Anda di halaman 1dari 32

CRITICAL BOOK REVIEW (CBR)

“Pendidikan Pancasila”

Arranged By Group 2 (Two) :

Aloi Fitriani Kebeaken (4211141005)

Aura Albizia Tanjung (4211141012)

George Gamaliel Simanjuntak (4213141040)

Kanda Bagaskara (4211141027)

CLASS :

BESP 2021

SUPPORTING LECTURER :

Dionius Sihombing, M.Si

BIOLOGY EDUCATION STUDY PROGRAM

FACULTY OF MATHEMATICS AND SCIENCE

MEDAN STATE UNIVERSITY

2022
BAB I
IDENTITAS BUKU

Buku utama

Judul Buku : PANDUAN PEMBELAJARAN


MATA KULIAH PENDIDIKAN
PANCASILA
Edisi : -
Pengarang : Drs. Halking, M.Si., dkk
Penerbit : UNIMED
Kota Terbit : Medan
Tahun Terbit : 2022
ISBN : -

Buku 2 (buku pmbanding)

Judul : PENDIDIKAN PANCASILA


Edisi :-
Pengarang : Binov Handitya, S.H., M.H.
Penerbit : CV. MAHATA (Magna Raharja Tama)
Kota terbit : Semarang
Tahun terbit : 2020
ISBN :-
BAB II
RINGKASAN ISI BUKU

Judul Buku Utama : PANDUAN PEMBELAJARAN MATA KULIAH PENDIDIKAN


PANCASILA
Pengarang : Drs. Halking, M.Si., dkk

BAB I : PENGANTAR PENDIDIKAN PANCASILA


A. PENGERTIAN MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA DAN
REVITALISASINYA
Mata kuliah pendidikan Pancasila merupakan usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar mahasiswa secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki pengetahuan, kepribadian, dan
keahlian, sesuai dengan program studinya masing-masing. Jadi, mata kuliah
Pancasila merupakan proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan student
centered learning untuk mengembangkan knowledge, attitude, dan skill mahasiswa
sebagai calon pemimpin bangsa dalam membangun jiwa profesionalitasnya sesuai
dengan program studinya masing-masing dengan menjadikan nilai-nilai Pancasila
sebagai kaidah penuntun (guiding principle) sehingga menjadi warga negara yang
baik (good citizenship).

Gerakan untuk merevitalisasi Pancasila saat ini semakin menunjukkan gejala yang
menggembirakan. Forum-forum ilmiah di berbagai tempat telah diselenggarakan
baik oleh masyarakat umum maupun kalangan akademisi dan pemerintah. Tidak
terkecuali lembaga negara yaitu MPR mencanangkan empat pilar berbangsa yang
salah satunya adalah Pancasila. Memang ada perdebatan tentang istilah pilar
tersebut, termasuk yang penulis pahami bahwa Pancasila itu bukan pilar akan tetapi
dasar negara yang memperkuat seluruh pilar yang ada di atasnya. Sebagaimana
dipahami selama ini bahwa Pancasila adalah dasar negara, namun semangat untuk
menumbuhkembangkan lagi Pancasila perlu disambut dengan baik. Undang Undang,
Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi, secara
eksplisit juga menyebutkan bahwa terkait dengan kurikulum nasional setiap
perguruan tinggi wajib menyelenggarakan mata kuliah Pancasila, Kewarganegaraan,
Agama, dan Bahasa Indonesia.

B. DINAMIKA DAN TANTANGAN PENDIDIKAN PANCASILA

1. Dimanika Pendidikan Pancasila


Seiring dengan terjadinya peristiwa reformasi pada 1998, lahirlah Ketetapan MPR,
Nomor XVIII/MPR/1998, tentang pencabutan Ketetapan MPR Nomor
II/MPR/1978 tentang Pedoman Penghayatan dan Pengalaman Pancasila
(Ekaprasetia Pancakarsa), sejak itu penataran P-4 tidak lagi dilaksanakan.
Ditetapkannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003, bahwa
mata kuliah wajib diperguruan tinggi beberapa universitas menggabungkan dalam
materi pendidikan kewarganegaraan. Penguatan keberadaan mata kuliah Pancasila
di perguruan tinggi ditegaskan dalam Pasal 35 jo. Pasal 2 Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 12 tahun 2012, tentang Pendidikan Tinggi, yang
menetapkan ketentuan bahwa mata kuliah pendidikan Pancasila wajib dimuat
dalam kurikulum perguruan tinggi, yaitu sebagai berikut:

1. Pasal 2, menyebutkan bahwa pendidikan tinggi berdasarkan Pancasila,


Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, Negara
Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhineka Tunggal Ika
2. Pasal 35 Ayat (3) menentukan bahwa kurikulum pendidikan tinggi wajib
memuat mata kuliah: agama, Pancasila, Kewarganegaraan, dan Bahasa
Indonesia.

Dengan demikian, pembast Undang-Undang menghendaki agar mata kuliah


Pendidikan Pancasila berdiri sendiri sebagai mata kuliah wajib di perguruan tinggi
(Nurwardani, dkk., 2016).

2. Tantangan Pendidikan Pancasila


Tantangannya ialah menentukan bentuk dan format agar mata kuliah pendidikan
Pancasila dapat diselenggarakan di berbagai progam studi dengan dengan menarik
dan efektif. Dilihat dari asal tantangannya, ada dua tantangannya yti dari faktor
internal dan eksternal. Tantangan dari faktor internal perguruan tinggi, misalnya
faktor ketersediaan sumber daya, dan spesialisasi program studi yang makin tajam
(yang menyebabkan kekurangtertarikan sebagian mahasiswa terhadap pendidikan
Pancasila). Sedangkan faktor ekstenal antara lain krisis keteladanan dari para elit
politik dan maraknya gaya hidup hedonistik di dalam masyarakat (Nurwardani,
dkk., 2016).

C. PENTINGNYA MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA


Urgensi pendidikan Pancasila, yaitu dapat memperkokoh jiwa kebangsaan mahasiswa
sehingga menjadi dorongan pokok (leitmotive) dan bintang pemujuk jalan (leitstar)
bagi calon pemegang tongkat estafet kepemimpinan bangsa di berbagai bidang dan
tingkatan Selain itu, agar calon pemegang tongkat estafet kepemimpinan bangsa
tidak mudah terpengaruh oich pahampahans asing yang dapat mendorong untuk
tidak dijalankannya nilai-nilai Pancasila. Pentingnya pendidikan Pancasila di
perguruan tinggi adalah untuk menjawab tantangan dunia dengan mempersiapkan
warga negara yang mempunyai pengetahuan, pemahaman, penghargaan,
penghayatan, komitmen, dan pola pengamalan Pancasila. Hal tersebut ditujukan
untuk melahirkan lulusan yang menjadi kekuatan inti pembangunan dan pemegang
estafet kepemimpinan bangsa dalam setiap tingkatan lembaga-lembaga negara,
badan-badan negara, lembaga daerah, lembaga infrastruktur politik, lembaga-
lembaga bisnis, dan profesi lainnya yang menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila.

D. LANDASAN DAN DASAR-DASAR PEMIKIRAN PENDIDIKAN PANCASILA


Landasan dan Dasar-dasar diadakannya mata kuliah Pendidikan Pancasila di Perguruan
Tinggi, sebagaimana dikemukakan oleh Kaelan (2004) dan Santoso (2013: iv-vii)
yang terdiri atas landasan historis, filososfis, sosiologis, dan yuridis.

E. KERANGKA KONSEPTUAL PENDIDIKAN PANCASILA


Pendidikan Pancasila, sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 12 tahun 2012
tentang Pendidikan Tinggi, merupakan mata kuliah yang wajib diselenggarakan
secara mandiri di setiap perguruan tinggi pada tingkat diploma dan sarjana. Setelah
Pancasila berdiri sendiri sebagai mata kuliah, maka memunculkan konsekuensi
perlunya kejelasan visi, misi, tujuan, dan ruang lingkup antara Pendidikan Pancasila
dan Kewarganegaraan, agar tidak terjadi tumpang tindih antara kedua mata kuliah
tersebut, meskipun di antara keduanya tetap ada hubungan interface dan saling
terkait satu dengan yang lain. Sejalan dengan asas Pendidikan Tinggi sebagaimana
tercantum dalam pasal 3 UU No 12 tahun 2012, yaitu: kebenaran ilmiah, penalaran,
kejujuran, keadilan, manfaat, kebajikan, tanggung jawab, kebhinnekaan dan
keterjangkauan, maka Pendidikan Pancasila memiliki peranan yang sangat penting
untuk meletakkan pondasi yang kuat dalam Pendidikan Tinggi di Indonesia.

F. VISI DAN MISI PENDIDIKAN PANCASILA


Visi Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi adalah terwujudnya kepribadian sivitas
akademika yang bersumber pada nilai-nilai Pancasila. Misi Pendidikan Pancasila di
Perguruan Tinggi adalah sebagai berikut.

a. Mengembangkan potensi akademik peserta didik (misi psikopedagogis)


b. Menyiapkan peserta didik untuk hidup dan berkehidupan dalam masyarakat,
bangsa, dan negara (misi psikososial)
c. Membangun budaya ber-Pancasila sebagai salah satu determinan kehidupan
(misi sosiokultural)
d. Mengkaji dan mengembangkan pendidikan Pancasila sebagai sistem
pengetahuan terintegrasi atau disiplin ilmu sintetik (synthetic discipline) (misi
akademik) (Sumber: Tim Dikti, 2016).

G. TUJUAN DAN CAPAIAN PENYELENGGARAAN PEMBELAJARAN


PENDIDIKAN PANCASILA
Penyelenggaraan Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi, diharapkan dapat tercipta
wahana pembelajaran bagi para mahasiswa untuk mengkaji Pancasila secara
akademik (genetivus objektivus), dan menjadikan Pancasila sebagai perspektif untuk
mengkaji, menganalisis, dan memecahkan masalah-masalah bangsa dan negara
(genetivus subjectivus) Pendidikan Pancasila sebagai bagian dari pendidikan
Nasional bertujuan untuk mewujudkan tujuan Pendidikan Nasional. Sistem
pendidikan nasional yang ada merupakan rangkaian konsep, program, tata cara, dan
usah untuk mewujudkan tujuan nasional yang diamanatkan Undang-Undang Dodat
Negara Republik Indonesia tahun 1945, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.
Dengan demikian, tujuan Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi pun merupakan
bagian dari upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.

H. MENGGALI SUMBER HISTORIS, SOSIOLOGIS, YURIDIS, DAN POLITIK


PENDIDIKAN PANCASILA
Dari segi objek materil, Pengayaan materi atau substansi mata kuliah pendidikan
Pancasila dapat dikembangkan melalui beberapa pendekatan, diantaranya
pendekatan historis,sosiologis, dan politik (Ristekdikti, 2016).

BAB II : PANCASILA DALAM KAJIAN SEJARAH BANGSA INDONESIA


A. PENGERTIAN DAN PENTINGNYA PANCASILA DALAM KAJIAN
SEJARAH BANGSA INDONESIA
Pancasila merupakan produk otentik yang terdidir oleh nilai-nilai pendiri pancasila dan
menjadi pandangan hidup dan dasar filsafat bagi Indonesia.Pentingnya Pancasila
ialah sebagai pedoman dan ideologi bagi Indonesia.

B. SEJARAH PANCASILA PRAKEMERDEKAAN


Filsuf Yunani bernama Cicero (106-43 SM) mengungkapkan "Historia Vitae Magistra",
yang bermakna "sejarah memberikan kearifan". umum yaitu "sejarah merupakan
guru kehidupan". Sejarah memperlihatkan dengan nyata bahwa semua bangsa
memerlukan suatu konsepsi dan cita-cita. Cita-cita ideal sebagai landasan moralitas
bagi kebesaran bangsa tidak ada bangsa yang dapat mencapai kebesaran kecuali jika
bangsa itu mempercayai sesuatu, dan sesuatu yang dipercayainya itu memiliki
dimensi-dimensi moral guna menopang peradaban besar. (Majid dalam Latif,
2011:42).

Kuat dan mengakarnya Pancasila dalam jiwa bangsa menjadikan Pancasila terus bejaya
sepanjang masa karena ideologi Pancasila tidak hanya sekedar "confirm and deepen"
identitas bngsa Indoesia sepanjang masa Sejak Pancasila digali dan dilajirkan
kembali menjadi dasar dan ideologi negara, maka ia kmengbngunkan dan
membangkitkan dua identitas "tertidu dan "terbius: selama kolonialisme"
(Abdulgani, 1979: 22).

C. SEJARAH PANCASILA PASCAKEMERDEKAAN


Pada tanggal 6 Agustus 1945 bom atom dijatuhkan di kota Hiroshima oleh Amerika
Serikat yang mulai menurunkan moral semangat tentara Jepang. Sehari kemudian
BPUPKI berganti nama menjadi PPKI menegaskan keinginan dan tujuan mencapai
kemerdekaan Indonesia. Bom stom kedua dijatuhkan di Nagasaki yang membuat
Jepang menyerah kepada Amerika dan sekutunya. Peristiwa ini pun dimanfaatkan
oleh Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaannya. Untuk merealisasikan
tekad tersebut, maka pada tanggal 16 Agustus 1945 terjadi perundingan antara
golongan muda dan golongan tus dalam penyusunan teks proklansasi yang
berlangsung sirigkat, mulai pukul 02.00-04.00 dini hari. Teksproklamasi sendiri
disusun oleh Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta dan Mr. Ahmad Soebardjo di ruang
makan Laksamana Tadashi Maeda tepatnya di jalan Imam BonjolNo 1. Konsepnya
sendiri ditulis oleh Ir. Soekarno. Sukarni (dari golongan muda) mengusulkan agar
yang menandatangani teks proklamasi itu adalah Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta
atas nama bangsa Indonesia.

Kemudian teks proklamasi Indonesia tersebut diketik oleh Sayuti Melik, Isi Proklamasi
Kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945 sesuai dengan semangat yang tertuang dalam
Piagam Jakarta tanggal 22 Juni1945. Piagam ini berisi garis-garis pemberontakan
melawan inperialisme-kapitalisme dan fasisme serta memuat dasar pembentukan
Negara Republik Indonesia. Piagam Jakarta yang lebih tua dari Piagam Perjanjian
San Francisco (26 Juni 1945) dan Kapitulasi Tokyo (15 Agustus 1945) itu ialah
sumber berdaulat yang memancarkan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia
(Yamin, 1954. 16).Piagam Jakarta ini kemudian disahkan oleh sidang PPKI pada
tanggal 18 Agustus 1945 menjadi pembentukan UUD 1945, setelah terlebi dahulu
dihapus 7 (tujuh) kata dari kalimat "Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan
syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya", diubah menjad Ketuhanan Yang Maha
Esa.

Pada tahun 1950-an muncul inisiatif dari sejumlah tokoh yang hendak melakukan
interpretasi ulangterhadap Pancasila. Saat itu mund perbedaan perspektif yang
dikelompokkan dalamdua kubu Pertama, beberapa tokoh berusaha menempatkan
Pancasila lebih darisekedar kompromni politik atau kontrak sosial. Mereka
memandang Pancasila tidakhanya kompromi politik melainkan sebuah filsafat sosial
atau weltanschauung bangsa. Kedua, mereka yang menempatkan Pancasila sebagai
sebuah kompromipolitik. Dasar argumentasinya adalah fakta yang muncul dalam
sidang-sidang BPUPKIdan PPKI. Pancasila pada saat itu benar-benar merupakan
kompromi politik di antaragolongan nasionalis netral agama (Sidik Djojosukarto dan
Sutan takdir Alisyahbanadkk) dan nasionalis Islam (Hamka, Syaifuddin Zuhri
sampai Muhammad Natsir dkk) mengenai dasar negara.

Dinamika Pancasila diawal kemerdekaan, pada awal-awal masa kemerdekaan, ridak


banyak lagi pembicaraan mengenai Pancasila. Pancasila mulai dikenal kembali
ketika diterbitkannya buku bertajuk Lahirnya Pancasila Bung Karno Menggembleng
Dasar Negara tahun 1947. Pada tabub 1949 terjadi perubahan konstitusi yakni UUD
negara Republik Indonesia yang diterapkan PPKI berubah menjadi Konstitusi RIS.
Terjadinya perubahan perundang-undangan dasar mengakibatkan terjadinya
perubahan ruman dasar negara meskipun tidak mengubah isinya secara mendasar
(Winamo,2016:35).

BAB III : PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA


A. PENGERTIAN PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA
Pancasila sebagai dasar negara berarti setiap sendi-sendi ketatanegaraan pada negara
Republik Indonesia harus berlandaskan dan/atau harus sesuai dengan nilai-nilai
Pancasila. Hal tersebut bermakna, antara lain haiwa.M Puncasila harus senantiasa
menjadi ruh atau spirit yang menjiwai kegiatan membentuk negara seperti kegiatan
mengamandemen UUD dan menjiwai segala urusan penyelenggaraan negara
(Taniredja, dkk, 2016:130).Kosakata "dasar dapat diartikan sebagai landasan atau
fondasi yang berada di lapisan paling bawah. Dalam konteks konstruksi, dasar yang
berupa fondasi merupakan unsure utama untuk menopang sebuah bangunan agar
Bentini kokoh. Dalam konteks Indonesia, para founding fathers kita telah
menyepakati bahwa dasar yang dipakai adalah Pancasila. Pancasila sebagai dasar
Negara yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945 memuat esensi seperti
ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan sosial.

B. KONSEP NEGARA, TUJUAN NEGARA, KONSEP DASAR NEAGARA, DAN


URGENSI SEBAGAI DASAR NEGARA

1. Konsep Negara
Menurut Diponolo (1975: 23-25) Negara adalah suasu organs kekuasaan yang
berdaulat yang dengan tata pemerintahan melaksanakan tertib atas suatu
rakyat umat di suatu daerah tertentu. Dipole menyimpulkan 3 (tiga) unsure
yang menjadi syarat mutlak bagi adanje Negara yaitu:

a. Unsur tempat, atau daerah, wilayah atau territoir


b. Unsur manusia, atau umat (baca: masyarakat), rakyat atau bangsa
c. Unsur organisasi, atau tata kerjasama, atau tata pemerintahan

Jadi, Negara adalah organisasi dalam suatu wilayah yang mempunyai


kekuasaan tertinggi yang sah, serta ditaati oleh rakyatnya.

2. Tujuan Negara
Tujuan negara republik Indonesia apabila disederhanakan dapat dibagi 2 (dua),
yaitu mewujudkan kesejahteraan umum dan menjani keamanan seluruh bangsa
dan seluruh wilayah negara. Oleh karena in pendekatan dalam mewujudkan
tujuan negara tersebut dapat dilakukan dengan dua pendekatan yaitu:

 Pendekatan kesejahteraan (prosperity approach)


 Pendekatan keamanan (security approach)

3. Konsep Dasar Negara


Dasar negara merupakan suatu norma dasar dalam penyelenggaraan bernegara
yang menjadi sumber dari segala sumber hukum sekaligus sebagai cita hukum
(rechtsidee), baik tertulis maupun tidak tertulis dalam suatu negara.
4. Urgensi Pancasila Sebagai Dasar Negara
Pancasila merupakan cita-cita yang hidup dalam diri manusia Indonesia yang
senantiasa menjadi sebuah sistem nilai yang tumbuh dalam kerangka
mewujudklan cita-cita bersama masyarakat musantara menjadi bangsa
Indonesia yang pada akhirnya berhasil mendirikan Negara Indonesia.
Sehingga negara Kebangsaan Indonesia harus senantiasa berpegang teguh
terhadap nilai-nilai yang tumbuh berkembang dalam masyarakat nusantara.
Sehingga, Pancasila bukan sebuah cita-cita yang dipaksakan dari luar
masyarakat Indonesia, Melainkan Pancasila merupakan cita-cita yang sejak
lama diimpikan masyarakat nusnatara (Amran, 2016: 91).

C. HUBUNGAN ANTARA PROKLAMASI DENGAN PEMBUKAAN UUD 1945


Letak dan sifat hubungan antara Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 dengan
Pembukaan UUD 1945, sebagai berikut:

a. Disebutkan kembali pernyataan kemerdekaan dalam bagian ketiga Pembukaan


menunjukkan bahwa antara proklamasi dengan Pembukaan merupakan suatu
rangkaian yang tidak dapat dipisah pisahkan.
b. Ditetapkannya Pembukaan pada 18 Agustus 1945 bersama-sama
ditetapkannya UUD, Presiden dan Wakil presiden merupakan realisasi bagian
kedua proklamasi;
c. Pembukaan hakikatnyanya merupakan pernyataan kemerdekaan yang lebih
terperinci dari adanya cita-cita luhur yang menjadi semangat pendorong
ditegakkannya kemerdekaan, dalam bentuk negara Indonesia merdeka,
berdaulat, bersatu, adil, dan makmur dengan berdasarkan asas kerohanian
Pancasila;
d. Dengan demikian, sifat hubungan antara Pembukaan dan Proklamasi, yaitu:
memberikan penjelasan terhadap dilaksanakannya Proklamasi pada 17
Agustus 1945, memberikan penegasan terhadap dilaksanakannya Proklamasi
17 Agustus 1945, dan memberikan pertanggungjawaban terhadap
dilaksanakannya Proklamasi 17 Agustus 1945 (Kaelan, 1993: 62-64).

D. HUBUNGAN ANTARA PANCASILA DENGAN PEMBUKAAN UUD


NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945
Hubungan pancasila dengan pembukaan UUD NRI tahun 1945 dapat dipahami sebagai
hubungan yang bersifat formal dan material Dalam hubungannya yang bersifat
formal antara Pancasila dengan Pembukaan UUD NRI tahun 1945 dapat ditegaskan
bawa rumusan pancasila sebagai dasar Negara Republik Indonesia adalah
sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD NRI tahun 1945 alinea keempat.
Menurut kaelan (2000: 91), Pembukaan UUD NRI tahun 1945 merupakan pokok
kaidah Negara yang Fundamental sehingga terhadap tertib hukum mdonesia
mempunyai dua macam kedudukan, yaitu: 1) sebagai dasarnya, karena pembukaan
itulah yang memberikan faktor-faktor mutlak bagi adanya tertib hokum Indonesia. 2)
memasukkan dirinya didalam tertib hukum tersebut sebagai tertib hokum tertinggi.

Adapun hubungan Pancasila dengan Pembukaan UUD NRI tahun 1945 secara material
adalah menunjuk pada materi pokok atau isi pembukaan yang tidak lain adalah
Pancasila. Oleh karena kandungan material Pembukaan UUD NRI tahun 1945 yang
demikian itulah maka Pembukaan UUD NRI tahun 1945 dapat disebut sebagai
Pokok kaidah Negara yang Fundamental, sebagaimana dinyatakan oleh Notonegoro (
40), esensi atay inti sari Pokok Kaidah Negara yang Fundamental secara material
odak fain adalah pancasila.

E. PENJABARAN PANCASILA DALAM PASAL-PASAL UUD 1945


Terkait dengan penjabaran Pancasila dalam pasal-pasal UUD 1945, silakan disimak
bunyi penjelasan UUD 1945, sebagai berikut. "Pokok-pokok pikiran tersebut
meliputi suasana kebatinan dari Undang-Undang Dasar negara Indonesia. Pokok-
pokok pikiran ini mewujudkan cita-cita hukum (rechtsidee) yang menguasai hukum
dasar Negara, baik hukum yang tertulis (Undang-Undang Dasar) maupun hukum
yang tidak tertulis. Undang Undang Dasar menciptakan pokok-pokok pikiran yang
dalam pasal pasalnya." Pola pemikiran dalam pokok-pokok pikiran Penjelasan UUD
1945 tersebut, merupakan penjelmaan dari pembukaan UUD 1945, Pancasila
merupakan asas kerohanian dari pembukaan UUD 1945 sebagai status
fundamentalnorm.

BAB IV PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA

A. PENGERTIAN DAN PENTINGNYA PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI


Istilah ideologi berasal dari kata “idea” dan “logos” Idea berarti gagasan, konsep,
pengertian dasar, ide-ide dasar, cita-cita. Kata idea berasal dari bahasa Yunani, eidos yang
berarti bentuk atau idein yang berarti melihat Idea dapat diartikan sebagai cita-cita, yaitu
cita-cita yang bersifat tetap dan akan dicapai dalam kehidupan nyata Dengan demikian,
cita-cita ini pada hakikatnya merupakan dasar, pandangan, atau paham yang diyakını
kebenarannya Sedangkan logos berarti ilmu. Secara harfiah, ideologi berarti ilmu
pengetahuan tentang ide-ide (the science of ideas), atau ajaran tentang pengertian-
pengertian dasar (Kaelan, 2010 23)
Berdasarkan penjelasan di atas, ideologi mula-mula berarti: (1) ‘ilmu tentang (terjadinya)
cita-cita, gagasan atau buah pikiran’, (2) kemudian diubah oleh Marxisme yang berarti
pandangan hidup yang dikembangkan berdasarkan kepentingan golongan atau kelas
sosial tertentu dalam bidang politik atau sosial, (3) dalam sosiologi tentang ilmu-ilmu,
ideologi biasanya diartikan sebagai pra-pepnilaian dari kesadaran yang timbul karena
pengaruh lingkungan hidup, ideologi mencerminkan latar belakang sosial seseorang dank
arena itu ikut mewarnai pandangan bahkan objektivitas ilmu pengertahuan sesorang yang
bersangkutan; (4) orang menganut ideologi tertentu sebagai pandangan yang lebih sesuai
dengan keinganinan daripada dengan kenyataan; dan (5) ideologi adalah sistem dasar
seseorang tentang nilai-nilai dan tujuan-tujuan serta sarana-sarana pokok untuk
mencapainya (Heuken, dkk, 1983: 122).
1. Karakteristik Dan Makna Ideologi Bagi Negara
Dalam memahami ideologi dan ideologi politik tidaklah cukup hanya melihat dan sosok
pengertiannya, atau hanya berangkat dari definisi-definisi yang telah dikemukakan oleh
para ahlinya Oleh karena itu, meskipun secara elementer akan dipaparkan beberapa
karakteristik ideologi sehingga upaya memahami makna suatu ideologi dapat dilakukan
lebih mudah. Makna suatu ideologi dapat ditemukan dari karakteristiknya Menurut
Soegito, dkk (2003 100-103) beberapa karakteristik suatu ideologi, antara lain:
a. Ideologi Seringkali Muncul Dan Berkembang Dalam Situasi Krisis
b. Ideologi Merupakan Pola Pemikiran Yang Sistematis
c. Ideologi Mempunyai Ruang Lingkup Jangkauan Yang Luas, Namun Beragam
d. Ideologi Mencakup Beberapa Strata Pemikiran Dan Panutan

B. FUNGSI IDEOLOGI
Dalam teori-teori Marxis dan Marxian, ideologi menunjuk pada setiap rangkaian ide dan
nilai yang memiliki fungsi sosial yaitu memperkuat tatanan ekonomi tertentu, dan yang
dijelaskan oleh fakta itu sendiri, bukan oleh kebenaran atau kebaikan yang dikandungnya.
Fungsi ideologi adalah untuk mentralkan status quo, dan untuk menampilkan kondisi-
kondisi sosial yang berlaku saat itu sebagai ciri yang tak dapat hilang dari sifat manusia,
Ideologi memberikan dukungan untuk kekuasaan kelas, dengan membujuk kelas-kelas
yang tertindas untuk menerima gambaran realitas yang menjadikan keadaan subordinasi
mereka sebagai hal yang alami. Karena, idcologi memiliki tiga fungsi utama
mengesahkan, memistikkan, dan menentramkan (Scruton, 2013: 436).
Namun, sekedar untuk diketahui bahwa ideologi juga mungkin digunakan untuk maksud-
maksud lain, seperti dikemukakan oleh Rodec dan kawan-kawan (2006 105) dalam buku
Introduction to Political Science, antara lain, bahwa ideologi memberi legitimasi (dasar
hukum atau keabsahan) bagi pemerintahuntuk menjalankan fungsinya. Sehubungan
dengan ini, suatu ideologi dapat digunakan oleh pemerintah untuk membenarkan tindakan
tindakannya Sebagai alasan mempertahankan kelas serta rezim yang memerintah
Sebaliknya, ideologi dapat pula digunakan oleh pihak lainnya (pihak pemberontak, pihak
oposisi, atau pihak reformasi) guna menyalahkan pemerintahan, menyerang kebijakan
pemerintah sampai kepada usaha mengubah Status Quo Umumnya, pihak yang
menentang pemerintahan menggunakan ideologi tertentu atau alasan ideologis seperti
“atas nama rakyat”, “demi kepentingan rakyat”, dan “perjuangan pihak yang tertindas”.
Untuk itu, ideologi dapat membantu anggota masyarakat dalam upaya melibatkan diri
dalam berbagai sektor kehidupan di samping fungsinya yang sangat umum, ideologi juga
memiliki fungsi yang khusus sifatnya, seperti:
1. Ideologi Berfungsi Melengkapi Struktur Kogatif Manusia
2. Ideologi Berfungsi Sebagai Panduan
3. Ideologi Berfungsi Sebagai Lensa. Melalui Mana Seseorang Dapat Melihat Dunianya,
Sebagai Cermin, Melalui Mana Seseorang Dapat Melihat Dirinya, Dan Sebagai
Jendela, Melalui Mana Orang Lain Bisa Melihat Din Kita
4. Ideologi berfungsi sebagai kekuatan pengendali konflik, sekaligus fungsi integratif

C. MACAM-MACAM IDEOLOGI
Ada beberapa macam ideologi yang berkembang di dunia saat ini di antaranya ideologi
fasisme, liberalisme, sosialisme, komunisme, ideologi Islam. Termasuk ideologi negera
kita yaitu ideologi Pancasila. Untuk membandingkan ideologi Panxasila dengan ideologi
besar di dunia yang lain dapat menggunakan tolok ukur dari aspek politik hukum,
ekonomi, agama, pandangan terhadap individu dan masyarakat, dan ciri khas. Berikut ini
pengertian dan ajaran dari ideologi selain ideologi Pancasila.
1. Ideologi Fasisme
2. Ideologi Komunis
3. Ideologi Liberal
4. Ideologi Islam
5. Ideologi Pancasila

D. PERBANDINGAN IDEOLOGI PANCASILA DENGAN PAHAM IDEOLOGI


BESAR LAINNYA DI DUNIA

Ideologi Aspek LIBERALISM KOMUNISME SOSIALISME PANCASILA


E
POLITIK  Demokrasi  Demokrasi  Demokrasi  Demokrasi
HUKUM Liberal rakyat untuk Pancasila
 Hukum  Berkuasa kolektivitas  Hukum
untuk mutlak satu  Diutamakan untuk
melindungi parpol kebersamaan menjunjung
individu  Hukum  Masyarakat tinggi
 Dalam untuk sama dengan keadilan
politik melanggeng negara dan
mementingk kan komunis keberadaban
an individu individu dan
masyarakat
EKONOMI  Peran  Peran negara  Peran negara  Peran
negara kecil  dominan ada untuk negara ada
 Swasta Demi pemerataan untuk tidak
mendomina kolektivitas  Keadilan terjadi
si berarti demi distributif monopoli,
 Kapitalisme negara yang dll yang
 Monopolis  Monopoli diutamakan merugikan
me negara rakyat
 Persaingan
bebas
AGAMA  Agama  Agama  Agama harus  Bebas
urusan candu mendorong memilih
pribadi masyarakat berkembang salah satu
 Bebas  Agama harus nya agama
beragam dijauhkan kebersamaan  Agama
Bebas dari harus
memilih masyarakat menjiwai
 Bebas tidak  Atheis dalam
beragama kehidupan
bermasyara
kat
berbangsa
dan
bernegara
PANDANGA  Individu  Individu  Masyarakat  Individu
N lebih tidak penting lebih penting diakui
TERHADAP panting dari  Masyarakat daripada Keberadaannya
INDIVIDU pada tidak penting individu  Masyarakat
DAN masyarakat  Kolektivitas diakui
MASYARAK  Masyarakat yang keberadaann
AT diabdikan dibentuk ya
bagi negara lebih  Hubungan
individu penting individu dan
masyarakat
dilandasi 3S
(Selaras,
Serasi, dan
Seimbang)
CIRI KHAS  Penghargaa  Atheisme  Kebersamaa  Keselarasan
n atas HAM  Dogmatis n ,
 Demokrasi  Optoriter  Akomodasi keseimbang
 Negara  Ingkar HAM  Jalan tengah an, dan
hukum  Reaksi keserasian
 Menolak terhada dalam setiap
dogmatis liberalisme aspek
 Reaksi dan kehidupan
tehadap kapitalisme
absolutism

E. PENTINGNYA IDEOLOGI PANCASILA DI TENGAH IDEOLOGI-


IDEOLOGI LAINNYA
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan bahwa setiap warga
negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan negara. Termasuk dalam hal
ini adalah mempertahankan ideologi Pancasila Upaya-upaya itu dapat dilakukan antara
lain, sebagai berikut:
a. Menumbuhkan kesadaran untuk melaksanakan nilai-nilai luhur Pancasila
b. Melaksanakan ideologi Pancasila secara konsisten
c. Menempatkan Pancasila sebagai sumber hukum dalam pembuatan peraturan
perundangan nasional
d. Menempatkan Pancasila sebagai moral dan kepribadian bangsa Indonesia

BAB V PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

A. PENGERTIAN DAN PENTINGNYA PANCASILA SISTEM FILSAFAT


Istilah filsafat berasal dari bahasa Yunant. (philosophia), tersusun dari kata philos yang
berarti cinta atau philia yang berarti persahabatan, tertarik kepada dan kata sophos yang
berarti kebijaksanaan, pengetahuan, keterampilan, pengalaman praktis, intelegensi (Bagus,
1996, 242)
Adapun istilah ‘philosophos’ pertama kali digunakan oleh pythagoras (572-497 SM) untuk
menunjukkan dirinya sebagai pecinta kebijaksanaan (lover of wisdom), bukan kebijaksanaan
itu sendiri Selain Pythagoras, filsuf filsuf lain juga memberikan pengertian filsafat yang
berbeda-beda Oleh karena itu, filsafat mempunyai banyak arti, tergantung pada bagaimana
filsuf filsuf menggunakannya.
A. Filsafat Sebagai Proses Dan Hasil
Salah satu hasil dari kegiatan berpikir manusia ialah apa yang dinamakan filsafat Filsafat
merupakan kreasi akal manusia sebagai jawaban atas persoalan-persoalan ataupun rahasta-
rahasia alam semesta Dapat disimpulkan bahwa filsafat sebgai proses dan produk berpikir
manusia, merupakan pemikiran teori tentang Tuhan, alam semesta secara keseluruhan yang
mencakup hidup manusia yang ada di dalamnya untuk kemudian bagi manusia pemikiran
teoritis tersebut dipergunakan sebagai pandangan dunia (world View).
B. Sistem Filsafat
Pancasila sebagai sistem filsafat sudah dikenal sejak para pendiri negara membicarakan
masalah dasar filosofis negara (Philosofische Grondslag) dan pandangan hidup bangsa
(weltanschauung). Meskipun kedua Istilah tersebut mengandung muatan filsofis, tetapi
Pancasila sebagai sistem filsafat yang mengandung pengertian lebih akademis memerlukan
perenungan lebih mendalam. Filsafat Pancasila merupakan istilah yang mengemuka dalam
dunia akademis. Ada dua pendekatan yang berkembang dalam pengertian filsafat Pancasila,
yaitu Pancasila sebagai genetivus objectivus dan Pancasila sebagai genetivus subjectivus.
Kedua pendekatan tersebut saling melengkapi karena yang pertama meletakkan Pancasila
sebagai aliran atau objek yang dikaji oleh aliran-aliran filsafat lainnya, sedangkan yang kedua
meletakkan Pancasila sebagai subjek yang mengkaji aliran-aliran filsafat lainnya
(Nurwardani, dkk, 2016 171).
B. KESATUAN SILA-SILA PANCASILA SEBAGAI SUATU SISTEM
Pancasila sebagai suatu sistem filsafat merupakan hasil perenungan ynag mendalam dari para
tokoh kenegaran Indonesia. Hasil perenungan itu semula dimaksudkan untuk merumuskan
asas negara yang merdeka, selain itu hasil perenungan tersebut merupakan suatu sistem
filsafat karena telah memenuhi ciri-ciri berfikir kefilsafatan. Beberapa ciri kefilsafatan
meliputi (1) Sistem filsafat harus koheren, artinya berhubungan satu sama lain secara rutin
Pancasila sebagai sistem filsafat bagian-bagiannya tidak saling meskipun berbeda, bahkan
saling melengkapi, dan tiap bagian mempunyai fungsi dan kedudukan tersendiri (2) Sistem
filsafat harus bersifat menyeluruh, artinya mencakup segala hal dan segala yang terdapat
dalam kehidupan manusia Pancasila sebagai filsafat hidup bangsa merupakan sauatu pola
yang dapat mewadah semua kehidupan dan dinamika masyarakat di Indonesia (3) Sistem
filsafat harus bersifat mendasar, artinya suatu bentuk perenungan mendalam yang smapai ke
inti mutlak persoalan sehingga menemukan aspek yang sangat fundamental. Pancasila
sebagai sistem filsafat dirumuskan berdasarkan inti mutlak tata kehidupan manusia
menghadapi din sendiri, sesama manusia, dan Tuhan dalam kehidupan bermasyarakat, dan
bernegara, (4) Sistem filsafat bersifat spekulatif, artina buali fikir hasil perenungan sebagai
pra anggapan sebagai titik awal yang kemudian menjadi pola dasar berdasarkan penalaran
logis, serta pangkal tolak pemikiran tentang sesuatu (Amran, 2016: 149-150).
C. KESATUAN SILA-SILA SEBAGAI SITEM FILSAFAT
1. Filsafat Pancasila Sebagai Genetivus Objectivus dan Genetivus Subjektivus
a. Kausa Materialis (Asal Mula Bahan)
b. Kausa Formalis (Asal Mula Bentuk)
c. Kausa Efisien (Asal Mula Karya)
d. Kausa Finalis (Asal Mula Tujuan)
2. Landasan Ontologis Pancasila
a. Asas hubungan yang merupakan sifat (kualitas)
b. Asas hubungan yang berupa bentuk, luas dan berat (kuantitas).
c. Asas hubungan yang berupa sebab dan akibat (kausalitas)
3. Landasan Epistemologi Pancasila
Epistemologi berasal dari kata yunani “episteme” dan “logos” Episteme biasa diartikan
sebagai pengetahuan atau kebenaran dan logos diartikan pikiran atau teon Epistemologi
adalah cabang filsafat di menyelidiki sejarah kritis hakikat, landasan, batas-batas dan
patokan kesahihan pengetahuan.
4. Landasan Aksiologis Pancasila
Landasan aksiogis pancasila merujuk pada nilai-nilai dasar yang terdapat di dalam
pembukaan uud 1945 diteken nilai dasar itu harus menjadi koma menghayati nilai
instrumental nya yang terdapat di dalam peraturan perundang-undangan berupa undang-
undang dasar 1945 ketetapan mpr koma undang-undang koma peraturan pemerintah
pengganti undang-undang koma peraturan pemerintah koma keputusan presiden koma
peraturan daerah titik.
D. Hakikat Sila-Sila Pancasila
Terkait dengan hakikat sila-sila Pancasila, pengertian kata hakikat Dapat dipahami dalam tiga
kategori yaitu:
a. Hakikat abstrak yang disebut juga sebagai hakikat jenis atau hakikat umum yang
mengandung unsur-unsur yang sama, tetap dan tidak berubah
b. Hakikat pribadi sebagai hakikat memiliki sifat khusus, artinya terikat kepada barang
sesuatu
c. Hakikat konkret yang bersifat nyata sebagaimana dalam kenyataannya Hakikat
konkret Pancasila terletak pada fungsi Pancasila sebagai dasar filsafat negara.

BAB VI PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA

A. PENGERTIAN ETIKA DAN ETIKA POLITIK INDONESIA


Etika adalah kajian ilmiah terkait dengan etiket atau moralitas. Dengan demikian, maka
istilah yang tepat adalah etiket pergaulan, etiket jurnalistik, etiket kedokteran, dan lain-lain.
Etiket secara sederhana dapat diarukan sebagai aturan kesusilaan/sopan santun Seperti yang
dijelaskan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Moeljono, dkk., 1988 237) membedakan
antara etiket dengan etika. Etiket tatacara dalam masyarakat beradab dalam memelihara
hubungan baik antara sesama manusia. Sedangkan etika adalah (a) ilmu tentang apa yang
baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak). (b) kumpulan asas
atau nilai yang berkenaan dengan akhlak, dan (3) nilai mengenai benar dan salah yang dianut
suatu golongan atau masyarakat.
Adapun uraian Etika Politik dan Pemerintahan sebagai salah satu bagian dari Etika
Kehidupan Berbangsa adalah sebagai berikut:
1. Etika Politik dan Pemerintahan dimaksudkan untuk mewujudkan pemerintahan yang
bersih, efisien, dan efektif serta menumbuhkan suasana politik yang demokratis yang
bercirikan keterbukaan, rasa bertanggung jawab, tanggap akan aspirasi rakyat, menghargai
perbedaan, jujur dalam persaingan, kesediaan untuk menerima pendapat yang lebih benar,
serta menjunjung tinggi hak asasi manusia dan keseimbangan hak dan kewajiban dalam
kehidupan berbangsa.
2. Etika pemerintahan mengamanatkan agar penyelenggara negara memiliki rasa
kepedulian tinggi dalam memberikan pelayanan kepada publik, siap mundur apabila merasa
dirinya telah melanggar kaidah dan sistem nilar ataupun dianggap tidak mampu memenuhi
amanah masyarakat, bangsa, dan negara.
3. Masalah potensial yang dapat menimbulkan permusuhan dan pertentangan
diselesaikan secara musyawarah dengan penuh kearifan dan kebijaksanaan sesuai dengan
nilai-nilai agama dan nilai-nilai luhur dengan tetap menjunjung tinggi perbedaan sebagai
sesuatu yang manusiawi dan alamiah.
4. Etika Politik dan Pemerintahan diharapkan mampu menciptakan suasana harmonis
antarpelaku dan antarkekuatan sosial politik serta antarkelompok kepentingan lainnya untuk
mencapai sebesar-besar kemajuan bangsa dan negara dengan mendahulukan kepentingan
bersama daripada kepentingan pribadi dan golongan.
5. Etika Politik dan Pemerintahan mengandung misi kepada setiap pejabat dan elit
politik untuk bersikap jujur, amanah, sportif, siap melayani berjiwa besar, memiliki
keteladanan, rendah hati, dan siap untuk mundur dari jabatan publik apabila terbukti
melakukan kesalahan dan secara moral kebijakannya bertentangan dengan hukum dan rasa
keadilan masyarakat
6. Etika ini diwujudkan dalam bentuk sikap yang bertata krama dalam perilaku politik
yang toleran, tidak berpura-pura, tidak arogan, jauh dari sikap munafik serta tidak melakukan
kebohongan publik, tidak manipulatif dan berbagai tindakan yang tidak terpuji lainnya.
7.
B. PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA
Pancasila pada hakikatnya adalah satu kesatuan nilai yang di dalamnya mengandung nilai
dasar yakni Ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, demokrasi-kerakyatan, dan keadilan. Etika
yang dijiwai nilai-nilai sila-sila Pancasila merupakan etika Pancasila, yang meliputi:
1. Etika yang dijiwai oleh nilai-nilai dari sila Ketuhanan Yang Maha Esa, merupakan
etika yang berlandasakan pada kepercayaan dan ketaqwaan Kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2. Etika yang dijiwai oleh nilai-nilai dari sila Kemanusiaan yang adil dan beradab
merupakan etika yang menujunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan
3. Etika yang dijiwai oleh nilai-nilai dari sila Persatuan Indonesia, merupakan etika yang
menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselematan bangsa dan negara di
atas kepentingan pribadi dan golongan.
4. Etika yang dijiwai oleh nilai-nilai dari sila Kerakyatan yang dipimpin Oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyarawatan/perwakilan, merupakan etika yang menghargai
kedudukan, hak dan kewajiban warga masyarakat/warga negara, sehingga tidak
memaksakanpendapat dan kehendak kepada orang lain.
5. Etika yang dijiwai oleh nilai-nilai dan sila keadilan sosial bagi seluruh Rakyat
Indonesia, merupakan etika yang menuntun manusia untuk Mengembangkan sikap adil
terhadap sesama manusia, mengembangkan Perbuatan-perbuatan-perbuatan luhur yang
mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan.

C. PERLUNYA PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA


Perlunya Pancasila sebagai sistem etika dalam kehidupan bermasyarakat, bebangsa, dan
bernegara bertujuan untuk (a) memberikan landasan etik moral bagi seluruh komponen
bangsa dalam menjalankan kehidupan kebangsaan dalam berbagai aspek, (b) menentukan
pokok-pokok etika kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat, dab (c) menjadi
kerangka acuan dalam mengevaluasi pelaksanaan nilai-nilai etika dan moral dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bemegara (Winarno, 2012 85-86).
1. Etika Sosial dan Budaya
2. Etika Politik dan Pemerintahan
3. Etika Ekonomi dan Bisnis
4. Etika Penegakan Hukum yang Berkeadilan
5. Etika Keilmuan
6. Etika Lingkungan

D. PANCASILA SEBAGAI ETIKA POLITIK INDONESIA


Pancasila merupakan dasar etika politik bagi bangsa Indonesia. Hal ini mengandung
pengertian, nilai-nilai yang terkandung dalam setiap sila Pancasila menjadi sumber etika
politik yang harus selalu mewarnai dan diamalkan dalam kehidupan politik bangsa Indonesia
baik oleh rakyat ataupun oleh penguasa Oleh karena itu dapat dikatakan kehidupan politik
yang meliputi berbagai aktivitas politik dinilai etis, jika selalu berpijak pada Ketuhanan Yang
Maha Esa, kemanusian yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yan dipimpin
oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan serta selalu ditujukan untuk
mencapai keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan negara, etika politik menuntut agar kekuasaan
dalam negara dijalankan sesuai dengan asas legalitas (legitimasi hukum), yaitu dijalankan
sesuai dengan hukum yang berlaku, disahkan dan dijalankan secara demokrastis (legitimasi
demokrasi), dan dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip moral (legitimasi moral) (Suseno,
2001 115) Pancasila sebagai suatu sistem filsafat memiliki tiga dasar tersebut Dalam
pelaksanaan penyelenggaraan negara, baik itu yang berhubungan dengan kekuasaan,
kebijakan umum, pembagian serta kewenangan harus berdasarkan prinsip-prinsip yang
terkandung dalam Pancasila

E. DINAMIKA DAN TANTANGAN PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA


Faktor-faktor dari dalam negeri antara lain
1. Melemahnya penghayatan dan pengamalan ajaran agama di kalangan aparatur, serta
munculnya pemahaman ajaran agama yang sempit dan keliru,
2. Sistem sentralisasi pemerintah di masa lalu yang mengakibatkan terjadinya
penumpukan kekuasaan di pusat dan pengabaian Kepentingan daerah,
3. Tidak berkembangnya pemahaman dan penghargaan atas Kebhinnekaan dan
kemajmukan dalam kehidupan berbangsa,
4. Terjadinya ketidak-adilan ekonomi dalam lingkup yang luas dan dalam kurun waktu
yang panjang, sehingga melewati ambang batas kesabaran masyarakat,
5. Kurangnya keteladanan dalam sikap dan prilaku sebagian pemimpin bangsa,
6. Tidak berjalannya penegakan hukum secara optimal, dan lemahnya Kontrol sosial
dalam mengendalikan perilaku yang menyimpang dari Etika;
7. Terjadinya pembatasan kemampuan budaya lokal, daerah dan nasional dalam
merespon pengaruh negatif dan budaya luar,
8. Meningkatnya prostitusi, pornografi, perjudian, serta pemakaian, peredaran dan
penyeludupan narkotika
Sementara faktor-faktor dari luar negeri meliputi
1. Pengaruh globalisasi kehidupan,
2. M kuatnya intensitas intervensi kekuatan global dlm perumusan Kebijakan nasional

F. MAKNA DAN AKTUALISASI SILA-SILA PANCASILA DALAM


KEHIDUPAN BERNEGARA

1. Makna Dan Aktualisasi Sila Ketuahanan Yang Maha Esa Dalam Kehidupan
Bernegara
Ketuhanan yang Maha Esa mengandung pengertian dan keyakinan adanya Tuhan yang Maha
Esa, pencipta alam semesta beserta isinya. Keyakinan adanya Tuhan yang maha Esa itu
bukanlah suatu dogma atau kepercayaan yan tidak dapat dibuktikan kebenarannya melalui
akal pikiran, melainkan suatu kepercayaan yang berakar pada pengetahuan yang benar yang
dapat diuji atau dibuktikan melalui kaidah-kaidah logika.
2. Makna dan Aktualisasi Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab dalam Kehidupan
Bernegara
Kemanusiaan yang adil dan beradab menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan
mengajarkan untuk menghormati harkat martabat manusia dan menjamin hak-hak asasi
manusia Nilai ini didasarkan pada kesdaran bahwa manusia adalah sederajat, maka bangsa
Indonesia merasa dirinya bagian dari seluruh umat manusia, karena itu dikembangkanlah
sikap hormat menghormati dan bekerja sama dengan bangsa-bangsa lain.
3. Makna Dan Aktualisasi Sila Persatuan Indonesia Dalam Kehidupan Bernegara
Sila persatuan Indonesia, mengandung pemahaman hukum bahwa setiap peraturan hukum
mulai undang-undang hingga putusan pengadilan harus mengacu pada terciptanya sebuah
persatuan warga bangsa Pesatuan Indonesia merupakan implementasi Nasionalisme, bukan
Chauvinisme dan bukan kebangsaan yang menyendiri. Nasionalisme menuju pada
kekeluargaan bangsa-bangsa, menuju persatuan dunia, menuju persaudaraan dunia
Nasionalisme dan internasionalisme menjadi satu terminologi, yaitu Sosio Nasionalisme
4. Makna dan Aktualisasi Sila Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksaan
dalam Permusyawaratan/Perwakilan Dalam Kehidupan Bernegara
Hakikat sila ini adalah demokrasi Demokrasi dalam arti umum, yaitu pemerintahan dari
rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat Secara Sederhana, demokrasi yang dimakud adalah
melibatkan segenap bangsa dalam pemerintahan baik yang tergabung dalam Pemerintahan
dan kemudian adalah peran rakyat yang diutamakan
5. Makna dan Aktualisasi Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia Dalam
Kehidupan Bernegara
Nilai keadilan sosial mengamanatkan bahwa semua warga negara memiliki hak yang sama
dan bahwa semua orang sama di hadapan hukum. Sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia mengandung nilai-nilai bahwa setiap peraturan hukum, baik undang-undang
maupun putusan pengadilan mencerminkan semangat keadilan.

Buku kedua : Pendidikan Pancasila


Pengarang : Binov Handitya, S.H., M.H.

BAB I : MENGENAL PANCASILA

A. Pengertian Pancasila
Pancasila sebagai pedoman yang mampu 2 melandasi serta menjadi sebuah petunjuk
kehidupan mendatang. Secara etimologi Pancasila sendiri berasal dari Panca (yang
mempunyai arti “lima” dalam bahasa sansekerta) dan Sila (yang mempunyai arti “prinsip”
dalam bahasa sansekerta), sehingga
secara harfiah dapat dipahami makna dari Pancasila adalah lima prinsip yang menjadi
pedoman kehidupan bernegara. Nilai-nilai yang ada dalam setiap sila memberikan
dorongan filosofi pada bangsa ini. ongan filosofi pada bangsa ini.
Perumusan Pancasila sendiri bukan cara yang instan, terlihat muncul beberapa usulan
sebelum disepakati menjadi kesatuan nilai yang utuh seperti saat ini. Pancasila yang
mengiringi proses proklamasi yang akan dijadikan dasar dalam bernegara, sehingga pada
tahap persiapan kemerdekaan oleh Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) menginisiasi terhadap prinsip-prinsip dasar yang akan
ditemukan Dalam sejarah silam Indonesia, terdapat kerajaan-kerajaan lokal yang hidup
dan telah mempunyai ciri khas nilai-nilai luhur dan murni yang telah dimasukkan ke
dalam sila-sila Pancasila. Sejarah membuktikan bahwa jika ditarik ulurkan nilai filosofis
yang terkandung dimasing-masing sila Pancasila dapat ditarik rentang dari masa ke masa
hingga sampai di zaman kerajaan lokal yang dahulu telah ada. Mulai dari kerajaan Kutai
pada 400 Masehi yang memberikan pandangan terhadap nilai sosial dan prinsip
ketuhanan. Pada waktu itu yang muncul hanya tentang nilai kebersamaan dan bagaimana
cara menciptakan kerukunan dalam masyarakat.

B. Pancasila dalam Dinamika Pendidikan


Secara praktis pendidikan tidak dapat dipisahkan dengan nilai-nilai, terutama yang
meliputi kualitas kecerdasan, nilai ilmiah, nilai moral, dan nilai agama yang kesemuanya
tersimpul dalam tujuan pendidikan, yakni membina kepribadian ideal.3 Sistem pendidikan
yang dibuat juga harus disesuaikan dengan kebutuhan bangsa dari masa ke masa agar
tidak tertinggal dengan perkembangan globalisasi yang ada. Globalisasi yang bergerak
sangat cepat menuntut sistem pendidikan di Indonesia untuk menyesuaikan diri.
Kenyataannya terkadang sistem pendidikan yang jauh tertinggal dan terkadang
terpontang-panting karena harus disesuaikan dengan tuntutan global. Pancasila
terkandung di dalamnya suatu pemikiran-pemikiran yang bersifat kritis, mendasar,
rasional, sistematis dan komprehensif, sehingga sistem pemikiran ini merupakan suatu
nilai

BAB II : MEMAHAMI PANCASILA


A. Konsep Dasar Pemahaman Tentang Pancasila
Perlu kita cermati bahwa kesalahan berkonsep dalam pikiran kita akan menimbulkan
kesalahan-kasalahan lain dan In-concreto mungkin bisa terjadi kesalahan pada perbuatan
kita. Pancasila memiliki dua kepentingan yaitu: pertama, Pancasila diharapkan senantiasa
menjadi pedoman dan petunjuk dalam menjalani keseharian hidup manusia Indonesia
baik dalam berkeluarga, bermasyarakat maupun berbangsa. Kedua, Pancasila diharapkan
sebagai dasar negara sehingga suatu kewajiban bahwa dalam segala tatanan kenegaraan
entah itu dalam hukum, politik, ekonomi maupun sosial masyarakat harus berdasarkan
dan bertujuan pada Pancasila. . Konsep itu harus dibangun sedikit dari sedikit melalui
mimbar-mimbar akademik, melalui diskusi antar masyarakat dan keseriusan pemerintah
dalam mewujudkannya. Pemerintah dapat berperan aktif dalam menkonstruksi pemikiran
rakyatnya melalui sosialisasi dan kegiatan-kegiatan lainnya seperti lokakarya serta
workshop tentang implementasi nilai Pancasila.

Pemahan yang terkonstruksi dalam diri setiap manusia sangatlah berbeda. Hal itu
dipengaruhi dari lingkungan serta pola didikan yang diberikan pada pribadi manusia
tersebut. Sebagai contoh jika seseorang terlahir di dalam lingkungan yang baik dan penuh
dengan masukan-masukan moral dan etika sudah setidaknya manusia tersebut akan
tumbuh menjadi manusia yang bermoral. Penilaian terhadap pengaruh lingkungan dalam
membentuk karakter seseorang memang tidak bisa diukur seratus persen dari hal itu,
terkadang untuk manusia-manusia tertentu yang mampu mengajere kontra 18 keadaan
yang semula lingkungan tempat dimana dia dibesarkan tidak mendukung untuk menjadi
seorang yang baik, hal itu dijadikan sebagai titik balik untuk menghantarkan manusia
pada keadaan jiwa yang lebih kuat.

B. Keyakinan Kebenaran Pancasila


Kebenaran terhadap nilai Pancasila harus secara nyata diyakini dalam jiwa rakyat
Indonesia sehingga secara otomatis dalam berperilaku dapat mencerminkan nilai setiap
silanya. Semangat dalam mewujudkan sila-sila yang tercermin dalam kehidupan
berbangsa harus terus ada agar cita-cita bangsa ini dapat terwujud. Pancasila ini
menjawab segala persoalan serta tantangan bangsa ini seperti dalam hal lunturnya
karakter pemuda akibat masuknya budaya asing. Sebagai jawaban dalam mengatasi
permasalahan disintegrasi bangsa akibat adanya ideologi lain yang mencoba masuk ke
dalam kehidupan Indonesia yang mempunyai sifat radikal yang ingin mengalahkan peran
ideologi Pancasila. Sejatinya kebenaran yang ada di Pancasila dapat kita ketahui saat kita
menjalankan kehidupan sehari-hari. Nilai ketuhanan memberikan kekuatan bagi kita
untuk tetap berbuat baik dalam hidup serta membangkinkan kepercayaan kita bahwa kita
mampu untuk hidup lebih baik karena kita memiliki Tuhan yang akan selalu ada untuk
kita.

Nilai kemanusiaan memberikan pandangan sebagai manusia kita dituntut menghargai


manusia lain memberlakukan manusia dengan baik, adil dan bijaksana sehingga mampu
membentuk kerukunan hidup. Nilai persatuan telah terlihat pada keanekaragaman yang
ada di Indonesia tidak menjadi permasalahan malah menjadi satu kekuatan yang
mempertahankan bangsa ini selama berpuluh tahun. Nilai kerakyatan memberikan nafas
bahwa kita hidup bersosial saling membutuhkan satu dan yang lain menghadapi
permasalahan secara bersama sehingga lebih mudah dalam mengambil jawaban atas
permasalahan itu. Nilai keadilan menjadi nilai yang selalu ingin dicari, walaupun perlu
usaha keras dan waktu yang panjang untuk menciptakan keadilan secara menyeluruh.

BAB III :NILAI-NILAI PANCASILA


A. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
Nilai filosofik yang terkandung dalam sila pertama pada Pancasila memberikan kekuatan
bagi manusia terutama bagi warga Indonesia untuk menjalankan kehidupan setiap saat.
Apa yang hendak dicapai dalam mewujudkan nilai ini menjadi nyata bagi masyarakat
ialah keseimbangan dalam menjalani setiap peran yang dimiliki padanya. Melalui nilai ini
dapat diharapkan bahwa setiap manusia ingat bahwa dirinya merupakan hasil cipta yang
bertanggungjawab secara langsung kepada sang penciptaNya. rakyatnya untuk memeluk
masing-masing kepercayaannya dimuat dalam aturan secara normatif yaitu pada
konstitusi kita yaitu Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
(UUD 1945). Lebih spesifik lagi pengaturan itu termuat dalam Pasal 29 yang dijabarkan
lagi kedalam Ayat 1 dan Ayat 2. Dalam Pasal 29 Ayat (1) dijelaskan bahwa Negara
Indonesia merupakan Negara yang berdasakan atas Ketuhanan Yang Maha Esa, sehingga
pemahamannya seluruh warga harus berkeyakinan dan percaya pada keEsaan Tuhan.

B. Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab


Nilai kemanusiaan harusnya dapat kita gali dari diri pribadi seseorang, sehingga apa yang
dia inginkan harusnya akan diinginkan oleh manusia lainnya. Sebagai contoh manusia
ingin hidup bersama kasih sayang, artinya manusia lain juga akan membutuhkan kasih
sayang yang sama untuk dirinya. Jika pada diri manusia ingin mendapatkan derajat yang
tinggi pada kehidupan, maka sudah barang tentu manusia lain juga inginkan derajat yang
tinggi pula. Kemanusiaan yang adil dan beradab memberikan gambaran kepada kita
bahwa sebagai manusia kita akan berlomba untuk mencari keadilan. Sedangkan secara
kodrati manusia akan berusaha memenuhi kepentingan masing-masing, dan kemungkinan
yang terjadi dalam perjalanan kehidupan manusia terkadang mencari segala cara untuk
memenuhi kepentingan-kepentingan hidupnya. Manusia secara tidak sadar akan
membentuk peradaban dalam hidupnya.

C. Sila Persatuan Indonesia


Sila Persatuan Indonesia merupakan wadah terbaik yang dapat menampung dan juga
sekaligus menjadi atap yang akan melindungi segala perbedaan yang telah menjadi
cirikhas bangsa ini. Seperti kita ketahui walaupun berbeda-beda namun pada dasarnya
kita masih dalam rumpun yang sama, justru perbedaan itu tidak harus kita seragamkan
hanya perlu kita satukan. Semangat nasionalisme pada masing-masing individu
merupakan embrio dari adanya persatuan di negara ini. Nasionalisme merupakan sikap
yang hidup dan tumbuh dalam jiwa manusia secara alamiah untuk merasa mencintai
bangsa serta mempunyai kepedulian yang mendalam atas apa yang mungkin akan terjadi
pada bangsa sendiri.

D. Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam


Permusyawaratan Perwakilan
Berbicara membentuk sistem kerakyatan yang dapat mengangkat nilai Pancasila di
dalamnya harus melalui proses yang panjang. Namun usaha yang akan ditempuh secara
berliku itu harusnya dapat menghasilkan sebuah karya bangsa yang dapat dipandang baik
bagi bangsa lain. Dalam pengelolaan kehidupan berbagsa dan bernegara kita tidak pernah
lepas untuk membicarakan peran seorang pemimpin. Kepemimpinan dengan penuh
kebijaksanaan juga akan menjadikan semangat warganya untuk selalu peduli terhadap
perkembangan negara. Dalam mewujudkan kepemimpinan yang bijaksana dapat terlihat
indikasi keberhasilannya jika dapat bertahan dalam kurun waktu tertentu. Misalnya
kepemimpinan di zaman orde baru oleh presiden Soeharto yang berjalan selama tigapuluh
dua (32) tahun lebih.

E. Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia


Sebagai negara yang menjunjung tinggi falsafah bangsa Indonesia yang dalam hal ini
merujuk pada sila kelima yang bermakna pelaksanaan keadilan harus selalu
mengupayakan hal itu dapat terwujud. Keadilan yang ingin dicapai misalnya jika bangsa
ini ingin mewujudkan keadilan dalam bidang ekonomi maka seluruh rakyat Indonesia
berhak terpenuhi kebutuhan hidup minimal kebutuhan sandang, pangan dan papan.
Kebutuhan dasar itu harus terpenuhi walaupun tidak dapat mencukupi kebutuhan itu
secara lebih, paling tidak kelayakan kebutuhan itu terpenuhi pada standar minimal.
Kenyataannya yang terjadi masih banyak rakyat Indonesia yang tidur di kolong jembatan,
trotoar dan banyak juga yang makan dengan cara mengais ditempat yang jauh dari kata
layak.

BAB IV PENERAPAN PANCASILA DALAM PRIBADI


A. Menciptakan Jiwa Pancasila

Manusia yang mempunyai jiwa Pancasila akan dapat melalui kehidupan dengan mudah, dapat
mengatasi segala permasalahan dengan prinsip hidup yang dipunyainya dan dapat menjadi
manusia yang mempunyai peran dalam menciptakan kebaikan di dunia ini. Dalam
membangun bangsa, Pancasila merupakan sumber energi sebagai kekuatan dan sekaligus
sebagai pedoman dalam memperjuangkan kemerdekaan, menjadi alat pemersatu membangun
kerukunan berbangsa, dan sebagai pandangan hidup sehari-hari bagi bangsa Indonesia. Nilai-
nilai Pancasila sesungguhnya telah bersemayam dan berkembang dalam hati sanubari dan
kesadaran bangsa Indonesia.
Hanya saja saat ini pergeseran nilai-nilai Pancasila kian dirasakan dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Banyaknya problematika yang dihadapai oleh Indoesia,
mengharuskan kepada kita untuk reaktualisasi Kembali nilai-nilai ideologi negara Indonesia.
Sebagai solusi untuk menjadi manusia yang Tangguh dan memiliki kepribadian yang kuat
untuk menghadapi segara perubahan dan perkembangan zaman sehingga tidak melunturkan
karakter bangsa.
Bangsa Indonesia terkenal memiliki karakter yang baik jangan sampai terkontaminasi dengan
kebudayaan yang tidak sejalan dengan kebudayaan asli. Namun jika kita lihat lebih jelas lagi,
tampak pada generasi muda saat ini untuk mewujudkan karekater yang sejalan dengan prinsip
Pancasila harus dengan upaya yang serius mengingat zaman globalisasi ini memberikan
pengaruh budaya asing yang semakin mudah untuk sampai kepada pemikiran generasi muda
Indonesia dengan kebebasan informasi pada dunia maya. Hal itulah yang menjadi tantangan
paling berat saat ini untuk menciptakan generasi milenial dengan semanat Pancasila.

B. Pancasila dan Generasi Milenial

Generasi milenial atau yang sering kita kenal dengan generasi Y yang berumur antara 18-36
tahun, generasi ini tergolong masuk pada usia produktif. Generasi yang akan memainkan
peranan penting dalam kelangsungan kehidupan berbangsa dan bernegara. Keunggulan
generasi ini memiliki kreativitas tinggi, penuh percaya diri serta terkoneksi antara satu
dengan lainnya karena mereka hidup pada dunia digital teknologi. Namun, karena hidup di
era yang seba otomatis, generasi ini cenderung menginginkan sesuatu yang serba instan dan
sangat gampang dipengaruhi. Contohnya pak Nadiem Makarim dengan mengembangkan
aplikasi gojek yang dapat menyediakan jasa pengantar makanan hingga jasa keperluan rumah
tangga.
Dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia, peran pemuda sangat signifikan dalam
mengawal peristiwa penting yang terjadi di Indonesia. Pemuda diharapkan mampu
menegakkan sendi kehidupan bangsa ini. Kecerdasan pemuda selalu dinanti untuk
membangun peradaban serta sikap kritis dan kepekaan pemuda dibutuhkan untuk mendirikan
bangunan kebangsaan yang kukuh.

Tuntutan zaman yang telah berubah cepat memberikan efek bagi pembentukan karakter
generasi milenial yang sebenarnya menjadi generasi yang mempunyai peran penting bagi
bangsa ini. Jiwa yang kreatif karena didukung usia yang masih sangat produktif, mempunya
pemikiran kritis dan cakap dalam memberikan tanggapan pada setiap perkembangan bangsa.
Akan tetapi karena teknologi yang semakin canggih, media informasi online yang dirasa
lebih dekat dengan kehidupan generasi milenial ini dapat menciptakan karakter yang
individualistik, lebih cenderung menghabiskan waktu untuk menggeluti dunia online melalui
internet.

Salah satu kelemahan dari kemajuan teknologi yang dekat dengan kehidupan milenial ini
akan menghilangkan rasa kepedulian pada kehidupan berbangsa dan bernegara. Kehangatan
bermasyarakat hampir sulit didapatkan karena dengan teknologi yang berkembang saat ini
dianggap telah dapat mengganti peran orang lain sebagai teman interaksinya. Orang lebih
terkesan sibuk untuk mencari posisi masing-masing dan lebih senang dengan memenuhi
kebutuhan individu. Namun keadaan yang demikian memang tidak dapat dihindarkan lagi.
Pengaruh globalisasi yang semakin cepat menuntut kita untuk menyesuaikan. Kemudahan
yang dijanjikan dari kecanggihan teknologi terkadang juga menuntut manusia untuk menjadi
orang yang bersifat hedonistik.

Salah satu cara dalam menanamkan jiwa Pancasila pada generasi muda atau milenial ini
dengan mengikut sertakan mereka dalam menerapkan dan menyebarkan nilai-nilai Pancasila
melalui media sosial. Misalnya, membuat konten-konten sederhana yang mempunyai nilai
positif yang dapat mencerahkan para pengguna lainnya. Generasi muda harus mulai
membiasakan diri menjalankan pikiran dan memainkan jemarinya untuk berkreasi agar
menghasilkan karya yang kreatif dan menarik dengan memasukkan nilai Pancasila. Banyak
pula kegiatan positif yang dilakukan dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi misalnya
membantu dalam kegiatan bagi kemanusiaan seperti penggalangan dana untuk korban
bencana, bakti sosial atau pembangunan tempat ibadah. Cara yang demikian ini sangat efektif
dalam menanamkan nilai Pancasila di era milenial seperti saat ini. Jiwa mudah lebih
cenderung mudah terpengaruh jika memang hal itu dapat menjadi viral (terkenal) di internet.

C. Penerapan Pancasila Dalam Pribadi

Pemahaman terhadap nilai yang terkandung dalam Pancasila tidak begitu saja dapat diterima
atau dimengerti oleh manusia namun terkadang membutuhkan proses perenungan yang
panjang. Maka dari itu perlu adanya usaha untuk mewujudkan apa yang menjadi cita-cita
bersama itu. Manusia memiliki keinginan untuk mendapatkan kehidupan yang terbaik bagi
dirinya, dan idealnya kita harus melakukan kebaikan untuk kehidupan yang lebih luas.
Pancasila sebuah rumusan yang sangat pas yang dapat dijadikan landasan berpikir, bertindak
sehingga kita tidak pernah dibutakan arah menjalani kehidupan.
Sila Ketuhanan yang maha esa dijadikan landasan keyakinan. Keyakinan manusia terhadap
keberadaan Tuhan masing-masing berbeda tergantung sinkronisasi pikiran dan hati.
Keyakinan ini berfungsi menuntun manusia dalam menjalani kehidupan serta menjadi rem
bagi manusia jika ingin melakukan hal keburukan. Keyakinan juga membuat manusia
mempunyai sikap religius sebagai bentuk penguat dalam jiwanya ketika menghadapi setiap
ujian hidup.
Sila kemanusiaan yang adil dan beradab dijadikan pedoman berperilaku. Sebagai manusia
yang secara kodrati tidak dapat hidup sendiri karena membutuhkan bantuan dari manusia
lainnya. Untuk dapat menjadi manusia yang adil dan beradab kita harus mampu
memberlakukan orang lain seperti ap akita ingin diberlakukan orang lain.Sila persatuan
Indonesia dijadikan kekuatan bernegara. Negara Indonesia yang terdiri dari beribu pulau serta
berjuta keanekaragaman harus dikelola berdasarkan prinsip persatuan dan kesatuan. Tanpa
adanya prinsip itu potensi perpecahan akan terjadi dan berdampak pada disintegrasi bangsa
Sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan digunakan sistem mengelola negara. Masyarakat selalu menginginkan negara ini
hadir di dalam kehidupannya. Bentuk tanggung jawab dari negara yakni memberikan hak
pada rakyatnya serta menjamin terpenuhinya kebutuhan mereka. Sehingga dalam
mewujudkan pengelolaan negara yang penuh hikmah maka harus dipilih seorang pemimpin
yang memiliki kebijaksanaan.
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia dijadilan tujuan hidup bernegara. Pada akhirnya
tujuan yang paling idiil dari terbentuknya sebuah negara adalah mencapai kesejahteraan
bangsa yang dijalankan pada prinsip keadilan. Kesejahteraan itu harus diciptakan dan dapat
dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat. Walaupun hal itu secara fakta sangat sulit
dilakukan atau menjadi sesuatu hal yang mustahil setidaknya memberikan semangat bagi kita
untuk selalu berupaya mewujudkan kesejahteraan.

BAB V PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA


A. Ideologi di beberapa negara

1. Kapitalisme
Kapitalisme pada awalnya merupakan sistem ekonomi yang dibangun untuk memperoleh
keuntungan sebesar-besarnya melalui pengendalian sektor perdagangan, industri dan alat-
alat produksi oleh pihak swasta dengan menggunakan kekuatan negara. Peran pemerintah
disini tidak secara langsung mengintervensi pasar untuk tujuan memperoleh keuntungan
bersama, akan tetapi intervensi yang dilakukan pemerintah dilakukan hanya untuk
keperntingan pribadi atau kepentingan beberapa golongan semata
Namun terjadi kesalahpahaman dalam mengartikan kapitalisme yakni kapitalisme
diartikan sebagai dukungan secara penuh pada perusahaan-perusahaan besar yang
sifatnya eksploitatif, korporasi besar yang berlaku memberikan dampak buruk bagi yang
lemah. Istilah miring tentang kapitalisme yang lain adalah, bahwa kapitalisme identik
dengan kekuatan yang berkroni dengan negara untuk melakukan suatu kegiatan ekonomi
yang merugikan masyarakat banyak untuk mendapatkan keuntungan bagi golongan
tertentu.
2. Marxisme leninisme
Pada hakikatnya negara Marxis-Leninis tidak ingin membangun sosialisme melainkan
kapitalisme negara. Salah satu alasan yang menguatkan bahwa Marxisme merupakan
sistem pemikiran yang amat kaya karena Marxisme memadukan tiga tradisi intelektual
yang telah sangat berkembang saat itu, yaitu filsafat Jerman, teori politik Prancis, dan
ilmu ekonomi Inggris
Tujuan utama yang hendak dicapai dari Marxisme–Leninisme adalah pengembangan
suatu negara ke dalam apa yang dianggap sebagai negara sosialis melalui kepemimpinan
pelopor yang bersifat revolusioner terdiri dari revolusioner “profesional”, yang
merupakan bentuk perwakilan dari kelompok-kelompok kecil kelas pekerja yang
mempunyai kesadaran untuk menuju arah sosialis sebagai akibat dari adanya dialektika
perjuangan pada masing-masing kelas.
3. Komunisme
Ketika sebuah negara menganut paham komunisme, konsekuensi yang terjadi yakni
seluruh aset yang ada dalam negara tersebut, seperti tanah, Gedung perusahaan,
infrastruktur lain tidak dapat dimiliki secara pribadi, semuanya akan menjadi barang
milik negara dan segala keuntungan serta kerugian akan dibagi rata pada rakyatnya.
Dalam ideologi komunisme, rakyat harus diatur dan dibentuk secara diktator agar
masyarakat berjalan sedemikian rupa dengan ideologiideologi yang bersifat doktriner
dan deskatologis walaupun terkadang harus mengesampingkan nilai dari ajaran- ajaran
agama atau ketuhanan.
4. Liberalisme
Adapun nilai-nilai pokok yang bersumber dari tiga nilai dasar liberalism antara lain :
- Kesempatan yang sama
- Pengakuan terhadap hak
- Pemerntahan berjalan sesuai kehendak rakyat
- Berjalannya fungsi hukum
5. Sosialisme
Walaupun masih terdapat banyak kekurangan pada hakikatnya sosialisme mempunyai
tujuannya yang baik yaitu pemerataan kesejahteraan, rasa solidaritas dan rasa
kebersamaan dalam gotong royong yang sangat tinggi antar rakyat. Adanya pemerataan
sosial yang ingin dicaapai untuk mewujudkan keadaan yang seimbang
antara kaum elit dan kaum proletar, sehingga kesenjangan tidak terjadi. Dalam
menyelesaikan segala permasalahan masyarakat dijalankan dengan cara demokratis dan
musyawarah.
6. Libertarianisme
Alternatif yang ditawarkan dari paham libertarianisme bahwa negara harus menjamin
kehidupan yang damai. Masyarakat harus berfikir kreatif sehingga setiap orang mampu
untuk hidup produktif, di mana pun dan kapanpun.
7. Utilitarianisme
Utilitarianisme sebagai sebuah ideologi yang memberikan pemahaman bahwa segala
tindakan dalam menjalankan kebijakan harus dapat dipertanggungjawabkan dan diukur
berdasarkan kemanfaatan serta efektifitas berlakunya pada masyarakat.
8. Fasisme
Fasisme merupakan paham berdasarkan prinsip kepemimpinan dengan sistem otoritas
yang mutlak/absolut di mana perintah pemimpin harus dilaksanakan dan dipatuhi oleh
rakyat tanpa adanya pengecualian.
9. Nasionalisme
Nasionalisme adalah suatu paham yang ingin menciptakan dan mempertahankan
kedaulatan sebuah negara dengan mewujudkan sebuah konsep identitas bersama untuk
sekelompok manusia yang mempunyai tujuan atau cita-cita yang sama dalam
mewujudkan kepentingan nasional.

B. Pancasila sebagai ideologi bangsa

Sebagai ideologi, Pancasila bukan hanya sekedar untuk dipahami, melainkan juga untuk
dihayati secara batiniah dan diamalkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Pancasila sebagai ideologi bangsa harus diuji dengan rubrik tersendiri. Rubrik
yang pertama sebagai sebuah ideologi, Pancasila harus memberikan pandangan serta dapat
mengarahkan manusia-manusia pada sebuah negara untuk meyakini serta menjalankan pola
yang telah ditentukan.
Ideologi sebuah negara harus dapat menjamin terwujudnya cita-cita atau tujuan bernegara.
Sedangkan tujuan negara Indonesia untuk mewujudkan kesejahteraan secara umum dan
melindungi segenap bangsa harus terakomodasi melalui Pancasila dengan cara
mengaplikasikan nilai pada setiap kebijakan yang diambil. Melalui cara ini senantiasa apa
yang diinginkan bangsa ini dapat terwujud. Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan
Ideologi Pengembangan sebagai ideologi yang memiliki dimensi realitas, idealitas dan
fleksibilitas menghendaki adanya dialog yang tiada henti dengan tantangan – tantangan masa
kini dan masa depan dengan tetap mengacu kepada pencapaian tujuan nasional dan cita-cita
nasional Indonesia.

C. Pancasila dalam pandangan politik

Berbicara tentang Pancasila dalam konteks sebuah sistem politik bangsa ini, terdapat
hubungan yang sangat erat dengan nilai demokrasi yang menjadi elemen terpenting
mewujudkan negara kesejahteraan. Sebagai sebuah jawaban yang sangat nyata bagi segala
persoalan yang sedang didera baik masa sekarang ataupun masa mendatang.
Sebagai salah satu fungsi dari politik untuk mengatur kekuasaan yang sejatinya telah lahir
dan berkembang di dalam masyarakat karena menjadi sebuah kebutuhan alamiah sehingga
kepentingan yang ada di dalam masyarakat dapat terorganisasi secara baik dan ideal.
Kebutuhan untuk mempertahankan keadaan masyarakat yang damai
tercukupi segala kebutuhannya identik dengan pengelolaan yang baik Kekuatan dari ideologi
politik sangat berpengaruh dan kita selaku masyarakat yang harus peduli terhadap
perkembangan dunia politik Indonesia membentuk budaya berpolitik yang bernafaskan
Pancasila. Politik mendekatkan kita pada konsep ketuhanan yang selalu memperhatikan
kepentingan manusia secara umum yang dihadapkan dengan lingkungannya.

BAB VI MEMBANGUN NEGARA PANCASILA

A. Negara Indonesia sebagai negara kesatuan


Kita mengenal dua bentuk negara yakni negara kesatuan dan negara federal atau negara
serikat. Negara kesatuan adalah negara yang mempunyai kedaulatan secara penuh yang
diselenggarakan sebagai satu kesatuan tunggal, di mana pemerintah pusat adalah yang
memiliki perintah tertinggi dengan satuan-satuan di bawahnya sebagai subnasionalnya dan
hanya menjalankan kekuasaan-kekuasaan yang dipilih oleh pemerintah pusat untuk
pendelegasian kewenangan. Negara mempunyai beberapa keunggulan antara lain memiliki
satu komando kepemimpinan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Keunggulan
yang lain semua urusan baik urusan pusat dan urusan daerah dikelola melalui satu pintu
sebagai urusan nasional, dengan harapan pemerataan kesejahteraan dalam skala nasional
dapat tercapai
Jika kita ingin bersungguh-sungguh membangun negara kesatuan yang ideal bagi bangs aini,
kita harus merumuskan prinsip dalam membangun negara kesatuan, sebagai berikut :
1. Prinsip kepercayaan masyarakat
Masyarakat merupakan salah satu faktor terpenting dalam membentuk suatu negara.
Negara akan berkembang cepat jika mempunyai daya dukung dari masyarakatnya.
2. Prinsip good governance
Tata kelola pemerintahan yang baik yaitu yang bebas dari korupsi, terlaksananya
kebijakan secara baik, pemimpin yang bijaksana, pembangunan yang berkelanjutan
dan dapat menciptakan kesejahteraan daerah dan nasional.
3. Prinsip good electoral system
Pemimpin harus dipilih oleh rakyat dengan sistem pemilihan umum yang harus dapat
memberikan refleksi keinginan dari rakyat. Sistem pemilihan umum yang baik harus
dapat menghilangkan adanya money politik, manipulasi data pemilihan umum dan
menciptakan keadilan serta keamanan masyarakat.
4. Prinsip unity in diversity
Perbedaan yang ada karena wilayah yang terpisah atau banyaknya suku, budaya dan
etnis namun dapat dikemas dalam prinsip kesatuan. Sebenarnya konsep negara
kesatuan ini tidak dapat tercipta tanpa adanya dukungan dari rakyata, dukungan itu
terwujud dari pribadi masing-masing yang dapat menurunkan egoisme
kepentingannya. Cara meleburkan perbedaan agar tidak menimbulkan konflik
perpecahan dengan cara terpenuhinya hak pada golongan tertentu.

B. Konsep bhineka tunggal ika dalam negara Indonesia

Indonesia dengan keragaman budaya karena mempunyai ribuan suku dan puluhan ribu pulau
yang berada di dalamnya. Hal ini menjadikan kita memiliki perbedaanperbedaan yang telah
tumbuh secara alamiah di negara ini. Segala perbedaan yang ada tidak harus menjadi
kelemahan karena terbukti bangsa ini telah bertahan selama lebih dari tujuhpuluh empat
tahun setelah kemerdekaan. Hal ini membuktikan bahwa semangat persatuan di atas
perbedaan ini telah teruji dan dapat menjadi kekuatan dalam mempertahankan bangsa ini.
Mewujudkan negara yang maju dengan semangat bhineka tunggal ika seharusnya dapat
dilakukan melalui beberapa cara, yakni:
1. menumbuhkan rasa saling menghargai di antara masyarakat dengan berbagai perbedaan
suku dan budaya;
2. menjalankan fungsi politik secara efektif untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat
luas;
3. mengelola kekayaan daerah untukmemenuhi kebutuhan otonomi danmenunjang ekonomi
nasional; 4. menjunjung tinggi semangat kebersamaan untuk melawan issue perpecahan dan
ideologi yang merusak karakter bangsa

C. Membangun negara berdasarkan prinsip Pancasila


Negara harus dikelola dengan baik agar dapat berdiri dengan baik dan berkembang mengikuti
perkembangan zaman. Kita tau bahwa negara Indonesia merupakan negara yang memiliki
karunia berupa lokasi yang sangat strategis dan sumber daya alam yang beraneka ragam.
Namun kekayaan yang kita miliki terkadang membuat kita terlena dan lupa jika kita tidak
memahami dan mempelajari bagaimana cara mengelolanya.
Bagaimana cara kita mendukung pemerintah untuk mewujudkan cita-cita itu yakni dengan
bersikap proaktif dan menaruh kepercayaan yang lebih pada pemerintahan selaku
penyelenggara negara. Sikap proaktif masyarakat dapat tercermin dari kepedulian kita
terhadap perkembangan yang ada baik pembangunan ataupun pemanfaatan sumber daya yang
ada guna kesejahteraan bersama.
Adapun bagaimana cara membangun bangsa Indonesia berdasarkan prinsip Pancasila dapat
diwujudkan melalui:
1. Mewujudkan konsep negara yang berketuhanan dengan tidak mencampuri kebebasan
rakyat untuk meyakini kepercayaan yang dipeluknya;
2. Meningkatkan jiwa saling menghargai atas dasar kesamaan hak asasi manusia yang
dimiliki;
3. Menjaga semangat persatuan dengan menepis issue disintegrasi bangsa;
4. Menciptakan masyarakat yang damai dan saling mendukung dalam mewujudkan
kesejahteraan bersama;
5. Mendukung dalam mewujudkan sistem elektoral yang baik guna memilih pemimpin yang
bekerja untuk rakyat, mengayomi serta berfikir dan bertindak bijaksana;
6. Membuka ruang diskusi antara pemimpin dan rakyat tanpa ada sekat politik yang saling
mementingkan kepentingan tertentu;
7. Menjunjung tinggi keadilan dalam kehidupan sosial dengan berpangku pada norma
kehidupan yang telah disepakati.
BAB III
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN BUKU

Judul Buku Utama : PANDUAN PEMBELAJARAN MATA KULIAH PENDIDIKAN


PANCASILA
Pengarang : Drs. Halking, M.Si., dkk

KELEBIHAN BUKU :

1. Dari aspek tampilan buku;


Dari segi desain cover buku karya Drs. Halking, Msi., dkk. ini cukup
menarik dengan adanya logo Pancasila yang menjadi pacuan dari isi buku
itu sendiri.Tidak hanya itu, pada cover buku ini juga terdapat logo
UNIMED dengan penegasan tulisan UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
yang tertera pada bawah covernya membuat buku ini menjadi suatu
kebanggaan tersendiri bagi mahasiswa dan Kampus UNIMED.
2. Dari segi layout buku ini memiliki struktur serta penempatan kata dan
kalimat yang cukup baik dan tersusun rapi.
3. Dari aspek isi buku, buku ini tergolong buku yang ringkas dan mudah
dimengerti karena terdapat pengertian yang cukup lengkap dan didominasi
oleh pendapat para ahli.
4. Dari aspek tata bahasa, buku ini menggunakan bahasa yang sudah bagus
dengan pemilihan tata bahasa yang baku.

KEKURANGAN BUKU:

1. Dari aspek tampilan buku;


Dari segi desain cover bukunya emang sudah cukup bagus tapi tampak
sangat baku dan kurang kekinian.
2. Dari segi layout buku ini memiliki banyak kesalahan atau kekeliruan dalam
pengentikan kata-katanya.Misalnya pada halaman 8 terdapat kata “yti”
yang seharusnya “yaitu”.Kemudian tidak ditemukannya BAB III dan
Penjabarannya pada Daftar isi,dan masih banyak lagi.
3. Dari aspek isi buku, dalam buku ini sangat sedikit gambar yang disajikan
yang dapat mempermudah kita dalam memahami isi buku.

Buku kedua : Pendidikan Pancasila


Pengarang : Binov Handitya, S.H., M.H.

KELEBIHAN BUKU :

1. Dari aspek tampilan buku;


Dari segi desain cover buku karya Drs. Halking, Msi., dkk. ini terdapat
gambar dan warna yang berhubungan dengan pancasila, judul buku juga
ditulis besar dan jelas.
2. Dari segi layout buku ini memiliki struktur serta penempatan huruf yang
lengkap, tata penulisannya juga rapi
3. Dari aspek isi buku, buku ini tergolong buku yang ringkas dan mudah
dimengerti karena terdapat pengertian yang cukup lengkap
4. Dari aspek tata bahasa, buku ini menggunakan bahasa yang sudah bagus
dengan pemilihan tata bahasa yang baku

KEKURANGAN BUKU :
1. Dari aspek isi buku, dalam buku ini sangat minim bahkan tidak ada gambar
sama sekali yang dapat mempermudah kita dalam belajar. Dan masih ada
istilah yang sulit dimengerti karena tidak ada penjelasannya dalam buku
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Kesimpulan yang kami dapat dari tugas CBR ini adalah bahwa dari kedua buku yang saya
bandingkan mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Kedua buku membahas
materi yang tergolong sama, di buku utama dari bab yang di bahas, mampu menjelaskan
peran seorang kaum muda khususnya mahasiswa sebagaimana yang seharusnya dilakukan
dengan berpedoman pada pancasila sebagai dasar Negara, ideologi Negara, dasar filsafat dan
etika meskipun tergolong ringkas. bedanya dibuku pada buku pembanding yang lebih
condong mengenai sejarah historis Pancasila dan pengemabangan konsep-konsepnya. Namun
pada dasarnya saling berhubungan dan mempunyai tujuan yang sama yaitu tentang
pancasila ,khususnya tentang arti pentingnya dalam berbangsa dan bernegara. Dari sini
tergantung dari pribadi kita masing- masing dalam memilih referensi buku yang pas atau
mana yang baik bagaimana cara agar nilai pancasila kita jadikan iu dapat diperoleh, kita
jadikan pedoman dan menjadi dasar pemikiran kita sebagai kaum muda dalam
mempertahankan pancasila sebagai dasar Negara Indonesia.

B. SARAN

Mengenai materi cbr ini kami merekomendasikan buku pertama karena isi buku tersebut
secara keseluruhan mengarahkan kita (mahasiswa) untuk mempelajari dan mengerti arti
pentingnya pancasila yang di ditujukan proses belajar dalam mata kuliah.

Anda mungkin juga menyukai