Anda di halaman 1dari 12

“Pengaruh Pola Rekruitmen Partai Politik Terhadap Pencalonan

Legislatif ”

Dafid Anugrah. Rachel, H.E. Dini.M


ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SILIWANGI

Abstrak

Pola rekruitmen calon legislatif di tingkat daerah memiliki dampak signifikan


pada proses pemilihan umum dan representasi politik di Indonesia. Artikel Ilmiah
ini memfokuskan pada teori rekruitment calon legislatif dan permasalahan pola
Adopsi rekruitmen calon legislatif di Indonesia. Hasil studi ini mengungkapkan
pengaruh pola rekruitmen partai politik pada keragaman dan kualitas calon
legislatif. Temuan ini menjadi penting dalam upaya memperkuat fungsi
rekruitmen partai politik dan meningkatkan demokrasi di tingkat daerah.

Kata kunci : Pola Rekruitment,Calon legislatif,Adopsi Teori Rekruitment,Politik


Daerah,Partai Politik,Demokrasi,Keragaman,Representasi

Abstract

The pattern of recruitment of legislative candidates at the regional level has a


significant impact on the electoral process and political representation in
Indonesia. This Scientific Article focuses on the theory of legislative candidate
recruitment and the problem of adopting legislative candidate recruitment
patterns in Indonesia. The results of this study reveal the influence of political
party recruitment patterns on the diversity and quality of legislative candidates.
These findings are important in efforts to strengthen the recruitment function of
political parties and improve democracy at the regional leve

Key Words : Recruitment Patterns, Legislative Candidates, Adoption of


Recruitment Theory, Regional Politics, Political Parties, Democracy, Diversity,
Representation
Pendahuluan

Adanya perubahan sistem politik yang ada di Indonesia ditandai dengan


adanya reformasi dalam bidang pemerintahan yang membawa pengaruh yang
signifikan terhadap kehidupan perpolitikan di Indonesia. Perluasan kebebasan
berdemokrasi mengakibatkan bermunculan partai politik bak jamur di musim
hujan. Beralihnya masa orde baru ke masa reformasi memungkinkan
terselenggaranya sistem multipartai. Keadaan ini menimbulkan harapan terhadap
hadirnya partai baru yang dapat menjadi kondisi bagi terciptanya sistem
pemerintahan yang demokratis.

Dalam undang-undang Nomor 31 tahun 2004 tentang partai politik yang


mengatur prasyarat untuk membentuk partai politik yang mana tidak hanya
dibentuk oleh 50 orang warga negara saja, tetapi lebih dari itu harus menyertakan
akta notaris yang mencantumkan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga dan
kepengurusan tingkat nasional yang terdaftar pada departemen kehakiman. Partai
politik dan parlemen atau legislatif adalah dua aktor masyarakat dalam kehidupan
politik yang mendapatkan mandat dari masyarakat sipil, sebagai organisasi
kekuasaan dan meraih kontrol atas negara untuk kepentingan masyarakat semata.
Mengingat fungsi partai politik yang sangat penting terhadap pola rekrutmen
politik, keberadaannya merupakan ukuran mutlak bagaimana demokrasi
berkembang pada suatu negara. Walaupun bukan merupakan pelaksanaan dari
suatu pemerintahan, namun keberadaannya akan mempengaruhi bagaimana arah
pelaksanaan pemerintah yang dijalankan.

Dalam mewujudkan demokrasi yang ideal, hal yang penting adalah


bagaimana menguak kinerja dan efektivitas fungsi partai politik jelas tidak bisa
dilepaskan dari berdirinya partai politik itu sebagai suatu kebutuhan politik
masyarakat.

Sudah jelas bahwa salah satu harus utama pola rekrutmen adalah
bagaimana kaderisasi dan seleksi pemimpin dalam sistem kenegaraan yang
demokratis melalui partai politik. Adanya tuntutan terhadap suatu sistem
demokratis menjadi faktor penting pada era reformasi. Beberapa hal yang penting
dilakukan oleh partai politik adalah bagaimana menata diri dalam proses
rekrutmen kader atau pemimpin yang mampu melahirkan pemimpin berkualitas.
Sebelum calon legislatif daerah diajukan kepada KPUD, parpol terlebih dahulu
melakukan penyeksian terhadap calon legislatif tersebut dengan cara melakukan
pendekatan dari segala persyaratan legal (berkas: ijazah, STTB, bebas hukum)
maupun formal (mencakup prosedur standar internal).

Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk membahas


tentang dampak perubahan pola rekrutmen partai politik pada calon legislatif.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka didapat beberapa hal yang menjadi
rumusan permasalahan, diantaranya:

1. Bagaimana pola rekruitmen partai politik terhadap pencalonan legislatif di


Indonesia?
2. Apa dampak pola rekruitmen partai politik saat ini terhadap kualitas
anggota legislatif?
3. Bagaimana solusi terkait pelaksanaan pola rekruitmen partai politik agar
tetap ideal?

Tinjauan Pustaka

1. Partai Politik
Menurut miriam Budiardjo dalam buku dasar-dasar ilmu politik, dikatakan
bahwa partai politik merupakan suatu kelompok yang terorganisasi yang mana
anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai tujuan dan cita-cita yang sama.
Orientasi dan tujuan dari kelompok ini adalah untuk memperoleh kekuasaan
politik atau merebut kedudukan politik dengan cara konstitusionalisme dalam
melaksanakan programnya.

Menurut Carl J. Friedrich, partai politik merupakan sekumpulan manusia yang


terorganisasi secara konstan dengan tujuan untuk merebut atau mempertahankan
kekuasaan bagi pimpinan partainya. Berdasarkan penguasaan ini, memberikan
kebermanfaatan anggota partainya.

2. Rekrutmen Politik

Kajian rekrutmen politik adalah suatu penelitian yang menyeluruh dengan


banyak variabel yang mempengaruhi prosesnya. Rekrutmen politik dilakukan
dalam suatu sistem yang jelas yang membutuhkan keberlangsungan organisasi
yang terus menerus. Dalam bahasa perpolitikan, istilah rekrutmen menjadi lebih
populer dan digunakan oleh partai politik karena mereka membutuhkan dukungan
rakyat untuk kekuasaan dengan mengajak orang untuk menjadi anggota partai.
Rekrutmen memiliki acuan waktu selama prosesnya, seperti kecepatan pemilu dan
regenerasi kepengurusan partai politik.

Menurut Afan Gaffar (1999:115) rekrutmen politik merupakan proses


pengisian jabatan politik dalam sebuah negara, agar sistem politik dapat
memfungsikan dirinya dengan sebaik-baiknya, guna memberikan pelayanan dan
perlindungan Masyarakat. Sedangkan menurut Czudnowski, rekrutmen politik
adalah seleksi dan pengangkatan seseorang atau kelompok untuk melaksanakan
sejumlah peran dalam sistem politik pada umumnya dan pemerintahan pada
khususnya.

3. Pola Rekruitmen Politik


Dalam sistem politik suatu negara, rekrutmen politik sangat penting. Karena
proses ini menentukan orang-orang yang akan menjalankan fungsi-fungsi
infrastruktur dan suprastruktur politik negara. Pola rekrutmen yang digunakan
oleh setiap sistem politik berbeda. Anggota yang direkrut memiliki keterampilan
yang sangat penting untuk menduduki posisi politik di pemerintahan. Dengan
demikian, metode yang digunakan oleh partai politik untuk merekrut anggota baru
juga berbeda dari satu partai ke partai lainnya. Metode perekrutan yang sesuai
dengan AD/ART dan kebijakan partai masing-masing disesuaikan.

Dalam proses memilih calon legislatif yang akan diusung oleh partai politik.
Menurut Haryanto (1982:47), seorang calon anggota parlemen harus memenuhi
beberapa kriteria, di antaranya adalah:
1. Pengalaman Organisasi, baik selama menjadi anggota partai maupun sebelum
menjadi anggota partai sangat penting untuk menjalankan organisasi.

2. Tingkat Pendidikan, tingkat pendidikan, baik formal maupun informal, terkait


dengan wawasan seseorang tentang masalah dan prilaku dalam organisasi.
Meskipun demikian, tingkat pendidikan tidak diperlukan dalam AD/RT.

3. Pelatihan Kader atau Keterampilan Organisasi, ini adalah pelatihan yang


bertujuan untuk membantu calon anggota mengelola organisasi di masa depan.

Pembahasan

a. Pola Rekruitmen Calon Legislatif

Miriam Budiardjo menyatakan bahwa salah satu fungsi partai politik adalah
melakukan recruitmen politik, artinya dalam hal ini partai mencari anggota baru
yang berbakat untuk ikut berpartisipasi dalam proses politik dalam menjaga
keberlanjutan partai sekaligus salah satu cara menyeleksi kader pemimpin
legislatif. Pernyataan ini didukung oleh Kartawijaya dan Kusumah (2003) yang
menyatakan bahwa fungsi partai politik adalah melakukan rekrutmen terhadap
sumber daya manusia untuk menduduki jabatan penting di pemerintahan secara
nasional, parlemen maupun lokal.

Norris (1997) menyampaikan bahwa setidaknya ada 4 hal yang dapat


mempengaruhi bagaimana pelaksanaan pola rekrutmen calon legislatif di berbagai
negara, diantaranya:

1. Sistem politik suatu negara, sistem kepartaian atau sistem pemilu yang
dapat menggambarkan peluang kandidat dalam pangsa pasar politik di
suatu negara.
2. Proses rekrutmen partai, ini dapat dilihat dari bagaimana tingkat
demokratisasi dalam internal partai ketika membuat dan melaksanakan
aturan seleksi kandidat legislatif.
3. Kandidat yang mengajukan diri untuk mengikuti pemilihan berhubungan
dengan bagaimana motivasi dan modal politik serta anggaran dasar yang
mereka miliki.
4. Permintaan kelompok penentu kebijakan partai seperti pemilih donatur
anggota dan pimpinan partai yang berhak mengkualifikasi dan
menentukan hasil seleksi pencalonan.

Model pengambilan keputusan akhir dalam seleksi calon legislatif

Noris membuat klasifikasi model pengambilan kebijakan akhir dalam partai


politik berdasarkan dua indikator diantaranya:

1. Tingkat keketatan elite dalam menetapkan legislatif berdasarkan kriteria


yang telah ditentukan oleh partai. Klasifikasi tersebut diantaranya: a)
birokrasi; yang mana para elit politik menerapkan kriteria dengan ketat, b)
patronase; para elit partai melakukan seleksi para calon secara longgar dan
menetapkan kriteria yang telah ditetapkan partai.
2. Tingkat pengambilan keputusan akhir pada pengurus Partai dalam tingkat
nasional atau desentralisasi pada pengurus lokal. Beberapa klasifikasinya
diantaranya: a) pembuatan kebijakan yang tersentralisasi yang ditentukan
oleh elite partai di tingkat nasional dan regional, b) pembuatan kebijakan
secara lokal ditentukan oleh konstituen pengurus Partai di tingkat lokal
atau pemilih.

Adopsi Teori Rekrutmen Calon Anggota Legislatif

Ada beberapa teori model rekrutmen calon legislatif yang digunakan oleh partai
politik yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya:

1. Setiap parpol dalam menentukan caleg dalam pemilu harus memenuhi


kriteria umum yang beragam.
2. Selanjutnya parpol mengerucutkan kembali caleg sesuai kuota yang bisa
diusulkan dengan menyeleksi kandidat umum masuk ke dalam klasifikasi
kandidat secara khusus. Penentuan kandidat khusus ditentukan
berdasarkan beberapa kriteria seperti: a) loyalitas partai; b) pelayanan
konstituen; c) pengusaha; d) wakil kelompok.
3. Indikator selanjutnya adalah model penentuan kandidat legislatif oleh
partai politik.
4. Model hubungan tipe kandidat legislatif dan perilaku pasca terpilih.

Permasalahan Pola Rekrutmen Calon Legislatif di Indonesia

Partai politik merupakan organisasi yang memperjuangkan nilai melalui


struktur kekuasaan melalui pemilu. Rekrutmen politik di Indonesia dijalankan
dalam sebuah ruang rahasia yang tidak dapat dijamah orang awam dan hanya
diketahui oleh internal partai tersebut. Rekrutmen politik oleh partai dilakukan
untuk Mengkader seseorang dalam merebut atau mempertahankan kekuasaan.
Sehingga dalam pelaksanaannya, rekrutmen politik di Indonesia masih jauh dari
kata ideal.

Banyaknya anggota legislatif yang tersandung kasus korupsi baik di


tingkat pusat maupun daerah dinilai sebagai akibat dari lemahnya pola rekrutmen
politik oleh partai politik. Karena prinsip pragmatisme yang lebih kuat
dibandingkan hanya untuk sekedar mengabdi kepada masyarakat. Selain itu,
peraturan perundang-undangan juga tidak secara tegas mengikat dan
mengakomodasi sistem rekrutmen yang ideal dan masih adanya inkonsistensi
aturan internal partai terhadap fungsi legislatif.

Hal itu dikemukaan oleh Andinda Elok Putri Maharani,SH.,M.H pada


ujian terbuka promosi doktor di Fakultas Hukum UGM,mahasiswa program
doktor ilmu hukum ini menyampaikan penelitian disertasinya yang berjudul
sistem Rekrutmen Anggota Legislatif di Indonesia mengemukakan bahwa terdaoat
dua faktor yang menjadi penyebab permasalahan dalam sistem rekrutmen anggota
legislative yang dilaksanakan oleh partai politik. “Pertama Pertama, peraturan
perundang-undangan tidak mengakomodasi sistem rekrutmen yang ideal. Kedua,
adanya adanya inkostensi aturan internal partai politik terhadap fungsi rekrumen
partai politik,” kata Andina. Menurutnya, ada tiga peraturan yang terkait langsung
dan menjadi faktor penyebab lemahnya sistem rekrutmen anggota legislatif, yakni
pasal 29 ayat (2) dalam UU No 2 tahun 2008 tentang partai politik, pasal 29 pasal
1 UU No 2 tahun 2011 tentang perubahan atas UU No 2 tahun 2008 dan pasal 52
UU No 8 tahun 2012 tentang pemilihan umum anggota DPR, DPD, dan DPRD.
Ketiga peraturan tersebut memberikan ruang terlalu bebas kepada partai
politik untuk menyelenggarakan rekrutmen secara demokratis, namun tidak
disertai ketentuan yang lebih detail mengenai kewajiban rekrutmen partai. “Hal ini
menjadi penyebab utama dari lemahnya rekrutmen anggota lesgilatif tatkala partai
menerjemahkan klausul demokratis tersebut berdasar kepentingan masing-masing
partai,” katanya. elain itu, tambahnya, terdapat pula peraturan yang menjadi
pendorong lemahnya rekrutmen anggota legislatif yakni pasal 2 UU no 2 tahun
2011 tentang perubahan atas UU no 2 tahun 2008 tentang partai politik yang
mengatur pendirian partai politik sehingga memicu adanya sistem multi partai.
Hal ini berimplikasi pada kecenderungan perebutan kursi parlemen dan memicu
pragmatisme dalam rekrutmen anggota legislatif. “Sistem multi partai akan tidak
menjadi masalah bila kelembagaan partai sudah kuat,” tegasnya. Ia
merekomendasikan empat hal yang harus diatur dalam peraturan perundang-
undangan, yakni pengaturan partisipasi masyarakat untuk dapat memberikan
masukan terkait bakal calon legislatif, penguatan peran KPU sebagai
penyelenggara pemilu untuk meningkatkan partisipasi masyarakat. Selanjutnya,
diperlukan pengaturan penguatan fungsi pendidikan politik dalam penguatan
kelembagaan partai politik untuk mendukung fungsi rekrutmen. “Terakhir,
pengaturan penguatan fungsi kaderisasi politik dalam penguatan kelembagaan
partai politik untuk mendukung fungsi rekrutmen,”ujarnya. a juga menyarankan
perlu adanya kegiatan berkelanjutan untuk peningkatan kapasitas legislatior agar
mengetahui cara formulasi hukum sehingga peraturan yang dibuat dapat
mengintegrasikan nilai-nilai dalam masyarakat. Soal mekanisme rekrutmen
anggota legislatif, menurutnya, parpol harus melibatkan tim ahli hukum dan
politik untuk membantu parpol dalam penyusunan peraturan internal. Peraturan
internal tersebut mengatur soal pendidikan politik dan kaderisasi politik yang
dilakukan oleh partai.

Yang tidak kalah penting, parpol juga harus menguatkan kapasitas SDM
internal parpol untuk melakukan tertib administrasi peraturan internal partai
politik yang menjadi dasar rekrutmen anggota legislatif. “Parpol dalam kegiatan
politiknya sebaiknya menjadikan Pancasila sebagai paradigma bertindak sehingga
dapat menerapkan nilai cita permusyawaratan, cita perwakilan dan cita kerakyatan
,”.

b. Memperkuat Fungsi Rekruitmen Partai Politik

Bila di kaji sekilas, sampai dengan saat ini proses rekrutmen partai politik
belum berjalan secara terbuka transparan dan demokratis yang berakibat
pemilihan kader menjadi tidak objektif. Proses penyiapan kader juga terkesan
tidak sistematik dan tidak berkesinambungan.Partai politik dalam membina
kadernya lebih instens hanya pada saat menjelang adanya event-event poltik
seperti kongres partai, pemiligan umum dan sidang Majelis Permusyawaratan
Rakyat.

Menyambut pemilihan umum tahun 2014 ini, kita tetap disuguhkan oleh pola
rekrutmen partai politik yang hanya bertujuan untuk memperoleh suara terbanyak
dalam pemilihan umum, tanpa memperhatikan kompetensi orang yang dicalonkan
jadi anggota legislatif.

Sehingga banyak muncul caleg secara instan. Hal paling sering terlihat adalah
ramainya artis masuk partai politik dan langsung menjadi calon legislatif di
Dewan Perwakilan Rakyat. Selain pola rekrutmen artis, salah satu pola lain adalah
berkembangnya sistem dinasti politik. Dimana orang-orang yang mencalonkan
diri sebagai calon anggota legislatif adalah keluarga-keluarga dekat petinggi-
petinggi partai politik seperti istri, anak, adik kandung, kakak, bahkan sampai
saudara ipar dan ibu tiri seperti yang kita lihat pada dinasti Ratu Atut di Banten.

Untuk memperkuat fungsi rekrutmen partai politik menarik untuk


menampilkan rekomendasi dari Workshop Rekrutmen dan Pelatihan Anggota
Partai Politik tanggal 06 Oktober 2005 sebagai berikut:

1. Perlu diubah paradigma keanggotaan partai politik. Anggota harus dianggap


sebagai sumber daya yang sangat krusial untuk partai. Anggota diberikan
kesempatan untuk berpartisipasi dengan aktif dan dilibatkan dalam proses
pengambilan keputusan. Agar kesetiaan terhadap partai dan keterikatan dapat
dijaga, anggota perlu mempunyai rasa memiliki partai.
2. Segera membuat pola rekrutmen yang sistematis. Tindakan yang harus diambil

antara lain adalah:

a. Membentuk tim rekrutmen

b. Menentukan kelompok sasaran – konstituen mana yang akan direkrut

(pemuda, perempuan, penduduk kota/ desa, pekerjaan, tingkat pendidikan,

penghasilan)

c. Menyiapkan sarana dan prasarana untuk rekrutmen

d. Menentukan pesan utama yang akan dikomunikasikan

e. Menentapkan waktu dan lokasi perekrutan

3. Menentukan standar pola rekrutmen yang khusus untuk anggota biasa,


pengurus

partai, calon legislatif, staf profesional, dll.

4. Memperkuat sayap dan onderbouw partai. Melalui organisasi tersebut


rekrutmen

kalangan tertentu (pemuda, perempuan) dipermudah.


5. Membangun sistem dan database keanggotaan. Menentukan sistem tepat untuk

partai dengan menjawab pertanyaan berikut:

a. Siapa yang boleh menjadi anggota?

b. Apakah anggota harus membayar iuran? Kalau ya, berapa besarnya iruan?

c. Apakah anggota diberikan kartu identitas anggota?

d. Data apa saja yang disimpan?

e. Siapa yang bertanggung jawab?

6. Menggaji staf profesional untuk mengurus beberapa pekerjaan partai yang tidak

dapat dilakukan oleh anggota biasa; seperti akuntansi, staf secretariat kehumasan,
menejer kampanye pemilu, penelitian dan pengembangan partai,
pengorganisasian acara partai yang besar, dll

7. Menjaga supaya anggota tetap akitf dan bermotivasi tinggi. Anggota merasa

termotivasi kalau:

a. Dilibatkan dalam kegiatan partai

b. Diberi tanggung jawab tugas partai sesuai dengan kemampuan

c. Diberi penghargaan setelah tugas diselesaikan

d. Dibuat acara sosial seperti piknik, pentas bersama, dll.

8. Melakukan aktifitas pelatihan secara rutin. Membangun program pelatihan

anggota dan memperhatikan isu-isu berikut:

a. Introduksi mengenai ideologi, visi dan misi, program dan gagasan partai

b. Pengajaran sistem politik dan undang-undang yang berkait

c. Fungsi dan struktur partai politik

d. Pengetahuan dan keterampilan yang berkaitan dengan pengelolaan partai

e. Pemahaman atas masalah-masalah aktual serta tehnik dalam memecahkan

suatu permasalahan (problem solving skills)

f. Tehnik advokasi sosial

9. Membuat anggota merasa puas dan merasa memiliki partai. Demikian


rekrutmen anggota baru secara otomatis akan dilakukan oleh anggota. ”Anggota
yang puas adalah perekrut yang paling baik.” Sesuai dengan permasalahan di atas
bahwa upaya yang dilakukan agar perwakilan yang terpilih dari hasil pemilihan
umum adalah orang-orang yang kompeten dan menjadi cerminan dari kebutuhan
masyarakat serta bebas dari praktek korupsi adalah dengan langkah awal dari
partai politik yaitu dengan memperkuat fungsi rekrutmen partai politik agar
orang-orang yang dicalonkan oleh partai politik adalah betul-betul orang yang
kompeten dan berdedikasi tinggi serta menempatkan kepentingan negara di atas
kepentingan pribadi, golongan dan partai politik
KESIMPULAN

Dalam undang-undang Nomor 31 tahun 2004 tentang partai politik yang


mengatur prasyarat untuk membentuk partai politik yang mana tidak hanya
dibentuk oleh 50 orang warga negara saja, tetapi lebih dari itu harus menyertakan
akta notaris yang mencantumkan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga dan
kepengurusan tingkat nasional yang terdaftar pada departemen kehakiman.

Artikel ilmiah ini menganalisis bagaimana kepemimpinan partai politik


mempengaruhi keputusan legislatif di Indonesia. Hal ini membahas bagaimana
para pemimpin partai politik mempengaruhi sistem politik suatu negara dan
betapa pentingnya peran mereka dalam menentukan bagaimana individu dapat
masuk ke dalam kerangka politik suatu negara.

Pengaruh kepemimpinan partai politik terhadap sikap politik pemerintah


juga dibahas dalam artikel ini. Selain itu, kajian ini juga mencakup bagaimana
kepemimpinan partai politik mempengaruhi jenis lembaga legislatif yang akan
dibentuk. Peran pimpinan partai politik dalam menentukan derajat kepemimpinan
partai politik juga dibahas dalam artikel ilmiah ini.

Anda mungkin juga menyukai