Anda di halaman 1dari 5

Nama : Nur kholid

Nim : 201410110311059
Kelas : B
Tugas : 2
SEJARAH HUKUM INDONESIA

1. SEJARAH HUKUM
Sejarah merupakan peristiwa-peristiwa pada masa lampau atau peristiwa
gayang telah terjadi , sehingga sejarah jud dijadikan sebagai bahan acuan bahkan
pembelajaran agar kedepannya jika terjadi peristiwa yang sama tapi kita telah paham
tentang peristiwa tersebut dan dapat diteliti lagi sebagai acuan dan bahan
pembelajaran untuk generasi berikutnya , karna setiap sejarah memiliki waktu
masing-masing. Dan sejarah merupakan sesuatu yang umum. Begitupun dengan
hukum , berbicara tentang hukum , hukum juga memiliki sejarahnya sendiri dan tetap
menjadi bahan acuan dan pembelajaran untuk generasi saat ini untuk memahami
sejarah hukum.. Ada tiga kategori yang mencakup ruang lingkup sejarah yaitu :
(1) berdasarkan tolak ukur kronologis, misalnya sejarah purbakala, sejarah abad
pertengahan, dan lainnya.;
(2) berdasarkan tolak ukur geografis, misalnya sejarah belanda, sejarah amerika
serikat dan sebagainya;
(3) berdasarkan tolak ukur tematis, misalnya sejarah ekonomi, sejarah hukum,
dan lainnya.1
Sebagai ilmu pengetahuan, sejarah pergaulan hidup manusia tergolong ilmu
pengetahuan sosial atau ilmu pengetahuan kemanusiaan (humaniora), yang
mempunyai kesamaan dengan ilmu alam, yakni bahwa semua adalah empiris;
artinya, bertumpu pada pengamatan dan pengalaman suatu aspek tertentu dari
kenyataan. Rahfles, sejarawan Jerman, menyatakan bahwa untuk menyajikan dengan
ringkas, lengkap, dan dalam garis besar cirri-ciri khas sejarah sebagai ilmu
pengetahuan, tidak akan di jumpai. Ia coba menanggulangi hal itu dengan selengkap
mungkin menguraikan berbagai cirri khas sejarah secara plural-dimensional,
interdepedensi data sejarah satu dengan yang lain, aspek genetik, keterkaitan waktu
dan lainnya.2
Mereka meninjau lembaga-lembaga hukum sebagai sistem aturan, pelaku dan
lambang yang kompleks, dan melihat unsur-unsur ini berinteraksi dengan masyarakat
untuk mengubah, mengadaptasi, menolak atau memperkenalkan aspek-aspek tertentu
dari masyarakat sipil. Para sejarawan hukum seperti itu cenderung menganalisis
sejarah kasus dari parameter penelitian ilmu sosial, dengan menggunakan metode-
metode statistik, menganalisis perbedaan kelas antara pihak-pihak yang mengadukan
kasusnya. Dengan menganalisis hasil-hasil kasus, biaya transaksi, jumlah kasus-
kasus yang diselesaikan, mereka telah memulai analisis terhadap lembaga-lembaga
hukum, praktik-praktik, prosedur dan amaran-amarannya yang memberikan kita
gambaran yang lebih kompleks tentang hukum dan masyarakat daripada yang dapat
dicapai oleh studi tentang yurisprudensi, hukum dan aturan-aturan sipil.3

2. SEJARAH HUKUM DI INDONESIA

1
Kansil, Pengantar Ilmu Hukum Indonesia, Rineka cipta, Jakarta 2011, hlm 224.
2
Ibid.
3
Bang Tolee, Ilmu Hukum, dalam http://justice-education.blogspot.com, Diakses 28 September
2014.
 Periode Kolonialisme
Periode kolonialisme terbagi ke dalam tiga tahapan besar, yakni: periode
VOC, Liberal Belanda dan Politik etis hingga penjajahan Jepang. Pada masa
pendudukan VOC, sistem hukum yang diterapkan bertujuan untuk:
1. Kepentingan ekspolitasi ekonomi demi mengatasi krisis ekonomi di negeri
Belanda;
2. Pendisiplinan rakyat pribumi dengan cara yang otoriter; dan
3. Perlindungan terhadap pegawai VOC, sanak-kerabatnya, dan para pendatang
Eropa.
Hukum Belanda diberlakukan terhadap orang-orang Belanda atau Eropa.
Sedangkan bagi pribumi, yang berlaku adalah hukum-hukum yang dibentuk oleh
tiap-tiap komunitas secara mandiri. Tata pemerintahan dan politik pada zaman itu
telah meminggirkan hak-hak dasar rakyat di nusantara dan menjadikan penderitaan
yang mendalam terhadap rakyat pribumi di masa itu 4.

 Periode liberal Belanda


Pada 1854 di Hindia Belanda diterbitkan Regeringsreglement (selanjutnya
disebut RR 1854) atau Peraturan tentang Tata Pemerintahan di Hindia Belanda yang
tujuan utamanya melindungi kepentingan kepentingan usaha-usaha swasta di negeri
jajahan dan untuk pertama kalinya mengatur perlindungan hukum terhadap kaum
pribumi dari kesewenang-wenangan pemerintahan jajahan.
Hal ini dapat ditemukan dalam Regeringsreglement RR 1854 yang mengatur
tentang pembatasan terhadap eksekutif terutama Residen dan kepolisian, dan jaminan
terhadap proses peradilan yang bebas Otokratisme administrasi kolonial masih tetap
berlangsung pada periode ini, walaupun tidak lagi sebengis sebelumnya.Namun,
pembaruan hukum yang dilandasi oleh politik liberalisasi ekonomi ini ternyata tidak
meningkatkan kesejahteraan pribumi, karena eksploitasi masih terus terjadi, hanya
subyek eksploitasinya saja yang berganti, dari eksploitasi oleh negara menjadi
eksploitasi oleh modal swasta 5.

 Periode Politik Etis Sampai Kolonialisme Jepang


Kebijakan Politik Etis dikeluarkan pada awal abad 20. Di antara kebijakan-
kebijakan awal politik etis yang berkaitan langsung dengan pembaharuan hukum
adalah:
a. Pendidikan untuk anak-anak pribumi, termasuk pendidikan lanjutan hukum;
b. Pembentukan Volksraad, lembaga perwakilan untuk kaum pribumi;
c. Penataan organisasi pemerintahan, khususnya dari segi efisiensi;
d. Penataan lembaga peradilan, khususnya dalam hal profesionalitas;
e. Pembentukan peraturan perundang-undangan yang berorientasi pada
kepastian hukum.
Hingga runtuhnya kekuasaan kolonial, pembaruan hukum di Hindia Belanda
mewariskan:
a. Dualisme/pluralisme hukum privat serta dualisme/pluralisme lembaga-
lembaga peradilan;
b. Penggolongan rakyat ke dalam tiga golongan; Eropa dan yang disamakan,
Timur Asing, Tionghoa dan Non-Tionghoa, dan Pribumi.6

4
Sunandar Priatma Utama, Sejarah Hukum Indonesia, dalam Http://priatma87.wordpress.com,
Diakses 28 September 2014.
5
Sunandar Priatma Utama., op., cit.
6
Vj Keybot itu Zoel, Sejarah Hukum Indonesia, dalam http://vjkeybot.wordpress.com/, Diakses 28
september 2014.
Masa pendudukan Jepang pembaharuan hukum tidak banyak terjadi seluruh
peraturan perundang-undangan yang tidak bertentangan dengan peraturan militer
Jepang, tetap berlaku sembari menghilangkan hak-hak istimewa orang-orang
Belanda dan Eropa lainnya. Beberapa perubahan perundang-undangan yang terjadi:
a. Kitab UU Hukum Perdata, yang semula hanya berlaku untuk golongan Eropa
dan yang setara, diberlakukan juga untuk orang-orang Cina;
b. Beberapa peraturan militer disisipkan dalam peraturan perundang-undangan
pidana yang berlaku.
Di bidang peradilan, pembaharuan yang dilakukan adalah:
a. Penghapusan dualisme/pluralisme tata peradilan;
b. Unifikasi kejaksaan;
c. Penghapusan pembedaan polisi kota dan pedesaan/lapangan;
d. Pembentukan lembaga pendidikan hukum;
e. Pengisian secara massif jabatan-jabatan administrasi pemerintahan dan
hukum dengan orang-orang pribumi.7

 Periode Revolusi Fisik Sampai Demokrasi Liberal


a. Periode Revolusi Fisik Pembaruan hukum yang sangat berpengaruh di masa
awal ini adalah pembaruan di dalam bidang peradilan, yang bertujuan
dekolonisasi dan nasionalisasi:
b. Meneruskan unfikasi badan-badan peradilan dengan melakukan
penyederhanaan.
c. Mengurangi dan membatasi peran badan-badan pengadilan adat dan swapraja,
kecuali badan-badan pengadilan agama yang bahkan dikuatkan dengan pendirian
Mahkamah Islam Tinggi.8

 Periode Demokrasi Liberal


UUDS 1950 yang telah mengakui hak asasi manusia.Namun pada masa ini
pembaharuan hukum dan tata peradilan tidak banyak terjadi, yang ada adalah dilema
untuk mempertahankan hukum dan peradilan adat atau mengkodifikasi dan
mengunifikasinya menjadi hukum nasional yang peka terhadap perkembangan
ekonomi dan tata hubungan internasional. Kemudian yang berjalan hanyalah
unifikasi peradilan dengan menghapuskan seluruh badan-badan dan mekanisme
pengadilan atau penyelesaian sengketa di luar pengadilan negara, yang ditetapkan
melalui UU No. 9/1950 tentang Mahkamah Agung dan UU Darurat No. 1/1951
tentang Susunan dan Kekuasaan Pengadilan.9

 Periode Demokrasi Terpimpin Sampai Orde Baru


a. Periode Demokrasi Terpimpin
 Langkah-langkah pemerintahan Demokrasi Terpimpin yang dianggap sangat
berpengaruh dalam dinamika hukum dan peradilan adalah:
 Menghapuskan doktrin pemisahan kekuasaan dan mendudukan MA dan
badan-badan pengadilan di bawah lembaga eksekutif;
 Mengganti lambang hukum dewi keadilan menjadi pohon beringin yang
berarti pengayoman;
 Memberikan peluang kepada eksekutif untuk melakukan campur tangan
secara langsung atas proses peradilan berdasarkan UU No.19/1964 dan UU
No.13/1965 Menyatakan bahwa hukum perdata pada masa kolonial tidak

7
ibid
8
Vj Keybot itu Zoel., op., cit.
9
Bang Tolee., op., cit.
berlaku kecuali sebagai rujukan, sehingga hakim mesti mengembangkan
putusan-putusan yang lebih situasional dan kontekstual 10.

 Periode Orde Baru

Perkembangan dan dinamika hukum dan tata peradilan di bawah Orde Baru
justru diawali oleh penyingkiran hukum dalam proses politik dan pemerintahan. Di
bidang perundang-undangan, rezim Orde Baru ?membekukan? pelaksanaan UU
Pokok Agraria, dan pada saat yang sama membentuk beberapa undang-undang yang
memudahkan modal asing berinvestasi di Indonesia; di antaranya adalah UU
Penanaman Modal Asing, UU Kehutanan, dan UU Pertambangan. Selain itu, orde
baru juga melakukan:
a. Penundukan lembaga-lembaga hukum di bawah eksekutif;
b. Pengendalian sistem pendidikan dan penghancuran pemikiran kritis, termasuk
dalam pemikiran hukum; Singkatnya, pada masa orde baru tak ada
perkembangan yang baik dalam hukum Nasional.11

 Periode pasca orde baru (1998-sekarang)

Penyakit lama orde baru, yaitu KKN (korupsi, kolusi dan nepotisme) masih
kokoh mengakar pada masa pasca orde baru, bahkan kian luas jangkauannya. Selain
itu, kemampuan perangkat hukum pun dinilai belum memadai untuk dapat menjerat
para pelaku semacam itu. Aparat penegak hukum seperti polisi, jaksa, dan hakim
(kini ditambah advokat) dilihat masih belum mampu mengartikulasikan tuntutan
permbaruan hukum, hal ini dapat dilihat dari ketidakmampuan Kejaksaan Agung
meneruskan proses peradilan mantan Presiden Soeharto, peradilan pelanggaran
HAM, serta peradilan para konglomerat hitam.
Sisi baiknya, pemberdayaan rakyat untuk menuntut hak-haknya dan
mengembangkan sumber daya hukumnya secara mandiri, semakin gencar dan luas
dilaksanakan. Walaupun begitu, pembaruan hukum tetap terasa lambat dan masih tak
tentu arahnya.12

10
Ahmad Rifai, Sejarah Tata Hukum Indonesia, dalam http://vjkeybot.workpress.com, Diakses 28
September 2014.
11
ibid
12
Zachra Meisela, Sejarah Hukum Indonesia, dalam http://shellapaditadharma.blogspot.com/,
Diakses 28 september 2014.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Rifai, op., cit.

, Sejarah Tata Hukum Indonesia, dalam http://vjkeybot.workpress.com,

Bang Tolee, Ilmu Hukum, dalam http://justice-education.blogspot.com,

Kansil, Pengantar Ilmu Hukum Indonesia, Rineka cipta, Jakarta 2011, hlm 224.

Sunandar Priatma Utama, Sejarah Hukum Indonesia, dalam


Http://priatma87.wordpress.com,

, op., cit.

Vj Keybot itu Zoel, Sejarah Hukum Indonesia, dalam


http://vjkeybot.wordpress.com/,

, op., cit.

Zachra Meisela, Sejarah Hukum Indonesia, dalam


http://shellapaditadharma.blogspot.com/,

Anda mungkin juga menyukai