Anda di halaman 1dari 2

Nama : Salwa Rahmatri Afsari

NIM : 21410727

1. Hukum perdata yang berlaku saat ini berdasarkan pada Pasal II Aturan Peralihan UUD
1945 yang berbunyi: “Segala badan negara dan peraturan yang ada masih langsung
berlaku selama belum diadakan yang baru menurut UUD ini”. Tetapi apabila
diperhatikan lagi, yang menjadi dasar hukum berlakunya hukum perdata di Indonesia
adalah UUD 1945, Pancasila, peraturan perundang-undangan serta dibutuhkan.
KUHPerdata dan KUHDagang berlaku pada tanggal 1 Mei 1848. ( Salim HS, S.H.,
M.S., Pengantar Hukum Perdata Tertulis (BW), Hal- 12-13 ).
2. Pertama, oleh pemerintah Hindia Belanda, penduduk Indonesia dibagi menjadi 3
golongan yaitu, (a) Golongan Eropa yang terdiri dari semua WN Belanda, orang yang
berasal dari Eropa, semua WN Jepang, orang yang berasal dari negara lain yang hukum
keluarganya sama dengan hukum keluarga Belanda, dan keturunan mereka. (b)
Golongan Pribumi yang terdiri dari orang asli Indonesia tidak pindah golongan dan orang
yang semua golongan lain yang kemudian membaurkan diri ke golongan Indonesia asli.
(c) Golongan Timur Asing yang terdiri dari orang Timur asing Tionghoa, dan orang Timur
Asing bukan Tionghoa seperti Arab, India, Pakistan, dll.
Kedua, terdapat banyak sekali suku bangsa yang ada di wilayah Indonesia. Hal ini
membuat Indonesia memiliki adat istiadat dan hukum adat yang beraneka ragam. Maka
dari itu, faktor etnis dan hukum kebiasaan ini menjadi salah satu penyebab timbulnya
pluralisme hukum perdata di Indonesia.
Ketiga, belum adanya ketentuan hukum perdata yang berlaku secara nasional. Hukum
perdata yang berlaku saat ini merupakan produk pemerintah Hindia Belanda yang
berlaku di Indonesia sesuai dengan asas konkordansi, yaitu hukum yang berlaku di
negeri jajahan (Hindia Belanda) sama dengan ketentuan hukum yang berlaku di negeri
Belanda.
3. Asas konkordansi merupakan asas yang melandasi berlakunya hukum Eropa atau
Belanda pada saat itu dan berlaku bagi golongan Eropa yang ada di Hindia Belanda.
Asas konkordansi berkaitan dengan hukum perdata karena hukum perdata yang berlaku
saat ini merupakan buatan pemerintah Hindia Belanda yang sesuai dengan asas
konkordansi. (http://tabirhukum.blogspot.com/2016/11/pluralitas-hukum-perdata-di-
indonesia.html)
4. Hukum perdata yang masih berlaku saat ini berdasarkan pada Pasal II Aturan Peralihan
UUD 1945 yang berbunyi: “Segala badan negara dan peraturan yang ada masih
langsung berlaku selama belum diadakan yang baru menurut UUD ini”. Artinya,
ketentuan yang ada pada zaman Hindia Belanda, terkhusus dalam hukum perdata,
masih berlaku di Indonesia. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi kekosongan hukum di
bidang hukum keperdataan. ( Salim HS, S.H., M.S., Pengantar Hukum Perdata Tertulis
(BW), Hal- 12-13 ).
5. Isi SEMA No 3 Tahun 1963 menyatakan bahwa Mahkamah Agung menganggap pasal-
pasal berikut tidak berlaku lagi: (1) Pasal-pasal 108 dan 110 B.W. (2) Pasal 128 ayat 3
B.W. (3) Pasal 1682 B.W. (4) Pasal 1579 B.W. (5) Pasal 1238 B.W. (6) Pasal 1460 B.W.
(7) Pasal 1630 x ayat 1 B.W.
6. Subjek hukum adalah setiap orang yang mempunyai hak dan kewajiban dalam lintas
hukum. Terdapat 2 macam subjek hukum yaitu manusia dan badan hukum. Manusia
merupakan subjek hukum sejak ia dilahirkan. Badan hukum adalah perkumpulan yang
didirikan dan dapat bertindak sebagai subjek hukum.
7. Subjek hukum adalah setiap orang yang mempunyai hak dan kewajiban dalam lintas
hukum. Subjek hukum memiliki peranan penting dalam bidang hukum, khususnya dalam
hukum keperdataan karena subjek hukum itulah yang nantinya mempunyai wewenang
hukum. Subjek hukum terbagi menjadi 2 macam yaitu manusia dan badan hukum.
8. Orang yang cakap bertindak/melakukan perbuatan hukum adalah orang-orang yang
sudah berumur 21 tahun dan atau sudah melakukan perkawinan.
9. Catatan sipil adalah suatu lembaga yang bertujuan mengadakan pendaftaran,
pencatatan serta pembukuan yang selengkap-lengkapnya dan sejelas-jelasnya serta
memberi kepastian hukum atas peristiwa, kelahiran(akta kelahiran), pengakuan(akta
pengakuan dan pengesahan anak), perkawinan(akta perkawinan), perceraian(akta
perceraian), dan kematian(akta kematian).
10. Domisili merupakan tempat seseorang melakukan perbuatan hukum seperti, jual-beli,
sewa-menyewa, tukar-menukar, hibah, dll. Dibentuknya domisili bertujuan untuk
mempermudah para pihak dalam mengadakan hubungan hukum dengan pihak lainnya.
Macam-macam domisili sebagai berikut:
 Menurut Common Law:
a. Domicili of origin
b. Domicili of dependence
c. Domicili of choice: (1) Domisili berdasarkan UU (2) Domisili secara bebas
- Menurut sistem hukum Eropa Kontinental:
a) Tempat kediaman sesungguhnya: (1) Tempat kediaman sukarela (2)Tempat
kediaman wajib
b) Tempat kediaman yang dipilih

Anda mungkin juga menyukai