PERTEMUAN 2
PERKEMBANGAN MAZHAB-MAZHAB HUKUM
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada pertemuan ini akan dijelaskan hal-hal yang terkait dengan sejarah
perkembangan hukum. Setelah menyelesaikan perkuliahan pada pertemuan ini
mahasiswa mampu memahami secara mendalam tentang perkembangan mazhab-
mazhab hokum.
B. URAIAN MATERI
Sejak awal abad Pertengahan sampai abad ke XII, hukum Inggris dan Hukum
Eropa Kontinental masuk ke dalam bilangan sistem hukum yang sama, yaitu hukum
Jerman. Hukum tersebut bersifat feudal baik substansinya maupun prosedurnya. Satu
abad kemudian setelah ada perubahan situasi. Hukum Romawi yang merupakan
hukum materil dan hukum Kanonik yang merupakan hukum acara telah mengubah
kehidupan di Eropa Kontinental. Adapun di Inggris terlepas dari pengaruh tersebut. Di
negeri itu masih berlaku rakyat Inggris. Saat dikotomi itu terjadi dapat ditentukan
secara tepat, yaitu pada masa pemerintahan Raja Henry II.26
26
Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum. (Jakarta : Kencana Prenada Media Group,2011). Hlm 223
27
Ibid.
dengan ROMAN CIVIL CODE . Dilanjutkan pada abad ke 18 (1805) pada saat
terjadi Revolusi Perancis dengan dibentuk suatu kodifikasi hukum yang disebut
dengan CODE CIVIL DES FRANCAIS/CIVIL CODE NAPOLEON dan B.W
(BURGELIJK WETBOOK) . Penerapan sistem hukum tersebut di Perancis
dianggap berhasil di Eropa dan pada akhirnya diikuti oleh beberapa negara di
Eropa daratan diantaranya Jerman dan Belanda. Yang pada akhirnya pada saat
Belanda menjajah Indonesia sistem hukum tersebut dibawa dan diterapkan di
Indonesia.28
Dalam sistem hukum yang disebut mazhab continental, hukum ditanggapi
sebagai terjalin dengan prinsip-prinsip keadilan: hukum adalah undang-undang
yang adil. Pengertian hukum ini serasi dengan ajaran filsafat tradisional, di mana
pengertian hukum yang hakiki berkaitan dengan arti hukum sebagai keadilan.
Hukum ialah ius atau recht. Bila suatu hukum yang konkrit, yakni undang-undang
bertentangan dengan prinsip-prinsip keadilan, maka hukum itu sudah tidak
bersifat normatif lagi, dan sebenarnya tidak dapat disebut hukum lagi. Undang-
undang hanya hukum bila adil. Dengan kata teknis : adil merupakan unsur
konstitutif segala pengertian tentang hukum.29
Hukum Romawi yang merupakan sumber dari sistem civil law telah
menempuh sejarah yang panjang untuk sampai kepada tingkat perkembangan
yang tinggi. Semua itu bermula dari penemuan Corpus Iuris Civilis. Kodifikasi itu
merupakan puncak pemikiran hukum Romawi yang sudah ratusan tahun.
Sebenarnya kodifikasi tersebut merupakan suatu kompilasi kasus-kasus yang
diselesaikan di Romawi bagian barat. Corpus Iuris Civilis tidak diundangkan di
kekaisaran Romawi Barat. Orang-orang Romawi dengan kejeniusannya dalam
membangun institusi dan akal sehatnya yang praktis dapat menghasilkan
penyelesaian yang memuaskan atas masalah-masalah hukum yang dihadapkan
kepada mereka. Penyelesaian itu diselesaikan dengan merujuk kepada hukum
yang diberlakukan oleh kekaisaran itu. Hukum tersebut merupakan pencerminan
perkembangan politik, ekonomi, dan kehidupan sosial yang tinggi sehingga dapat
memenuhi kebutuhan masyarakat yang maju secara ekonomi dan budaya.30
28
C.S.T. Kansil, Et.Al. Pengantar Ilmu Hukum, (Bandung: Alumni, 2005). Hlm….
29
Theo Huijbers, Filsafat Hukum. (Jogjakarta: Pustaka Kanisius, 1995). Hlm 71
30
Op.Cit. Peter Mahmud Marzuki Hlm 224
Prinsip utama yang menjadi dasar sistem hukum Eropa Kontinental ialah
“hukum memperoleh kekuatan mengikat, karena diwujudkan dalam peraturan-
peraturan yang berbentuk perundang-undangan dan trersusun secara sistematik
di dalam kodifikasi atau kompilasi tertentu”. Prinsip dasar ini dianut mengingat
bahwa nilai utama yang merupakan tujuan hukum adalah kepastian hukum.
Kepastian hukum hanya dapat diwujudkan kalau tindakan-tindakan hukum
manusia dalam pergaulan hidup diatur dengan peraturan-peraturan hukum yang
tertilis. Dengan tujuan hukum itu dan berdasarkan sistem hukum yang dianut,
hakim tidak dapat leluasa menciptakan hukum yang mempunyai kekuatan
mengikat umum. Hakim hanya berfungsi menetapkan dan menafsirkan peraturan-
peraturan dalam batas-batas wewenangnya. Putusan seorang hakim dalam suatu
perkara hanya mengikat para pihak yang berperkara saja (doktrins Res
Ajudicata).31
Ciri-ciri secara umum mazhab hukum Eropa Kontinental :
a. Hukum secara khusus senantiasa dirumuskan dalam bentuk undang-undang
dan dibuat oleh pembuat undang-undang untuk mengatur ketertiban umum
dan masyarakat. Di luar itu tidak lagi hukum yang dapat dijadikan hukum.
b. Hukum secara khusus selalu tersusun dalam satu buku undang-undang
(kodifikasi) untuk menjamin adanya kepastian hukum.
c. Para aparatur penegak hukum dimulai proses penyelidikan ataupu penyidikan
(kepolisian), penuntutan (kejaksaan), peradilan (hakim) termasuk pembelaan
(advokat) adalah corong dari undang-undang dalam rangka menciptakan
keadilan hukum (ligel justice).
31
R. Abdoel Djamali. Pengantar Hukum Indonesia. Edisi Revisi. (Jakarta : Rajawali Press, 1993). Hlm 69
secara turun temurun yang akhirnya di jadikan hukum yang berlaku wilayah
Britania Raya. Inggris pada masa kolonial memiliki wilayah jajahan yang sangat
luas terutama di wilayah Amerika dan Asia. Karena itu hukum Anglo Saxon /
American dibawa dan diberlakukan oleh Inggris di negara-negara jajahannya
yang saat ini tergabung dalam negara-negara persemakmuran
(commonwealth).32 Hukum Anglo Saxon adalah hukum yang dikembangkan di
Inggris yang didasarkan atas hukum asli rakyat Inggris yang disebut Common
Law. Common Law dianut oleh suku-suku Anglika dan Saksa yang mendiami
sebagian besar Inggris sehingga disebut juga dengan Anglo-Saxon. Suku Scott
yang mendiami Skotlandia tidak menganut sistem hukum itu. Meskipun berada di
tanah Inggris mereka menganut sistem civil law.33
Sistem hukum Anglo-saxon mengutamakan “the rule of law”. “The rule of
law” harus ditaati, bahkan juga bila tidak adil. Sikap ini serasi dengan ajaran
aliran-aliran filsafat empiris. Menurut filsafat itu hukum, entah tertulis atau tidak
tertulis, adalah peraturan-peraturan yang diciptakan oleh suatu bangsa selama
sejarahnya, dan yang telah bermuara pada suatu perundang-undangan tertentu
dan suatu praktek pengadilan tertentu. Hukum adalah undang-undang (lex/wet).
Adil tidak merupakan unsure konstitutif pengertian hukum.34 Bahwa adil tidak
termasuk pengertian hakiki suatu tata hukum tidak berarti suatu bentuk tata
hukum dapat dibentuk begitu saja. Memang jelas bahwa suatu tata hukum harus
dibentuk dengan tujuan keadilan. Oleh sebab itu diterima juga, bahwa
pembentukan suatu tata hukum berpedoman pada prinsip-prinsip umum tertentu,
yakni prinsip-prinsip yang menyangkut kepentingan suatu bangsa. Prinsip-prinsip
yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut diambil dari keyakinan-keyakinan
yang hidup dalam masyarakat tentang suatu kehidupan yang adil dan baik.35
Pokok-pokok pendekatan kaum realism Amerika menurut Karl Lewellyn
yang dikutip oleh R.W.M. Dias dalam bukunya “Jurisprudence”. Adalah sebagai
berikut :36
32
Op.Cit. C.S.T. Kansil.
33
Op.Cit. Peter Mahmud Marzuki.
34
Op.Cit. Theo Huijbers,. Hlm 68
35
Ibid. Theo Huijbers. Hlm 69
36
Darji Darmodihardjo dan Sidharta. Pokok-Pokok Filsafat Hukum. Apa dan Bagaimana Filsafat Hukum Indonesia. (Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 2006). Hlm 136
perkara yang sejenis sebelumnya (preseden). Dalam hal ini tidak ada putusan
hakim lain dari perkara atau putusan hakim yang telah ada sebelumnya.37
Ciri-ciri secara umum mazhab hukum Eropa Kontinental :
a. Hukum tidak secara khusus senantiasa dirumuskan dalam bentuk undang-
undang dan dibuat oleh pembuat undang-undang untuk mengatur ketertiban
umum dan masyarakat. Karena di luar hukum terdapat ketentuan-ketentuan
lain yang dapat dijadikan dijadikan hukum.
b. Hukum tidak selalu secara khusus dibuat tersusun dalam satu buku undang-
undang (kodifikasi) untuk menjamin adanya kepastian hukum, karena di luar
itu terdapat ketentuan lain yang dapat dijadikan sumber hukum dalam
penegakan hukum.
c. Para aparatur penegak hukum dimulai proses penyelidikan ataupu
penyidikan (kepolisian), penuntutan (kejaksaan), peradilan (hakim) termasuk
pembelaan (advokat) adalah bukan corong dari undang-undang dalam
rangka menciptakan keadilan hukum (legal justice), karena tujuan hukum
bukan hanya keadilan hukum (legal justice) tetapi juga keadilan masyarakat
(social justice).
37
Op.Cit. R. Abdul Djamali. Hlm 71
38
Op.Cit. Darji Darmodihardjo dan Sidarta. Hlm 143.
39
Op.Cit. Peter Mahmud Marzuki. Hlm 224
40
W. Friedmann. Teori dan Filsafat Hukum. Hukum dan Masalah-masalah Kontemporer. (Jakarta : Raja Grafindo Persada,
1994). Hlm 161.
41
Ibid.
42
Satjipto Rahardjo. Ilmu Hukum. (Bandung : Citra Aditya Bhakti, 2014). Hlm 246
43
Ibid.
sini (aliran legisme hukum) hakim hanya merupakan subsumtie authomat dan
pemutus perkara hanya didasarkan kepada undang-undang saja. Karena aliran
tersebut dianggap suatu usaha yang baik sekali dengan menghasilkan kesatuan
dan kepastian hukum, maka banyak negeri yang mengikuti jejak Perancis seperti
Belanda, Belgia, Swiss. Dengan tokok-tokohnya yaitu : Friederich (Jerman) dan
van Swinderen (Belanda).44
44
Op.Cit. R. Soeroso. Hlm 255
45
Ibid
46
Op.Cit. R. Soeroso. Hlm 88
47
Ibid.
D. DAFTAR PUSTAKA
Darji Darmodihardjo dan Sidarta, Pokok-Pokok Filsafat Hukum, Apa dan Bagaimana
Filsafat Hukum Indonesia. (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2006).
R. Abdoel Djamali. Pengantar Hukum Indonesia. Edisi Revisi. (Jakarta : Rajawali
Press, 1993).
R. Soeroso. Pengantar Ilmu Hukum. (Jakarta : Sinar Grafika, 2009).
Satjipto Rahardjo. Ilmu Hukum. (Bandung : Citra Aditya Bhakti, 2014).
Theo Huijbers, Filsafat Hukum. (Jogjakarta: Pustaka Kanisius, 1995).
W. Friedmann. Teori dan Filsafat Hukum. Hukum dan Masalah-masalah Kontemporer.
(Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1994).