Anda di halaman 1dari 33

“Hukum adalah pengalaman-pengalaman yang

dikembangkan oleh akal dan diterapkan terus-menerus untuk


pengalaman lebih lanjut.” 
~ Roscoe Pund
Anggota:
• Aryya.N.W. (06/37528)
• Christian.M. (09/37532)
• Elwin Willis (17/37540)
• Enrico Cen (19/37542)
• Glenn A. M. (26/37550)
• Jetlinson Lee (32/37556)
• Kenji.A.W. (36/37560)
• Sam Walker L. (42/37567)
Daftar Isi :
I. PENGERTIAN SEJARAH HUKUM
II. FUNGSI SEJARAH HUKUM
III. SEJARAH TATA HUKUM DI INDONESIA
IV. SEJARAH TATA HUKUM MASA PRAPENJAJAHAN
V. SEJARAH TATA HUKUM MASA PENJAJAHAN
i. Sejarah Tata Hukum Masa Penjajahan Belanda
ii. Sejarah Tata Hukum Masa Penjajahan Jepang

VI. SEJARAH TATA HUKUM MASA KEMERDEKAAN


i. Masa Pemerintahan Orde Lama
ii. Masa Pemerintahan Orde Baru
iii. Masa Reformasi
BAB-I
PENGERTIAN SEJARAH
HUKUM
Pengertian Sejarah Hukum
Ilmu sejarah dan ilmu hukum merupakan dua
entitas yang tidak dapat dipisahkan karena
pada dasarnya hukum merupakan produk
sejarah yang terus menerus berkembang
sesuai dengan peradaban manusia.Sejarah
hukum di masa lalu memiliki pengaruh besar
terhadap dinamika hukum di masa kini. Oleh
karena itu, dengan mengetahui sejarah hukum
di masa lalu adalah keniscayaan untuk dapat
memahami perkembangan sejarah hukum di
sebuah bangsa.
Soedjatmoko menilai bahwa sejarah memiliki arti yang
sangat penting untuk melatih warga negara yang baik dan
mengembangkan cinta dan kesetiaan untuk negara.
Sejarah sebagai sesuatu yang harus dipelajari untuk
negara muda seperti Indonesia untuk peningkatan
kualitas sumber daya manusia dan pembangunan bangsa
sedangkan sejarah hukum adalah salah satu bidang studi
hukum dan ilmu tentang sistem dan gejala hukum dari
masa lampau dengan memaparkan dan menjelaskan
perkembangannya untuk memperoleh pemahaman
tentang apa yang berlaku sebagai hukuman di masa
lampau. Ketika kita mempelajari sejarah hukum, selain
memahami perkembangan sistem hukum sebagai
keseluruhan, kita juga memahami perkembangan
institusi hukum dan kaidah hukum tertentu dalam
sebuah sistem hukum.
BAB-II
FUNGSI SEJARAH
HUKUM
Fungsi Sejarah Hukum

Hukum yang berlaku sekarang memang berbeda dengan hukum pada masa
lampau dan tidak sama dengan hukum pada masa yang akan datang. Namun
dalam tata hukum yang berlaku sekarang, terkandung unsur dari tata hukum
lampau. Kemudian dalam tata hukum yang berlaku sekarang, terbentuk tunas-
tunas mengenai tata hukum pada masa yang akan datang.
Dari penjelasan tersebut, berikut fungsi sejarah hukum:

1. Mempertajam pemahaman dan penghayatan mengenai hukum yang berlaku


sekarang.
2.Mempermudah para pembuat hukum yang berlaku sekarang untuk menghindari
kesalahan di masa lampau serta mengambil manfaat dari perkembangan positif
hukum di masa lampau.
3. Mengetahui makna hukum positif bagi para akademisi maupun praktisi hukum
dengan melakukan penelusuran dan penafsiran sejarah.
4. Sejarah hukum mengungkapkan dan memberikan suatu indikasi dari mana
hukum tertentu berasal, bagaimana posisinya sekarang, dan hendak ke mana
perkembangan hukum tersebut.
5. Mengungkapkan fungsi dan efektivitas dari lembaga hukum tertentu.
Selain itu, menurut Soedjatmoko terdapat 3 hal penting untuk mempelajari
hukum yang bersumber dari sejarah, yaitu:
1. Kemampuan untuk menguraikan dan memperkirakan derajat
kepentingan masalah-masalah etis, masalah-masalah kebijaksanaan
umum dan masalah-masalah nilai, terutama nilai yang berkaitan dengan ilmu

pengetahuan alam dan teknologi.


2. Pengetahuan tentang sejarah Indonesia dan sejarah dunia.
3. Kemampuan untuk Menyusun kritik dan berdebat dengan tanggung jawab.
APA
KESIMPUL
AN DARI
FUNGSI
HUKUM?
BAB-III
SEJARAH TATA
HUKUM DI INDONESIA
Tata Hukum Indonesia

Tata hukum Indonesia adalah tata hukum yang ditetapkan oleh pemerintah
Indonesia yang terdiri dari aturan-aturan hukum yang ditata atau disusun
sedemikian rupa, dan aturan-aturan itu saling berhubungan dan saling
menentukan.

Periodesasi didasarkan pada kondisi hukum yang terjadi pada kurun masa tertentu.
Adapun tahapan sejarah tata hukum di Indonesia, yakni:
1. Masa Prapenjajahan;
2. Masa Penjajahan Belanda;
3. Masa Penjajahan Jepang; dan
4. Masa Kemerdekaan.
BAB-IV
SEJARAH TATA HUKUM
MASA PRAPENJAJAHAN
Tata Hukum Indonesia Masa Prapenjajahan

Tata hukum Indonesia masa prapenjajahan ini bercorak


pluralistik, yang ditandai dengan keragaman hukum yang
berlaku, yakni hukum adat dan hukum Islam. Hukum adat ini
berlaku menurut sistem kekerabatan masyarakat. Adapun
keragaman hukum yang dimaksud tersebar di Nusantara.
Kemudian, hukum Islam berlaku untuk masyarakat yang
memeluk agama Islam.
BAB-V
SEJARAH TATA HUKUM
MASA PENJAJAHAN
Tata Hukum Indonesia Pada Masa Penjajahan Belanda
Sejak zaman penjajahan Belanda di Indonesia
berlaku hukum yang beraneka ragam, bahkan
pemberlakuan hukum oleh Pemerintah Belanda
dibedakan antara penduduk pribumi dengan
golongan Eropa.
Adapun pemberlakuan hukum yang beraneka
macam, yaitu
a. Algemene Bipalingen van Wetgeving voor
Indonesia (AB), artinya peraturan umum
perundang-undangan untuk Indonesia dikeluarkan
pada 30 April 1847 Stb. 1847 Nomor 23.
b. Regering Reglement (RR) dikeluarkan pada 2
September 1854 Stb. 1854 Nomor 2.
c. Indische Staartregeling (IS) artinya peraturan
ketatanegaraan Indonesia yang dikeluarkan pada 23
Juni 1925 Stb. 1925 Nomor 415.
Tata Hukum Indonesia Pada Masa Penjajahan Jepang
Masa penjajahan Jepang berlangsung dengan suasana perang sehingga kondisinya bersifat darurat.
Kedaruratan ini berdampak langsung pada situasi dan keadaan tata hukum politik hukum yang
mengakibatkan kondisi yang kurang berkembang. Pada era ini, didominasi atau dikuasai oleh
penguasa militer.

Pada era Pemerintahan Jepang, pemerintahan militer Jepang mengeluarkan Undang-Undang


Nomor 1 Tahun 1942 (Osamu Seirei) yang terdapat dalam Pasal 3 yang berbunyi sebagal
berikut: "Semua badan-badan pemerintahan yang dulu tetap diakui sah untuk sementara
waktu asal saja tidak bertentangan dengan aturan pemerintah militer". Dengan berlakunya
ketentuan pemerintahan Jepang dikuatkan dengan Peraturan Militer Jepang tersebut secara
otomatis ketentuan yang telah berlaku sebelumnya tetap diberlakukan pada era penjajahan
Jepang.
Gubernur Jenderal sebagai pemimpin sentral pada masa Hindia Belanda
ditiadakan, diganti dengan pimpinan balatentara Jepang di wilayah
Indonesia yaitu Gunseikan (Kepala Pemerintahan Militer).

Perubahan signifikan yang dilakukan adalah membagi Indonesia ke dalam


tiga wilayah militer. Tiga wilayah militer yang dimaksud, antara lain:

1. Pulau Jawa dan Madura berpusat di Jakarta dan dipimpin oleh


Angkatan Darat Jepang. (Osamu Seirei & Osamu Kanrei)
2. Pulau Sumatera berpusat di Medan dan dipimpin oleh Angkatan
Darat Jepang. (Tomi Kanrei & Tomi Seirei)
3. Pulau Kalimantan, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara, Maluku, dan
Sunda Kecil berpusat di Makassar dan dipimpin oleh Angkatan Laut
Jepang. (Tomi Kanrei & Tomi Seirei)

Nantinya, bentuk peraturan akan disesuaikan dengan ketiga wilayah militer


tersebut. Selain pembagian wilayah militer, perubahan tata hukum
Indonesia paling signifikan di masa ini terletak pada perubahan
peradilan.Di masa penjajahan Jepang, dualisme dalam tata peradilan
dihapuskan. Dengan demikian, hanya ada satu sistem peradilan untuk
semua golongan penduduk, namun hal ini dikecualikan bagi orang Jepang.
BAB-VI
SEJARAH TATA HUKUM
MASA KEMERDEKAAN
Tata Hukum Indonesia Masa Kemerdekaan

Tata hukum Indonesia di masa kemerdekaan ini terbagi lagi ke dalam tiga periode, yakni orde lama, orde baru,
dan reformasi.

Di masa orde lama, tepatnya di awal kemerdekaan, pemerintahan didasarkan pada UUD 1945 semata. Jika
dijabarkan, sistem pemerintahan negara sebagaimana diterangkan dalam Penjelasan UUD 1945 adalah sebagai
berikut.

1. Indonesia adalah negara yang berdasar atas hukum.


2. Sistem konstitusional.
3. Kekuasaan negara tertinggi di tangan Majelis Permusyawaratan Rakyat.
4. Presiden ialah penyelenggara pemerintah negara tertinggi di bawah majelis.
5. Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR.
6. Menteri negara ialah pembantu Presiden dan tidak bertanggung jawab kepada DPR.
7. Kekuasaan kepala negara tidak terbatas.
Sayangnya, UUD 1945 di awal kemerdekaan dinilai belum
efektif. Pasalnya, pemerintah Indonesia masih dalam
peralihan, kemudian lembaga dan pranata hukum masih
belum tersedia. Kemudian, ada pula pengaruh Belanda yang
berusaha untuk menjajah kembali.

Pemerintahan masa orde baru, dipandang sebagai tindakan


koreksional atas pelaksanaan UUD 1945 yang menyimpang di
masa orde lama. Salah satu tindakannya yang relevan dengan
politik hukum adalah diterbitkannya Ketetapan MPRS No.
XX/MPRS/1966.

Ketentuan Pasal 2 MPRS tersebut menyatakan bahwa sumber


tertib hukum dan tata urutan peraturan perundang-undangan
berlaku bagi pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan
konsekuen.
Dalam ketetapan MPRS tersebut pula, dicanangkan struktur secara komprehensif dengan menjadikan
Pancasila sebagai sumber tertib hukum Indonesia; Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum.

Ketetapan MPRS yang sama juga mengatur tata urutan peraturan, antara lain:
1. UUD 1945
2. Ketetapan MPRS
3.UU/ Peraturan Pemerintah Pengganti UU
4. Peraturan Pemerintah
5. Keputusan Presiden
6. Peraturan pelaksana lainnya (Peraturan Menteri, Instruksi Menteri, dIl).
Pada Masa Reformasi sejatinya dipandang sebagai
tindakan koreksional terhadap pelanggaran orde baru
yang ternyata menyimpang dari Konstitusi UUD 1945.
Di era ini, susunan tata hukum Indonesia semakin banyak
dan beragam. Hal ini dipengaruhi oleh kebutuhan rakyat
atas hukum yang semakin meningkat, adanya kompleksitas
persoalan, dan target kerja DPR untuk menjalankan fungsi
legislasi.

Selain perubahan tata hukum Indonesia, politik hukum


di masa reformasi ini juga ikut berubah. Perubahannya
mengarah kepada sistem hukum yang lebih terbuka dan
demokratis.
Amien Ramis
Soeharto
(1967-1998)
Bacharuddin Jusuf Habibie
(1998-1999)
Abdurrahman Wahid
(1999-2001)
Megawati Soekarnoputri
(2001-2004)
Susilo Bambang Yudhoyono
(2004-2014)
Joko Widodo
(2014-sekarang)
Qn
A
"Jangan mengusik kesabaran seseorang dengan pertanyaan-pertanyaan,
jangan terlalu banyak bertanya bila hanya karena ingin tahu, berhati-
hatilah dengan pertanyaanmu."
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai