Anda di halaman 1dari 17

NEGARA HUKUM DAN

HAM

BAB II
NEGARA HUKUM

2.1. Definisi dan Konsepsi Negara Hukum

Secara umum negara hukum Adalah sebuah Negara yg mempunyai aturan-


aturan atau larangan larangan yg di sepakati oleh negara tersebut.

Menurut Anonimous (2010), dalam penjelasan UUD 1945 bagian pertama


tentang sistem pemerintahan negara Republik Indonesia disebutkan bahwa “Indonesia
adalah Negara yang berdasarkan atas hukum”. Adapun pengertian negara hukum
menurut pendapat beberapa ahli, yaitu:
a. Sudargo Gautama
Dalam negara hukum terdapat pembatasan kekuasaan negara terhadap
perseorangan. Kekuasaan negara tidak absolute atau tidak sewenang-wenang,
segala tindakan negara dibatasi hukum.
b. Prof.Dr. Djoko Soetono, S.H.
Negara hukum menurut UUD 1945 adalah negara yang berdasarkan pada
kedaulatan hukum.
c. Prof.Dr. Padmo Wahyono, S.H.
Negara hukum yang ideal pada abad ke-20 adalah jika segala tindakan penguasa
selalu dapat dipertanggungjawabkan secara hukum.

Menurut Muntoha (2009), secara historis, gagasan tentang konsepsi negara


hukum terus bergulir sejalan dengan arus perkembangan sejarah. Mulai dari konsepsi
negara hukum liberal (nachwachter staat/ negara sebagai penjaga malam) ke negara
hukum formal (formele rechtsstaat) kemudian menjadi negara hukum materiil
(materiele rechtsstaat) hingga pada ide negara kemakmuran (welvarstaat) atau negara
yang mengabdi kepada kepentingan umum (social service state atau sociale
verzorgingsstaat). Negara hukum liberal atau yang sering disebut sebagai negara hukum
dalam arti sempit adalah konsepsi yang diberikan oleh Immanuel Kant (1724 – 1804

KELOMPOK 1 3
NEGARA HUKUM DAN
HAM
SM), yang kemunculannya bersamaan dengan lahirnya paham liberalisme yang
menentang kekuasaan absolut dari para raja pada masa itu. Menurut paham liberalisme
negara justru harus melepaskan dirinya dari campur tangan urusan kepentingan
rakyatnya, yang berarti sikap negara harus pasif (staatsonthouding).

Menurut Sunarisasi (2008), Indonesia yang mengukuhkan diri sebagai negara


hukum mempunyai prinsip tersendiri. Berdasarkan berbagai pendapat yang
berkembang, secara teori konstitusional, sebagai negara hukum harus memiliki empat
prinsip, yaitu:

1. Setiap perbuatan warga negaranya harus sesuai hukum;


2. Pembagian kekuasaan negara yang jelas dalam negara;
3. Adanya kekuasaan kehakiman yang merdeka dan bebas;
4. Adanya pengakuan terhadap HAM.

Menurut Kusniati (2011), Julius Stahl menyebutkan konsep negara hukum


dengan istilah rechtsstaat mencakup empat elemen penting, yaitu:

1. Perlindungan hak asasi manusia.


2. Pembagian kekuasaan.
3. Pemerintahan berdasarkan undang-undang.
4. Peradilan tata usaha negara.

Sedangkan prinsip-prinsip yang dianggap ciri penting negara hukum menurut The
International Commission of Jurists itu adalah:

1. Negara harus tunduk pada hukum.


2. Pemerintah menghormati hak-hak individu.
3. Peradilan yang bebas dan tidak memihak.

KELOMPOK 1 4
NEGARA HUKUM DAN
HAM

2.2. Ciri-Ciri dan Asas-Asas Negara Hukum

Menurut Kusniati (2011), A.V. Dicey menguraikan adanya tiga ciri penting dalam
setiap negara hukum yang disebutnya dengan istilah The Rule of Law, yaitu:

1. Supremacy of Law.
2. Equality before the law.
3. Due Process of Law.

Menurut Asshiddiqie (2010), Arief Sidharta dan Scheltema merumuskan


pandangannya tentang unsur-unsur dan asas-asas negara hukum itu secara baru, yaitu
meliputi 5 (lima) hal sebagai berikut:

1. Pengakuan, penghormatan, dan perlindungan Hak Asasi Manusia yang berakar


dalam penghormatan atas martabat manusia (human dignity).

2. Berlakunya asas kepastian hukum. Negara hukum untuk bertujuan menjamin


bahwa kepastian hukum terwujud dalam masyarakat. Asas-asas yang
terkandung dalam atau terkait dengan asas kepastian hukum itu adalah:

 Asas legalitas, konstitusionalitas, dan supremasi hukum;


 Asas undang-undang menetapkan berbagai perangkat peraturan tentang cara
pemerintah dan para pejabatnya melakukan tindakan pemerintahan;
 Asas non-retroaktif perundang-undangan, sebelum mengikat undang-undang
harus lebih dulu diundangkan dan diumumkan secara layak;
 Asas peradilan bebas, independent, imparial, dan objektif, rasional, adil dan
manusiawi;
 Asas non-liquet, hakim tidak boleh menolak perkara karena alasan undang-
undangnya tidak ada atau tidak jelas;
 Hak asasi manusia harus dirumuskan dan dijamin perlindungannya dalam
undang-undang.

3. Berlakunya Persamaan (Similia Similius atau Equality before the Law). Di dalam
prinsip ini, terkandung

KELOMPOK 1 5
NEGARA HUKUM DAN
HAM
a) Adanya jaminan persamaan bagi semua orang di hadapan hukum dan
pemerintahan, dan
b) Tersedianya mekanisme untuk menuntut perlakuan yang sama bagi semua
warga negara.

4. Asas demokrasi di mana setiap orang mempunyai hak dan kesempatan yang
sama untuk turut serta dalam pemerintahan atau untuk mempengaruhi
tindakan-tindakan pemerintahan. Untuk itu asas demokrasi itu diwujudkan
melalui beberapa prinsip, yaitu:
 Adanya mekanisme pemilihan pejabat-pejabat publik tertentu yang bersifat
langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil yang diselenggarakan secara
berkala;
 Pemerintah bertanggung jawab dan dapat dimintai pertanggungjawaban oleh
badan perwakilan rakyat;
 Semua warga negara memiliki kemungkinan dan kesempatan yang sama
untuk berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan politik dan
mengontrol pemerintah;
 Semua tindakan pemerintahan terbuka bagi kritik dan kajian rasional oleh
semua pihak;
 Kebebasan berpendapat/ berkeyakinan dan menyatakan pendapat;
 Kebebasan pers dan lalu lintas informasi;
 Rancangan undang-undang harus dipublikasikan untuk memungkinkan
partisipasi rakyat secara efektif.

5. Pemerintah dan Pejabat mengemban amanat sebagai pelayan masyarakat dalam


rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan tujuan bernegara
yang bersangkutan. Dalam asas ini terkandung hal-hal sebagai berikut:

 Asas-asas umum pemerintahan yang layak;


 Syarat-syarat fundamental bagi keberadaan manusia yang bermartabat
manusiawi dijamin dan dirumuskan dalam aturan perundang-undangan,
khususnya dalam konstitusi;

KELOMPOK 1 6
NEGARA HUKUM DAN
HAM
 Pemerintah harus secara rasional menata tiap tindakannya, memiliki tujuan
yang jelas dan berhasil guna.

2.3. Jenis Jenis Hukum

Ada bererapa hukum yang berlaku di Indonesia. Pembagian hukum di Indonesia


berdasarkan pada beberapa aspek. Berikut jenis-jenis pembaian hukum di Indonesia.

1. Menurut sumbernya

Menurut sumbernya hukum dibedakan menjadi :

a) Hukum undang-undang, yaitu peraturan hukum yang tercantum dalam


perundangan-undangan.
b) Hukum adat, yaitu peraturan-peraturan hukum yang terletak dalam
kebiasaan.
c) Hukum traktat, yaitu peraturan hukum yang ditetapkan oleh beberapa
negara dalam suatu perjanjian Negara.
d) Hukum jurisprudensi, yaitu peraturan hukum yang terbentuk oleh putusan
hakim.
e) Hukum doktrin, peraturan hukum yang berasal dari dari pendapat para ahli
hukum.

2. Menurut bentuknya

Menurut bentuknya hukum dibedakan menjadi :

a) Hukum tertulis, yaitu peraturan hukum yang terdapat pada berbagai


perundangan-undangan.
b) Hukum tidak tertulis (hukum kebiasaan), yaitu peraturan hukum yang masih
hidup dalam keyakinan sekelompok masyarakat dan ditaati oleh mayarakat
tersebut walaupun peraturan tersebut tidak tertulis dalam bentuk undang-
undang.

3. Menurut tempat berlakunya

Menurut tempat berlakunya hukum dibedakan menjaadi :

a) Hukum nasional, yaitu peraturan hukum yang berlaku dalam suatu wilayah
Negara tertentu.
b) Hukum internasional, yaitu peraturan hukum yang mengatur hubungan
dalam dunia internasional.

4. Menurut waktu berlakunya

KELOMPOK 1 7
NEGARA HUKUM DAN
HAM

Menurut waktu berlakunya hukum dibedakan menjadi :

a) Ius constitutum (hukum positif), yaitu peraturan hukum yang berlaku pada
saat ini bagi suatu masyarakat dalam suatu daerah tertentu.
b) Ius constituendum, yaitu peraturan hukum yang diharapkan akan berlaku
pada masa mendatang.
c) Hukum asasi (hukum alam), yaitu peraturan hukum yang berlaku pada siapa
saja dan kapan saja diseluruh dunia.

5. Menurut cara mempertahankan nya

Menurut cara mempertahankannya hukum dibedakan menjadi :

a) Hukum material, yaitu peraturan hukum yang berisi perintah dan larangan
untuk mengatur kepentingan bersama.
b) Hukum formal, yaitu peraturan hukum yang mengatur tentang bagaimana
cara pelaksaan hukum material

6. Menurut sifatnya

Menurut sifatnya hukum dibedakan menjadi :

a) Hukum yang memaksa, yaitu peraturan hukum yang bersifat mutlak.


b) Hukum yang mengatur, yaitu peraturan hukum yang dapat dikesampingkan
jika pihak yang bersangkutan telah membuat peraturan sendiri.

7. Menurut wujudnya

Menurut wujudnya hukum dibedakan menjadi :

a) Hukum obyektif, yaitu peraturan hukum yang berlaku umum dalam suatu
Negara.
b) Hukum subyektif, yaitu peraturan hukum yang muncul dari hukum obyektif
teapi hanya berlaku pada orang tertentu. Hukum subyektif juga disebut
sebagai hak.

8. Menurut isinya

KELOMPOK 1 8
NEGARA HUKUM DAN
HAM

Menurut isinya hukum dibedakan menjadi :

a) Hukum privat, yaitu peraturan hukum yang mengatur hubungan antara


orang yang satu dengan orang lain yang menitikberatkan kepada
kepentingan pribadi.
b) Hukum publik, yaitu peraturan hukum yang mengatur hubungan antara
Negara dengan alat kelengkapannya dan warga negararanya.

2.4. Definisi Hukum Indonesia

Hukum di Indonesia merupakan campuran dari sistem hukum Eropa, hukum


agama, dan hukum adat. Sebagian besar sistem yang dianut, baik perdata maupun
pidana berbasis pada hukum Eropa, khususnya dari Belanda karena aspek sejarah masa
lalu Indonesia yang merupakan wilayah jajahan dengan sebutan Hindia Belanda
(Nederlandsch-Indie). Hukum agama karena sebagian besar masyarakat Indonesia
menganut Islam, maka dominasi hukum atau syariat Islam lebih banyak terutama di
bidang perkawinan, kekeluargaan, dan warisan. Selain itu, di Indonesia juga berlaku
sistem hukum adat yang diserap dalam perundang-undangan atau yurisprudensi, yang
merupakan penerusan dari aturan-aturan setempat dari masyarakat dan budaya-
budaya yang ada di wilayah Nusantara.

2.4.1. Dasar Hukum Indonesia

Sebagai dasar negara, Pancasila merupakan suatu asas kerohanian yang dalam
ilmu kenegaraan populer disebut sebagai dasar filsafat negara (pilisophisce gronslag).
Dalam kedudukan ini Pancasila merupakan sumber nilai dan sumber norma dalam
setiap aspek penyelenggaraan negara, termasuk dalam sumber tertib hukum di
Indonesia, sehingga Pancasila merupakan sumber nilai, norma dan kaidah baik moral
maupun hukum di Indonesia. Oleh karenanya, Pancasila merupakan sumber hukum
negara baik yang tertulis maupun yang tak tertulis atau convensi.

Aturan-aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam praktek


penyelenggaraan negara. Untuk menyelediki hukum dasar suatu negara tidak cukup

KELOMPOK 1 9
NEGARA HUKUM DAN
HAM
hanya menyelidiki pasal-pasal UUD nya saja, akan tetapi harus menyelidiki juga
bagaimana prakteknya dan suasana kebatinannya dari UUD itu.

Hukum dasar tertulis (UUD) merupakan kerangka dan tugas-tugas pokok dari
badan-badan pemerintah suatu negara dalam menentkan mekanisme kerja badan-
badan tersebut seperti ekslusif, yudikatif dan legislatif.

Undang-Undang Dasar 1945 merupakan hukum dasar yang tertulis, kedudukan


dan fungsi dari UUD 1945 merupakan pengikat bagi pemerintah, lembaga negara,
lembaga masyarkat, warga negara Indonesia sebagai hukum dasar UUD 1945 memuat
normat-norma atau aturan-aturan yang harus diataati dan dilaksanakan.
Indonesia adalah negara demokrasi yang berdasarkan atas hukum, oleh karena itu
dalam segala aspek pelaksanaan dan penyelenggaraan negara diatur dalam system
peraturan perundang – undangan. Hal inilah yang dimaksud dengan pengertian
Pancasila dalam konteks ketatanegaraan Republik Indonesia.

Hal ini tidaklah lepas dari eksistensi pembukaan UUD 1945, yang dalam
konteks ketatanegaraan Indonesia memiliki kedudukan yang sangat penting karena
merupakan suatu staasfundamentalnorm dan berada pada hierarkhi tertib hukum
tertinggi di Indonesia. Dalam kedudukan dan fungsi Pancasila sebagai dasar Negara
Indonesia, pada hakikatnya merupakan suatu dasar dan asas kerohanian dalam setiap
aspek penyelenggaraan negara termasuk dalam penyusunan tertib hukum di Indonesia.

Maka kedudukan Pancasila sesuai dengan yang tercantum dalam pembukaan


UUD 1945 adalah sebagai sumber dari segala sumber hukum di Indonesia, sesuai
dengan yang tercantum dalam penjelasan tentang pembukaan UUD yang termuat dalam
Berita Republik Indonesia tahun II no. 7, hal ini dapat disimpulkan bahwa pembukaan
UUD 1945 adalah sebagai sumber hukum positif Indonesia.

Dengan demikian seluruh peraturan perundang – undangan di Indonesia harus


bersumber pada Pembukaan UUD 1945 yang di dalamnya terkandung dasar filsafat
Indonesia. Dapat kita bahwa pancasila dalam konteks ketatanegaraan RI. Dalam

KELOMPOK 1 10
NEGARA HUKUM DAN
HAM
beberapa tahun ini Indonesia mengalami perubahan yang sangat mendasar mengenai
system ketatanegaraan.

Dalam hal perubahan tersebut Secara umum dapat kita katakan bahwa
perubahan mendasar setelah empat kali amandemen UUD 1945 ialah komposisi dari
UUD tersebut, yang semula terdiri atas Pembukaan, Batang Tubuh dan Penjelasannya,
berubah menjadi hanya terdiri atas Pembukaan dan pasal-pasal.

Penjelasan UUD 1945, yang semula ada dan kedudukannya mengandung


kontroversi karena tidak turut disahkan oleh PPKI tanggal 18 Agustus 1945,
dihapuskan. Materi yang dikandungnya, sebagian dimasukkan, diubah dan ada pula
yang dirumuskan kembali ke dalam pasal-pasal amandemen. Perubahan mendasar UUD
1945 setelah empat kali amandemen, juga berkaitan dengan pelaksana kedaulatan
rakyat, dan penjelmaannya ke dalam lembaga-lembaga negara.

Sebelum amandemen, kedaulatan yang berada di tangan rakyat, dilaksanakan


sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat. Majelis yang terdiri atas anggota-
anggota DPR ditambah dengan utusan dari daerah-daerah dan golongan-golongan itu,
demikian besar dan luas kewenangannya. Antara lain mengangkat dan
memberhentikan Presiden, menetapkan Garis-garis Besar Haluan Negara, serta
mengubah Undang-Undang Dasar.

Rumusan UUD 1945 tentang semangat penyelenggaraan negara belum cukup


didukung ketentuan konstitusi yang memuat aturan dasar tentang kehidupan yang
demokratis, supremasi hukum, pemberdayaan rakyat, penghormatan hak asasi manusia
dan otonomi daerah. Hal ini membuka peluang bagi berkembangnya praktek
penyelengaraan negara yang tidak sesuai dengan Pembukaan UUD 1945, antara lain
sebagai berikut:

 Tidak adanya check and balances antar lembaga negara dan kekuasaan
terpusat pada Presiden Infra struktur yang dibentuk, antara lain partai politik
dan organisasi masyarakat.

KELOMPOK 1 11
NEGARA HUKUM DAN
HAM
 Pemilihan Umum (Pemilu) diselenggarakan untuk memenuhi persyaratan
demokrasi formal karena seluruh proses tahapan pelaksanaannya dikuasai
oleh pemerintah.
 Kesejahteraan sosial berdasarkan Pasal 33 UUD 1945 tidak tercapai, justru
yang berkembang adalah sistem monopoli dan oligopoli.

Dengan demikian seluruh peraturan perundang – undangan di Indonesia harus


bersumber pada Pembukaan UUD 1945 yang di dalamnya terkandung dasar filsafat
Indonesia.

2.4.2. Hukum Indonesia

2.4.2.1. Hukum Perdata

Hukum perdata disebut pula hukum privat atau hukum sipil sebagai lawan dari
hukum publik. Jika hukum publik mengatur hal-hal yang berkaitan dengan negara serta
kepentingan umum (misalnya politik dan pemilu dan hukum tata negara), kegiatan
pemerintahan sehari-hari (hukum administrasi atau tata usaha negara), kejahatan
(hukum pidana), maka hukum perdata mengatur hubungan antara penduduk atau
warga negara sehari-hari, seperti misalnya kedewasaan seseorang, perkawinan,
perceraian, kematian, pewarisan, harta benda, kegiatan usaha dan tindakan-tindakan
yang bersifat perdata lainnya.

Hukum perdata di Indonesia didasarkan pada hukum perdata di Belanda, khususnya


hukum perdata Belanda pada masa penjajahan. Bahkan Kitab Undang-undang Hukum
Perdata (dikenal KUHPer.) yang berlaku di Indonesia tidak lain adalah terjemahan yang
kurang tepat dari Burgerlijk Wetboek (atau dikenal dengan BW) yang berlaku di
kerajaan Belanda dan diberlakukan di Indonesia (dan wilayah jajahan Belanda)
berdasarkan asas konkordansi.

Untuk Indonesia yang saat itu masih bernama Hindia Belanda, BW diberlakukan mulai
1859. Hukum perdata Belanda sendiri disadur dari hukum perdata yang berlaku di
Perancis dengan beberapa penyesuaian.

KELOMPOK 1 12
NEGARA HUKUM DAN
HAM
Kitab undang-undang hukum perdata (disingkat KUHPer) terdiri dari empat bagian
yaitu :

 Buku I tentang Orang

mengatur tentang hukum perseorangan dan hukum keluarga, yaitu


hukum yang mengatur status serta hak dan kewajiban yang dimiliki oleh subyek
hukum. Antara lain ketentuan mengenai timbulnya hak keperdataan seseorang,
kelahiran, kedewasaan, perkawinan, keluarga, perceraian dan hilangnya hak
keperdataan. Khusus untuk bagian perkawinan, sebagian ketentuan-
ketentuannya telah dinyatakan tidak berlaku dengan disahkannya UU nomor 1
tahun 1974 tentang perkawinan.

 Buku II tentang Kebendaan

mengatur tentang hukum benda, yaitu hukum yang mengatur hak dan
kewajiban yang dimiliki subyek hukum yang berkaitan dengan benda, antara lain
hak-hak kebendaan, waris dan penjaminan. Yang dimaksud dengan benda
meliputi

(i) benda berwujud yang tidak bergerak (misalnya tanah, bangunan dan
kapal dengan berat tertentu);
(ii) benda berwujud yang bergerak, yaitu benda berwujud lainnya selain
yang dianggap sebagai benda berwujud tidak bergerak;
 benda tidak berwujud (misalnya hak tagih atau piutang). Khusus untuk bagian
tanah, sebagian ketentuan-ketentuannya telah dinyatakan tidak berlaku dengan
di undangkannya UU nomor 5 tahun 1960 tentang agraria. Begitu pula bagian
mengenai penjaminan dengan hipotik, telah dinyatakan tidak berlaku dengan di
undangkannya UU tentang hak tanggungan.

 Buku III tentang Perikatan

mengatur tentang hukum perikatan (atau kadang disebut juga perjanjian


(walaupun istilah ini sesunguhnya mempunyai makna yang berbeda), yaitu

KELOMPOK 1 13
NEGARA HUKUM DAN
HAM
hukum yang mengatur tentang hak dan kewajiban antara subyek hukum di
bidang perikatan, antara lain tentang jenis-jenis perikatan (yang terdiri dari
perikatan yang timbul dari (ditetapkan) undang-undang dan perikatan yang
timbul dari adanya perjanjian), syarat-syarat dan tata cara pembuatan suatu
perjanjian. Khusus untuk bidang perdagangan, Kitab undang-undang hukum
dagang (KUHD) juga dipakai sebagai acuan. Isi KUHD berkaitan erat dengan
KUHPer, khususnya Buku III. Bisa dikatakan KUHD adalah bagian khusus dari
KUHPer.

 Buku IV tentang Kadaluarsa dan Pembuktian

mengatur hak dan kewajiban subyek hukum (khususnya batas atau


tenggat waktu) dalam mempergunakan hak-haknya dalam hukum perdata dan
hal-hal yang berkaitan dengan pembuktian.

2.4.2.2. Hukum Pidana

Hukum pidana merupakan bagian dari hukum publik. Hukum pidana terbagi
menjadi dua bagian, yaitu

 hukum pidana materiil dan hukum pidana formil.


 Hukum pidana materiil mengatur tentang penentuan tindak pidana,

pelaku tindak pidana, dan pidana (sanksi). Di Indonesia, pengaturan hukum


pidana materiil diatur dalam kitab undang-undang hukum pidana (KUHP). Hukum
pidana formil mengatur tentang pelaksanaan hukum pidana materiil. Di Indonesia,
pengaturan hukum pidana formil telah disahkan dengan UU nomor 8 tahun 1981
tentang hukum acara pidana (KUHAP).

2.4.2.3. Hukum Tata Negara

Hukum tata negara adalah hukum yang mengatur tentang negara, yaitu antara
lain dasar pendirian, struktur kelembagaan, pembentukan lembaga-lembaga negara,

KELOMPOK 1 14
NEGARA HUKUM DAN
HAM
hubungan hukum (hak dan kewajiban) antar lembaga negara, wilayah dan warga
negara. Hukum tata negara mengatur mengenai negara dalam keadaan diam artinya
bukan mengenai suatu keadaan nyata dari suatu negara tertentu (sistem pemerintahan,
sistem pemilu, dll dari negara tertentu) tetapi lebih pada negara dalam arti luas. Hukum
ini membicarakan negara dalam arti yang abstrak.

2.4.2.4. Hukum tata usaha (administrasi) negara

Hukum tata usaha (administrasi) negara adalah hukum yang mengatur kegiatan
administrasi negara. Yaitu hukum yang mengatur tata pelaksanaan pemerintah dalam
menjalankan tugasnya.

Hukum administarasi negara memiliki kemiripan dengan hukum tata negara.


kesamaanya terletak dalam hal kebijakan pemerintah ,sedangkan dalam hal perbedaan
hukum tata negara lebih mengacu kepada fungsi konstitusi/hukum dasar yang
digunakan oleh suatu negara dalam hal pengaturan kebijakan pemerintah,untuk hukum
administrasi negara di mana negara dalam "keadaan yang bergerak". Hukum tata usaha
negara juga sering disebut HTN dalam arti sempit.

2.4.2.5. Hukum Acara Perdata Indonesia

Hukum acara perdata Indonesia adalah hukum yang mengatur tentang tata cara
beracara (berperkara di badan peradilan) dalam lingkup hukum perdata. Dalam hukum
acara perdata, dapat dilihat dalam berbagai peraturan Belanda dulu. (misalnya; Het
Herziene Inlandsh Reglement/HIR, RBG, RB,RO).

2.4.2.6. Hukum Acara Pidana Indonesia

Hukum acara pidana Indonesia adalah hukum yang mengatur tentang tata cara
beracara (berperkara di badan peradilan) dalam lingkup hukum pidana. Hukum acara
pidana di Indonesia diatur dalam UU nomor 8 tahun 1981.

2.4.6.1. Asas dalam hukum acara pidana

Asas di dalam hukum acara pidana di Indonesia adalah:

KELOMPOK 1 15
NEGARA HUKUM DAN
HAM
 Asas perintah tertulis
yaitu segala tindakan hukum hanya dapat dilakukan berdasarkan perintah
tertulis dari pejabat yang berwenang sesuai dengan UU.
 Asas peradilan cepat sederhana, biaya ringan, jujur, dan tidak memihak
yaitu serangkaian proses peradilan pidana (dari penyidikan sampai dengan
putusan hakim) dilakukan cepat, ringkas, jujur, dan adil (pasal 50 KUHAP).
 Asas memperoleh bantuan hukum,
yaitu setiap orang punya kesempatan, bahkan wajib memperoleh bantuan
hukum guna pembelaan atas dirinya (pasal 54 KUHAP).
 Asas terbuka
yaitu pemeriksaan tindak pidana dilakukan secara terbuka untuk umum (pasal
64 KUHAP).
 Asas pembuktian
yaitu tersangka/terdakwa tidak dibebani kewajiban pembuktian (pasal 66
KUHAP), kecuali diatur lain oleh UU.

2.4.2.7. Hukum Antar Tata Hukum

Hukum antar tata hukum adalah hukum yang mengatur hubungan antara dua
golongan atau lebih yang tunduk pada ketentuan hukum yang berbeda.

2.4.2.8. Hukum adat

Hukum adat adalah seperangkat norma dan aturan adat yang berlaku di suatu
wilayah.

2.4.2.9. Hukum Islam di Indonesia

KELOMPOK 1 16
NEGARA HUKUM DAN
HAM
Hukum Islam di Indonesia belum bisa ditegakkan secara menyeluruh, karena
belum adanya dukungan yang penuh dari segenap lapisan masyarakat secara
demokratis baik melalui pemilu atau referendum maupun amendemen terhadap UUD
1945 secara tegas dan konsisten. Aceh merupakan satu-satunya provinsi yang banyak
menerapkan hukum Islam melalui Pengadilan Agama, sesuai pasal 15 ayat 2 Undang-
Undang RI No. 4 Tahun 2004 Tentang Kekuasaan Kehakiman yaitu : Peradilan Syariah
Islam di Provinsi Nanggroe Aceh Darrussalam merupakan pengadilan khusus dalam
lingkungan peradilan agama sepanjang kewenangannya menyangkut kewenangan
peradilan agama, dan merupakan pengadilan khusus dalam lingkungan peradilan
umum sepanjang kewenangannya menyangkut kewenangan peradilan umum.

2.5. Istilah hukum

2.5.1. Advokat

Sejak berlakunya UU nomor 18 tahun 2003 tentang advokat, sebutan bagi


seseorang yang berprofesi memberikan bantuan hukum secara swasta - yang semula
terdiri dari berbagai sebutan, seperti advokat, pengacara, konsultan hukum, penasihat
hukum - adalah advokat.

2.5.2. Advokat dan pengacara

Istilah ini sebenarnya bermakna sama, walaupun ada beberapa pendapat yang
menyatakan berbeda. Sebelum berlakunya UU nomor 18 tahun 2003, istilah untuk
pembela keadilan plat hitam ini sangat beragam, mulai dari istilah pengacara, penasihat
hukum, konsultan hukum, advokat dan lainnya.

Pengacara sesuai dengan kata-kata secara harfiah dapat diartikan sebagai orang
yang beracara, yang berarti individu, baik yang tergabung dalam suatu kantor secara
bersama-sama atau secara individual yang menjalankan profesi sebagai penegak hukum
plat hitam di pengadilan.

Sementara advokat dapat bergerak dalam pengadilan, maupun bertindak sebagai


konsultan dalam masalah hukum, baik pidana maupun perdata. Sejak diundangkannya
UU nomor 18 tahun 2003, maka istilah-istilah tersebut distandarisasi menjadi advokat
saja.

KELOMPOK 1 17
NEGARA HUKUM DAN
HAM
Dahulu yang membedakan keduanya yaitu :

1. Advokat adalah seseorang yang memegang izin ber"acara" di Pengadilan


berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehakiman serta mempunyai wilayah
untuk "beracara" di seluruh wilayah Republik Indonesia.

2. Pengacara Praktik adalah seseorang yang memegang izin praktik / beracara


berdasarkan Surat Keputusan Pengadilan Tinggi setempat di mana wilayah
beracaranya adalah "hanya" diwilayah Pengadilan Tinggi yang mengeluarkan
izin praktik tersebut.

Setelah UU No. 18 th 2003 berlaku maka yang berwenang untuk mengangkat


seseorang menjadi Advokat adalah Organisasi Advokat.(Pengacara dan Pengacara
Praktik/pokrol dst seteah UU No. 18 tahun 2003 dihapus)

2.5.3. Konsultan hukum

Konsultan hukum atau dalam bahasa Inggris counselor at law atau legal
consultant adalah orang yang berprofesi memberikan pelayanan jasa hukum dalam
bentuk konsultasi, dalam sistem hukum yang berlaku di negara masing-masing. Untuk
di Indonesia, sejak UU nomor 18 tahun 2003 berlaku, semua istilah mengenai konsultan
hukum, pengacara, penasihat hukum dan lainnya yang berada dalam ruang lingkup
pemberian jasa hukum telah distandarisasi menjadi advokat.

2.5.4. Jaksa dan polisi

Dua institusi publik yang berperan aktif dalam menegakkan hukum publik di
Indonesia adalah kejaksaan dan kepolisian. Kepolisian atau polisi berperan untuk
menerima, menyelidiki, menyidik suatu tindak pidana yang terjadi dalam ruang lingkup
wilayahnya.

Apabila ditemukan unsur-unsur tindak pidana, baik khusus maupun umum, atau
tertentu, maka pelaku (tersangka) akan diminta keterangan, dan apabila perlu akan
ditahan. Dalam masa penahanan, tersangka akan diminta keterangannya mengenai
tindak pidana yang diduga terjadi.

KELOMPOK 1 18
NEGARA HUKUM DAN
HAM
Selain tersangka, maka polisi juga memeriksa saksi-saksi dan alat bukti yang
berhubungan erat dengan tindak pidana yang disangkakan. Keterangan tersebut
terhimpun dalam berita acara pemeriksaan (BAP) yang apabila dinyatakan P21 atau
lengkap, akan dikirimkan ke kejaksaan untuk dipersiapkan masa persidangannya di
pengadilan.

Kejaksaan akan menjalankan fungsi pengecekan BAP dan analisis bukti-bukti


serta saksi untuk diajukan ke pengadilan. Apabila kejaksaan berpendapat bahwa bukti
atau saksi kurang mendukung, maka kejaksaan akan mengembalikan berkas tersebut ke
kepolisian, untuk dilengkapi. Setelah lengkap, maka kejaksaan akan melakukan proses
penuntutan perkara. Pada tahap ini, pelaku (tersangka) telah berubah statusnya
menjadi terdakwa, yang akan disidang dalam pengadilan. Apabila telah dijatuhkan
putusan, maka status terdakwa berubah menjadi terpidana.

KELOMPOK 1 19

Anda mungkin juga menyukai