PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
dasar pemikiran mengenai negara hukum telah dilangsir oleh banyak orang,
Held mengutip Skiner menerangkan “ Inti dari gagasan modern ialah suatu
sifat dan bentuk control,”.1 Dapat dikatakan gagasan tersebut di mulai dengan
dengan Belanda, yaitu rechtstaat. Istilah etat de droit dan rechtstaat yang
digunakan dalam sistem hukum Inggris, meskipun ungkapan legal state atau
state according to the law atau the rule of Law mencoba mengungkapkan
1
David Held, Demokrasi & Tatanan Global (Terjemahan dari Democrachy and the Global Order,
From The Modern State to Cosmopoitan Governance) diterjemahkan oleh Damanhuri, Pustaka
Pelajar, Yogyakarta. 2004 hlm 45
1
suatu ide yang pada dasarnya sama.2 Istilah Negara Hukum berkaitan dengan
paham rechtstaat dan the rule of law juga berkaitan dengan nomocrachy3 yang
berasal dari perkataan nomos dan cretos; nomos berarti norma dan cretos
hukum bukan saja rechtstaat dan rule of law tetapi juga nomokrasi Islam,
tunduk pada hukum dan semua orang sama dihadapan hukum. Semantara itu
2
Aguslamim Andi Gadjong, Pemerintahan Daerah ,Ghalia Indonesia, Bogor 2007.hlm 20.
3
Anwar C, Teori dan Hukum Konstitusi, Paradiga Kedaulatan dalam UUD (Pasca Perubahan) ,
Imlikasi dan Iplementasinya Pada Lembaga Negara, Malang, 2011 hlm 46.
4
Tahir Azhary, Negara Hukum, Suatu Study Tentang Prinsip-Prinsipnya Dilihat dari Segi Hukum
Islam, Implementasinya Pada Priode Negara Madinah dan Masa Kini, Pranenda Media, Jakarta
2004, Hlm 18.
2
tindakan rakyat yang dilakukan menurut kehendaknya sendiri.5 Untuk lebih
Negara hukum yang telah disebutkan diatas, yakni Rechtstaat, Rule of Law,
Menteri yang terkait dengan materi yang akan diatur dalam Perppu tersebut,
5
Askari Rasak, Hukum Pelayanan Publik, Arus Timur, Makassar 2013. hlm 26
3
Undang menjadi Undang-Undang. Perppu menurut Pasal 22 Undang-Undang
dicabut.6
(Pasal 24C ayat 1), pada akhirnya Indonesia memiliki Lembaga Negara baru
negara yang salah satunya adalah dapat melakukan pengujian suatu Undang-
pada dasarnya merupakan salah satu upaya untuk lebih menjamin legitimasi
6
Pasal 22 Undang-Undang Dasar 1945
4
Namun, hadirnya Lembaga Mahakamah Konstitusi tidak serta merta
Undang.
5
umum.7 Adapun kewajibannya yaitu Mahkamah Konstitusi wajib memberikan
Dasar.8
oleh dua lembaga peradilan yang berbeda, yakni Mahkamah Konstitusi (MK)
7
Pasal 24C ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945
8
Pasal 24C ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945
9
Maruarar Siahaan, Hukum Acara Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia. Jakarta:
Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia. hlm. 3
6
Agung berwenang menguji peraturan perundang-undangan di bawah undang-
demokratis yang didasarkan atas ide-ide negara hukum (rule of law), prinsip
10
Pasal 24A ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945
7
undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar telah sedikit banyak merubah
mendesak untuk dilakukan. Hal ini disebabkan karena atas berlakunya suatu
Rakyat (jika tidak disetujui menjadi Undang-Undang), tetap saja dalam kurun
waktu yang sebentar itu jika dianggap tidak sejalan dengan maksud konstitusi
Mahkamah Konstitusi.
8
Mahkamah Konstitusi nyatanya sudah telah beberapa kali melakukan
Tahun 2009 tanggal 8 Februari 2010 adalah sejarah baru dalam praktik
Undang Dasar.11
yang menguji Undang-Undang No. 6 Tahun 2009 dan Perppu No. 4 Tahun
2008 ini diputus pada tanggal 20 April 2010 yang juga menegaskan
pengujian Perppu No. 1 Tahun 2013 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-
11
Putusa Mahkamah Konstitusi Nomor 138/PUU-VII/2009
12
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 145/PUU-VII/2009
9
90/PUU-XI/2013, 91/PUU-XI/2013, 92/PUU-XI/2013, 93/PUU-XI/2013,
94/PUU-XI/2013.
dengan amar yang berbunyi “permohonan tidak dapat diterima”. Hal ini
karena Perpu No. 1 Tahun 2013 ini akhirnya dibahas di Dewan Perwakilan
tersebut seperti menurut istilah Malik ialah ibarat dua sisi mata uang,
membelah pendapat khalayak (khususnya para ahli) menjadi dua, ada yang
Secara garis besar, dikotomi pendapat tersebut bertolak dari perbedaan dalam
10
Bagi yang berpendapat setuju bahwa Mahkamah Konstitusi dapat
secara eksplisit pasal 24C Undang-Undang Dasar 1945 sudah jelas dan tegas
Pasal 22 ayat (2) dan (3) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945,13
Mahkamah Konstitusi”.
13
Pasal 22 ayat (2) dan (3) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945
14
Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945.
11
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
D. Manfaat Penulisan
Manfaat atau kegunaan yang diperoleh dalam penulisan proposal ini, antara
lain:
12
1. Manfaat Teoritis
Tahun 1945.
2. Manfaat Praktis
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
modern ialah suatu tatanan konstitusional dan hukum yang impersonal dan
yang sama dengan Belanda, yaitu rechtstaat. Istilah etat de droit dan
15
David Held, 2004, Demokrasi & Tatanan Global (Terjemahan dari Democrachy and the Global
Order, From The Modern State to Cosmopoitan Governance) diterjemahkan oleh Damanhuri,
Pustaka Pelajar, Yogyakarta. hlm 45
14
tidak tepat digunakan dalam sistem hukum Inggris, meskipun ungkapan
legal state atau state according to the law atau the rule of Law mencoba
Hukum berkaitan dengan paham rechtstaat dan the rule of law juga
cretos; nomos berarti norma dan cretos adalah kekuasaan, ialah kekuasaan
rechtstaat dan rule of law tetapi juga nomokrasi Islam, Negara Hukum
dimana kekuasaan tunduk pada hukum dan semua orang sama dihadapan
16
Aguslamim Andi Gadjong,2007,Pemerintahan Daerah ,Ghalia Indonesia, Bogor.hlm 20
17
Anwar C, 2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Paradiga Kedaulatan dalam UUD (Pasca
Perubahan) , Imlikasi dan Iplementasinya Pada Lembaga Negara, Malang, hlm 46.
18
Tahir Azhary, 2004, Negara Hukum, Suatu Study Tentang Prinsip-Prinsipnya Dilihat dari Segi
Hukum Islam, Implementasinya Pada Priode Negara Madinah dan Masa Kini, Pranenda Media,
Jakarta, hlm 18.
15
penyelenggaraan pemerintahan (pemerintah) maupun rakyatnya harus
yang reaktif ini lahir sebagi suatu sistem rasional yang menggantinkan
19
Askari Rasak, Hukum Pelayanan Publik, Arus Timur,2013, Makassar . hlm 26
20
Van der pot oleh La Ode Muh.Taufik, 2016, Negara Hukum, Demokrasi dan Pemisahan
Kekuasaan,Umitoha Ukhuwah Grafika, Makassar, hlm 12
16
prespektif tersebut, Kant dianggap mencetuskan pronsip-prinsip negara
hukum formal.21
Politika;
21
Munir Fuady, 2009, Teori Negara Hukum Modern ( Rechtstaat), Refika Aditama, Bandung.
Hlm 5
22
Jimly Asshiddiqie ,Konstitusi…,Op.Cit, hlm 152.
17
a. Kepastian Hukum.
b. Persamaan.
c. Demokrasi.
syarat tersebut:
a. Legalitas
b. Adanya Undang-Undang
pengakuan atas hak asasi manusia. Hal ini merupakan pola hubungan
yang erat antara rakyat sebagai unsur negara. Selain itu, mekanisme
23
Muin Fahmal, 2008, peranan Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Layak dalam Mewujudkan
Pemerintahan yang Bersih, Cetakan Kedua,Kreasi Total Media, Yogyakarta.hlm112.
24
Ibid Muin Fahmal hlm109-110
18
negara. Bahkan warga negara dapat mengajukan complaint terhadap
kaum liberalis individualistic. Tentu hal ini wajar dan dapat diterima,
disusul dengan Magna Charta pada tahun 1215 sebagai cikal bakal
munculnya Bill of Rights yang dibuat pada masa William pada Tahun
Inggris saat itu, jaminan kesamaan kedudukan bagi setia warga negara
terhadap hukum. Paham The rule of Law mulai dikenal setelah Albert
19
Dikatakan oleh A.V Dicay, bagwa ada tiga arti rule of Law ,
negara.25
mengandung arti yang dapat ditinjau dari tiga sudut. Pertama, rule of law
yang absolute dari pada hukum sebagai lawan dari pengaruh kekuasaan
25
A.V.Dicay, Pengantar Hukum Konstitusi (Terjemahan dari Introduction to The Study of The
Constitution) diterjemahkan oleh Nurhadi, Cetakan ke I, Nusa Media, Bandung, 2007. Hlm 264-
265
20
dipertahankan oleh pengadilan, sehingga konstitusi merupak hasil dari
Rule of Law peran control berada ditangan peradilan biasa melalui Judicial
kekuasaan diskresi.
26
Iryanto A. Baso Ence. Op.Cit. hlm41-42. Lihat Juga Agus Salim Andi Gadjong ,Op.Cit, hlm24-
25. Agus Salim menjelaskan bahwa dalam Pengertian The Rule Of Law para pejabat negara
tidak bebas dari kewajiban untuk menaati hukum yang mengatur warga negara biasa atau dari
yuridiksi peradilan biasa. Dengan demikian tidak dikenal peradilan administrasi negara dalam
sistem Anglo Saxon.
27
Budiman N.P.D Sinaga, Hukum Tata Negara, Perubahan Undang-Undang Dasar,Cetakan
Pertama.Tata Nusa,Jakarta 2009. hlm 99
21
hak-hak sipil warga negara sebuah negara hukum wajib untuk
baik”. Karena sifatnya yang pasiif dan tunduk pada kemauan rakyat yang
dalam artian formal atau Negara hukum Formal. Yang dimaksud dengan
tertulis.29
tidak lagi hanya dimaknai secara sempit atau dalam artian sebagai
baru ini di sebut gagasan welfare state atau “Negara Hukum Material”
negara hukum klasik (formal). Oleh sebab itu, pandangan Negara hukum
28
Anwar C,Op.Cit.hlm 48. lihat juga E.Utrecht,1960,Pengantar Hukum Adminsistrasi Negara,FH
PM UNPAD, Bandung, hlm 21.
29
E.Utrecth, Pengantar Hukum Administrasi Negara, Jakarta, 2002. hlm153
22
Tahun 1965 menekankan bahwa disamping hak-hak politik warga negara
yang harus juga dipenuhi dan dijamin oleh negara adalah hak-hak social
ciri negara hukum (rule of law) yang dirumuskan oleh ICJ tersebut adalah:
beroposisi)
pemerintah yang lebih luas sehingga dapat menjadi rujukan bagi berbagai
nilai social dan aspek ekonomi warga negara dalam sudut pandang welfare
30
Askari Razak, Op.Cit hlm 26.
31
Anwar C, Op.Cit. hlm 49.
23
atau pouvoir disrectionnaire yaitu untuk turut campur tangan dalam
asasi bagi warga negara adalah keniscayaan, bukan saja dalam arti sempit
2. Teori Konstitusi
hukum dasar, baik yang tertulis ataupun tidak tertulis maupun campuran
32
Askari Razak, OpCit. hlm 25.
33
Astim Riyanto, Teori Konstitusi, Bandung, Yapemdo, 2000, hlm 17.
34
A. Himmawan Utomo, “Konstitusi”, Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian Pendidikan
Kewarganegaran, Yogyakarta, Kanisius, 2007, hal 2.
24
Menurut Soemantri Martosoewignjo, istilah konstitusi berasal dari
dianut dalam suatu negara. Jika negara itu menganut paham kedaulatan
rakyat, maka sumber legitimasi konstitusi itu adalah rakyat. Jika yang
berlaku tidaknya suatu konstitusi, hal inilah yang disebut oleh para ahli
luar dan sekaligus di atas sistem yang diaturnya. Karena itu, di lingkungan
35
Ibid Astim Riyanto, hal 25.
36
A. Mukti Arto, Konsepsi Ideal Mahkamah Agung, Jogjakarta, Pustaka Pelajar, 2001, hal. 10.
25
C.F Strong menyatakan bahwa pada prinsipnya tujuan konstitusi
politik,
dari zaman ke zaman. Pada masa peralihan dari negara feodal monarki
37
A. Himmawan Utomo, “Konstitusi”, Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian Pendidikan
Kewarganegaran, Yogyakarta, Kanisius, 2007, hlm 12-13
26
alat rakyat dalam perjuangan kekuasaan melawan golongan penguasa.
sistem monarki dan kekuasaan sepihak satu golongan oligarki serta untuk
rakyat.38
tingkatan ninali (value) konstitusi, yaitu nilai normatif, nilai nominal, dan
peraturan yang mati dan/atau tidak pernah terwujud.40 Nilai nominal dari
38
ibid Astim Riyanto, hlm 286
39
Ibid Astim Riyanto hlm 311
40
Ibid Astim Riyanto hlm 313-314.
27
batas berlakunya itu, yang dalam batas-batas berlakunya itulah yang
rakyat, tetapi tentang pelaksanaanya tidak sesuai dengan isi dari konstitusi
Kalau konstitusi itu sama sekali tidak dilaksanakan, maka konstitusi itu
Menurut Henc van Maarseveen dan Ger van der Tang, fungsi
fungsi ini, maka setiap negara di dunia ini selalu berusaha mempunyai
konstitusi”.42
41
Ibid, Astim Riyanto hlm 315-316.
42
Ibid, Astim Riyanto hlm 344
28
Dengan demikian, bila dilihat dari segi waktu, fungsi konstitusi
negara bagi negara yang belum terbentuk, atau sebagai pendirian akte
atau sesudah suatu negara negara terbentuk, yang jelas fungsi konstitusi itu
pemerintah.43
yang bulat dan terpadu. Di dalamnya berisi materi yang pada dasarnya
2. Pasal yang berisi materi hubungan negara dengan warga negara dan
nasionalnya.
tinjauan yang berdasarkan atas subtansi kontitusi ini adalah tinjauan yang
45
ibid Astim Riyanto hlm 501
30
Konstitusi suatu negara pada hakekatnya merupakan hukum dasar
karenanya suatu konstitusi harus memiliki sifat yang lebih stabil dari pada
produk hukum lainnya. Terlebih lagi jika jiwa dan semangat pelaksanaan
yang diatur dalam konstitusi yang berlaku dirasakan sudah tidak sesuai
lagi dengan aspirasi rakyat. Oleh karena itu, konstitusi biasanya juga
Pada dasarnya ada dua macam sistem yang lazim digunakan dalam
konstitusi diubah, maka yang akan berlaku adalah konstitusi yang berlaku
semua negara di dunia. Sistem yang kedua ialah bahwa apabila suatu
31
asli tadi. Dengan perkataan lain, amandemen tersebut merupakan atau
menjadi bagian dari konstitusinya. Menurut C.F Strong ada empat macam
kemungkinan, yaitu:
c. Ketiga, adalah cara yang terjadi dan berlaku dalam sistem majelis
46
http://jakarta45.wordpress.com/2009/08/09/konstitusi-sejarah-konstitusi-indonesia/, diakses
pada tanggal 25 Agustus 2016, pukul 00:00 Wita.
32
maka lembaga negara yang diberi wewenang untuk itu mengajukan
ini adalah lembaga perwakilannya, akan tetapi kata akhir berada pada
33
wewenangnya hanya mengubah konstitusi. Usul perubahan dapat
prosedur biasa;
2. Konstitusi dapat diubah oleh sebuah badan khusus, yaitu sebuah badan
34
Mencermati uraian di atas, perubahan Undang-Undang Dasar
Politika.48
47
http://jakarta45.wordpress.com/2009/08/09/konstitusi-sejarah-konstitusi-indonesia/, diakses
pada tanggal 25 Agustus 2016, pukul 00:00 Wita.
48
Beberapa literatur menerjemahkan konsep trias politica sebagai pemisahan kekuasaan
(separation of power). Lihat Jimly Asshiddiqie. Ibid., hlm. 30.
Sedangkan sebagian literatur lain menyebutnya dengan istilah pembagian kekuasaan
(division of power). Lihat Miriam Budiardjo, Ibid., hlm. 267.
35
normatif bahwa kekuasaan-kekuasaan (function) ini sebaiknya tidak
1. Fungsi diplomacie;
2. Fungsi defencie;
3. Fungsi financie;
4. Fungsi justicie;
1. Fungsi Legislatif;
2. Fungsi Eksekutif;
Yang masing-masing terpisah satu sama lain. Bagi John Locke, fungsi
49
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik. Edisi Revisi,Cetakan Pertama, Gramedia,
Jakarta, 2008, hlm. 281-282.
50
Jimly Asshiddiqie, Perkembangan dan Konsulidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi. Sinar
Grafika, Jakarta, 2010, hlm. 29
36
memandang mengadili itu sebagai uittvoering, yaitu termasuk pelaksanaan
Undang-Undang.51
pemikiran John Locke yang ditulis dalam bukunya L’Esprit des Lois (The
Menurutnya ketiga jenis kekuasaan ini haruslah terpisah satu sama lain, baik
karena disinilah letaknya kemerdekaan individu dan hak asasi manusia perlu
Undang-Undang.
dijamin jika ketiga fungsi kekuasaan tidak dipegang oleh satu orang atau
badan tetapi oleh ketiga orang atau badan yang terpisah. Dikatakan olehnya
51
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik. Edisi Revisi,Cetakan Pertama, Gramedia, Jakarta,
2008, hlm. 282-283
37
orang atau dalam satu badan penguasa, maka tak akan ada kemerdekaan, akan
menjadi malapetaka jika seandainya satu orang atau satu badan, apakah
negara itu terdiri atas 4 (empat) cabang yang kemudian di Indonesia biasa
52
Jimly Asshiddiqie, Perkembangan dan Konsulidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi. Sinar
Grafika, Jakarta, 2010, hlm 29-30.
38
Teori pemisahan kekuasaan Montesquieu mengalami perkembangan
tidak dapat dipisahkan secara tajam satu dengan yang lain. Menurut E.
melampaui batas kekuasaannya. Jika dilihat dari fungsi negara pada negara
diterima secara mutlak, karena badan negara juga dapat diberi lebih dari
satu fungsi.53
kekuasaan” tidak dapat dipertahankan lagi.54 Selain itu, dewasa ini hampir
menjalan fungsi secara tepat, cepat, dan komprehensip dari semua lembaga
negara yang ada. Dengan kata lain persoalan yang dihadapai oleh negara
53
E.Utrech, Pengantar Hukum Administrasiu Negara Indonesia, Cetakan 4, 1960, hlm. 17-24
54
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik. Edisi Revisi,Cetakan Pertama, Gramedia, Jakarta,
2008, hlm. 282
39
dimonopoli dan diselesaikan secara otonom oleh negara tertentu saja,
lebih efektif dan efisien sehingga pelayanan umum (public services) dapat
sentralistis, dan terkonsentrasi tidak dapat lagi diandalkan. Oleh karena itu,
dan dekonsentrasi.
55
Juanda, Hukum Pemerintahan Daerah (Pasang Surut Hubungan Kewenangan DPRD
dan Kepala Daerah), Alumni, Jakarta, 2006, hlm. 74
56
Jimly Asshiddiqie, Perkembangan dan Konsulidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi. Sinar
Grafika, Jakarta, 2010, hlm 1 dan 5.
40
Salah satu akibatnya, fungsi-fungsi kekuasaan yang biasanya
fourth branch of the government, seperti yang dikatakan oleh Yves Meny
empat, tetapi para ahli sering tidak memberikan tempat bagi kekuasaan yang
terjadi ketegangan antar hukum tertulis dengan disatu pihak dengan kenyataan
58
Jimly Asshiddiqie, Perkembangan dan Konsulidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi. Sinar
Grafika, Jakarta, 2010, hlm. 20
41
politik.59 Badan-badan atau lembaga-lembaga independen yang
tersebut hanya berurusan secara eksklusif dengan salah satu dari ketiga fungsi
antar cabang kekuasaan itu tidak mungkin tidak saling bersentuhan, dan
bahkan ketiganya bersifat sederajat dan saling mengendalikan satu sama lain
peraturan tertulis yang dibentuk oleh berbagai lembaga sesuai tingkat dan
lingkupnya masing-masing.61
59
Crince le Roy, Kekuasaaan Ke-empat Pengenalan Ulang, diterjemahkan oleh Soehardjo,
Semarang, 1981, hlm 21.
60
Jimly Asshiddiqie, Perkembangan dan Konsulidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi. Sinar
Grafika, Jakarta, 2010, hlm 31
61
Moh. Mahfud MD., MK dan Politik Perundang-Undangan Di Indonesia. Makalah diunduh di
situs web www.mahfudmd.com pada tanggal 14 Agustus 2016
42
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 (UU/12/2011) tentang
tersebut meliputi:
4. Peraturan Pemerintah;
5. Peraturan Presiden;
62
Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan
43
mempunyai kekuatan hukum mengikat sepanjang diperintahkan oleh
berdasarkan kewenangan.63
Undang-Undang
dicabut”.64
Undang Dasar 1945. Pasal 5 ayat (2) ini menyatakan, "Presiden menetap-
63
Pasal 8 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan
64
Pasal 22 ayat (1), (2) dan (3) Undang-Undang Dasar 1945
44
adalah peraturan yang ditetapkan untuk menjalankan undang-undang atau
peraturan yang bersifat policy rules (beleids regels), maka dalam keadaan
juga disingkat Perppu. Oleh karena itu, kelaziman itu kita terima saja apa
65
Jimly Asshiddiqie, Konstitusi & Konstitusionalisme Indonesia, Jakarta, Sinar Grafika, 2010,
hlm. 282-283
45
Undang-Undang dasar ini sama-sama menggunakan istilah Undang-
Undang darurat untuk pengertian yang mirip atau serupa dengan Perppu.
22 ayat (1), (2), dan (3) Undang-Undang Dasar 1945 tersebut sama-sama
itu dinyatakan:
“Pasal ini mengenai nood veror denings recht Presiden. Aturan sebagai ini
memang perlu diadakan agar supaya keselamatan negara dapat dijamin
oleh pemerintah dalam keadaan yang genting yang memaksa pemerintah
untuk bertindak lekas dan tepat. Meskipun demikian, pemerintah tidak
akan lepas dari pengawasan Dewan Perwakilan Rakyat. Oleh karena itu,
66
JImly Asshiddiqie, Perihal Undang-Undang Di Indonesia, Cet.1, Sekretariat Jenderal dan
Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi, 2006, hlm. 80-83
46
peraturan pemerintah dalam pasal ini, yang kekuatannya sama dengan
undang-undang harus disahkan pula oleh Dewan Perwakilan Rakyat”.67
(limited time).
kedaulatan negara. Dalam arti yang lebih luas, ancaman bahaya itu dapat
67
Penjelasan atas Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia (sebelum diamandemen)
68
Jimly Asshiddiqie, Hukum Tata Negara Darurat, hlm. 66
47
Lalu pengertian kegentingan yang memaksa menurut Jimly
Asshiddiqie memiliki arti ancaman yang lebih luas lagi, yaitu ancaman
keselamatan itu dapat pula tertuju kepada suatu ide, prinsip-prinsip, atau
nilai-nilai luhur tertentu atau yang tertuju kepada sistem administrasi atau
kehakiman;
69
Abdul Mukhtie Fadjar, Hukum Konstitusi dan Mahkamah Konstitusi. Jakarta: Sekretariat Jendral
dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI, 2006, hlm,118-120.
48
Sedangkan tugas dan fungsi Mahkamah Konstitusi berdasarkan
konstitusi. Oleh karena itu, selain sebagai penjaga konstitusi (the guardian
tersebut, maka visi dan misi Mahkamah Konstitusi dirumuskan dalam Blue
49
2. Kewenangan Mahkamah Konstitusi
sebagaimana tercantum dalam Pasal 24C ayat (1) dan ayat (2) Undang-
disebut impeachment).
Pemerintahan Daerah.71
70
Pasal 24C ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945
71
Ibid, Abdul Mukhtie Fadjar, hlm. 120-121.
50
3. Pelaksanaan Kewenangan Konstitusional Mahkamah Konstitusi
dalam Undang-Undang; iii) badan hukum publik atau privat; atau iv)
Dasar 1945; Dalam kurun waktu dua tahun usia Mahkamah Konstitusi
51
telah dilakukan pengujian tidak kurang dari 65 Undang-Undang, dengan
menjamin ketepatan arah itu atau sebagai pengawal ketepatan isi dalam
72
Moh Mahfud MD, Membangun Politik Hukum, Menegakkan Konstitusi, Rajawali Pres, Jakarta,
2011 hlm 124
52
Jika ada isi peraturan perundang-undangan yang salah atau menyimpang dari
Undang Undang Dasar, maka harus ada cara untuk membenarkannya. Salah
satu cara untuk membenarkan agar semua produk hukum sesuai dengan sistem
hukum yang hendak dibangun adalah judicial review, yakni pengujian oleh
peraturan lebih tinggi. Disinilah letak judicial review didalam politik hukum
nasional.73
maka tindakan dari parlemen atau pemerintah tersebut dibatalkan. Karena itu,
73
Ibid Mahfud MD hlm 123
53
Penafsiran suatu Konstitusi tersebut dapat dilakukan dengan berbagai
framers).
konstitusi.
masyarakat.
1. Macam-Macam Pengujian 75
74
Munir fuady, Teori Negara Hukum Modern PT Refrika Aditama , Bandung , 2009 , hlm. 100
75
Ahmad Syahrizal Peradilan Konstitusi suatu studi tentang adjudikasi konstitusional
sebagai mekanisme penyelesaian sengketa normatif Jakarta: PT Pradnya Paramita, 2006
hlm 280-282
54
Undang-Undang tidak memenuhi ketentuan seperti yang telah
dengan suatu Pasal dan ayat tertentu. Oleh sebab itu, kerugian konkret
55
yang "telah dialami" oleh pemohon bersifat ratio decidendi (faktor
dari segi pelaksanaannya, ada beberapa model dari judicial review ini,
76
Munir fuady, Teori Negara Hukum Modern PT Refrika Aditama , Bandung , 2009 , hlm.282
56
dilaksanakan Oleh Mahkamah Agung.
77
Ibid Munir fuady hlm 83
57
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
B. Metode Pendekatan
78
Peter Mahmud Marzuki, Metode Penelitian Hukum, hlm. 134.
58
pengertian-pengertian, konsep-konsep, dan asas-asas hukum yang relevan
Sumber data yang akan digunakan dalam penelitian ini terdiri atas dua.
Perundang-Undanagan
Bencana
digunakan dalam penelitian ini yaitu buku-buku teks yang ditulis para ahli
79
Ibid, Peter Mahmud Marzuki hlm. 181.
59
hukum, jurnal-jurnal hukum, komentar-komentar atas putusan pengadilan,
ini.
hukum yang sesuai dengan teknik pendekatan yang penulis gunakan dalam
yang telah diajukan, setelah itu penulis akan memberikan preskripsi atas isu
60
BAB IV
Tahun 2011
Mahkamah Konstitusi tidak lepas dari pengkajian pemikiran baik dari segi
80
Maruarar Siahaan, Hukum Acara Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia. Jakarta:
Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia. hlm. 3
61
meruapakan konsekuensi dari dalilhierarki norma hukum yang berpuncak
yaitu dari sisi politik dan sisi hukum. Dari sisi politik ketatanegaraan,
81
Ibid,. Maruarar Siahaan., hlm. 4
82
Ibid,. Maruarar Siahaan., hlm. 7
62
and balances‟ sebagai penggganti sistem supremasi parlemen yang
yang mungkin terjadi; perlunya peranan hukum dan hakim yang dapat
83
Jimly Asshiddiqie. Kedudukan Mahkamah Konstitusi dalam Struktur Ketatanegaraan Indonesia.
Makalah disampaikan pada kuliah umum di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret,
Surakarta, Kamis, 2 September 2004. Salinan kuliah umum diunduh dalam bentuk makalah di
web www.jimly.com diakses pada tanggal 7 Oktober 2016
63
Kewajiban
diduga:
a. korupsi;
b. penyuapan;
1945.
64
2. Pengujian Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
1945.84 Pasal ini lebih menekankan pada aspek kebutuhan hukum yang
bersifat mendesak atau urgent yang terkait dengan waktu yang terbatas.
yaitu;
84
Pasal 22 Undang-Undang Dasar 1945.
85
Jimly Asshiddiqie, Hukum Tata Negar., Op., cit. hlm. 207-208.
86
Ni’matul Huda, Perkembangan Hukum., Op., cit., hlm. 96.
65
kegentingan yang memaksa berdasarkan Pasal 22 ayat (1) Undang-
memadai.
87
Irwansyah, Kedudukan Perppu Dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia, The Phinisi Press,
Yogyakarta, 2015, hlm. 4.
66
Rakyat bertambah ke lembaga Mahkamah Konstitusi. Sehingga produk
hukum Presiden yang bernama Perppu tidak hanya akan dinilai secara
politik oleh Dewan Perwakilan Rakyat tetapi juga akan dinilai secara
Mahkamah Konstitusi.
67
Nomor 4 Tahun 2008 tentang Jaring Pengaman Sistem Keuangan
menimbulkan:88
88
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 138/PUU-VII/2009.
68
Undang-Undang, maka terhadap norma yang terdapat dalam Perppu
69
Pengujian Perppu yang dilakukan oleh Mahkamah Konstitusi
menyatakan bahwa :
Undang.
harus dicabut.
70
Penulis berpendapat bahwa proses pembentukan Perppu sampai
Konstitusi.
tidak boleh menguji Perppu karena walaupun secara isi bahwa Perppu
71
1. Perppu adalah produk presiden sedangkan Undang-Undang adalah
Presiden, tidak dapat di uji dalam masa penanganan keadaan genting dan
dan memaksa.
Perppu, nanti pada saat masa sidang berikutnya. Hal ini menunjukan
72
Penulis kembali menegaskan bahwa ketika Perppu di uji oleh
Dasar 1945 pada dasarnya telah memberikan rule terkait keluarnya Perppu
Dari pasal 22 Undang-Undang Dasar 1945 dan pasal 24C ayat (1)
73
B. Potensi Sengketa Kewenangan Lembaga Negara terhadap Pengujian
(Perppu)
Kejelasan tujuan;
Kelembagaan atau pejabat pembentuk yang tepat;
Kesesuaian antara jenis, hierarki, dan materi muatan;
Dapat dilaksanakan;
Kedayagunaan dan kehasilgunaan;
Kejelasan rumusan; dan
Keterbukaan.
Dalam pasal diatas terdapat tujuh asas yang harus dipenuhi dalam
masyarakat.
Pengayoman;
Kemanusiaan;
Kebangsaan;
Kekeluargaan;
Kenusantaraan;
Bhinneka tunggal ika;
Keadilan;
Kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan;
Ketertiban dan kepastian hukum; dan/atau
Keseimbangan, keserasian, dan keselarasan.
90
Pasal 6 ayat (1) Undang-Undang No. 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan.
91
Pasal 20A ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945
75
Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia menguji Undang-Undang.
yaitu “hal ihwal kegentingan yang memaksa” dan tanpa persyaratan yang
76
Perppu. Ketentuan dalam Pasal 22 Undang-Undang Dasar 1945
masih lama akan terjadi atas kegentingan yang memaksa dan terpaksa.
oleh Presiden.92 Namun dalam sudut ini perlu dipertanyakan hal-hal yang
Mengingat tidak ada syarat yang jelas secara hukum, konstitusi maupun
hukum. Jika demikian maka haruslah dinyatakan tidak sah dan tidak
berlaku.
92
Pasal 22 Undang-Undang Dasar 1945
93
Pendapat Jimly Asshiddiqie tentang Pengujian Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang.
77
problem solving, sehingga akhirnya penetapan Perppu menjadi satu-
satunya cara untuk mengatasi keadaan tersebut.
1. Krisis (crisis)
2. Kemendesakan (emergency)
dahulu. ada tanda-tanda permulaan yang nyata dan menurut nalar yang
Undang Dasar 1945, terdapat beberapa unsur yang harus dipenuhi dalam
94
Pasal 22 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945
78
dipergunakan dalam Undang-Undang No. 10 Tahun 2004 Tentang
Perundang-undangan.
memiliki persamaan kata yaitu “hal dan perihal”. Sedangkan kalau perlu
95
Suharso dan Ana Retnoningasih, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta 2011. Hal. 161.
96
Dalam situs http://kamusbahasaindonesia.org/ yang diakses pada hari Kamis tanggal 13
Oktober 2016 pukul 08:52 Wita.
79
a. Genting
b. Memaksa
tidak mau dan waktu (saat atau kesempatan) yang baik. Jika
adalah salah satu rumusan pasal dalam konstitusi Indonesia yang tidak
80
antara, dan dikalangan”. Maka hanya jika ada faktor dari “dalam” hal
faktor dari “dalam” tetapi jika faktor dari luar hal ihwal kegentingan
sesuatu diluar kebakaran itu tidak diatur dalam Perppu. “Hal ihwal
tindakan tetapi harus dilakukan dengan paksa atau kekerasan meski tidak
yang lebih dan/atau masalah lain tetapi keadaan paksa tersebut justru
Undang.
81
ketentuan yang semestinya dituangkan dalam bentuk undang-undang,
Undang.
harus dicabut.
97
Imam Anshori Saleh, Kandasnya Perppu dan Masa Depan Mahkamah Konstitusi, Sekretariat
Jendral Komisi Yudisial RI, Jakarta, 2014 hlm. 19.
98
Pasal 22 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945
99
Pasal 22 ayat (2) dan (3) Undang-Undang Dasar 1945.
82
darurat untuk mengatur hal-hal penyelenggaran pemerintahan yang
yaitu;
Pertama, ada krisis (crisis), yaitu apabila terjadi suatu gangguan yang
sudden disturbunse).
100
Pasal 12 Undang-Undang Dasar 1945
101
Jimly Asshidiqqie, Hukum Tata Negara Darurat, Rajawali Pers, Jakarta 2008 hlm. 206.
83
membutuhkan suatu tindakan segera tanpa menunggu suatu
102
Ni’matul Huda, Perkembangan Hukum. ,Op. cit, hlm. 96
103
Pendapat Refly Harun, dikutip dalam blog Jurnal Hukum pada tanggal 12 Oktober 2016 jam
17:40 Wita.
104
Pendapat Ni’matul Huda situs www.hukumonline.com pada tanggal 12 Oktober 2016. Jam
17:59 wita
84
yang sudah diamanatkan oleh konstitusi kepada Dewan Perwakilan
Rakyat.”
Perppu.
85
Perppu merupakan produk hukum Presiden yang dikeluarkan
dicabut.
dapat diketahui bahwa ada dua instansi lembaga negara yang diberi
105
Pasal 22 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945.
86
Undang-Undang ataukah Perppu tersebut ditolak. Dengan demikian,
penyelenggaraan pemerintahan.
normal atau tidak biasa dalam dimensi yang berbeda dengan keadaan
biasa maka dibutuhkan pula pengaturan yang bersifat khusus yang perlu
apapun yang terjadi dalam negara dapat diatasi tanpa merusak prinsip-
106
Jimly Asshiddiqie, Hukum Tata Negara. Op., cit. hlm. 3.
107
Ni’matul Huda, Perkembangan Hukum, Op. cit.
87
prinsip demokrasi dan cita negara hukum.108 Namun, dalam penerbitan
para pakar hukum dan politik serta kalangan legislatif. Perdebatan itu
waktu singkat.
adanya suatu peraturan atau memiliki kriteria terlebih dahulu, hal ini
108
Jimly Asshiddiqie, Op., cit. hlm. 3.
109
Moh. Mahfud MD, Membangun Politik. Op., cit., hlm. 108.
88
menemukan bahwa kebanyakan Perppu yang dikeluarkan selama ini
Dalam hal ini yang dimaksud isinya adalah, hal ihwal merupakan
memaksa itu lebih luas daripada keadaan bahaya.” Dalam hal ini yang
masalah sama sekali. Tetapi keadaan yang lebih luas dari sekedar hanya
110
Jimly Asshiddiqie. Hukum Acara Pengujian Undang-Undang. Jakarta 2005. Hlm. 158
111
Ibid. Jimly Ashiddiqie. Hlm. 208
89
Sedangkan Undang-Undang Nomor. 24 tahun 2007 tentang
psikologis.112
dalam hal ini jelas prosesnya agar bisa diuji oleh Mahkamah Konstitusi
112
Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No. 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana.
113
Pasal 22 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945.
90
sebagaimana disebutkan dengan jelas dalam Undang-Undang No. 12
114
Pasal 52 ayat (2) dan Ayat (3) UndangUndang No. 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan
91
dinyatakan dengan jelas Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
115
Pasal 52 ayat (5) Undang-Undang No. 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan.
116
Pasal 22 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945
92
Undang-Undang.”. Sebagai proses akhir dari “hal ihwal kegentingan
Mahkamah Konstitusi
117
Pasal 52 ayat (5,6,7,8) Undang-Undang No. 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan
93
kehakiman, yang telah diakui secara universal. Menurut Maruarar
beberapa macam:
ringan;
h. Asas objektifitas;
i. Asas sosialisasi.119
118
Maruarar Siahaan, Op., Cit, hlm 66
119
Fatkhurahman, Dian Aminudin, Sirajudin, Memahami Keberadaan Mahkamah Konstitusi Di
Indonesia, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 2004, hlm 93
94
Sumber utama dalam mencari hukum acara adalah undang-
undang hukum acara yang dibuat khusus untuk itu. Akan tetapi
hukum acara yang lain seperti hukum acara perdata, acara pidana,
dan acara Tata Usaha Negara (TUN) yang telah diakui karena dalam
acuan.
120
Ibid. Fatkhurahman, Dian Aminudin, Sirajudin hlm. 70
95
d. Undang-Undang Hukum Acara Perdata, Acara Pidana, dan Acara
e. Doktrin; dan
lain.
121
Pasal 28 Ayat (1) Undang-Undang No. 8 tahun 2011
96
termohon sehingga adanya kewajiban untuk menaati putusan
tersebut. 122
122
Maruarar Siahaan, Op., Cit, hlm 55
123
Proses beracara Mahkamah Konstitusi dalam melaksanakan kewenangan memutuskan/
menyelesaikan sengketa kewengan antar lembaga negara diatur lebih lanjut dalam Peraturan
Mahkamah Konstitusi Nomor 8 /PMK/ Tahun 2006 tentang Pedoman Beracara Dalam Proses
Penyelesaian Sengketa Kewenangan Lembaga Negara
97
lain yang kewenangan penyelesaiannya dimiliki oleh Mahkamah
Konstitusi.124
d. Presiden;
124
Mahfudh MD, Rambu Pembatas dan Perluasan Kewenangan Mahkamah Konstitusi, Makalah,
disampaikan pada diskusi public tentang wacana amandemen konstitusi yang diselenggarakan
oleh KHN di Jakarta, tanggal 12 Juni 2008, hlm 1
98
Majelis hakim berwenang untuk meminta penjelasan pemohon
yang berlandaskan pada Pasal 24C ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945
a. Kewenangan
125
Pasal 67 Undang-Undang No. 8 tahun 2011
99
b. Kewajiban
Konstitusi wajib menguji Perppu, perlu diketahui bahwa pada pasal 1 ayat
dibuat tidak untuk memuaskan satu orang akan tetapi hukum dibuat untuk
100
Perppu kurang efisien, terkesan lambat dan menunda-nunda, Mahkamah
Perwakilan Rakyat.
101
dimaksud juga merupakan pengujian terhadap tindakan Presiden dalam
walaupun mengacu pada pasal 24C ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945
sebab ada asas yang mengatakan bahwa Ius Curia Novit yang artinya ;
102
Dalam hal ini Mahkamah Konstitusi dapat diuntungkan dan pihak
penerapan asas hukum yang sesuai dengan Undang - Undang Dasar 1945
terus mempertahankan sistem yang tidak sesuai dengan visi dan misi serta
tidak akan mendapatkan jalan keluar dalam belantara hukum ini, oleh
terjadinya inkonstitusional.
103
Selanjunya dalam proses penyelesaian hukum ini pelu adanya
104
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Mahkamah Konstitusi bertentangan dengan pasal 24C ayat (1) oleh karena
B. Saran
1. Perlu adanya batasan kewenangan yang diatur secara tegas dalam Undang-
105
2. Ketika terjadi kebuntuan hukum, perlu penerapan asas hukum yang sesuai
dengan Undang - Undang Dasar 1945 agar setiap institusi bertindak sesuai
ketatanegaran yang selaras dan tidak menyisi dari bentuk dan kedaulatan
106
DAFTAR PUSTAKA
107
A. Himmawan Utomo, “Konstitusi”, Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian
Pendidikan Kewarganegaran, Yogyakarta, Kanisius, 2007.
David Held, Demokrasi & Tatanan Global (Terjemahan dari Democrachy and the
Global Order, From The Modern State to Cosmopoitan Governance)
diterjemahkan oleh Damanhuri, Pustaka Pelajar, Yogyakarta. 2004
Imam Anshori Saleh, Kandasnya Perppu dan Masa Depan Mahkamah Konstitusi,
Sekretariat Jendral Komisi Yudisial RI, Jakarta, 2014
108
Jimly Asshiddiqie. Kedudukan Mahkamah Konstitusi dalam Struktur
Ketatanegaraan Indonesia. Makalah disampaikan pada kuliah umum di
Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Kamis, 2
September 2004. Salinan kuliah umum diunduh dalam bentuk makalah di
web www.jimly.com diakses pada tanggal 7 Oktober 2016 Jam 20:02 Wita
Muin Fahmal, 2008, peranan Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Layak dalam
Mewujudkan Pemerintahan yang Bersih, Cetakan Kedua,Kreasi Total
Media, Yogyakarta.
Munir fuady, Teori Negara Hukum Modern PT Refrika Aditama, Bandung, 2009.
109
Ni’matul Huda. Problematika Substantif Nomor 1 Tahun 2013 Tentang
Mahkamah Konstitusi.
Suharso dan Ana Retnoningasih, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta 2011.
Van der pot oleh La Ode Muh.Taufik, Negara Hukum, Demokrasi dan Pemisahan
Kekuasaan,Umitoha Ukhuwah Grafika, Makassar 2016.
Website
Refly Harun, dikutip dalam blog Jurnal Hukum pada tanggal 12 Oktober 2016
Jam 17:40 Wita.
110
Peraturan Perundang-undangan
Putusan
111