NPM : 203300416045
Mata Kuliah : Sejarah Hukum (Tugas II)
Dalam garis-garis Besar Haluan Negara 1999-2004 ditetapkan visi Bangsa Indonesia yaitu
“Terwujudnya masyarakat Indonesia yang damai, demokratis, berkeadilan, berdaya saing, maju dan
sejahtera. Dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang didukung oleh manusia Indonesia
yang sehat, mandiri, beriman, bertakwa, berakhlak mulia, cinta tanah air, berkesadaran hukum dan
lingkungan, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, memiliki etos kerja yang tinggi serta
berdisiplin”
Sebagai suatu negara hukum, maka pelaksanaan Garis-garis Besar Haluan Negara 1999-2004
dituangkan dalam bentuk Undang-Undang yaitu Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang
Program Pembangunan Nasional (Propenas) Tahun 2000-2004 yang memuat kebijakan terinci dan
terukur dimaksudkan untuk mewujudkan tujuan pembangunan nasional.
Kebijakan pembangunan hukum dalam Propenas tahun 2000-2004 ada 10 butir yaitu :
Percepatan pembaharuan hukum atau pembentukkan hukum nasional itu sendiri dipengaruhi
oleh berbagai factor pendorong antara lain :
1. Aturan-aturan hukum yang ada untuk Sebagian telah usang atau didapati berbagai
kekosongan, seperti hukum positif warisan masa colonial.
2. Tindakan tutup lobang gali dalam upaya mengatasa aturan yang usang atau kekosongan
hukum ditempuh dengan membentuk berbagai aturan kebijakan.
3. Internasionalisasi hubungan hukum terutama dibidang niaga menuntut pula penyesuaian
aturan hukum yang ada secara regional atau internasional.
4. Tidak jarang pula, aturan hukum baru yang dibuat sebagai pengganti aturan lama didapati
banyak kekurangan. Hal ini terjadi antara lain sangat dipengaruhi oleh kepentingan dominan
tertentu, seperti aturan yang menopang system monopoli, konglomerasi.
Nama : Syifa Anindya
NPM : 203300416045
Mata Kuliah : Sejarah Hukum (Tugas II)
“Semua peraturan yang ada hingga saat Indonesia merdeka masih teteap berlaku selama
belum diadakan yang baru menurut Undang-Undang Dasar 1945”
Republik Indonesia sebagaimana pada saat diproklamasikan minum Irian Barat yang masih
tetap berada dalam kekuasaan Belanda.
Pengaturan mengenai hak asasi manusia itu sendiri telah dimulai oleh dunia Islam pada Tahun 622
Masehi dengan dikeluarkannya sebuah piagam tentang hak asasi manusia di Kota Madinah atau
yang lebih dikenal dengan “Piagam Madinah”
Pada abad XX Franklin D. Roosevelt merumuskan adanya empat hak dasar manusia, yaitu :
yang bersifat normative tradisional yaitu pola interrelasi tersebut serasi, selaras dan seimbang
(asumsi positif).