Anda di halaman 1dari 6

ARTIKEL

EPISTIMOLOGI KEWARGANEGARAAN RULE OF LAW

MOHAMMAD AKHSANU DHONNI (5040222130)


NAYLA RATIH MAHESWARI (5040222138)
REZA MUTAWAKKIL ALALLOH (5040222140)

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada dasarnya, doktrin rule of law adalah konsep negara hukum yang
berarti hukum memegang kedudukan tertinggi dalam penyelenggaraan suatu
negara hukum . Sebagai negara yang berdasarkan hukum (rechstaat) dan
bukan berdasarkan kekuasaan (machstaat), Indonesia juga menerapkan konsep
Rule of Law sebagaimana tercantum dalam pasal 1 ayat (3), Pasal 27 ayat (1),
dan Pasal 28D avat (1) UUD 1945. Rule of Law juga menyangkut
perlindungan atas hak-hak mendasar (fundamental) dan pentingnya toleransi.
Toleransi yang dimaksud adalah menyangkut orang asing, kaum minoritas dan
orientasi seksual yang berbeda. Dalam hal ini, memberikan perlindungan dan
toleransi kepada kelompok tersebut dapat meningkatkan kesempatan berbisnis
mereka di Indonesia.

B. Rumusan Masalah
1) Bagaimana hakikat dan sejarah negara hukum?
2) Siapa yang mempunyai kewenangan atas penegakan konstitusi di
indonesia?
3) Seberapa penting keberadaan hukum dalam suatu masyarakat atau
negara?

II. PEMBAHASAN
A. Sejarah dan Hakekat Negara Hukum
Setelah kita memahami alur dari negara hukum, maka selanjutnya kita
perlu memahami sejarah dari munculnya negera hukum dan apa hakekat dari
negara hukum. Namun sebelumnya harus kita ketahui terlebih dahulu bahwa
istilah negara hukum di Indonesia merupakan terjemahan dari rechsstaat dan
the rule of law, " atau etat de droit . Lebih detailnya bisa kita lihat pendapat
dari Michel Rosenfel , yang menjelaskan " di Jerman rechtsstaat, di Perancis
etat de droit, dan konsepsi di Inggris dan Amerika yang sesuai pada dasarnya
semua mendukung konsep the rule of law ".
Jauh sebelum Revolusi Inggris pada tahun 1688, telah muncul
pemikiran tentang negara hukum. Namun pada Abad XVII muncul kembali
dan mulai populer pada Abad XIX. Munculnya pemikiran negara hukum ini
dilatarbelakangi oleh gerakan yang merupakan reaksi terhadap kesewenangan
wenangan di masa lampau. Untuk pertama kalinya cita negara hukum
dipaparkan oleh Plato, yang selanjutnya dipertegas oleh Aristoteles. Kemudian
sebagai akibat dari situasi politik di Eropa yang didominasi oleh absolutism,
maka ide negara hukum populer kembali pada abad XVII.

Plato merupakan orang yang secara embrionik memunculkan ide


negara hokum. Dia mengungkapkannya saat mengintroduksi konsep nomoi,
sebagai karya tulis ketiga yang dibuat di usia tuanya. Gagasan dari Plato ini
mendapat dukungan dalam Politica buku karya Aristoteles. Menurut
Aristoteles, pengertian negara hukum ini dia hubungkan dengan arti dan
perumusan yang masih melekat kepada "Polis". Segala urusan negara dalam
konsep "polis" selalu dilakukan dengan musyawarah (ecclesia), dengan
gambaran bahwa seluruh warga negara ikut andil dan ambil bagian dalam
urusan penyelenggaraan negara.

Yang dikatakan sebagai negara hukum pada masa itu adalah "negara
yang berdiri di atas hukum yang menjamin keadilan kepada warga negaranya".
Keadilan merupakan syarat mutlak guna terwujudnya kebahagiaan hidup bagi
warga negaranya, Selanjutnya sebagai dasar dari pada keadilan maka perlu
diajarkan rasa susila kepada setiap manusia supaya dia menjadi warga negara
yang baik. Tentunya ini juga dimaknai bahwa peraturan hukum yang
sebenarnya hanyalah ada ketika peraturan hukum tersebut bias mencerminkan
keadilan bagi pergaulan hidup antar warga negaranya.

Dalam sejarah perkembangnya, konsep negara hukum mengalami


perumusan yang berbeda-beda. Ini dikarenakan bahwa konsepsi atau
pemikiran manusia adalah anak zaman yang lahir, tumbuh dan berkembang
sesuai dengan situasi kesejarahan serta berbagai macam pengaruhnya. Begitu
juga yang berlaku dalam konsepsi dan pemikiran tentang negara hokum yang
tentunya juga lahir dan berkembang sesuai dengan situasi kesejarahannya .
Oleh karenanya , walaupun konsep negara hukum telah dianggap sebagai
konsep yang universal , namun dalam tataran implementasinya dalam
kenyataanya mempunyai karakteristik yang beragam . Hal ini disebabkan oleh
berbagai pengaruh situasi kesejarahan yang ada , di samping itu juga pengaruh
falsafah suatu bangsa , ideologi suatu negara , dan lain - lain .

Secara historis , jejak awal dari konsep negara hukum modern bias kita
temukan di Yunani kuno pada akhir abad ketujuh dan awal abad keenam SM .
Pada periode itu " hukum Yunani " bersifat dalam bentuk tertulis dan dapat
diakses publik . Yang paling penting , mereka tidak lagi tunduk pada
interpretasi yang sewenang - wenang oleh kelas atau elite yang memiliki hak
istimewa . Setelah hukum ditulis , maka warga Yunani menempatkan
hambatan yang signifikan dengan melakukan cara amandemen pada hukum
mereka di satu sisi , dan di sisi lain pengadilan Yunani terikat untuk
menerapkan hukum tersebut , bahkan dalam menghadapi pertimbangan yang
adil yang berlawanan.

Elemen yang lebih konkret dari ketentuan hukum Yunani kuno


tersebut dapat ditemukan dalam deskripsi Pericles tentang negara bagian
Athena akhir . Dia menyatakan bahwa " Sehubungan dengan hukum , semua
pria sejajar sejauh menyangkut perselisihan pribadi mereka . Orang Yunani
setidaknya menyatakan bahwa pemberlakuan hukum yang ditujukan terhadap
individu tertentu dilarang.

Tren Negara hukum yang serupa juga bias kita lihat dalam hukum
Romawi , di mana keumuman hukum tercermin dalam The Laws of the
Twelve Tables ( Tabel IX ) . Di dalamnya ditetapkan bahwa " Tidak ada hak
istimewa , atau undang - undang yang akan diberlakukan demi kepentingan
pribadi , untuk melukai orang lain yang bertentangan pada hukum yang umum
bagi semua warga negara , dan yang semua individu , tidak peduli peringkat
apa , memiliki hak untuk memanfaatkannya”.

Hampir semua negara menyebut dirinya negara hukum , sehingga


adalah tidak populer lagi mengaku negaranya sebagai negara totaliter atau
negara kekuasaan ,sekalipun bentuk negara itu adalah monarki , negara itu
adalah monarki konstitutional , misalnya Britania Raya , negara Belanda .
Itulah sejarah dari munculnya konsep negara hukum . Selanjutnya kita akan
membahas konsep dari negara hukum itu sendiri . Sebagaimana kita telah
bahas di atas , bahwa negara hukum berasal dari rechtstaats dan rule of law .
Meskipun diterjemahkan secara satu makna , namun diantara keduanya ada
perbedaan . Hal ini dikarenakan paham rechtstaats pada dasarnya bertumpu
pada sistem hukum Eropa Kontinental yang mulai populer pada abad ke XVII
sebagai akibat dari situasi sosial politik Eropa yang didomnasi oleh
absolutisme raja , dan dikembangkan oleh ahli - ahli hukum Eropa Barat
Kontinental seperti Immanuel Kant ( 1724-1804 ) dan Friedrich Julius Stahl.
Sedangkan paham the rule of law mulai dikenal setelah Albert Venn Dicey
pada tahun 1885 menerbitkan bukunya" Introduction to Study of The Law of
The Constitution", yang bertumpu pada sistem hukum Anglo Saxon atau
Common Law System.

Namun pada dasarnya kedua konsep negara hukum tersebut secara


filosofis merujuk pada apa yang dikemukakan oleh Aristoteles, bahwa konsep
negara hukum adalah pemerintahan mandiri dalam kesetaraan politik, pejabat
pemerintah yang tunduk pada hukum, dan identifikasi hukum dengan
arugumentatif, menjabat sebagai perlindungan terhadap potensi
penyalahgunaan bersumber pada kekuatan memerintah .
Dalam perkembangannya pada masa modern lahirlah konsep Negara Hukum
dengan istilah " rechtsstaat " dan " The Rule of Law " . lalu apa sebenarnya
konsep Julius Stahl dalam Negara Hukum dengan istilah rechtsstaatnya . Stahl
menjelaskan , bahwa istilah “ rechtsstaat ‘' itu mencakup empat elemen
penting , yaitu :
1. Perlindungan hak asasi manusia .
2. Pembagian kekuasaan .
3. Pemerintahan berdasarkan undang undang .
4. Peradilan tata usaha negara .

B.Siapa Yang Mempunyai Kewenangan atas Penegakan Konstitusi di Indonesia?


Dalam sistem hukum ketatanegaraan di Negara kita Indonesia ,
lembaga negara yang berhak dan berwenang menguji konstitusionalitas suatu
undang - undang terhadap Undang undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 adalah Mahkamah Konstitusi . Pengujian konstitusionalitas
undang terkait nilai undang tersebut pengujian merupakan konstitusionalitas
undang - undang terhadap UUD NRI 1945 , baik dari sisi formal maupun dari
sisi material . Uji material tersebut merupakan pengujian undang - undang
yang berkenaan dengan " materi muatan " , baik dalam ayat , pasal , dan atau
bagian undang-undang yang diduga bertentangan dengan UUD NRI 1945.
Warga negara, baik secara personal maupun kelompok mempunyai hak
untuk mengajukan pengujian konstitusionalitas suatu undang-undang yang
dianggap bertentangan dengan UUD NRI 1945 ke Mahkamah Konstitusi.

C.Pentingnya Keberadaan Hukum dalam Suatu Masyarakat atau Negara?


Dalam buku Leviathan karya Thomas Hobbes (1588-1679) dijelaskan bahwa manusia
pada status naturalis bagaikan “serigala”, ia menyebutnya ( man is a wolf to a man), yang
bisa dia artikan “yang kuat mengalahkan yang lemah”. Ini dikarenakan manusia memiliki
keinginan dan nafsu yang tidak sama antara manusia yang satu dengan manusia yang lain.
Nafsu yang di milikimanusia ada yang baiknamun aa juga nafsu yang buruk. Dalam kondisi
inilah lalu di perlukan hukum,dalam arti secara sadar untuk membuat perjanjian antar
sesame. Agar keiginan dan kebutuhan mereka bisa terpenuhi namun tidak saling merugikan
di antara mereka. Oleh karena itu Cicero (106-43 SM) menyatakan “Di mana ada
masyarakat,di sana ada hukum”.

Tetepi tidak selamanya hukum berjalan dengan baik,ada beberapa okum yang memiliki
kekuasaan justru menyalahgunakan wewenanganya terhadap hukum yang berlaku. Sehingga
menyebabkan terjadinya perselisihan antar masyarakat. Dari sini kita bisa melihat, ternyata
Ketika hukum diserahkan kepada seorang penguasa justru akan menimulan absolutisme.
Bahkan hukum yang pada dasarnya bertujuan untuk mencapai ketertiban dan kemakmuran
justru berubah menjadi alat kesewenang-wenangan pada yang menyerahkannya, yaitu
masyarakat atau rakyat sebuah negara.

Dalam konteks inilah kitab isa memperhatikan pernyataan Plato, seorang filosof Yunani.
Dia menyatakan bahwa ketika hukum tunduk pada beberapa otoritas lain dan telah ada
sendiri, maka pandangan saya, runtuhnya negara sudah dekat. Akan tetapi jika hukum adalah
penguasaa pemerintah dan pemerintah adlah hamba, maka keaddan seperti yang di janjikan
dan semua orang akan menikmati anugerah dewa melimpahi negara tersebut.

Kata Immanuek Kant bahwa hukum meruakan pelindung hak-hak asasi dan kebebasan
warganya. Manusia merupakan makhluk berakal dan berkehendak bebas. Negara bertugas
menegakkan hak dan kebebasan rakyatnya, kemakmuran dan kebahagiaan rakyat merupakan
tujuan negara dan hukum. Oleh karenanya, hak-hak dasar itu tidak boleh di halangi oleh
negara.

III.PENUTUP
A.Kesimpulan

Pada dasarnya, doktrin rule of law adalah konsep negara hukum yang berarti hukum
memegang kedudukan tertinggi dalam penyelenggaraan suatu negara hukum. Sebagai negara
yang berdasarkan hukum (rechstaat) dan bukan berdasarkan kekuasaan (machstaat),
Indonesia juga menerapkan konsep Rule of Law sebagaimana tercantum dalam pasal 1 ayat
(3), Pasal 27 ayat (1), dan Pasal 28D avat (1) UUD 1945.
Istilah negara hukum di Indonesia merupakan terjemahan dari rechsstaat dan the rule
of law, " atau etat de droit. Untuk pertama kalinya cita negara hukum dipaparkan oleh Plato,
yang selanjutnya dipertegas oleh Aristoteles.
Jauh sebelum Revolusi Inggris pada tahun 1688, telah muncul pemikiran tentang
negara hukum. Namun pada Abad XVII muncul kembali dan mulai populer pada Abad XIX.
Munculnya pemikiran negara hukum ini dilatarbelakangi oleh gerakan yang merupakan
reaksi terhadap kesewenangan wenangan di masa lampau. Plato merupakan orang yang
secara embrionik memunculkan ide negara hokum. Menurut Aristoteles, pengertian negara
hukum ini dia hubungkan dengan arti dan perumusan yang masih melekat kepada "Polis".
Segala urusan negara dalam konsep "polis" selalu dilakukan dengan musyawarah (ecclesia).
Yang dikatakan sebagai negara hukum pada masa itu adalah "negara yang berdiri di
atas hukum yang menjamin keadilan kepada warga negaranya". Selanjutnya sebagai dasar
dari pada keadilan maka perlu diajarkan rasa susila kepada setiap manusia supaya dia
menjadi warga negara yang baik.
Secara historis, jejak awal dari konsep negara hukum modern bias kita temukan di
Yunani kuno pada akhir abad ketujuh dan awal abad keenam SM. Pada periode itu " hukum
Yunani " bersifat dalam bentuk tertulis dan dapat diakses publik. Elemen yang lebih konkret
dari ketentuan hukum Yunani kuno tersebut dapat ditemukan dalam deskripsi Pericles
tentang negara bagian Athena akhir. Dia menyatakan bahwa " Sehubungan dengan hukum,
semua pria sejajar sejauh menyangkut perselisihan pribadi mereka .
Tren Negara hukum yang serupa juga bias kita lihat dalam hukum Romawi, di mana
keumuman hukum tercermin dalam The Laws of the Twelve Tables ( Tabel IX ). Di
dalamnya ditetapkan bahwa " Tidak ada hak istimewa , atau undang - undang yang akan
diberlakukan demi kepentingan pribadi , untuk melukai orang lain yang bertentangan pada
hukum yang umum bagi semua warga negara , dan yang semua individu , tidak peduli
peringkat apa , memiliki hak untuk memanfaatkannya”. Namun pada dasarnya kedua konsep
negara hukum tersebut secara filosofis merujuk pada apa yang dikemukakan oleh Aristoteles,
bahwa konsep negara hukum adalah pemerintahan mandiri dalam kesetaraan politik, pejabat
pemerintah yang tunduk pada hukum, dan identifikasi hukum dengan arugumentatif,
menjabat sebagai perlindungan terhadap potensi penyalahgunaan bersumber pada kekuatan
memerintah.
Dalam sistem hukum ketatanegaraan di Negara kita Indonesia , lembaga negara yang
berhak dan berwenang menguji konstitusionalitas suatu undang - undang terhadap Undang
undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah Mahkamah Konstitusi.
Pengujian konstitusionalitas undang terkait nilai undang tersebut pengujian merupakan
konstitusionalitas undang - undang terhadap UUD NRI 1945 , baik dari sisi formal maupun
dari sisi material .
Dalam buku Leviathan karya Thomas Hobbes (1588-1679) dijelaskan bahwa
manusia pada status naturalis bagaikan “serigala”, ia menyebutnya ( man is a wolf to a man),
yang bisa dia artikan “yang kuat mengalahkan yang lemah”. Tetepi tidak selamanya hukum
berjalan dengan baik,ada beberapa okum yang memiliki kekuasaan justru menyalahgunakan
wewenanganya terhadap hukum yang berlaku. Sehingga menyebabkan terjadinya
perselisihan antar masyarakat. Dalam konteks inilah kitab isa memperhatikan pernyataan
Plato, seorang filosof Yunani. Dia menyatakan bahwa ketika hukum tunduk pada beberapa
otoritas lain dan telah ada sendiri, maka pandangan saya, runtuhnya negara sudah dekat. Kata
Immanuek Kant bahwa hukum meruakan pelindung hak-hak asasi dan kebebasan warganya.
Manusia merupakan makhluk berakal dan berkehendak bebas.

B.Saran

Anda mungkin juga menyukai