Anda di halaman 1dari 7

PKN/Tugas Rutin/ESAI/BESP 2021

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

HUKUM DAN INDONESIA

TUGAS RUTIN 10

Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas KKNI


Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan

Aura Albizia Tanjung


4211141012
Program Studi Pendidikan Biologi Bilingual

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
MEDAN
AGUSTUS 2022
HUKUM DAN INDONESIA

Hukum sebagai sistem norma yang berlaku bagi masyarakat Indonesia,


senantiasa dihadapkan pada perubahan sosial yang sedemikian dinamis seiring
dengan perubahan kehidupan masyarakat, baik dalam konteks kehidupan
individual, soaial maupun politik bernegara. Pikiran bahwa hukum harus peka
terhadap perkembangan masyarakat dan bahwa hukum harus disesuaikan atau
menyesuaikan diri dengan keadaan yang telah berubah, sesungguhnya terdapat
dalam alam pikiran manusia Indonesia.

Indonesia merupakan salah satu negara yang paling banyak menganut


sistem hukum, hal ini ditunjukkan dengan terlihatnya begitu beraneka ragam
sistem hukum yang telah mewarnai Hukum di Indonesia, dimulai dari sistem
hukum Eropa, hukum Anglo saxon, hukum adat, dan hukum agama. Dari sekian
banyak sistem yang mempengaruhi sistem hukum Indonesia Sebagian besar
bersumber atau menunjuk pada sistem hukum Eropa khususnya ialah Belanda,
mengingat bahwa Belanda telah menjajah negeri ini kurang lebih 3 abad sehingga
masuk akal jika meninggalkan begitu banyak dinamika sejarah. Kini penjajahan
belanda kepada Indonesia secara fisik telah berakhir. Namun dengan berakhirnya
penjajahan Belanda tersebut tidak serta merta tidak meninggalkan dampak apapun
untuk Indonesia, tidak terkecuali ialah meninggalkan jejaknya dalam hal sistem
hukum di Indonesia, karena cukup masuk akal, di jajah selama berabad-abad
tentunya pasti aka nada yang ditinggalkannya, dampaknya ialah Indonesia tidak
bisa lepas dari sistem hukum hasil produk Belanda.

Sistem hukum di definisikan sebagai sekumpulan sikap yang telah


mengakar kuat dan terkondisikan secara historis terhadap hakikat hukum, aturan
hukum dalam masyarakat dan ideologi politik, organisasi serta penyelenggaraan
sistem hukum, Negara Indonesia yang menegaskan dirinya sebagai negara hukum
sebagaimana dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar negara Republik
Indonesia Tahun 1945 juga memiliki sistem hukum. Menariknya, Indonesia
menganut sistem hukum sekaligus yang hidup dan berkembang dalam kehidupan
masyarakat maupun ketatanegaraan yakni sistem hukum civil, sistem hukum adat,

2
dan sistem hukum Islam. Sistem hukum civil yang memiliki karakter “hukum
tertulis“ berkembang di Indonesia selama masa kolonial Belanda dan tetap
bertahan hingga sekarang mempengaruhi produk-produk hukum saat ini.
Meskipun masa kolonial telah berakhir 72 tahun yang lalu, namun benih-benihnya
masih dapat dirasakan hingga sekarang ini mengingat masih eksis dan berlakunya
beberapa produk hukum civil kolonial Belanda.

Sistem Hukum Eropa Kontinental adalah sistem hukum yang diterapkan di


negara Belanda. Karena Indonesia adalah bekas jajahan Belanda, jadi sistem
Eropa Kontinental juga telah diterapkan di Indonesia. Sistem Hukum Eropa
Kontinental lebih menekankan kepada hukum yang tertulis, dan perundang-
undangan menduduki peran penting dalam sistem hukum ini. Di Indonesia sendiri,
dasar hukumnya adalah konstitusi. Melihat dari sistem hukum yang saat ini
berlaku di Indonesia, tampak adanya perpaduan antara satu sistem hukum dengan
sistem yang lainnya. Indonesia tidak hanya menggunakan sistem hukum Eropa
Kontinental saja, tetapi juga telah mengalami perkembangan dalam sistem
hukumnya. Hal tersebut disebabkan karena adanya sumbangan dari para
pemikir/filsuf terhadap sistem hukum yang sedang berjalan. Sehingga sistem
hukum yang ada di Indonesia saat ini terlihat mengalami perkembangan dan
kemajuan karena adanya hasil pemikiran dari para filsuf tersebut.

Sistem Hukum Anglo Saxon cenderung lebih mengutamakan hukum


kebiasaan, hukum yang berjalan dinamis sejalan dengan dinamika masyarakat.
Pembentukan hukum melalui lembaga peradilan dengan sistem jurisprudensi
dianggap lebih baik agar hukum selalu sejalan dengan rasa keadilan dan
kemanfaatan yang dirasakan oleh masyarakat secara nyata.

Sistem hukum di Indonesia dewasa ini adalah sistem hukum yang unik,
sistem hukum yang dibangun dari proses penemuan, pengembangan, adaptasi,
bahkan kompromi dari beberapa sistem yang telah ada. Sistem hukum Indonesia
tidak hanya mengedepankan ciri-ciri lokal, tetapi juga mengakomodasi prinsip-
prinsip umum yang dianut oleh masyarakat internasional.

3
Dalam paham sosiologi hukum, yang dikembangkan oleh aliran Pragmatic
Legal Realism yang dipelopori antara lain oleh Roscoe Pound memiliki keyakinan
bahwa hukum adalah “a tool of social engineering” atau “alat pembaharuan
masyarakat” atau menurut Mochtar Kusumaatmadja “sarana perubahan
masyarakat”, dalam konteks perubahan hukum di Indonesia harus diarahkan ke
jangkauan yang lebih luas, yang berorientasi pada :

1. Perubahan hukum melalui peraturan perundangan ang lebih bercirikan sikap


hidup serta karakter bangsa Indonesia, tanpa mengabaikan nilai-nilai universal
manusia sebagai warga dunia, sehingga kedepan akan terjadi transformasi hukum
yang lebih bersifat Indonesiani (mempunyai seperangkat karakter bangsa yang
positif).

2. Perubahan hukum harus mampu membimbing bangsa Indonesia menjadi


bangsa yang mandiri, bermartabat dan terhormat dimata pergaulan antar bangsa,
karena hukum bisa dijadikan sebagai sarana mencapai tujuan bangsa yang efektif.

Perubahan hukum di Indonesia pada kenyataannya berlangsung, baik yang


dilakukan oleh penyelenggara negara yang berwenang (lembaga legislatif dan
eksekutif) melalui penciptaan berbagai peraturan perundangan yang menjangkau
semua fase kehidupan baik yang berorientasi pada kehidupan perorangan,
kehidupan sosial maupun kehidupan bernegara (politik) atau yang diusulkan oleh
berbagai lembaga yang memiliki komitmen tentang pemabruan dan pembinaan
hukum, sehingga mampu mengisi kekosongan atau kevakuman hukum dalam
berbagai segi kegidupan.

Begitu bewarnanya sistem hukum di Indonesia tidak serta merta


menjadikan hukum di Indonesia menjadi kaya akan sumber hukum namun
disamping itu juga melahirkan problematika dalam sistem hukum nasional.
Problematika sistem hukum nasional ini ditandai dengan diterapkannya berbagia
sistem hukum yang berbeda antara satu dengan yang lainnya, sebagaimana telah
disebutkan diatas terdapat beberapa sistem hukum yang mempengaruhi sistem
hukum di Indonesia.

4
Di mancanegara dan Indonesia khususnya, tercatat banyak kasus
pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) atau kejahatan atas kemanusiaan, dimana
pelakunya bebas berkeliaran dan bahkan tak terjangkau oleh hukum atau dengan
kata lain perkataan membiarkan tanpa penghukuman oleh negara terhadap
pelakunya impunity.Impunitas yaitu membiarkan para pemimpin politik dan
militer yang diduga terlibat dalam kasus pelanggaran berat Hak Asasi Manusia
seperti, kejahatan genosida, kejahatan manusia, dan kejahatan perang tidak diadili
merupakan fenomena hukum politik yang dapat kita saksikan sejak abad yang lalu
hingga hari ini.

Deklarasi Hak- Hak Asasi Manusia bagi negara Indonesia telah ada dari
jaman dahulu namun baru di ikrarkan pada pedoman dasar negara ini yaitu yang
berada di dalam pembukaan Undang- Undang Dasar 1945.yang di dalamnya
terdapat hak- hak asasi selaku manusia baik manusia selaku mahluk pribadi
maupun sebagai mahluk sosial yang di dalam kehidupannya itu semua menjadi
sesuatu yang inheren, serta dipertegas dalam Pancasila dari sila pertama hingga
sila kelima. Jika dilihat dari terbentuknya deklarasi Hak Asasi Manusia bangsa
Indonesia lebih dahulu terbentuk dari pada HakHak Asasi Manusia PBB yang
baru terbentuk pada tahun 1948.

Pernyataan HAM di dalam Pancasila mengandung pemikiran bahwa


manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa dengan menyandang dua aspek
yakni, aspek individualitas (pribadi) dan aspek sosialitas (bermasyarakat). Oleh
karena itu, kebebasan setiap orang dibatasi oleh hak asasi orang lain. Ini berarti,
bahwa setiap orang mengemban kewajiban mengakui dan menghormati hak asasi
orang lain.

Dalam Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia,


pengaturan mengenai hak asasi manusia ditentukan dengan berpedoman pada
Deklarasi Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa, Konvensi
Perserikatan Bangsa- Bangsa tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi
terhadap Wanita, Konvensi Perserikatan Bangsabangsa tentang Hak-hak Anak,
dan berbagai instrument internasional lain yang mengatur mengenai hak asasi

5
manusia. Materi UndangUndang ini disesuaikan juga dengan kebutuhan hukum
masyarakat dan pembangunan hukum nasional yang berdasarkan Pancasila dan
UndangUndang Dasar 1945. Sedangkan di dalam UndangUndang Dasar 1945
(yang diamandemen), masalah mengenai HAM dicantumkan secara khusus dalam
Bab X Pasal 28 A sampai dengan 28 J, yang merupakan hasil Amandemen Kedua
Tahun 2000.

Menurut survey yang ada didapatkan, bahwa angka kekerasan seksual


pada anak tiap tahunnya meningkat.Terlebih yang kita ketahui bahwa pelaku
biasanya berasal dari keluarga ataupun orangyang dekat dengan korban. Untuk
itu, harus ada penanganan untuk kasus ini serta pentingnya pengembalian keadaan
psikis anak yang sehingga psikis anak yang menjadikorban tidak terganggu.
Pelecehan seksual pada anak biasanya terjadi dikarenakan adanya gangguan psikis
pada pelaku seperti pedofil ataupun ketidakpuasan terhadap gairah seksual
yangtidak terkendali sehingga melampiaskannya pada anak dibawah umur.

Dalam Pasal 1 angka 1 UU Nomor 12 Tahun 2022, Tindak Pidana


Kekerasan Seksual didefenisikan sebagai segala perbuatan yang memenuhi unsur
tindak pidana sebagaimana diatur dalam undang-undang ini dan perbuatan
kekerasan seksual lainnya sebagaimana diatur dalam undang-undang sepanjang
ditentukan dalam undang-undang ini. Selain itu, jenis-jenis tindak pidana
kekerasan seksual diatur dalam Bab II tentang Tindak Pidana Kekerasan Seksual
Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2022 dan juga tentang Tindak
Pidana Kekerasan Seksual.kekerasan seksual lainnya yang terdapat dalam Pasal 4
ayat (2) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2022

Pengancaman merupakan suatu tindak kejahatan, dan bisa saja melukai


seseorang baik secara fisik maupun mental. Meskipun tindakan tersebut dilakukan
tidak benar-benar melukai korban, nyatanya tindakan tersebut masih layak
mendapat hukuman yang setimpal. Pemerintah Indonesia sudah mengatur hukum
mengenai pengancaman, dimana jika seseorang melakukan tindakan tersebut demi
kepentingan pribadi dan berisiko merugikan seseorang, maka ia akan mendapat
sanksi secara tegas.

6
Sesuai dengan pasal 368 KUHP ayat 1, tertulis bahwa siapapun melakukan
pengancaman dan pemerasan dapat dikenai hukuman pidana penjara paling lama
9 tahun. Pasal ini berlaku, jika pelaku tersebut melakukannya secara langsung.
Sesuai dengan pasal 29 UU ITE, menyebutkan bahwa perbuatan sifatnya
memaksa, memberikan ancaman atau menakut-nakuti korban secara sengaja
melalui perangkat elektronik, maka bisa dikenakan hukuman dengan sanksi
pidana 4 tahun penjara dan denda 750 juta.

Pembuatan undang undang pengancaman tersebut, tentunya bertujuan agar


tidak ada lagi kasus serupa yang bisa merugikan seseorang, baik dari segi materiil,
kesehatan fisik maupun mental. Tidak perlu khawatir untuk melaporkan pelaku
tindak kejahatan, karena sudah menjadi hak semua masyarakat Indonesia, untuk
mendapat perlindungan hukum dari pemerintah.

Dengan adanya undang undang pengancaman, tentunya pemerintah


berharap agar masyarakat Indonesia tidak lagi merasa takut atau terancam akan
pesan singkat atau bentuk gangguan lainnya, selain itu agar juga memberi efek
jera kepada para pelaku tindak kejahatan.
Bahwa Sistem Hukum Indonesia harus sesuai dengan norma dan kaidah
yang hidup di masyarakat. Hal ini dikarenakan hukum itu harus memandang
keadaan dan kondisi masyarakat agar dapat menciptakan keadilan, kepastian dan
kemanfaatan bagi masyarakat itu sendiri. Hukum positif akan berjalan efektif bila
sesuai dengan hukum yang hidup di dalam masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai