PENDAHULUAN
BAB II
(BELUM SELESAI).
1. Pengertian Sejarah
Untuk mendefinisikan “sejarah”, kiranya agak sulit, karena banyak pendekatan
etimologi yang dapat digunakan. Pendekatan tersebut menghasilkan pengertian
yang hampir sama. dilihat dari etimologi atau asal kata, sejarah dalam bahasa Latin
adalah “Historis” dalam bahasa Jerman “Geschichte” yang berasal dari kata
geschehen, berarti “sesuatu yang terjadi”. Istilah “Historie” menyatakan kumpulan
fakta kehidupan dan perkembangan manusia. Di kawasan orang-orang yang
berbahasa Melayu termasuk Indonesia, secara sederhana kata sejarah diartikan
sebagai suatu cerita dari kejadian masa lalu yang dikenal dengan sebutan
legenda, babad, kisah, hikayat, dan sebagainya yang kebenarannya belum tentu
tanpa bukti-bukti sebagai hasil suatu penelitian. Umumnya cerita itu dijadikan
dongeng yang turuntemurun. Di samping itu, sejarah dapat juga diartikan sebagai
suatu pengungkapan dari kejadian-kejadian masa lalu. Ada yang mengartikan
sejarah merupakan penulisan sistematik dari gejala-gejala tertentu yang
mempunyai pengaruh pada suatu bangsa atau kelompok sosial tertentu dengan
penjelasan mengenai sebab-sebab timbulnya gejala itu. Sebagai ilmu sosial, sejarah
meneliti pengalaman manusia dengan usaha mengungkapkan kebenarannya tentang
manusia dan masyarakat. Sejarah itu banyak jenisnya; ada yang berkenaan dengan
pribadi seseorang, keadaan dan kehidupan sosial, budaya, ekonomi, politik,
hukum, dan sebagainya. Jadi, dikatakan “sejarah tata hukum” artinya suatu
pencatatan dari kejadian-kejadian penting mengenai tata hukum masa lalu yang
perlu diketahui, diingat, dan dipahami oleh setiap orang atau suatu bangsa masa
kini.
(BELUM SELESAI).
SISTEM HUKUM
Batas-batas yang jelas antara hukum publik dan hukum privat semakin sulit
ditentukan, hal itu disebebkan faktor-faktor berikut:
a. Terjadinya proses sosialisasi di dalam hukum sebagai akibat dari makin
banyaknya bidang-bidaing kehidupan masyarakat. Hal itu pada dasarnya
memperlihatkan adanya unsur “kepentingan/masyarakat” yang perlu
dilindungi dan dijamin. Misalnya saja bidang hukum perburuhan dan agraria.
b. Makin banyaknya ikut campur negara di dalam bidang kehidupan yang
sebelumnya hanya menyangkut hubungan perorangan. Misalnya saja bidang
perdagangan, bidang perjanjian, dan sebagainya.
BAB IV