Anda di halaman 1dari 13

NEGARA HUKUM

KELOMPOK VI
RAYMOND REGOL MALAU
VALDINO NAIBAHO
OSINP P. NADEAK
GLEN P. SITIO
NEGARA HUKUM

I. PENDAHULUAN
Indonesia adalah salah satu negara yang merupakan negara hukum. Kedudukan Indonesia
sebagai sebuah negara hukum, membawa implikasi yang sangat luas pada berbagai bidang lain.
Realitas kehidupan masyarakat Indonesia yang tidak bisa dilepaskan dari keberadaan hukum yang
melekat pada masyarakat yang multi etnis dan multikultur. Istilah negara hukum tidak asing lagi
dalam pengetahuan ketatanegaraan sejak zaman dulu hingga sekarang ini. Hanya saja dalam
praktek ketatanegaraan orang masih mensangksikan apakah negara hukum itu sudah
dilaksanakan sepenuhnya apakah belum
Indonesia adalah negara hukum, artinya negara yang semua penyelenggaraan
pemerintahan dan kenegaraan serta kemasyarakatannya berdasarkan atas hukum, bukan
didasarkan atas kekuasaan belaka. Menurut Arumanadi (1990:1-2) bahwa negara hukum
Indonesia lahir bukan sebagai manifestasi dari tuntutan kebebasan lawan absolitisme, akan tetapi
terdorong oleh keinginan baik menuju terwujudnya cita-cita nasional yang telah disepakati
bersama.
Negara hukum adalah negara yang berdiri di atas hukum yang menja min keadilan bagi seluruh warga
negara. Dengan adanya keadilan dalam masyarakat maka akan tercapai kebahagiaan dalam masyarakat itu.
Untuk mendasari keadilan tersebut kepada setiap warga negara perlu diajarkan norma-norma susila agar
mereka menjadi warga negara yang baik. Demi- kian pula peraturan hukum yang sesungguhnya itu hanya ada
apabila pera- turan dimaksud mencerminkan keadilan dalam pergaulan hidup antar war ga negaranya
(Arumanadi dan Sunarto, 1990:6).
Ketentuan pasal 1 ayat (3) berasal dari penjelasan UUD NRI 1945 yang diangkat ke dalam UUD NRI 1945.
Negara hukum adalah negara yang menegakkan supremasi hukum untuk menegakkan kebenaran dan keadilan,
dan tidak ada kekuasaan yang tidak dipertanggungjawabkan. Masuknya rumusan ini ke dalam UUD NRI 1945,
merupakan salah satu contoh pelaksa naan kesepakatan dasar dalam melakukan perubahan UUD NRI 1945,
yakni kesepakatan untuk memasukkan hal-hal normatif yang ada di dalam penje- lasan ke dalam pasal-pasal.
Masuknya ketentuan mengenai Indonesia adalah negara hukum (dalam penjelasan rumusan lengkapnya adalah
"negara yang berdasarkan atas hukum") ke dalam pasal dimaksudkan untuk memper- teguh paham bahwa
Indonesia adalah negara hukum, baik dalam penye lenggaraan negara maupun kehidupan berbangsa dan
bernegara (Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia,.
Dari beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan negara hukum adalah negara yang berdasarkan
hukum, kekuasaan negara berdasar atas hukum, bukan kekuasaan belaka serta pemerintahan negara berdasar
pada konstitusi yang berpaham konstitusionalisme, tanpa hal tersebut sulit disebut sebagai negara hukum.
Supremasi hukum harus mencakup tiga ide dasar hukum, yakni keadilan, kemanfaatan, dan kepastian. Oleh
karena itu di negara hukum, hukum harus tidak boleh mengabaikan "rasa keadilan masyarakat.
II. KONSEP NEGARA HUKUM

Konsep negara hukum yang berkembang pada abad 19 cenderung mengarah pada konsep negara
hukum formal, yaitu pengertian negara hukum dalam arti sempit. Dalam konsep ini negara hukum
diposisikan ke dalam ruang gerak dan peran yang kecil atau sempit. Pemerintah dan unsur- unsur
lembaganya dalam menjalankan tugas dan wewenangnya terikat oleh hukum yang berlaku. Peran
pemerintah sangat kecil dan pasif .
Dalam dekade abad 20 konsep negara hukum mengarah pada pengembangan negara hukum dalam
arti material. Arah tujuannya mempe- rluas peran pemerintah terkait dengan tuntutan dan dinamika
perkem- bangan jaman. Konsep negara hukum material yang dikembangkan di abad ini sedikitnya memiliki
sejumlah ciri yang melekat pada negara hukum atau rechtsstaat, yaitu sebagai berikut:
(1) HAM terjamin oleh undang-undang
(2) supremasi hukum;
(3) kesamaan kedudukan di depan hukum;
(4) pera- dilan administrasi dalam perselisihan;
(5) kebebasan menyatakan pendapat, bersikap dan berorganisasi;
(6) pemilihan umum yang bebas;
(7) badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak
Unsur-unsur "rule of law" dalam arti yang klasik, sebagaimana yang dikemukakan A.V. Dicey
dalam Introduction to the law of the Constitution mencakup tiga hal, yaitu:

1) Supremasi aturan-aturan hukum (supremacy of the law) tidak adanya kekuasaan sewenang-
wenang, dalam arti seseorang boleh dihukum apabila melanggar hukum.
2) Kedudukan yang sama dalam menghadapi hukum (equality before the low). Ketentuan ini
berlaku untuk orang biasa, maupun pejabat.
3) Terjaminnya hak-hak manusia oleh undang-undang serta keputusan keputusan pengadilan
III KONSEP NEGARA UKUM (EREOPA KONSTINENTAL)
Tukiran Taniredja et al menjelaskan mengenai kon-sep negara hukum aliran Eropa Kontinental dan Anglo
Saxon, sebagai berikut:
1. Immanuel Kant
Teori negara hukumnya dikenal negara hukum liberal, karena konsep Immanuel Kant bernafaskan paham
liberalisme, yang menentang kekuasaan raja yang absolut pada masanya. Disebut juga negara hukum dalam arti
sempit karena pemerintah dengan hukumnya hanya bertugas untuk menjaminkepentingan golongan terutama
kaum borjuis liberal. Teorinya juga sering disebut"nachtwachterstaat. Konsep negara hukum Kant mengandung
dua unsur penting yaitu: (1)perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia, dan (2) pemisahaan kekuasaan.

2. FJ StahlKonsep negara hukum Stahl sering disebut negara hukum dalam arti formal. Stahl berpendapat, bahwa
negara hukum haruslah memenuhi empat unsur penting, yaitu: (1) adanya perlindungan terhadap hak-hak asasi
manusia, (2) pemisahan kekuasaan, (3) setiap tindakan pemerintahan harus didasarkan pada peraturan
perundang-undangan, dan (4) adanya peradilan administrasi yang berdiri sendiri(Kusnardi dan Ibrahim,
1983:156). Dalam bukunya "over den Rechtstaat la.

3. Paul Scholtenmenyebutkan adanya dua ciri negara hukum. Ciri yang utama adalah "er is recht tegenover den
staat, maksudnya kawula negara itu mempunyai hak terhadap negara, individu mempunyai hak terhadap
masyarakat. Menurut Notohamidjojo asas ini meliputi dua segi, yaitu 1) manusia itu mempunayai suasana
tersendiri, yang pada asasnya terletak di luar wewenang negara, dan 2) pembatasan suasana manusia itu hanya
dapat dilakukan dengan ketentuan undang-undang dengan peraturan-peraturan umum. Kedua aspek tersebut
merupakan ciri yang hakiki dari konstitusi di negara-negara Barat, yaitu menyebutkan hak-hai asasi manusia dan
badan perundang-undangan. Cirikedua negara hukum adalah "er is scheiding van machten", yang artinya bahwa
dalam negara hukum ada pemisahan kekuasaan. Dengan pemisahan kekuasaan ada satu hal yang penting untuk
diperhatikan yaitu bahwa rakyat ingin turut mengambil bagian dalam perundang-undangan.
IV. Konsep Negara Hukum (Anglo Saxon)

Konsep ini dikenal dengna "the rule of law", yang menurut AV Dicey konsep negara hukum
haruslah mengandung tiga unsur, yaitu:1) Supremacy of law, bahwa dalam suatu negara hukum,
hukum mempu nyai kedudukan yang tertinggi, agar pelaksanaan kekuasaan (pemerin- tah) tidak
menyimpang dari undang-undang. Kekuasaan akan tunduk pada hukum, bukan sebaliknya.2)
Equality before the law, bahwa dalam negara hukum, kedudukan warga negara, termasuk pejabat
pemerintah, adalah sama, dan tidak ada bedanya di muka hukum. Apabila tidak ada persamaan di
muka hakum, maka dimungkinkan orang yang mempunyai kekuasaan, akan kebal hukum, dan
lazimya akan menindas yang lemah.3) Human Rights, yang terutama ada tiga, yaitu a) The right to
personal freedom, (merupakan hak kemerdekaan pribadi), berupaya hak-hak untuk melakukan
yang dianggap baik bagi dirinya tanpa merugikan orang lain ataupun menimbulkan gangguan
terhadap masyarakat sekelilingnya, b) The right to freedom of discussion (hak kemerdekaan
berdiskusi), yaitu hak untuk melahirkan pendapat dan kritik, dengan ketentuan harus pula
bersedia mendengar serta memperhatikan penda- pat dan kritik orang lain. c) The right to public
meeting (hak kemer- dekaan berapat), hak ini harus dibatasi jangan sampai menyebabkanatau
menyebarkan kekacauan sehingga perdamaian menjadi rusak.
V. Konsep Negara Hukum (Perumusan Para Jurist/Hakim Asia Tenggara dan Pasifik)

Rumusan konsep negara hukum menurut perumusan para Jurist Asia Tenggara dan Pasifik
(15-19 Februari 1965), sebagaimana tercantum dalam buku "The Dynamics Aspects of the rule of
law in the Modern Age", bahwa syarat rule of law adalah:
1) perlindungan konstitusi dalam arti bahwa kons titusi selain menjamin hak-hak individu harus
menentukan pula cara prose- dual untuk memperoleh perlindungan atas hak-hak yang
dijamin;
2) badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak;
3) kebebasan untuk menyatakan pendapat;
4) pemilihan umum yang bebas;
5) kebebasan untuk berseri- kat/berorganisasi dan beroposisi: dan
6) pendidikan civic
VI. Makna Indonesia Negara Hukum

Negara hukum adalah negara yang menegakkan supremasi hukum untuk menegakkan kebenaran
dan keadilan, dan tidak ada kekuasaan yang tidak dipertanggungjawabkan. Masuknya rumusan ini ke
dalam UUD NKRI 1945, merupakan salah satu contoh pelaksanaan kesepakatan dasar dalam melakukan
perubahan UUD NRI 1945, yakni kesepakatan untuk memasukkan hal-hal normatif yang ada di dalam
penjelasan ke dalam pasal-pasal. Masuk- nya ketentuan mengenai Indonesia adalah negara hukum ke
dalam pasal dimaksudkan untuk memperteguh faham bahwa Indonesia adalah negara hukum, baik dalam
penyelenggaraan negara maupun kehidupan berbangsa dan bernegara (Majelis Permusyawaratan Rakyat
Republik Indonesia.
Bukti yuridis atas keberadaan negara hukum Indonesia dalam arti material tersebut harus dimaknai
bahwa negara Indonesia adalah negara hukum dinamis, atau negara kesejahteraan (welfare state), yang
membawa implikasi bagi para penyelenggara negara untuk menjalankan tugas dan wewenangnya secara
luas dan komprehensif dilandasi ide-ide kreatif dan inovatif. Makna negara Indonesia sebagai negara
hukum dinamis, esensinya adalah hukum nasional Indonesia harus tampil akomodatif, adaptif dan prog
resif. Akomodatif artinya mampu menyerap, menampung keinginan masya- rakat yang dinamis. Makna
hukum seperti ini menggambarkan fungsinya sebagai pengayom, pelindung masyarakat. Adaptif, artinya
mampu menyesu aikan dinamika perkembangan jaman, sehingga tidak pernah usang. Progresif, artinya
selalu berorientasi kemajuan, perspektif masa depan. Makna hukum seperti ini menggambarkan
kemampuan hukum nasional untuk tampil dalam praktiknya mencairkan kebekuan-kebekuan dogmatika.
Hukum dapat men- ciptakan kebenaran yang berkeadilan bagi setiap anggota masyarakat.
VII.Implementasi Hukum di Indonesia sebagai Negara Hukum

Gustav Radbruch, seorang ahli filsafat Jerman (Sudíkno Mertokusumo, 1986: 130),
menyatakan bahwa untuk menegakkan hukum ada tiga unsur yang selalu harus diperhatikan
yaitu:
1) KeadilanKeadilan merupakan unsur yang harus diperhatikan dalam menegakkan hukum.
Artinya bahwa dalam pelaksanaan hukum para aparat penegak hukum harus bersikap adil.
2) Kemanfaatan Selain unsur keadilan, para aparatur penegak hukum dalam menjalankan
tugasnya harus mempertimbangkan agar proses penegakan hukum danpengambilan
keputusan memiliki manfaat bagi masyarakat.
3) Kepastian hukum Unsur ketiga dari penegakan hukum adalah kepastian hukum, artinya pene-
gakan hukum pada hakikatnya adalah perlindungan hukum terhadap tinda kan sewenang-
wenang.
Ada dua pembagian besar hukum, yaitu:

1) Hukum PrivateHukum yang mengatur hubungan antarmanusia (individu) yang menyang- kut
"kepentingan pribadi (misalnya masalah jual beli, sewa-menyewa, pembagian warisan).

2) Hukum PublikHukum yang mengatur hubungan antara negara dengan organ negara atau
hubungan negara dengan perseorangan yang menyangkut kepentingan umum. Misalnya,
masalah perampokan, pencurian, pembunuhan, pengani- ayaan, dan tindakan kriminal
lainnya
Sumber hukum digolongkan menjadi 2 (dua) yaitu

1) Hukum MaterialHukum yang memuat peraturan-peraturan yang mengatur kepentingan-


kepentingan dan hubungan-hubungan yang berupa perintah-perintah dan larangan- larangan.
Contohnya: untuk hukum pidana terdapat dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP),
untuk Hukum Perdata terdapat dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata/ Burgerlijk Wetboek
voor Indonesie (BW). Dalam hukum material telah ditentukan aturan atau ketentuan hukuman
bagi orang yang melakukan tindakan hukum. Dalam hukum material juga dimuat tentang jenis-
jenis hukuman dan ancaman hukuman terhadap tindakan melawan hukum

2) Hukum Formal atau disebut juga Hukum Acara Peraturan hukum yang mengatur tentang cara
bagaimana memper-tahankan dan menjalankan peraturan hukum material. Contohnya: hukum
acara pidana yang diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) dan hukum
acara Perdata. Melalui hukum acara inilah hukum mate- rial dapat dijalankan atau dimanfaatkan.
Tanpa adanya hukum acara, maka hukum material tidak dapat berfungsi.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai