BAB I
PENDAHULUAN
Dari uraian unsur-unsur rechtsstaat maupun the rule of law tersebut nampak
adanya persamaan dan perbedaan antara kedua konsep tersebut. Baik
rechtsstaat maupun the rule of law selalu dikaitkan dengan konsep
perlindungan hukum, sebab konsep-konsep tersebut tidak lepas dari gagasan
untuk memberi pengakuan dan perlindungan terhadap hak asasi manusia.
Dengan demikian keduanya sama-sama memiliki inti upaya memberikan
perlindungan pada hak-hak kebebasan sipil dari warga negara, berkenaan
dengan perlindungan terhadap hak-hak dasar yang sekarang lebih populer
dengan HAM, yang konsekuensi logisnya harus diadakan pemisahan atau
pembagian kekuasaan di dalam negara. Sebab dengan pemisahan atau
pembagian kekuasaan di dalam negara, pelanggaran dapat dicegah atau
palingtidak dapat diminimalkan.
1
Abdulgani Roeslan, 1964, Hukum Dalam Revolusi dan Revolusi Dalam Hukum, BP. Prapanca. Jakarta.
3
1) Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas, dapat ditarik rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Apa itu Negara hukum berdasarkan pancasila?
2. Apa implementasi Negara hukum berdasarkan pancasila ?
2) Tujuan Masalah
Dari rumusan masalah di atas, dapat ditarik tujuan masalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui Apa itu Negara hukum berdasarkan pancasila?
2. Untuk mengetahui Apa implementasi Negara hukum berdasarkan
pancasila?
6
BAB II
PEMBAHASAN
Dari pidato di atas nampak bahwa Undang-Undang Dasar 1945 itu adalah
konstitusi revolusi yang bersifat sementara dan kelak akan disusun
2
konstitusi baru yang lebih lengkap, jika suasana telah memungkinkan.
2
Adji Oemar Seno, 1980, Peradilan Bebas Negara Hukum, Erlangga, Jakarta
7
Pernyataan ketua PPKI tentang sifat sementara dari UUD 1945 ini, sejalan
dengan aturan tambahan UUD 1945 naskah asli yang menyatakan:
Dari ketentuan dua ayat Aturan Tambahan UUD 1945 tersebut dapat
ditarik penafsiran bahwa UUD 1945 dimaksudkan hanya berlaku untuk
masa dua kali enam bulan atau setahun saja, terhitung mulai berakhirnya
perang Asia Timur Raya pada tanggal 15 Agustus 1945. UUD 1945
sebagai konstitusi revolusi sering pula disebut dengan Undang-Undang
Dasar kilat. Oleh karena itu dapat dimengerti apabila rumusan UUD 1945
sangat singkat bila dibandingkan dengan konstitusi negara lain seperti ,
Malaysia, Philipina, India, Pakistan maupun Iran. Bahkan hal-hal yang
berkaitan dengan penyelenggaraan negara dibuat sesederhana mungkin
agar dapat segera digunakan dalam penyelenggaraan negara.
Dalam Undang-Undang Dasar 1945 yang disusun secara singkat itu,
dalam Pembukaan maupun Batang Tubuh (pasal-pasalnya), tidak ada satu
kalimat atau perkataan yang secara eksplisit menyatakan bahwa Indonesia
adalah negara hukum. Tetapi pengertian yang sedemikian di dapat pada
alinea ke 4 (empat) Pembukaan UUD 1945: “Maka disusunlah
Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu undang-undang
dasar Negara Indonesia”, Jadi Republik Indonesia adalah negara hukum
yang berkonstitusi yang dituliskan.
8
keluarga Romawi – Jerman. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh
beberapa pakar antara lain oleh Rene David dan John E.C. Brierley,
Muhamad. Yamin dan Djoko Soetono. Rene David dan John E.C.
Brierley, menyatakan “To a certain extent Indonesia, colonised by The
Dutch, belongs to The Romano-Germanic family”.
Sedangkan Ashary,menyatakan, karena besarnya pengaruh ide
rechtsstaat terhadap konsep negara hukum yang khas Indonesia, maka
banyak kepustakaan Indonesia yang menyebutkan bahwa istilah negara
hukum merupakan terjemahan langsung dari rechtsstaat. Hal ini antara
lain dikemukakan oleh Muhammad Yamin dan Djoko Soetono.
XA tentang Hak Asasi Manusia yang terdiri dari Pasal 28A, 28B, 28C,
28D, 28E, 28F, 28G, 428H, 28I dan Pasal 28J. Hal ini menunjukkan bahwa
dalam konsep negara hukum Indonesia juga masuk di dalamnya konsepsi
negara hukum Anglo Saxon yang terkenal dengan rule of law.
Sebenarnya di Indonesia, baru pada tahun 1966 istilah the rule of law
mulai populer untuk mengartikan negara hukum, hal ini diungkapkan oleh
Ashary sebagai berikut: “Selain istilah rechtstaat, sejak tahun 1966 dikenal
4
Asshiddiqie Jimly 1, 2002, Judicial Review & Matinya TGPTPK, Diktum, Jurnal Kajian Putusan
Pengadilan, LeIP, edisi
14
pula istilah The rule of law yang diartikan sama dengan negara hukum".
Pendapat tersebut antara lain dikemukakan oleh Sunaryati Hartono dan
Sudargo Gautama.Sunaryati Hartono mengemukakan: “Oleh sebab itu,
agar supaya tercipta suatu negara hukum yang membawa keadilan bagi
seluruh rakyat yang bersangkutan, penegakan the rule of law itu harus
diartikan dalam artinya yang materiil. Sudargo Gautama menyatakan:
“dan jika kita berbuat demikian, maka pertama-tama kita melihat bahwa
dalam suatu negara hukum, terdapat pembatasan kekuasaan negara
terhadap perseorangan. Negara tidak maha kuasa, tidak bertindak
sewenang-wenang. Tindakan-tindakan negara terhadap warganya dibatasi
oleh hukum. Inilah apa yang oleh ahli hukum Inggris dikenal sebagai rule
of law. Dari berbagai macam pendapat tersebut, nampak bahwa di
Indonesia baik the rule of law maupun rechtsstaat diterjemahkan dengan
negara hukum. Hal ini sebenarnya merupakan sesuatu yang wajar, sebab
sejak tahun 1945 The rule of law merupakan suatu topik diskusi
internasional, sejalan dengan gerakan perlindungan terhadap hak-hak asasi
manusia. Dengan demikian, sulitlah untuk saat ini, dalam perkembangan
konsep the rule of law dan dalam perkembangan konsep rechtsstaat untuk
mencoba menarik perbedaan yang hakiki antara kedua konsep tersebut,
lebih-lebih lagi dengan mengingat bahwa dalam rangka perlindungan
terhadap hak-hak dasar yang selalu dikaitkan dengan konsep the rule of
law, Inggris bersama rekan-rekannya dari Eropa daratan ikut bersama-
sama menandatangani dan melaksanakan The European Convention of
Human Rights. Dengan demikian, lebih tepat apabila dikatakan bahwa
konsep negara hukum Indonesia yang terdapat dalam UUD 1945
merupakan campuran antara konsep negara hukum tradisi Eropa
Continental yang terkenal dengan rechtsstaat dengan tradisi hukum Anglo
Saxon yang terkenal dengan the rule of law. Bahkan lebih dari itu Rene
David & John E.C. Brierley, menyatakan: “To a certain extent Indonesia,
15
Apabila dalam Pembukaan dan Batang Tubuh UUD 1945 naskah asli,
tidak secara eksplisit terdapat pernyataan bahwa Indonesia adalah negara
hukum, lain halnya dalam Konstitusi Republik Indonesia Serikat (KRIS).
Dalam KRIS dinyatakan secara tegas dalam kalimat terakhir dari bagian
Mukadimah dan juga dalam Pasal 1 ayat (1) bahwa Indonesia adalah
negara hukum. Adapun isi Mukadimah Konstitusi RIS adalah sebagai
berikut:
MUKADIMAH
Hal itu kemudian dipertegas lagi dalam Pasal 1 ayat (1) KRIS yang
menyatakan “Republik Indonesia Serikat yang merdeka dan berdaulat
ialah suatu negara hukum yang Demokrasi dan berbentuk federasi”.
Dengan demikian tidak perlu diragukan lagi bahwa secara eksplisit negara
RIS dinyatakan sebagai negara hukum. Sedangkan dalam Undang-Undang
Dasar Sementara 1950 (UUDS 1950), penegasan bahwa Indonesia adalah
negara hukum dapat dibaca dalam kalimat terakhir bagian Mukadimah dan
dalam Pasal 1 ayat (1) UUDS 1950 sebagai berikut:
MUKADIMAH
Kemudian rumusan negara hukum ini dipertegas lagi di dalam Pasal 1 ayat
(1) UUDS 1950 yang menyatakan: Republik Indonesia yang merdeka dan
berdaulat ialah suatu negara hukum yang demokratis dan berbentuk
kesatuan. Dalam UUD 1945 setelah diadakan perubahan, konsepsi negara
hukum yang awalnya berada dalam Penjelasan UUD 1945, dimasukkan ke
dalam Pasal 1 ayat (3) dengan perumusan “Negara Indonesia adalah
negara hukum”. Dengan demikian jelas bahwa baik konstitusi RIS 1949,
UUDS 1950 maupun UUD 1945 yang telah diubah, ketiganya
merumuskan secara harfiah dan tegas bahwa Indonesia adalah negara
hukum, yang mana hal ini berbeda dengan UUD 1945 naskah asli.
Namun demikian, harus ada pula jaminan bahwa hukum itu sendiri
dibangun dan ditegakkan menurut prinsip-prinsip demokrasi, karena
prinsip supremasi hukum dan kedaulatan hukum itu sendiri pada
pokoknya berasal dari kedaulatan rakyat. Oleh sebab itu, prinsip negara
hukum hendaklah dibangun dan dikembangkan menurut prinsip-prinsip
demokrasi atau kedaulatan rakyat (democratische rechtsstaat). Hukum
tidak boleh dibuat, ditetapkan, ditafsirkan dan ditegakkan dengan tangan
besi berdasarkan kekuasaan belaka (machtsstaat). Prinsip negara hukum
tidak boleh ditegakkan dengan mengabaikan prinsip-prinsip demokrasi
yang diatur dalam Undang-Undang Dasar. Puncak kekuasaan hukum itu
diletakkan pada konstitusi yang pada hakikatnya merupakan dokumen
kesepakatan tentang sistem kenegaraan tertinggi. Dengan demikian,
merupakan suatu keharusan bahwa semua warga negara, tanpa melihat
kedudukannya, mengerti bahwa substansi dari negara hukum adalah
dianutnya paham supremasi hukum yang dalam bahasa populernya disebut
sebagai the Rule of Law. Berkait dengan democratische rechtsstaat ini
21
prinsip rule of law dan mengarah pada suatu welfare staat, diterima
dengan penyesuaian tertentu, yang mana prinsip negara hukum sebagai
penjaga malam atau nachtwakerstaat tidak bisa diterima oleh bangsa
Indonesia.
3) Terkait dengan kedua konsep di atas, maka konsep “Negara Hukum
Pancasila” hakikatnya memiliki elemen yang terkandung dalam konsep
Rechtsstaat dan Rule of Law. Perbedaan prinsipiilnya terletak pada landasan
filosofi kenegaraan, bahwa Negara Hukum Pancasila berbasis pada filsafat
Pancasila[29] bukan pada filsafat liberalistik. Pancasila sebagai ideologi
nasional memberikan ketentuan dasar sebagai landasan sistem hukum
Indonesia, termasuk landasan negara hukum. Kenyataan tersebut secara utuh
dapat dipahami pada Pembukaan, Batang Tubuh maupun penjelasan UUD
1945 (sebelum perubahan) maupun Pembukaan dan pasal-pasal UUD 1945
sesudah dilakukan perubahan UUD 1945. Sebelum UUD 1945 diubah,
penjelasannya memuat tentang Negara Hukum RI khususnya berkaitan Sistem
Pemerintahan Negara RI sebagai berikut
7
__________________, 4, 2004, Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia, Mahkamah Konstitusi
Republik Indonesia dan Pusat Studi Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Indonesia,
Jakarta
31
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Dengan penyelenggaraan otonomi daerah, kedelapan unsur makro
negara hukum Indonesia di atas, tentunya masih dapat dipertajam dengan
unsur “adanya peran dan fungsi strategis Peraturan Daerah sebagai instrumen
yuridis penyelenggaraan pemerintahan daerah untuk mewujudkan tujuan
negara hukum Indonesia”. Sebagai bagian dari peraturan perundang-undangan
di Indonesia, maka eksistensi Peraturan Daerah bagi Pemerintah Provinsi,
Pemerintah Kabupaten dan Pemerintah Kota di Indonesia, menjadi instrumen
yuridis cukup fundamental dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah. Hal
ini dikarenakan, Peraturan Daerah bukan saja merefleksikan keotonomian
daerah dalam mengatur urusan rumah tangganya sendiri, tetapi juga
menunjukkan adanya kewenangan lembaga pembentuk hukum (Peraturan
Daerah) di Daerah yang secara hierarkis tidak memiliki hubungan sub ordinat
dengan lembaga pembentuk hukum (undang-undang) di tingkat pusat.
Berdasarkan unsur ini, menurut penulis, dapat dikembangkan kekhususan
peran dan fungsi aktif Peraturan Daerah dalam sistem hukum nasional:
B. Saran
Dalam penulisan makalah ini kami menyadari bahwa penulisan masih jauh
dari kata sempurna kedepannya kami akan lebih berhati-hati dalam
menjelaskan tentang makalah dengan sumber-sumber lebih banyak dan lebih
bertanggungjawab.
34
DAFTAR PUSTAKA