Anda di halaman 1dari 2

NAMA : Angga Baskoro Kustito

NIM : 043018382

PRODI : Ilmu Komunikasi

NAMA MATA KULIAH : Sistem Hukum Indonesia

Assalamualaikum wr.wb

Selamat pagi untuk Tutor dan teman teman semua. Saya izin untuk menjawab pertanyaan diatas.

Hukum perdata adalah peraturan hukum yang mengatur hubungan hukum antara orang yang satu
dengan orang yang lain dengan mentitikberatkan pada kepentingan perorangan. Hukum perdata dan
hukum dagang yang ada di Indonesia saat ini merupakan hukum Belanda yang diterapkan di Indonesia
berdasarkan asas konkordansi.

Menurut Subekti, perkataan "hukum perdata" dalam arti yang luas meliputi semua hukum "privat
materil", yaitu segala hukum pokok yang mengatur kepentingan-kepentingan perseorangan. Perkataan
"perdata" juga lazim dipakai sebagai lawan dari "pidana",Ada juga orang memakai perkataan "hukum
sipil"untuk hukum privat materil itu, tetapi karena perkataan sipil itu juga lazim dipakai sebagai lawan
dari "militer" maka lebih baik menurut Subekti kita memakai istilah hukum perdata" untuk segenap
peraturan hukum privat materiil. Perkataan "hukum perdata", adakalanya dipakai dalam arti yang
sempit, sebagai lawan "hukum dagang", seperti dalam Pasal 102 Undang-Undang Dasar Sementara,
yang menitahkan pembukuan (kodifikasi) hukum di Negara kita ini terhadap Hukum Perdata dan Hukum
Dagang, Hukum Pidana Sipil maupun Hukum Pidana Militer, Hukum Acara Perdata dan Hukum Acara
Pidana, dan susunan serta kekuasaan pengadilan.

Adapun faktor yang menyebabkan terjadi pluralisme dalam hukum perdata di Indonesia adalah faktor
golongan penduduk. Dimana setelah proklamasi kemerdekaan, sejak berlakunya UU Darurat No. 1
Tahun 1951 ketentuan pasal 163 IS jo Pasal 75 RR secara formal tidak berlaku lagi. Akan tetapi di bidang
hukum perdata, faktor golongan penduduk masih tetap memainkan peranan. Jadi secara kenyataan,
peninggalan sejarah hukum yang membagi penduduk Indonesia atas tiga golongan, masih tetap
bertahan dalam bidang hukum perdata. Keberadaannya masih persisi seperti yang diatur dalam pasal
163 IS jo pasal 75 RR. Oleh karena itu, penerapan hukum perdata dalam praktek peradilan masih bertitik
tolak dari faktor kelompok golongan penduduk. Bagi golongan Eropa dan Tionghoa tetap merujuk
kepada ketentuan hukum perdata yang diatur dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata. Dan bagi
golongan Bumiputera berlaku hukum adat. Dasar berlakunya pasal 163, 131 IS dan stb. 1917-129, stb.
1924-556 merupakan ketentuan-ketentuan hukum dari tata hukum Hindia Belanda adalah Pasal II
Aturan Peralihan UUD 1945. Jadi peraturan-peraturan itu masih tetap berlaku, karena belum diganti
oleh peraturan perundang-undangan. Dengan berdasarkan Aturan Peralihan tersebut, maka orang
Indonesia asli (Bumiputera) dapat memakai peraturan-peraturan undang-undang hukum perdata Eropa
baik yang dimuat dalam BW dan WvK maupun dalam undangundang diluar kedua kodifikasi tersebut.

keadaan hukum perdata kita setelah merdeka itu dapat digambarkan sebagai berikut.

1. Untuk golongan Indonesia Asli (Bumi Putera) berlaku hukum adat, yaitu hukum yang sejak dahulu
telah berlaku di kalangan masyarakat yang sebagian besar masih belum tertulis, tetapi hidup dalam
tindakan-tindakan rakyat, mengenai segala soal dalam kehidupan masyarakat.

2. Untuk golongan WNI bukan asli Indonesia (Cina) berlaku Kitab Undang- undang Hukum Perdata (BW)
dan Kitab Undang-undang Hukum Dagang (WvK), dengan catatan bahwa bagi golongan Tionghoa
mengenai BW tersebut ada sedikit penyimpangan, yaitu bagian 2 dan 3 dari Titel IV Buku I (mengenai
upacara yang mendahului pernikahan) tidak berlaku bagi mereka, sedangkan untuk mereka ada pula
Burgerlijk Stand tersendiri. Selanjutnya ada pula suatu peraturan perihal pengangkatan anak (adopsi)
berlaku hukum adat masing-masing karena hal ini tidak dikenal dalam BW.

3. Untuk golongan Timur Asing yang bukan berasal dari Tionghoa atau Eropa (yaitu Arab, India, dan lain-
lain) berlaku sebagian dari BW, yaitu pada pokoknya hanya bagian-bagian yang mengenai hukum
kekayaan harta benda (vermogensrech), jadi tidak mengenai hukum pribadi dan kekeluargaan (personen
en familierecht) maupun yang mengenai hukum waris. Mengenai bagian-bagian hukum yang disebut
belakangan ini, berlaku hukum yang berasal dari negerinya sendiri.

Sumber Referensi :

BMP ISIP4131 Sistem Hukum Indonesia. Nandang Alamsyah Deliarnoor

https://media.neliti.com/media/publications/57818-ID-unifikasi-hukum-perdata-dalam-pluralitas.pdf

Anda mungkin juga menyukai