Anda di halaman 1dari 9

CIVIC/Routine Task/Essay/BESP 2021

UNIVERSITY OF MEDAN

LAPORAN HASIL DISKUSI SEJARAH HUKUM DAN HAM DI


INDONESIA

ROUTINE TASK 11

Submitted as one of the KKNI Assignments


Civic Course

Ivan Rajagukguk
4213141007
Billingual Biology Education Study Program

DEPARTMENT OF BIOLOGY

FACULTY OF MATHEMATICS AND NATURAL SCIENCES

MEDAN

NOVEMBER 2022
A. Pendapat dari setiap anggota kelompok

Pengertian Hukum menurut Ivan:

Hukum adalah peraturan yang konsepnya mirip norma namun dibuat sesuai dengan Undang-
Undang Dasar 1945 serta diberinya sanksi sesuai dengan pelanggarannya dengan tujuan untuk
mengatur tingkah laku manusia, memelihara ketertiban, keadilan, serta mencegah terjadinya
kekacauan di masyarakat serta di manapun. Hukum bertugas untuk menjamin adanya kepastian
hukum dan perlindungan hukum dalam masyarakat. Oleh karena itu, setiap masyarakat berhak
memperoleh pembelaan di depan hukum. Hukum dapat diartikan sebagai suatu aturan atau
ketentuan-ketentuan tertulis maupun tidak tertulis untuk mengatur kehidupan masyarakat. Sanksi
yang biasa diberikan adalah penjara, lamanya masa tahanan/penjara seseorang dapat dilihat dari
seberapa berat pelanggaran yang dilakukan serta putusan dari persidangan.

Hukum yang ditegakkan oleh negara dapat dibuat oleh legislatif kelompok atau oleh seorang
legislator tunggal, yang menghasilkan undang-undang; oleh eksekutif melalui keputusan dan
peraturan; atau ditentukan oleh hakim melalui presiden. Penciptaan hukum itu sendiri dapat
dipengaruhi oleh konstitusi, tertulis atau diam-diam, dan hak-hak yang dikodekan di dalamnya.
Hukum membentuk politik, ekonomi, sejarah, dan masyarakat dalam berbagai cara dan berfungsi
sebagai mediator hubungan manusia.

Indonesia adalah negara hukum. Yang dimaksud dengan negara hukum adalah negara yang
menjunjung tinggi segala peraturan perundang-undangan yang telah ditetapkan dalam negara itu,
sebagaimana tercantum dalam Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 yang berarti bahwa negara hukum yang
penyelenggaraan negaranya penyelenggaraannya dilakukan berdasarkan peraturan perundang-
undangan. ketentuan yang berlaku. Dalam negara hukum, kekuasaan akan dijalankan oleh
pemerintah berdasarkan aturan hukum atau yang kita sebut dengan negara hukum yang bertujuan
untuk menyelenggarakan suatu ketertiban hukum.

Sejarah Hukum menurut Sumeli:

Hukum di Indonesia merupakan campuran dari beberapa sistem hukum yaitu hukum Eropa,
hukum Agama dan hukum Adat. Terjadinya percampuran tersebut adalah akibat bertemunya
antara sistem hukum eropa kontinental yang dibawa oleh Belanda selama masa penjajahan di
nusantara dengan hukum agama dan hukum adat yang memang sudah dianut oleh penduduk

1
nusantara yang multi religi, etnis dan kultur. Pengaruh hukum agama di Indonesia – karena
sebagian besar masyarakat Indonesia menganut agama islam – didominasi oleh hukum syari’at
Islam terutama hukum perkawinan, kekeluargaan dan warisan. Sedangkan hukum adat banyak
diserap dalam perundang-undangan atau yurisprudensi yang merupakan adopsi dan implementasi
aturan-aturan adat setempat dari masyarakat berbudaya yang ada di wilayah nusantara.

Pada periode kolonialisme dapat dibagi dalam tiga periode besar :

1. Periode VOC;
2. Periode liberal; dan
3. Periode politik etis hingga penjajahan Jepang.

Periode VOC Hukum yang diterapkan bertujuan untuk :

1. Kepentingan ekspolitasi;
2. Mendisiplinkan rakyat pribumi dengan cara yang otoriter; dan
3. Perlindungan terhadap VOC;

Periode VOC Pada periode ini ada pembedaan pemberlakuan hukum. Terhadap orang-orang
Belanda atau eropa berlaku hukum Belanda. Sedangkan bagi pribumi berlaku hukum yang
dibentuk oleh masing-masing komunitas secara mandiri. Pada 1854 di pemerintah kolonialbelanda
menerbitkan Regeringsreglement (“RR 1854”) atau Peraturan tentang Tata Pemerintahandi Hindia
Belanda. Penerbitan RR 1854 bertujuan untuk melindungi kepentingan usaha-usaha swasta serta
untuk pertama kalinya mengatur tentang pembatasan terhadap eksekutif (terutama Residen) dan
kepolisian dan adanya jaminan terhadap proses peradilan yang bebas. RR 1854 yangdilandasi oleh
politik liberalisasi ekonomi ini tidak meningkatkan kesejahteraan pribumi, karena eksploitasi
masih terjadi. RR 1854 hanya merubah pelaku eksploitasi dari yang awalnya dilakukanoleh oleh
negara (pemerintah Hindia Belanda) menjadi eksploitasi oleh modal swasta.

Periode Politik Etis Sampai Kolonialisme Jepang Kebijakan Politik Etis dimulai awal abad 20,
ditandai dengan adanya pembaharuan hukum sbb:

1. Pendidikan untuk anak-anak pribumi, termasuk pendidikan lanjutan hukum;


2. Pembentukan Volksraad, lembaga perwakilan untuk kaum pribumi;
3. Penataan organisasi pemerintahan, khususnya dari segi efisiensi;

2
4. Penataan lembaga peradilan, khususnya dalam hal profesionalitas;
5. Pembentukan peraturan perundang-undangan yang berorientasi pada kepastian hukum.

Periode Revolusi Fisik Dilakukan pembaruan hukum yang bertujuan dekolonisasi dan
nasionalisasi :

1. Meneruskan unfikasi badan-badan peradilan dengan melakukan penyederhanaan;


2. Mengurangi dan membatasi peran badan-badan pengadilan adat dan swapraja, kecuali
badan-badan pengadilan agama yang bahkan dikuatkan dengan pendirian Mahkamah Islam
Tinggi.

Periode Demokrasi Liberal UUDS 1950 telah mengakui HAM, namun pembaharuan hukum
dan tata peradilan tidak banyak terjadi serta terjadi dilema untuk mempertahankan hukum dan
peradilan adat atau mengkodifikasi dan mengunifikasinya menjadi hukum nasional yang peka
terhadap perkembangan ekonomi dan tata hubungan internasional. Unifikasi peradilan melalui UU
No. 9/1950 tentang Mahkamah Agung dan UU Darurat No. 1/1951 tentang Susunan dan
Kekuasaan Pengadilan.

Perkembangan Hukum di Indonesia menurut Jesika:

Terdapat 4 tahapan perkembangan tata hukum di Indonesia, yakni:

1. masa prapenjajahan

Tata hukum Indonesia masa prapenjajahan ini bercorak pluralistik, yang ditandai dengan
keragaman hukum yang berlaku bagi masyarakat. Adapun keragaman hukum yang dimaksud
yakni hukum adat dan hukum Islam.

2. masa penjajahan belanda

Arah politik hukum yang dijalankan pemerintah Belanda adalah menerapkan sejumlah prinsip,
seperti kodifikasi, konkordansi, unifikasi, dualisme, dan pluralisme hukum. Pada tahap awal,
penggunaan hukum dan prinsipnya tersebut ditujukan untuk memenuhi kepentingan Belanda
dengan menindas rakyat. Kemudian, dalam perkembangan selanjutnya, hukum tidak hanya
digunakan sebagai sarana menindas, melainkan juga mencari keuntungan. Di masa ini,
merkantilisme terjadi.

3
3. masa penjajahan jepang

Pada Masa penjajahan Jepang berlangsung dengan suasana perang sehingga kondisinya bersifat
darurat sehingga Kedaruratan ini berdampak pada situasi dan keadaan tata hukum politik hukum
yang mengakibatkan kondisi yang kurang berkembang. Pada era ini, hukum didominasi atau
dikuasai oleh penguasa militer.

4. masa kemerdekaan

Hukum Indonesia di masa kemerdekaan ini terbagi lagi ke dalam tiga periode, yakni orde lama,
orde baru, dan reformasi. Di masa orde lama, tepatnya di awal kemerdekaan, pemerintahan
didasarkan pada UUD 1945 semata. Pemerintahan masa orde baru, dipandang sebagai tindakan
koreksional atas pelaksanaan UUD 1945 yang menyimpang di masa orde lama. Salah satu
tindakannya yang relevan dengan politik hukum adalah diterbitkannya Ketetapan MPRS No.
XX/MPRS/1966.

Era reformasi

Di era ini, susunan tata hukum Indonesia semakin banyak dan beragam. Hal ini dipengaruhi
oleh kebutuhan rakyat atas hukum yang semakin meningkat, adanya kompleksitas persoalan, dan
target kerja DPR untuk menjalankan fungsi legislasi. Selain perubahan tata hukum Indonesia,
politik hukum di masa reformasi ini juga ikut berubah. Perubahannya mengarah kepada sistem
hukum yang lebih terbuka dan demokratis.

Pengertian dan Dasar Hukum HAM menurut Erika:

Pengertian HAM

HAM (Hak Asasi Manusia) adalah hak yang melekat pada diri setiap manusia sejak awal
dilahirkan yang berlaku seumur hidup dan tidak dapat diganggu gugat siapa pun. Sebagai warga
negara yang baik kita mesti menjunjung tinggi nilai hak azasi manusia tanpa membeda-bedakan
status, golongan, keturunan, jabatan, dan lain sebagainya. Indonesia memiliki beberapa landasan
hukum yang dijadikan dasar untuk menjamin terpenuhinya HAM setiap warga negara Indonesia.
Dalam landasan hukum tersebut dijelaskan mengenai hak yang didapat setiap warga negara
Indonesia.

4
Dasar Hukum HAM

1. Pancasila

Pancasila merupakan dasar negara Indonesia yang mengandung makna atau pemikiran jika setiap
manusia diciptakan Tuhan Yang Maha Esa dengan aspek individual dan sosial ( Instrumen Hukum
Penegakan Hak Asasi Manusia di Indonesia, Sri Warjiyati: 2018). Pancasila menjunjung tinggi
harkat dan martabat manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Maka dari itu, setiap manusia
memiliki kewajiban untuk menghormati hak asasi setiap manusia tanpa terkecuali.

2. UUD 1945

Undang-Undang Dasar 1945 tidak hanya menjadi landasan konstitusi negara saja. Namun, juga
menjadi salah satu landasan hukum HAM di Indonesia. Dalam Pasal 28 A hingga 28 J UUD 1945,
dijelaskan hak asasi manusia setiap warga Indonesia. Pada pasal 28 J UUD 1945, dijelaskan jika
setiap warga negara juga memiliki kewajiban untuk menghormati hak asasi manusia orang lain
serta menjalankan hak dan kebebasannya sesuai dengan undang-undang yang berlaku.

Sejarah HAM di Indonesia menurut Mathilda:

Perbincangan mengenai HAM pada tataran kenegaraan dimulai pada saat pembasahan
mengenai rancangan Undang-Undang Dasar dalam sidang Badan Penyelidik Usaha-Usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Para pendiri negara saling berbeda pendapat.
Soepomo dan Soekarno menolak dicantumkannya HAM warga negara. Namun demikian, Hatta
dan Yamin bersikukuh agar ada pencatuman hak dalam UUD. Perdebatan berakhir dengan
diterimanya HAM untuk dicantumkan di dalam UUD secara terbatas.

Perdebatan mengenai HAM muncul kembali sebagai upaya untuk mengoreksi kelemahan
dalam UUD 1945 pada sidang Konstituante. Namun kemudian, Konstituante dibubarkan oleh
Presiden Soekarno dengan Dekrit 5 Juli 1959 dan kembali ke Undang-Undang Dasar 1945. Pada
periode reformasi muncul kembali perdebatan mengenai konstitusionalitas perlindungan HAM.
Begitu pula gagasan untuk mencatumkan HAM ke dalam pasal-pasal UUD. Maka perdebatan
bermuara pada lahirnya Ketetapan MPR No. XVII/MPR/1998 tentang HAM. Isinya bukan hanya
memuat Piagam Hak Asasi Manusia, tetapi juga memuat amanat kepada Presiden dan lembaga-

5
lembaga tinggi negara untuk memajukan perlindungan HAM, termasuk mengamanatkan untuk
meratifikasi instrumen-instrumen internasional HAM.

Pencantuman HAM di dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia, dipertegas


dengan diubahnya Undang-Undang Dasar pada Bulan Agustus Tahun 2000. Dalam Bab XA
dimasukkan tentang HAM yang berisi 10 Pasal dari Pasal 28A sampai dengan Pasal 28J. Indonesia
kemudian juga melahirkan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
yang mempertegas penjaminan dan perlindungan hak asasi manusia di Indonesia.

Penegakan Hukum terhadap tindakan pelanggaran HAM asusila: Menurut Klaranta


Sipayung

Hubungan antara HAM dan negara hukum sangat erat dan saling berhubungan serta tidak dapat
dipisahkan karena suatu hukum berfungsi untuk melindungi hak asasi manusia itu, selain itu semua
perilaku manusia disuatu negara selalu berdasarkan hukum. Semua hak terikat oleh hukum dan
ada bukti bahwa hukum yang mengikatnya. Di Indonesia sendiri banyak pelanggaran dan
penyimpangan HAM yang terjadi, dalam kajian ini penulis khusus mengambll contoh yaitu Sexual
abuse, sexual harassment, dan sexual assault.

Pasal Pelecehan Seksual

Dengan demikian, di Indonesia, pelecehan seksual dapat dijerat menggunakan pasal


percabulan yakni Pasal 289 hingga Pasal 296 KUHP, dengan tetap memperhatikan ketentuan
unsur-unsur perbuatan tindak pidana masing-masing.

Bunyi pasal pelecehan seksual pada Pasal 289 KUHP selengkapnya sebagai berikut:

“Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seorang untuk melakukan atau
membiarkan dilakukan perbuatan cabul, diancam karena melakukan perbuatan yang menyerang
kehormatan kesusilaan, dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun.”

Perkosaan diatur dalam Pasal 285 KUHP sebagai berikut.

“Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seorang wanita bersetubuh
dengan dia di luar perkawinan, diancam karena melakukan perkosaan dengan pidana penjara
paling lama dua belas tahun.”

6
Hukum Pidana Bagi Pelaku Pelecehan Seksual

Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, pelaku pelecehan seksual dapat diberikan ancaman
hukuman pidana dengan jerat hukum maksimal asalkan memenuhi unsur dan terdapat bukti bukti
yang kuat. Pasal 290 KUHP Diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun:

“barang siapa melakukan perbuatan cabul dengan seorang, padahal diketahuinya bahwa orang itu
pingsan atau tidak berdaya”

“barang siapa melakukan perbuatan cabul dengan seorang padahal diketahuinya atau sepatutnya
harus diduganya, bahwa umumnya belum lima belas tahun atau kalau umurnya tidak jelas, yang
bersangkutan belum waktunya untuk dikawin.”

“barang siapa membujuk seseorang yang diketahuinya atau sepatutnya harus diduganya bahwa
umurnya belum lima belas tahun atau kalau umurnya tidak jelas yang bersangkutan belum
waktunya untuk dikawin, untuk melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul, atau
bersetubuh di luar perkawinan dengan orang lain.”

B. HASIL DISKUSI

Kelompok kami setuju dengan pengertian hukum yang disampaikan oleh Ivan karena di
dalamnya terdapat pengertian, tujuan, serta lembaga-lembaga yang menjalankan hukum dalam
negara. Tidak hanya itu, di dalam penjelasan pengertian hukumnya, Ivan juga menambahkan
maksud dari Indonesia sebagai negara hukum yang dibuktikan dengan Pasal 1 ayat (3) UUD 1945.
Kemudian untuk sejarah hukum, kami mengambil dari essai Sumeli karena sudah membahas
secara mendalam sejarah hukum dari Indonesia sebelum dijajah, masa penjajahan dan juga setelah
merdeka, yang mana dari penjelasannya dapat kami pahami bahwa perkembangan dan
pertumbuhan hukum di Indonesia mempunyai perjalanan yang Panjang sehingga dapat diputuskan
dan tetap diterapkan sampai saat ini. Perkembangan hukum yang disampaikan oleh Jesika, kami
setuju untuk pendapatnya karena sudah menjelaskan tahapan perkembangan hukum yang terbagi
menjadi empat dan apa saja perkembangan hukumnya sudah dituangkan secara lengkap dan jelas.
Kami memilih pengertian HAM dari Erika karena sudah menjelaskan pengertian HAM dan juga
terdapat dasar hukum HAM yang ada di Indonesia. Sejarah HAM yang disampaikan oleh

7
Mathilda menurut kelompok kami adalah yang terbaik sehingga kami memilih untuk
menuangkannya pada hasil diskusi kami, dimana penjelasan sejarah dan perundang-undangan
yang menyangkut hukum HAM sudah disampaikan dengan baik dan jelas. Selanjutnya pada
bagian terakhir ialah penegakan hukum terhadap pelanggaran asusila terhadap HAM yang
disampaikan oleh Klaranta dimana contoh yang disampaikan yaitu Sexual abuse, sexual
harassment, dan sexual assault sudah dijelaskan pengertiannya dengan baik dan sudah diberikan
hukum yang mengatur atas tindakan pelanggaran HAM yang dilakukan .

C. KESIMPULAN

Dari hasil diskusi yang telah kami lakukan kami mengakui bahwa pada semua essai anggota
kelompok kami memiliki kelebihan pada setiap pembahasan mulai dari sejarah hukum dan
perkembangannya serta sejarah HAM yang ada di Indonesia, sehingga kelebihan tersebutlah yang
kami tuangkan pada penugasan diskusi kelompok kami. Juga dari hasil diskusi kami dapat lebih
memahami bahwa Sejarah dan perkembangan Hukum mengalami perjalanan yang sangat Panjang
mulai dari masa penjajahan sampai pada saat ini memerlukan perjuangan yang sangat berat. Dan
pemahaman mengenai pengukuhan HAM di Indonesia sedikit lebih lama ditegakkan karena pada
awal kemerdekaan Indonesia, para pemerintah sibuk dengan pembangunan terhadapt negara
namun untuk saat ini pengukuhan HAM sedang dikembangkan dan terus diperbaharui sehingga
semua orang merasakan keamanan dan kenyamanan.

Anda mungkin juga menyukai