Anda di halaman 1dari 23

Pokok Bahasan 1

PENGANTAR HUKUM PERDATA

1.1. Nama Mata Kuliah

Berdasarkan kurikulum yang pernah berlaku di jurusan PPKn-UM, Mata kuliah ini mengalami
perkembangan dan perubahan. Kurikulum 1998, memberi nama mata kuliah dengan “HUKUM PERDATA
DAGANG” sedangkan Kurikulum 1999 memisahkan mata kuliah ini menjadi: “HUKUM PERDATA” dan
“HUKUM DAGANG”, masing-masing 2 SKS.
Sejak kurikulum 2002, nama mata kuliah ini menjadi “HUKUM PERDATA DAN BISNIS” disatukan
kembali dalam satu mata kuliah dengan tiga SKS tapi menggunakan nama berbeda dengan kurikulum 1998.
Sampai sekarang tetap menggunakan nama mata kuliah ”HUKUM PERDATA DAN BISNIS”
Terdapat perkembangan dan perubahan terkait dengan nama mata kuliah. Apakah perkembangan dan
perubahan nama mata kuliah terkait juga dgn substansi kajian mata kuliah? Sebagai perbandingan, HUKUM
PERDATA DAN HUKUM DAGANG dalam kurikulum Fakultas Hukum terpisah dalam dua mata kuliah.
Substansi kajian, kedua mata kuliah itu berbeda. HUKUM PERDATA substansi kajiannya bersumberkan pada
KUHPerdata (B.W.) sedangkan HUKUM DAGANG sumber utamanya, KUHD (W.v.K.). Dengan demikian
pemisahan mata kuliah dalam HUKUM PERDATA dan HUKUM DAGANG dikarenakan pemisahan pada
Kitab Undang Undangnya.
Hukum Dagang merupakan hukum khusus/lex specialis dari hukum perdata yang mengatur hubungan
perniagaan antar individu, yang pada awalnya bersumberkan pada KUHD. Penamaan dan pemisahan Hukum
Perdata dan Hukum Dagang bersumber dari kepustakaan hukum Belanda. Dalam perkembangan sekarang di
Negeri Belanda pengaturan hukum dagang dan hukum perdata dijadikan satu Kitab Undang Undang, yaitu
Nieuw Burgerlijk Wetboek sehingga sekarang tidak ada lagi pemisahan.
HUKUM BISNIS merupakan terjemahan dari BUSINESS LAW yang berasal dari kepustakaan hukum
Inggris & Amerika. Substansi Kajian BUSINESS LAW lebih luas dibandingkan hukum dagang, karena
termasuk didalamnya Hukum Pajak (Tax Law), Hukum perburuhan (Labor Law), Hukum penanaman modal
asing (foreign invesment law). Bahkan hukum kontrak (contract law), hukum jaminan (mortgage Law) yang
sebenarnya merupakan bagian hukum perdata menurut kepustakaan hukum belanda dan indonesia merupakan
bagian dari Business Law menurut kepustakaan hukum Inggris dan Amerika.
Menurut Penulis tidak tepat apabila nama mata kuliah ini dinamakan Hukum Perdata & Bisnis karena
akan menyebabkan substansi kajian menjadi lebih luas meliputi pula Hukum Pajak dan Hukum Perburuhan,
padahal seharusnya tidak karena substansi itu merupakan kajian mata kuliah tersendiri. Demikian pula dengan
apa yang terdapat didalam hukum perdata ternyata juga menjadi bagian materi hukum bisnis (mis:hukum
kontrak & hukum jaminan) sehingga penyebutannya terkesan berlebihan dan pengulangan. Lebih tepat
penyebutannya Hukum Perdata & Dagang atau Hukum Perdata saja dgn dimaknai dalam arti luas. NOMEN
EST OMEN

1.2. Istilah Hukum Perdata


Beberapa sarjana hukum menggunakan istilah yang berbeda untuk menggantikan istilah Privaatrecht
(dalam bahasa belanda). Ada yang menggunakan kata Hukum Perdata, Hukum Sipil, atau Hukum Privaat.
Hukum perdata sendiri berasal dari kata pradoto, bahasa Jawa sedangkan Hukum sipil berasal dari kata civil,
bahasa latin yang berarti rakyat. Hukum Privat berasal dari kata Privaat, bahasa Belanda yang berarti
individu. Dari ketiga istilah itu hukum perdata yang paling banyak digunakan dalam perkuliahan dan literasi
dalam bidang hukum.
1.3. Pengertian Hukum Perdata
Menurut Wirjono Prodjodikoro, Hukum perdata diartikan sebagai hukum yang mengatur kepentingan
perseorangan. Sedangkan Sri Soedewi Masjhoen Sofwan mendefinisikan Hukum perdata adalah hukum yang
mengatur kepentingan antara warga negara perseorangan yang satu dengan warga negara perseorangan yang
1
lain. Asis Safioedin memadukan kedua pengertian diatas dengan menyatakan bahwa Hukum Perdata adalah
Hukum yang memuat peraturan dan ketentuan hukum yang meliputi hubungan hukum antara orang yang satu
dengan orang yang lain (antara subyek hukum yang satu dengan subyek hukum yang lain) di dalam masyarakat
dengan menitikberatkan pada kepentingan perorangan. Perbedaan yang nyata antara dua pengertian sebelumnya
dengan pengertian yang terakhir adalah hukum perdata tidak semata-mata melindungi kepentingan perseoran
tetapi sebagian kecil juga melindungi kepentingan public/umum. Ketentuan-ketentuan tentang ketertiban umum
dan kesusilaan dalam hukum perdata dimaksudkan untuk melindungi kepentingan umum.
Dari pengertian yang diberikan oleh para ahli hukum diatas dapat disimpulkan bahwa hukum perdata
mengatur hubungan hukum antara subyek hukum perdata yang satu denga subyek hukum perdata yang lain dan
hukum perdata menitikberatkan melindungi kepentingan perseorangan.

1.4. Pembedaan Dalam Hukum Perdata


 HUKUM PERDATA DALAM ARTI LUAS DAN HUKUM PERDATA DALAM ARTI SEMPIT
o Hukum perdata dalam arti luas merupakan semua bahan hukum perdata yang tertera dalam:
 Kitab Undang Undang Hukum Perdata (B.W.)
 Kitab undang Undang Hukum dagang ( W.v.K.)
 Beberapa Undang Undang Tambahan Lain di luar Kitab UU tersebut. Misal: UU
perkawinan, UU Tenaga Kerja, UU agraria dll.
 Hukum Perdata adat
 Hukum perdata islam
o Hukum perdata dalam arti sempit dimaksudkan hanya hukum perdata yang terdapat dalam Kitab
Undang undang Hukum perdata ( B.W.)
 HUKUM PERDATA YANG TERTULIS DAN HUKUM PERDATA YANG TIDAK TERTULIS
o Hukum perdata Tertulis terdapat dalam B.W.; W.v.K.; UU Lainnya;
o Hukum perdata Tidak tertulis ialah hukum adat.
 HUKUM PERDATA MATERIIL DAN HUKUM PERDATA FORMIL
o Hukum perdata materiil merupakan hukum yang mengatur hak-hak dan kewajiban perdata
persoon, atau dengan kata lain hukum perdata materiil mengatur kepentingan-kepentingan
perdata setiap subyek hukum.
o Hukum perdata formil menentukan cara menurut mana pemenuhan hak-hak perdata materiil
tersebut dapat dijamin, atau dengan kata lain bahwa hukum perdata formil mengatur bagaimana
tata cara seseorang menuntut haknya apabila dirugikan oleh orang lain.
 HUKUM PERDATA YANG BERSIFAT PELENGKAP & BERSIFAT MEMAKSA
o Hukum yang bersifat pelengkap (aanvullend recht) adalah peraturan-peraturan hukum yang
boleh dikesampingkan/disimpangi oleh orang yg berkepentingan.
o Hukum yang bersifat memaksa (dwingend reht) adalah peraturan hukum yg tdk boleh
dikesampingkan/disimpangi oleh orang yang berkepentingan. Terhadap peraturan itu orang yang
berkepentingan harus tunduk dan mentaatinya.

Hukum Perdata Di Indonesia


Hukum perdata di Indonesia sampai saat ini masih beraneka ragam/pluralistis dimana berlaku hukum
perdata lebih dari satu, yaitu hukum perdata yang bersumber hukum perdata belanda, hukum perdata adat, dan
hukum perdata islam. Dengan demikian belum ada unifikasi hukum dalam bidang perdata.
Kondisi keanekaragaman ini diawali setelah kolonial belanda datang ke indonesia dan membedakan
golongan penduduk/kaula Hindia belanda waktu itu menjadi tiga golongan berdasarkan pasal 163 Indische
Staatsregeling (I.S.) yaitu:
1. Golongan Eropa, yang termasuk dalam golongan ini adalah:
a. Semua warganegara Belanda
b. Semua Orang eropa lainnya;
c. Semua orang Jepang;
2
d. Semua orang yang berasal dari tempat lain yang negaranya tunduk kepada hukum keluarga yang pada
pokoknya berdasarkan asas yang sama seperti hukum Belanda;
e. Anak sah atau diakui menurut UU dari Orang eropa dan Orang jepang yang lahir di Hindia Belanda;
2. Golongan Bumi putera/pribumi/Inlander, ialah semua orang yang termasuk rakyat indonesia asli yang
tidak beralih masuk golongan lain.
3. Golongan timur asing, ialah semua orang yang bukan golongan eropa dan bukan pula golongan Bumi
putera, golongan ini dibagi dua:
a. Golongan timur asing tionghoa;
b. Golongan timur asing Bukan tionghoa.
Selanjutnya Pasal 131 I.S. menyatakan bahwa bagi golongan Eropa berlaku hukum di negeri Belanda
sedangkan bagi golongan-golongan lainnya (Bumiputera & timur asing) berlaku hukum adatnya masing-
masing. Ketentuan IS ini menjadi dasar berlakunya hukum perdata belanda di hindia belanda dan sekaligus
mengakui keberadaan hukum perdata adat.
Perkembangan berikutnya, dengan staatblad/S. 1917-129 bagi golongan timur asing tionghoa di
berlakukan hampir seluruh ketentuan B.W. kecuali mengenai burgerlijk stand dan adopsi, sedangkan bagi
golongan timur asing bukan tionghoa dengan S. 1924-556 diberlakukan sebagian dari B.W. yang pada
pokoknya hanya mengenai hukum harta kekayaan (vermogenrecht), jadi tidak termasuk hukum orang dan
keluarga serta hukum waris.
 Bagi golongan Bumi putera dimungkinkan pemberlakuan hukum perdata belanda melalui Lembaga
Penundukan diri yang diatur dalam S.1917-12 Regeling nopens de Vrijwillige onderwerping aan het
europeesch privaatrecht. Peraturan ini mengenal tiga penundukan diri:
1. Penundukan kepada seluruh hukum perdata eropa (ps 1-17)
2. Penundukan kepada sebagian hukum perdata eropa (ps 18-25)
3. Penundukan diri pada perbuatan hukum tertentu (ps 25-29)
a. dengan sukarela, yaitu ada kehendak untuk menundukkan diri;
b. dengan tidak sukarela/anggapan/diam-diam, yaitu tidak ada kehendak untuk menundukkan
diri
Dasar Hukum Berlakunya Hk Perdata Eropa
 Pasal II Aturan Peralihan UUD 1945 menentukan: “segala badan negara dan peraturan yang ada masih
langsung berlaku, selama belum diadakan yang baru menurut UUD ini’.
 Peraturan Pemerintah No 2 Th. 1945, tanggal 10 Oktober 1945 dlm pasal 1 menentukan:” Segala badan-
badan negara dan peraturan yang ada sampai berdirinya negara R.I. pada tanggal 17 Agustus 1945,
selama belum diadakan yang baru menurut UUD masih berlaku asal saja tidak bertentangan dengan
UUD tersebut”.
 Dilanjutkan dengan pasal 192 (1) Konstitusi RIS, lalu pasal 142 UUDS 1950, Setelah dekrit Pasal II
aturan peralihan UUD 45

Sistematika Hk Perdata
 Sistematika hukum perdata materiil menurut ilmu pengetahuan hukum:
1. Hukum tentang orang
2. Hukum tentang Keluarga
3. Hukum tentang Harta Kekayaan
4. Hukum waris
 Sistematika hukum perdata menurut KUHPerdata (B.W.)
Buku I tentang Orang
Buku II tentang Benda
Buku III tentang perikatan
Buku IV tentang Pembuktian dan kedaluwarsa

Pengertian Bidang Hukum Perdata

3
 Hukum orang memuat peraturan hukum yang mengatur tentang seseorang manusia sebagai pendukung hak
dan kewajiban (subyek hukum), tentang umur, kecakapan untuk melakukan perbuatan hukum, domisili dsb.
 Hukum keluarga memuat peraturan hukum yang mengatur hub hukum yg timbul krn hubungan keluarga,
seperti perkawinan, hub orang tua dan anak, curatele.
 Hukum harta kekayaan memuat peraturan hukum yang mengatur hubungan hukum seseorang dlm lapangan
harta kekayaan seperti perjanjian, milik, gadai dsb.
 Hukum waris memuat peraturan hukum yang mengatur tentang benda atau harta kekayaan seseorang yang
telah meninggal dunia. Dengan kata lain hukum waris adalah hukum yang mengatur peralihan benda dari
orang yang meninggal dunia kepada orang yang masih hidup (ahli warisnya)

Pokok Bahasan 2

HUKUM ORANG ATAU HUKUM PRIBADI

Istilah Hukum Orang


 Selain Hukum Orang, ada yang menggunakan istilah:
o Hukum Pribadi (J. satrio)
o Hukum tentang diri Orang (Subekti)
o Hukum Badan Pribadi ( Abdulkadir Muhammad)
 Istilah diatas merupakan terjemahan dari Istilah Personenrecht

Hukum Pribadi & KUHPerdata


 KUHPerdata yg dibagi dlm 4 buku. Dlm buku I diberi judul “tentang pribadi” bukan “hukum pribadi”.
Karena ternyata isi BUKU I adalah ketentuan tentang hukum pribadi dan hukum keluarga. Dengan demikian
KUHPerdata memandang Hukum keluarga sebagai bagian dari hukum pribadi (HK Pribadi dlm arti luas)
 Menurut VOLLMAR judul BUKU I lebih tepat “Personen en Familierecht”.
 KUHPerdata Belanda Yang Baru, judul BUKU I sudah “Personen en Familierecht”

Alasan Hk Keluarga Bagian Hukum Pribadi (Dlm Arti Luas)


 Bahwa hukum keluarga mengatur hub kekeluargaan yang mempunyai pengaruh terhadap kewenangan
bertindak seseorang.
 Bahwa hukum keluarga/hub kekeluargaan juga menentukan tempat tinggal daripada subyek hukum.

Hukum Pribadi Dlm Arti Sempit & Hukum Pribadi Dlm Arti Luas
 Hk Pribadi dlm arti sempit mengatur mengenai:
o Subyek hukum; kecakapan untuk memiliki hak dan kecakapan untuk bertindak;
o Nama; domisili; kedewasaan; catatan sipil; dan keadaan tidak hadir.
 Hk Pribadi dlm arti luas meliputi hk pribadi dalam sempit dan hukum keluarga.

Pribadi/Persoon/Subyek Hukum
 Pribadi/persoon/subyek hukum di dalam hukum adalah siapa saja yang dapat menjadi pendukung hak-hak
dan kewajiban-kewajiban hukum.
 Di dlm hukum positif Ind, satu-satunya makhluk hidup yang diakui sebagai persoon adalah manusia.
 Semua Manusia mempunyai kepribadian karenanya semua manusia adalah subyek hukum.
 Sebagai subyek hukum manusia mempunyai kewenangan untuk menjadi pendukung hak dan kewajiban,
yang disebut kewenangan hukum (rechts-bevoegheid)
 Subyek hukum/persoon sebagai istilah teknis hukum atau “persoon” adalah suatu pengertian hukum yang
bisa berbeda dengan pengertian sehari-hari
4
 Subyek hukum/persoon itu terdiri dari
o Manusia sebagai persoon alamiah
o Badan hukum/rechts persoon
 Badan hukum sebagai subyek hukum tidak berarti bisa mempunyai hak-hak & kewajiban yg dipunyai oleh
manusia alamiah. Mis: menikah & mewarisi

Saat Mulai Sbg Subyek Hukum


 Tdk terdapat ketentuan UU secara tegas yg menentukan kapan manusia sebagai subyek hukum.
 Pada asasnya manusia sebagai subyek hukum sejak ia dilahirkan hidup, kecuali menurut pasal 2
KUHperdata
 Pasal 2 KUHPerdata. “anak yg ada dlm kandungan seorang perempuan, dianggap sebagai telah dilahirkan,
bilamana juga kepentingan si anak menghendakinya. Mati sewaktu dilahirkan, dianggaplah ia tak pernah
ada.”
 Penjabaran lebih lanjut daripada pasal 2 KUHPerdata adalah dlm pasal 836 & 899 KUHperdata, dlm bidang
pewarisan dan pasal 1679 KUHPerdata, dlm bidang hibah.
 Kedudukan manusia sebagai persoon/subyek hukum berlangsung sepanjang hidupnya. {psl 2(2) & 833, 955
KUHperdata}.
 Tata hukum kita tidak mengenal “mati perdata” (pasal 3 KUHperdata) tetapi lihat perkecualian menurut
pasal 467 KUHPerdata yaitu mengenai orang yang meninggalkan tempat tinggalnya.

Faktor-Faktor Yg Berpengaruh Thd Kedudukan Hukum Seseorang


 Kedudukan hukum (rechtstoestand/burgelijke staat) adalah kewenangan seorang untuk mempunyai dan
melaksanakan hak-hak perdata tertentu.
 Pada asasnya semua orang diakui sama di hadapan hukum tetapi dalam pelaksanaannya lebih lanjut,
HUKUM bisa memberikan perkecualian berupa tidak dipunyainya hak tertentu atau dibatasi
kewenanagannya untuk melaksanakan hak-hak tertentu.
 Terdapat faktor yang mempengaruhi kedudukan hukum/keadaan hukum seseorang, seperti:
o Kedudukan sbg anak sah atau anak luar kawin
o Jenis kelamin & status menikah
o Umur
o Keadaan di bawah pengampuan (curatele)
o Keadaan tidak hadir
o domisili

Anak Sah & Anak Luar Kawin


 Ada perbedaan antara anak sah & anak luar kawin,yaitu:
– anak sah yg belum dewasa, sepanjang perkawinan orang tuanya utuh, berada di bawah
kekuasaan orang tua ( 299 BW, Psl 47 UUP), sedangkan anak luar kawin selalu berada dibawah
perwalian (306, 353 BW; Psl 50 UUP)
– Hak bagian warisan anak sah lebih besar daripada seorang anak luar kawin (862, 916 BW)

Jenis Kelamin & Status Menikah


 Status sbg laki-laki atau ayah punya pengaruh dalam bidang hukum.
 Syarat minimum umur untuk menikah antara laki dan perempuan berbeda (29 BW: Psl 7 UUP).
 Hak menginkari keabsahan anak oleh suami (251,252 BW)
 Hak beristeri lebih dari satu (pasal 4 UUP)

Umur
 Umur seseorang memegang peranan penting dlm banyak peraturan.
5
 Dlm UU kewarganegaraan, usia 18 th dapat menentukan kewarganegaraan anak.
 Dlm UU politk, umur berpengaruh thd hak untuk dipilih dan memilih
 Dlm Hk pidana, umur 16 th dapat menjadi alasan bagi hakim untuk mengurangi hukuman yang dijatuhkan.
 Dlm hukum perdata, umur dikaitkan dengan keadaan “kedewasaan” yang berakibat dlm “kecakapan
bertindak “.
 Pasal 330 KUHPerdata menyatakan:” belum dewasa adalah mereka yang belum mencapai umur 21 th, dan
tidak menikah.
 Kedewasaan menurut umur ini merupakan pengertian hukum, dan memberikan kepastian hukum
 Perkembanagan di negeri belanda skrg, melalui WET 1 Juli1987, Stb. 333 batas umur dewasa menjadi 18 th.
 Seorang yang dewasa dapat/cakap melakukan tindakan hukum yang mempunyai akibat hukum yang
sempurna krn ia dapat menyadari sepenuhnya akibat dari perbuatannya
 Kecakapn bertindak (handelingsbekwaamheid) adalah kecakapan untuk melakukan tindakan hukum
 Tindakan hukum adalah Tindakan-tindakan yang menimbulan akibat hukum dan akibat hukum itu
dikehendaki atau dianggap dikehendaki.
 Akibat hukum disini bisa berupa: Timbulnya, berubahnya, beralihnya atau hapusnya hak-hak subyektif

Kedewasaan Dlm Hukum Adat Dan Hk Islam


 Menurut adat mandailing, seorang laki-laki dianggap dewasa kalau ia meninggalkan rumah kediaman
orang tua mendirikan rumah sendiri.
 Menurut Putusan MA RI No 601 K/Sip/1976,”menurut Hukum adat seorang laki-laki dianggap dewasa
kalau ia sudah cakap bekerja (kuat gawe)
 Menurut Hukum islam, ukuran dewasa adalah kalau ia sudah baligh (menunjukkan tanda kematangan
seks)

Akibat hukum tindakan hukum orang belum dewasa NO 2 UTS


Pasal 1446 KUHPerdata menyatakan “ Semua perikatan yan dibuat oleh orang belum dewasa atau orang yang
ditaruh dibawah pengampuan adalah batal demi hukum, dan atas penuntutan yang dimajukan olh atau dari pihak
mereka, harus dinyatakan batal, semata-mata atas dasar kebelumdewasaan atau pengampuannya. (jo 1331 &
1454 BW).

DI BAWAH PENGAMPUAN (CURATELE)


 Faktor lain yang bisa mempengaruhi kedudukan hukum seseorang adalah keadaan “ditaruh” di bawah
pengampuan.
 Pada orang dewasa tertentu (lemah mental, gila, pemboros), UU memungkinkan mereka ditaruh di bawah
pengampuan (pasal 433 BW).
 Setiap orang yang ditaruh di bawah pengampuan, mempunyai kedudukan yang sama dengan seorang yang
belum dewasa {452 (1) BW}
 Orang yng ditaruh di bawah pengampuan, kecuali uu menentukan lain, adalah orang yang harus diwakili
dalam segala tindakan hukumnya {pasal 441,446, 452 (3) BW}.
 Segala tindakan hukum yang dilakukan oleh yang diampu adalah batal demi hukum kecuali UU menentukan
lain. Misalnya: pengampuan karena pemboros masih bisa menikah (452 BW), membuat wasiat {pasal446
(3) BW},mengajukan perlunakan/pendewasaan/handlichting (421 BW)
 Pengampuan baru terjadi setelah ada penetapan pengadilan { pasal 446 (1) BW}

Domisili
 Ketentuan umum mengenai domisili terdapat dalam Buku I Bab III, dibawah judul “tentang tempat
tinggal atau domisili”.
 Istilah “tempat tinggal” dalam BW ini merupakan istilah teknis hukum yang berbeda dengan istilah
tempat tinggal sehari-hari. Walaupun dalam prakteknya, pada umumnya domisili sesorang juga
merupakan tempat tinggalnya dalam arti sehari hari.
6
 Domisili ini menentukan dimana tindakan hukum akan dilakukan, misalnya:
o Dalam pasal 1393 BW menentukan dimana pembayaran harus dilakukan yaitu di tempat timggal
kreditur;
o Dalam pasal 118 HIR menetapkan bahwa gugatan harus disampaikan kepada pengadilan negeri
yang wilayahnya meliputi domisili tergugat;
o Pasal 2 sub 2 PP No 9 tahun 1975 menentukan dimana suatu perkawinan harus dilangsungkan,
yang ternyata berkaitan dengan tempat tinggal seseorang.
 Domisili dibutuhkan demi kepastian hukum, krn itu dalam Buku I Bab III, setiap orang harus
mempunyai tempat tinggal atau sedapat mungkin bisa ditentukan tempat tinggalnya atu kalau perlu oleh
undang-undang dianggap mempunyai tempat tinggal di suatu tempat tertentu.

 Pengertian domisili menurut doktrin adalah tempat, dimana hukum menggangap seseorang setiap
waktu bisa dicapai untuk pemenuhan/pelaksanaan hak dan kewajibannya, sekalipun secara nyata yang
bersangkutan tidak berada di tempat itu.

Pembedaan Domisili Oleh Doktrin


1. Domisili umum, yaitu rumah atau daerah tingkat II dimana orang yang bersangkutan dianggap setiap
waktu bisa dicapai pemenuhan hak dan kewajiban perdata pada umumnya, sekalipun dalam
kenyataannya mungkin berada ditempat lain.
– Pasal 17 BW, setiap orang dianggap mempunyai tempat tinggalnya, dimana ia menempatkan
pusat kediamannya.
– Pasal 21 BW domisili perempuan bersuami mengikuti suaminya.
– Dalam pemilihan tempat tinggalnya dilakukan secara bersama-sama suami-isteri (pasal 32(2)
UUP).
– Pasal 21 BW domisisli anak belum dewasa mengikuti orang tua atau walinya.
– Para buruh/pekerja mempunyai domisili di rumah majikannnya, kalau ia turut tinggal di rumah
majikannya. (pasal 22 BW)
2. Domisili khusus, yaitu domisili yang dipilih oleh yang bersangkutan sendiri dan yang dipilih adalah
tempat tinggal lain dari domisili umum dan domisili yang dipilih ini dalam rangka untuk melakukan
tindakan hukum tertentu.
– pasal 24 BW, “dalam suatu sengketa perdata di muka hakim, kedua belah pihak yang berperkara
atau salah satu dari mereka, berhak bebas, dengan akta memilih tempat tinggal lain daripada
tempat tinggal sebenarnya/umumnya.”

Keadaan Tidak Hadir


 Keadaan tidak hadir diatur dalam BUKU I Bab XVIII KUHPerdata.
 Menurut bahasa sehari-hari, “tidak hadir” adalah keadaan dimana orang meninggalkan tempat tinggalnya
atau tidak berada di tempat.
 Menurut UU, tidak memberikan perumusan tegas yang dimaksud dgn “tidak hadir” tapi dari rumusan pasal
463 & 467 BW dapat disimpulkan pengertian keadaan tidak hadir.
 Keadaan tidak hadir menurut pasal 463 BW: “Jika terjadi, seseorang telah meninggalkan tempat tinggalnya,
dengan tidak memberi kuasa kepada seorang wakil, guna mewakili dirinya dan mengurus harta
kekayaannya, pun ia tidak mengatur urusan-urusan dan kepentingan-kepentingan itu, ataupun jika
pemberian kuasa kepada wakilnya tidak berlaku lagi, maka, jika ada alasan yang mendesak guna mengurus
seluruh atau sebagian harta kekayaan itu, atau guna mengadakan seorang wakil baginya, …”
 Pasal 467 BW: “ Jika terjadi, seorang telah meninggalkan tempat tinggalnya, dengan tidak memberi kuasa
kepada seseorang wakil, guna mewakili dirinya dan mengurus harta kekayaannya, pun ia tidak mengatur
urusan-urusan dan kepentingannya itu…”

7
 Dengan demikian “keadaan tidak hadir” adalah orang-orang yang meninggalkan tempat tinggalnya untuk
suatu jangka waktu yang relatif lama, tanpa menunjuk orang lain untuk mewakili dan mengurus
kepentingannya.

Pokok Bahasan 3

HUKUM KELUARGA
(Familierecht)

Pengertian Perkawinan
• Menurut UU No 1 Th. 1974 Tentang Perkawinan (UUP), Pasal 1:
“ Perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan
tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa
• Menurut beberapa ahli/sarjana:
 Dr Anwar Haryono: Pernikahan adalah suatu perjanjian suci antara seorang laki-laki dengan
seorang perempuan untuk membentuk keluarga bahagia
 Sajuti Thalib, S.H. : perkawinan itu adalah perjanjian suci membentuk keluarga antara seorang laki-
laki dengan seorang perempuan.
 Bandingkan dengan ketentuan Pasal 26 BW, yang memandang soal perkawinan hanya dalam
hubungan perdata saja.
• Dengan demikian perkawinan menurut UU No1 Th 1974 (UUP) tidak hanya merupakan hubungan hukum
formal melainkan juga hubungan batin (pertalian jiwa) yg dilangsungkan berdasarkan pada agama dan
kepercayaan masing-masing.

Syarat-Syarat Perkawinan
berdasarkan pasal 6-12 UUP
1. Adanya persetujuan kedua calon mempelai
2. Adanya izin kedua orang tua/wali bagi calon mempelai belum berusia 21 tahun.
3. Usia calon mempelai pria sudah mencapai 19 tahun dan usia calon mempelai wanita sudah mencapai 16
tahun
4. Antara calon mempelai pria dan calon mempelai wanita tidak dalam hubungan darah/keluarga yang
tidak bolah kawin
5. Tidak berada dalam ikatan perkawinan dengan pihak lain
6. Bagi suamiisteri yang telah bercerai, lalu kawinlagi satu sama lain dan bercerai lagi untuk kedua
kalinya, agama dan kepercayaan mereka tidak melarang mereka kawin untuk ketiga kalinya
7. Tidak berada dalam waktu tunggu bmagi calon mempelai wanita yang janda

Pencatatan Dan Tatacara Perkawinan


 PEMBERITAHUAN KEHENDAK KAWIN
• Setiap orang yang akan melangsungkan perkawinan harus memberitahukan kehendaknya kepada
Pegawai Pencatat Perkawinan
• Pemberitahuan akn melangsungkan perkawinan dilakukan secara lisan kecuali tidak mungkin dilakukan
dapat secara tertulis
• Pemberitahuan harus sudah disampaikan selambatnya 10 hari sebelum perkawinan dilangsungkan

 PENELITIAN SYARAT PERKAWINAN & HALANGAN PERKAWIAN


8
• Setelah pegawai pencatat nikah menerima pemberitahuan maka dilakukan penelitian apakah syarat-
syarat perkawinan telah dipenuhi dan apakah tidak terdapat halangan perkawinan menurut UU, serta
meneliti hal-hal menurut Pasal 6 (2) PP No. 9 Th. 1975, yaitu:
1. Kutipan akta kelahiran atau surat kenal lahir calon mempelai
2. Keterangan mengenai nama, agama/kepercayaan, pekerjaan dan tempat tinggal orang tua calon
mempelai
3. Izin tertulis/izin pengadilan sebagai dimaksud pasal 6 ayat (2),(3),(4) dan (5) UUP, apabila salah
seorang calon mempelai atau keduanya belum mencapai 21 th.
4. Izin pengadilan sebagai dimaksud pasal 4 UUP, dalam hal calon mempelai adalah seorang suami
yang masih punya isteri;
5. Dispensasi pengadilan/pejabat sebagai dimaksud Pasal 7 ayat (2), dalam hal calon mempelai
belum mencapai 19 th (laki-laki) dan 16 th (perempuan)
6. Surat kematian isteri/suami yg terdahulu atau dalam perceraian surat keterangan perceraian
7. Izin tertulis dari pejabat yang ditunjuk PANGAB, bila calon mempelai anggota ABRI
8. Surat kuasa yang disahkan Pegawai pencatat apabila calon mempelai tidak dapat hadir sendiri

 PENGUMUMAN PERKAWINAN
• Setelah dilakukan penelitian dan memenuhi syarat dan tidak halangan perkawinan, maka pegawai
pencatat nikah melakukan pengumuman dengan menempelkan surat pengumuman pada tempat yang
sudah ditentukan dan mudah dibaca oleh umum, yg memuat:
– nama, umur, agama, pekerjaan, tempat kediaman calon mempelai
– Hari, tanggal, jam dan tempat perkawinan akan dilangsungkan
• Maksud diadakan pengumuman ini untuk memberi kesempatan kepada umum untuk mengajukan
keberatan thd perkawinan yg akan dilangsungkan
• Perkawinan dilangsungkan setelah hari ke-10 sejak pengumuman

 PENCEGAHAN PERKAWINAN
• Diatur dalam psl 13-21 UUP
• Perkawinan dapat dicegah apabila ada calon mempelai yang tidak memenuhi syarat-syarat untuk
melangsungkan perkawinan atau tidak memenuhi prosedur yang ditentukan.
• Pihak-pihak yg dapat mencegah perkawinan
– Para keluarga dlm garis keturunan lurus keatas & kebawah dari calon mempelai
– Saudara dari calon mempelai
– Wali nikah
– Wali dari calon mempelai
– Pengampu alon mempelai
– Pihak-pihak yang berkepentingan
– Suami/isteri dari salah seorang calon mempelai
– Pejabat ang ditunjuk
 TATACARA PERKAWINAN
• Tatacara perkawinan dilakukan menurut masing-masing hukum agama dan kepercayaan orang yang
melangsungkan perkawinan
• Perkawinan dilangsungkan di hadapan Pegawai Pencatat dan dihadiri oleh dua orang saksi
• Sesudah dilangsungkan perkawinan, akta perkawinan yg telah disiapkan ditandatangani oleh kedua
mempelai, kedua saksi, dan pegawai pencatat yang menghadiri perkawinan serta wali nikah (Islam)
• Dengan ditandatangani akta perkawinan tersebut maka perkawinan itu telah tercatat secara resmi
• Akta perkawinan dibuat rangkap dua, satu disimpan pegawai pencatat, helai kedua disimpan pada
panitera pengadilan dan mempelai diberi kutipan akta

 AKIBAT HUKUM PERKAWINAN


• Hak & kewajiban suami isteri sebagaimana diatur dlm pasal 30-34 UUP
9
• Harta benda dalam perkawinan sebagaimana diatur dlm pasal 35-37
• Kedudukan anak (pasal 42-44 & 55)
• Hak &kewajiban antara orang tua dan anak (pasal 45-49)
• Perwalian (pasal 50-54 UUP)

 PUTUSNYA PERKAWINAN
• Sebab putusnya perkawinan menurut psl 38 UUP
1. Kematian
2. Perceraian oleh suami/talak
3. Atas putusan pengadilan

Pokok Bahasan 4

HUKUM BENDA

Pengantar
 Hukum benda merupakan bagian dari hukum harta kekayaan (yang bersifat absolut) dan hukum harta
kekayaan termasuk dalam salah satu bidang hukum dari hukum perdata (menurut sistematika ilmu
pengetahuan hukum atau doctrine).
 Materi hukum benda ini sebagian besar diatur dalam buku II BW dengan judul “Tentang Kebendaan”
bersama dengan hukum waris karena menurut BW, mewaris merupakan salah satu cara memperoleh hak
kebendaan atau hak milik sebagaimana ditentukan dalam pasal 528 & 584 BW sehingga dimasukkan
dalam BUKU II juga.

Hukum Benda (Kuhperdata) Dalam Hubungannya Dengan Uu No 5 Th 1960 (Uupa) Dan Uu No 4 Th.
1996 (Uuht)
 Dengan berlakunya UU No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria yang
mencabut BUKU II BW sepanjang mengenai bumi,air, serta kekayaan alam yang terkandung
didalamnya, kecuali mengenai hipotik maka mengakibatkan pasal dalam Buku II BW mengalami
perubahan, yaitu:
• ada pasal yang masih berlaku penuh karena tidak mengatur tentang bumi, air dan kekayaan alam
yang terkandung didalamnya;
• ada pasal yang tidak berlaku lagi karena hanya mengatur tentang bumi,air, dan kekayaan alam
yang terkandung didalamnya; dan
• ada pasal yang masih berlaku tetapi tidak penuh, artinya ketentuan tersebut tidak berlaku lagi
sepanjang mengatur mengenai bumi, air, dan kekayaan alam, tetapi masih tetap berlaku
sepanjang mengenai benda-benda lainnya.
 Dengan berlakunya UU No. 4 tahun1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-Benda
Yang Berkaitan Dengan Tanah (UUHT) membawa perubahan pada ketentuan hukum benda khususnya
ketentuan hak kebendaan yang memberi jaminan, diantaranya:
• tercapai sudah unifikasi hukum pada lembaga hak jaminan atas tanah yaitu hak tanggungan (dulu
ada 2 lembaga jaminan atas tanah yaitu Hypotheek untuk tanah berdasarkan hukum perdata barat
dan crediet verband untuk tanah berdasarkan hukum adat);
• Ketentuan Hypotheek dalam BUKU II BW tidak berlaku bagi jaminan atas tanah namun masih
berlaku bagi Hypotheek untuk benda tak bergerak selain tanah (kapal laut/pesawat udara).
• Ketentuan credietverband berdasarkan s. 1908 no. 542 jis S. 1909 no 586 jis S. 1909 no 584 jis
S. 1937 no 190 jis S. 1937 no. 191 tidak berlaku lagi.
10
Pengertian Benda
 Menurut Pasal 499 yang dinamakan dengan Kebendaan (Zaaken) adalah tiap-tiap barang (goed) dan
tiap-tiap hak (recht), yang dapat dikuasai oleh hak milik. Dengan kata lain, benda merupakan segala
sesuatu yang dapat dihaki atau dijadikan objek hak milik.
 Goed disini meliputi benda berwujud seperti buku, pensil dll, sedangkan hak ( recht) menunjuk benda
yang tidak berwujud (immateriil) misalnya piutang atas nama (vordering op naam) atau piutang atas
tunjuk atau piutang atas bawa, dan hak milik intelektual.
 Istilah zaak selain berarti benda juga memiliki arti lain dalam BW, yaitu:
o suatu urusan/kepentingan seperti tersirat dalam pasal 1792 dan 1354 (1) BW dan
o suatu peristiwa atau kenyataan hukum sebagaimana terdapat dalam pasal 1263 (1) BW.
 Di Belanda sendiri dalam BW Belanda Yang Baru (Nieuw BW) istilah goed (barang) mempunyai
pengertian yang lebih luas dari istilah zaaken (benda) sebab barang adalah semua benda dan semua harta
kekayaan, sedangkan benda semata-mata obyek yang berwujud yang dapat dikuasai manusia (art.
3.1.1.0 jo. Art.3.1.1.1. NBW)

Pengertian Hukum Benda


 Hukum benda adalah hukum tentang benda yaitu kumpulan segala macam aturan hukum tentang benda
yang terdapat dalam BUKU II BW dari pasal 499 – 1232.
 Sistem pengaturannya adalah tertutup artinya seseorang tidak dapat mengadakan hak-hak kebendaan
yang baru selain yang telah terdapat dalam buku II BW dan hukumnya pada umumnya bersifat memaksa
(dwingendrecht).

Asas Asas Umum Hukum Benda


1. Merupakan hukum memaksa (dwingendrecht) artinya aturan-aturan yang berlaku menurut UU, wajib
dipatuhi atau tidak boleh disimpangi oleh para pihak
2. Dapat dipindahkan artinya semua hak kebendaan dapat dipindahtangankan;
3. Individualitas, artinya objek hak kebendaan selalu benda yang dapat ditentukam secara
individu(individueel bepaald).
4. Asas totalitas, hak milik hanya dapat diletakkan atas keseluruhan objeknya artinya tidak dapat
diletakkan atas bagian-bagian benda yang bersangkutan (Pasal 500, 571,588, 601 BW)
5. Pengaturan dan perlakuan yang berbeda terhadap benda bergerak dan benda tak bergerak (lihat pasal
506, 507, 508 BW jo. 509, 510, dan 511 BW)

Pembedaan Benda
1. Benda bertubuh/berwujud (lichamelijke zaken) dan benda tak berwujud (onlichamelijke zaken) menurut
pasal 503 BW;
2. Benda-benda yang jika dipakai dapat habis (verbruikbaar) dan benda-benda yang dipakai tidak dapat
habis (onverbruikbaar) menurut pasal 505 BW;
3. Benda yang sudah ada (tegenwoordige zaken) dan benda yang masih akan ada (toekomstige zaken);
4. Benda di dalam perdagangan (zaaken in de handel) dan benda di luar perdagangan (Zaaken buiten de
handel);
5. Benda-benda yang dapat dibagi (delbare zaaken) dan benda-benda yang tidak dapat dibagi(ondeelbare
zaken);
6. Benda-benda yang dapat diganti (wisseling zaaken) dan benda-benda yang tidak dapat diganti
(onwisseling zaken);
7. Benda-benda terdaftar (geregistreerde zaken) dan benda-benda yang tidak terdaftar (ongeregistreerde
zaaken), Yang dimaksud dengan benda terdaftar ialah benda yang pemindahan dan pembebanannya
harus didaftarkan dalam daftar buku atau register umum.;
8. Pembedaan antara benda-benda bergerak (roerend zaken) dan benda-benda yang tidak bergerak
(onroerend zaken).
11
Benda Bergerak & Benda Tak Bergerak
 Yang termasuk benda tidak bergerak ada tiga, yaitu:
1. Benda tidak bergerak karena sifatnya (pasal 506 BW);
2. Benda tidak bergerak karena peruntukkannya atau tujuan pemakaiannya (Pasal 507 BW)
3. Benda tidak bergerak karena ketentuan UU (pasal 508 BW) jo Pasal 314 KUHD)
 Sedangkan benda bergerak meliputi:
1. Benda bergerak karena sifatnya (pasal 509 BW)
2. Benda bergerak karena ketentuan undang-undang (pasal 511 BW)
 perbedaan benda bergerak dan tidak bergerak merupakan hal yang penting, karena berkaitan dengan
kedudukan berkuasa/bezit (pasal 1977 ayat 1 bw); penyerahan/levering (pasal 612 bw);
pembebanan/bezwaring (gadai pasal 1150 bw, hipotik pasal 1162 bw); dan daluwarsa (pasal 1963 bw)

Hak Kebendaan
 Hak kebendaan adalah suatu hak absolut artinya hak yang melekat pada suatu benda, memberikan
kekuasaan langsung atas benda tersebut dan dapat dipertahankan terhadap tuntutan oleh setiap orang.
Dengan demikian ciri-ciri hak kebendaan itu:
1. Bersifat absolut, yaitu dapat dipertahankan terhadap tuntutan setiap orang
2. Droit de suite atau zaakgevolg artinya hak kebendaan itu mengikuti bendanya ke tangan
siapapun
3. droit de preference (prioritas) artinya hak kebendaan itu didahulukan atau diutamakan.

Pembedaan Hak Kebendaan


 Hak kebendaan dibedakan menjadi dua yaitu:
1. Hak kebendaan yang memberi kenikmatan, diantaranya:
• Bezit/kedudukan berkuasa (pasal 529-568 BW)
• Eigendom/hak milik (pasal 570 BW)
• Hak guna usaha
• Hak guna bangunan
• Hak Pakai
2. Hak kebendaan yang memberi jaminan
• Pand/gadai
• Hipotik
• Fidusia
• Hak tanggungan

Hak Kebendaan Yang Memberi Kenikmatan


 BEZIT/KEDUDUKAN BERKUASA
 Pengertian bezit dalam pasal 529 BW menyatakan “bezit ialah kedudukan sesorang yang menguasai
suatu kebendaan, baik dengan diri sendiri, maupun dengan perantaraan orang lain, dan yang
mempertahankan atau menikmatinya selaku orang yang memiliki kebendaan itu”.
 Sedanglan Pasal 585 BW Belanda memberi pengertian tentang bezit, yaitu keadaan memegang atau
menikmati sesuatu benda yang dikuasai seseorang baik atas upaya sendiri, maupun dengan perantaraan
orang lain, seolah-olah benda itu adalah miliknya sendiri
 Sri Soedewi berpendapat bahwa bezit adalah keadaan memegang atau menikmati sesuatu benda dimana
seorang menguasainya sendiri atau dengan perantaraan orang lain seolah-olah itu adalah kepunyaan
sendiri.
 Berdasarkan definisi diatas pada dasarnya bezit mendekati atau hampir sama dengan pengertian hak
milik (eigendom), bedanya pada eigendom lebih menunjukkan suatu hubungan hukum dengan

12
pemiliknya sedangkan pada bezit lebih menunjukkan adanya hubungan nyata antara si pemegang
dengan bendanya.
 Cara memperoleh bezit menurut ketentuan pasal 540 BW dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:
o Accupatio adalah tindakan menduduki atau menguasai suatu benda baik bergerak maupun yang
tidak bergerak yang tidak ada pemiliknya. Misalnya: mengambil ikan di laut
o Traditio/levering/penyerahan/Pengoperan, Yaitu seseorang memperoleh suatu benda melalui
penyerahan dari orang lain yang telah lebih dulu menduduki atau menguasai benda tersebut.
 Bezit atas benda bergerak ada ketentuan khusus yang mengaturnya yaitu Pasal !977 ayat (1) BW yang
berbunyi: “terhadap benda bergerak yang tidak berupa bunga, maupun piutang yang tidak harus dibayar
kepada si pembawa maka barang siapa menguasainya dianggap sebagai pemiliknya”

Hak Milik (Eigendom


 Yang dimaksud hak milik/eigendom menurut pasal 570 BW adalah hak untuk menikmati manfaat suatu
kebendaan dengan leluasa, dan dengan kedaulatan sepenuhnya berbuat bebas terhadap kebendaan itu,
asal tidak bertentangan dengan undang-undang atau peraturan umum yang ditetapkan oleh penguasa
yang berwenang dan tidak mengganggu hak orang lain; kesemuanya itu dengan tidak mengurangi
kemungkinan pencabutan hak tersebut demi kepentingan umum berdasarkan atas ketentuan undang-
undang dan dengan pembayaran sejumlah ganti rugi.
CARA MEMPEROLEH HAK MILIK
menurut pasal 584 BW
 Pendakuan atau pemilikan, Yaitu penguasaan benda yang tidak ada pemiliknya
 Perlekatan, yaitu hal tercampur benda pokok dengan benda tambahan (587-589 BW)
 Lewat waktu/daluarsa, memperoleh sesuatu dengan menguasai sesuatu sampai lewat waktu tertentu
dengan syarat-syarat yang telah ditentukan oleh undang-undang (Pasal 1963 BW);
 Pewarisan.
 Penyerahan/pengoperan/levering.

Hak Kebendaan Yang Memberi Jaminan


 Pada dasarnya seluruh kekayaan debitur menjadi jaminan atas utang-utangnya-tanpa perlu
memperjanjikannya. Pasal 1131 BW menyatakan “ Segala kebendaan si berhutang, baik yang bergerak
maupun tidak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang baru akan ada di kemudian hari, menjadi
tanggungan untuk segala perikatannya perseorangan”. Dalam hal si kreditur lebih dari satu orang maka
pembagian dari hasil penjualan barang si debitur dibagi menurut keseimbanagan, yaitu menurut besar
kecilnya tagihan masing-masing kecuali apabila diantara para berpiutang itu ada alasan-alasan yang sah
untuk didahulukan.(pasal 1132 BW)
 Disini nampak ada persamaaan kedudukan para kreditur terhadap harta si debitur, yaitu mendapat bagian
secara seimbang berdasarkan jumlah tagihan masing-masing. Namun ada perkecualian dari asas
persamaan kedudukan kreditur ini, yaitu dalam hal seorang kreditur mempunyai hak-hak jaminan
khusus yang memberikan kepada kreditur kedudukan yang lebih baik dibanding kreditur lain dalam
pelunasan tagihannya.
 Hak kebendaan yang memberikan jaminan merupakan hak kebendaan yang dimiliki kreditur, berupa hak
untuk didahulukan dalam pengambilan pelunasan daripada kreditur-kreditur lain, atas hasil penjualan
suatu benda tertentu atau sekelompok benda tertentu yang secara khusus diperjanjikan untuk itu.

Gadai
 Gadai, pada dasarnya diberikan untuk menjamin suatu tagihan.
 Pasal 1150 merumuskan gadai sbb: “gadai adalah suatu hak yang diperoleh seorang berpiutang atas
suatu barang bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh seseorang berhutang atau orang lain atas
namanya, dan yang memberikan kekuasaan kepada si berpiutang untuk mengambil pelunasan dari
barang tersebut secara didahulukan daripada orang berpiutang lainnya, dengan kekecualian biaya untuk
13
melelang barang tersebut dan biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkannya, setelah barang itu
digadaikan, biaya-biaya mana harus didahulukan.
 Kata “gadai”/ “pand” dalam BW mempunyai dua arti, pertama untuk menunjuk kepada bendanya (benda
gadai vide pasal 1152 BW) kedua, tertuju kepada haknya (hak gadai psl 1150 BW).
 Para pihak yang terlibat dlm perjanjian gadai ada 2, yaitu pihak yang memberikan jaminan gadai,
pemberi gadai – bisa debitur atau orang lain (1156 BW), sedangkan pihak lain – kreditur – yang
menerima jaminan, disebut penerima gadai. Benda gadainya umumnya dipegang oleh penerima
gadai/kreditur, namun tidak tertutup kemungkinan, atas persetujuan para pihak, benda gadai dipegang
oleh pihak ketiga—pemegang gadai.
 Benda yang dijadikan jaminan gadai harus benda bergerak (1150 jo 1152 BW) baik bertubuh (berwujud)
maupuan yang tidak bertubuh seperti piutang atas nama, bawa/tunjuk (1152 ayat 1 BW). Benda gadai
tersebut harus diserahkan dan berada dibawah kekuasaan kreditur/ pihak ketiga.

FIDUSIA
o Lembaga jaminan Fidusia pada awalnya muncul dalam praktek untuk mengatasi hambatan-hambatan
yan dimiliki oleh jaminan gadai. Kemudian lembaga jaminan fidusia ini dikuatkan dan dibenarkan
dengan juriprudensi Bierbrouwerij Arrest tanggal 25 Januari 1929 dan diindonesia diakui dengan
keputusan HgH tanggal 18 agustus 1932 dal perkara anatar B.P.M. melawan Clignet. Menurut HgH
Fidusia bukan perjanjian gadai, maka tidak wajib memenuhi unsur-unsur gadai.
o Dengan diundangkannya UU No. 42 tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia, maka jaminan fidusia
mendapat pengakuan resmi dari pembuat UU yang sebelumnya hanya dengan jurisprudensi.

PENGERTIAN FIDUSIA
 Pengertian fidusia adalah pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas dasar kepercayaan dengan
ketentuan bahwa benda yang hak kepemilikannya dialihkan tersebut tetap dalam penguasaan pemilik
benda. Sedangkan Jaminan Fidusia yaitu Hak jaminan atas benda bergerak, baik yang berwujud maupun
yang tidak berwujud dan benda tidak bergerak khususnya bangunan yang tidak dapat dibebani hak
tanggungan sebagaiman dimaksud dalam UU No. 4 tahun 1996 tentang hak tanggungan yang tetap
berada dalam penguasaan pemberi fidusia, sebagai agunan bagi pelunasan hutang tertentu, yang
membrikan kedudukan diutamakan kepada penerima fidusia terhadap kreditur lainnya (pasal 1 sub 1 &
2).
 Jaminan fidusia menjadi hapus karena hal sebagai berikut:
o Hapusnya hutang yang dijamin dengan fidusia
o Pelepasan hak atas jaminan fidusia oleh penerima fidusia
o Musnahnya benda yang menjadi objek jaminan fidusia

Pokok Bahasan 5

HUKUM PERIKATAN

Istilah Perikatan
 Buku III BW berjudul van verbintenissen
 Verbintenissen merupakan salinan istilah obligation dlm Code Civil Perancis, yg berasal dari obligation
menurut hukum romawi.
 Istilah verbintenissen diterjemahkan berbeda beda dlm kepustakaan hk indonesia, yaitu:
 Perjanjian (menurut Achmad Ichsan)
 Perutangan (Sri Soedewi M. Sofwan)
 Perikatan (R. Subekti)

14
Pengertian Perikatan
o Definisi perikatan dalam B.W. tidak ditemukan.
o Menurut doktrin/ilmu pengetahuan hukum, perikatan adalah suatu hubungan hukum dalam lapangan
hukum harta kekayaan dimana satu pihak ada hak dan di lain pihak ada kewajiban.

Unsur Perikatan
 Berdasarkan definisi/pengertian perikatan dapat dikemukakan empat unsur yang harus ada dalam
perikatan:
 hubungan hukum, yaitu hubungan yang mempunyai akibat hukum atau akibat dari hubungan itu
diatur oleh hukum.
 dalam lapangan hukum harta kekayaan, berarti perikatan-perikatan dimana hak dan kewajiban
yang muncul dari sana mempunyai nilai uang atau paling tidak pada akhirnya dapat dijabarkan
dalam sejumlah uang tertentu.
 hubungan antara kreditur dan debitur, dalam perikatan terdapat subyek perikatan atau para pihak
yang terlibat dalam suatu perikatan.
 isi perikatan/prestasi, menurut subekti prestasi merupakan suatu yang dapat dituntut pemenuhannya
dari debitur.
 pasal 1234 B.W. menentukan wujud prestasi berupa:
o menyerahkan suatu barang (Buku III Titel II Bagian 2;
o melakukan suatu perbuatan (Buku III titel I Bagian III)
o tidak melakukan suatu perbuatan (Buku III titel I Bagian III)
 Syarat-syarat Prestasi suatu perikatan:
 Harus diperkenankan, artinya tidak boleh bertentangan dengan UU, ketertiban umum dan
kesusilaan (ps 1335 & 1337 BW)
 Harus tertentu atau dapat ditentukan, artinya harus terang dan jelas (ps 1320 (3) & 1333 BW);
 Harus mungkin dilakukan

Pengaturan Hukum Perikatan


 Hukum perikatan diatur dalam Buku III B.W. yang terdiri dari 18 bab dari pasal 1233 s.d. 1864 B.W.
ditambah bab VIIA.
Bab I (psl 1233 s.d. 1312) tentang perikatan-perikatan pada umumnya;
Bab II (ps 1313 s.d. 1352) tentang perikatan-perikatan yang timbul dari perjanjian
Bab III (ps 1352 s.d. 1380) tentang perikatan-perikatan yang timbul karena UU
Bab IV (ps 1381 s.d. 1456) tentang hapusnya perikatan-perikatan
Bab V s.d. Bab XVIII ditambah Bab VII A (ps 1457 s.d. 1864) tentang perjanjian-perjanjian khusus.
Bab I s.d. IV merupakan ketentuan umum sedangkan Bab s.d. XVIII ditambah VIIA merupakan ketentuan
khusus yang mengatur perjanjian bernama (benoemde contracten).

Sistem Hukum Perikatan


 Sistem Buku III BW adalah sistem terbuka, artinya Buku III B.W. memberikan kebebasan untuk
membuat perjanjian apa saja asal tidak melanggar undang-undang, kesusilaan, dan ketertiban umum.
 Dengan demikian pula Buku III BW menganut asas kebebasan berkontrak sebagaimana ditentukan
dalam pasal 1338 ayat (1) B.W. Penerapan asas ini tetap hrs mengindahkan syarat-syarat sahnya
perjanjian (Ps 1320 BW) dan tidak bertentangan dgn UU, kesusilaan, serta ketertiban umum ( Ps 1335
&1337 BW)

Schuld Dan Haftung


 Pada perikatan terdapat dua pihak yaitu Kreditur yang mendapat hak dan Debitur yang harus memenuhi
kewajiban.
 (KREDITUR) A B (DEBITUR)
15
 SCHULD HAFTUNG
 Pada debitur terdapat dua unsur yaitu schuld dan haftung
 SCHULD adalah hutang debitur kepada kreditur atau kewajiban debitur untuk memenuhi prestasi.
 HAFTUNG adalah kewajiban debitur untuk menjamin pemenuhan prestasi dengan seluruh harta
kekayaannya atau harta kekayaan debitur yang dipertanggungjawabkan bagi pelunasan utang debitur
tersebut.
 Pasal 1131 B.W. menyatakan bahwa semua benda kepunyaan debitur baik yang bergerak maupun yang
tidak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang akan ada, menjadi jaminan untuk perikatan yang
dibuatnya.
 Pada asasnya pada debitur terdapat schuld dan haftung namun dalam perikatan tertentu pada debitur:
 schuld tanpa haftung, yaitu pada perikatan alamiah (natuurlijke verbintenis), contohnya utang
yang timbul karena perjudian (Pasal 1788 B.W..)
 haftung tanpa schuld, dalam hal ini pihak ketiga menyerahkan barangnya untuk dipergunakan
sebagai jaminan bagi debitur kepada kreditur walaupun pihak ketiga tsb tidak mempunyai utang
kepada kreditur, pihak ketiga tsb bertanggung jawab terhadap utang debitur dengan barang yang
dipakai sebagai jaminan.

SUMBER PERIKATAN
 Pembuat undang-undang membuat perbedaan perikatan berdasarkan asal atau sumbernya.
 Pasal 1233 b.w. menyatakan bahwa tiap-tiap perikatan dilahirkan baik karena perjanjian maupun karena
undang-undang.
perjanjian menurut pasal 1313 b.w. adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih
mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.
 Perikatan yang berasal dari undang-undang dibagi dalam: (pasal 1352 b.w.)
1. undang-undang saja (pasal 321 b.w.)
2. uu sebagai akibat perbuatan orang (pasal 1353 b.w.)
A. perbuatan halal/sesuai dengan hukum.
 pasal 1354 b.w., jika seorang dengan sukarela, dengan tidak mendapat perintah untuk itu,
mewakili urusan orang lain dengan atau tanpa sepengetahuan orang ini, maka ia secara
diam-diam mengikat dirinya untuk meneruskan serta menyelesaikan urusan tersebut,
hingga orang yang diwakili kepentingannya dapat mengerjakan sendiri urusan itu.
(zaakwarneming).
 pasal 1359 b.w. tiap-tiap pembayaran yang memperkirakan adanya suatu utang, apa yang
telah dibayarkan dengan tidak diwajibkan, dapat dituntut kembali. (onverschuldigde
betaling).
B. perbuatan melanggar hukum/onrechtmatigedaad
 pasal 1365 b.w., tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian kepada
orang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menimbulkan kerugian itu,
mengganti kerugian tersebut.
3. Diehuis, Asser dan Suyling berpendapat bahwa perikatan yng bersumber pada perjanjian maupun UU
tidak ada perbedaan, sebab semua perikatan itu baru mempunyai kekuatan sebagai perikatan karena
diakui oleh UU dan mendapat sanksi dari UU.
4. Namun demikian menurut Van Brakel kedua macam perikatan itu ada perbedaannya, yaitu pada
perikatan yg bersumber UU, perikatan itu tercipta baik krn perbuatan atau kejadian dan memikulkan
kewajiban dengan tdk menghiraukan kehendak orang yang harus memenuhinya. Sedangkan pada
perikatan krn perjanjian meskipun mendapat sanksi dari UU, tetapi keharusan memenuhi kewajiban baru
tercipta setelah yang bersangkutan (yg hrs memenuhi kewajiban) memberikan persetujuannya atau
menghendakinya

Wanprestasi

16
 Pada debitur terletak kewajiban untuk memenuhi prestasi. jika ia tidak melaksanakan kewajibannya
tersebut (tidak karena keadaan memaksa/overmacht) maka debitur dianggap lalai atau melakukan ingkar
janji / wanprestasi.
 ada tiga bentuk ingkar janji, yaitu:
1. tidak memenuhi kewajibannya atau prestasinya sama sekali
2. terlambat memenuhi prestasi
3. memenuhi prestasi secara tidak baik atau tidak seperti yang telah diperjanjikan.

Pernyataan Lalai (Ingebrekestelling) Pasal 1238 B.W.


 Untuk menentukan saat terjadinya ingkar janji, undang-undang memberikan pemecahannya dengan
lembaga pernyataan/penetapan lalai (sommatie).
 pernyataan lalai ini merupakan peringatan tertulis dari kreditur kepada debitur, yang menyatakan
selambat-lambatnya pemenuhan prestasi dari debitur.
 sommatie tersebut dilakukan oleh juru sita pengadilan yang membuat proses verbal (berita acara) dalam
bentuk tulisan yang disebut exploit. ATAU dengan akta sejenis (tulisan biasa/bukan resmi semacam
surat atau telegram)
 dalam perkembangannya, surat gugatan dapat dianggap sebagai suatu sommatie (KEPUTUSAN M.A.
NO. 117K/SIP/1956, tanggal 12 juni 1956).
 DALAM HAL DEBITUR WANPRESTASI, KREDITUR DAPAT MENUNTUT:
 pemenuhan perjanjian, meskipun pelaksanaannya sudah terlambat;
 pemenuhan perjanjian dengan ganti rugi, sebagai akibat terlambatnya pemenuhan perjanjian;
 ganti rugi saja, karena perjanjian tidak atau terlambat dilaksanakan atau dilaksanakan tetapi tidak
sebagaimana mestinya;
 pembatalan perjanjian;
 pembatalan perjanjian dengan ganti rugi.
 tuntutan diatas harus dimintakan keputusan hakim. jadi hakim yang menentukan kebatalan suatu
perjanjian.

Ganti Rugi (Pasal 1243 & 1246 B.W.)


 penggantian kerugian yang dapat dituntut menurut undang-undang, berupa:
o biaya-biaya yang telah dikeluarkan (kosten);
o kerugian yang menimpa harta benda si kreditur (schaden)
o kehilangan keuntungan yang diharapkan (interessen)
o bunga (moratoire interessen/ pasal 1250 b.w. & stb. 1848:22)

PERIKATAN YANG TIMBUL KARENA PERJANJIAN


 PERJANJIAN menurut pasal 1313 b.w. adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih
mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.
 Menurut pasal 1320 BW syarat sahnya suatu perjanjian yaitu:
1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya
2. Cakap untuk membuat suatu perjanjian
3. Suatu hal tertentu
4. Suatu sebab yang halal

17
Pokok Bahasan 6

HUKUM WARIS

Istilah Yg Berkaitan Dengan Waris


 Pewaris adalah orang yang meninggal dunia dan meninggalkan harta kekayaan
 Mewaris berarti menggantikan kedudukan oarng yang meninggal mengenai hubungan-hubungan
hukum harta kekayaannya
 Ahli waris adalah mereka yang menggantikakn kedudukan hukum dari oarng yang meninggal dalam
kedudukan hukum harta kekayaan.
 Warisan adalah harta yang ditinggalkan oleh orang yang meninggal, suatu kompleks aktiva dan
pasiva.

Cara Memperoleh Warisan


 Sebagai ahli waris menurut ketentuan undang-undang (ab intestato)
 Karena ditunjuk dalam surat wasiat (testamentair )

 LEGITIMARIS adalah para ahliwaris karena undang-undang


 APA YANG DIWARISKAN HANYALAH HAK-HAK DAN KEWAJIBAN-KEWAJIBAN DLM
LAPANGAN HUKUM HARTA KEKAYAAN

Asas Hukum Waris


 Dlm hk waris berlaku suatu asas, “ ketika seorang meninggal dunia, maka seketika itu juga segala hak
dan kewajibannya beralih pada ahliwarisnya” (le mort saisit le vif). Dengan prinsip ini diatur dalm pasal
834 B.W. bahwa ahliwaris berhak untuk menuntut supaya segala apa saja yang termasuk harta
peninggalan si meninggal diserahkan kepadanya berdasarkan haknya sebagai ahli waris.

Pengaturan Hukum Waris


 Dlm B.W., hukum waris diatur dari Bab 11 sampai 17 dari Buku Dua (bagian hukum kebendaan).

Ahli Waris Berdasaran UU


 Dlm sistem hukum waris B.W. tidak dibedakan antara laki-laki dan perempuan (ps 852 bw)
 Untuk menetapkan anggota si pewaris dibagi dlm beberapa golongan:
1. Golongan pertama: suami/isteri dari pewaris dan anak-anak si pewaris
2. Golongan kedua: orang tua si pewaris dan saudara-saudara si pewaris
3. Golongan ketiga:leluhur lain (kakek/nenek, keatas)
4. Golongan keempat: sanak keluaraga lainnya dlm garis menyimpang sampai derajat keenam
 Selama masih ada orang-orang dari golongan pertama, maka golongan kedua tiadak akan menerima.
Baru jika golongan pertama tidak ada, golongan kedua yang menerima. Selama masih ada golongan
kedua, golongan ketiga tidak akan menerima. Demikian seterusnya.
 Jika semua ahli waris tidak ada, maka harta warisan jatuh ketangan negara.

MENERIMA/MENOLAK WARISAN

18
 Jika terbuka suatu warisan, seorang ahliwaris dapat memilih apakah ia akan menerima atau menolak
warisan itu, atau menerima tetapi dengan ketentuan ia tidak diwajibkan membayar hutang-hutang si
pewaris yg melebihi bagiannya dalam warisan.

WASIAT/TESTAMENT
 Suatu wasiat/testament ialah suatu pernyataan dari seseorang tentang apa yang dikehendaki setelahnya ia
meninggal dunia
 Wasiat yang telah dibuat secara sepihak oleh si pembuat wasiat dapat ditarik kembali oleh si pembuat.
 Pembuatan wasiat tidak boleh bertentangan dengan UU khususnya mengenai “legitieme portie” yaitu
bagian warisan yang sudah ditetapkan menjadi hak para ahli waris (dalam garis lurus) dan tidak dapat
dihapuskan oleh orang yang meninggalkan warisan

ISI WASIAT
 Suatu “ERFSTELLING” yaitu penunjukan seorang atau beberapa orang menjadi “ahliwaris” yang akan
mendapat seluruh atau sebagaian dari warisan; dan/atau
 Suatu “LEGAAT” yaitu suatu pemberian (berupa benda) kepada seseorang yang disebutkan dalam
wasiat; dan/ atau
 Suatu penunjukan wali untuk anak-anak si meninggal; dan/atau
 Suatu pengakuan anak luar kawin; dan/atau
 Pengankatan seorang executeurtestamentair.

TIGA MACAM BENTUK TESTAMENT


1. Openbaar testament
2. Olographis testament
3. Testament tertutup/rahasia

Pokok Bahasan 7

HUBUNGAN HK PERDATA & DAGANG

Pengertian Hukum Dagang


• Hk dagang terletak dalam lapangan hukum perikatan
• Van Kan, Hk dagang merupakan suatu tambahan yang mengatur hal-hal yg khusus dari hk perdata.
• Van Apeldoorn menganggap hk dagang suatu bagian istimewa dari lapangan hk perikatan yg tdk dapat
ditetapkan dlm Buku III KUHPer.
• Hukum dagang adalah hukum perikatan yang timbul khusus dari lapangan perusahaan
• Hukum dagang diatur dalam:
1. Kitab UU Hukum Dagang (KUHD)
2. Peraturan Per-UU-an Lain diluar KUHD
3. Hukum Kebiasaan yg berlaku

HUB Kuhper & KUHD


• KUHPer (B.W.) merupakan hukum perdata umum sedang KUHD (W.v.K.) merupakan hukum perdata
khusus
• Hubungan antara kedua macam hukum ini seperti genus (umum) dan species/specialis (khusus).
• Mengenai hubungan ini berlaku asas hukum, “lex specialis (khusus) derogat lex generali”. Asas ini
dirumuskan dlm pasal 1 KUHD, yaitu: KUHPer, seberapa jauh dlm KUHD ini tidak khusus diadakan
penyimpangan, berlaku juga thd hal yg disinggung dalam kitab ini (KUHD).

19
Perusahaan & Pekerjaaan
• Pada awalnya yang muncul istilah “pedagang/perniagaan” sebagaimana diatur dlm psl 2-5 (lama)
KUHD yg kemudian dihapus dgn S. 1938-276 sehingga diganti istilah “perusahaan”.
• Pengertian “ perusahaan” tidak ditemukan dlm KUHD. Beberapa pendapat yg memberi pengertian
perusahaan:
 Menurut memorie van toelichting pemerintah Belanda, perusahaan ialah keseluruhan perbuatan
yg dilakukan secara tdk terputus-putus, dengan terang-terangan, dlm kedudukan tertentu dan
untuk mencari laba (bagi diri sendiri).
• Menurut Prof Molengraaff, perusahaan adalah keseluruhan perbuatan yang dilakukan secara terus-
menerus, bertindak keluar, untuk mendapatkan penghasilan, dengan cara memperniagakan barang-
barng, menyerahkan barang-barang, atau mengadakan perjanjian-perjanjian perdagangan
• Menurut Polak, perusahaan memerlukan adanya perhitungan-perhitungan tentang laba-rugi yang dapat
diperkirakan dan segala sesuatu itu dicatat dalam pembukuan

Pengertian Pekerjaan
• Pengertian “pekerjaan” merupakan lawan dari pengertian “perusahaan”.
• Pada pengertian perusahaan unsur laba mrupakan unsur mutlak, maka pada penegertian pekerjaan unsur
laba tidak merupakan unsur mutlak.
• Apabila jasa-jasa seseorang terutama ditinjau dari segi kedudukannya atu sifat pekerjaannya sebagai
pegawai, atau apabila jasa-jasa diberikan tidak untuk mencapai tujuan financial, maka tidak dapat
dikatakan ia menjalankan suatu perusahaan melainkan melakukan pekerjaan.
• Seorang dokter, dosen, pengacara, akuntan mereka melakukan pekerjaan.

Peraturan Khusus Pelaksanaan Perusahaan


• Pasal 6 KUHD, mewajibkan setiap orang yg menjalankan perusahaan membuat pembukuan yang teratur
dan rapi.
• Pasal 1878 (3) KUHper menetapkan surat bukti utang sepihak dibawah tangan yang dibuat oleh seorang
debitur yg menjalankan perusahaan dianggap cukup bila debitur tsb membubuhkan tanda tangannya.
• Pasal 396 (3) KUHPidana, yg mengancam 1 th 4 bln kepada si pailit yg tdk betul menjalankan
pembukuan.
• Pasal 397 KUHPidana, sanksi pidana max 7 th bagi debitur yg menyelewengkan pembukuan untuk
kepentingan seorang kreditur sebelum/ pada saat pailit.
• Kewajiban bagi yg menjalankan perusahaan untuk membuat neraca

Perantara Perdagangan
1. Orang-orang yang sebenarnya buruh/pekerja menurut B.W. yg disebut handels-bedienden, termasuk
disini:
• Pelayan, pemegang buku kasir, pemimpin perusahaan, procuratie houder.
2. Orang yang memperoleh “lasthebber” dalam pengertian B.W., meliputi:
• Agen
• Makelar (broker)
• Komisioner
AGEN (COMMERCIAL AGENT)
• Seorang agen dagang, melakukan pekerjaan yang berupa memberikan perantaraan dalam pembuatn
perjanjian-perjanjian antara seorang pedagang tetap (principal) dengan orang-orang lain, tetapi ia juga
dpt dikuasakan untuk menutup sendiri perjanjian-perjanjian itu atas nama dan tanggungan pedagang
tsb(principal).
• Agen mengusahakan kepentingan perusahaan yg diwakilinya,sehingga kadang-kadang ia mewakili
beberapa perusahaan
• Seorang agen berhak memperoleh upah/provisi untuk perantaraannya bagi si principal
20
• Ketentuan agen tdk ada dlm KUHD tapi praktek
MAKELAR/BROKER
• Seorang makelar, menurut UU, adalah seorang penaksir dan perantara dagang yang telah disumpah, yg
menutup perjanjian-perjanjian atas perintah dan atas nama seorang lain namun tidak mempunyai
hubungan tetap dan yg untuk pekerjaannya itu meminta suatu upah yang lazim dinamakan
provisi/courtage.
• Seorang makelar menurut ps 62 KUHD diangkat oleh gubernur jenderal/presiden/menteri atau pejabat
lain seperti kepala daerah.
• Dari tiap perjanjian yg ditutup, ia diwajibkan membuat suatu catatan dan dlm waktu singkat ia harus
memberikan turunan dari catatan tersebut kepada masing-masing pihak.
KOMISIONER
• Pasal 76 KUHD merumuskan komisioner sebagai seorang yg menyelenggarakan perusahaannya dengan
melakukan perbuatan-perbuatn menutup perjanjian atas nama firma dia sendiri tetapi atas amanat dan
tanggungan orang lain dan dengan menerima upah/komisi tertentu.
• Selain ia bertindak atas nama sendiri,menurut pasal 77, ia pun tidak diwajibkan untuk menyebutkan
kepada pihak ketiga dengan siapa ia berniaga, yaitu nama orang yg memberi perintah, oleh karena itu ia
berhubungan dengan pihak ketiga itu seolah-olah tindakan itu urusannya sendiri
• UU memberikan hak privilege atas semua barang yang telah dibelinya untuk orang yang memberinya
perintah atau menyuruhnya menjual, selama barang tsb masih ditangannya.

Pokok Bahasan 8

BENTUK BENTUK BADAN USAHA

Perseroan Perdata (Maatschap)


• Perseroan perdata diatur dalam B.W. Buku III titel 8 pasal 1618 s.d. 1652
• Menurut pasal 1618 B.W., Maatschap adalah suatu persetujuan (perjanjian), dalam mana dua orang atau
lebih saling berjanji untuk memasukkan barang sesuatu dalam suatu gabungan kekayaan (gemeenschap),
yang meliputi juga gabungan kerja, dengan maksud akan membagi diantara mereka keuntungan yang
diperoleh secara kerja sama itu.
Karakter Maatschap
• Maatschap merupakan suatu persetujuan
• Masing-masing pihak harus memasukkan sesuatu hal dalm perseroan perdata (inbreng) vide pasal 1619
(2) B.W.
• Maksud dari maatschap ini ialah untuk bersama-sama mendapat untung (voordeel)
• Cara membentuk maatschap tidak ditentukan (tertulis, lisan, diam-diam)
• hubungan hukum antar para peserta timbul sejak ada kesepakatan membentuk maatschap
• Keanggotaan peserta maatschap tidak dapat dipindahkan tanpa persetujuan peserta lain

Perseroan Firma
• Diatur dalam W.v.K. Buku I Bab 3 afdeling 2 pasal 16 s.d. 35.
• Menurut pasal 16 W.v.K suatu Perseroan Firma (Vennootschap onder een firma) ialah suatu maatschap
atau perseroan perdata yang bersifat khusus, yaitu yang menjalankan suatu perusahaan (bedrijf) dengan
menggunakan suatu nama tertentu (firma)
• Disamping itu, pasal 18 WvK menentukan bahwa tiap peserta dalam Perseroan Firma bertanggung
jawab atas segala perjanjian dari perseroan untuk seluruhnya (dengan kekayaan sendiri masing-masing)
Pendirian perseroan firma
• Pasal 22 WvK menentukan pendirian perseroan firma harus didirikan dengan akta otentik (akta notaris)

21
• Setelah itu, mewajibkan kepada para peserta suatu perseroan firma untuk memasukkan akta
pendiriannya dalam daftar yang khusus untuk itu diadakan di kepaniteraan pengadilan negeri d tempat
kedudukan perseroan. (ps 23 WvK)
• Psl 28 WvK juga menentukan, mewajibkan kepada persero untuk mengumumkan petikan dari akta
pendiriannya dalam Berita Negara.
Karakteristik Perseroan firma
• Berbeda dengan maatschap yg bertujuan membagi keuntungan, perseroan firma bertujuan melakukan
perusahaan.
• Kewajiban untuk membuat pembukuan karena perseroan firma melakukan perusahaan
• Kewajiban untuk memberi nama pada perseroan firma bisa diambil dari nama salah seorang peserta atau
nama orng lain atau nama yg menyebutkan lapangan kerja dari perusahaannya.
• Setiap persero/peserta berwenang mewakili perseroannya (ps 17 (1) WvK)
• Setiap persero masing-masing bertanggung jawab untuk seluruhnya atas segala perikatan yang melekat
pada perseroan

Perseroan Komanditer Commanditaire Vennootschap (Cv)


• Dalam pandangan WvK, perseroan komanditer dapat didirikan secara tertulis atau lisan, dan pihak luar
tidak perlu tahu adanya perseroan komanditer.
• Dengan demikian perseroan komanditer bersifat intern terbatas pada hubungan si peminjam uang dan si
pemberi pinjaman.
• Dlm WvK tidak diatur cara mendirikan perseroan komanditer maupun pengumuman adanya perseroan
tersebut
• Dalam praktek, kekayaan perseroan komanditer terpisah dari kekayaan persero komanditer

Perseroan Terbatas (PT)


• Perseroan terbatas adalah bentuk badan usaha yang dahulu diatur dalm bagian III dari BUKU I WvK
dari pasal 36-56 yg disebut dengan Naamloze Vennootschap. Sekarang diatur dlm UU No.1/1995
tentang Perseroan Terbatas.
• Menurut UU No.1/1995, perseroan terbatas adalah badan hukum yg didirikan berdasarkan perjanjian,
melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham, dan memenuhi
persyaratan yg ditetapkan dalam UU PT.
Organ perseroan terbatas
• Dlm pasal 1(2) UU PT, dinyatakan organ perseroan meliputi:
– Rapat Umum Pemegang saham, yaitu organ perseroan pemegang kekuasaan tertinggi dlm
perseroan dan memegang segala wewenang yang tidak diserahkan kepada direksi atau komisaris
– Direksi, yaitu organ perseroan yg bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan untuk
kepentingan tujuan perseroan serta mewakili perseroan baik didalam maupun di luar pengadilan
sesuai dengan ketenuan anggaran dasar.
– Komisaris, yaitu organ perseroan yang bertugas mengawasidan atau memberikan nasihat kepada
direksi dlm menjalankan perseroan
• Untuk mempelajari organ perseroan selain UU PT, perlu melihat anggaran dasar PT tersebut, yg
merupakan statuta perseroan.
• Menurut pandangan klasik, semua kekuasaan dalam perseroan berada dlm satu sentrum yaitu RUPS,
tetapi menurut pandangan mutakhir, kedudukan ketiga organ tidak lagi berjenjang (untergeordnet)
melainkan sederajat (neben).
• Kedudukan sederajat antar organ ini karena direksi atau komisaris memperoleh wewenang bukan
limpahan dari RUPS melainkan berdasarkan UU dan atau Anggaran dasar, yang harus menjalankan
wewenang dengan penuh tanggung jawab untuk kepentingan dan usaha perseroan (ps 85(1) dan 98 (1)
UU PT).
• Untuk mempelajari organ perseroan selain UU PT, perlu melihat anggaran dasar PT tersebut, yg
merupakan statuta perseroan.
22
• Menurut pandangan klasik, semua kekuasaan dalam perseroan berada dlm satu sentrum yaitu RUPS,
tetapi menurut pandangan mutakhir, kedudukan ketiga organ tidak lagi berjenjang (untergeordnet)
melainkan sederajat (neben).
• Kedudukan sederajat antar organ ini karena direksi atau komisaris memperoleh wewenang bukan
limpahan dari RUPS melainkan berdasarkan UU dan atau Anggaran dasar, yang harus menjalankan
wewenang dengan penuh tanggung jawab untuk kepentingan dan usaha perseroan (ps 85(1) dan 98 (1)
UU PT).

23

Anda mungkin juga menyukai