Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH PENGANTAR ILMU HUKUM

PERKEMBANGAN HUKUM DI INDONESIA

Dosen Pengampu :
Lailatul Mustaqiah SH., MH

Disusun oleh:
-Selly Hestiani Sinta (11215761910013)

UNIVERSITAS SARI MULIA


FAKULTAS HUMANIORA
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa sebab atas segala rahmat, karunia, serta
tuntunan-Nya, makalah mengenai “Perkembangan Hukum di Indonesia” ini dapat diselesaikan
tepat waktu. Meskipun kami menyadari masih banyak terdapat kesalahan didalamnya. Tidak
lupa pula kami ucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah Pengantar Ilmu Hukum Ibu
Lailatul Mustaqiah SH., MH yang telah membimbing dan memberikan tugas ini.

Kami sangat berharap dengan adanya makalah ini dapat memberikan manfaat dan
edukasi mengenai bagaimana perkembangan sejarah di Indonesia mulai dari sebelum
kemerdekaan hingga sekarang. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa dalam pembuatan makalah
ini masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik
dan saran dari pembaca untuk kemudian makalah kami ini dapat kami perbaiki dan menjadi lebih
baik lagi.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Kami juga
yakin bahwa makalah kami jauh dari kata sempurna dan masih membutuhkan kritik serta saran
dari pembaca, untuk menjadikan makalah ini lebih baik ke depannya.

Banjarmasin, 27 November 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar …………………………………………………………………….……… i
Daftar Isi ……………………………………………………………………….………... ii

BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………………………………………. 1
B. Rumusan Masalah……………………………………………………………… 1
C. Tujuan………………………………………………………………………….. 1
BAB II PEMBAHASAN
A. SEJARAH HUKUM DI INDONESIA SEBELUM KEMERDEKAAN …………. 1

a. Periode VOC …………………….…........................................................... 2


b. Periode Liberal Belanda…………………………………………………… 2
c. Periode Politik Etis Sampai Kolonialisme Jepang………………………… 2
d. Periode Revolusi Fisik…………………………………………………….. 3
B. SEJARAH HUKUM DI INDONESIA PADA MASA KEMERDEKAAN………. 3

a. Periode Demokrasi Liberal …………………………………………….. 3


b. Periode Demokrasi Terpimpin……………………………………………. 3
c. Periode Orde Baru……………………………………………………… … 4
d. Periode Pasca Orde Baru (1998 – Sekarang)……………………………… 4
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………………………………………. 5
B. Saran………………………………………………………………………….. 5

DAFTAR BACAAN………….…………………………………………………………... 6

i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sudah merupakan kewajiban bagi manusia diciptakan oleh Tuhan untuk hidup bersama
dengan manusia lainnya maupun lingkungan sekitarnya untuk bermasyarakat serta saling menjaga
hak dan kewajiban diri atas sesama manusia. Dalam hidup bermasyarakat ini kita saling menjalin
banyak hubungan dengan orang lain, masing-masing dari kita memiliki kepentingan tersendiri
yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Adakalanya kepentingan-kepentingan ini dapat
menjadi sengketa dan pertentangan antara kepentingan kita dan orang lain. Untuk menghindari hal
tersebut kita ingin menyelesaikan semua sengketa kita dengan tertib dan damai maka dari itu kita
akan membuat ketentuan atau kaidah hukum yang harus ditaati oleh seluruh anggota masyarakat.
Dengan begitu kepentingan anggota masyarakat akan lebih terjaga dan terlindungi, apabila kaidah
hukum itu dilanggar, maka yang bersangkutan akan diberikan sanksi atau hukuman . Hukum di
Indonesia merupakan campuran dari sistem hukum hukum Eropa, hukum Agama dan hukum Adat.
Sebagian besar sistem yang dianut, baik perdata maupun pidana, berbasis pada hukum Eropa
kontinental, khususnya dari Belanda karena aspek sejarah masa lalu Indonesia yang merupakan
wilayah jajahan dengan sebutan Hindia Belanda (Nederlandsch-Indie). Hukum Agama, karena
sebagian besar masyarakat Indonesia menganut Islam, maka dominasi hukum atau Syari’at Islam
lebih banyak terutama di bidang perkawinan, kekeluargaan dan warisan.
Proses meneruskan segala bentuk sisa-sisa tertib hukum masa lalu di Indonesia hingga
dewasa ini sangat sulit dihindari karena lebih dari satu abad tatkala Indonesia ini masih disebut
Nederlandsch-Indië (Hindia Belanda) “telah berlangsung proses introduksi dan proses
perkembangan suatu sistem hukum asing ke/di dalam suatu tata kehidupan dan tata hukum
masyarakat pribumi yang otohton. Sistem hukum asing yang dimaksud tidak lain adalah sistem
hukum Eropa (khususnya Belanda) yang berakar pada tradisi-tradisi hukum Indo-Jerman dan
Romawi-Kristiani, dan yang dimutakhirkan lewat berbagai revolusi, mulai dari ‘Papal Revolution’
hingga Revolusi kaum borjuis-liberal di Perancis pada akhir abad 19.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perkembangan sejarah hukum di Indonesia saat Pra Kemerdekaan?
2. Bagaimana perkembangan sejarah hukum di Indonesia dilihat dari Pasca Kemerdekaan?

C. Tujuan
Untuk memenuhi tugas Pengantar Ilmu Hukum dan menjawab pertanyaan yang
ada pada rumusan masalah. Serta manfaat dari penulisan makalah ini yaitu meningkatkan
pengetahun penulis dan pembaca mengenai sejarah hukum pra dan pasca kemerdekaan di
Indonesia.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. SEJARAH HUKUM DI INDONESIA SEBELUM KEMERDEKAAN

Periode Kolonialisme
Periode kolonialisme terbagi ke dalam tiga tahapan besar, yakni: periode VOC, Liberal Belanda
dan Politik etis hingga penjajahan Jepang.

a. Periode VOC
Pada masa pendudukan VOC, sistem hukum yang diterapkan bertujuan untuk:
1) Kepentingan ekspolitasi ekonomi demi mengatasi krisis ekonomi di negeri Belanda;
2) Pendisiplinan rakyat pribumi dengan cara yang otoriter; dan
3) Perlindungan terhadap pegawai VOC, sanak-kerabatnya, dan para pendatang Eropa.

Hukum Belanda diberlakukan terhadap orang-orang Belanda atau Eropa. Sedangkan bagi
pribumi, yang berlaku adalah hukum-hukum yang dibentuk oleh tiap-tiap komunitas secara
mandiri. Tata pemerintahan dan politik pada zaman itu telah meminggirkan hak-hak dasar rakyat
di nusantara dan menjadikan penderitaan yang mendalam terhadap rakyat pribumi di masa itu.

b. Periode Liberal Belanda


Pada 1854 di Hindia Belanda diterbitkan Regeringsreglement (selanjutnya disebut RR
1854) atau Peraturan tentang Tata Pemerintahan (di Hindia Belanda) yang tujuan utamanya
melindungi kepentingan kepentingan usaha-usaha swasta di negeri jajahan dan untuk pertama
kalinya mengatur perlindungan hukum terhadap kaum pribumi dari kesewenang-wenangan
pemerintahan jajahan. Hal ini dapat ditemukan dalam (Regeringsreglement) RR 1854 yang
mengatur tentang pembatasan terhadap eksekutif (terutama Residen) dan kepolisian, dan jaminan
terhadap proses peradilan yang bebas.
Otokratisme administrasi kolonial masih tetap berlangsung pada periode ini, walaupun tidak lagi
sebengis sebelumnya. Namun, pembaruan hukum yang dilandasi oleh politik liberalisasi
ekonomi ini ternyata tidak meningkatkan kesejahteraan pribumi, karena eksploitasi masih terus
terjadi, hanya subyek eksploitasinya saja yang berganti, dari eksploitasi oleh negara menjadi
eksploitasi oleh modal swasta.

c. Periode Politik Etis Sampai Kolonialisme Jepang


Kebijakan Politik Etis dikeluarkan pada awal abad 20. Di antara kebijakan-kebijakan
awal politik etis yang berkaitan langsung dengan pembaharuan hukum adalah:

1) Pendidikan untuk anak-anak pribumi, termasuk pendidikan lanjutan hukum;

2) Pembentukan Volksraad, lembaga perwakilan untuk kaum pribumi;

2
3) Penataan organisasi pemerintahan, khususnya dari segi efisiensi;

4) Penataan lembaga peradilan, khususnya dalam hal profesionalitas;

5) Pembentukan peraturan perundang-undangan yang berorientasi pada kepastian hukum.


Hingga runtuhnya kekuasaan kolonial, pembaruan hukum di Hindia Belanda mewariskan:

1) Dualisme/pluralisme hukum privat serta dualisme/pluralisme lembaga-lembaga peradilan;

2) Penggolongan rakyat ke dalam tiga golongan; Eropa dan yang disamakan, Timur Asing,
Tionghoa dan Non-Tionghoa, dan Pribumi.

Masa pendudukan Jepang pembaharuan hukum tidak banyak terjadi seluruh peraturan
perundang-undangan yang tidak bertentangan dengan peraturan militer Jepang, tetap berlaku
sembari menghilangkan hak-hak istimewa orang-orang Belanda dan Eropa lainnya. Beberapa
perubahan perundang-undangan yang terjadi:

1) Kitab UU Hukum Perdata, yang semula hanya berlaku untuk golongan Eropa dan yang setara,
diberlakukan juga untuk orang-orang Cina;

2) Beberapa peraturan militer disisipkan dalam peraturan perundang-undangan pidana yang


berlaku. Di bidang peradilan, pembaharuan yang dilakukan adalah:

1) Penghapusan dualisme/pluralisme tata peradilan;

2) Unifikasi kejaksaan;

3) Penghapusan pembedaan polisi kota dan pedesaan/lapangan;

4) Pembentukan lembaga pendidikan hukum;

5) Pengisian secara massif jabatan-jabatan administrasi pemerintahan dan hukum dengan


orang-orang pribumi.

d. Periode Revolusi Fisik


Pembaruan hukum yang sangat berpengaruh di masa awal ini adalah pembaruan di dalam
bidang peradilan, yang bertujuan dekolonisasi dan nasionalisasi:

1) Meneruskan unfikasi badan-badan peradilan dengan melakukan penyederhanaan;

3
2) Mengurangi dan membatasi peran badan-badan pengadilan adat dan swapraja, kecuali badan-
badan pengadilan agama yang bahkan dikuatkan dengan pendirian Mahkamah Islam Tinggi.

B. SEJARAH HUKUM DI INDONESIA PADA MASA KEMERDEKAAN

a. Periode Demokrasi Liberal


UUDS 1950 yang telah mengakui hak asasi manusia. Namun pada masa ini pembaharuan
hukum dan tata peradilan tidak banyak terjadi, yang ada adalah dilema untuk
mempertahankan hukum dan peradilan adat atau mengkodifikasi dan mengunifikasinya
menjadi hukum nasional yang peka terhadap perkembangan ekonomi dan tata hubungan
internasional. Kemudian yang berjalan hanyalah unifikasi peradilan dengan menghapuskan
seluruh badan-badan dan mekanisme pengadilan atau penyelesaian sengketa di luar
pengadilan negara, yang ditetapkan melalui UU No. 9/1950 tentang Mahkamah Agung dan
UU Darurat No. 1/1951 tentang Susunan dan Kekuasaan Pengadilan.
b. Periode Demokrasi Terpimpin
Langkah-langkah pemerintahan Demokrasi Terpimpin yang dianggap sangat berpengaruh
dalam dinamika hukum dan peradilan adalah: 1) Menghapuskan doktrin pemisahan
kekuasaan dan mendudukan MA dan badan-badan pengadilan di bawah lembaga eksekutif;
2) Mengganti lambang hukum ?dewi keadilan? menjadi ?pohon beringin? yang berarti
pengayoman; 3) Memberikan peluang kepada eksekutif untuk melakukan campur tangan
secara langsung atas proses peradilan berdasarkan UU No.19/1964 dan UU No.13/1965; 4)
Menyatakan bahwa hukum perdata pada masa kolonial tidak berlaku kecuali sebagai
rujukan, sehingga hakim mesti mengembangkan putusan-putusan yang lebih situasional
dan kontekstual.

c. Periode Orde Baru


Perkembangan dan dinamika hukum dan tata peradilan di bawah Orde Baru justru
diawali oleh penyingkiran hukum dalam proses politik dan pemerintahan. Di bidang
perundang-undangan, rezim Orde Baru ?membekukan? pelaksanaan UU Pokok Agraria,
dan pada saat yang sama membentuk beberapa undang-undang yang memudahkan modal
asing berinvestasi di Indonesia; di antaranya adalah UU Penanaman Modal Asing, UU
Kehutanan, dan UU Pertambangan. Selain itu, orde baru juga melakukan: 1) Penundukan
lembaga-lembaga hukum di bawah eksekutif; 2) Pengendalian sistem pendidikan dan
penghancuran pemikiran kritis, termasuk dalam pemikiran hukum; Singkatnya, pada
masa orde baru tak ada
perkembangan yang baik dalam hukum Nasional.

d. Periode Pasca Orde Baru (1998 – Sekarang)


Sejak pucuk eksekutif di pegang Presiden Habibie hingga sekarang, sudah terjadi empat
kali amandemen UUD RI. Di arah perundang-undangan dan kelembagaan negara,
beberapa pembaruan formal yang mengemuka adalah:
1) Pembaruan sistem politik dan ketetanegaraan;
2) Pembaruan sistem hukum dan hak asasi manusia; dan

4
3) Pembaruan sistem ekonomi.
Penyakit lama orde baru, yaitu KKN (korupsi, kolusi dan nepotisme) masih kokoh
mengakar pada masa pasca orde baru, bahkan kian luas jangkauannya. Selain itu,
kemampuan perangkat hukum pun dinilai belum memadai untuk dapat menjerat para
pelaku semacam itu. Aparat penegak hukum seperti polisi, jaksa, dan hakim (kini
ditambah advokat) dilihat masih belum mampu mengartikulasikan tuntutan permbaruan
hukum, hal ini dapat dilihat dari ketidakmampuan Kejaksaan Agung meneruskan proses
peradilan mantan Presiden Soeharto, peradilan pelanggaran HAM, serta peradilan para
konglomerat hitam. Sisi baiknya, pemberdayaan rakyat untuk menuntut hak-haknya dan
mengembangkan sumber daya hukumnya secara mandiri, semakin gencar dan luas
dilaksanakan. Walaupun begitu, pembaharuan hukum tetap terasa lambat dan masih tak
tentu arahnya.

5
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Dalam sejarah sistem hukum di Indonesia pada masa kerajaan sebelum VOC datang
adalah menggunakan hukum adat sebagai hukum positip di tiap-tiap daerah nusantara
Indonesia yang ditaati dan dilaksanakan sebagai suatu adat kebiasaan, yang secara turun
temurun dihormati oleh masyarakat sebagai tradisi bangsa indonesia.

2. Bahwa seiring dengan penjajahan Belanda, lambat laun Pemerintahan Hindia


Belanda menggeser hukum adat sedikit demi sedikit digantikan dengan sistem hukum
kodifikasi hukum Barat yang secara efektif berlaku sejak tahun 1848. Sejak tahun 1848,
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, Kitab
Undang-Undang Hukum Acara Perdata dan Acara Pidana berdasarkan pada pola Belanda
berlaku bagi penduduk Belanda di Indonesia.
3. Bahwa Pada masa penjajahan Jepangpun hukum kolonial Belanda masih digunakan
karena Jepang tidak sempat mengeluarkan berbagai peraturan perundang-undangan
karena masa menjajah hanya 31/2 (tiga setengah) tahun kecuali Undang-Undang Nomor
1 tahun 1942 yang berisi pemberlakuan berbagai peraturan perundangan yang ada pada
zaman Hindia Belanda.
4. Jadi pada era orde lama, Indonesia menggunakan hukum Tiban yaitu hukum yang
serta merta berlaku pada saat Indonesia merdeka. Oleh karena pada saat itu Indonesia
belum memiliki atau merumuskan hukum, sehingga dipastikan bahwa produk hukumnya
cenderung represif.Selanjutnya pada masa orde baru, pemerintah memfokuskan
perhatiannya pada aspek pembangunan ekonomi.Pengurutan hukum juga menjadi agenda
yang begitu penting dalam hal ini UUD 1945, UU/Perpu, dan lain sebagainya.Sedangkan
pada era reformasi, wewenang presiden dikurangi serta ditelanjangi. Dimana setiap kali
mengangkat pejabat Negara dalam hal ini Panglima, Kapolri, Jaksa Agung dan lain
sebagainya mesti harus Fit and proper Test oleh lembaga legislatif, dengan tujuan agar
supaya gaya kepemimpinan otoriter pada masa era orde baru tidak terulang kembali.
Sehingga wewenang Presiden disatu sisi tidak otonom.

B. Saran
Sebagai Negara hukum sudah sepatutnya hukum itu harus dipatuhi dan ditaati agar terciptalah
Negara yang sejahtera, agar demikian masyarakat yang ada didalam dapat terlendungi hukum dari
hal-hal yang meresahkan dan tidak mengenakan, sebagai Negara hukum Indonesia adalah salah
satu Negara yang menjunjung hukum agar ketentraman dinegara Indonesia senantiasa terjaga dan
terpelihara agar terciptalah kesejahteraan dan ketentraman dalam bermasyarakat, oleh karena itu
sudah seharusnya pemerintah juga turut turun langsung meninjau apakah seluruh masyarakat
sudah mendapatkan hak-nya. Karena hukum itu adalah bagian dari masyarakat juga dan
masyarakatlah yang berhak dijamin atas hukum, sebab hukum yang berekembang telah ada
sebelum kemerdekaan hingga sekarang, dan kita perlu mengisi kemerdekaan dengan meneggakan
hukum dengan baik sebagai orang yeng berilmu dan beriman.

6
DAFTAR BACAAN
https://indomacca.blogspot.com/2016/12/sejarah-hukum-di-indonesia.html

https://http716.wordpress.com/2016/10/29/sejarah-hukum-indonesia/

Bisri, Ilham , 2004, Sistem Hukum Indonesia (Prinsip-Prinsip & Implementasi Hukum di Indonesia),
Jakarta, PT. RajaGrafindo Persada

Anda mungkin juga menyukai