Anda di halaman 1dari 19

HUKUM PERDATA

Oleh :
DR JANUAR AGUNG SAPUTERA SH., MH.
-V-
FAKTOR PENYEBAB BERBHINEKA HUKUM
PERDATA
Hukum Perdata sebagai hukum yang mengatur antara perorangan dalam
masyarakat, dalam arti luas meliputi semua Hukum Privat Materiil.
Sebagai hukum privat, hukum perdata di Indonesia masih bersifat majemuk,
yaitu masih berbhineka, yang disebabkan 2 faktor yaitu :
a. Faktor Sosiologis: keanekaragaman hukum adat suku bangsa – suku
bangsa yang ada Indonesia yang sangat majemuk.
b. Faktor Historis Yuridis: bersumber pada pasal 163 Indische Staatsregeling
(IS) yang mulai berlaku sejak 1926 membagi penduduk Indonesia dalam
tiga golongan, yaitu :
 Golongan I (golongan Eropa dan yang dipersamakan);
 Golongan II (golongan oriental atau timur asing);
 Golongan III (golongan rakyat Bumi Putera).
Pada masa pemerintahan Hindia Belanda, terdapat berbagai Hukum
Perdata yang berlaku bagi golongan – golongan warga yang ada di
Hindia Belanda.
 Golongan Eropa : berlaku KUH Per dan KUHD yang diselaraskan
dengan Burgelijk Wetbook dan Wetbook VanKoophandel yang
berlaku di negara Belanda;
 Golongan Bumiputera : berlaku hukum adat, dan peraturan khusus
yang dibuat pemerintah Hindia Belnda bagi Bumiputera, antara lain:
1. Ordonansi perkawinan bangsa Indonesia kristen (Stb 1933 No. 74)
2. Ordonansi tentang Maskapai Andie Indonesia atau IMA (Stb 1939
No. 509 jo 717)
3. Ordonasi tentang perkumpulan bangsa Indonesia (Stb 1939 No.
570 jo 717)
 GolonganTionghoa (cina) : berlaku KUHPerdata dan
KUHD dengan beberapa pengecualian, yaitu mengenai
pencatatan sipil, cara-cara perkawinan, dan
pengangkatan anak (Adopsi);
 Golongan Timur Asing yang bukan berasal dari Tionghoa
atau Eropa (seperti : Arab, India, Pakistan, Mesir dan lain-
lain) berlaku sebagian dari KUHPerdata dan KUHD, yaitu
mengenai hukum harta kekayaan, sedangkan hukum
waris (tanpa wasiat), hukum kepribadian dan hukum
keluarga berlaku hukum negara mereka sendiri
Menurut Pasal 163 ayat (2) I.S, yang termasuk golongan Eropa adalah ;
1. Semua warga negara Belanda;
2. Orang Eropa;
3. Warga negara Jepang (orang Jepang dimasukkan ke dalam
golongan Eropa karena pemerintah Belanda mengadakan
perjanjian dagang dengan pemerintah Jepang pada tahun
1896, di mana salah satu perjanjiannya memuat bahwa seluruh
orang Jepang dipersamakan kedudukannya dengan orang
Eropa)
4. Orang-orang yang berasal dari negara lain yang hukum kekeluargaannya
sama
5. dengan hukum keluarga Belanda, terutama azas monogami
6. Keturunan mereka yang tersebut di atas.

GOLONGAN EROPA
Menurut pasal 163 ayat (4) I.S, yang termasuk golongan
Timur Asing adalah
mereka yang tidak termasuk dalam golongan Eropa
atau Indonesia asli yaitu :
1. Golongan Timur Asing Tionghoa (Cina)
2. Golongan Timur Asing bukan Tionghoa

GOLONGAN TIMUR ASING


Menurut pasal 163 ayat (3) I.S, yang termasuk golongan
pribumi adalah :
1. Orang bumiputera(saat ini Indonesia);
2. Mereka yang semula termasuk golongan lain, lalu
membaurkan dirinya kedalam orang
bumiputera(saat ini Indonesia).

GOLONGAN BUMIPUTERA
- VI -
PEDOMAN POLITIK PEMERINTAH HINDIA
BELANDA
Sifat hukum perdata di Indonesia yang berbhineka secara
langsung dipengaruhi oleh politik hukum pemerintah Hindia
Belanda yang membagi penduduk Hindia Belanda menjadi 3
golongan yaitu:
1. Golongan Eropa yaitu orang Belanda, orang yang berasal dari
Eropa, orang Jepang, orang yang hukum keluarganya
berdasarkan azas-azas yang sama dengan hukum Belanda
beserta anak keturunan mereka;
2. Golongan Timur Asing Tionghoa dan Timur Asing bukan
Tionghoa misalnya orang Arab, India dan Pakistan; dan
3. Golongan Bumi Putera.
Keanekaragaman suku bangsa ini terjadi akibat dari politik hukum pemerintah
Kolonial Belanda, politik hukum tersebut terlihat dalam pasal 131 IS yang
mengambil alih pasal 75 RR.
Pasal 131 IS yang merupakan “Pedoman Politik Hukum” pemerintah Belanda
memuat ketentuan-ketentuan antara lain :
1. Hukum Perdata, hukum dagang, hukum pidana, hukum acara perdata,
hukum acara pidana, harus diletakkan dalam kitab Undang-undang atau
dikodifisir (ayat 1)
2. Terhadap golongan Eropa, harus diperlakukan perundang-undangan yang
ada di negeri Belanda dalam bidang Hukum Perdata dan Hukum Dagang
(ayat 2 sub a). Asas konkordansi.
3. Bagi orang Indonesia asli dan Timur Asing, ketentuan Undang-undang Eropa
dalam bidang Hukum Perdata dan Hukum Dagang dapat diperlakukan
apabila kebutuhan mereka menghendakinya (ayat 2 sub b).
4. Orang Indonesia asli dan Timur Asing diperbolehkan
menundudukkan dirinya kepada hukum yang
berlaku bagi orang Eropa, baik sebagian maupun
seluruhnya (ayat 4).
5. Hukum adat yang masih berlaku bagi orang
Indonesia asli dan Timur Asing tetap berlaku
sepanjang belum ditulis dalam Undang-undang
(ayat 6).
Dari isi pasal-pasal tersebut nampak adanya politik
memecah belah/devide et impera dari pemerintah
Hindia Belanda yakni :
a. Membedakan hukum yang berlaku untuk orang Eropa,
Bumi Putera dan Timur Asing yang ada Hindia Belanda
pada waktu itu.
b. Membagi penduduk di Hindia Belanda atas golongan
Eropa, Bumi Putera dan Timur Asing.
- VII -
SISTEMATIKA HUKUM PERDATA
Sistematika Hukum Perdata di Indonesia ada 2 pendapat.
Pertama menurut undang-undang:
A. Buku I mengenai orang. Mengatur hukum tentang orang dan
hukum kekeluargaan.
B. Buku II tentang benda. Mengatur hukum tentang kebendaan
dan hukum waris.
C. Buku III tentang perikatan. Mengatur hukum tentang hak-hak
dan kewajiban timbal balik antara orang-orang atau pihak-
pihak tertentu.
D. Buku IV tentang pembuktian dan daluwarsa. Mengatur hukum
tentang alat-alat pembuktian dan akibat-akibat hukum yang
timbul dari adanya daluwarsa.
Kedua menurut Ilmu Hukum/ Doktrin :
1. Hukum tentang orang. Mengatur tentang manusia sebagai subyek
dalam hukum, mengatur tentang prihal kecakapan untuk memiliki
hak-hak dan kecakapan untuk bertindak sendiri melaksanakan
hak-hak itu dan selanjutnya tentang hal-hal yang mempengaruhi
kecakapan-kecakapan itu.
2. Hukum Kekeluargaan. Mengatur tentang hubungan-hubungan
hukum yang timbul dari hubungan kekeluargaan yaitu Perkawinan
beserta hubungan dalam lapangan hukum kekayaan antara
suami dengan istri, hubungan antara orang tua dan anak,
perwalian dan curatele.
3. Hukum Kekayaan. Mengatur tentang hubungan-hubungan hukum
yang dapat dinilai dengan uang. Jika kita mengatakan tentang
kekayaan seseorang maka yang dimaksudkan ialah jumlah dari
segala hak dari kewajiabn orang itu dinilaikan dengan uang.
4. Hukum Waris. Mengatur tentang benda atau kekayaan seseorang
jika ia meninggal. Disamping itu Hukum Warisan mengatur akibat-
akibat dari hubungan keluarga terhadap harta peninggalan
seseorang
- VIII -
KEDUDUKAN HUKUM PERDATA SETELAH
KEMERDEKAAN
Hukum perdata yang berlaku di Indonesia saat ini
adalah hukum perdata yang berlaku sebelum
kemerdekaan.
Keberlakuan hukum perdata tersebut didasarkan
pada Pasal II Aturan Peralihan UUD 1945, yang pada
pokoknya mementukan bahwa segala peraturan
yang ada sebelum indonesia merdeka masih berlaku
sebelum diadakan peraturan baru menurut UUD
termasuk di dalamnya hukum perdata yang berlaku
di Indonesia. Hal ini untuk mencegah terjadinya
kekosongan hukum (rechtvacuum), di bidang hukum
perdata.
Pasca kemerdekaan, sebagian materi Burgelijk Wetboek
(KUHPerdt) dicabut keberlakunya dan antara lain diganti dengan
undang-undang Republik Indoenesia, seperti:
1. UU RI No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan;
2. UU RI No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok
Agraria
3. UU RI No. 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah
Beserta Benda-benda Yang Berkaitan Dengan Tanah

Anda mungkin juga menyukai