Berdasarkan kurikulum yang pernah berlaku di jurusan PPKn-UM, Mata kuliah ini mengalami
perkembangan dan perubahan. Kurikulum 1998, memberi nama mata kuliah dengan “HUKUM PERDATA
DAGANG” sedangkan Kurikulum 1999 memisahkan mata kuliah ini menjadi: “HUKUM PERDATA” dan
“HUKUM DAGANG”, masing-masing 2 SKS.
Sejak kurikulum 2002, nama mata kuliah ini menjadi “HUKUM PERDATA DAN BISNIS” disatukan
kembali dalam satu mata kuliah dengan tiga SKS tapi menggunakan nama berbeda dengan kurikulum 1998.
Sampai sekarang tetap menggunakan nama mata kuliah ”HUKUM PERDATA DAN BISNIS”
Terdapat perkembangan dan perubahan terkait dengan nama mata kuliah. Apakah perkembangan dan
perubahan nama mata kuliah terkait juga dgn substansi kajian mata kuliah? Sebagai perbandingan, HUKUM
PERDATA DAN HUKUM DAGANG dalam kurikulum Fakultas Hukum terpisah dalam dua mata kuliah.
Substansi kajian, kedua mata kuliah itu berbeda. HUKUM PERDATA substansi kajiannya bersumberkan pada
KUHPerdata (B.W.) sedangkan HUKUM DAGANG sumber utamanya, KUHD (W.v.K.). Dengan demikian
pemisahan mata kuliah dalam HUKUM PERDATA dan HUKUM DAGANG dikarenakan pemisahan pada
Kitab Undang Undangnya.
Hukum Dagang merupakan hukum khusus/lex specialis dari hukum perdata yang mengatur hubungan
perniagaan antar individu, yang pada awalnya bersumberkan pada KUHD. Penamaan dan pemisahan Hukum
Perdata dan Hukum Dagang bersumber dari kepustakaan hukum Belanda. Dalam perkembangan sekarang di
Negeri Belanda pengaturan hukum dagang dan hukum perdata dijadikan satu Kitab Undang Undang, yaitu
Nieuw Burgerlijk Wetboek sehingga sekarang tidak ada lagi pemisahan.
HUKUM BISNIS merupakan terjemahan dari BUSINESS LAW yang berasal dari kepustakaan hukum
Inggris & Amerika. Substansi Kajian BUSINESS LAW lebih luas dibandingkan hukum dagang, karena
termasuk didalamnya Hukum Pajak (Tax Law), Hukum perburuhan (Labor Law), Hukum penanaman modal
asing (foreign invesment law). Bahkan hukum kontrak (contract law), hukum jaminan (mortgage Law) yang
sebenarnya merupakan bagian hukum perdata menurut kepustakaan hukum belanda dan indonesia merupakan
bagian dari Business Law menurut kepustakaan hukum Inggris dan Amerika.
Menurut Penulis tidak tepat apabila nama mata kuliah ini dinamakan Hukum Perdata & Bisnis karena
akan menyebabkan substansi kajian menjadi lebih luas meliputi pula Hukum Pajak dan Hukum Perburuhan,
padahal seharusnya tidak karena substansi itu merupakan kajian mata kuliah tersendiri. Demikian pula dengan
apa yang terdapat didalam hukum perdata ternyata juga menjadi bagian materi hukum bisnis (mis:hukum
kontrak & hukum jaminan) sehingga penyebutannya terkesan berlebihan dan pengulangan. Lebih tepat
penyebutannya Hukum Perdata & Dagang atau Hukum Perdata saja dgn dimaknai dalam arti luas. NOMEN
EST OMEN
Sistematika Hk Perdata
Sistematika hukum perdata materiil menurut ilmu pengetahuan hukum:
1. Hukum tentang orang
2. Hukum tentang Keluarga
3. Hukum tentang Harta Kekayaan
4. Hukum waris
Sistematika hukum perdata menurut KUHPerdata (B.W.)
Buku I tentang Orang
Buku II tentang Benda
Buku III tentang perikatan
Buku IV tentang Pembuktian dan kedaluwarsa
3
Hukum orang memuat peraturan hukum yang mengatur tentang seseorang manusia sebagai pendukung hak
dan kewajiban (subyek hukum), tentang umur, kecakapan untuk melakukan perbuatan hukum, domisili dsb.
Hukum keluarga memuat peraturan hukum yang mengatur hub hukum yg timbul krn hubungan keluarga,
seperti perkawinan, hub orang tua dan anak, curatele.
Hukum harta kekayaan memuat peraturan hukum yang mengatur hubungan hukum seseorang dlm lapangan
harta kekayaan seperti perjanjian, milik, gadai dsb.
Hukum waris memuat peraturan hukum yang mengatur tentang benda atau harta kekayaan seseorang yang
telah meninggal dunia. Dengan kata lain hukum waris adalah hukum yang mengatur peralihan benda dari
orang yang meninggal dunia kepada orang yang masih hidup (ahli warisnya)
Pokok Bahasan 2
Hukum Pribadi Dlm Arti Sempit & Hukum Pribadi Dlm Arti Luas
Hk Pribadi dlm arti sempit mengatur mengenai:
o Subyek hukum; kecakapan untuk memiliki hak dan kecakapan untuk bertindak;
o Nama; domisili; kedewasaan; catatan sipil; dan keadaan tidak hadir.
Hk Pribadi dlm arti luas meliputi hk pribadi dalam sempit dan hukum keluarga.
Pribadi/Persoon/Subyek Hukum
Pribadi/persoon/subyek hukum di dalam hukum adalah siapa saja yang dapat menjadi pendukung hak-hak
dan kewajiban-kewajiban hukum.
Di dlm hukum positif Ind, satu-satunya makhluk hidup yang diakui sebagai persoon adalah manusia.
Semua Manusia mempunyai kepribadian karenanya semua manusia adalah subyek hukum.
Sebagai subyek hukum manusia mempunyai kewenangan untuk menjadi pendukung hak dan kewajiban,
yang disebut kewenangan hukum (rechts-bevoegheid)
Subyek hukum/persoon sebagai istilah teknis hukum atau “persoon” adalah suatu pengertian hukum yang
bisa berbeda dengan pengertian sehari-hari
4
Subyek hukum/persoon itu terdiri dari
o Manusia sebagai persoon alamiah
o Badan hukum/rechts persoon
Badan hukum sebagai subyek hukum tidak berarti bisa mempunyai hak-hak & kewajiban yg dipunyai oleh
manusia alamiah. Mis: menikah & mewarisi
Umur
Umur seseorang memegang peranan penting dlm banyak peraturan.
5
Dlm UU kewarganegaraan, usia 18 th dapat menentukan kewarganegaraan anak.
Dlm UU politk, umur berpengaruh thd hak untuk dipilih dan memilih
Dlm Hk pidana, umur 16 th dapat menjadi alasan bagi hakim untuk mengurangi hukuman yang dijatuhkan.
Dlm hukum perdata, umur dikaitkan dengan keadaan “kedewasaan” yang berakibat dlm “kecakapan
bertindak “.
Pasal 330 KUHPerdata menyatakan:” belum dewasa adalah mereka yang belum mencapai umur 21 th, dan
tidak menikah.
Kedewasaan menurut umur ini merupakan pengertian hukum, dan memberikan kepastian hukum
Perkembanagan di negeri belanda skrg, melalui WET 1 Juli1987, Stb. 333 batas umur dewasa menjadi 18 th.
Seorang yang dewasa dapat/cakap melakukan tindakan hukum yang mempunyai akibat hukum yang
sempurna krn ia dapat menyadari sepenuhnya akibat dari perbuatannya
Kecakapn bertindak (handelingsbekwaamheid) adalah kecakapan untuk melakukan tindakan hukum
Tindakan hukum adalah Tindakan-tindakan yang menimbulan akibat hukum dan akibat hukum itu
dikehendaki atau dianggap dikehendaki.
Akibat hukum disini bisa berupa: Timbulnya, berubahnya, beralihnya atau hapusnya hak-hak subyektif
Domisili
Ketentuan umum mengenai domisili terdapat dalam Buku I Bab III, dibawah judul “tentang tempat
tinggal atau domisili”.
Istilah “tempat tinggal” dalam BW ini merupakan istilah teknis hukum yang berbeda dengan istilah
tempat tinggal sehari-hari. Walaupun dalam prakteknya, pada umumnya domisili sesorang juga
merupakan tempat tinggalnya dalam arti sehari hari.
6
Domisili ini menentukan dimana tindakan hukum akan dilakukan, misalnya:
o Dalam pasal 1393 BW menentukan dimana pembayaran harus dilakukan yaitu di tempat timggal
kreditur;
o Dalam pasal 118 HIR menetapkan bahwa gugatan harus disampaikan kepada pengadilan negeri
yang wilayahnya meliputi domisili tergugat;
o Pasal 2 sub 2 PP No 9 tahun 1975 menentukan dimana suatu perkawinan harus dilangsungkan,
yang ternyata berkaitan dengan tempat tinggal seseorang.
Domisili dibutuhkan demi kepastian hukum, krn itu dalam Buku I Bab III, setiap orang harus
mempunyai tempat tinggal atau sedapat mungkin bisa ditentukan tempat tinggalnya atu kalau perlu oleh
undang-undang dianggap mempunyai tempat tinggal di suatu tempat tertentu.
Pengertian domisili menurut doktrin adalah tempat, dimana hukum menggangap seseorang setiap
waktu bisa dicapai untuk pemenuhan/pelaksanaan hak dan kewajibannya, sekalipun secara nyata yang
bersangkutan tidak berada di tempat itu.
7
Dengan demikian “keadaan tidak hadir” adalah orang-orang yang meninggalkan tempat tinggalnya untuk
suatu jangka waktu yang relatif lama, tanpa menunjuk orang lain untuk mewakili dan mengurus
kepentingannya.
Pokok Bahasan 3
HUKUM KELUARGA
(Familierecht)
Pengertian Perkawinan
• Menurut UU No 1 Th. 1974 Tentang Perkawinan (UUP), Pasal 1:
“ Perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan
tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa
• Menurut beberapa ahli/sarjana:
Dr Anwar Haryono: Pernikahan adalah suatu perjanjian suci antara seorang laki-laki dengan
seorang perempuan untuk membentuk keluarga bahagia
Sajuti Thalib, S.H. : perkawinan itu adalah perjanjian suci membentuk keluarga antara seorang laki-
laki dengan seorang perempuan.
Bandingkan dengan ketentuan Pasal 26 BW, yang memandang soal perkawinan hanya dalam
hubungan perdata saja.
• Dengan demikian perkawinan menurut UU No1 Th 1974 (UUP) tidak hanya merupakan hubungan hukum
formal melainkan juga hubungan batin (pertalian jiwa) yg dilangsungkan berdasarkan pada agama dan
kepercayaan masing-masing.
Syarat-Syarat Perkawinan
berdasarkan pasal 6-12 UUP
1. Adanya persetujuan kedua calon mempelai
2. Adanya izin kedua orang tua/wali bagi calon mempelai belum berusia 21 tahun.
3. Usia calon mempelai pria sudah mencapai 19 tahun dan usia calon mempelai wanita sudah mencapai 16
tahun
4. Antara calon mempelai pria dan calon mempelai wanita tidak dalam hubungan darah/keluarga yang
tidak bolah kawin
5. Tidak berada dalam ikatan perkawinan dengan pihak lain
6. Bagi suamiisteri yang telah bercerai, lalu kawinlagi satu sama lain dan bercerai lagi untuk kedua
kalinya, agama dan kepercayaan mereka tidak melarang mereka kawin untuk ketiga kalinya
7. Tidak berada dalam waktu tunggu bmagi calon mempelai wanita yang janda
PENGUMUMAN PERKAWINAN
• Setelah dilakukan penelitian dan memenuhi syarat dan tidak halangan perkawinan, maka pegawai
pencatat nikah melakukan pengumuman dengan menempelkan surat pengumuman pada tempat yang
sudah ditentukan dan mudah dibaca oleh umum, yg memuat:
– nama, umur, agama, pekerjaan, tempat kediaman calon mempelai
– Hari, tanggal, jam dan tempat perkawinan akan dilangsungkan
• Maksud diadakan pengumuman ini untuk memberi kesempatan kepada umum untuk mengajukan
keberatan thd perkawinan yg akan dilangsungkan
• Perkawinan dilangsungkan setelah hari ke-10 sejak pengumuman
PENCEGAHAN PERKAWINAN
• Diatur dalam psl 13-21 UUP
• Perkawinan dapat dicegah apabila ada calon mempelai yang tidak memenuhi syarat-syarat untuk
melangsungkan perkawinan atau tidak memenuhi prosedur yang ditentukan.
• Pihak-pihak yg dapat mencegah perkawinan
– Para keluarga dlm garis keturunan lurus keatas & kebawah dari calon mempelai
– Saudara dari calon mempelai
– Wali nikah
– Wali dari calon mempelai
– Pengampu alon mempelai
– Pihak-pihak yang berkepentingan
– Suami/isteri dari salah seorang calon mempelai
– Pejabat ang ditunjuk
TATACARA PERKAWINAN
• Tatacara perkawinan dilakukan menurut masing-masing hukum agama dan kepercayaan orang yang
melangsungkan perkawinan
• Perkawinan dilangsungkan di hadapan Pegawai Pencatat dan dihadiri oleh dua orang saksi
• Sesudah dilangsungkan perkawinan, akta perkawinan yg telah disiapkan ditandatangani oleh kedua
mempelai, kedua saksi, dan pegawai pencatat yang menghadiri perkawinan serta wali nikah (Islam)
• Dengan ditandatangani akta perkawinan tersebut maka perkawinan itu telah tercatat secara resmi
• Akta perkawinan dibuat rangkap dua, satu disimpan pegawai pencatat, helai kedua disimpan pada
panitera pengadilan dan mempelai diberi kutipan akta
PUTUSNYA PERKAWINAN
• Sebab putusnya perkawinan menurut psl 38 UUP
1. Kematian
2. Perceraian oleh suami/talak
3. Atas putusan pengadilan
Pokok Bahasan 4
HUKUM BENDA
Pengantar
Hukum benda merupakan bagian dari hukum harta kekayaan (yang bersifat absolut) dan hukum harta
kekayaan termasuk dalam salah satu bidang hukum dari hukum perdata (menurut sistematika ilmu
pengetahuan hukum atau doctrine).
Materi hukum benda ini sebagian besar diatur dalam buku II BW dengan judul “Tentang Kebendaan”
bersama dengan hukum waris karena menurut BW, mewaris merupakan salah satu cara memperoleh hak
kebendaan atau hak milik sebagaimana ditentukan dalam pasal 528 & 584 BW sehingga dimasukkan
dalam BUKU II juga.
Hukum Benda (Kuhperdata) Dalam Hubungannya Dengan Uu No 5 Th 1960 (Uupa) Dan Uu No 4 Th.
1996 (Uuht)
Dengan berlakunya UU No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria yang
mencabut BUKU II BW sepanjang mengenai bumi,air, serta kekayaan alam yang terkandung
didalamnya, kecuali mengenai hipotik maka mengakibatkan pasal dalam Buku II BW mengalami
perubahan, yaitu:
• ada pasal yang masih berlaku penuh karena tidak mengatur tentang bumi, air dan kekayaan alam
yang terkandung didalamnya;
• ada pasal yang tidak berlaku lagi karena hanya mengatur tentang bumi,air, dan kekayaan alam
yang terkandung didalamnya; dan
• ada pasal yang masih berlaku tetapi tidak penuh, artinya ketentuan tersebut tidak berlaku lagi
sepanjang mengatur mengenai bumi, air, dan kekayaan alam, tetapi masih tetap berlaku
sepanjang mengenai benda-benda lainnya.
Dengan berlakunya UU No. 4 tahun1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-Benda
Yang Berkaitan Dengan Tanah (UUHT) membawa perubahan pada ketentuan hukum benda khususnya
ketentuan hak kebendaan yang memberi jaminan, diantaranya:
• tercapai sudah unifikasi hukum pada lembaga hak jaminan atas tanah yaitu hak tanggungan (dulu
ada 2 lembaga jaminan atas tanah yaitu Hypotheek untuk tanah berdasarkan hukum perdata barat
dan crediet verband untuk tanah berdasarkan hukum adat);
• Ketentuan Hypotheek dalam BUKU II BW tidak berlaku bagi jaminan atas tanah namun masih
berlaku bagi Hypotheek untuk benda tak bergerak selain tanah (kapal laut/pesawat udara).
• Ketentuan credietverband berdasarkan s. 1908 no. 542 jis S. 1909 no 586 jis S. 1909 no 584 jis
S. 1937 no 190 jis S. 1937 no. 191 tidak berlaku lagi.
10
Pengertian Benda
Menurut Pasal 499 yang dinamakan dengan Kebendaan (Zaaken) adalah tiap-tiap barang (goed) dan
tiap-tiap hak (recht), yang dapat dikuasai oleh hak milik. Dengan kata lain, benda merupakan segala
sesuatu yang dapat dihaki atau dijadikan objek hak milik.
Goed disini meliputi benda berwujud seperti buku, pensil dll, sedangkan hak ( recht) menunjuk benda
yang tidak berwujud (immateriil) misalnya piutang atas nama (vordering op naam) atau piutang atas
tunjuk atau piutang atas bawa, dan hak milik intelektual.
Istilah zaak selain berarti benda juga memiliki arti lain dalam BW, yaitu:
o suatu urusan/kepentingan seperti tersirat dalam pasal 1792 dan 1354 (1) BW dan
o suatu peristiwa atau kenyataan hukum sebagaimana terdapat dalam pasal 1263 (1) BW.
Di Belanda sendiri dalam BW Belanda Yang Baru (Nieuw BW) istilah goed (barang) mempunyai
pengertian yang lebih luas dari istilah zaaken (benda) sebab barang adalah semua benda dan semua harta
kekayaan, sedangkan benda semata-mata obyek yang berwujud yang dapat dikuasai manusia (art.
3.1.1.0 jo. Art.3.1.1.1. NBW)
Pembedaan Benda
1. Benda bertubuh/berwujud (lichamelijke zaken) dan benda tak berwujud (onlichamelijke zaken) menurut
pasal 503 BW;
2. Benda-benda yang jika dipakai dapat habis (verbruikbaar) dan benda-benda yang dipakai tidak dapat
habis (onverbruikbaar) menurut pasal 505 BW;
3. Benda yang sudah ada (tegenwoordige zaken) dan benda yang masih akan ada (toekomstige zaken);
4. Benda di dalam perdagangan (zaaken in de handel) dan benda di luar perdagangan (Zaaken buiten de
handel);
5. Benda-benda yang dapat dibagi (delbare zaaken) dan benda-benda yang tidak dapat dibagi(ondeelbare
zaken);
6. Benda-benda yang dapat diganti (wisseling zaaken) dan benda-benda yang tidak dapat diganti
(onwisseling zaken);
7. Benda-benda terdaftar (geregistreerde zaken) dan benda-benda yang tidak terdaftar (ongeregistreerde
zaaken), Yang dimaksud dengan benda terdaftar ialah benda yang pemindahan dan pembebanannya
harus didaftarkan dalam daftar buku atau register umum.;
8. Pembedaan antara benda-benda bergerak (roerend zaken) dan benda-benda yang tidak bergerak
(onroerend zaken).
11
Benda Bergerak & Benda Tak Bergerak
Yang termasuk benda tidak bergerak ada tiga, yaitu:
1. Benda tidak bergerak karena sifatnya (pasal 506 BW);
2. Benda tidak bergerak karena peruntukkannya atau tujuan pemakaiannya (Pasal 507 BW)
3. Benda tidak bergerak karena ketentuan UU (pasal 508 BW) jo Pasal 314 KUHD)
Sedangkan benda bergerak meliputi:
1. Benda bergerak karena sifatnya (pasal 509 BW)
2. Benda bergerak karena ketentuan undang-undang (pasal 511 BW)
perbedaan benda bergerak dan tidak bergerak merupakan hal yang penting, karena berkaitan dengan
kedudukan berkuasa/bezit (pasal 1977 ayat 1 bw); penyerahan/levering (pasal 612 bw);
pembebanan/bezwaring (gadai pasal 1150 bw, hipotik pasal 1162 bw); dan daluwarsa (pasal 1963 bw)
Hak Kebendaan
Hak kebendaan adalah suatu hak absolut artinya hak yang melekat pada suatu benda, memberikan
kekuasaan langsung atas benda tersebut dan dapat dipertahankan terhadap tuntutan oleh setiap orang.
Dengan demikian ciri-ciri hak kebendaan itu:
1. Bersifat absolut, yaitu dapat dipertahankan terhadap tuntutan setiap orang
2. Droit de suite atau zaakgevolg artinya hak kebendaan itu mengikuti bendanya ke tangan
siapapun
3. droit de preference (prioritas) artinya hak kebendaan itu didahulukan atau diutamakan.
12
pemiliknya sedangkan pada bezit lebih menunjukkan adanya hubungan nyata antara si pemegang
dengan bendanya.
Cara memperoleh bezit menurut ketentuan pasal 540 BW dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:
o Accupatio adalah tindakan menduduki atau menguasai suatu benda baik bergerak maupun yang
tidak bergerak yang tidak ada pemiliknya. Misalnya: mengambil ikan di laut
o Traditio/levering/penyerahan/Pengoperan, Yaitu seseorang memperoleh suatu benda melalui
penyerahan dari orang lain yang telah lebih dulu menduduki atau menguasai benda tersebut.
Bezit atas benda bergerak ada ketentuan khusus yang mengaturnya yaitu Pasal !977 ayat (1) BW yang
berbunyi: “terhadap benda bergerak yang tidak berupa bunga, maupun piutang yang tidak harus dibayar
kepada si pembawa maka barang siapa menguasainya dianggap sebagai pemiliknya”
Gadai
Gadai, pada dasarnya diberikan untuk menjamin suatu tagihan.
Pasal 1150 merumuskan gadai sbb: “gadai adalah suatu hak yang diperoleh seorang berpiutang atas
suatu barang bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh seseorang berhutang atau orang lain atas
namanya, dan yang memberikan kekuasaan kepada si berpiutang untuk mengambil pelunasan dari
barang tersebut secara didahulukan daripada orang berpiutang lainnya, dengan kekecualian biaya untuk
13
melelang barang tersebut dan biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkannya, setelah barang itu
digadaikan, biaya-biaya mana harus didahulukan.
Kata “gadai”/ “pand” dalam BW mempunyai dua arti, pertama untuk menunjuk kepada bendanya (benda
gadai vide pasal 1152 BW) kedua, tertuju kepada haknya (hak gadai psl 1150 BW).
Para pihak yang terlibat dlm perjanjian gadai ada 2, yaitu pihak yang memberikan jaminan gadai,
pemberi gadai – bisa debitur atau orang lain (1156 BW), sedangkan pihak lain – kreditur – yang
menerima jaminan, disebut penerima gadai. Benda gadainya umumnya dipegang oleh penerima
gadai/kreditur, namun tidak tertutup kemungkinan, atas persetujuan para pihak, benda gadai dipegang
oleh pihak ketiga—pemegang gadai.
Benda yang dijadikan jaminan gadai harus benda bergerak (1150 jo 1152 BW) baik bertubuh (berwujud)
maupuan yang tidak bertubuh seperti piutang atas nama, bawa/tunjuk (1152 ayat 1 BW). Benda gadai
tersebut harus diserahkan dan berada dibawah kekuasaan kreditur/ pihak ketiga.
FIDUSIA
o Lembaga jaminan Fidusia pada awalnya muncul dalam praktek untuk mengatasi hambatan-hambatan
yan dimiliki oleh jaminan gadai. Kemudian lembaga jaminan fidusia ini dikuatkan dan dibenarkan
dengan juriprudensi Bierbrouwerij Arrest tanggal 25 Januari 1929 dan diindonesia diakui dengan
keputusan HgH tanggal 18 agustus 1932 dal perkara anatar B.P.M. melawan Clignet. Menurut HgH
Fidusia bukan perjanjian gadai, maka tidak wajib memenuhi unsur-unsur gadai.
o Dengan diundangkannya UU No. 42 tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia, maka jaminan fidusia
mendapat pengakuan resmi dari pembuat UU yang sebelumnya hanya dengan jurisprudensi.
PENGERTIAN FIDUSIA
Pengertian fidusia adalah pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas dasar kepercayaan dengan
ketentuan bahwa benda yang hak kepemilikannya dialihkan tersebut tetap dalam penguasaan pemilik
benda. Sedangkan Jaminan Fidusia yaitu Hak jaminan atas benda bergerak, baik yang berwujud maupun
yang tidak berwujud dan benda tidak bergerak khususnya bangunan yang tidak dapat dibebani hak
tanggungan sebagaiman dimaksud dalam UU No. 4 tahun 1996 tentang hak tanggungan yang tetap
berada dalam penguasaan pemberi fidusia, sebagai agunan bagi pelunasan hutang tertentu, yang
membrikan kedudukan diutamakan kepada penerima fidusia terhadap kreditur lainnya (pasal 1 sub 1 &
2).
Jaminan fidusia menjadi hapus karena hal sebagai berikut:
o Hapusnya hutang yang dijamin dengan fidusia
o Pelepasan hak atas jaminan fidusia oleh penerima fidusia
o Musnahnya benda yang menjadi objek jaminan fidusia
Pokok Bahasan 5
HUKUM PERIKATAN
Istilah Perikatan
Buku III BW berjudul van verbintenissen
Verbintenissen merupakan salinan istilah obligation dlm Code Civil Perancis, yg berasal dari obligation
menurut hukum romawi.
Istilah verbintenissen diterjemahkan berbeda beda dlm kepustakaan hk indonesia, yaitu:
Perjanjian (menurut Achmad Ichsan)
Perutangan (Sri Soedewi M. Sofwan)
Perikatan (R. Subekti)
14
Pengertian Perikatan
o Definisi perikatan dalam B.W. tidak ditemukan.
o Menurut doktrin/ilmu pengetahuan hukum, perikatan adalah suatu hubungan hukum dalam lapangan
hukum harta kekayaan dimana satu pihak ada hak dan di lain pihak ada kewajiban.
Unsur Perikatan
Berdasarkan definisi/pengertian perikatan dapat dikemukakan empat unsur yang harus ada dalam
perikatan:
hubungan hukum, yaitu hubungan yang mempunyai akibat hukum atau akibat dari hubungan itu
diatur oleh hukum.
dalam lapangan hukum harta kekayaan, berarti perikatan-perikatan dimana hak dan kewajiban
yang muncul dari sana mempunyai nilai uang atau paling tidak pada akhirnya dapat dijabarkan
dalam sejumlah uang tertentu.
hubungan antara kreditur dan debitur, dalam perikatan terdapat subyek perikatan atau para pihak
yang terlibat dalam suatu perikatan.
isi perikatan/prestasi, menurut subekti prestasi merupakan suatu yang dapat dituntut pemenuhannya
dari debitur.
pasal 1234 B.W. menentukan wujud prestasi berupa:
o menyerahkan suatu barang (Buku III Titel II Bagian 2;
o melakukan suatu perbuatan (Buku III titel I Bagian III)
o tidak melakukan suatu perbuatan (Buku III titel I Bagian III)
Syarat-syarat Prestasi suatu perikatan:
Harus diperkenankan, artinya tidak boleh bertentangan dengan UU, ketertiban umum dan
kesusilaan (ps 1335 & 1337 BW)
Harus tertentu atau dapat ditentukan, artinya harus terang dan jelas (ps 1320 (3) & 1333 BW);
Harus mungkin dilakukan
SUMBER PERIKATAN
Pembuat undang-undang membuat perbedaan perikatan berdasarkan asal atau sumbernya.
Pasal 1233 b.w. menyatakan bahwa tiap-tiap perikatan dilahirkan baik karena perjanjian maupun karena
undang-undang.
perjanjian menurut pasal 1313 b.w. adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih
mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.
Perikatan yang berasal dari undang-undang dibagi dalam: (pasal 1352 b.w.)
1. undang-undang saja (pasal 321 b.w.)
2. uu sebagai akibat perbuatan orang (pasal 1353 b.w.)
A. perbuatan halal/sesuai dengan hukum.
pasal 1354 b.w., jika seorang dengan sukarela, dengan tidak mendapat perintah untuk itu,
mewakili urusan orang lain dengan atau tanpa sepengetahuan orang ini, maka ia secara
diam-diam mengikat dirinya untuk meneruskan serta menyelesaikan urusan tersebut,
hingga orang yang diwakili kepentingannya dapat mengerjakan sendiri urusan itu.
(zaakwarneming).
pasal 1359 b.w. tiap-tiap pembayaran yang memperkirakan adanya suatu utang, apa yang
telah dibayarkan dengan tidak diwajibkan, dapat dituntut kembali. (onverschuldigde
betaling).
B. perbuatan melanggar hukum/onrechtmatigedaad
pasal 1365 b.w., tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian kepada
orang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menimbulkan kerugian itu,
mengganti kerugian tersebut.
3. Diehuis, Asser dan Suyling berpendapat bahwa perikatan yng bersumber pada perjanjian maupun UU
tidak ada perbedaan, sebab semua perikatan itu baru mempunyai kekuatan sebagai perikatan karena
diakui oleh UU dan mendapat sanksi dari UU.
4. Namun demikian menurut Van Brakel kedua macam perikatan itu ada perbedaannya, yaitu pada
perikatan yg bersumber UU, perikatan itu tercipta baik krn perbuatan atau kejadian dan memikulkan
kewajiban dengan tdk menghiraukan kehendak orang yang harus memenuhinya. Sedangkan pada
perikatan krn perjanjian meskipun mendapat sanksi dari UU, tetapi keharusan memenuhi kewajiban baru
tercipta setelah yang bersangkutan (yg hrs memenuhi kewajiban) memberikan persetujuannya atau
menghendakinya
Wanprestasi
16
Pada debitur terletak kewajiban untuk memenuhi prestasi. jika ia tidak melaksanakan kewajibannya
tersebut (tidak karena keadaan memaksa/overmacht) maka debitur dianggap lalai atau melakukan ingkar
janji / wanprestasi.
ada tiga bentuk ingkar janji, yaitu:
1. tidak memenuhi kewajibannya atau prestasinya sama sekali
2. terlambat memenuhi prestasi
3. memenuhi prestasi secara tidak baik atau tidak seperti yang telah diperjanjikan.
17
Pokok Bahasan 6
HUKUM WARIS
MENERIMA/MENOLAK WARISAN
18
Jika terbuka suatu warisan, seorang ahliwaris dapat memilih apakah ia akan menerima atau menolak
warisan itu, atau menerima tetapi dengan ketentuan ia tidak diwajibkan membayar hutang-hutang si
pewaris yg melebihi bagiannya dalam warisan.
WASIAT/TESTAMENT
Suatu wasiat/testament ialah suatu pernyataan dari seseorang tentang apa yang dikehendaki setelahnya ia
meninggal dunia
Wasiat yang telah dibuat secara sepihak oleh si pembuat wasiat dapat ditarik kembali oleh si pembuat.
Pembuatan wasiat tidak boleh bertentangan dengan UU khususnya mengenai “legitieme portie” yaitu
bagian warisan yang sudah ditetapkan menjadi hak para ahli waris (dalam garis lurus) dan tidak dapat
dihapuskan oleh orang yang meninggalkan warisan
ISI WASIAT
Suatu “ERFSTELLING” yaitu penunjukan seorang atau beberapa orang menjadi “ahliwaris” yang akan
mendapat seluruh atau sebagaian dari warisan; dan/atau
Suatu “LEGAAT” yaitu suatu pemberian (berupa benda) kepada seseorang yang disebutkan dalam
wasiat; dan/ atau
Suatu penunjukan wali untuk anak-anak si meninggal; dan/atau
Suatu pengakuan anak luar kawin; dan/atau
Pengankatan seorang executeurtestamentair.
Pokok Bahasan 7
19
Perusahaan & Pekerjaaan
• Pada awalnya yang muncul istilah “pedagang/perniagaan” sebagaimana diatur dlm psl 2-5 (lama)
KUHD yg kemudian dihapus dgn S. 1938-276 sehingga diganti istilah “perusahaan”.
• Pengertian “ perusahaan” tidak ditemukan dlm KUHD. Beberapa pendapat yg memberi pengertian
perusahaan:
Menurut memorie van toelichting pemerintah Belanda, perusahaan ialah keseluruhan perbuatan
yg dilakukan secara tdk terputus-putus, dengan terang-terangan, dlm kedudukan tertentu dan
untuk mencari laba (bagi diri sendiri).
• Menurut Prof Molengraaff, perusahaan adalah keseluruhan perbuatan yang dilakukan secara terus-
menerus, bertindak keluar, untuk mendapatkan penghasilan, dengan cara memperniagakan barang-
barng, menyerahkan barang-barang, atau mengadakan perjanjian-perjanjian perdagangan
• Menurut Polak, perusahaan memerlukan adanya perhitungan-perhitungan tentang laba-rugi yang dapat
diperkirakan dan segala sesuatu itu dicatat dalam pembukuan
Pengertian Pekerjaan
• Pengertian “pekerjaan” merupakan lawan dari pengertian “perusahaan”.
• Pada pengertian perusahaan unsur laba mrupakan unsur mutlak, maka pada penegertian pekerjaan unsur
laba tidak merupakan unsur mutlak.
• Apabila jasa-jasa seseorang terutama ditinjau dari segi kedudukannya atu sifat pekerjaannya sebagai
pegawai, atau apabila jasa-jasa diberikan tidak untuk mencapai tujuan financial, maka tidak dapat
dikatakan ia menjalankan suatu perusahaan melainkan melakukan pekerjaan.
• Seorang dokter, dosen, pengacara, akuntan mereka melakukan pekerjaan.
Perantara Perdagangan
1. Orang-orang yang sebenarnya buruh/pekerja menurut B.W. yg disebut handels-bedienden, termasuk
disini:
• Pelayan, pemegang buku kasir, pemimpin perusahaan, procuratie houder.
2. Orang yang memperoleh “lasthebber” dalam pengertian B.W., meliputi:
• Agen
• Makelar (broker)
• Komisioner
AGEN (COMMERCIAL AGENT)
• Seorang agen dagang, melakukan pekerjaan yang berupa memberikan perantaraan dalam pembuatn
perjanjian-perjanjian antara seorang pedagang tetap (principal) dengan orang-orang lain, tetapi ia juga
dpt dikuasakan untuk menutup sendiri perjanjian-perjanjian itu atas nama dan tanggungan pedagang
tsb(principal).
• Agen mengusahakan kepentingan perusahaan yg diwakilinya,sehingga kadang-kadang ia mewakili
beberapa perusahaan
• Seorang agen berhak memperoleh upah/provisi untuk perantaraannya bagi si principal
20
• Ketentuan agen tdk ada dlm KUHD tapi praktek
MAKELAR/BROKER
• Seorang makelar, menurut UU, adalah seorang penaksir dan perantara dagang yang telah disumpah, yg
menutup perjanjian-perjanjian atas perintah dan atas nama seorang lain namun tidak mempunyai
hubungan tetap dan yg untuk pekerjaannya itu meminta suatu upah yang lazim dinamakan
provisi/courtage.
• Seorang makelar menurut ps 62 KUHD diangkat oleh gubernur jenderal/presiden/menteri atau pejabat
lain seperti kepala daerah.
• Dari tiap perjanjian yg ditutup, ia diwajibkan membuat suatu catatan dan dlm waktu singkat ia harus
memberikan turunan dari catatan tersebut kepada masing-masing pihak.
KOMISIONER
• Pasal 76 KUHD merumuskan komisioner sebagai seorang yg menyelenggarakan perusahaannya dengan
melakukan perbuatan-perbuatn menutup perjanjian atas nama firma dia sendiri tetapi atas amanat dan
tanggungan orang lain dan dengan menerima upah/komisi tertentu.
• Selain ia bertindak atas nama sendiri,menurut pasal 77, ia pun tidak diwajibkan untuk menyebutkan
kepada pihak ketiga dengan siapa ia berniaga, yaitu nama orang yg memberi perintah, oleh karena itu ia
berhubungan dengan pihak ketiga itu seolah-olah tindakan itu urusannya sendiri
• UU memberikan hak privilege atas semua barang yang telah dibelinya untuk orang yang memberinya
perintah atau menyuruhnya menjual, selama barang tsb masih ditangannya.
Pokok Bahasan 8
Perseroan Firma
• Diatur dalam W.v.K. Buku I Bab 3 afdeling 2 pasal 16 s.d. 35.
• Menurut pasal 16 W.v.K suatu Perseroan Firma (Vennootschap onder een firma) ialah suatu maatschap
atau perseroan perdata yang bersifat khusus, yaitu yang menjalankan suatu perusahaan (bedrijf) dengan
menggunakan suatu nama tertentu (firma)
• Disamping itu, pasal 18 WvK menentukan bahwa tiap peserta dalam Perseroan Firma bertanggung
jawab atas segala perjanjian dari perseroan untuk seluruhnya (dengan kekayaan sendiri masing-masing)
Pendirian perseroan firma
• Pasal 22 WvK menentukan pendirian perseroan firma harus didirikan dengan akta otentik (akta notaris)
21
• Setelah itu, mewajibkan kepada para peserta suatu perseroan firma untuk memasukkan akta
pendiriannya dalam daftar yang khusus untuk itu diadakan di kepaniteraan pengadilan negeri d tempat
kedudukan perseroan. (ps 23 WvK)
• Psl 28 WvK juga menentukan, mewajibkan kepada persero untuk mengumumkan petikan dari akta
pendiriannya dalam Berita Negara.
Karakteristik Perseroan firma
• Berbeda dengan maatschap yg bertujuan membagi keuntungan, perseroan firma bertujuan melakukan
perusahaan.
• Kewajiban untuk membuat pembukuan karena perseroan firma melakukan perusahaan
• Kewajiban untuk memberi nama pada perseroan firma bisa diambil dari nama salah seorang peserta atau
nama orng lain atau nama yg menyebutkan lapangan kerja dari perusahaannya.
• Setiap persero/peserta berwenang mewakili perseroannya (ps 17 (1) WvK)
• Setiap persero masing-masing bertanggung jawab untuk seluruhnya atas segala perikatan yang melekat
pada perseroan
23