Anda di halaman 1dari 4

Nama : Eneng Mira Rahmadani

NPM : 233507054

Satu Tahun Pemilu 2024, Siaga Pengawasan Ikhtiar Mewujudkan


Kualitas Prosedural Tahapan Pemilu 2024
Oleh:
Rino Sundawa Putra, S.IP.,M.SI
Komisioner Bawaslu Kota Tasikmalaya

14 Februari kemarin tepat satu tahun menjelang Pemilu serentak 2024. KPU
menyelenggaran kirab Pemilu 2024 dan Bawaslu menyelengggarakan Siaga
Pengawasan Satu Tahun Menuju 2024, kedua kegiatan tersebut adalah simbolisasi
yang mengajak seluruh elemen bangsa bersiap menyambut Pemilu sebagai agenda
penting yang memastikan demokrasi di Indonesia berjalan dengan bai, ibarat mobil
penyelenggaraan Pemilu sudah masuk dalam gigi tiga, meningkatkan akselerasi karena
satu persatu tahapan Pemilu harus dilalui.
Dibulan februari 2023 ini tahapan Pemilu penting yang sedang dilakukan adalah
verifikasi faktual kesatu dukungan pencalonan perseorangan DPD dan tahapan
pencocokan dan penelitian daftar pemilih yang bersumber dari tahapan pencocokan
dan penelitian daftar pemilih yang bersumber dari Data Penduduk Potensial Pemilih
Pemilu (DP4) yang telah disinkronisasi dengan daftar pemilih dalam Pemilu
sebelumnya (2019) kemudian dipetakan kedalam basis TPS sehingga tergambar
berapa jumlah TPS, khususnya di Kota Tasikmalaya.
Pengawasan dan Kebeneran Prosedural Tahapan
Memang ada yang berpedapat bahwa dalam Pemilu yang terpenting adalah
kebenaran subtansial, pendapat ini seolah mengkesampinkan aspek prosedural dan
hanya berbicara soal kualitas kepemimpinan hasil Pemilu dengan parameter utama
keberhasilan pemimpin dari hasil Pemilu dalam mensejahterakan rakyat, meningkatkan
perekonomian, pembangunan dan lain-lain. Tidak sedikit yang berpendapatan
sebaliknya, bahwa kebenaran subtansial hasil Pemilu mustahil akan dicapai bila pada
prosesnya mengkesampingkan kebenaran prosedural, karena kebenaran subtansial
adalah output dari proses yang harus memperhatikan kebenaran prosedural.
Sederhananya mustahil berharap pada pemimpin atau wakil rakyat yang terlahir dari
proses yang mal-administrasi, menerabas prosedur dan mekanisme yang telah diatur.
Dalam wacana diskursus kebenaran kedua pendapat ini tidak mengikat pada salah satu
pendapat ini adalah narasi dan argumentasi yang saling melengkapi. Terlepas dari
kedua pendapat tersebut, faktanya lahir sebuah lembaga penyelenggara Pemilu yang
didesain untuk memastikan prosedur, tata cara dan mekanisme dilakukan. Amanat
Undang-Undang ternyata menitikberatkan kebenaran proseur tahapan Pemilu maka
lahirlan Bawaslu.

Kebenenaran Prosedural Syarat Dukungan Calon Perseorangan DPR

Sebagaimana disinggung diatas, bahwa tahapan penting di bulan februari ini


adalah verifikasi faktual kesatuan syarat dukungan calon perseorangan DPD,
sederhananya verifikasi faktual ini adalah tahapan pembuktian syarat dukungan calon
DPD yang telah dinyatakan lolos verifikasi administrasi. Dalam ketentuan pasal 8 ayat
(2) huruf e Peraturan Komisi Pemilihan Umum nomor 10 tentang Pencalonan
Perseorangan Peserta Pemilu Angota Dewan Perwakilan Daerah menyebutkan bahwa
Provinsi dengan jumlah penduduk dalam daftar pemilih tetap berjumlah lebih dari
15.000.000 calon DPD harus memiliki dukunganpaling sedikit 5000 orang, dan jawa
Barat memiliki jumlah penduduk dalam daftar pemilih tetap lebih dari 15.000.000,
artinya calon perseorangan DPD dari Jawa Barat harus memiliki dukungan minimal
sebanyak 5000 orang yang harus tersebar minimal di 50 persen wilayah
kabupaten/kota dalam satu provinsi.
Di Jawa Barat bakal calon anggota DPD yang lolos administrasi sebanyak 59
orang dan dari 59 bakal calon DPD yang memiliki dukungan di kota Tasikmalaya
sebanyak 47 bakal calon, artinya verifikasi faktual untuk memastikan kebenaran
dukungan akan dilakukan pada sampel dari 47 bakal calon DPD yang ada di kota
Tasikmalaya. Verifikasi faktual ini sangat penting karena implikasinya bisa
menggugurkan bakal calon untuk menjadi calon DPD yang akan menjadi peserta
Pemilu pada 2024 mendatang, atau dalam istilah teknis adalah Tidak Memenuhi Syarat
(TMS), misal setelah diverifikasi faktual ternyata banyak sampel yang menyatakan tidak
mendukung, atau bahkan ada yang menyatakan KTP nya dicatut untuk dijadikan syarat
dukungan DPD, dan orang yang tidak mengakui jumlahnya banyak maka akan
mengurangi target syarat minimal 5000 dukungan atau syarat sebaran dukungan
minimal 50 persen dari jumlah kabupaten/kota dalam satu provinsi.
Nah dititik inilah mengapa kebenaran prosedural menjadi begitu penting, karena
akan menentukan siapa yang sah menjadi calon DPD peserta Pemilu 2024 dan siapa
yang tidak. Pengawasan terhadap tahapan ini menjadi penting untuk maemastikan
prosedur, mekanisme dan tata cara pada tahapan veriikasi faktual syarat dukungan
calon perseorangan DPD ini dilakukan, karena kalau semua dilakukan pada hakekatnya
akan menutup celah kecurangan, manipulasi yang modus operandinya berkolaborasi
dengan penyelenggara yang punya akses untuk bisa memberikan status “memenuhi
syarat” (MS) atau “tidak memenuhi srat”
Kedua, tahapan penting Pemilu 2024 di bulan februari adalah sub tahapan
pencocokan dan penelitian daftar pemilih yang menjadi bagian dari tahapan
penyusunan dan penelitian daftar pemilih Pemilu 2024. Pada kesempatan kegiatan
Siaga Satu Pengawasan Menjelang Pemilu 2024 Pejabat Walikota Tasikmalaya punya
harapan bahwa tingkat partisipasi pemilih di kota Tasikmalaya pada Pemilu 2024 nanti
harus diangka 90 persen lebih. Memang ini harus digaris bawahi bahwa memang
tingkat partisipasi juga menjadi ukuran kualitas demokrasi kita dan menjadi parameter
legitimasi keterpilihan pemimpin dan wakil rakyat. Harapan beliau kalau kita urai tentu
akan betumpu pada tahapan penyusunan dan pemutakhiran daftar pemilih, karena bila
tahapan ini dilakukan dengan prosedur yang benar, tingkat akurasi yang tinggi tentu
akan berbanding lurus dengan harapan pak Pejabat Walikota Tasikmalaya.
Di kota Tasikmalaya jumlah pemilih sementara dalam daftar pemilih yang sudah
dipegang oleh Petugas Pemutakhiran Data Pemilih (Pantarlih) berbasis TPS sebanyak
547.653 dan jumlah TPS sebanyak 1.995 angka ini akan dinamis karena proses coklit
oleh Pantarlih akan memetakan kembali jumlah pemilih dengan indicator syarat warga
Negara yang sudah memiliki hak pilih atau tidak lagi memiliki hak pilih, missal kategori
data potensial pemilih yang harus menyisir warga kota Tasikmalaya yang belum berusia
17 tahun tapi sudah menikah, warga Negara yang pada saat hari pemilihan tanggal 14
februari 2024 sudah berusia 17 tahun, perubahan status dari TNI-POLRI menjadi sipil,
dan data pencoretan dari daftar pemilih bila ada warga Negara yang berubah status
dari sipil menjadi TNI-POLRI dan meningeal dunia.
Akurasi dalam proses coklit data pemilih tersebut lagi lagi ditentukan oleh
prosedur dan mekanisme yang harus dilakukan oleh pentarlih, dan hal inilah yang harus
diawasi pelaksanaannya. Setidaknya pengawasan Pemilu harus memastikan, pertama,
cklit dilakukan oleh orang yang memiliki SK, Pantarlih da tidak boleh didelegasikan
tugasnya kepada oranglain (Joki). Kedua, Pantarlih harus mendatangi setiap rumah
tidak boleh melakukan coklit hanya dibelakang meja, dan yang paling penting untuk
menjamin akurasi juga memastikan hak pilih warga Negara terjamin adalah melakukan
penelusuran masyarakat yang masuk kategori potensial pemilih seperti yang belum
berusia 17 tahun tapi sudah menikah, warga Negara yang pada saat hari pemilihan
tanggal 14 februari 2024 sudah berusia 17 tahun, perubahan status dari TNI-POLRI
menjadi sipil.
Sebagai penutup penulis menggaris bawahi bahwa argumentasi dalam tulisan ini
bukanlah pengkesampingan terhadap kebenaraan subtansial, tetapi hanya
mengingatkan bahwa kebenaran prosedural juga penting dan tidak boleh
dikesampingkan karena dari hal yang bersifat prosedural itulah akan lahir kebenaran
subtansial mengingat demokrasi-elektoral kita berbasis regulasi, praturan perundang-
undangan maka pelanggaran prosedur dan administrasi adalah pelanggaran terhadap
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Anda mungkin juga menyukai