Anda di halaman 1dari 25

CRITICAL BOOK REPORT

MK. FILSAFAT PENDIDIKAN


Prodi S1 Pend. Biologi - FMIPA

Skor Nilai =

FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN


Perspektif Barat dan Islam
(Darwis A. Soelaiman, P.Hd, 2019)

Nama : Aura Albizia Tanjung


Nim : 4211141012
Dosen Pengampu : Rizky Ramadhani, M.Pd
Mata Kuliah : Filsafat Pendidikan

PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI BILINGUAL


FAKULTAS MATEMATIKA & ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
SEPTEMBER 2021
EXCECUTIVE SUMMARY
Didalam buku yang saya an alisi berjudul Filsafat Ilmu Pengetahuan Perspektif
Barat dan Islam karya Darwis A. Soelaiman filsamat ilmu selalu memberikan kesan
yang menarik. Topik ini memberikan daya tarik yang kuat pada setiap orang, disertai
dengan berbagai sudut pandang mengenai filsafat ilmu pengetahuan, serta penjelasan
dan juga hal-hal merinci lainnya mengenai filsafat ilmu pengetahuan. Buku ini juga
memberikan uraian mengenai sudut pandang filsafat ilmu pengetahuan antara
perspektif barat dan islam.

Belajar filsafat pada umumnya menjadikan manusia lebih bijaksana.


Bijakssana artinya memahami pemikiran yang ada dari sisi mana keadaan itu ada.
Plato merasakan bahwa berpikir dan memikir sesuatu itu sebagai suatu nikmat yang
luar biasa sehingga filsafat diberi predikat sebagai keinginan yang maha berharga.

Oleh karena itu dengan banyaknya sumber informasi tentang filsafat dapat
memudahkan kita untuk memperoleh ilmu yang membawa kita menjadi bijaksana

3
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
Rahmat, Karunia, serta Taufik dan Hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan
tugas Critical Book Report ini. Dan tidak lupa pula saya berterima kasih kepada Dosen
mata kuliah Filsafat Pendidikan.
Penulis sangat berharap tugas Critical Book Report ini dapat berguna dalam
rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita. Penulis juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan atau masih
jauh dari yang diharapkan. Untuk itu, kiranya diperlukan kritik ataupun saran yang
membangun guna perbaikan tulisan ini di masa yang akan datang.
Semoga tugas sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Harapannya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi penulis sendiri
maupun bagi orang yang membacanya. Demikian, mohon maaf apabila ketika
membaca masih terdapat kekurangan-kekurangan dalam penulisan laporan ini.
Terima kasih.

Medan, September 2021

Aura Albizia Tanjung


Nim. 4211141012

4
DAFTAR ISI
EXCECUTIVE SUMMARY....................................................................................................... 2
KATA PENGANTAR................................................................................................................ 3
DAFTAR ISI.............................................................................................................................. 4
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................... 6
A. Rasionalisasi Pentingnya CBR.......................................................................6
B. Tujuan Penulisan CBR...................................................................................... 6
C. Manfaat CBR........................................................................................................ 6
D. Identitas Buku yang direview........................................................................ 6
BAB II RINGKASAN ISI BUKU............................................................................................. 7
2.1 BAB I...................................................................................................................... 7
2.1.1 FILSAFAT UMUM.......................................................................................... 7
2.1.2 MEMPERKENALKAN FILSAFAT ILMU....................................................8
2.2 BAB II..................................................................................................................... 8
2.2.1 FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN.............................................................8
2.2.2 BERKENALAN DENGAN FILSAFAT..........................................................9
2.3 BAB III................................................................................................................. 10
2.3.1 ONTOLOGI HAKEKAT ILMU PENGETAHUAN....................................10
2.3.2 MENCARI IDENTITAS ILMU PENGETAHUAN....................................11
2.4 BAB IV................................................................................................................. 11
2.4.1 EPISTEMOLOGI TEORI ILMU PENGETAHUAN..................................11
2.4.2 KONSEP ILMU PENGETAHUAN..............................................................12
2.5 BAB V................................................................................................................... 13
2.5.1 LOGIKA SARANA BERPIKIR LOGIS.......................................................13
2.5.2 OBYEK DAN TUJUAN KEGIATAN ILMIAH...........................................13
2.6 BAB VI................................................................................................................. 14
2.6.1 AKSIOLOGI ETIKA KEILMUAN...............................................................14
2.6.2 SARANA BERPIKIR ILMIAH....................................................................14
2.7 BAB VII................................................................................................................ 15
2.7.1 SAINS MODERN.......................................................................................... 15
2.7.2 KEJELASAN DAN KEBENARAN ILMIAH...............................................15
2.8 BAB VIII.............................................................................................................. 16

5
2.8.1 SIKAP ILMUAN MUSLIM TERHADAP SAINS MODERN....................16
2.8.2 METODE ILMIAH....................................................................................... 17
2.9 BAB IX................................................................................................................. 18
2.9.1 KONSEP ISLAM MENGENAI ILMU.........................................................18
2.9.2 PERANAN ILMU PENGETAHUAN DAN TANGGUNG
JAWAB MANUSIA................................................................................................. 18
BAB III PEMBAHASAN ...................................................................................................... 20
A. Pembahasan Isi Buku.................................................................................. 20
B. Kelebihan dan Kekurangan Buku............................................................21
BAB IV PENUTUP................................................................................................................. 23
A. Kesimpulan..................................................................................................... 23
B. Rekomendasi.................................................................................................. 23
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................. 24

6
BAB I

PENDAHULUAN

A. Rasionalisasi Pentingnya CBR


Critical book review ini merupakan tugas pemenuhan tugas individu dari
dosen pengampu mata kuliah. Tujuan dari pembuatan critical book
review ini untuk mengkaji buku berdasarkan konsep kurikulum dalam
negeri. Critical book review ini bukan hanya sekedar tulisan dari isi buku
tersebut tetapi lebih menitik beratkan pada evaluasi kita mengenai
keunggulan dan kelemahan dari buku yang di kritik
B. Tujuan Penulisan CBR
Adapun tujuan CBR(Critical Book Review) ini adalah sebagai berikut :
a. Memenuhi tugas individu yang diberikan oleh dosen pengampu mata
kuliah
b. Mengkaji buku dan mengkritik buku sekaligus
C. Manfaat CBR
Manfaat dari CBR Ini ialah membantu kita dalam memahami isi materi
dalam buku dengan membuat inti dari setiap garis besar atau judul buku yang
telat di review kembali oleh mahasiswa. Critical Book Review ini bisa sangat
bermanfaat jika kita dapat memahami dengan pasti apa yang disampaikan
dalam setiap penjelasannya
D. Identitas Buku yang direview
1. Judul : Filsafat Ilmu Pengetahuan
Perspektif Barat dan Islam
2. Edisi : 2019
3. Pengarang : Prof. Darwis A. Soelaiman, Ph.D
4. Penerbit : Bandar Publishing
5. Kota terbit : Banda Aceh
6. Tahun terbit : 2019
7. ISBN : 978-623-7499-37-4

7
BAB II
RINGKASAN ISI BUKU
2.1 BAB I
2.1.1 FILSAFAT UMUM(BUKU UTAMA)
Filsafat berasal dari bahasa Yunani kuno “philosophia”, dari akar kata philo
berarti cinta, dan sophia yang berarti kebijaksanaan atau hikmah. Jadi filsafat secara
etimologi berarti Love of Wisdom (Cinta kepada kebijaksanaan atau kearifan). Al-
Farabi, (870-950), menegaskan bahwa filsafat adalah ilmu mengenai yang ada, yang
tidak bertentangan dengan agama, bahkan sama-sama bertujuan mencari kebenaran.
Filsafat memikirkannya secara mendalam, sampai keakar-akar masalah yang paling
dalam atau disebut juga secara radikal (radix=akar), karena tujuannya ialah untuk
menemukan kebenaran yang sesungguhnya atau kebenaran yang hakiki, sekalipun
kebenaran yang hakiki itu tidak mudah ditemukan atau ada yang tidak pernah dapat
ditemukan. Namun dengan berpikir demikian seseorang menjadi semakin sadar akan
makna kehidupan, dan pemikiran filsafat biasanya dijadikan oleh seseorang sebagai
pandangan hidup atau pedoman hidupnya (way of life).
Ruang lingkup filsafat terdiri atas :
- Ontologi : mempersoalkan tentang yang ada atau tentang realitas (reality),
dalam alam semesta ini.
- Epistemologi atau teori pengetahuan : yang mempersoalkan tentang
kebenaran.
- Aksiologi : yang mempersoalkan tentang nilai-nilai kehidupan.
Baik filsafat maupun ilmu pengetahuan, intinya ialah berpikir. Bedanya, kalau
filsafat memikirkan atau menjangkau sesuatu itu secara menyeluruh, maka ilmu
memikirkan atau menjangkau bagian-bagian tertentu tentang sesuatu. Kalau filsafat
menjangkau sesuatu itu secara spekulatif atau perenungan dengan menggunakan
metode berpikir deduktif, maka ilmu mengguna-kan pendekatan empiris atau ilmiah
dengan menggunakan metode berpikir induktif di samping metode berpikir deduktif.
Mengenai hubungan ilmu dan agama, Muhammad Hatta (1960:17) menulis sbb:
“Ilmu mengenai soal pengetahuan, agama soal kepercayaan. Pengetahuan dan

8
kepercayaan adalah dua macam sikap yang berlainan daripada keinsyafan manusia.
Pelita ilmu terletak di otak, pelita agama terletak di hati. Karena itu ilmu dan agama
dapat berjalan seiring dengan tiada mengganggu daerah masing-masing”.

2.1.2 MEMPERKENALKAN FILSAFAT ILMU(BUKU PEMBANDING)


Filsafat ilmu pengetahuan adalah suatu pemikiran rasional (kritis, logis, dan
sistematis) serta bersifat obyektif, mendalam dan menyeluruh.
Ada tiga landasan yang digunakan untuk melakukan pembahasan secara filosofis
terhadap ilmu pengetahuan, yaitu:
- landasan ontologis : mempersoalkan tentang ciri khas dari ilmu pengetahuan
(yang mencakup segala jenis ilmu pengetahuan) bila dibandingkan dengan
berbagai macam pengetahuan dan kegiatan yang dilakukan oleh manusia
- landasan epistemologis : memberikan dasar pembahasan tentang cara kerja
ilmu pengetahuan dalam usaha mewujudkan kegiatan ilmiah.
- landasan aksiologis : menjadi dasar pembahasan untuk menemukan nilai-nilai
yang terkait dalam kegiatan ilmiah.
Ilmu pengetahuan merupakan kegiatan kognitif dan rasional manusia yang
berlangsung dalam suatu proses untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Kegiatan
ilmu pengetahuan terutama kita ketahui sebagai kegiatan akal-budi manusia dengan
melakukan pengamatan, observasi, penelitian, dan penalaran untuk memperoleh
penjelasann dan kebenaran pengetahuan tentang lingkungan alam dan lingkungan
kehidupan sosial ini, agar manusia mampu membuat perhitungan, perkiraan, dan
yang pada akhirnya mampu secara teknis mengendalikan, menguasai, serta
memanfaatkannya bagi kesejahteraan hidup umat manusia.

2.2. BAB II
2.2.1 FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN(BUKU UTAMA)
Pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui. Ilmu adalah pengetahuan, tetapi
pengetahuan belum tentu merupakan ilmu, sebab pengetahuan dapat diperoleh
dengan atau tanpa metode ilmiah, artinya dapat diperoleh melalui pengalaman
sehari-hari atau berupa informasi yang kita terima dari seseorang yang memiliki
kewibawaan atau otoritas tertentu. Pengetahuan adalah keseluruhan gagasan,

9
pemikiran, ide, konsep dan pemahaman yang dimiliki manusia tentang dunia dan
segala isinya, termasuk manusia dan kehidupannya.
Menurut Popkin and Stroll (Philosophy Made Simple, 1959) ruang lingkup
epistemologi meliputi:
1. Teori pengetahuan, yaitu tentang hakekat, dasar, dan luas pengetahuan
2. Teori kebenaran
3. Teori ketepatan berpikir atau Logika
Arthur Pap (An Introduction to the Philosophy of Science, 1967:vii) membagi
filsafat ilmu itu atas dua macam, yaitu:
1. Filsafat ilmu yang umum (philosophy of science in general), yaitu filsafat ilmu yang
membahas konsep dan metode yang terdapat dalam semua ilmu.
2. Filsafat ilmu-ilmu khusus (philosophy of spesific science), misalnya filsafat fisika
dan filsafat psikologi, filsafat hukum, filsafat pendidikan, dll.
Setiap filsafat ilmu khusus itu membahas konsep-konsep yang khusus berlaku dalam
lingkungan masing-masing ilmu.
The Liang Gie (1997:83), membagi masalah yang dibahas dalam filsafat ilmu
ke dalam 6 kelompok, yaitu :
1. Masalah etimologis tentang ilmu
2. Masalah metafisis tentang ilmu
3. Masalah metodologis tentang ilmu
4. Masalah logis tentang ilmu
5. Masalah etis tentang ilmu
6. Masalah estetis tentang ilmu

2.2.2 BERKENALAN DENGAN FILSAFAT(BUKU PEMBANDING)


Filsafat adalah pemikliran-pemikiran yang bebas, diilhami oleh rasio,
mengenai segala sesuatu yang timbul dari pengalaman-pengalaman (R.Beerling).
Pada umumnya orang menggolongkan filsafat itu ke dalam ilmu pengetahuan.
Meskipun filsafat itu muncul sebagai salah satu ilmu pengetahuan, akan tetapi filsafat
mempunyai struktur tersendiri dan tidak dapat begitu saja dianggap sebagai ilmu
pengetahuan. Tidak ada satupun ilmu pengetahuan yang universal; setiap ilmu
pengetahuan adalah fragmentaris. Setiap ilmu pengetahuan hanya mempelajari suatu

10
fragmen, suatu bagian tertentu dari seluruh kenyataan. Sedangkan filsafat tidak
fragmentaris, dan seorang filsuf tidak menempatkan “pisau ke dalam keseluruhan
kenyataan”; dia tidak memisahkan sebagian dari kenyataan untuk selanjutnya
membuatnya sebagai bidang penyelidikannya. Filsafat tidak membatasi diri pada
suatu bidang yang terbatas, melainkan ingin menyelidiki dan memikirkan segala
sesuatu yang ada.
sesungguhnya filsafat telah memerankan sedikitnya tiga peranan utama dalam
sejarah pemikiran manusia, yaitu sebagai pendobrak, pembebas, dan pembimbing.
Meskipun filsafat bertanya tentang seluruh kenyataan, namun dalam kenyataannya
selalu salah satu segi dari kenyataan itulah menjadi titik fokus penyelidikannya.
Filsafat selalu bersifat “filsafat tentang” sesuatu tertentu, misalnya:
1. Filsafat tentang pengetahuan:
a. epistemologi
b. logika
c. kritik ilmu-ilmu
2. Filsafat tentang keseluruhan kenyataan (metafisiska):
a. metafisika umum (ontologi)
b. metafisiska khusus, terdiri dari:
(1). Teologi metafisik (2). Antropologi (3). Kosmologi
3. Filsafat tentang tindakan:
a. etika
b. estetika

2.3 BAB III


2.3.1 ONTOLOGI HAKEKAT ILMU PENGETAHUAN(BUKU UTAMA)
Ontologi adalah bagian filsafat yang membahas hakekat realitas atau hakekat
yang ada, termasuk hakekat ilmu pengetahuan sebagai sebuah realitas. Ada tiga
macam yang ada (realitas) yang menjadi obyek pemikiran filsafat, yaitu alam fisik
(cosmos), manusia (antropos), dan Tuhan (Teos). Pemikiran mengenai alam fisik
menimbulkan filsafat alam atau kosmologi; pembahasan mengenai manusia
menimbulkan fisafat manusia atau atropologi filsafat; dan pembahasan mengenai
Tuhan menimbulkan filsafat ketuhanan atau teologi. Hal lain yang berhubungan

11
dengan ontologi ilmu ialah mengenai hukum ilmu, yang maksudnya adalah hukum
sebab akibat atau hukum kausalitas. Dalam filsafat ilmu masalah hukum kausalitas itu
merupakan persoalan yang tidak pernah terselesaikan, antara lain karena ilmu
pengetahuan tidak hanya mengenai alam fisik, tetapi juga menyangkut alam
metafisik.
Sifat ilmu pengetahuna yaitu saintifik(ilmiah), humanistik(kemanusiaan),
holistik. Dan aliran filsafat ontologi yaitu materialisme aliran filsafat metafisika yang
mengembalikan segala sesuatu kepada dunia materi, vitalisme yang memandang
bahwa kehidupan sebagai kenyataan sejati satu-satunya, humanisme memberi
tekanan kepada kemanusiaan sebagai hakekat manusia, dan eksistensialisme yang
membahas hubungan manusia dengan dirinya sendiri, dengan manusia lain, dan
dengan tuhan.

2.3.2 MENCARI IDENTITAS ILMU PENGETAHUAN(BUKU PEMBANDING)


Pada hakikatnya pengetahuan merupakan segenap hasil dari kegiatan
mengetahui berkenaan dengan sesuatu obyek (dapat berupa suatu hal atau peristiwa
yang dialami subyek), misalnya: pengetahuan tentang benda, tentang tumbuh-
tumbuhan, tentang binatang, tentang manusia, atau pengetahuan tentang peristiwa
peperangan. Pengelompokan pengetahuan berdasarkan berbagai aspek kodrat
manusia serta berbagai bidang atau lingkup realitas yang terkait, kiranya kita perlu
mengelompokkan pengetahuan berdasarkan tingkat kualitas yang menghasilkan 3
jenis pengetahuan yaitu pengetahuan sehari-hari, pengetahuan ilmiah, dan
pengetahuan filsafati.

2.4 BAB IV
2.4.1 EPISTEMOLOGI TEORI ILMU PENGETAHUAN(BUKU UTAMA)
Yang dimaksud dengan sumber ilmu pengetahuan ialah hal-hal yang secara
hakiki diyakini sebagai sumber darimana ilmu pengetahuan itu kita peroleh.
Mengenai sumber pengetahuan, tradisi filsafat Barat mewarisi dua aliran
epistemologi yang terbesar, yaitu aliran rasionalisme dan empirisme. Aliran
rasionalisme memberi tekanan pada akal (reason) sebagai sumber pengetahuan,

12
sedangkan aliran empirisme mengangap bahwa sumber pengetahuan yang utama
adalah pengalaman inderawi manusia (sense experience).
Biasanya langkah-langkah berpikir ilmiah itu ada 5 macam, yaitu:
1 Perumusan masalah
2 Perumusan hipotesa
3 Pengumpulan data
4 Analisis data
5 Pengambilan kesimpulan.
Perbedaan antara metode deduktif dengan metode induktif dapat dilihat dari logika
berpikir dalam contoh berikut ini:
 Deduktif : Setiap binatang menyusui mempunyai paru-paru. Kucing adalah binatang
menyusui. Oleh karena itu, setiap kucing mempunyai paru-paru.
 Induktif : Setiap kucing yang pernah diamati mempunyai paru paru. Oleh karena itu,
setiap kucing mempunyai paru-paru.
Sesuai dengan cara kerjanya maka pengetahuan ilmiah memiliki ciri-ciri sebagai
berikut:
a. Obyektif, artinya bebas dari penilaian yang bersifat subyektif dan kebenarannya
evidence (didukung oleh buktibukti)
b. Rasional, artinya sesuai dengan logika atau aturan penalaran
c. Sistematis, artinya dilakukan dan disusun secara teratur, dan sesuai dengan teori-
teori d. Generalisasi, artinya pengetahuan itu dapat diterapkan pada fenomena lain
bukan hanya pada obyek tertentu. Aliran filsafat epistemologi yaitu idealisme atau
rasionalisme yaitu memandang bahwa kenyataan yang sesungguhnya yaitu dunia
rasio, empirisme yaitu mempermasalahkan objek pengetahuan manusia, kritisisme
yaitu pengetahuan kita diperoleh dari akal dan pancaindra, dan positivisme.

2.4.2 KONSEP ILMU PENGETAHUAN(BUKU PEMBANDING)


Ilmu pengetahuan adalah sebagai proses, Rangkaian aktivitas pemikiran yang
rasional dan kognitif untuk menghasilkan pengetahuan,; mencapai kebenaran,
memperoleh pemahaman ;memberikan penjelasan, dan melakukan peramalan,
pengendalian, atau penerapan itu dilaksanakan oleh seseorang yang digolongkan

13
sebagai ilmuwan. Setiap ilmuwan yang sejati bertugas melakukan penelitian dan
mengembangkan ilmu.
Ilmu pengetahuan sebagai prosedur, Oleh karena ilmu merupakan suatu
aktivitas kognitif yang harus mematuhi berbagai kaidah pemikiran yang logis, maka
metode ilmiah juga berkaitan sangat erat dengan logika.
Ilmu pengetahuan sebagai produk, Dari proses dan prosedur itu pada akhirnya
keluar produk yang berupa pengetahuan ilmiah (scientific knowledge), dan ini
merupakan pengertian ilmu yang ketiga.

2.5 BAB V
2.5.1 LOGIKA SARANA BERPIKIR LOGIS(BUKU UTAMA)
Logika merupakan salah satu sarana berpikir ilmiah disamping bahasa,
matematika, dan statistika. Logika adalah cabang filsafat yang memikirkan tentang
hakekat berpikir itu sendiri. Tugas logika ialah membahas tentang ketepatan berpikir,
yaitu menyelidiki sifat dan cara-cara berpikir yang benar dengan menggunakan akal
sehat atau logis. Dengan berpikir logis maka kesimpulan yang diambil benar dan logis
pula.

2.5.2 OBYEK DAN TUJUAN KEGIATAN ILMIAH(BUKU PEMBANDING)


Selain orang dapat meninjau serta membahas suatu hal dari sudut pandang
tertentu, kita juga dapat mengarahkan penyelidikan kita pada lingkup bidang yang
semakin sempit, semakin khusus. Perlu diketahui bahwa kemampuan manusia untuk
mengobservasi dan berpikir itu terbatas, sehingga dalam melakukan suatu kegiatan
ilmiah, manusia perlu membatasi lingkup hal-hal yang diteliti dan dipikirkannya., dan
bahkan agar dapat mengamati serta memikirkannya secara lebih teliti, lebih rinci,
serta lebih mendalam, perlu penelitian dan pemikirannya yang semakin memfokus,
semakin specifik/khusus.
Mencari jawaban terhadap persoalan / pertanyaan sebenarnya mencari
penjelasan, mencari keterangan. Persoalan/pertanyaan akan muncul pada saat
menghadapi hal-hal atau gejala-gejala yang mengherankan, yang belum dapat
diterima dalam akal-pikir. Hal-hal atau gejala-gejala tersebut dirasa belum terungkap
keseluruhannya secara penuh, masih gelap, masih kabur, terasa masih ada yang

14
menutupinya. Maka agar hal-hal atau gejalagejala tersebut nampak keseluruhannya
secara lengkap dan jelas, perlu adanya usaha untuk memberi penerangan atau
penjelasan, dengan menguak tabir rahasia yang mungkin masih menyelimutinya,
menguak kabut yang mengkin masih mengaburkan pemahaman itu merupakan
tujuan kegiatan ilmiah.

2.6 BAB VI
2.6.1 AKSIOLOGI ETIKA KEILMUAN(BUKU UTAMA)
Dalam filsafat aksiologi atau filsafat nilai biasanya terdapat 3 hal yang menjadi
objek pembahasan, yaitu:
1. Etika yang membahas tingkah laku manusia dari sudut pandang nilai baik dan
buruk, atau benar dan salah.
2. Estetika, yang membahas sesuatu dari sudut pandang nilai indah dan tidak indah.
3. Religi yang membahas sesuatu dari sudut pandang nilai agama atau sistem
kepercayaan.
Aliran filsafat aksiologi yaitu hedonisme yaitu nilai yang mementingkan
kenikmatan, dan utilitiarisme yaitu nilai yang mementingkan kegunaan.

2.6.2 SARANA BERPIKIR ILMIAH(BUKU PEMBANDING)


Sarana merupakan alat yang dapat membantu kita dalaml mencapai suatu
tujuan tertentu. Demikian pula sarana berpikir ilmiah merupakan alat yang dapat
membantu kita melakukan kegiatan ilmiah dalam rangka mengungkap persoalan
maupun usaha memberikan penjelasan sebagai jawabannya. Karena kegiatan ilmiah
itu intinya adalah kegiatan berpikir, maka sara yang kita perlukan adalah sarana
berpikir ilmiah.
Yang pertama dan utama sebagai sara berpikir ilmiah adalah logika, yaitu
merupakan aturan-aturan atau rambu-rambu yang dapat membantu memberi
petunjuk serta arah dalam berpikir untuk lmempeproleh kejelasan dan kebenaran.
Dengan logika diharapkan kita tidak mengalami kekacauan serta ketersesatan dalam
berpikir, kita dapat berpikir lurus untuk mencapai pemahaman yang jelas dan benar.
Berkenaan dengan persoalan serta penjelasan yang bersifat kualitatif, bahasa
merupakan sarana berpikir yang dapat membantu memberikan penjelasan secara

15
kualitatif dan Untuk membantu memberikan penjelasan secara obyektif dan eksak /
pasti, orang menggunakan matematika sebagai sarana berpikir ilmiah.

2.7 BAB VII


2.7.1 SAINS MODERN(BUKU UTAMA)
Fisafat sains modern dan struktur ilmu pengetahuan yang dibangunnya
tercermin pada pengagungan terhadap rasionalisme, empirisme, positivisme,
obyektivisme, dan netralitas nilai etika. Inilah yang dikenal sebagai paradigma sains
modern. Seluruh struktur keilmuan harus berpijak pada paradigma itu. Di luar
paradigma itu dipandang salah, atau tidak ilmiah.
Hubungan sains modern dengan sekularisme, paham sekularisme dan ateisme
juga berkembang dalam disiplin ilmu sosiologi, psikologi, dan filsafat. Auguste Comte
(1778-1857) menganggap bahwa kepercayaan kepada agama merupakan bentuk
keterbelakangan masyarakat. Walaupun kaum sekuler Barat tidak mengakui agama,
namun agama semakin berkembang di berbagai negara di dunia ini
Sains dan teknologi, terutama sains dan teknologi modern, tentu memiliki
kelebihan dan kekurangannya. Sudah terbukti bahwa sains dan teknologi telah
memberikan banyak kemudahan bagi kehidupan manusia. Berkembangnya sains dan
teknologi kedokteran, telah memberi pengaruh yang lebih 117 baik pada kesehatan
dan kesejahteraan manusia. Dengan sains dan teknologi komunikasi dan informasi,
telah memungkinkan manusia dapat bergerak dan bertindak dengan lerbih cepat dan
tepat, lebih efektif dan efisien.

2.7.2 KEJELASAN DAN KEBENARAN ILMIAH(BUKU PEMBANDING)


setiap proses mengetahui akan memunculkan suatu kebenaran yang
merupakan sifat atau isi kandungan dari pengetahuan tersebut, karena kebenaran
merupakan sifat dari pengetahuan yang diharapkan. Ada berbagai macam jenis
pengetahuan (menurut sumber asalnya, cara dan sarananya, bidangnya, dan
tingkatannya), maka sifat benar yang melekat pada kebenaran terkait tentu juga
beraneka ragam pula. Fokus perhatian dan pemikiran manusia terhadap proses serta
hasil pengetahuan itu dapat berbeda, maka pemahaman maupun teori tentang
pengetahuan serta tentang kebenaran pun juga berbeda-beda pula. berbagai kegiatan

16
dalam proses kegiatan ilmiah, berbagai langkah kegiatan yang ditempuh, serta
berbagai cara dan sarana yang digunakannya, dan ilmu pengetahuan berusaha untuk
memperoleh pengetahuan yang cukup dapat diandalkan, maka tidak dapat disangkal
bahwa kebenaran ilmiah mencakup berbagai macam jenis kebenaran.

2.8 BAB VIII


2.8.1 SIKAP ILMUAN MUSLIM TERHADAP SAINS MODERN(BUKU UTAMA)
Ilmuan muslim seperti Ziauddin Sardar, Seyyed Hossein Nasr, Al-Attas, dan
lain-lain, berpendapat bahwa sains tidak mungkin obyektif karena ia berkembang
secara tidak ilmiah. Sains tidak mengungkapkan kebenaran karena ia hanya melihat
apa yang bisa dilihat dengan alatnya. Setiap pertanyaan sains sebenarnya hanyalah
hipotesa, baru merupakan dugaan yang belum tentu benar. Nilai yang bisa diperoleh
daripadanya bergantung dari seberapa komprehensif model atau alat yang dipakai.
Sardar mengatakan, bahwa sains adalah keseluruhan riset dan penerapannya.
Pandangan bahwa sains itu bebas nilai telah menyebabkan banyak malapetaka terjadi
di bumi ini, karena sains dapat dipergunakan untuk halhal yang buruk atau untuk
kejahatan.
Selain krisis ekologi, krisis sains modern juga berdampak pada krisis manusia.
Dengan sains modern manusia cenderung diperlakukan sebagai mesin atau
perpanjangan mesin, sehingga menyebabkan dehumanisasi. Dengan sains modern
timbul upaya untuk menciptakan jenis makhluk hidup baru atau kehidupan baru
melalui rekayasa genetika, misalnya dengan system cloning. Karena sains modern
memutuskan hubungan antara manusia dengan realitas yang lebih tinggi atau Tuhan,
menyebabkan terjadinya despiritualisasi. Manusia modern tidak mengerti tentang
siapa dirinya (the self) yang sebenarnya. Dampak lainnya dari sains modern terhadap
manusia ialah dampak psikologis, yaitu dalam bentuk meningkatnya penderita
depresi, kegelisahan, psikosis, sakit jiwa dan keinginan bunuh diri.
Karena kelemahan-kelemahan yang mendasar dari sains modern, maka sains
modern tidak dapat diandalkan lagi. Para ilmuan muslim berpendapat bahwa harus
dicari filsafat sains alternatif, yaitu filsafat sains Islam (epistemology Islam) dengan
membangun paradigma keilmuan yang didalamnya 132 terkandung hukum-hukum
normatif yang berdasarkan filsafat Islam. Filsafat sains Islam atau epistemologi Islam

17
itu sangat perlu diupayakan oleh ilmuan muslim untuk mengembangkan sains dan
teknologi yang sesuai dengan ajaran Islam dan yang dapat memenuhi kebutuhan
umat Islam.

2.8.2 METODE ILMIAH(BUKU PEMBANDING)


Metode ilmiah merupakan prosedur yang mencakup berbagai pola pikir serta
pola kerja, tata langkah, pendekatan, cara teknis serta berbagai alat bantu yang
digunakan untuk memperoleh pengetahuan atau mengembangkan pengetahuan. Pola
umum tata langkah dalam metode ilmiah mencakup penentuan masalah, perumusan
jawaban sementara (hipotesa). Pengumpulan data, perumusan kesimpulan dan
verifikasi.
Kegiatan pokok yang dilakukan oleh manusia untuk memperoleh pengetahuan
yang jelas dan benar adalah melakukan kegiatan berpikir serta melakukan observasi
inderawi terhadap obyek yang diselidikinya untuk diketahui dengan jelas dan benar.
Untuk memperoleh kejelasan dan kebenaran pengetahuan, kita perlu melakukan
kegiatan berpikir secara optimal, yaitu berpikir secara kritis, logis, serta secara
sistematis; sedangkan berkenaan dengan obyeknya, kita perlu mengarahkan
perhatian kita terhadap obyek terkait, perlu mengusahakan untuk mengungkap tutup
yang masih menyelimutinya (discovery), serta mengusahakan untuk dapat
menangkap obyeknya secara jelas. Dengan mengusahakan kegiatan berpikir dan
melakukan observasi secara optimal diharapkan kita dapat sampai memperoleh
pengetahuan (ilmiah) dengan jelas / terang serta benar mengenai hal yang
diselidikinya.
Ilmu-ilmu kealaman pada umumnya menggunakan metode siklus-empirikus
dan obyektivitasnya diuji secara empiris-eksperimental. Ilmu-ilmu sosial humanistis
pada umumnya menggunakan metode linier dan interpretatif, yang analisisnya
dimaksudkan untuk menemukan arti, nilai, dan tujuan dari berbagai bidang dan segi
kehidupan manusia.

18
2.9 BAB IX
2.9.1 KONSEP ISLAM MENGENAI ILMU(BUKU UTAMA)
Dari perspektif agama Islam, semua ilmu pengetahuan bersumber pada Allah
SWT, yang diketahui oleh manusia melalui wahyuNya yang tercantum dalam kitab
suci AlQur’an. Sebagai sumber pengetahuan yang utama sesungguhnya Al-Qur‟an
telah memberikan banyak informasi dan petunjuk mengenai cara manusia
memperoleh ilmu pengetahuan. dari kelemahan-kelemahan yang dimiliki oleh indera
manusia, adalah diakui bahwa indera memilki kemampuan yang kuat dalam
memperoleh pengetahuan. Dengan indera dapat dilakukan observasi dan ekperimen.
Di dalam Al-Qur‟an terdapat metodologi pengetahuan yang memperkuat adanya
pengetahuan indera itu, namun Al-Qur‟an juga menerangkan keterbatasan indera
manusia sebagai alat untuk memperoleh pengetahuan yang benar.
Menurutnya (lihat Harun Nasution, 1992:18) akal manusia mempunyai tiga
tingkatan, yaitu:
a. akal yang bersifat potensial,
b. akal yang bersifat aktual (telah keluar dari sifat potensialnya),
c. akal yang telah mencapai tingkat kedua dari aktualitas.
Agama Islam memberi tekanan yang sangat besar kepada masalah ilmu. Dalam
Al-Qur‟an kata al-„ilm digunakan lebih dari 780 kali. Allah swt. berfirman yang
artinya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang mencipta-kan. Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah. Dan Tuhanmulah yang paling
pemurah. Yang menga-jarkan (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan
kepada manusia apa yang tidak diketahuinya” (QS Al-Alaq: 1-5).
Dalam Islam ditegaskan bahwa orang muslim harus menuntut ilmu yang berguna,
dan melarang mencari ilmu yang bahayanya lebih besar dari manfaatnya. Baik itu
ilmu-ilmu kealaman maupun ilmu syariah. Sebabnya ialah karena tujuan hidup utama
manusia adalah mendekatkan diri kepada Allah dan mendapatkan ridhaNya.

2.9.2 PERANAN ILMU PENGETAHUAN DAN TANGGUNG JAWAB MANUSIA(BUKU


PEMBANDING)
Ilmu pengetahuan, sebagai proses kegiatan berpikir yang dilakukan oleh
manusia, ternyata dapat menghasilkan pengetahuan ilmiah, sebagai pengetahuan

19
yang cukup dapat diandalkan kejelasannya dan kebenarannya. Sebagai makhluk
berakal-budi, tentu saja dalam bertindak tidak berlangsung ngawur, melainkan
didasarkan atas penalaran dan pengetahuan yang dapat dipertangung jawabkan
kejelasan dan kebenarannya. Maka jelaslah bahwa ilmu pengetahuan memiliki
peranan yang demikian besar dalam membantu manusia memperoleh keterangan,
memperoleh penjelasan yang dapat diandalakan untuk dipakai sebagai dasar
pertimbangan mengambil keputusan untuk bertindak. Maka ilmu pengetahuan cukup
berperan dalam membantu perkembangan kehidupan umat manusia, memberi
terang bagi manusia dalam menghadapi berbagai persoalan dan permasalahan
kehidupannya. Namun agar ilmu pengetahuan yang memiliki manfaat yang begitu
besar bagi kehidupan manusia tersebut tidak salah dalam memanfaatkannya, dan
juga tidak disalahgunakan, maka perlulah para ilmuwan (sebagai pelaku kegiatan
ilmiah) memiliki sikap moral yang memadai dalam menjalankan kegiatan ilmiah,
yaitu memiliki sikap ilmiah.

20
BAB III
PEMBAHASAN
A. Pembahasan Isi Buku
a. Pembahasan Bab I
Pada buku utama membahas mengenai pengertian filsafat
seperti yang dikatakan oleh Al-Farabi, (870-950), menegaskan bahwa
filsafat adalah ilmu mengenai yang ada, yang tidak bertentangan
dengan agama, bahkan sama-sama bertujuan mencari kebenaran.
Sedangkan pada buku pembanding membahas mengenai filsafat
ilmu pengetahuan adalah suatu pemikiran rasional (kritis, logis, dan
sistematis) serta bersifat obyektif, mendalam dan menyeluruh.
b. Pembahasan Bab II
Pada buku utama membahas mengenai filsafat ilmu
pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui. Ilmu adalah pengetahuan,
tetapi pengetahuan belum tentu merupakan ilmu, sebab pengetahuan
dapat diperoleh dengan atau tanpa metode ilmiah, artinya dapat
diperoleh melalui pengalaman sehari-hari atau berupa informasi yang
kita terima dari seseorang yang memiliki kewibawaan atau otoritas
tertentu.
Pada buku pembanding membahas mengenai filsafat, menurut
R.Beerling Filsafat adalah pemikliran-pemikiran yang bebas, diilhami
oleh rasio, mengenai segala sesuatu yang timbul dari pengalaman-
pengalaman.
c. Pembahasan Bab III
Pada buku utama membahas mengenai ontologi hakekat ilmu
pengetahuan sebagai realitas.
Pada buku pembanding membahas mengenai identitas ilmu
pengetahuan yang berkaitan dengan objek.
d. Pembahasan Bab IV
Pada buku utama membahas mengenai sumber ilmu
pengetahuan dan alirannya yang bersifat rasionalisme dan empirisme

21
Pada buku pembanding membahas mengenai konsep ilmu
pengetahuan sebagai produk dan proses
e. Pembahasan Bab V
Pada buku utama membahas mengenai logika sebagai sarana
berpikir logis sedangkan pada buku pembanding membahas mengenai
obyek dan tujuan kegiatan ilmiah
f. Pembahasan Bab VI
Pada buku utama membahas mengenai aksiologi etika keilmuan
yaitu etika,estetika, dan religius sedangkan pada buku pembanding
membahas mengenai sarana berpikir ilmiah
g. Pembahasan Bab VII
Pada buku utama membahas mengenai sains modern dan
hubungannya dengan sekularisme sedangkan pada buku pembanding
membahas mengenai kejelasan dan kebenaran ilmiah.
h. Pemabahasan Bab VIII
Pada buku utama membahas mengenai sikap ilmuan muslim
terhadap sains modern sedangkan pada buku pembanding membahas
mengenai metode ilmiah.
i. Pembahasan Bab IX
Pada buku utama membahas mengenai konsep islam mengenai
ilmu sebagai hal yang utama sedangkan pada buku pembanding
membahas mengenai ilmu pengetahuan dan tanggung jawab manusia.

B. Kelebihan dan Kekurangan Buku


a. Dilihat dari aspek tampilan buku
Buku utama dan buku pembanding tampilannya cukup bagus dan tidak
norak terkesan sederhana
b. Aspek layout, tata tulis, tata letak, penggunaan font
Buku utama saya rasa sudah pas namun buku pembanding menurut saya
jenis font yang digunakan sedikit membuat saya kesulitan dan membuat
terkesan tulisan lebih rapat.
c. Aspek isi buku

22
Buku utama lebih lengkap dan rinci membahas mengenai filsafat ilmu
namun dalam setiap bab tidak terdapat ringkasan sedangkan buku
pembanding lebih banyak membahas mengan ilmu dan ilmu pengetahuan
itu sendiri tetapi diakhir bab ada bagian penutup sebagai ringkasan
sehingga lebih memudahkan
d. Tata bahasa
Kedua buku tersebut saya rasa sudah cukup baik dalam tata bahasa
sehingga memudahkan pembaca untuk memahaminya.

23
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dapat disimpulkan bahwa filsafat pendidikan adalah ilmu yang
mempelajari proses kehidupan dan alternatif proses pendidikan dalam
pembentukan watak ,dimanakedua proses itu pada hakikatnya adalah satu.
Filsafat pendidikan dan pendidikanterdapat suatu hubungan yang erat sekali
dan tidak terpisahkan. Filsafat pendidikan mempunnyai peranan penting
dalam suatu sistem pendidikan, karena filsafatmerupakan pemberi arah dan
pedoman dasar bagi usaha-usaha perbaikan ,menaingkatkan kemajuan dan
landasan kokoh bagi tegaknya sistem pendidikan

B. REKOMENDASI
Berdasarkan hasil Critical Book Report yang sudah di review, priview
menyarankan agar filsafat pendidikan dapat dipelajari dan dipahami semua
lapisan baik guru, orangtua, maupun masyarakat sehingga meningkatkan pres
tasi anak dalaam berbagai hal kehidupan . Menyadari bahwa penulis harus
menjelaskan Critical Book Review dengan sumber-sumber yang lebih banyak.
Dan agar dalam pengetikan tidak terdapat huruf yang
salah. Penulis juga jangan membuat kata-kata

24
DAFTAR PUSTAKA

Soelaiman, D. A. (2019). Filsafat Ilmu Pengetahuan Perspektif barat dan islam. Banda
Aceh: Bandar Publishing.

wahana, p. (2016). Filsafat Ilmu Pengetahuan. yogyakarta: Pustaka Diamond.

25

Anda mungkin juga menyukai