Anda di halaman 1dari 162

PENGANTAR ILMU HUKUM

Oleh:
Syahrir, SH, M.Si
PERTEMUAN PERTAMA DAN KEDUA
PENGERTIAN PENGANTAR ILMU
HUKUM
Pengantar Ilmu Hukum (PIH) terdiri dari kata Pengantar dan Ilmu Hukum. Ilmu
Hukum dapat dipecah lagi menjadi ILMU dan HUKUM.
Mengantar yang berasal dari perkataan “Pengantar” berarti membawa ke tempat
yang dituju. Dalam bahasa asing juga diartikan “Inleiding” (Belanda) dan
“Introduction” (Inggris) yang berarti memperkenalkan, dalam hal ini yang
diperkenalkan ialah ilmu hukum.
Bertitik tolak dari kata Pengantar inilah maka PIH merupakan basis leervak/mata
pelajaran dasar yang tidak boleh ditinggalkan oleh mereka yang ingin mempelajari
masalah dan cabang-cabang ilmu hukum.
SEJARAH SINGKAT PIH
1. Istilah Pengantar Ilmu Hukum tidak tercipta begitu saja, tetapi mempunyai
sejarahnya sendiri. PIH berasal dari terjemahan bahasa Belanda “Inleiding tot
de rechtswetenschap”. Istilah ini dipakai pada tahun 1920 yaitu dimasukkan
dalam Hoger Onderwijs Wet, atau Undang-Undang Perguruan Tinggi di negeri
Belanda.
2. Inleiding tor de rechtswetenschap ini adalah sebagai pengganti dari istilah
“Encyclopaedie der rechtswetenschap” yaitu suatu istilah yang semula
dipegunakan di negeri Belanda.
3. Sebenarnya istilah Inleiding tot de rechtswetenschap itu sendiri merupakan
terjemahan dari Einfuhrung in die Rechtswissenschaft suatu istilah yang
dipergunakan di Jerman pada akhir abad 19 dan permulaan abad 20.
LANJUTAN>……………………

4. Di Indonesia sendiri Inleiding tot de rechtswetenschap telah dikenal sejak tahun


1924 dengan didirikannya Rechts Hode School (Sekolah Tinggi Hukum) di
Batavia (Jakarta) di mana dimasukkan dalam kurikulumnya.
5. Sedangkan istilah Pengantar Ilmu Hukum, dipergunakan untuk pertama kalinya
di Perguruan Tinggi/Universitas Gajah Mada yang berdiri tanggal 3 Maret 1946.
Tetapi sebenarnya jauh sebelum itu tepatnya pada tahun 1942, istilah Pengantar
Ilmu Hukum sudah dipelajari berbagai terjemahan dari Inleiding tot de
Rechtswetenschap dan sampai sekarang dijadikan mata kuliah dasar di setiap
perguruan tinggi di seluruh Indonesia.
PERAN DAN FUNGSI PIH
1. Memberikan introduksi atau memperkenalkan segala
masalah yang berhubungan dengan hukum;
2. Berusaha untuk menjelaskan tentang keadaan, inti,
maksud dan tujuan dari bagian-bagian yang penting dari
pada hukum serta bertalian antara berbagai bagian
tersebut dengan ilmu pengetahuan hukum;
3. Memperkenalkan ilmu hukum, yaitu pengetahuan yang
mempelajari segala seluk beluk dari pada hukum dalam
segala bentuk dan manifestasinya;
LANJUTAN>……………………

4. Merupakan dasar dalam rangka studi hukum. Tanpa


memahami Pengantar Ilmu Hukum secara tuntas dan
seksama tidak akan dapat diperoleh pengertian yang baik
tentang berbagai cabang ilmu hukum. Dengan demikian
sudah tepatlah apabila Pengantar Ilmu Hukum juga
dinamakan “basis leervak” atau mata kuliah dasar dari pada
pelajaran hukum.
5. Mengkualifikasikan mata pelajaran, pendahuluan,
pembukaan ke arah ilmu pengetahuan hukum pada tingkat
persiapan.
METODE PENDEKATAN DALAM MEMPELAHARI PIH
PIH sebagai mata pelajaran dasar memerlukan metode pendekatan tersendiri,
berikut metodenya:
1. Pengantar Ilmu Hukum adalah sarana memperkenalkan ilmu hukum. Sebagai
sarana pengenalan maka PIH menunjukkan ilmu hukum secara keseluruhan,
untuk kemudian apabila telah dikuasainya dilanjutkan dengan mempelajari
cabang-cabang hukum;
2. Pengantar ilmu hukum mempelajari hukum dari segi ilmiahnya secara sentral
dan universal. Dikatakan universal karena pandangannya adalah kepada hukum
yang berlaku kapan saja dan dimana saja, tidak dibatasi dengan negara
(wilayah).
LANJUTAN>……………………

Dengan demikian Pengantar Ilmu Hukum mempelajari hukum secara


menyeuruh, secara umum dan mendatar (in de ruimte), sedangkan cabang-
cabang hukum dipelajari secara mendalam (in de diepte) atau dengan perkataan
lain Pengantar Ilmu Hukum menyelidiki pengertian-pengertian dasar dan asas-
asas dari hukum secara menyeluruh (gondbeginselen van het recht in het
algemeen) sedangkan cabang-cabang hukum tersebut menyelidiki pengertian dan
asas hukum yang bersifat khusus.
3. Dengan menggabungkan pengetahuan ringkas mengenai keseluruhan acara
dengan pengetahuan mendalam tentang tiap-tiap bagian dari acara itu saling isi
mengisi dan akan didapat suatu perpaduan pengetahuan yang benar-benar
lengkap.
RUANG LINGKUP ILMU HUKUM
A. Hukum sebagai Obyek Ilmu Hukum:
1. Apakah hukum itu
2. Apakah tujuan hukum
3. Bagaimanakah hukum itu terbentuk
4. Apakah sumber-sumbernya hukum
5. Bagaimanakah system dan klasifikasinya
B. Ilmu Hukum sebagai Norma Hukum:
6. Hukum sebagai kaidah hukum
7. Kaidah hukukm dan kaidah lainnya.
LANJUtAN………………………

C. Ilmu Hukum Sebagai Ilmu Pengetahuan:


1. Subyek Hukum
2. Obyek Hukum
3. Peristiwa Hukum
4. Perbuatan Hukum
5. Hubungan Hukum
6. Akibat Hukum
7. Masyarakat Hukum.
LANJUTAN……………………….

D. Ilmu Hukum Sebagai Ilmu Kenyataan:


1.Antropologi Hukum
2.Sosiologi Hukum
3.Sejarah Hukum
4.Psikologi Hukum
5.Perbandingan Hukum.
HUKUM SEBAGAI OBYEK ILMU HUKUM
• Hukum menurut Prof. Dr. P. Borst, ialah keseluruhan peraturan bagi kelakuan
atau perbuatan manusia di dalam masyarakat, yang pelaksanaannya dapat
dipaksanakan dan bertujuan mendapatkan tata atau keadilan.
Dari definisi tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
Hukum merupakan peraturan atau norma yaitu petunjuk atau pedoman hidup
yang wajib ditaati oleh manusia. Dengan demikian hukum bukan kebiasaan;
Norma hukum, diadakan guna ditujukan pada kelakuan atau perbuatan manusia
dalam masyarakat, dengan demkian pengertian hukum adalah pengertian sosial.
Dimana masyarakat, di situ ada hukum, sebaliknya bilamana tidak ada
masyarakat, hukumpun tidak akan ada.
LANJUTAN…………………

Pelaksanaan peraturan hukum itu dapat dipaksanakan artinya bahwa hukum


mempunyai sanksi, berupa ancaman dengan hukuman terhadap si pelanggar atau
merupakan ganti rugi bagi yang menderita.

Dengan demikian, HUKUM diadakan dengan tujuan


agar menimbulkan tata atau damai dan yang lebih dalam
lagi yaitu keadilan di dalam masyarakat mendapatkan
bagian yang sama. Dan akhirnya dapat
terwujud/terlaksana adanya “Cuum ciuquo tribuere”
(kepada masing-masing anggota masyarakat mendapat
bagian yang sama).
LANJUTAN…………………

HUKUM menurut Prof. Dr. Van Kan dalam bukunya yang terkenal Inleiding tot de
Rechtswetenschap, mendefinisikan hukum sebagai berikut: Hukum adalah
keseluruhan peraturan hidup yang bersifat memaksa untuk melindungi kepentingan
manusia di dalam masyarakat.
Dari definisi ini dapat dijelaskan seabagai berikut:
Keseluruhan peraturan hidup, berarti bahwa hukum itu tidak hanya terdiri dari
satu atau beberapa peraturan hidup atau norma saja, melainkan terdiri dari banyak
peraturan hidup yang merupakan suatu sistem.
Karena merupakan peraturan hidup, maka melaksanakan atau menaati
norma/peraturan hidup tersebut merupakan kewajiban/ keharusan (Das Solen) bagi
semua anggota masyarakat tanpa kecuali.
LANJUTAN…………………

• TUJUAN HUKUM
Menurut Wirjono Prodjodikoro, Tujuan hukum adalah mengadakan keselamatan,
kebahagiaan dan tata tertib dalam masyarakat;
Menurut Apeldoorn, tujuan hukum adalah mengatur tata tertib dalam masyarakat
secara damai dan adil;
Tujuan hukum untuk menjaga kepentingan tiap-tiap manusia supaya kepentingan-
kepentingan itu tidak dapat diganggu (J Van Kan);
Tujuan hukum menghendaki keadilan semata-mata dan isi dari pada hukum ditentukan
oleh kesadaran etis mengenai apa yang dikatakan adil dan apa yang tidak adil;
Jeremi Bentham, hukum bertujuan untuk mewujudkan apa yang berfaedah bagi orang
yang satu dapat juga merugikan orang lain, maka tujuan uukum ialah untuk
memberikan faedah sebanyak-banyaknya.
LANJUTAN…………………

Peraturan hidup ini bersifat memaksa, yang berhak/berwenang untuk memaksa


adalah masyarakat berorganisasi, yaitu negara melalui badan/lembaga-lembaga
tertentu yang ditunjuk, misalnya polisi, jaksa dan lain-lain;
Paksaan yang dilakukan oleh seseorang terhadap orang lain dilarang, karena
tindakan demikian adalah “eigenrichting” (eigen = sendiri, ricthing = pengadilan
mengadili sendiri).
HUKUM, adalah peraturan yang memaksa, akan tetapi tidak untuk
memaksakan sesuatu pada seseorang melainkan untuk melindungi kepentingan-
kepentingan manusia yang ada di dalam masyarakat.
Perlu dilindunginya kepentingan-kepentingan manusia, karena kepentingan
tersebut kerap kali diancam atau dilanggar.
LANJUTAN…………………

PEMBENTUKAN HUKUM:
Di Indonesia:
Dengan versi yang lebih khas hukum di Indonesia tumbuh dari
kebiasaan dalam masyarakat yang dikenal sebagai hukum adat.
Namun hukum ini terbatas pada hukum perdata khususnya bagi
golongan warga negara asli/bumi putra;
Di Inggris:
Inggris yang menganut sistem hukum Common Law, hukumnya
terjadi dari kebiasaan Yurisprudensi pengadilan dan perundang-
undangan.
PERTEMUAN KETIGA
LANJUTAN…………………

SUMBER HUKUM:
Undang-Undang
Kebiasaan
Traktat
Yurisprudensi
Doktrin
SUMBER HUKUM
a. PENGERTIAN
Sumber hukum adalah segala sesuatu yang menimbulkan aturan- aturan yang
mengikat dan memaksa, sehingga apabila aturan-aturan itu dilanggar akan
menimbulkan sanksi yang tegas dan nyata bagi pelanggarnya.
Menurut Prof Dr. Sudikno, SH, Sumber hukum digunakan dalam beberapa arti:
1. Sebagai asas hukum, sebagai permulaan timbulnya hukum misalnya kehendak
Tuhan, akal manusia, jiwa, bangsa dsb;
2. Menunjukkan hukum terdahulu yang memberi bahan-bahan kepada hukum
yang sekarang berlaku, misalnya Hukukm Perancis, Hukum Romawi.
Lanjutan………..

3. Sebagai sumber berlakunya  yang memberi


kekuatan, berlaku secara formal kepada peraturan
hukum (penguasa, masyarakat);

4. Sebagai sumber dari mana kita dapat mengenal


hukum, misalnya dokumen, Undang-Undang,
Lontar, Batu bertulis dsb.
Lanjutan…………..

b. MACAM-MACAM SUMBER HUKUM:


Menurut ALGRA dalamSudikno (1986:63), yaitu: sumber hukum
dibagi menjadi sumber hukum MATERIIL dan sumber hukum
FORMIL.
Sumber hukum materiil merupakan faktor yang membantu
pembentukan hukum, misalnya: hubungan sosial, hubungan
kekuasaan politik, situasi sosial ekonomi, tradisi (pandangan
keagamaan, kesusilaan), hasil penelitian ilmiah (kriminolog, lalu
lintas), perkembangan internasional, keadaan geografis.
Kesemuanya merupakan obyek yang penting bagi sosiologi hukum.
Lanjutan………..

Sumber hukum FORMIL, merupakan tempat atau


sumber dari mana suatu peraturan memperoleh
kekuatan hukum. Ini berkaitan dengan bentuk atau
cara yang menyebabkan peraturan hukum itu berlaku
secara formal.
Sebagai sumber hukum formil meliputi: undang-
undang, perjanjian antar negara, yurisprudensi dan
kebiasaan.
Lanjutan………

Sumber Hukum menurut Van Apeldoorn diterjemahkan oleh Mr. Octarid Sadino
(1954:72), meliputi empat macam sumber hukum:
1. Sumber hukum dalam arati historis, yaitu tempat kita dapat menemukan
hukumnya dalams ejarah atau dari segi historis, terdiri dari:
a. Sumber hukum yang merupakan tempat dapat diketemukan atau dikenalnya
hukum secara istoris, dokumen-dokumen kuno, lontar dsb;
b. Sumber hukum yang merupakan tempat pembentukan undang-undang
mengambil bahannya……?
Lanjutan…………

2. Sumber hukum dalam arti sosiologis (teleologis) merupakan faktor-faktor yang


menentukan isi hukum positif, misal keadaan agama, pandangan agama dsb.
3. Sumber hukum dalam arti filosofis, dibagi menjadi dua, yaitu:
Sumber isi hukum, disini ditanyakan isi hukum itu asalnya dari mana? Ada tiga
pandangan yang mencoba menjawab pertanyaan ini yaitu:
* Pandangan teoritis, menurut pandangan ini isi hukum berasal dari Tuhan;
** Pandangan hukum kodrat, menurut pandangan ini isi hukum berasal dari akal
manusia;
*** Pandangan mazhab historis, menurut pandangan ini isi hukum berasal dari
kesadaran hukum.
Lanjutan……….

Sumber kekuatan mengikat dari hukum. Mengapa hukum mempunyai


kekuatan mengikat? Mengapa kita tunduk pada hukum? Kekuatan
mengikat dari kaedah hukum bukan semata-mata didasarkan pada
kekuatan yang bersifat memaksa, tetapi karena kebanyakan orang
didorong oleh alasan kesusilaan atau kepercayaan.
4. Sumber hukum dalam arti formil, dilihat dari cara terjadinya hukum
positif merupakan fakta yang menimbulkan hukum yang berlaku
mengikat hakim dan penduduk. Isinya timbul dari kesadaran rakyat. Agar
peraturan tentang tingkah laku harus dituangkan dalam bentuk undang-
undang, kebiasaan dan traktat atau perjanjian antar negara.
LANJUTAN…………………

Sumber Hukum menurut Achmad Sanusi (1977:34)


membagi sumber hukum menjadi dua kelompok, yaitu:
1) Sumber hukum normal, yang dibaginya lebih lanjut
menjadi:
Sumber hukum normal yang langsung atas pengakuan
undang-undang, yaitu: Undang-Undang, Perjanjian antar
negara, Kebiasaan.
2) Sumber hukum abnormal yang tidak langsung atas
pengakuan undang-undang, yaitu: Perjanjian, Doktrin dan
Yurisprudensi.
LANJUTAN…………………

Tap MPRS No. XX/MPRS/1966 menggunakan istilah


SUMBER TERTIB HUKUM, yaitu:
1) Pancasila
2) Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945
3) Dekrit Presiden 5 Juli 1959
4) Undang-Undang Dasar
5) Surat Perintah 11 Maret 1966.
LANJUTAN…………………

Marhaenis (1981) Sumber hukum:


1) Sumber hukum filosofis dan idiologis,
ialah sumber hukum yang dilihat dari
 kepentingan individu: (Liberaliisme dan
Individu), yaitu di negara blok Barat
(Amerika, Inggris, Belanda, Jerman Barat,
Perancis, dan Belgia)
LANJUTAN…………………

 nasional atau internasional (Komunisme, historis


materialisme yang ditetapkan dengan paham
Leninisme, Maoisme, Titoisme), yaitu UniSoviet,
RRC, Chekoslovakia dengan paham Leninisme,
Maoisme, Titoisme.
 sesuai dengan falsafah dan idiiologi (way of life)
yang dianut di suatu negara misalnya: Negara RI
sumber filosofis idiologisnya adalah Pancasila
LANJUTAN…………………

2) Sumber hukum segi YURIDIS merupakan penerapan


dan penjabaran langsung dari sumber hukum segi filosofis
idiologis yang diadakan pembedaan antara sumber hukum
formal dan sumber hukum materiil:
a. Sumber hukum FORMAL, adalah sumber hukum
dilihat dari sehi uridis dalam arti formal yaitu sumber
hukum dari segi bentuknya yang terdiri dari: Undang-
undang, Kebiasaan, Traktat, Yurisprudensi dan Doktrin.
LANJUTAN…………………

b. Sumber Hukum Materiil, ialah sumber hukum yang dilihat dari segi isinya ,
misalna:
(1) KUH Pidana segi materiilnya ialah mengatur tentang: Pidana Umum
Kejahatan dan Pelanggaran
Pidana umum, pidana yang dengan sengaja dibentuk untuk diberlakukan bagi setiap
orang pada umumnya
Kejahatan, suatu perbuatan tingkah laku yang bertentangan dengan undang-undang
Pelanggaran, merupakan perbuatan yang tidak mentaati larangan atau keharusan
yang ditentukan oleh penguasa negara.
LANJUTAN…………………

(2)KUH Perdata dari segi materiilnya mengatur tentang masalah


orang sebagai subyek hukum, barang sebagai obyek hukum,
perikatan.
Orang sebagai subyek hukum (perwalian oleh bapak atau ibu,
mearisi harta peninggalan, menerima wasiat dari pewaris,
menerima wasiat dari pewaris, menerima hibang)
Barang sebagai obyek hukum. Misalnya pada Hukum Agraria:
hak milik, HGU, HGB.
Perikatan, hak dan kewajiban yang harus dilakukan kreditur dan
debitur tergantung dari yang diperjanjikan.
PERTEMUAN KEEMPAT
KEDUDUKAN ILMU HUKUM DENGAN ILMU SOSIAL LAINNYA
A. Ditinjau dari Segi Ilmu Sosial
PIH adalah suatu mata pelajaran yang merupakan pengantar ke arah ilmu hukum;
Ilmu hukum termasuk ilmu sosial yang obyek penyelidikannya adalah tingkat
laku manusia dan masyarakat dalam berbagai bentuknya yang dipelajari oleh
ilmu hukum juga masalah manusia, khususnya tentang kaidah-kaidah
kehidupannya serta tentang mana yang harus dan yang dilarang untuk dikerjakan;
OKI, kedudukan PIH adalah sejajar dengan ilmu-ilmu sosial lainnya. Adapun
yang dipelajari oleh ilmu hukum juga masalah manusia, khususnya tentang
kaidah-kaidarah kehidupannya serta tentang mana yang harus dan mana yang
dilarang untuk dilakukan.
LANJUTAN………..

B. Ditinjau dari Segi Disiplin Hukum


PIH merupakan salah satu bagian dari pada disiplin hukum bersama-sama dengan:
 Filsalfat hukum, yaitu ilmu pengetahuan yang mempelajari pertanyaan-
pertanyaan mendasar dari hukum atau tentang hakikat hukum dan tentang dasar-
dasar bagi kekuatan mengikat dari pada hukum;
Politik hukum, yaitu disiplin hukum yang mengkhususkan diri pada usaha
memerankan hukum dalam mencapai tujuan yang dicita-citakan masyarakat
tertentu.
Masyarakat yang teratur selalu memiliki tujuan untuk mensejahterakan rakyatnya,
dan politik hukum itulah pada hakikatnya merupakan sarana untuk mencapai tujuan
tersebut. OKI, hukum yang berusaha memilih tujuan itu termasuk bidang politik
hukum.
LANJUTAN………………………….

Lanjutan terkait FILSAFAT HUKUM:


Permasalahan yang dipecahkan dalam filsfat hukum, yaitu:
Apa Hukum itu?
Apa Keadilan itu?
Apa Hukuman itu?
Apa Delik?
Apa itu Hak?
PRINSIP, UNSUR, CIRI DAN FUNGSI
• Pengertian tentang HUKUM HUKUM
Hukum adalah gejala sosial yang selalu berubah-ubah mengikuti perkembangan
yang ada di dalam masyarakat yang dipengaruhi oleh zamannya;
Hukum merupakan pengatur dan petunjuk dalam kehidupan bermasyarakat,
sehingga hukum selalu sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat itu sendiri;
Hukum selalu dipengaruhi oleh kebiasaan/adat, kesusilaan, kebudayaan, agama
dsb.
Menurut Immanuel Kant (Tahun 1800 dari Belanda).
LANJUTAN………..

Utrecht sependapat dengan Apeldoorn,


Hukum mengatur hubungan di dalam masyarakat antara orang dengan orang
atau antara anggota masyarakat yang satu dengan anggota masyarakat yang lain.
Bentuk hubungannya dapat lebih terinci lagi dalam bermacam-macam bentuk
seperti perkawinan, tempat kediaman, perjanjian-perjanjian dan lain sebagainya;
Sebagai gejala masyarakat/gejala sosial hukum baru ada apabila ada masyarakat;
Tanpa adanya masyarakat tidak akan ada hukum, dan hukum akan selalu
berkembang seirama dengan pertumbuhan masyarakat, karena hubungan di dalam
masyarakat bermacam-macam serta mencakup banyak segi dan aspek, hukum
luasnya tak terbatas.
Lanjutan…………..

UNSUR-UNSUR HUKUM, meliputi:


1. Peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam
bermasyarakat
2. Peraturan tersebut dibuat oleh badan yang berwenang
3. Peraturan itu secara umum bersifat memaksa; dan
4. Sanksi dapat dikenakan apabila melangarnya sesuai
dengan ketentuan atau peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
LANJUTAN………..

CIRI, SIFAT dan DAYA HUKUM:


Hukum mempunyai CIRI memerintah dan melarang
Hukum mempunyai SIFAT memaksa
Hukum mempunyai DAYA yang mengikat fisik dan psikologis.
Karena hukum mempunyai ciri, sfat dan daya mengikat tersebut, maka hukum
dapat memberi keadilan ialah dapat menentukan siapa yang bersalah dan
siapa yang benar.
Hukum dapat menghukum siapa yang salah, hukum dapat memaksa agar
peraturan ditaati dan siapa yang melanggar diberi sanksi hukuman.
Contoh:
Siapa yang berhutang harus membayar adalah perwujudan dari pada keadilan.
LANJUTAN…………

FUNGSI HUKUM:
Sebagai alat pengatur tata tertib hubungan masyarakat
Contoh: beli karcis harus antri. Kesemuanya berjalan tertib dan teratur, karena sama
sama mengerti dan menaati peraturan yang telah ditentukan.
Sebagai sarana untuk mewujudkan keadilan sosial lahir dan batin. Contoh: tidak
boleh main hakim sendiri terhadap seseorang yang dianggap melanggar hukum.
Sebagai sarana penggerak pembangunan, hukum dapat membawa masyarakat ke
arah lebih maju.
Sebagai fungsi kritis, daya kerja hukum tidak hanya melakukan pengawasan pada
aparat pengawasan tetapi juga aparatur penegak hukum termasuk di dalamnya.
PERTEMUAN KELIMA
PENGGOLONGAN DAN KLASIFIKASI HUKUM
• Tujuan Penggolongan dan Klasifikasi Hukum:
 Segi teoritis, untuk dapat dicapai suatu pengertian yang lebih baik;
 Segi praktis, lebih mudah menemukan dan menerapkan hukum yang ada.
TUJUAN PRAKTIS:
a. Para anggota badan-badan kenegaraan, fungsionaris hukum (hakim, pejabat
adminisrasi untuk membuat alasan hukum dalam menerapkan hukum dan
mempertahankannya)
b. Orang-orang lain dalam kedudukannya sebagai perorangan atau sebagai kuasa
dan pembela yang berkepentingan, baik dalam memperoleh suatu hak,
mempertahankan langsung kepada para pihak di muka fungsionaris hukum.
Lanjutan……………………

• Sistimatika yang diselaraskan, penggolongannya terdiri dari:


Hukum tertulis, meliputi hukum undang-undang, hukum perjanjian antar negara,
dan sebagian kecil hukum adat.
Dalam hukum undang-undang terdapat: hukum kodifikasi, dan yang tidak
dikodifikasikan.
Hukum-hukum tak tertulis, meliputi hukum kebiasaan, sebagian besar hukum
adat, hukum Yurisprudensi, hukum ilmu (ilmu yang menelaah hukum) dan hukum
revolusi – (contoh revolusi prancis, revolusi komunis).
Hukum persetujuan dapat dimasukan sebagai hukum tertulis atau tidak tertulis,
sesuai dengan bentuk persetujuan itu sendiri, sebagaimana diketahui pada dasarnya
bebas dari bentuk-bentuk tertentu.
Lanjutan……………………

• Sistematika berdasarkan kepentingan atau


dilindunginya:
a. Kepentingan perseorangan, tentang nama, warisan, jual
beli, tukar menukar;
b. Kepentingan masyarakat, seperti mendirikan tempat
permusyawaratan di desa-desa, mendirikan perkumpulan
c. Kepentingan negara, seperti keamanan, perbendaharaan
negara, hubungan dengan negara lain.
Lanjutan……………………

Penggolongan Klasifikasi yang Lazim dipergunakan:


1. Berdasarkan SUMBERNYA
a. Hukum Undang-Undang (Wetten Recht), hukum yang tercantum
dalam peraturan perundang-undangan;
b. Hukum Traktat (Tractatenrecht), hukum yag ditetapkan oleh
negara-negara yang bersama sama mengadakan suatu perjanjian
(traktat)
c. Hukum kebiasaan dan hukum adat, hukum yang terletak dalam
peraturan kebiasaan atau suatu peraturan adat istiadat, dan yang
mendapat perhatian dari para penguasa masyarakat (perhatian itu
ternyata dari keputusan para penguasa masyarakat itu).
Lanjutan……………………

d. Hukum Yurisprudensi, hukum yang terbentuk karena putusan hakim;


e. Hukum ilmu, yaitu hukum sebetulnya berisi saran saran, yang dibuat
oleh para ahli hukum dan yang berkuasa dalam pergaulan hukum.
Hukum ini terdapat dalam pandangan-pandangan ahli hukum yang
terkenal dan sangat berpengaruh.
2. Berdasarkan DAERAH KEKUASANNYA,
a. Hukm nasional, ialah hukum yang hanya berlaku dalam wilayah
negara tertentu
b. Hukum Internasional, hukum yang berlaku di wilayah berbagai
negara
c. Hukum Asing, hukum yang berlaku di negara lain.
Lanjutan……………………

3. Berdasarkan KEKUATAN BERLAKUNYA (SANKSI)


a. Hukum PAKSA (hukum yang bersifat memaksa), hukum yang dalam keadaan
konkret harus ditaati, hukum ini mempunyai kekuasaan mutlak (Absolut),
peraturan hukum yang mengatur tata tertib umum atau kebaikan moral/susila
seperti hukum pidana.
b. Hukum TAMBAHAN, hukum yang biasanya dijalankan, bilamana kedua belah
pihak tidak membuat sendiri suatu peraturan atau membuatnya tetapi tidak
lengkap.
Contoh pasal 1559 KUH Perdata:
Penyewa tidak boleh menyewakan lagi barang yang disewakan dst.
Dalam keadaan senyatanya, maka penyewa dapat juga menyewakan lagi sebagian
yang disewa.
Lanjutan……………………

4. Berdasarkan ISINYA:
a. Hukum Publik, meliputi:
1) Hukum Pidana, ialah keseluruhan peraturan hukum yang
mengatur/menerangkan peraturan mana yang merupakan kejahatan atau
pelanggaran, dibagi lagi menjadi:
(a) Hukum Pidana Obyektif, yaitu semua larangan atau perintah yang dapat
berakibat dijatuhkannya penderitaan atau siksaan sebagai hukuman oleh negara,
kepada siapa saja yang melanggar (ius Poenale).
(b) Hukum Pidana Subyektif, yaitu hukum yang mengatur hak negara untuk
menghukum siapa saja yang melanggar peraturan-peraturan hukum pidana
obyektif.
Lanjutan……………………

(c) Hukum Pidana Sipil, ialah hukum pidana


yang hanya berlaku terhadap orang sipil (umum);
(d) Hukum Pidana Militer, hukum pidana yang
hanya berlaku kepada anggota militer atau yang
dipersamakan.
(e) Hukum Pidana Fiscal, ialah hukum pidana
mengatur hal-hal yang berhubungan dengan pajak
negara.
Lanjutan……………………

5. Perbedaan antara beberapa macam hukum:


a. Dari segi ISINYA
Hukum Perdata mengatur hubungan hukum antara
orang yang satu dengan orang yang lain dengan
menitikberatkan kepada kepentingan perseorangan
Hukum Pidana mengatur hubungan hukum antara
seseorang anggota masyarakat (warga negara) dengan
negara yang menguasai tata tertib masyarakat itu.
Lanjutan……………………

b. Dari segi PELAKSANAANNYA:


Pelanggaran terhadap norma hukum perdata baru diambil
tindakan oleh pengadilan setelah ada pengaduan oleh pihak
berkepentingan yang merasa dirugikan. pihak yang mengadu,
menjadi penggugat dalam perkara itu.
Pelanggaran terhadap norma hukum pidana, pada umumnya
segera diambil tindakan oleh pengadilan tanpa ada pengaduan
dari pihak yang dirugikan. Setelah terjadi pelanggaran terhadap
norma hukum pidana (delik=tindak pidana), maka alat-alat
perlengkapan negara seperti polisi, jaksa dan hakim segera
bertindak.
Lanjutan……………………

c. Dari segi MENAFSIRKANNYA:


Hukum Perdata, memperbolehkan untuk
mengadakan macam-macam interpretasi
terhadap Undang Undang Hukum Perdata.
Hukum Pidana, hanya boleh ditafsirkan
menurut arti kata dalam Undang-Undang Pidana
itu sendiri. Hukum Pidana hanya mengenal
penafsiran otentik, yaitu penafsiran yang
tercalam dalam Undang-Undang Hukum Pidana
PERTEMUAN KEENAM
PENAFSIRAN HUKUM
• Penafsiran atau interpretasi peraturan undang-undang ialah
mencari dan menetapkan pengertian atas dalil-dalil yang
tercantum dalam undang-undang sesuai dengan yang
dikehendaki serta yang dimaksud oleh pembuat undang-undang.
• Menurut E. Utrecht, tugas penting dari hakim ialah
menyesuaikan undang-undang dengan kejadian-kejadian
kongkrit dalam masyarakat. Apabila undang-undang tidak dapat
ditetapkan hakim secara tepat mrnurut kata-kata undang-undang
itu, maka ia harus menafsirkan undang-undang itu.
Lanjutan……………………

• Apabila undang-undang tidak jelas, maka wajiblah hakim menafsirkannya


ehingga dapat dibuat suatu keputusan hukum yang sunguh-sungguh adil dan
sesuai dengan maksud hukum, yaitu mencapai kepastian hukum. Orang dapat
mengatakan bahwa penafsiran undang-undang adalah kewajiban hukum dari
hakim.
CARA PENAFSIRAN HUKUM:
a. Dalam pengertian SUBYEKTIF dan OBYEKTIF:
Dalam pengertian subyektif, apabila ditafsirkan seperti yang dikehendaki
oleh pembuat undang-undang;
Dalam pengertian obyektif, apabila penafsirannya lepas dari pada pendapat
pembuat undang-undang dan sesuai dengan adat bahasa sehari-hari;
Lanjutan……………………

b. Dalam pengertian SEMPIT dan LUAS


Pengertian SEMPIT (restriktif), apabila dalil yang ditafsirkan
diberi pengertian yang sangat dibatasi misalnya mata uang
(Pasal 1756 KUH Perdata) pengertiannya hanya uang logam
saja dan barang diartikan benda yang dapat dilihat dan diraba
saja.
Dalam pengertian secara luas (ekstentif), ialah apabila dalil
yang ditafsirkan diberi pengertian seluuas-luasnya.
Contoh Pasal 1756 KUH Perdata alinea ke 2 tentang mata
uang juga diartikan uang kertas.
Lanjutan……………………

Barang (Pasal 362 KUH Perdata) yang dulu hanya diartikan benda yang dapat
dilihat dan diraba, sekarang juga termasuk aliran listrik (Arrest Hode Raad
Belanda tanggal 23 Mei 1931).
Yang termasuk penafsiran dalam arti luas adalah penafsiran analogis.
Dilihat dari SUMBERNYA:
OTENTIK, penafsiran yang diberikan oleh pembuat undang-undang seperti yang
dilampirkan pada undang-undang sebagai penjelasan. Penafsiran otenik mengikat
umum.
DOKTRINAIR atau ilmiah, penafsiran yang didapat dalam buku-buku dan lain-
lain hasil karya para ahli. Hakim tidak terikat karena penafsiran ini hanya
mempunai nilai teoritis.
Lanjutan……………………

• HAKIM, penafsiran yang bersumber dari hakim


(peradilan) hanya mengikat pihak-pihak yang
bersangkutan dan berlaku bagi kasus-kasus tertentu
(Pasal 1917 ayat (1) KUH Perdata)
Bunyinya:
Kekuatan sesuatu putusan Hakim yang telah
memperoleh kekuatan mutalk tidaklah lebih luas dari
pada sekedar mengenai soal putusannya.
Lanjutan……………………

MACAM-MACAM MTEODE PANAFSIRAN:


• Penafsiran tata bahasa (gramatikal/taalkundige)
Cara penafsiran ini mendasarkan pengertian pada bunyi ketentuan undang-undang
dengan patokan pada arti kata-kata, kalimat dan bahasanya dalam hubungannya satu
dengan lainnya yang dipergunakan dalam undang-undang.
Sebagai contoh peraturan perundangundangan melarang orang memparkir
kendaraannya pada suatu tempat tertentu.
Peraturan tersebut tidak menjelaskan apakah yang dimaksudkan dengan istilah
“kendaraan” tersebut. Orang lalu mereka-reka, apakah yang dimaksudkan dengan
perkataan “kendaraan” itu, hanyalah kendaraan bermotor seperti mobil atau
termasuk juga sepeda, beca, sado dan sejenisnya.
Lanjutan……………………

• Penafsiran Sejarah (Historis)


Setiap ketentuan undang-undang memiliki sejarah tersendiri. Hakim
dapat memahami maksud dan tujuan pembuat undang-undang tadi
melalui sejarah, riwayat peraturan perundang-undangan tersebut.
Penafsiran sejarah dapat melalui dua bagian yakni:
a. Sejarah hukumnya, yang diselidiki maksudnya berdasarkan
sejarah terbentuknya hukum tersebut. Sejarah terjadinya hukum
dapat diselidiki dari memori penjelasan, laporan-laporan perdebatan
dalam Badan Legislatif (DPR) dan surat-menyurat antara
pemerintah dengan Badan Legislatif (DPR) yang bersangkutan.
Lanjutan……………………

b. Sejarah Undang-Undangnya, yang diselidiki maksud pembentuk


undang-undang pada waktu membuat undang-undang itu, misalnya
ketentuan jumlah denda di dalam Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana, seorang ditafsirkan dengan uang Republik Indonesia, sebab
harga barang lebih mendekati pada waktu KUHP itu dibuat.
 Penafsiran Sistematis (Dogmatis)
Penafsiran ini, memiliki susunan yang berhubungan dengan bunyi
pasal-pasal lainnya baik dalam undang-undang itu maupun dengan
undang-undang yang lain misalnya “azas monogami”
Hal ini bisa dilihat dalam Pasal 27, 34, 60, 64, 86, dan 279 KUH
Perdata.
Lanjutan……………………

• Penafsiran Teleologis (Sosiologis)


Penafsiran dengan mengingat maksud dan tujuan undang-undang itu.
Ini penting disebabkan kebutuhan-kebutuhan berubah menurut masa
sedangkan bunyi undang-undang sama saja.
Hakim dalam melakukan penafsiran dimulai dengan penafsiran
menurut bahasa dilanjutkan penafsiran historis.
Bagi hakim penafsiran secara teleologis/sosiologis menjadi sangat
penting, sebab sampai saat ini di Indonesia masih berlaku KUH
Pidana, KUH Perdata dan KUH Dagang yang disusun pada masa
kolonial dimana kondisi sosial dalam zaman tersebut jauh berbeda
dengan zaman pembangunan seperti sekarang ini.
Lanjutan……………………

Contoh dari penafsiran sosiologis ini di Indonesia, yaitu:


UU Pokok Agraria No. 5 tahun 1960 sebagai pengganti
tentang benda (zaak) yang menyangkut masalah tanah dari
buku II KUH Perdata;
UU No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan sebagai pengganti
tentang orang yang menyangkut masalah perkawinan dari
Buku I KUH Perdata.
UU Nomor 4 Tahun 1971 tentang Perubahan dan
Penambahan atas ketentuan Pasal 54 KUHD terkait rapat
pemegang saham pada perseroan terbatas.
Lanjutan……………………

Dalam Pasal 362 KUH Pidana: Barang siapa mengambil sesuatu barang yang
sama sekali atau sebagian termasuk kepunyaan orang lain, dengan maksud akan
memiiki barang itu dengan melawan hak, dihukum karena pencurian dengan
hukuman pendara selama-lamanya lima tahun atau denda sebanyak-banyaknya
Rp. 900,-
Perkataan barang , mula-mula diartikan segala yang bisa dilihat, diraba dan
dirasakan secara riil, waktu itu listrik tidak termasuk sebagai barang dan pencuri
listrik tidak dapat dihukum berdasarkan Pasal 362 KUH Pidana, kemudian
penasiran sosiologis berlaku terhadap listrik yang diangap sebagai barang, karena
listrik itu mempunyai nilai.
Oleh karena itu siapa yang mengkait kabel listrik PLN di jalan dapat dikatakan
melakukan pencurian dan berlaku pasal 362 KUH Pidana.
Lanjutan……………………

• Penafsiran Otentik
Penafsiran resmi (otentik/saheh) adalah penafsiran yang tegas, lugas dan jelas, jadi
merupakan suatu penafsiran yang dinilai sebagai suatu kepastian arti kata-kata yang
dimaksud oleh undang-undang.
Contoh Penganiayaan Berat
KUHPidana Buku II Bab XX Pasal 354 mengatur tentang “Penganiayaan Berat”,
pasal tersebut berbunyi:
a) Barangsiapa sengaja melukai berat orang lain diancam, karena melakukan
penganiayaan berat dengan pidana penjara peling lama delapan tahun;
b) Jika perbuatan mengakibatkan mati; yang bersalah dikenakan pidana penjara
paling lama sepuluh tahun.
Lanjutan……………………

Secara yuridis dapat diadakan penafsiran resmi seperti yang tercantum di dalam
pasal 90 KUHPidana ialah: luka berat berarti:
Jatuhs akit atau mendapatkan luka yang tidak memberi harapan akan sembuh
sama sekali atau yang menimbulkan maut
Tidak mampu terus menerus untuk menjalankan tugas jabatan atau pekerjaan
pencaharian
Kehilangan salah satu panca indra
Mendapat cacat berat (verminking)
Menderita sakit lumpuh
Terganggunya daya piker selama empat minggu lebih
Gugurnya atau matinya kandungan seorang perempuan.
Lanjutan……………………

Oleh karena itu akibat dari perbuatan tersebut (luka berat) harus dilihat secara
realistic atau selektif yang teliti atau dibuktikan dengan visum at repartum – dokter
forensik.
 Panafsiran PEBANDINGAN
Suatu penafsiran dengan membandingkan antara hukum lama dengan hukukm
positif yang berlaku saat ini, antara hukum nasional dengan hukum asing dan
hukum colonial.
Sebagai contoh dalam tata kehidupan ekonomi berdasarkan liberalisme,
mengutamakan persaingan bebas. Sedang tata kehidupan ekonomi Indnesia
mengutamakan tata kehidupan berdasarkan tata kehidupan kekelargaan, sehingga
bentuk Perseroan Terbatas (PT) asasnya dari negara Barat yang mengutamakan
mencari keuntungan.
Lanjutan……………………

Sedangkan yang sesuai ialah asas perseroan di bidang ekonomi kekeluargaan dalam
bentuk Koperasi, ialah kesejahteraan anggota, sedangkan keuntungan merupakan
tujuan sekunder.
PENGISIAN KEKOSONGAN HUKUM
Kekosongan hukum atau rechts vacuum dapat diartikan sebagai “suatu keadaan
kosong atau ketiadaan peraturan perundang-undangan (hukum) yang mengatur tata
tertib (tertentu) dalam masyarakat”. Sehingga kekosongan hukum dalam Hukum
Positif lebih tepat dikatakan sebagai “kekosongan undang-undang/peraturan
perundang-undangan”.
Pekerjaan pembuatan undang-undang mempunyai dua aspek:
1. Pembuat UU hanya menetapkan peraturan peraturan umum saja: pertimbangan-
pertimbangan tentang hal-hal yang konkret diserahkan kepada hakim;
2. Pembuat UU selalu ketinggalan dengan kejadian-kejadian sosial yang timbul
kemudian di dalam masyarakat, maka hakim sering menambah UU itu.
Lanjutan……………………

• Bagaimanakah tindakan hakim apabila perkara yang diajukan kepadanya tidak


ada ketentuan yang berlaku dalam peraturan perundang-undangan yang meskipun
sudah ditafsirkan menurut bahasa, sejarah, sistematis dan sosiologis?
• Begitu pula apakah hukum kebiasaan dan hukum adat tidak ada yang dapat
menyelesaikannya?
Dalam hal ini hakim membuat suatu pengertian hukum (rechtsbegrip) yang
mengandung persamaan. Pengertian ini adalah asas hukum yang menjadi dasar
lembaga hukum yang bersangkutan. Membuat pengertian hukum adalah suatu
perbuatan yang bersifat mencari asas hukum yang menjadi dasar peraturan hukum
yang bersangkutan adalah konstruksi hukum (rechtsconstruktie).
Lanjutan……………………

Contoh:
Perbuatan menjual, memberi (menghadiahkan), menukar dan mewariskan
secara legaat (legateren, membuat testamen, surat wasiat) mengandung persamaan
ialah pengasingan (vervreemding).
Pengasingan ini meliputi penjualan, pemberian, penukaran dan pewarisan
secara legaat.
Pengasingan ini adalah perbuatan hukum yang oleh yang melakukan diarahkan ke
penyerahan (pemindahan) sesuatu benda.
Konstruksi hukum ini tidak boleh diadakan secara sewenang-wenang, harus
didasarkan atas pengertian hukum yang ada dan dalam UU yang bersangkutan.
Konstruksi hukum tidak boleh didasarkan atas anasir-anasir (elemen-elemen) yang
di luar sistem materiil positif.
Lanjutan……………………

KONSTRUKSI HUKUM ATAU PENAFSIRAN ANALOGIS


Penafsiran analogis adalah penafsiran dari pada suatu peraturan
hukum dengan memberi ibarat (kias) pada kata-kata tersebut sesuai
dengan asas hukumnya, sehingga suatu peristiwa yang sebenarnya
tidak dapat dimasukan, lalu dianggap sesuai dengan bunyi
peraturan tersebut.
Contoh:
“Menyambung aliran listrik” dianggap sama dengan “Mengambil
aliran listrik”.
Dalam hal ini kita memakai UU secara analogi, maksudnya
memperluas berlakunya pengertian hukum atau perundang-
undangan.
Lanjutan……………………

Adanya analogi, akibat dibutuhkan perluasan hukum dengan


menyesuaikan tempat, waktu dan situasi. Menganalogi
merupakan penciptaan konstruksi baru, mempunyai kesamaan
permasalahan dengan anasir yang berlainan.
Pada prinsipnya analogi berlaku untuk masalah-masalah
hukum perdata, terutama sekali dalam hukum
perikatan/perjanjian.
Sedangkan untuk hukum publik yang sifatnya memaksa tidak
boleh dilakukan analogi, karena terikat pada pasal 1 KUH
Pidana, pasal tersebut menegaskan bahwa seseorang tidak
dapat dihukum, selain atas kekuatan ketentuan pidana dalam
undang-undang.
Lanjutan……………………

Contoh tentang menggunakan undang-undang secara analogi:


• Bunyi pasal 1546 KUH Perdata sebagai berikut:
“Untuk selainnya aturan tentang perjanjian jual-beli berlaku terhadap perjanjian
tukar-menukar”.
Dari pengertian pasal 1546 KUH Perdata itu kalau 2 orang melakukan perjanjian jual
beli, yang diatur dalam pasal 1457 sampai pasal 1540 KUH Perdata, dapat
dipergunakan dalam perjanjian itu.
• Pengertian perjanjian kredit atau pinjam meminjam uang antara nasabah dengan
bank, sangat berkembang pesat sekali dalam masyarakat modern, sedang secara
tegas pengaturan perjanjian kredit tidak banyak pengaturannya dalam undang
undang pokok perbankan. Karena itu kalau terjadi sengketa antara bank dengan
nasabah dalam masalah kredit, dapat dilakukan analogi dengan mengambil
perjanjian pinjam mengganti seperti diatur dalam Bab XIII Buku III KUH Perdata.
Lanjutan……………………

PENGHALUSAN HUKUM (RECHTSVERFIJNING)


Penghalusan hukum ialah memperlakukan hukum sedemikian rupa (secara halus)
sehingga seolah-olah tidak ada pihak yang disalahkan.
Penghalusan hukum dengan cara mempersempit berlakunya suatu pasal merupakan
kebalikan dari pada analogi hukum.
Penghalusan hukum bermaksud mengisi kekosongan dalam sistem UU.
Dalam sistem UU terdapat ruangan kosong apabila sistem UU (sistem formal
hukum) tidak dapat menyelesaikan masalah secara adil atau sesuai dengan
kenyataan sosial (social werkelijkheid). Penghalusan hukum merupakan
penyempurnaan sistem hukum oleh hakim.
Sifat dari pada penghalusan hukum adalah tidak mencari kesalahan dari pada pihak
dan apabila satu pihak disalahkan maka akan timbul ketegangan.
Lanjutan……………………

Kadang-kadang hakim tidak dapat menjalankan ketentuan


tertentu, meskipun ketentuan itu menyebutkan dengan jelas
perkara yang diajukan kepada hakim.
Jika ketentuan tersebut dijalankan maka perkara itu tidak
terselesaikan secara adil atau tidak sesuai dengan
“werkelijkheid”/ kenyataan di dalam masyarakat (positiviteit
tidak sama dengan werkelijkheid).
Dalam hal yang demikian, maka hakim terpaksa
mengeluarkan perkara yang bersangkutan dari lingkungan
ketentuan dan selanjutya diselesaikan menurut peraturan
tersendiri. Perbuatan mengeluarkan ini disebut
menghaluskan hukum.
Lanjutan……………………

Contoh penghalusan hukum:


• Masalah onrechtmatige daad (perbuatan melanggar hukum) pasal 1365 KUH
Perdata.
Isi dari pada pasal 1365 adalah pihak yang salah wajib memberi ganti rugi kepada
yang menderita kerugian.
Di suatu jalan terjadi tabrakan antara A dan B. Kedua kendaraan sama-sama
berkecepatan tinggi dan sama -sama rusak.
Apabila A menuntut ganti rugi terhadap B, maka B juga dapat menuntut ganti rugi
terhadap A.
Dengan demikian kedua-duanya salah, sama-sama saling memberi ganti rugi
sehingga terjadi suatu kompensasi.
Lanjutan……………………

• Sebuah delman melewati persimpangan jalan dengan rel kereta api. Tabrakan
terjadi dalam keadaan pintu kereta api tidak tertutup karena penjaga pintu kereta
api itu tidur dan delman tersebut lewat saja karena kusirnya mengantuk.
Berdasarkan penghalusan hukum penjaga pintu dan kusir delman
diputuskan salah semua.

PENAFSIRAN A CONTRARIO (pengungkapan secara


berlawanan).
Penafsiran ini mempersempit perumusan huku atau
perundang-undangan. Tujuannya ialah untuk lebih
mempertegas adanya kepastian hukum sehingga tidak
menimbulkan keraguan
Lanjutan……………………

Perbedaan penggunaan UU secara analogi dan berdasarkan a conrario:


• Menggunakan UU secara analogi memperoleh hasil yang positif, sedangkan a
contrario memperoleh hasil negatif;
• Menggunakan UU secara analogi adalah memperluas berlakunya ketentuan
hukum atau peraturan perundang-undangan, sedangkan a contrario mempersempit
berlakunya ketentuan UU.
Persamaannya, ialah:
 Sama-sama berdasarkan konstruksi hukum
 Diterapkan sewaktu pasal dalam peraturan perundang-undangan tidak menyebut
masalah yang dihadapi (terdapat kekosongan di dalam peraturan perundang-
undangan);
 Sama-sama untuk mengisi kekosongan di dalam undang-undang.
Lanjutan……………………

Contoh penafsiran a contrario:


• Padal 34 KUH Perdata menyatakan bahwa seorang wanita tidak diperbolehkan
kawin lagi sebelum lewat waktu 300 hari sejak saat perceraian.
• Dalam pasal 39 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 sebagai pelaksanaan
UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, disebutkan bahwa waktu tunggu bagi
seorang janda sebagai dimaksud dalam pasal 11 ayat (2) UU Perkawinan karena
kematian, 3 kali suci dengan sekurang-kurangnya 90 hari apabila putus karena
perceraian.
Apakah seorang laki-laki juga harus menunggu waktu 300 hari atau tidak?
• Berdasarkan a contrario (kebalikan) maka dapat dikatakan bahwa ketentuan ini
tidak berlaku bagi seorang laki-laki, karena soal yang dihadapi tidak diliputi oleh
pasal 34 KUH Perdata tidak menyebutkaapa-apa tentang orang laki-laki,
tetapi khusus ditujukan pada perempuan.
PERTEMUAN KEDELAPAN
MAZHAB-MAZHAB ILMU PENGETAHUAN HUKUM
a. Mazhab Hukum Alam/Hukum Kodrat  Suatu aliran yang menelaah hukum
dengan bertitik tolak dari keadilan yang mutlak, artinya bahwa keadilan tidak
boleh diganggu.
• Apabila keadilan itu terganggu akan menimbulkan reaksi manusia yang akan
berusaha untuk mengembalikan kepada situasi semula yaitu situasi yang adil
menurut pandangan orang yang berpikir sehat.
• Sifat-sifat hukum alam:
Tidak tergantung pada pandangan manusia;
Berlaku kapan saja, dimana saja, bagi siapa saja dan jelas bagi semua manusia
tanpa ada yang menjelaskannya.
 Ajaran Hukum Alam dikemukakan oleh: Aristoteles, Thomas Aquino, Hugo de
Groot, dan Rudolf Stammler.
LANJUTAN…………………………..

• Aristoteles (384-322 SM), hukum alam adalah hukum yang oleh orang-orang
berpikiran sehat dirasakan sebagai selaras dengan kodrat alam;
• Thomas Aquino (1225-1274 SM) berpendapat bahwa segala kejadian di alam
dunia ini diperintah dan dikemudikan oleh suatu undang-undang abadi (lex
eterna) yang menjadi dasar kekuasaan dari semua peraturan-peraturan lainnya;
• Lex Eterna ialah kehendak dan pikiran Tuhan yang menciptakan dunia ini.
Manusia dikaruniai Tuhan dengan kemampuan berpikir dan kecakapan untuk
dapat membedakan baik dan buruk serta mengenai berbagai peraturan
perundangan yang langsung berasal dari “Undang-Undang Abadi”, dan
dinamakan hukum alam (Lex Naturalis).
LANJUTAN……………………….

• Hukum alam hanyalah memuat azas-azas umum seperti


misalnya:
Berbuat baik dan jauhilah kejahatan;
Bertindak menurut pikiran yang sehat;
Cintailah sesamamu seperti engkau mencintai dirimu
sendiri.
 Hukum alam menurut Hugo de Groot (Abad ke 17)
pertimbangan pikiran yang menunjukkan mana yang benar
dan mana yang tidak benar.
LANJUTAN…………………………….

b. Mazhab Sejarah  berpendapat bahwa tiap-tiap hukum itu


ditentukan secara historis, selalu berubah menurut waktu dan tempat.
 Mazhab Sejarah, hukum bersumber pada perasaan keadilan yang
naluriah yang dimiliki setiap bangsa, tidak berarti bahwa jiwa setiap
warga negara dari bangsa itu menghasilkan hukum positif.
 Timbulnya hukum positif tidak terjadi oleh akal manusia yang secara
sadar memang menghendakinya, tetapi hukum positif itu tumbuh dan
berkembang di dalam kesadaran bangsa secara organik. Jadi tumbuh
dan berkembangnya hukum itu bersama-sama dengan tumbuh
berkembangnya suatu bangsa;
 Mazhab Sejarah dipelopori oleh Friedrich Carl von Savigny (1779-
1861).
LANJUTAN…………………………….

c. Teori Theokrasi  hukum itu kemauan Tuhan, dasar kekuatan


hukum dari teori ini adalah kepercayaan kepada Tuhan.
 Perintah-perintah Tuhan ditulis di dalam kitab-kitab suci. Tinjauan
tentang hukum dikaitkan dengan kepercayaan dan agama. Demikian
pula dasar-dasar ajaran tentang legitimasi kekuasaan hukum;
 Teori Theokrasi ini di Barat diterima sampai Zaman Renaisance
(Abad 17). Sesudah renaissance yang timbul adalah teori perjanjian.
Namun demikan penganut teori teokrasi tetap ada seperti katolik,
islam, protestan dsb.
 Penganut teori theokrasi adalah Friederich Stahl (Jerman).
LANJUTAN…………………………….

d. Teori Kedaulatan Rakyat (Perjanjian Masyarakat)


Pada zaman renaissance, timbul teori yang mengajarkan bahwa
dasar hukum itu ialah : “akal” atau “rasio” manusia (aliran
rasionalisme).
• Aliran ini bahwa Raja dan penguasa Negara memperoleh
kekuasaannya itu bukanlah dari Tuhan, tetapi dari rakyatnya.
• Pada abad pertengahan diajarkan bahwa kekuasaan raja itu
berasal dari suatu perjanjian antara raja dengan rakyatnya yang
menaklukkan dirinya kepada Raja dengan syarat-syarat yang
disebutkan dalam perjanjian.
LANJUTAN…………………………….

• Jean Jacques Rousseau memperkenalkan teorinya bahwa dasar terjadinya suatu


Negara ialah “perjanjian masyarakat” (Contract Social) yang diadakan oleh dan
antara anggota masyarakat untuk mendirikan suatu negara.
• Teori Rousseau tersebut dikemukakan dalam buku yang berjudul “Le contract
social (1962)” , yang menjadi dasar “kedaulatan rakyat” bahwa negara berstandar
atas kemauan rakyat, demikian pula halnya semua peraturan-peraturan adalah
penjelmaan kemauan rakyat.
• Hukum itu adalah kemauan orang seluruhnya yang telah mereka serahkan kepada
suatu organisasi (yaitu Negara) yang telah terlebih dahulu mereka bentuk dan
diberi tugas membentuk hukum yang berlaku dalam masyarakat.
• Penganut lainnya yaitu Motesquieu dan John Locke.
LANJUTAN…………………………….

e. Teori Kedaulatan Negara


Teori ini digagas oleh Jellineck (Jerman) dan Palu Laband (Jerman) pada abad
19.
Menurut teori ini mengatakan, bahwa:
 Hukum adalah kehendak negara, hukum bukan kemauan bersama anggota
masyarakat, dan negara mempunyai kekuasan tak terbatas;
 Hukum ditaati orang karena negara menghendakinya Han Kelsen penganjur teori
kedaulatan Negara menyebutkan dalam bukunya “Reine Rechtslehre”, bahwa
hukum adalah “Wille des States” (hukum adalah kemauan negara). Ditaatinya
hukum oleh masyarakat bukan karena negara yang menghendaki, tetapi orang
merasa wajib menaati sebagai perintah negara.
LANJUTAN…………………………….

• Wajib hukum ialah keharusan untuk menaati hukum (rechtsplicht)


Contoh:
Orang mempunyai kendaraaan wajib hukumnya ialah membayar pajak kendaraan.
 Peraturan hukum mengatur secara langsung wujud tindakan orang (perbuatan
lahir/nyata);
 Kehendak yang belum diwujudkan dalam tindakan tidak terkena hukum:
Contoh:
Baru berkehendak mencuri, tetapi belum dilakukan tindakannya, tidak terkena
hukum, karena belum ada pencurian.
LANJUTAN…………………………….

• Apabila wujud tindakan telah diatur oleh hukum,


maka diperhatikan juga sepenuhnya kehendak yang
semula ada dan yang mendorong melakukan tindakan
yang bersangkutan.
Contoh:
Pasal 1321 KUH Perdata.
Permufakatan adalah tidak sah apabila dicapai karena
paksaan, atau penipuan.
LANJUTAN…………………………….

f. Teori Kedaulatan Hukum. Pencetus teori ini Cruot


(Perancis), Duguit (Perancis), dan Krabe (Leiden,
Belanda).
Teori ini berpendapat:
 Hukum berasal dari perasaan hukum yang ada pada
sebagian besar anggoa masyarakat;
 Hukum mewujudkan perasaan hukum sebagian besar
anggota masyarakat;
 Oleh karenanya hukum ditaati oleh anggota masyarakat.
LANJUTAN…………………………….

Prof. Mr. H. Krabbe (1906), mengatakan:


 Bahwa rasa keadilanlah yang merupakan sumber hukum;
 Hukum hanya apa yang memenuhi rasa keadilan dari orang terbanyak;
 Hukum yang tidak sesuai dengan rasa keadilan orang terbanyak tidak
dapat mengikat. Peraturan yang demikian ini bukan merupakan
hukum, walaupun masih ditaati orang atau dipaksakan;
 Hukum itu ada, karena masyarakat mempunyai perasaan bagaimana
hukum itu seharusnya. Dan hanya kaidah yang timbul dari perasaan
hukum yang mempunyai kewibawaan.
LANJUTAN…………………………….

g. Asas Keseimbangan
Prof. Mr. R. Kranenburg, murid dan membela ajaran Krabbe, bahwa kesadaran
hukum orang itu menjadi sumber hukum, hukum itu berfungsi menurut suatu dalil
yang nyata (riil);
 Tiap orang menerima keuntungan atau mendapat kerugian sebanyak dasar-dasar
yang telah ditetapkan atau diletakkan terlebih dahulu;
 Pembagian keuntungan dan kerugian dalam hal tidak ditetapkan terlebih dahulu
dasar-dasarnya, ialah bahwa tiap-tiap anggota masyarakat hukum sederajat dan
sama;
 Hukum atau dalil ini oleh Kranenburg dinamakan Asas Keseimbangan, berlaku
dimana-mana dan pada waktu apapun.
PERTEMUAN KESEMBILAN
ALIRAN-ALIRAN (PRAKTIK) HUKUM
A.Aliran Legisme, aliran ini berpendapat:
Bahwa satu-satunya sumber hukum adalah undang-undang
Bahwa di luar undang-undang tidak ada hukum.
 Pengadilan memiliki kedudukan yang pasif, sebab
pengadilan hanya merupakan terompet (corong) undang-
undang, hakim sekedar bertugas memasukkan atau
menyelesaikan masalah-masalah yang kongkrit ke dalam
undang-undang.
LANJUTAN…………………………….

• Aliran ini dianggap suatu usaha yang baik sekali dengan


menghasilkan kesatuan dan kepastian hukum, maka banyak negara
yang mengikuti Perancis, yaitu Belanda, Belgia, Jerman dan Swiss.
• Aliran ini pengikutnya yaitu: Dr. Freiderich (Jerman) dan Van
Swinderen (Belanda).
• Kelemahan aliran Legisme: ternyata setelah berjalan kurang lebih
50 tahun aliran ini menunjukkan kekurangan-kekurangannya, yaitu
bahwa permasalahan-permasalahan hukum yang timbul kemudian
tidak dapat dipecahkan oleh undang-undang yang telah dibentuk.
LANJUTAN…………………………..

B. Aliran Freie Rechtslehre (Hukum Bebas)


Aliran ini bertolak belakang dengan aliran Legisme. Lahirna Freie Rechtslehre
(1840) justru karena melihat kekurangan-kekurangannya aliran Legisme yang
ternyata tidak dapat memenuhi kebutuhan dan tidak dapat mengatasi persoalan-
persoalan baru.
Aliran ini timbul di Jerman (1840) oleh Herman Kantorowicz dan menjalar ke
negara Belanda dan dianut oleh Hamaker, Fockema dan Heymans.
 Aliran bebas yang hukumnya tidak dibuat oleh badan legislatif dan menyatakan
bahwa hukum terdapat di luar undang-undang, maka hakim bebas menentukan
atau menciptakan hukum, dengan melaksanakan undang-undang atau tidak.
LANJUTAN………………….

• Pemahaman jurisprudensi adalah primer, sedangkan penguasaan undang-undang


adalah sekunder, disamping itu:
a. Hakim benar-benar menciptakan hukum (judge made law), karena
keputusannya didasarkan pada keyakinan hakim;
b. Keputusan hakim lebih dinamis dan up to date karena senantiasa mengikuti
keadaan perkembangan di dalam masyarakat;
c. Hukum hanya terbentuk oleh Peradilan;
d. Bagi hakim : undang-undang, kebiasaan dan sebagainya hanya merupakan
sarana saja dalam membentuk atau menciptakan atau menemukan hukum pada
kasus-kasus yang konkrit;
e. Pandangan pada aliran ini bertitik berat pada kegunaan sosial (sosiale
doelmatigheid).
LANJUTAN………………….

• Hukum bebas ini timbul di dalam masyarakat dan diciptakan oleh masyarakat
sendiri, berupa kebiasaan dalam kehidupan masyarakat dalam hukum konkret
(hukum alam) yang sudah menjadi tradisi, baik yang diajarkan oleh agama
maupun adat istiadat.
• Adapun tujuan dari aliran ini yaitu:
Memberikan peradilan sebaik-baiknya dengan cara memberi kebebasan kepada
hakim tanpa terikat pada undang-undang, tetapi menghayati tata kehidupan
sehari-hari;
Membuktikan bahwa dalam undang-undang terdapat kekurangan, dan
kekurangan itu perlu dilengkapi;
Mengharapkan agar hakim dalam memutuskan perkara didasarkan pada rasa cita
keadilan (rechtside).
LANJUTAN………………….

C. Aliran Rechtsvinding (Penemuan Hukum)

Pandangan terhadap hukum ada perubahan, karena:


• Hukum itu harus berdasarkan asas keadilan masyarakat yang
terus berkembang;
• Pembuat undang-undang tidak dapat mengikuti kecepatan
gerak masyarakat atau proses perkembangan sosial, sehingga
penyusun undang-undang selalu ketinggalan;
• Undang-undang tidak dapat menyelesaikan tiap masalah yang
timbul, undang-undang tidak dapat terinci (mendetail)
melainkan hanya memberikan pedoman umum saja;
LANJUTAN………………….

• Undang-undang tidak dapat sempurna, kadang dipergunakan


istilah yang kabur dan hakim harus memberikan makna yang
lebih jauh dengan cara memberi penafsiran;
• Undang-undang tidak dapat lengkap dan tidak dapat
mencakup segala-galanya. Disana-sini selalu ada kekosongan
dalam undang-undang, maka hakim harus menyusunnya
dengan jalan mengadakan rekonstruksi hukum;
• Apa yang patut dan masuk akal dalam kasus-kasus tertentu
juga berlaku bagi kasus lain yang sama.
LANJUTAN………………….

 Airan Rechtsvinding, bahwa hukum itu terbentuk


dengan beberapa cara:
Karena pembentuk undang-undang (wetgever);
Karena administrasi (tata usaha) negara;
Karena peradilan (rechtspraak);
Karena kebiasaan (tradisi) yang sudah mengikat
masyarakat;
Karena ilmu (wetenschap).
LANJUTAN………………….

D. Aliran yang berlaku di Indonesia

Indonesia mempergunakan aliran Rechtsvinding artinya hakim dalam


memutuskan perkara berpegang pada undang-undang dan hukum
lainnya yang berlaku di dalam masyarakat secara bebas namun
terikat;
Tindakan hakim dilindungi oleh hukum berdasarkan Pasal 20 AB,
yang mengatakan bahwa hakim harus mengadili berdasarkan undang-
undang; AB – Algemene Bepalingen van Wetgeving voor Indonesie
Pasal 22 AB, hakim tidak boleh menolak mengadili perkara yang
diajukan kepadanya dengan alasan tidak lengkapnya, tidak jelasnya
undang-undang.
LANJUTAN………………….

• Apabila ada perkara, hakim melakukan tindakan-tindakan sebagai berikut:


1. Ia menempatkan perkara dalam proporsi yang sebenarnya;
2. Kemudian melihat pada undang-undang:
Apabila undang-undang menyebutkannya maka perkara diadili menurut undang-
undang;
Apabila undang-undangnya kurang jelas, ia mengadakan penafsiran;
Apabila ada ruangan-ruangan kosong, hakim mengadakan konstruksi hukum,
argumentum a contrario;
3. Di samping itu hakim juga melihat jurisprudensi dan dalil-dalil hukum agama,
adat dan sebagainya yang berlaku di dalam masyarakat.
LANJUTAN………………….

• Hal ini sesuai dengan Pasal 10 ayat (1) Undang-Undang Nomor


48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman yang berbunyi:
“Pengadilan dilarang menolak untuk memeriksa, mengadili, dan
memutus suatu perkara yang diajukan dengan dalih hukum tidak
ada atau kurang jelas, melainkan wajib untuk memeriksa dan
mengadilinya”
 Pasal 5 ayat (1) UU 48 Tahun 2009 berbunyi:
“Hakim dan hakim konstitusi wajib menggali, mengikuti, dan
memahami nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam
masyarakat”.
PERTEMUAN KESEPULUH
KODIFIKASI HUKUM DAN PERKEMBANGANNYA
• Kodifikasi hukum adalah pembukuan hukum dalam suatu himpunan undang-
undang dalam materi yang sama;
• Tujuan kodifikasi hukum adalah agar didapat suatu kesatuan hukum dan suatu
kepastian hukum.
• Awal mula timbul kodifikasi hukum namanya Code Civil Perancis atau Code
Napoleon, dinamakan Code Napoleon karena Napoleonlah yang memerintahkan
dan mengundangkan Undang-Undang Perancis sebagai Undang-Undang Nasional
permulaan Abad XVIII setelah berakhirnya revolusi politik dan sosial di Perancis.
Sebelumnya Perancis menggunakan hukum kebiasaan (adat) dan berlaku untuk
daerahnya masing-masing.
LANJUTAN………………….

• Pada waktu sebelum revousi Perancis, raja berkuasa


sekali, hak-hak warga negara tidak dihormati, hak asasi
ditekan dan belum tentu seseorang dapat menuntut lewat
peradilan bebas. Raja dapat menentukan putusan
pengadilan;
• Hal-hal lain yang menyebabkan tidak adanya kepastian
hukum dan kesatuan hukum adalah pendapat para
ahli/penyaji ilmu hukum yang berbeda-beda. Hal inilah
yang juga menjadi pendorong dilakukannya kodifikasi
hukum.
LANJUTAN………………….

Mengapa tumbuh kodifikasi hukum?


• Pada waktu itu Napoleon (selaku kaisar di Perancis) memerintahkan kepada
Portalis agar menyusun undang-undang nasional yang berlaku untuk seluruh
negara Perancis;
• Portalis menyusun RUU yang dimaksud dengan mengambil hukum kebiasaan yag
berlaku di Perancis, sebagian hukum Jerman dan hukum Romawi;
• RUU tersebut disahkan menjadi UU Nasional terdiri dari 2000 pasal yang berlaku
di seluruh negara Perancis. Sejak itu Perancis terdapat adanya eksatuan hukum.
Hasil Code Civil dari Portalis tersebut dianggap sebagai suatu karya besar bersifat
nasional dan isinya lengkap tanpa kekurangan.
LANJUTAN………………….

• Segala sesuatu yang berhubungan dengan hukum telah


diatur dalam Kitab Undang Undang Hukum Code
Civil dalam bentuk suatu kodifikasi;
• Pada waktu sebelum adanya kodifikasi, tiap-tiap
negara bagian mempunyai dan menganut hukumnya
sendiri. Seseorang yang di suatu negara bagian dapat
hukuman mati, dapat lari ke negara bagian lain.
Disana ia dapat hidup bebas karena di negara yang
gerakhir ini tidak dapat berlaku hukuman mati.
LANJUTAN………………….

Bagaimanakah keadaan hukum di Indonesia?


• Sebelum adanya kodifikasi atau hukum nasional yang berlaku adalah hukum adat.
Menurut Van Vollenhoven di Indonesia terdapat 19 macam masyarakat hukum
adat, sehingga bagi keseluruhan wilayah Indonesia tidak ada kesatuan dan
kepastian hukum.
• Contoh masyarakat hukukm adat Tapanuli, disana menganut adat garis kebapakan
atau patriarchaat, keturunan laki-laki yang pegang peranan, warisanpun jatuh
pada anak laki-lak sehingga anak prempuan tidak mendapat apa-apa. Menurut
paham mereka hal tersebut dibenarkan karena apabila seorang anak perempuan
kawin ia masuk marga calon suaminya.
• Demi adanya kesatuan dan kepastian hukum Indonesia memerlukan hukum yang
bersifat nasional, yang berlaku sama bagi seluruh warga negara Republik
Indonesia.
LANJUTAN………………….

Perkembangan Kodifikasi Hukum


Dengan adanya Code Civil atau Code Napoleon, beranggapan:
 Seluruh permasalahan hukum sudah tertampung dalam suatu undang-undang
nasional;
 Di luar undang-undang tidak ada hukum, undang-undang sudah lengkap dan
sempurna serta tidak mempunyai kekurangan-kekurangan;
 Hukum hanya melaksanakan undang-undang yang berlaku di seluruh negara.
Anggapan tersebut merupakan aliran yang dinamakan aliran Legisme/weetelijk
positivism atau positivism perundang-undangan dengan pedoman di luar undang-
undang tidak ada hukum.
LANJUTAN………………….

• Pendukung aliran Legisme adalah ahli pikir Montesquieu dan J.J. Roussau.
• Montesquieu dengan Trias Politikanya memusatkan Pemerintahan dalam tiga
kekuasaan yaitu: 1) Kekuasaan membuat undang-undang (badan legislatif),
kekuasaan melaksanakan undang-undang (badan eksekutif), dan kekuasaan
mengadili pelanggar undang-undang (badan yudikatif).
• Dengan sistem sparation of power tersebut, Montesquieu berpendapat bahwa di
luar undang-undang tidak ada hukum, Undang-undang dibuat oleh DPR
dilaksanakan oleh Raja dan Hakim mengadili perkara-perkara pelanggaran
undang-undang;
• Kekuasaan membuat, melaksanakan, dan mengadili harus dipisah, karena apabila
tidak dipisah akan timbul kekuasan absolut, kekuasaan disatu tangan dengan aibat
kesewenang-wenangan dan lenyaplah kemerdekaan warga negara tersebut.
LANJUTAN………………….

• Jean Jaques Rousseau sependapat dengan Montesquieu, dalam mengembangkan


pendapatnya ia memberikan beberapa ajaran, ialah: Contrac Social atau
perjanjian masyarakat, ia mengemukakan bahwa negara itu terbentuk karena
adanya perjanjian masyarakat. Suatu negara merupakan hasil dari perjanjian
masyarakat tersebut. Souvereiniteits-theory ialah teori kedaulatan rakyat, dalam
negara modern rakyatlah yang memegang kedaulatan.
• Amerika menerapkan ajaran Montesquieieu pada tanggal 1 Maret 1781 setelah
merdeka dari Inggris. Perancis menjajah Belanda 1811-1812, Meskipun Perancis
sudah tidak menjajah, namun Belanda masih menggunakan Code Civil sampai
negeri itu mempunyai undang-undang nasionalnya sendiri yang berupa Burgerlijk
Wetboek (BW) pada tahun 1835.
LANJUTAN………………….

Bagaimanakah perkembangan kodifikasi di Indonesia?


• BW negara Belanda tersebut dibawa ke Indonesia yang pada waktu dinamakan
Hindia Belanda sebagai jajahan Belanda. BW tersebut diumumkan dan
dipublikasikan sebagai Burgerlijk Wetboek voor Nederlandsch Indie dan
dinyatakan berlaku bagi penduduk Hindia Belanda Golongan Eropa, Timur Asing
keturunan Cina, dan golongan Bumi Putera.
• Pada waktu Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya 17 Agustus 1945,
maka PPKI dan pada zaman Jepang dinamakan Dokrizu Syuubi Zinkai dalam
sidangnya pada tanggal 18 Agustus 1945 menetapkan berlakunya UUD 1945.
Dengan demikian yang berlaku hanya UUD 1945 dan tidak ada undang-undang
lainnya, sehingga menimbulkan rechtsvacuum atau kekosongan hukum.
LANJUTAN………………….

• Untuk mengisi kekosongan hukum tersebut diadakan hukum peralihan atau


“transitoir recht” yang tercantum dalam Pasal II Aturan Peralihan Undang-
Undang Dasar 1945 yang berbunyi: “Segala badan kenegaraan dan peraturan
yang ada masih langsung berlaku selama belum diadakan yang baru”.
PERTEMUAN KESEBELAS
KAIDAH HUKUM DAN KAIDAH SOSIAL
Manusia adalah makhluk sosial atau zoon politicon, kata Aristoteles. Sebagai
makhluk sosial selalu ingin hidup berkelompok, hidup bermasyarakat. Keinginan itu
didorong oleh kebutuhan biologis:
Hasrat untuk memenuhi makan dan minum atau untuk memenuhi kebutuhan
ekonomi;
Hasrat untuk membela diri;
Hasrat untuk mengadakan keturunan.
Untuk memenuhi hasrat tersebut, diperlukan hubungan atau kontak antara anggota
masyarakat dalam rangka mencapai tujuannya dan melindungi kepentingannya
kadang-kadang terjadi saling bertentangan. Dengan demikian diperlukan aturan
kaidah sosial.
LANJUTAN………………….

A. Kaidah Sosial
Kaidah sosial yang mengatur tingkah laku manusia di dalam masyarakat ada
bermacam-macam yang secara berurutan adalah:
• Kaidah susila, adalah kaidah yang paling tua dan paling asli, juga terdapat di
dalam sanubari manusia sendiri karena manusia makhluk bermoral, tanpa melihat
kebangsaan atau masyarakat: “tidak mengindahkan norma susila berarti a susila”
Contoh norma susila ialah:
Jangan mencuri milik orang lain; Berbuatlah jujur; Hormatilah sesamamu; Jangan
berzinah; Jangan membunuh dsb.
Pelanggaran atas norma susila ialah pelanggaran perasaannya sendiri. Akibatnya
atau sanksi hukumnya adalah penyesalan.
LANJUTAN………………….

• Kaidah Kesopanan
Norma kesopanan adalah ketentuan-ketentuan hidup yang timbul dari pergaulan
dalam masyarakat. Norma kesopanan dasarnya adalah kepantasan, kebiasaan,
kepatutan yang berlaku dalam masyarakat. Oleh karenanya kesopanan dinamakan
norma sopan santun, tata krama atau adat istiadat.
Pelanggaran atas norma kesopanan menimbulkan celaan dari sesamanya. Celaan ini
dapat berujud kata-kata tetapi akan lebih dirasakan apabila celaan itu berupa sikap
kebencian, pandangan rendah dari orang-orang sekelilingnya, sampai si pelakunya
dijauhi dalam pergaulan bahkan lebih hebat lagi dengan pemboikotan dalam
kehidupan bermasyarakat.
LANJUTAN………………….

Contoh kaidah kesopanan:


Orang muda wajib menghormati orang yang lebih tua;
Meminta izin lebih dahulu apabila mau masuk rumah orang lain;
Mempersilakan duduk seorang wanita hamil yang berada dalam kendaraan
umum yang penuh penumpang;
Mengenakan pakaian yang pantas bila menghadiri pesta;
Menggunakan barang orang lain harus minta izin lebih dahulu dari pemiliknya;
Jangan meludah di hadapan orang lain.
Norma kebiasaan dapat menjelma menjadi norma kesopanan yang wajib diindahkan
karena pelanggaran dianggap tidak biasa dan dianggap salah oleh masyarakat.
Kebiasaan yang demikian itu disebut pula adat.
LANJUTAN………………….

• Kaidah agama atau kaidah kepercayaan


Norma agama berpangkal pada kepercayaan pada Tuhan YME. Norma agama
dianggap sebagai ketentuan dari Tuhan. Jadi norma agama atau kepercayaan adalah
norma sosial yang aslinya dari Tuhan yang isinya larangan, perintah-perintah, dan
ajaran.
Norma agama merupakan ketentuan hidup manusia ke arah yang baik dan benar. Ia
mengatur kewajiban-kewajiban manusia kepada Tuhan di akhirat.
Contoh norma agama atau kepercayaan:
Jangan membunuh sesama manusia
Hormatilah ibu bapakmu.
LANJUTAN………………….

• Kaidah Hukum
Ketiga kaidah sosial (kesopanan, kesusilaan dan agama) belum cukup menjamin
tata tertib di dalam pergaulan hidup bermasyarakat karena tidak adanya ancaman
yang cukup dirasakan sebagai paksaan dari luar. Oleh karenanya diperlukan norma
hukum yang mempunyai sifat mamaksa untuk melindungi kepentingan manusia
dalam pergaulan hidupnya di masyarakat.
Sifat yang Nampak pada norma hukum:
Adanya paksaan dari luar (sanksi) dari penguasa yang bertugas mempertahankan,
dan membina tata tertib masyarakat dengan perantaraan alat-alatnya;
Sifat undang-undang yang berlaku bagi siapa saja.
LANJUTAN………………….

Contoh norma hukum:


Barangsiapa sengaja merampas nyawa orang lain tanpa hak, diancam karena
pembunuhan, dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun (Pasal 338
KUHP).
Barangsiapa mengambil barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian milik
orang lain, dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum, diancam
karena pencurian dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau dendna
paling banak enam puluh rupiah (pasal 362).
Pelanggaran terhadap norma hukum diberi hukuman badan yang dapat dipaksakan
oleh penguasa.
SUBYEK HUKUM
Apakah subyek hukum itu?
• Subyek hukum adalah sesuatu yang menurut hukum berhak/ berwenang untuk
melakukan perbuatan hukum atau siapa yang mempunyai hak dan cakap untuk
bertindak dalam hukum;
• Subyek hukum adalah sesuatu pendukung hak yang menurut hukum
berwenang/berkuasa bertindak menjadi pendukung hak;
• Subyek hukum adalah segala sesuatu yang menurut hukum mempunyai hak dan
kewajiban.
Siapakah yang menjadi subyek hukum?
Manusia/orang atau person.
LANJUTAN………………….

Dasar Hukum, bahwa manusia sebagai subyek hukum yaitu


Sila dari : Pancasila “Perikemanusiaan” melarang dijadikan obyek hukum,
sehingga diperlakukan sebagai benda (obyek yang dapat dijual belikan, digadaikan
dan sebagainya).
Pengecualian mengenai subyek hukum: anak dalam kandungan, orang yang
belum dewasa, wanita yang dalam perkawinan atau berstatus sebagai istri.
Subyek hukum berikutnya selain manusia,  badan hukum yaitu Perseroan
Terbatas, Koperasi, Yayasan, Perbankan, Organisasi Partai Politik, Pemda, dan
Negara Republik Indonesia.
Teori Duguit, sesuai dengan ajarannya tentang fungsi sosial, maka juga dalam
teori ini Duguit tidak mengakui adanya badan hukum sebagai subyek hukum tetapi
hanya fungsi-fungsi sosial yang harus dilaksanakan. Manusia sajalah sebagai
subyek hukum, lain dari pada manusia tidak ada subyek hukum.
LANJUTAN………………….

Obyek Hukum
Obyeh hukum adalah segala sesuatu yang berguna bagi subyek hukum
(manusia/badan hukum) dan yang dapat menjadi pokok permasalahan dan
kepentingan bagi para subyek hukum, oleh karenanya dapat dikuasai oleh subyek
hukum.
Contoh:
A dan B mengadakan perjanjian jual beli rumah.
Rumah adalah obyek hukum.
Biasanya obyek hukum adalah benda. Pengetahuan tentang benda terdapat secara
luas pada Buku II KUH Perdata tentang hukum kebendaan yang berasal dari hukum
barat.
LANJUTAN………………….

Pembagian benda:
a. Benda yang bersifat kebendaan, dibagi lagi atas:
1) Benda bertubuh atau benda berujud, benda ini sifatnya dapat dilihat, diraba dan
dirasakan dengan panca indra Benda ini dapat dibagi lagi dalam:
Benda bergerak atau benda tidak tetap yang dapat digolongkan dalam:
* Benda yang dapat dihabiskan, misal: beras, minyak, bensin dsb
* Benda yang tidak dapat dihabiskan misal mobil, perhiasan atau benda tetap dan
sebagainya.
b. Benda tak bertubuh atau benda tak berujud, benda ini hanya dapat dirasakan oleh
panca indra saja, tidak dapat dilihat dan dirasakan. Tidak dapat direalisasikan
menjadi suatu kenyataan. Contoh : merek, perusahaa, paten, hak cipta, music lagu
dsb
PERTEMUAN KEDUABELAS
PERISTIWA HUKUM
• Peristiwa di dalam masyarakat yang akibatnya diatur oleh hukum. Tidak semua
peristiwa mempunyai akibat hukum, jadi tidak semua peristiwa mempunyai
akibat hukum, jadi tidak semua peristiwa adalah peristiwa hukum.
• Peristiwa hukum adalah peristiwa yang berdasarkan hukum menimbulkan atau
menghapuskan hak (Van Apeldoorn)
• Peristiwa hukum adalah peristiwa sosial yang tidak secara otomatis dapat
merupakan/menimbulkan hukum. Suatu peristiwa dapat merupakan peristiwa
hukum apabila peristiwa itu oleh peraturan hukum dijadikan peristiwa hukum
(Bellefroid).
LANJUTAN………………….

Peristiwa menurut hukum dan peristiwa melanggar hukum:


• Kelahiran, kematian, pendudukan tanah, pemcemaran laut;
• Lingkungan hidup, jual-beli, sewa-menyewa, pemberian kredit, pembukaan
rekening apda bank, perjanjian negara, pembunuhan dan lain-lain.
Peristiwa di atas dapat terjadi karena:
 Perbuatan manusia
 Keadaan
Suatu peristiwa dapat menimbulkan akibat hukum.
MASYARAKAT HUKUM
• Masyarakat hukum adalah sekelomok orang yang hidup dalam suatu wilayah
tertentu dimana di dalam kelompok tersebut berlaku suatu rangkaian peraturan
yang menjadi tingkah laku bagi setiap kelompok dalam pergaulan hidup mereka;
• Faktor-faktor yang mendorong agar manusia selalu hidup berkelompok
sesamanya atau hidup bermasyarakat, karena didorong oleh:
 Kebutuhan biologis, seperti masyarakat keluarga dan perkumpulan koperasi
konsumsi;
 Persamaan nasib, seperti organisasi pengusaha kecil, koperasi produksi,
perkumpulan pengrajin anyaman, serikat buruh;
 Persamaan kepentingan, organisasi negara, organisasi pengusaha dalam
memasarkan barang produksinya.
LANJUTAN………………….

 Persamaan ideologi, negara-negara yang sama asas dan dasarnya membentuk


federasi, partai politik dan organisasi massa;
 Persamaan tujuan seperti sama sama menghendaki perdamaian dunia dan anti
kekerasan dalam wadah PBB.
Faktor-faktor tersebut dapat dirangkum menjadi 3 faktor:
• Faktor ekonomis (untuk dapat memenui kebutuhan hidup);
• Faktor biologis (untuk mengadakan keturunan);
• Faktor keamanan (untuk penyelematan dari segala serangan/ mara bahaya).
LANJUTAN………………….

Macam-macam Bentuk Masyarakat Hukum:


• Menurut dasar pembentukannya, dibagi tiga:
1. Masyarakat teratur, yaitu masyarakat yang diatur dengan tujuan tertentu, contoh
perkumpulan olah raga;
2. Masyarakat teratur yang terjadi dengan sendirinya, yaitu masyarakat yang tidak
dengan sengaja terbentuk, tetapi masyarakat itu ada karena kesamaan
kepentingan.
Contoh: penonton petandingan sepak bola, penonton bioskop.
3. Masyarakat tidak teratur, adalah masyarakat yang terjadi dengan sendirinya
tanpa dibentuk. Contoh: sekumpulan manusia yang membaca surat kabar di
tempat umum.
LANJUTAN………………….

• Menurut dasar hubungan yang diciptakan oleh para


anggotanya, yaitu:
1. Masyarakat paguyuban (gemeinschaft) adalah masyarakat
antara anggota yang satu dengan lainnya ada hubungan
pribadi, sehingga menimbulkan ikatan batin. Contoh
rumah tangga.
2. Masyarakat patembayan (Gesellschaft) adalah masyarakat
yang hubungan antara anggota yang satu dengan lainnya
dan mendapat keuntungan material. Contoh: Perusahaan
Terbatas, Yayasan, organisasi karyawan.
LANJUTAN………………….

• Menurut dasar perikehidupannya atau kebudayaannya masyarakat hukum dapat


dibagi dalam 5 bentuk, yaitu:
1. Masyarakat primitif dan masyarakat modern. Masyarakat primitif adalah masyarakat
yang masih serba sederhana baik cara hidup, cara berpakaian, peraturan tingkah lakunya.
Masyarakat modern adalah masyarakat yang sudah lebih maju dibandingkan dengan
masyarakat yang primitif mengenai segalanya.
2. Masyarakat desa dan masyarakat kota. Masyarakat desa adalah sekolompok orang yang
hidup bersama di desa. Masyarakat kota adalah sekelompok orang yang hidup bersama di
kota.
3. Masyarakat territorial, adalah sekelompok orang yang bertempat tinggal dalam satu
daerah tertentu.
4. Masyarakat genealogis, masyarakat yang anggotanya ada pertalian darah.
5. Masyarakat territorial geneologis, masyarakat yang para anggotanya mempunyai
pertalian darah dan bertempat tinggal dalam satu daerah tertentu.
LANJUTAN………………….

• Menurut hubungan keluarga, bentuk masyarakat hukum dapat dibagi dalam:


1. Keluarga inti (nuclear family) yang anggotanya hanya terdiri atas suami, istri,
dan anaknya;
2. Keluarga luas (extended family) yang anggotanya lebih luas dari keluarga inti,
meliputi orang tua, saudara sekandung, saudara sepupu, paman, bibi dan sanak
saudara lainnya yang masih ada hubungan darah satu sama lain.
3. Suku bangsa
4. Bangsa.
AKIBAT HUKUM
• Akibat hukum adalah akibat suatu tindakan yang dilakukan untuk memperoleh
suatu akibat yang dikehendaki oleh pelaku dan yang diatur oleh hukum.
Tindakan ini dinamakan tindakan hukum . Jadi dengan lain perkataan, akibat
hukum adalah akibat dari suatu tindakan hukum.
Contoh: membuat wasiat, pernyataan berhenti menyewa.
• Ujud dari akibat hukum:
a. Lahirnya, berubahnya atau lenyapnya suatu keadaan hukum. Contoh
Usia menjadi 21 tahun, akibat hukumnya berubah-ubah dari tidak cakap hukum
menjadicakap hukum, atau
LANJUTAN………………….

b. Lahirnya, berubahnya atau lenyapnya suatu hubungan hukum, antara dua


ata lebih subyek hukukm, dimana hak dan kewajiban pihak yang satu berhadapan
dengan hak dan kewajiban ihak yang lain.
Contoh: A mengadakan perjanian jual beli dengan B, maka lahirlah hubugnan
hukum antara A dan B. Sesudah dibayar lunas, hubungan hkum tersebut menjadi
lenyap.

c. Lahirnya sanksi apabila dilakukan tindakan yang melawan hukum.


Contohnya: Seorang pencuri diberi sanksi hukuman adalah suatu akibat hukum dari
perbuatan si pencuri tersebut ialah mengambil barang orang lain tanpa hak dan
secara melawan hukum.
PERTEMUAN KETIGABELAS
ILMU HUKUM SEBAGAI KENYATAAN
A. Sosiologi Hukum
 Sosiologi hukum  salah satu cabang ilmu pengetahuan yang secara analitis dan
empiris mempelajari hubungan timbal balik antara hukum dengan gejala sosial
lainnya;
 Sosiologi hukum  kajian ilmiah tentang kehidupan sosial, dan dengan demikian
sosiologi hukum adalah kajian tentang perilaku hukum (Prof MP.Baumgartner);
 Misi sosiologi hukum adalah untuk memprediksikan dan menjalankan berbagai
“legal behaviour” mencakup variasi tentang apa yang didefinisikan “sebagai
legal” bagaimana kasus-kasus itu diselesaikan, di setiap periode sejarah dan di
setiap kasus individu, dan kesemuanya itu merupakan subjek yang dijelaskan
secara sosiologi.
LANJUTAN………………….

• Pertanyaan yang sering diajukan para sosiolog hukum ialah mengapa hukum
harus ditaati, apa yang menghambat penegakan hukum; sampai sejauh manakah
kebenaran undang-undang melindungi buruh; golongan manakah yang
diuntungkan dan dirugikan oleh undang-undang yang dikeluarkan; faktor apa
yang mempengaruhi efektivitas peraturan hukum tertentu;
• Keunikan dari kajian sosiologi hukum yaitu mengundang ilmu hukum modern
untuk menghadapi realitas kasus-kasus yang tidak semata-mata diputuskan oleh
aturan-aturan sendiri. Sehingga kajian sosiologi hukum berbeda dari pada kajian
normatif;
• Kajian sosiologi hukum sangat menyerupai pemikiran yang lebih luas, yang
kemudian dikenal sebagai pemikiran teknokratik atau dengan menggunakan
istilah sebelumnya saintisisme yaitu dengan ciri-ciri setiap masalah bersifat fakta,
moral, politik, atau legal.
LANJUTAN………………….

B. Antropologi Hukum
 Antroplogi hukum  salah satu bidang studi hukum yang mempelajari pola-pola
sengketa penyelesaiannya dalam masyarakat sederhana maupun masyarakat yang
sedang mengalami proses modernisasi.
 Sifat utama antropologi hukum:
Empiris, disiplin ilmu atas hasil observasi terhadap kenyataan yakni segala
sesuatu yang telah terjadi dan dikenal dengan isilah social fact, penggunaan akal
sehat, berdasarkan data based;
Teoritis, yakni suatu kesatuan yang dihasilkan dari unsur-unsur yang tersusun
logis dengan tujuan untuk menjelaskan hubungan kausalitas di antara fenomena
dari hasil-hasil sebuah penelitian;
LANJUTAN………………….

Komulatif, memperkuat, memperbaiki, memperluas dan bahkan membantah teori-


teori sebelumnya yang tidak sesuai atau bisa dikatakan sebagai revisi atau evaluasi
dari sesuatu hal yang sudah ada;
Nonetis, merupakan sesuatu yang dimaksudkan untuk menjelaskan secara analitis,
logis, dan sistematif.

C. Psikologi Hukum
 Psikologi hukum  salah satu cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari hukum
sebagai suatu perwujudan jiwa manusia.
 Contoh subyek bahasan psikologi hukum, ketika sepasang suami istri mempunyai
seorang anak yang masih kecil – usia 7 th – lantas pasangan itu bercerai dimana
masing-masing dari keduanya memohon kepada hakim untuk ditetapkan sebagai
wali anak itu.
LANJUTAN………………….

Untuk membantu hakim memahami secara psikologis, demi kepentingan masa


depan anak, pihak mana yang akan hakim tetapkan sebagai wakil wali dari anak
tersebut.
• Ketika seorang saksi mata memberi keterangan, di tahap persidangan pengadilan,
maka psikologi hukum akan sangat banyak membantu menilai keakuratan
kesaksian tersebut.

D. Sejarah Hukum
• Sejarah hukum  studi hukum yang mempelajari perkembangan dan asal usul
sistem hukum dalam masyarakat tertentu dan memperbandingkan antar hukum
yang berbeda karena dibatasi waktu yang berbeda pula.
LANJUTAN………………….

• Hukum pada masa kini dan hukum pada masa lampau merupakan
satu kesatuan. Itu berarti, bahwa kita dapat mengerti hukum kita
pada masa kini, hanya dengan penyelidikan sejarah, bahwa
mempelajari hukum secara ilmu pengetahuan harus juga
mempelajari sejarah. Sejarah adalah suatu proses, jadi bukan
sesuatu yang berhenti, melainkan sesuatu yang bergerak, bukan
mati, melainkan hidup.
• Tujuan sejarah hukum adalah untuk mengetahui bagaimana
proses dari terbentuknya hukum yang sekarang ini berlaku di
suatu masyarakat, sehingga dapat mengetahui arah dan tujuan
mengapa hukum itu dibuat.
LANJUTAN………………….

Kegunaan sejarah hukum:


• Sejarah hukum dapat memberikan pandangan yang luas bagi kalangan hukum.
Hukum tidak akan mungkin berdiri sendiri, karena senantiasa dipengaruhi oleh
aspek-aspek kehidupan lain, dan juga mempengaruhinya;
• Sejarah hukum sangat penting untuk mengadakan penafsiran secara historical
terhadap peraturan-peraturan tertentu;
• Sejarah hukum juga berguna terutama untuk mengungkapkan kebenaran dalam
kaitannya dengan masa lampau dan masa kini;
• Sejarah hukum dapat mengungkapkan fungsi dan efektivitas lembaga-lembaga
hukum tertentu, pada situasi semacam apakah satu lembaga hukum benar-benar
dapat berfungsi atau malah tidak berfungsi sama sekali.
LANJUTAN………………….

E. Perbandingan Hukum
• Perbandingan hukum  salah satu bidang studi hukum yang mempelajari dan
mengidentifikasi persamaan dan perbedaan dua atau lebih sistem hukum antar
negara maupun dalam negara sendiri.
• Dalam pengertian paling sederhana merupakan suatu metode studi dan penelitian
dimana hukum-hukum dan lembaga-lembaga hukum dari dua negara atau lebih
diperbandingkan.
• Perbandingan hukum dapat dikategorikan menjadi dua yaitu: perbandingan
hukum eksternal (hukum antar negara), dan perbandingan hukum internal
(perbandingan hukum tertentu di dalam suatu negara yang sejenis, misalnya
hukum waris menurut hukum adat dengan hukum waris menurut KUH Perdata).
LANJUTAN………………….

• Penerapan kaidah hukum islam yang sama-sama bersumber dari Al Qur’an yang
diterapkan di Saudi Arabia berbeda dengan yang dierapkan di Mesir, Irak dan
sebagainya. Penerapan hukum Belanda di Negera Belanda sendiri berbeda dengan
di Suriname, Afrika Selatan, Srilangka dan di Indonesia;
• Ada masalah perceraian antara suami istri yang berbeda kewarganegaraannya,
maka penegak hukum (polisi, jaksa, hakim, pengacara) juga notaris, memerlukan
jasa perbandingan hukum.
• OKI, Perbandingan hukum sangat bermanfaat dan berfungsi dalam usaha
memperdalam dan memperluaus pengetahuan kita dalam tiga bidang sekaligus
yaitu bidang sosiologi hukum, filsafat hukum dan sejarah hukum.
-----o0o-----
PERTEMUAN KEEMPAT BELAS
UJIAN AKHIR SEMESTER(UAS)
LANJUTAN………………….
LANJUTAN………………….
LANJUTAN………………….
LANJUTAN………………….
LANJUTAN………………….
LANJUTAN………………….
LANJUTAN………………….

Anda mungkin juga menyukai