dagang (WvK)
10.    Peraturan tentang Perkoperasian
11.    Peraturan tentang Pailisemen ver Ordering
12.    Undang-undang Octroy
13.    Undang-undang Hak Cipta
14.    Undang-undang tentang Lalu Lintas (UU No. 14 Tahun 1992)
15.    Undang-undang mengenai Penanaman Modal Asing

KEGIATAN BELA.JAR 4
Bagian-Bagian Hukum Dagang (Hukum Bisnis/ Hukum Ekonomi)
Berikut ini akan disampaikan peristiwa -peristi wa/perbuatan-perbuatan hukum yang
merupakan perpaduan antara hukum perdata, hukum dagang dan hukum bisnislHukum
Ekonomi.Artinya dalam perbuatan tersebut ada unsurunsur hukum perdatanya, dagang
dan/atau bisnisnya.
A. PERUSAHAAN
1.        Pengertian Perusahaan
a.        Onderneming berarti suatu bentuk hukum dari perusabaan seperti; PT, Firma, Koperasi dan
lain-lain.
b.        Bedriff (teknis) berarti kesatuan teknik untuk produksi seperti industri rumah tangga, pabrik,
dll.
c.         Perusahaan (wetboek van Koophandel = kitab UU hukum dagang) ialah keseluruhan
perbuatan yang dilakukan secara tidak terputusputus dengan terang-terangan dalam
kedudukan tertentu dan untuk mencari laba.
d.        Molengraf dan Polak: perusahaan adalah keseluruhan perbuatan yang dilakukan secara terus
menerus, bertindak keluar, untuk mendapatkan penghasilan dengan cara memperniagakan
barang-barang atau mengadakan perjanjian-perjanjian perdagangan.
e.         Prof. Soekardono: adanya suatu perusahaan perLu unsur-unsur:
1)   terus menerus,
2)   terang-terangan,
3)   bertindak keluar,
4)   dalam kedudukan tertentu,
5)   untuk mencari laba.
f.         Prof Soebekti: perusahaan dapat dikatakan punya perusahaan jika ia bertindak keluar untuk
mencari keuntungan dengan cara dimana ia menurut imbangan lebih besar menggunakan
modal/kapital daripada menggunakan tenaganya sendiri.

2. Klasifikasi dan Jenis Perusahaan


a. Klasifikasi Perusahaan
1) Dilihat dari j umlah pemiliknya:
a)    Perusahaan perorangan,
b)   Perusahaan persekutuan.
2) Dilihat dari status pemiliknya:
a)    perusahaan swasta,
b)   perusahaan negara.
3) Dilihat dari bentuk hukumnya:
a)    badan hukum,
b)   bukan badan hukum.
b. Jenis Perusahaan
1)   Perusahaan Perseorangan.
2)   Perusahaan Persekutuan Bukan Badan Hukum.
3)   Perusahaan Persekutuan Badan Hukum.
4)   BUMN.
3.        Pengaturan Bentuk Perusahaan di Indonesia
Pengaturan bentuk perusahan di Indonesia adalah sebagai berikut. Yang sudah diatur
Undang-undang rneliputi:
a.    Diatur dalam KUH Perdata / KUH Dagang, contoh: CV, Firma;
b.    Diatur diluar KUH Perdata / KUH Dagang contoh: Koperasi.
Yang belum diatur Undang-undang: Tata cara pendirian Perusahaan.

4.        Bentuk-Bentuk Hukum Perusahaan


a.        Perusahaan Perseorangan
Pengertian perusahaan perseorangan ialah perusahaan yang didirikan oleh seorang
pengusaha, misalnya usaha dagang, jasa, industri. Pengusaha merangkap pemilik dan
pengelola, jika modalnya kecil ia mengelola sendiri danjika modalnya besar memperkerjakan
orang lain.
1) Cara Mendirikannya
Belum ada Undang-undang yang mengatur cara pendirian firma, pada saat ini rata cara
pendirian fIrma diarur oleh kebiasaan dalam praktik pendiriannya.
a.     Menghadap notaris rninta dibuatkan AKTA PENDIRIAN.
b.    Menghadap Kantor Departemen Dalam Negeri untuk mendapatkan IZINUSAHA.
c.     Menghadap Bagian Perekonomian PEMDA untuk mendapatkan Surat Izin Tempat Usaha.

2) Kebaikan Perusahaan Perseorangan.


a.    Laba tidak terbagi.
b.    Pajaknya kecil.
c.    Biaya Organisasi murah.
d.   Undang-undang atau peraturan yang mernbatasi perusahaan perseorangan masih sempit.

3) Kerugian Perusabaan Perseorangan.


a.    Tanggungjawab tidak terbatas, tidak terbatas aset perusahaan sampai dengan harta pribadi.
b.    Besarnya perusabaan terbatas, jika si pendiri meninggal dunia belum tentu perusahaan
tersebut bisa bertahan.
c.    Kontinyuitas tidak terjamin,
d.   Kesulitan dalam soal pimpinan.
e.    Keterbatasan manajemen.

b.        Perusahaan Persekutuan Yang Bukan Badan Hukum.


1.      Persekutuan Firma (Fa)
Pengertian Persekutuan Firma ialah merupakan perusahaan perdata yang didirikan
untuk menjalankan perusahaan dengan nama bersama (pasal 16 KUHD). Cara mendirikan
Firma.
a.    Membuat akta otentik dengan melampirkan AD Firma dihadapkan notaris (pasaJ 22 KUHD).
b.    Akta pendirian didaftarkan ke Kepaniteraan PN(pasa125 KUHD).
c.    Diumumkan dalam Berita Negara.
Ø Berakhirnya Firma
·      Berakhirnya Firma disebutkan dalarn Akta pendiriannya.
·      Belum berakhir dalam Akta namun ada sekutu mengundurkan diri.
·      Perubahaan Akta Pendirian .
·      Pembubaran Firma diumumkan dalam Berita Negara

Ø Kebaikan Firma
·      Kebutuhan Modal lebih terpenuhi.
·      Adanya pembagian tugas.

Ø Kerugian Firma
·         Tanggungjawab tidak terbatas pada setiap waktu.
·         Sering terjadi perbedaan pendapat.

2.      Persekutuan Komanditer (CV)


Pengertian Persekutuan Komanditer adalah firma yang mempunyai satu atau beberapa
sekutu komanditer. Sekutu komanditer adalah sekutu yang tidak ikut menerus persekutuan
(pasif), ia hanya menyerahkan barang, uang atau jasa. Tanggungjawabnya terbatas pada
pemasukannya.

Ø Cara Pendirian Persekutuan Komanditer


·         Membuat akta otentikdengan dilampiri AD CV dihadapan Notaris.
·         Akta pendirian didaftarkan ke Kepaniteraan PN
·         Diumumkan dalam Berita Acara.
·         Pendiriannya tidak memerlukan pengesahan dari Menteri Kehakiman karena "Bukan Badan
Hukum".

Ø Pembubaraan Persekutuan Komanditer


·         Berakhirnya persekutuan komanditer disebutkan dalam akta pendirian.
·         Belum berakhir dalam akta namun ada sekutu yang mengundurkan diri,
·         Perubahaan akta pendirian.
·         Pembubaran diumumkan dalam Berita Negara.

Ø Kebaikan Persekutuan Komanditer


·         Kebutuhan modallebih terpenuhi,
·         Pendirian CV lebih mudah dibandingkan PT.

Ø Kerugian Persekutuan Komanditer


·         Sukar memantau modal.
·         Kelangsungan hidup tidak menentu (tergantung pada sekutu aktif),

c. Perusahaan Persekutuan yang Berbadan Hukum


1.      Perseorangan Terbatas
Pengaturan Perseorangan Terbatas yaitu: Dulu diatur dalam pasal; 36-56 KUHD, kini
diatur dalam UU No.1 Tahun 1955 ten tang perseorangan terbatas (7 Maret 1995).
Pengertian Perseorangan Terbatas dalam pasal 1 butir 1 UU No 111995 adalah badan
hukum yang didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar
yang seluruhnya terbagi dalam saham dan rnemenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam
Undang-undang ini serta peraturan pelaksanaannya.

Ø Syarat Pendirian Perseorangan Terbatas


·      Didirikan oleh dua orang atau lebih (pasa1 7).
·      Dengan Akta Otentik dimuka Notaris (pasal 7).
·      Modal dasar perseorangan minimal Rp 20 juta (pasal 25).

Ø Prosedur Pendirian Perseorangan Terbatas


·      Pembuatan Akta Pendirian di muka Notaris.
·      Pengesahan oleh Menteri Kehakiman.
·      Pendaftaran Perseroan (UU No 3/1982 tentang wajib daftar perusahaan).
·      Pengumuman dalam Berita Negara.

Ø Pembubaran perseroan terbatas


·      Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham.
·      J angka waktu yang ditetapkan dalam AD berakhir. Penetapan Pengadilan.

Ø Kebaikan Perseroan Terbatas


·      Tanggungjawab yang terbatas, terbatas saham tidak sampai rnilik pribadi. setelah ada UU No
111995 direksi bertanggungjawab sampai dengan harta pribadi.
·      Adanya kaderisasi kepemimpinan.
·      Mudah mendapatkan modal.
·      Potensi hidup lebih permanen.

Ø Kerugian Perseroan terbatas


·         Pajaknya besar.
·         Tidak: terjaminnya rahasia.
·         Pendirian PT lebih rumit dan membutuhkan modallebih besar.

2.    Koperasi
Ø Pengaturan Koperasi di Indonesia
·         UUD 1945 pasal33.
·         UU No. 12/1967 Tentang pokok-pokok Koperasi.
·         UU No. 2511992 Tentang Perkoperasian.

Ø Syarat dan Prosedur Pendirian Koperasi


Syarat dan prosedur pendirian koperasi diatur oleh pasal 6-14 UU No.2511992, yang
diantaranya adalah sebagai berikut:
·      Rapat pernbentukan koperasi: Akta pend irian minimal 20 orang.
·      Surat permohonan pengesahan: Akta + Berita Acara.
·      Pengesahan Akta pendirian dari kantor Pejabat.
·      Pendaftaran Akta dalam buku Daftar Umum di kantor Pejabat yang berwenang.
·      Pengiriman Akta Pendirian (Yang bermaterai) pada pendiri.
·      Pengumuman pada Berita Negara.

Ø Pembubaran Koperasi
Pembubaran koperasi diatur oleh pasaJ 47 ayat 1 UU No.25/1992, yang diantaranya
adalah sebagai berikut,
·      Keputusan anggota (rap at anggota).
·      Keputusan pemerintah.
-       Terbukti tidak memenuhi ketentuan UU.
-       Bertentangan dengan kepentingan I ketertiban/ kesusilan.
-       Kelangsungan hidupnya tidak dapat diharapkan,

3.   Badan Usaha Milik Negara (BUMN)


Pengertian BUMN yaitu, UU No.19 Prp 1.960 tentang Perusahaan Negara, Perusahaan
Negara adalah "semua perusahaan dalam bentuk apapun yang modalnya untuk seluruhnya
merupakan kekayaan Negara Republik Indonesia, kecuali ditentukan lain atau berdasarkan
UU"

Ø Bentuk-bentuk Perusahaan Negara


Inpres No. 17 Tahun 1967 tentang pengarahan dan penyederhanaan Perusahaan Negara.
Ketiga bentuk usaha Negara tersebut adalah:

Ø Perusahaan Negara Jawatan (PERJAN)


Ciri-ciri dari Perusahaan Jawatan adalah sebagai berikut.
-       Badan hukum publik yang merupakan bagian dari Departemen, Dirjen atau Pemda.
-       Lebih mengutarnakan pelayanan umum (public service) daripada rnencari keuntungan.
-       Modalnya dari anggaran belanja negara untuk Departemen.
-       Karyawannya Pegawai Negeri Sipil dipimpin oleh Kepala Jawatan.
Ø Perusahaan Negara Umum (PERUM)
Ciri-ciri dari Perusahaan Negara Umum adalah sebagai berikut.
-       Badan hukum publik berdasarkan UU melayani kepentingan umum sekaligus memupuk
keuntungan.
-       Harta kekayaan berasal dari harta kekayaan milik Negara yang dipisahkan.
-       Pengelolaan dipimpin oleh direksi yang mengelola perusahaan berdasarkan kewenangan
dalam Anggaran Dasar

Ø Perusahaan Negara Perseroan (PERSERO)


Ciri-ciri dari Perusahaan Negara Persero adalah sebagai berikut:
-       Perusahaan milik Negara yang berbentuk Perseroan Terbatas.
-       Seluruh atau sebagian modalnya dimiliki oleh Negara.
-       Semua ketentuan UU PT berlaku bagi PT Perseroan.
-       Berstatus privat.
4.   Bentuk-bentuk Perusahaan Yang Berkembang Dalam Praktik Bentuk-bentuk
perusahaan.
Ø Perusahaan Perseorangan.
Ø Perusahaan Persekutuan tidak berbadan Hukum: Fa, CV .
Ø Perusahaan Persekuruan Berbadan Hukum: Koperasi, PT

Dalam praktek terdapat perkembangan bentuk-bentuk perusahaan, namun pada


umumnya dapat "ditarik" menjadi bagian, filial/turunan atau perkembangan dari bentuk
-bentuk dasar.
Bentuk-bentuk baru/turunan, yaitu sebagai berikut.
Ø PT Tertutup/PT Keluarga. PT yang tidak bennaksud menjual saham kepada masyarakat.
Ø PT Terbuka. PT yang didirikan dengan maksud menjuaL sahamnya kepada masyarakat.
Ø PT Perseorangan. PT yang seluruh sahamnya berada di tangan satu orang. Dilarang dalam
pasal 7(3) UU PT kecuali bagi Perseroan BUMN pasal 7(5).
Ø PT Dalam kaitan dengan Group(Group Perusahaanl Holding Campany Concerm) Tatanan
sejumlah PT yang secara yuridis merupakan sub yak hukum yang mandiri( tak ada hubungan
satu dengan yang lain) secara ekonomis satu kesatuan.
Ø Multi Nasional Corporation
Ada 2 cara terjadinya group perusahaan:
a.    Dengan sengaja mendirikan PT baru.
b.   Dengan jalan mengambil alih saham dari PT yang sudah ada"Akuisisi. Akuisisi internal = PT
A& PT B dimiliki oleh satu orang.
Hubungan Holding Company dengan Anak Perusahaan
Pasal 29 ayat (l) anak perusahaan adalah Perseroan yang mempunyai hubungan khusus
dengan Perseroan lainnya yang terjadi karena:
a.         lebih dari 50% saharnnya dimiliki oleh induk Perusahaannya;
b.        lebih dari 50% suara dalam RUPS dikuasai oleh induk Perusahaan;
c.         kontrol ataujalannya Perseroan, pengangkatan dan pemberhentian direksi dan komisaris
sampai dipengaruhi oleh induk perusahaan.
5.    Yayasan (Stiching)
Pengertian dari yayasan yaitu: merupakan himpunan harta kekayaan yang disisihkan
oleh para pendirinya untuk kegiatan sosial dan segi-segi ideal lainnya.

a.     Tiga Unsur Yayasan


-       Harta Kekayaan sendiri
-       Tujuan sendiri
-       Alat perlengkapan (Organisasi) .

b.    Dua Syarat Pendirian Yayasan


·         Syarat Material
·         Harus ada pemisahan Kekayaan.
·         Ada tujuan.
·         Mempunyai alat perlengkapan.

c.     Syarat formal, yaitu adanya Akta Otentik dihadapan Notaris.


Muatan Akta Pendirian Yayasan.
·         Kekayaan yang dipisahkan,
·         Nama dan temp at kedudukan yayasan.
·         Tujuan yayasan.
·         Bentuk dan susunan pengurus.
·         Cara pembubaran yayasan.
·         Cara menggunakan sisa kekayaan jika dibutuhkan

B. PEDAGANG ANTARA DAN HUKUMNYA


Pedagang Antara ialah pembantu-pernbantu perusahaan yang menghubungkan antara
perusahaan dengan pihak-pihak lain. Pedagang antara ada 2.
1.    Dari dalam Perusahaan
a.    Pelayanan toko.
b.    Pekerja berkeliling.
c.    Pengurus filial.
d.   Pimpinan perusabaan (manajer)

2.    Dari Luar Perusahaan


a.    Agen perdagangan.
b.    Makela.r.
c.    Komisioner.

Hubungan bukum/perikatannya adalah bubungan ketenagakerjaan (UU No 25 1997


dulu 1601 KUH perdata).
1.      Masalah Upah.
2.      Pekerjaan.

1.         Franchising
Merupakan suatu sistem pemasaran atau distribusi barang dan jasa, dimana sebuah
perusabaan induk (FRANCHISOR) memberikan kepada individu atau perusabaan lain
(FRANCHISEE) hak-hak istimewa untuk melaksanakan suatu sistem usaha tertentu dengan
cara yang sudah ditentukan selama waktu tertentu.

2.         Bangun Guna Serah (Bulid, Operate, dan Transfer = BOT)


Suatu bentuk perjanjian kerjasama antara pemegang bak atas tanah dengan investor;
pemegang bak atas tanah memberikan bak kepada investor untuk mendirikan bangunan
selama perjanjian Bangun Guna Serah(BOT) dan mengalihkan kepemilikan bangunan
tersebut kepada pemegang hak atas tanah setelah masa Bangun Guna Serah berakhir.

C. SURAT-SURAT PERNIAGAAN
Surat-surat perniangaan terbagi menjadi dua.
1.      Surat-surat berharga, terbagi menjadi:
a.       surat bukti tuntutan hutang;
b.      pembawa hak;
c.       mudah dijualbelikan, contoh: cek.

2.      Surat-surat yang berharga, terbagi menjadi:


a.       surat bukti tuntutan hutang;
b.      surat diperjualbelikan

KJausa Surat Berharga dan Peralihannya


a.    Surat berharga atas nama (opname), Nama kreditur disebut dengan jelas. Peralihannya:
Andosemen.
b.    Kepada Pengganti (Ann Order), Nama kreditur ditambah dengan kata-kata atau pengganti.
Peralihannya: Andosemen.
c.    Kepada Pembawa (Anntoender), Nama kreditur tidak disebutkan tetapi dengan tambahan
kata-kata atau pembawa.
Peralihannya: tanpa formalitas.

Kategori: surat berharga atas nama opname menjadi surat yang berharga.
1. Cek
a.      Pengertian dan Dasar Hukum Cek
Cek adalah perintah kepada Bank komersial dari orang yang menandatangani untuk
pernbayaran sejumlah uang yang tertera pada lernbar Cek tersebut kepada si pembawa atau
orang yang namanya disebutkan diatas Cek tersebut.
Dasar Hukum dari cek adalah pasal 178s/d 229 KUHD dan diatur dalam SE BI No. 917
BUAH UUPD tanggal 10 Januari 1997 dan juga di dalam pasal 196 KUHD. Batas waktu
berlakunya Cek sampai daluwarsanya 70 hari.

b.      Jenis-jenis Cek


1.      Cek Unjuk/pembawa. Yaitu siapa saja yang membawa Cek ini, bank. akan membayarnya.
2.      Cek atas nama/tertunjuk. Yaitu Bank. hanya akan membayar kepada nama yang tertera
diatas Cek.
3.      Cek atas nama/pembawa. Yaitu Cek yang diterbitkan kepada pembawa bila nama kreditur
tidak disebutkan dalam Cek atau disebutkan tetapi dengan tambahan kata kata atau pembawa.
4.      Cek Mundur. Yaitu, Cek yang tanggal dibuatnya mundur dari tanggal membuat/pengisian di
akta Cek. KUHD tidak ada arti tetap harus dibayar pada saat ditujukan (pasal 203 KUHD
jo.KEP. Pres kabinet RI abo ADIDIl19/1964 Tanggal 2 Oktober 1964),dalam prakteknya
ditolak.
5.      Cek Kosong. Yaitu, orang yang melakukan penarikan Cek tanpa dana yang cukup. Diatur
dalam: UU No 17/1964 yo Perpu No.1/1971.
·         Pasal 378 KUH Pidana (penipuan).
·         Pasal 1365 KUH Perdata (ganti rugi karena melawan hukum) Penarikan Cek kosong 3 kali
dalam 4 bulan ditutup rekeningnya oleh Bank.
·         Cek Silang (Cross Cek). Yaitu, Cek yang tidak bisa diuangkan hanya untuk pemindah
bukuan saja/hanya bisa dikliringkan ke rekening seseorang.

2.      Traveler Cheque


Adalah surat berharga yang dimaksudkan untuk belanja kemudian membeli hadiah dan
pembayaran tiket-tiket di tempat hiburan. Ketentuan ketentuan Traveler cheque diatur dalam
KUHD pasal178 s/d 229

3.      Bilyet Giro


Adalah sebagai alat pemindah bukuan dana. Dasar hukumnya diatur dalam SE BI
No.4/670/uPPB/PbB Tanggal 24 Januari 1932. Selain itu diatur dalam Pasal 1365 KUHP juga
dalam SE BI No.4/473/9 Oktober 1971(Giro Bilyet Kosong).

4.      Promes/Ascep
Promes adalah surat yang berisi ten tang kesanggupan seseorang yang mernbayar
sejumlah uang kepada seseorang tertentu atau penggantinya. Dasar hukumnya diatur dalam
174s/d 177 KUHD. Juga pasal dalam KUHD tentang Wesel yang berdiberlakukan juga untuk
promes.
Promes diatur dalam:
a.    ada judulnya;
b.    membayar sejumlah uang;
c.    tanggal pembayaran;
d.   tempat pernbayaran;
e.    nama terbayar;
f.     tanggal dan tempat ditandatanganinya;
g.    tanda tangan penerbit.

5.      Wesel
Adalah surat yang memuat akta wesel yang diterbitkan pada tanggal dad temp at
tertentu dengan nama penerbit memerintahkan tanpa syarat kepada yang bersangkutan untuk
membayar sejumlah uang pada tanggal tertentu kepada penerima atau penggantinya
dtentukan. Dasar hukumnya pasal lOOs/d173 KURD.
D. HUKUM ASURANSI
1.    Definisi Asuransi
Asuransi atau Pertangguangan adalah suatu perjanjian dengan nama seseorang
penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima suatu premi, untuk
memberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan
kemaJangan yang diharapkan, yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa yang
tak tertentu.

2.    Dasar Hukum


Kitab UU Hukum Dagang(Wvk) stbl 1847 Nomor 23 Pasal 246 sid 308 dan 592 sid 695.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam Asuransi adalah sebagai berikut.
a.         Penanggung adalah pihak yang berjanji akan membayar ganti rugi atau sejurnlah uang jika
unsur ketiga terpenuhi.
b.         Tertanggung adalah pihak yang berjanji membayar uang at au premi kepada pihak
penanggung.
c.         Suatu peristiwa yang belum terjadi,
3.    Sifat Asuransi
Sifat perjanjian Asuransi menurut Prof. EMMY PANGARIDUAN SIMANJUNTAK:
a.         Perjanjian Kerugian.
b.         Perjanjian Bersyarat.
c.         Perjanjian Timbal balik.

4.    Pengaturan Asuransi dalam KUHD :


BUKU I
a.       Bab IX Pasal 246s/d286 -------- Asuransi pada umumnya.
b.      Bab X pasal 287s/d 308 -------- bahaya kebakaran.
c.       Bahaya yang mrngancam basil pertanian belum
d.      Panen.
e.       Pertanggungan ji wa.
BUKUII
a.       Bab IX pasaJ 592s/d685 ------ Asuransi terhadap segala bahaya laut dan perbudakan.
b.      Bab X pasal 686s/d845 ------- Asuransi terhadap pengangkutan di darat, sungai dan
c.       perairan laut.

5.    Pembebasan Asuransi dengan Judi/Taruhan


a.       Terhadap perjudian/pertaruhan UU tidak memberikan akibat hukum. Sedangkan dari
Asuransi timbul suatu perikatan sempurna.
b.      Ditinjau dari unsur-unsur kepentingan maka dalam asuransi, tertanggung telah mempunyai
kepentingan atas peristi wa tidak tertentu itu tidak terjadi, di buat atau sebelum ditutup
perjanjian asuransi itu sendiri. Karena kepentingan itu ia mengadakan perjanjian
pertanggungan untuk mengamankan dia sendiri dari menderita rugi, sedangkan dalam
perjudian dan pertaruhan, untuk kepentingan atas peristiwa tidak tertentu itu baru ada pada
kedua belah pihak dengan ditutupinya atau diadakannya perjanjian perjudian dan pertaruhan
tersebut.
6. Sejarah Asuransi
SEJARAH ASURANSI
Anti Menes(356- 323)

Collegium Cuctorum dianae et antinoi (59-10 SM) di Romawi


Abad 13-14 SM
(AsuransiModern)

Perncis (abad18 SM)


Kodivikasi hukum perdata dan hukum dagang

Azas Konkordinasi
stbl 1847 No. 23
Berlaku di Indonesia( Hindia Belanda)
Pasal226 sId 308, 592 sId 695

7.        Jenis Asuransi


Jenis-jenis Asuransi.
a. Asuransi Kerugian.
Suatu asuransi yang dikaitkan dengan penggantian suatu kerugian dari suatu kerugian
yang dapat dinilai dengan uang, ganti rugi mana hums seimbang dengan kerugian yang
diderita dan kerugian itu timbul sebagai akibat peristiwa untuk mana asuransi diadakan.
Contoh: asuransi terhadap rumah dari bahaya kebakaran.
b. Asuransi Jumlah.
Suatu asuransi yang memberikan sejumlah uang seperti yang telah diperjanjikan
dengan tidak perlu adanya suatu hubungan an tara kerugian yang diderita dengan besarnya
jumlah uang tersebut yang diterima.Contoh : Asuransi Jiwa.
c. Asuransi Campuran.
Suatu asuransi yang memenuhi baik asuransi kerugian maupun asuransi jumlah. Contoh:
Asuransi Kecelakan.

E. KEPAILITAN
1. Pengertian Kepailitan
Adalah Pailit diartikan sebagai keadaan debitur (yang berhutang) yang berhenti
membayar utang-utangnya.
Menurut pasal 1 ayat l peraturan Kepailitan : "pengutang yang ada dalam keadaan
berhenti membayar, baik atas pelaporan sendiri maupun atas permohonan seorang penagih
atau lebih dengan keputusan dinyatakan dalam keadaan pailit".
2. Dasar Hukum Kepailitan
a.    Pasal 1311 dan 1312 KUH Perdata.
b.    Faillissements Verodening S. 1905 No. 217 jo 1906 No 348.
c.    Perpu No.1 Tahun 1998 tentang perubahan UU Kepailitan.
3. Syarat dinyatakan Pailit Syarat untuk dinyatakan pailit:
a.    Terdapat keadaan berhenti membayar, yakni bila seorang debitur sudah tidak mampu atau
tidak mau rnembayar utang-utangnya.
b.    Harus terdapat lebih dari seorang kreditur dan salah seorang dari mereka itu, piutang sudah
pasti ditagih.
4. Pihak-pihak yang dinyatakan Pailit
a.    Setiap orang.
b.    Badan-badan Hukum.
c.    Harta warisan.

5.    Pihak-pihak yang dapat mengajukan permohonan kepailitan


a.    Debitur sendiri.
b.    Seorang kreditur atau lebih.
c.    Jaksa atau penuntut umum.

6.    Upaya Hukum Terhadap Kepailitan Upaya hukum terhadap putusan kepailitan:
a.    perlawanan,
b.    banding,
c.    kasasi.

Upaya hukum diatas dapat diajukan oleh:


a.    debitur;
b.    kreditur;
c.    jaksa demi kepentingan umum;
d.   para kreditur yang tidak memohon kepailitan dan pihak-pihak yang berkepentingan.

7.    Balai Harta Peninggalan


Tugas Balai Harta Peninggalan sebagai berikut.
a.    Penyimpanan BOEDEL Si pailit.
b.    Penyegelan BOEDEL.
c.    Daftar pasiva dan aktiva.
d.   Melanjutkan perusahaan si pailit.
e.    Menjual benda-benda si pailit.
f.     Mengadakan akord (perstujuan hakim notaris).
g.    Membayar tunjangan hidup si pailit.
h.    BOEDEL = Keseluruhan harta benda si pailit.
i.      Akord = Persetujuan si pailit dengan debitur.

8. Pengecualian Harta dari Kepailitan


Beberapa harta yang dikecualikan dari kepailitan.
a.    Alat perlengkapan tidur dan pakaian sehari-hari.
b.    Alat perlengkapan dinas.
c.    Alat perlengkapan kerja.
d.   Persediaan makanan untuk kira-kira satu bulan.
e.    Buku-buku yang dipakai untuk bekerja.
f.     Gaji. upah, pensiun, uang jasa dan honorarium.
g.    Hak cipta.
h.    Sejumlah uang yang ditentukan oleh hakim kornisaris untuk nafkahnya.
i.      Sejumlah uang yang diterima dari pendapatan anak-anaknya.
9. Hakim Komisaris Tugas hakim komisaris.
a.    Memimpin rapat verifikasi.
b.    Mengawasi tindakan bawahan, memberi nasihat dan peringatan.
c.    Menyetujui daftar tagihan atau menolaknya yang diajukan kreditur.
d.   Meneruskannya kepada hakim PN yang memutuskan perkarajika ada tagihan-tagihan yang
tidak dapat diselesaikan.
e.    Mendengar saksi-saksi dari para ahli atas segala hal yang berkaitan dengan kepailitan.
f.     Memberikan izin atau menolak permohonan si pailit untuk bepergian.

10. Rapat Verfikasi


Rapat para kreditur yang dipimpin hakim komisaris dengan seorang panitera
pengadilan negeri sebagai notulen untuk menetapkan hak menagih. Verfikasi diartikan
dengan pencocokan atau pengujian alas utang-utang si pailit atau piutang-piutang kreditur.
11.Fase Insolvensi
Suatu yang sudah diterima dalam rapat verfikasi agar mempunyai kekuatan hukum
haruslah mendapat pengesahan oleh hakim pemutus kepailitan, maka pengesahan inilah yang
disebut dengan homologi.
12.Kreditur
Kreditur yang diutamakan adalah sebagai berikut.
a.    Pemegang hipotik.
b.    Pemegang gadai.
c.    Pemegang hak istimewa
13. Berakhirnya kepailitan Kepailitan berakhir,
a.    Apabila pembagian terhadap harta si pailit telah dilakukan secara tuntas dan mempunyai
kekuatan hukum.
b.    Apabila homologi akord telah mempunyai kekuatan hukum yang pasti.
c.    Apabila adanya pertimbangan dari hakim yang memutuskan kepailitan, bahwa harta si pailit
temyata tidak cukup untuk membiayai kepailitan.
14. Rehabilitasi
Pemulihan kehormatan yang temoda akibat keadaan pailit.

F. LEMBAGA PEMBIAYAAN
Pengertian lembaga pembiayaan berdasarkan pada pasal 1 Kepres 61 Tahun 1988.
Lembaga pembiayaan adalah suatu badan usaha yang didalam melakukan kegiatan
pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal dengan tidak rnenarik dana
secara langsung dari rnasyarakat.
Lembaga pembiyaan berdasarkan pada pasal 9 Kepres 61 Tabun 1988dapat dilakukan
oleh:
1.      Bank,
2.      Lembaga Keuangan Bukan Bank(LKBB),
3.      Perusahaan pembiayaan.
Sejak UU tentang perbankan No.7 tabun 1992 tidak dikenallagi istilab LKB B karena
bank terbagi 2 j enis:
1.      Bank Umum,
2.      Bank Perkreditan Rakyat.

Dasar hukum lembaga pembiayaan diatur dalam:


1.      Keputusan Presiden No.6l tahun 1988 tanggal20 Desember 1988;
2.      Keputusan Menteri Keuangan No, 12511KMK.013.l988 tanggal 20 Desember 1988 tentang
ketentuan dan tata cara pelaksanaan lembaga pembiayaan.
Bidang Usaha yang menjalankan pembiayaan berdasarkan pasal2 Kepres 61 Tahun
1988 ialah sebagai berikut.
1.      Perusahaan sewa guna usaha (Leasing Company) adalah badan usaha yang melakukan usaha
pembiayaan dalam bentuk penyertaan barang modal baik secara "finance lease" maupun
"operating lease" untuk digunakan oleh penyewa guna usaha selama jangka waktu tertentu
berdasarkan pembiyaan secara berkala.
2.      Perusahaan Modal Ventura (VentureCapital Company) adalah badan usaha yang melakukan
us aha pembiayaan dalam bentuk penertaan modal ke dalam suatu perusabaan yang menerima
bantuan pembiayaan (investes company) untuk jangka waktu tertentu.
3.      Perusahaan berdasarkan surat berharga isecuriiies company) adalah usaha yang melakukan
pembiayaan dalam bentuk Perdagangan surat berharga.
4.      Perusahaan Anjak Piutang (Factoring Company) adalah badan usaha yang rnelakukan usaha
pernbiayaan dalam bentukpembelian dan pengalihan suatu pengurusan piutang atau tagihan
jangk apendek suatu perusahaan dari transaksi perdagangan dalam Iuar negeri.
5.      Perusahaan Kartu Kredit (Credit Card Company) adalah badan usaha yang melakukan usaha
pembiayaan untuk mernbeli barang dengan rnenggunakan kartu kredit.
6.      Perusahaan Pembiayaan Konsumen (Consumers Finace Company) adalah badan usaha yang
melakukan pernbiayaan pengadaan barang untuk kebutuhan konsurnen dengan sistem
pembayaran angsuran atau berkala.

G. HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL (UKI) ATAU HAK MILIK


INTELEKTUAL (HMI).
Hak Milik Intelektual ialah suatu hak yang berasal dad suatu kegiatan berfikir manusia
yang muncul darikarya, karsa, dan cipta manusia sebagai hak atas kekayaan yang
diekspresikan dalam berbagai bentuk, baik bidang teknolgi, ilmu pengetahuan, seni sastra
berguna dan bermanfaat dalam menunjang kehidupan manusia serta nilai komersial/nilai
ekonomi.
1.    Istilah hak milik intelektual adalah:
a.    Intelektual Property,
b.    Intangible Property,
c.    Creative Property,
d.   lncoporeal Property.

2.    Pengelompokkan Hak Milik Intelektual


a.    Hak Cipta.
b.    Hak Paten.
c.    Merk.
d.   Hak Milik Perindustian.

3.    HMI Iahir pada akhir abad 19 yaitu ada Konversi Intemasional.
a.    Tahun 1883, membicarakan perlindungan Hak Milik Perindustrian.
b.    Tahun 1886, di Bern/Swiss membicarakan perlindungan Hak Cipta

4.    HMI termasuk dalam hukum kebendaan.


Menurut Van Apel Doorn/PIR alas an pembenaran hak rnilik intelektual termaksud
dalam hak kebendaan sebab: "dari sifat Hak Milik Intelektual yang masih abstrak apabila
sudah keluar, karsa dan cipta manusia, maka menjadi berwujud dan berbentuk bisa berupa
karya sastra, Iptek, seni mendapat dan pemanfaatan serta reproduksinya dapat menghasilkan
keuntungan."

5.    Sifat HMI


a.    Jangka waktu tidak terbatas.
b.    Bersikap ekslusif/rnutlak.
c.    Bersifat mutlak yang bukan kebendaan (tergantung pada penemu/berdasarkan orangnya
bukan berdasarkan benda).

6.    Prinsip HMI


a.    Keadilan.
b.    Ekonomi.
c.    Prinsip Kebudayaan.
d.   Prinsip sosial
Penempatan HMI memperhatikan pasal 570 KUH perdata, Kepemilikan juga memperhatikan
kepentingan masyarakat.Diatur juga dalam UU, tidak melanggar tata tertib umumfsusila atau
bisa pula disebut demi kepentingan umum.Ke 4 prinsip tersebut diatas artinya jika suatu saat
seseorang mendapatkan penemuannya jika dilihat dari prinsip HMI maka ditolak oleh pihak
yang melegitimasi hak cipta tersebut.

7.    Pengalihan HMI


a.    Pewarisan.
b.    Wasiat.
c.    Hibah.
d.   Perjanjian/sebab lain yang dibenarkan UU Pengalihan dengan cara perjanjian dapat dengan
cara:
1.    Lisensi,
2.    Joint Venture,
3.    Kontrak Penelitian.

8.    Pelanggaran HMI


a.    Pemalsuan.
b.    Pembajakan.
c.    Persaingan tidak Jujur
d.   Pembocoran Inforrnasi dan Penyadapan.

9.    Cara Penggulaugan Pelanggaran HMI


a.    Cara Perdata
Pasal 1365 KUH PerdataJperbuatan melawan hukum.
b.    Secara Pidana
1.    Dilihat latar belakang tujuan pengaturan.
2.    Dilihat motivasi pelanggarannya. Misal: pasal 386 KUHP (pemalsuan).
c.    Melalui Administrasi Negara
1.    Pabean.
2.    Ketentuan Standar industri.
3.    Pengurusan standar periklanan.

1. Bentuk-Bentuk Hak Kekayaan Intelektual


a.    Hak Cipta
Adalah hak mutlak bagi pencipta maupun penerima hak untuk mengurnumkan atau
memperbanyak ciptaannya atau memberi izin itu dengan tidak rnengurangi pernbatasan-
pembatasan menurut aturan yang berlaku (pasal 2 UUHC Thn 1932). Dasar hukumnya: UU
No.6 Thn 1982, UU No. 7/1987 ---------UUHC.

Ciri Hak Cipta:


1.    dianggap benda Bergerak (psl 3 UUHC No. 6/1982).
2.    dapat dialihkan.
3.    bila pencipta meninggal, hak cipta tidak dapat disita, tetapi jatuh ke ahli waris/penerima
wasiat,
Hak cipta dikhususkan bagi ilmu pengetahuan, kesustraan, seni& sastra. PsI 11
UUHC No.7/ 1987 tentang jenis-jenis ciptaan yang dilindungi
b.   Hak Paten
Adalah hak yang diberikan kepada penernu, agar hasil karyanya dapat diketahui oleh
khalayak, berguna, bermanfaat bagi masyarakat dan perkembangan teknologi. Dasar
hukumnya: UU paten no. 6/1989.
1.    Prinsip Hak Paten:
·       Hak kebendaan (psl 570 KUHP).
·       Hak dialihkan.
·       Hak
milik.
Pengalihan bak paten lew at perjanjian yaitu lisensi (lisencing agreement).

2.    Syarat diberikan hak paten:


·       Aspek pembaharuan.
·       Langkah inventif yang terkandung dalam penemuan itu.
·       Dapat diterapkan dalam industri.
·       Penemuan termasuk kelompok yang bisa diberi paten.
·       Tidak melanggar uu.

3.    Bentuk Hak Paten:


·       Paten biasa
Penemuannya melalui penelitian yang rumit, bila dilanggar (ada orang yang
meniru,dsb/pelanggaran terhadap paten biasa maka hukuman penjara 7 tahun, denda 100 juta.
·       Paten Sederhana
Hasil penemuan lewat penelitian yang sederhana atau tidak

c.    Merk
Adalah alat untuk membedakan barang dan jasa yang diproduksi oIeh suatu
perusahaan, Dasar hukumnya : UU Merk no. 19/1992. Pasal 1 angka 1 menyatakan bahwa ."
Merk ialah tanda berupa gambar nama, kata, huruf, angka, susunan warna, atau kombinasi
dari unsur-unsur tersebut yang mempunyai daya pembeda, digunakan dalam kegiatan
perdagangan barang/jasa.

Fungsi Merk
1.        Tanda pen genal suaru barang/jasa.
2.        Gambaran jarninan kepribadian, reputasi barang dan jasa.
3.        Mernberi jamunan kualitas barang/jasa
4.        Sarana promosi barang dan jasa.
5.        Kondisi perekonornian negara dalam jangka panjang mantap

Dalam UU pasal 7 UU merk tahun 1992 disebutkan: jangka waktu perlindungan 10


tahun dan berlaku surut tanggal syah, tanggal penerimaan, pendaftaran dapat diperpanjang
setiap waktu untuk jangka waktu yang sama.

d.   Bentuk-bentuk Lisensi


1.    Eklusif
Yaitu pemegang hak paten setuju untuk tidak memberikan lisensinya kepada orang lain selain
pemegang lisensi.
2.    Non Eklusif
Dapat dilisensikan ke beberapa pihak.
Ada yang disebut lisensi wajib, yaitu untuk melaksanakan suatu paten yang diberikan oleh
pengadilan negeri setealah mendengar pemegang paten (psl 8 UU No. 6/1989).
Tujuannya: "Agar pemegang yang ada tidak disimpan saja melainkan dapat disebarkan ke
masyarakat luas".

e.       Macam-macam pelanggaran Hak Milik.


1.      Persaingan tidakjujur dituntut dengan dasar pasal382 KUHP.
2.      Pemakaian merk tanpa hak pasal1365 KUHP psI 73 ayat 1 UU merk.
3.      Pemalsuan Merk psl 81 UU merk.
4.      Menggunakan Merk sengaja & tidak sab psl 393 KUHP.

H.      Hukum perlindungan Informasi


Peraturan yang bertujuan untuk mencegah dan mengendalikan pelanggaran terhadap
hak milik atas informasi rahasia.
Dari segi khusus: berhubungan dengan HMI yang perlu dihubungi. Dari segi umum:
ada perbuatan meialui hukum yang perIu dicegah agar jangan sampai terjadi.

Pengelompokan perlindungan informasi ini dalam negara:


1.    Anglo Saxon -- trade secret
2.    Jepang -- Know how
John. F. william; bila ada perbuatan yang melanggar terhadap hukum rnilik atas
informasi yang dirahasiakan digolongkan sebagai: Brach of Connfidence.
Kriterianya:
1.      Apakah dengan terbukanya informasi, pemiliknya menjadi rugi.
2.      Pemilik informasi yakin informasinya perlu dirahasiakan dan tidak semua orang memiliknya.
3.      Pemilik informasi juga dapat mempunyai alasan atas kerugiannya bila bocor rahasianya.
4.      Informasi itu mempunyai kekhususan dalam bidang perdagangan/ perindustrian.

I. HUKUM PERBANKAN
Pengertian perbankan adalah segal a sesuatu yang menyangkut tentang bank,
mencakup ke1embagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksankan kegiatan
usahanya (pasal l angkal UU No. 10/1998).
Bank adalah: badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan meyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk
-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak (pasall angka 2 UU
No. 10/1998).

1.    Dasar Hukum Perbankan


a.    UU No.7 tahun 1992 tentang perbankan.
b.    UU No. 10 tahun 1998 tentang perubahan UU No.7 tahun 1992 tentang perbankan,
2.    Bentuk Hukum Bank
a.    Perseroan Terbatas.
b.    Koperasi.
c.    Perusahaan daerah

3.    Pengertian Kredit


Adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain
yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu
dengan pemberian bunga.

J. PENYELESAIAN SENGKETA DAGANG/BISNIS/EKONOMI


Beberapa cara penyelesaian sengketa bisnis adalah dengan:
1.         Jalur Musyawarah,
2.         Jalur Pengadilan,
3.         Jalur Arbitrase.

Arbitase adalah proses penyelesaian atau pemutusan sengketa oleh seorang hakim atau
para hakim yang berdasarkan persetujuan bahwa mereka akan tunduk kepada atau mentaati
keputusan yang diberikan oleh para hakim yang mereka pilih atau tunjuk.

1.         Dasar Hukum Arbitrase


a.    Pasa1615 sid 651 RV (Reglement op de Rechtsvordering = peraturan hukum secara perdata).
b.    Penjelasan pasal 3 ayat (1) UU Na.14 thn 1970 tentang pokok-pokok kekuasaan kehakiman,
yang meyebutkan.i'penyelesaian perkara diluar pengadilan atas dasar perdarnian atau rnelalui
wasit (arbitrase) tetap diperbolehkan.Pasal Sl S RV meyebutkan bahwa diperkenankan
kepada siapa saja yang terlibat dalam suatu sengketa yang mengenai hak-hak yang berada
dalam kekuasaanya untuk melepaskannya, untuk menyerahkan pemutusan sengketa terse but
kepada seorang atau beberapa orang wasit.
Tidak semua sengketa dapat diselesaikan jalur arbitrase.Hanya sengketa dalam duma bisnis
saja yang termasuk ruang lingkup penyelesainnya oleh arbitrase, seperti; perdaganagn,
perindustrian, dan keuangan.Sengketa lain di pengadilan sperti masalah warisan,
pengangkatan anak, peru mahan, perburuhan, dll

2.         Cara Membuka jalur Arbitrase


a.    Pactumde Comprornittendo, yaitu mencantumkan klausul-klausul dalam perjanjian pokok.
b.    Akta kompromis, yaitu perjanjian tersendiri, diluar perjanjian pokok. Perjanjian ini dibuat
secara khusus bila telah timbul sengketa dalam melaksanakan perjanjian pokok
.
3.         Keuntungan jalur Arbitrase
a.    Waktu yang cepat.
b.    Adanya orang-orang yang ahli.
c.    Rahasia para pihak terjamin.

4.         Macam-rnacam Arbitrase.


a.    Arbitrase ad- hoc/voluntair, yaitu suatu majelis wasit(arbiter)/wasit tunggal yang di dalam
menjalankan tugasnya banya sekali saja, setelah itu bubarlah Majelis arbiter itu at au wasit
tunggal itu. Selain tidak mempunyai peraturan/prosedur tentang tatacara pengangkatan
arbiter, mereka juga tidak mempunyai peraturan at au prosedur yang mengatur bagaimana
tatacara pemeriksaan sengketa.
b.    Arbitrase sebagai Permanent Body Arbitration yang mempunyai peraturan/prosedur dan tata
cara pemeriksaan sengketa.
R AN G K U M A N
Bagian-bagian utama dari Hukum Dagang, Hukum Bisnis, dan Hukum Ekonomi ialah:
1.      Perusahaan,
2.      Pedangang Antara,
3.      Surat Pemiagaan,
4.      Asuransi,
5.      Kepailitan,
6.      Lembaga Pembiayaan,
7.      Hak Atas Kekayaan Intelektual,
8.      Hukum Perbankan,
9.      Penyelesaian Sengketa Dagang/Bisnis/Ekonomi.

KEGIATAN BELA.JAR 5
Hukum Perdata Internasional

A. PENGERTIAN HUKUM PERDATA INTERNASIONAL


Menurut Van Brake, Hukum Perdata Intemasional adalah hukum nasional yang ditulis
(diadakan) untuk hubungan-hubungan hukum internasional. Gouwgioksiong juga
mengemukakan pendapat bahwa Hukum Perdata Internasional bukanlah hukurn
internasional, tetapi hukum nasional. Jadi Hukum Perdata lnternasional, bukan sumber
hukumnya internasional, tetapi materinya yaitu hubungan-hubungan atau peristiwa-peristiwa
yang merupakan objeknya-lah yang intemasiona1. Bahwa hukum perdata internasional
adalah hukum nasionaL, terbukti dari adanya perbedaan dalam luas lingkup (omvang)
kaedah-kaedah hukum perdata intemasional dalam setiap Negara.

Jadi Hukum Perdata Internasional, bukan sumber hukumnya internasional, tetapi


materinya yaitu hubungan-hubungan atau peristiwa-peristiwa yang merupakan objeknya-lab
yang internasional. Babwa hukum perdata internasional adalah hukum nasional, terbukti dari
adanya perbedaan dalam luas lingkup (omvang) kaedah-kaedah hukum perdata internasional
dalam setiap negara.
Sementara itu Hymans mengatakan bahwa, "Hukum Perdata Internasional lahir sebagai
akibat adanya unsur asing dalam suatu peristiwa"."

Berlainan dengan pendapat Harsanto Nursadi hukum internasional adalah hukum yang
berhubungan dengan peristiwa internasional di bidang publik. Perpisahan yang terjadi dalam
hukum internasional publik. Pemisahan yang terjadi adalah hukum internasional publik
(public international law) dan hukum perdata internasional (private international law).

Dari pernyataan Harsanto Nursadi tersebut terlihat bahwa Hukum Perdata Internasional
merupakan bagian dari Hukum Internasional. Sementara itu menurut pendapat Van Brakel
dan Gouwgioksiong, bahwa Hukum Perdata Internasional merupakan bagian dari hukum
nasional.

Jadi dari berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa, Hukum Perdata
Internasional adalah merupakan bagian dari hukum perdata, hanya peristiwanya melintasi
batas -batas Negara.

Di Indonesia hukum perdata internasional dan hukum antar golongan sangat erat
hubungannya. Menurut Gouwgioksiong, "hukum perdata internasional berkisar dalam
hubungan perdata dengan unsur-unsur asing dalam hubungan-hubungan "internasional",
terhadap hukum antar golonganyang hanya berlangsung dalam dalam suasana hukum
internasiona1. Oleh karenanya, maka hukum perdata internasional merupakan hubungna
antar tata hukum (HATAH) extern, sedangkan hukum anatar-golongan merupakan HATAH
intern. Sekalipin demikian kedua-duanya,hukum perdata internasional maupun hukum antar-
golongan merupakan hukum nasional."

Menurut Titon Slamet Kurnia, atribut internasional dalam hukum perdata internasional
(private international law; conflict laws) tidak memiliki keterkaitan dengan hukum
internasionaL Secara konseptual, hukum internasional dan hukum perdata internasional
adalah dua konsep berbeda.Atribut internasional dalam konsep hukum perdata internasional
seringkali menimbulkan salah pengertian seolah-olah hukum perdata internasional adalah
cabang dari hukum internasional."

Hukum perdata internasional pada hakekatnya adalah hukum nasional (bukan hukum
internasional).

Pengertian ini mutatis mutandis juga berlaku dalam kasus Indonesia, dimana
pengadilan Indonesia dimungkinkan untuk menghadapi suatu kasus yang memiliki kaitan
dengan negara lain. Atau secara umum ruang lingkup dari hukum perdata internasional
tersebut adalah persoalan hubungan hukum keperdataan antara subjek hukum yang masing-
masing tunduk pada hukum perdata (nasional yang berlainan).

Menurut Clarkson & Hill dalam Titon, keberadaan hukum perdata internasional
berfungsi untuk memberikan jawaban atas tiga isu yaitu: jurisdiction, choice of lawserta
recognition and enforce ment of foreign judgments. Isu tentang yurisdiksi berkenaan dengan
apakah pengadilan satu negara, dalam kasus ini Indonesia, merniliki kewenangan untuk
memeriksa, mengadili, dan memutus kasus yang mengandung foreign elements . Manakala
isu ini dijawab afinnatif maka isu selanjutnya tentang choice of law. Isu tentang choice of law
berkenaan dengna pertanyaan ketentuan hukum mana yang akan diberlakukan dalam kasus
yang diperiksa, yaitu apakah hukum negara dimana pengadilan berkedudukan (the law of the
forum) ataukah hukum negara lain.

Isu terakhir tentang penegakan dan penegakan putusan pengadilan negara asing.
Kondisi ini dapat terjadi sebagai misal, manakala ada warga negara Indonesia yang menjadi
pihak dalam suatu sengketa di depan pengadilan negara asing. Pernyataan ini kemudian ialah
putusan pengadilan asing tersebut dapat dilaksanakan kepada warga negara Indonesia di
Indonesia ataukah pengadilan indonesia akan mernriksa kembali kasus tersebut. Pertanyaan
ini menjadi porsi hukum perdata internasional untuk rnenjawabnya.Sebagai kaidah, suatu
negara dapat menolak untuk menjalankan eksekusi atas putusan pengadilan negara asing di
negaranya.Dasar dari penolakan tersebut ialah asas public policy.

Dari pengertian hukum perdata internasional yang dipaparkan diatas maka dalam
konteks sistem hukum indonesia akan muncul beberapa implikasi. Pertama, implikasi yang
timbul dari diterapkannya hukum negara asing oleh pengadilan Indonesia untuk memutus isu
hukum, yaitu hubungan hukum di lapangan keperdataan yang mengandung foreign elements.
Prolematik dari isu ini yaitu legitimasi dari pengadilan nasional untuk menerapkan hukum
negara asing yang notabene tidak otoritatif sesuai dalil bahwa hukum positif memiliki
keberlakuan oleh tempat dan waktu.

Dalam konteks demikian untuk memperkaya sistem hukum Indonesia, diperlukan studi
comparative law untuk isu-isu hukum perdata internasional supaya para yuris Indonesia
familiar dengan pribadi isu-isu hukum yang mungkin muncul karena pelibatanjoreign
elements di dalam hubungan hukum yang beclangsung. Hal itu semakin tidak terhindarkan
dengan dicapainya uniforrnitas kaidah didalam international business transactions yang
disepakati negara-negara dalam WTO aggrement untuk mempermudah lalulintas orang,
barang dan modal antar negara sehingga mau tidak mau di sana akan terjadi bubungan hukum
yang mengandung foreign elements. Dengan studi comparative law yang kuat (diimbangi
oleh kapasitas untuk membangun sistem peradilan yang kompeten, independen dan
imparsial), maka orang-orang asing tidak akan menyangsikan kapasitas pengadilan Indonesia
sebagai pengadilan forum untuk kasus-kasus dengan foreign elements. Hal ini tentunya akan
menyejajarkan sistem hukurn Indonesia dengan sistem hukurn negara-negara lain dalam hal
kehandalannya untuk memecahkan isu-isu hukum di lapangan hukum perdata internasional."

B. SUMBER HUKUM PERDATA INTERNASIONAL


1.         Prinsip hukum umum
Prinsip hukum umum adalah asas hukum yang rnendasari sis tern hukurn modern,
banyak sipengaruhi oleh asa dan lembaga hukum negara barat dan sebgaian besar
berdasarkan asas lembaga dan lembaga Hukum Romawi. Asas dan lembaga hukum ini ikut
serta tersebar luas sewaktu beberapa negara Eropa Barat saling berebut untuk menjajah
(sebagai negara maritim rnaupun sebgai negara kolonialis/imperialis) berbagai bangsa di
seluruh pelosok dunia.

2.         Hukum kebiasaan


Hukurn kebiasaan yang biasanya menjelma sebagai hukum ad at adalah kebiasaan yang
telah diterima sebagai hukum. Dengan demikian kebiasaan yang memelihara dan
meningkatkan kedamaian pergaulan dan telah diterima oleh masyarakat internasional, akan
rnerupakan suatu hukum kebiasaan internasional.

3.         Perjanjian internasional/traktat

Perjanjian internasional merupakan sumber hukum perdata internasional, bisa berupa


konvensi, perjanjian regional atau bilateral.

4.         Peraturan perundang-undangan


Peraturan perundang-undangan adalah undang-undang serta peraturan tertulis lain yang
derajatnya lebih rendah daripada undang-undang. Di Indonesia, peraturan perundang-
undangan yang merupakan sumber Hukum Perdata Internasional diantaranya adalah Pasal-
pasalI6,17 dan 18 A.B.

5.         Yurisprudensi
Yurisprudensi yang merupakan salah satu sumber hukum dalam Hukum Perdata
Internasional meliputi keputusan hakim pengadilan nasional atau internasional, keputusan
Badan Arbitrase Internasional maupun keputusan lembaga-lernbaga internasional yang
menyangkut perkara Hukum Perdata Internasional.

6.         Doktrin
Doktrin adalah pendapat-pendapat atau ajaran-ajaran para ahli dan sarjana-sarjana
terkemuka, biasanya disebut Communis opinio doctorum, dibidang Hukum Perdata
Internasional.

C.  TITIK-TITIK TAUT DALAM HUKUM PERDATA INTERNASIONAL


Unsur-unsur yang menandakan adanya unsur-unsur asing, sehingga ada kemungkinan
suatu kaedah hukum asing yang berlaku bagi suatu peristi wa hukum, dinamakan titik-titik
taut, titik pertalian, Anknupfungspunkte, points of contact, test factors, atau connecting
factors, dan dalam bahasa Perancis dinamakan "points de rattachment".

1. Bentuk titik taut dalam suatu Hukum Perdata Intemasional.


a.    Kewarganegaraan, pihak yang bersangkutan. Kewarganegaraan iru meerupakan salah satu
titik taut yang penting, di samping domisili.
b.    Domisili, tempat tinggal, temp at asal seseorang; atau dornisili tempat kedudukan suatu
badan hukum.
c.    Tempat kedudukan (= letak) suatu benda tetap, yaitu benda yang takdapat bergerak atau tidak
dapat dipindahkan (seperti tanah, rumah, dLL). Ini dinamakan situs daripada benda itu.
d.   Bendera kapal asing, karen a dianggap rnenunjukkan kewarganegaraan dari pada kapal itu,
juga merupakan suatu titik taut.
e.    Tempat suatu perbuatan dilakukan (locus actus),misalnya tempat perkawinan dilangsungkan,
atau tempat suatu perbuatan melawan hukum dilakukan (locus delicti), atau temp at suatu
perjanjian diadakan (locus contractus).
f. Tempat dimana suatu perbuatan itu timbul (locus solutionis), misalnya temp at penyerahan
barang-barang yang berdasarkan perjanjian jual-beli;
g.    Pilihan hukum, yaitu hukum yan goleh para pihak dipilih dan karena itu dianggap berlaku
bagi perbuatan yang diJaksanakannya.
h.    Tempat perbuatan-perbuatan resmi dilakukan, seperti misalnya pendaftaran tanah, pemberian
konsesi, dll; atau tempat (pengadilan) gugatan perkara diajukan. Tempat ini dinamakan
forum.

2. Macam-rnacam titik taut daJam Hukum Perdata Internasional.


a.    Titik taut primer adalah unsur-unsur yang menunjukkan, bahwa suatu peristiwa hukum
merupakan pristiwa Hukum Perdata Internasional, dan bukan suatu peristiwa intern nasional.
Jadi titik taut primer adalah titik taut yang membedakan Hukum Perdata Internasional itu dari
peristiwa intern (bukun-Hukum Perdata Internasional). Oleh sebab itu maka titik taut primer
juga dinamakan titik taut pembeda.
b.    Titik taut sekunder akan menentukan hukum manakah yang harus berlaku bagi peristiwa
Hukum Perdata Intemasional itu. Karena itu titik taut sekunder ini juga bisa dinamakan titik
taut penentu.

3.    Menentukan hukum yang berlaku (lex cause) menggunakan bantuan titik taut
Maka jika kita menghadapi suatu kasus, cara bekerja kita adalah sebagai berikut.'?

a.    Pertama-tama kita mencari titik-titik taut primer menurut lex fori untuk mengetahui apakah
kita berhadapan dengan suatu peristiwa Hukurn Perdata Internasional atau bukan.
b.    Jika ternyata kita berhadapan dengan suatu peristiwa Hukum Perdata InternasionaI, maka
kita mengadakan qualification of facts menurut lex fori.
c.    Kemudidan kita mencari titik-titik taut sekunder (menurut lex fori) untuk menentukan sistem
hukum yang berlaku (lex cause).
d.     Titik taut menurut lex cause lalu akan menentukan apakah kaedah hukum lex cause, lex fori
atau kaedah sistim hukum asing yang lain (ingat kepada kemungkinan renvoi) yang harus
berlaku.
e.     Jika berdasarkan titik-titik taut dari pada lex cause kita telah menentukan kaedah hukum
materiil yang mana yang harus berlaku, barulah dapat kita menentukan penyelesaian
masalahnya atau menjatuhkan keputusan in concreto. Tetapi mungkin titik taut lex fori
menunjuk pada dua lex cause atau lebih.

D.      PENUNJUKKAN KEMBALI DALAM PENUNJUKKAN LEBIH LANJUT (RENVOI)


Renvoi sangat erat hubungannya dengna kwalifikasi dan titik taut. Memang
sebenarnya ketiga soal ini dapat dicakup dalam satu permasalahan, yaitu hukum manakah
yang akan berlaku (lex causae) dalam suatu peristiwa Hukum Perdata Internasional. Sebab
itu pembahasan mengenai renvoi selau akan menyinggung soal kualifikasi dan titik taut.
Renvoi timbul apabila hukum asing ditunjuk oleh lex fori, menunjuk kernbali kearah
lex fori itu, atau kepada sistim hukum asing lain.
Biasanya orang berpendapat bahwa yang dimaksudkan ialah hukum materiil dari
hukum asing yang bersangkutan. Cara ini dinamakan "Sachnormverweisung".
Maka kita tidak lagi mengalami kesukaran apa-apa, kecuali bahwa kita harus mencari
peraturan hukum asing yang mengatur kumpulan fakta-fakta (= peristiwa) yang kita hadapi.
Terdapat dua kualifikasi peraturan hukum yang harus berlaku dalam Hukum Perdata
Internasional, terdapat dua macam tindakan yaitu'":
1.    Kualifikasi daripada fakta-fakta kedalam penggolongan lembaga-lembaga hukum yang kita
kenal (qualification of facts menurut lex fori)
2.    Kualifikasi lembaga hukum yang kita badapi ke dalam sistem kaedah kaedah hukum yang
harus berlaku; sehingga kita mencari kaedah khusus yang harus berlaku bagi lembaga hukum
yang kita hadapi.
Jika kaedah-kaedah Hukum Perdata Intemasional lex fori, misalnya hukum Indonesia,
menunjuk kepada kaedah-kaedah hukum Indonesia, menunjuk kepada kaedah-kaedah Hukum
Perdata Internasional negara asing, yang menunjuk kembali kepada kaedah-kaedah Hukum
Perdata Internasional Indonesia atau menunjuk lebih lanjut kepada sistim Hukum Perdata
Internasional hukum asing yang lain, maka terjadilah semacam "ping-pong" yang hanya
berakhir, jika salh satu negara rnenerirna penunjukkan hukum itu sebagai penunjukkan pada
hukum rnateriil, (Sachnormverweisung), dan bukan hanya pada kaedah-kaedah Hukum
Perdata Internasional saja.
Penunjukkan kernbali atau penunjukkan lebih lajut (yaitu pada sistim hukum ketiga
itu) dinamakan renvoi (istilah Perancis), Renvoi yang pertama kali adalah renvoi yang
sesungguhnya.
Keberatan-keberatan terhadap teori renvoi dikemukakan oleh Cheshire, sebagai
berikut.
1.    Dikatakan bahwa doktrin itu tidak logis, karena doktrin renvoi tidak mengatakan hukurn
mana yang berlaku, akan tetapi menggantungkan hal ini pada pendapat sistim hukum asing
yang ditunjuk olehnya.
2.    Dikatakan, bahwa doktrin renvoi tidak menentu arahnya (uncertain), tidak pasti (ambiguous)
dan menyulitkan pekerjaan.

3.    Lagipula doktrin itu tidak memudahkan pekerjaan, oleh karena mengharuskan para ahli
hukum mempelajari berbagai sistem hukum asing, belum dapat memperi pendapat (dalam hal
ini putusan) mengenai suatu perkara.

4.    Akhirnya dikatakan, bahwa doktrin renvoi sesuai dengan pendapat Westlake dan Von Bar
berkelebih-lebihan, karena menurut kedua ahli ini hasil yang sarna dapat diperoleh dengan
jalan desistement. Yaitu, penunjukka pada sistem hukum asing bukan berarti penunjukkan
pada seluruh sistem asing itu, akan tetapi hanya pada peraturan-peratura materiil daripada
lembaga hukum yang terperkara sebagai mana hal itu dinyatakan oleh Hukum Perdata
Internasional sistem hukum yang bersangkutan (jadi disini bukan dimaksudkan
Sachnorrnverweisung).

5.    Juga Van Brakel (dalam bukunya Grondslagen en beginselen van Nederlands Internationaal
Privaatrecht) tidak menyetujui renvoi dengan alas an bahwa teori itu tidak konsekuen; hanya
berhenti pada lex fori.

6.    Ehrenzweig berdasarkan teorinya bahwa bagaimanapun juga soal kualifikasi hanya
merupakan soal interpretasi oleh sang hakim (jadi oleh lex fori)

E.       BEBERAPA CARA PENYELESAIAN PERKARA HUKUM PERDATA


INTERNASIONAL
Dulu (sebelum abad ke-12) di Eropa dianggap bahwa yang berlaku adalah selalu lex
fori (hukum setempat), sekalipun peristiwanya menyangkut orang atau negara asing, oleh
karen a setiap orang yang berdian di dalam wilayah hukum suatu kerajaan dianggap tunduk
pada hukum setempat. lni berdasarkan pada teori atau azas teritorial. Berhubung dengan itu
Van Brakel mengemukakan, bahwa pada waktu itu Hukum Perdata Internasional belum ada,
yang ada hanyaLah hukum interlokal, atau hukurn antar-ternpat, Tetapi penyelesaian menurut
lex fori ini lama kelamaan menimbulkan putusan putusan yang bertentangan dengan rasa
keadilan.

Dengan dipelajarinya kembali Hukum Romawi di negara-negara Eropah, maka


terjadilah pembagian antara soaJ materil dan soaJ acara. Bagi soal-soal secara berlaku hukum
yang berlaku bagi pengadilan setempat (lex fori), sedang bagi soal-soal materil berlaku lex
loci actus, yaitu hukum dari temp at perjanjian atau perbuatan itu diadakan, karena dianggap,
bahw apada waktu melangsungkan perbuatanJ perjanjian tersebut semua pihak tunduk pada
hukum setempat itu. Perlu dicatat bahwa pada waktu itu perjanjian-perjanjian terjadi secara
bertemu muka satu sama lain (inter praesentes); tidak seperti sekarang, yaitu perjanjian-
perjanjian dapat terjasi dengan perantaraan surat atau telpon (interabsentes).perkawinanpun
dianggap tunduk pada hukum yang berlaku si tempat perkawinan itu dilangsungkan (lex
celebrationis).

Kesimpulan yang dapat kita tarik adalah bahwa Hukum Perdata InternasionaI
mengatur setiap peristiwa atau hubungan hukum yang mengandung unsur asing, baik
peristiwa itu termasuk bidang hukum publik (seperti hukum tata usaha negara, hukum pajak
atau hukum pidana), maupun termasuk bidang hukum perdata (seperti hukum perkawinan,
hukum hukum waris dan hukum dagang).

Beberapa Cara Penyelesaian Perkara Perdata Intemasional Menggunakan Titik Taut


1.    Apabila pihak Indonesia rnengadakan gugatan terhadap pihak J epang pada Pengadilan
Negeri Istimewa di Jakarta, maka kita akan menemukan titik titik taut sebagai berikut:
a.       Kewarganegaraan tergugat : Jepang
b.      Lex loci solutionis : Indonesia
c.       Lex rei sitae : Indonesia, karena barang-barang
telah tiba di Indonesia
d.      Lex loci contractus : Indonesia (Jakarta)
e.       Bentuk perjanjian/bahasa : Inggeris
f.       Lax fori : Indonesia

Karena lex fori adalah Indonesia, rnaka pertarna-tama yang berlaku adalah kaedah-kaedah
Hukum Perdata Internasional Indonesia. Oleh karen a hukum Indonesia hingga kini belum
mengembangkan Hukum Perdata Intemasional nya, maka biasanya orang akan berpegang
pada pasal 18 A.B. dan pasal131 LS. saja.
Maka berarti (dalam contoh ini), yang dianggap sebagai lex cause adalah hukum Indonesia,
baik sebagai lex loci contractus, maupun sebagai lex loci solutionis.
Dan karen untuk orang Jepang berlaku B>W> dan W.v.K (Hukum Perdata Barat), maka
kaidah dalam B.Witulah yang dianggap berlaku; jadi rnerupakan lex cause dari pada perkara
"wanprestasi" yang dilakukan oleh pihak Jepang tadi. Alhasil, maka seluruh hkum perdata
internasional ini dianggap sebagai peristiwa Hukum Antar-Golongan belaka.
2.    Jika seandainya perjanjian export-import ini bukan antara warganegara Jepang dan
warganegara Indonesia, tetapi antara warganegra Inggeris dengan warganegara Indonesia,
dan pihak Indonesia mengadakan gugatan di muka Hakim Inggeris, maka hakim Inggeris
akan mempertimbangkan terlebih dahulu, hukum manakah yang dipilih oleh kedua pihak,
atau hukum mana yang disimpulkan telah dipilih oleh kedua pihak.
Dalam perkara ini hakim mengumumkan pula, bahwa dalam hal tidak adanya pilihan hukum
secara tegas, maka hakim menarik kesimpulan berdasarkansemua titik taut yang dapat
diketemukan, seperti lex loci contractus, bendera, lex loci solutionis, dll. Akan tetapi masing
masingnya dapat dikesampignkan jika terdapat hal-hal (titik-taut) yang berlawanan dengan
itu. Hal ini membuktikan bagaimana sukarnya menentukan lex causae itu.

3. Dengan demikian, maka jika perkara dalam contoh kita diatas dibawa ke muka hakim
Inggeris, maka sekalipun lex loci contractus dan lex loci solitionis adalah Indonesia,
oleh karena bentuk perjanjian adaJh suatu bentuk yang hanya dikenal dalam hukum
Inggeris, maka hukum Inggerislah yang akan dianggap sebagai lex cause. Sebab
bentuk perjanjian yang hanya dikenal dalam hukum Inggeris ini dianggap sebagai
suatu tindakan pilihan hukum yang dilakukan oleh pihakyang bersangkutan. Dan
hukum Inggeris pula lah yang akan menentukan, apakah mengenai kwalitas barang-
barang yang diimpor Indonesia itu, Hukum Inggeris kah yang berJaku atau hukurn
Indonesia, sebagai lex loci solutionis.
4. Akan tetapi, apabila perjanjian impirt-eksport ini menyangkut seorang Swiss dan
seorang Indonesia, dan perkara ini diajukan oleh pihak Indonesia yang merasa dirinya
dirugikan ke muka pengadilan negara Swiss, maka disini penyelesainnya akan akan
berbeda pula dengan kedua cara penye1esaiannya akan berbeda pula dengan kedua
cara penyelesaian tersebut di atas.

Sebab hakim Swiss akan mempertimbangakan, bahwa dalam suatu perjanjian perdagangan
seperti ini, hukum yang berlaku akan ditentukan oleh apa yang merupakan ide typische
Leisting atau die charakteristische Leistung (prestasi yang khusus, atau yagn karakteristik).
Dalam hal ini die charakteristische Leistung ini merupakan penyerahan barang-barang yang
diimpor di Indonesia, sehingga hukum Indonesialah yang akan dianggap sebagai lex causae,
sebagai ddas Recht der Schuldorts, yang dianggap mempunyai "hubungan yang paling erat
dengan perjanjian" tersebut, dan karena itu merupakan die charakterische Leistung yang
menentukan.
Maka sekalipun di sini Hukum Indonesia juga yang dianggap berlaku, akan tetapi ke arah
penyelesaiannya adalah jauh berbeda dengan cara penyeIesaian di Indonesia, yang masih
tetap mempergunakan taori Statuta, padahal teori itu sudah lama ditinggalkan orang dew as a
ini.
5. Semakin maraknya hubungan ekonomi internasional yang berlangsung antara negara-
negara di seluruh dunia, lagi pula karen a teras a adanya interdepedensi, yang semakin
lama semakin kuat, maka dirasakan perlunay diadakan suatu Hukum Dagang
Internasional yang uniform, sehingga perbedaan-perbedaan yang dikemukakan diatas
tidak lagi akan menganggu kelancaran hubungan dan lalulintas kerja sarna ekonomi
internasional itu.

Oleh karena itu, sejak tahun 1949 negara-negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa tidak
hanya mengusahakan unifikasi kedah-kaedah Hukum Perdata lntemaional di bidang itu saja,
akan tetapi dangat giat mencari jalan bagaimana caranya supaya pada akhinya hanya ada satu
Hukum Dagang Internasional yang sarna. Permulaan usaha ini dijajagi melalui perj anjian
bilateral dan multilateral.
Disini kita lihat, betapa dalam abad ke-20 ini hubungan antara Hukum Perdata Internasional
dengan Hukum Publik Internasional bertambah erat. Sehingga Philip O. Jessup telah
menemukan suatu nama baru bagi bidang hukum yang mencakup kedua bidang hukum
internasional tersebut, yaitu hukum transnasional (transnational law).

Perkembangan mutakhir yang bersangkupaut dengan bidang Hukum Perdata


Internasional ini adalah di bidang ajudikasi konstitusional oleh Mahkamah Konstitusi
Republik Indonesia (MK). Dalam kasus ini MK sebenarnya isu kedudukan hukum
Internasional dalam sistem hukum nasional kurang terlalu reI evan karena dalam uji materiil
undang-undang yang menjadi dasar melakukan pengujian adalab UUD 1945, bukan hukum
internasional. Namun, dalam beberapa putusan MK dapat disirnpulan suatu pengertian
penting sebagai kaidah bahwa terdapat kehendak dari MK minimal untuk tidak menafsirkan
undang-undang sebagai bertentangan dengan hukum internsional (Putusan No. 065/PUU-
1II2004, h. 55-56 & 60-61; Putusan No. 2-3/PUU V/2007, h. 426-428). Praktik tersebut
merupakan refleksi kepatuhan Indonesia terhadap asas itikad baik sebagai anggota
masyarakat inernasional.
Demikianlah saling keterhubungan antara hukum internasional dan hukum nasional
merupakan konsekuensi dari interaksi negara-negara dalam masyarakat internasional. Dalam
pengertian demikian maka hukum internsional memiliki supremasi atas hukum nasional.
Meskipun dalam aras dornestik hukum nasional tidak dapat menggugurkan peraturan
perundang undangan atau putusan pengadilan nasional yang melanggar hukum internasional,
tetapi dalam aras internasional pelanggaran ini menimbulkan tanggung gugat internasional
bagi negara yang melakukan pelanggaran tersebut.
RANGKUMAN

Hukum Perdata Internasional adalah merupakan bagian dari hukum perdata, hanya
peristiwanya melintasi batas-batas negara.
Sumber Hukum Perdata Internasional:
1)      Prinsip hukum umum,
2)      Hukurn kebiasaan,
3)      Perjanjian internasiona1/traktat,
4)      Peraturan perundang-undangan,
5)      Yurisprudensi,
6)      Doktrin.
Unsur-unsur yang menandakan adanya unsur-unsur asing, sehingga ada kemungkinan
suatu kaedah hukum asing yang berlaku bagi suatu penstiwa hukum, dinamakan titik-titik
taut, titik pertalian, Anknupfungspunkte, points of contact, test factors, atau connecting
factors, dan dalam bahasa Perancis dinamakan "points de rattachment".Titik taut dibagi
menjadi dua macam yaitu titik taut primer dan titik taut sekunder.
Renvoi timbul apabila hukum asing ditunjuk oleh lex fori, menunjuk kembali kearah lex
fori itu, atau kepada sistirn hukurn asing lain.

Anda mungkin juga menyukai