Anda di halaman 1dari 29

PERANCANGAN STRUKTUR BETON

APARTEMEN 4 LANTAI

BAB II
DASAR TEORI
2.1 Plat Beton Bertulang
Perencanaan plat beton bertulang dilakukan melalui tahapan-tahapan berikut.
1. Menentukan syarat-syarat batas dan bentang plat
Panjang bentang plat lantai diukur dari as balok ke as balok setelahnya,
sedangkan panjang bersih plat lantai adalah jarak bersih dari tepi balok ke tepi
balok setelahnya. Panjang bentang yang dibutuhkan dalam penentuan syarat batas
adalah panjang pada arah x (Ix) dan panjang arah y (Iy). Sehingga Ix dan Iy harus
diketahui terlebih dahulu.
Panjang bentang arah x dan y digunakan untuk menghitung rasio dimensi plat
dengan menggunakan rumus berikut.
𝐼𝑦
𝛽=
𝐼𝑥
Dengan ketentuan
𝛽>3 maka perhitungan menggunakan sistem plat satu arah
𝛽≤3 maka perhitungan menggunakan sistem plat dua arah

2. Menentukan tebal plat lantai

Perhitungan tebal plat dibagi menjadi dua yaitu plat satu arah dan plat dua
arah. Perhitungan tebal minimum plat satu arah menggunakan perhitungan yang
terdapat dalam SNI 2847:2013 pasal 9.5.2.2 tabel 9.5(a) berikut.

5
PERANCANGAN STRUKTUR BETON
APARTEMEN 4 LANTAI

Gambar 2.1 Tebal Minimum Plat Satu Arah Berdasarkan SNI 2847:2013

Perhitungan tebal minimum plat dua arah menggunakan rumus-rumus yang


terdapat dalam SNI 2847:2013 pasal 9.5.3.3 halaman 72 sebagai berikut.
a. Untuk 𝛼𝑓𝑚 ≤ 0,2 menggunakan tebal minimum pada tabel 9.5(c) dalam SNI
2847-2013 pasal 9.5.3.2 halaman 72.
b. Untuk 0,2 < 𝛼𝑓𝑚 < 2 ketebalan minimum plat harus lebih dari
𝑓𝑦
𝑙𝑛 (0,8 + 1400)
ℎ=
36 + 5𝛽(𝛼𝑓𝑚 − 0,2)
Dan tidak boleh kurang dari 125 mm
c. Untuk 𝛼𝑓𝑚 ≥ 2 , ketebalan minimum harus lebih dari
𝑓𝑦
𝑙𝑛 (0,8 + 1400)
ℎ=
36 + 9𝛽
Dan tidak boleh kurang dari 90 mm
d. Pada tepi yang tidak menerus, balok tepi harus memiliki rasio kekauan 𝛼𝑓 lebih
dari 0,8 atau sebagai alternatif ketebalan minimum yang ditentukan pada
persamaan poin b dan c diatas harus dinaikkan paling tidak 10% pada panel
dengan tepi tidak menerus.

Keterangan:
h adalah tebal minimum plat

6
PERANCANGAN STRUKTUR BETON
APARTEMEN 4 LANTAI

𝑙𝑛 adalah panjang bentang bersih sisi terpanjang plat lantai dari muka ke
muka balok
𝛽 adalah rasio bentang bersih arah memanjang terhadap arah terpendek dari
plat dua arah
𝛼𝑓𝑚 adalah nilai rata-rata 𝛼𝑓 oleh semua balok pada tepi-tepi dari suatu panel
𝛼𝑓 adalah rasio kekakuan lentur balok terhadap rasio kekauan lentur plat,
𝐸𝑐𝑏 𝐼𝑏
menurut SNI 2847-2013 pasal 13.6.1.6 halaman 133 besar 𝛼𝑓 =
𝐸𝑐𝑠 𝐼𝑠

3. Menghitung beban yang bekerja pada plat lantai


Beban yang diperhitungkan dalam perencanaan pelat dapat berupa beban mati
dan beban hidup serta segala beban yang memungkinkan untuk ditahan plat sesuai
dengan kegunaan ruangan. Perhitungan beban menggunakan kombinasi
pembebanan yang terdalam SNI 1727:2013 pasal 2.3.2 halaman 11 dan 12 sebagai
berikut.
1) 1,4D
2) 1,2D + 1,6L + 0,5 (Lr atau S atau R)
3) 1,2D + 1,6 (Lr atau S atau R) + (L atau 0,5 W )
4) 1,2D + 1,0W + L + 0,5 (Lr atau S atau R)
5) 1,2D + 1,0E + L + 0,2S
6) 0,9D + 1,0W
7) 0,9D + 1,0E
Keterangan :
D adalah Beban Mati
L adalah Beban Hidup
E adalah Beban Gempa
W adalah Beban Angin
7
PERANCANGAN STRUKTUR BETON
APARTEMEN 4 LANTAI

S adalah Beban Salju


R adalah Beban Hujan
Beban yang digunakan dalam perhitungan selanjutnya adalah beban terbesar
dari beberapa kombinasi diatas. Beban-beban yang dimaksud ditentukan dalam
PPPURG 1987 halaman 5 dan 6 untuk beban mati dan SNI 1727:2013 halaman
25-28 untuk beban hidup yang dilampirkan sebagai berikut.

8
PERANCANGAN STRUKTUR BETON
APARTEMEN 4 LANTAI

9
PERANCANGAN STRUKTUR BETON
APARTEMEN 4 LANTAI

Gambar 2.2 Beban Mati Berdasarkan PPPURG 1987

10
PERANCANGAN STRUKTUR BETON
APARTEMEN 4 LANTAI

11
PERANCANGAN STRUKTUR BETON
APARTEMEN 4 LANTAI

12
PERANCANGAN STRUKTUR BETON
APARTEMEN 4 LANTAI

13
PERANCANGAN STRUKTUR BETON
APARTEMEN 4 LANTAI

14
PERANCANGAN STRUKTUR BETON
APARTEMEN 4 LANTAI

15
PERANCANGAN STRUKTUR BETON
APARTEMEN 4 LANTAI

16
PERANCANGAN STRUKTUR BETON
APARTEMEN 4 LANTAI

17
PERANCANGAN STRUKTUR BETON
APARTEMEN 4 LANTAI

Gambar 2.3 Beban Hidup Berdasarkan SNI 1727:2013

4. Menghitung momen ultimate pada bagian-bagian plat


Perhitungan momen plat satu arah dilakukan berdasarkan SNI 2847:201
pasal 8.3.3 halaman 60. Pada plat yang tertumpu sederhana perhitungan momen
1
menggunakan rumus 𝑀 = 8 𝑞𝐿2 dengan L adalah bentang plat antar tumpuan.

Apabila plat tertumpu pada selain tertumpu sederhana maka menggunakan


koefisien momen yang telah ditetapkan dalam SNI 2847:2014 pasal 8.3.3

18
PERANCANGAN STRUKTUR BETON
APARTEMEN 4 LANTAI

halaman 60 dan dijelaskan dalam buku Perencanaan Struktur Beton Bertulang


Berdasarkan SNI 2847:2013 yang ditulis oleh Agus Setiawan halaman 254.

Gambar 2.4 Nilai Koefisien Momen Plat

Nilai koefisien momen plat tersebut dapat digunakan apabila telah memenuhi
syarat berikut.
a) Memiliki dua bentang atau lebih
b) Bentang plat tidak terlalu berbeda dengan ketentuan panjang bentang tidak lebih
dari 20% dari bentang pendek
c) Beban merupakan beban yang terdistribusi merata
d) Beban hidup terfaktor (L) tidak boleh lebih dari tiga kali beban mati tak terfaktor
(D)
e) Struktur yang digunakan adalah struktur prismatis

Perhitungan plat dua arah menggunkan koefisien-koefisien yang telah


ditetapkan dalam PBI 1971 berdasarkan jenis tumpuan platnya. Plat lantai
bangunan gedung diasumsikan terjepit penuh dikeempat sisinya. Tabel koefisien
momen disajikan di bawah. Selain dalam PBI 1971, SNI 2847:2013 juga
mengatur mengenai plat dua arah yaitu dalam tata ara mendesain dengan metode

19
PERANCANGAN STRUKTUR BETON
APARTEMEN 4 LANTAI

perencanaan langsung atau Direct Design Method. Peraturan mengenai desain


plat dua arah ini diatur dalam pasal 13 tentang sistem slab dua arah.
Desain plat baik pada plat satu arah maupun dua arah harus memenuhi
peraturan yang disyaratkan oleh SNI 2847:2013. Penjelasan mengenai
perhitungan dalam mendesai plat dijelaskan oleh Agus Setiawan dalam bukunya
yang berjudul Perancangan Struktur Beton Bertulang Berdasarkan SNI
2847:2013 halaman 251 pada bab Pelat.

Gambar 2.5 Tabel Momen Berdasarkan PBI 1971

5. Menghitung kebutuhan tulangan plat


Perhitungan penulangan plat dilakukan dengan menggunakan berbagai rumus
berikut.
20
PERANCANGAN STRUKTUR BETON
APARTEMEN 4 LANTAI

a) Tebal selimut plat beton


Selimut beton disyaratkan dalam SNI 2847:2013 pasal 7.7.1 sebagai berikut.
1. Apabila plat menggunakan tulangan ulir dengan diameter 44 dan 57 mm
maka selimut yang harus direncanakan adalah 40 mm
2. Apabila plat menggunakan tulangan ulir dengan diameter kurang dari atau
sama degan 36 mm maka selimut yang direncanakan adalah setebal 20
mm

b) Rasio tulangan
Rasio tulangan yang perlu untuk dihitunga ada tiga, yaitu rasio tulangan
minimum, rasio tulangan maksimum, dan rasio tulangan perlu. Rasio tulangan
ini merupakan perbandingan antara luas tulangan baja dan luas efektif
penampang yang akan diberi tulangan. Rasio tulangan minimum merupakan
batas minimum tulangan yang harus dipenuhi agar struktur dapat menahan
beban sesuai rencana. Besar rasio tulangan minimum ini diatur dalam SNI
2847:2013 10.5.1 halaman 76 yang dijelaskan dalam buku Perancangan Struktur
Beton Bertulang Berdasarkan SNI 2847:2013 halaman 42 dan 43 sebagai
berikut.
1,4
𝜌𝑚𝑖𝑛 = untuk 𝑓 ′ 𝑐 ≤ 30 𝑀𝑃𝑎
𝑓𝑦

√𝑓′𝑐
𝜌𝑚𝑖𝑛 = 4×𝑓 untuk 𝑓 ′ 𝑐 ≥ 30 𝑀𝑃𝑎
𝑦

Rasio tulangan balance adalah rasio tulangan yang dibutuhkan agar struktur
mengalami kondisi yang seimbang. Rasio tulangan balace berdasarkan buku
Perancangan Struktur Beton Bertulang Berdasarkan SNI 2847:2013 yang ditulis
oleh Agus Setiawan hal 37dirumuskan sebagai berikut.
𝑓′𝑐 600
𝜌𝑏 = 0,85 × 𝛽1 × ( )
𝑓𝑦 600 + 𝑓𝑦
Dengan
𝑓′𝑐 adalah mutu beton yang digunakan dengan satuan MPa
𝑓𝑦 adalah titik leleh tulangan baja yang digunakan dalam satuan MPa

21
PERANCANGAN STRUKTUR BETON
APARTEMEN 4 LANTAI

𝛽1 adalah besar faktor yang mengonversi luasan diagram regangan beton daerah
tekan yang besarnya bergantung pada mutu beton. Ketentuan besar 𝛽1 yang
digunakan diatur dalam SNI 2847:2013 pasal 10.2.7 halaman 74 atau dalam
buku Perancangan Struktur Beton Bertulang Berdasarkan SNI 2847:2013 yang
ditulis oleh Agus Setiawan halaman 35 sebagai berikut.
1. Untuk besar 𝑓′𝑐 yang berkisar antara 17 hingga 28 MPa, besar 𝛽1 adalah
0,85.
2. Apabila besar 𝑓′𝑐 lebih besar dari 28 MPa dan lebih kecil dari 56 MPa,
besar 𝛽1 akan direduksi sebesar 0,05 pada setiap kenaikan 7 MPa atau
dapat dirumuskan sebagai berikut.
(𝑓𝑐 ′ − 28)
𝛽1 = 0,85 − 0,05
7
3. Apabila 𝑓′𝑐 mencapai lebih dari 56 MPa maka besar 𝛽1 harus bernilai 0,65
dan tidak diperbolehkan lebih dari angka tersebut.
Rasio tulangan maksimum, berdasarkan SNI 2847-2013 Lampiran B.10.3.3
Hal 221 diperoleh dengan menggunakan rumus berikut.
𝜌𝑚𝑎𝑥 = 0,75𝜌𝑏
Dengan 𝜌𝑏 adalah rasio tulangan balance dalam penjelasan sebelumnya.
Rasio tulangan perlu adalah adalah rasio tulangan yang dimiliki oleh struktur
berdasarkan pada kuat rencana, mutu material, dan luasan penampang. Besar
rasio tulangan perlu dihitung menggunakan rumus berikut.

1 2𝑚𝑅𝑛
𝜌𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = [1 − √1 − ]
𝑚 𝑓𝑦

Dengan
Rasio kuat tarik baja terhadap kuat tekan beton
𝑓𝑦
𝑚=
0,85 × 𝑓′𝑐
𝑀𝑛
𝑅𝑛 = 𝑀𝑃𝑎
𝑏 × 𝑑𝑥 2

22
PERANCANGAN STRUKTUR BETON
APARTEMEN 4 LANTAI

Rasio tulangan yang digunakan untuk mendesain tulangan plat adalah apabila
memenuhi syarat apabila 𝜌𝑚𝑖𝑛 < 𝜌𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 < 𝜌𝑚𝑎𝑥 . Jika besar 𝜌𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 < 𝜌𝑚𝑖𝑛 maka
desain penulangan plat harus menggunakan 𝜌𝑚𝑖𝑛 .
Rasio tulangan yang digunakan untuk tulangan susut dan bagi diatur dalam
SNI 2847:2013 pasal 7.12.2.1 yaitu :
1. Apabila plat menggunakan tulangan ulir dengan mutu 280 atau 350 maka
rasio yang digunakan adalah 0,0020
2. Apabila plat menggunakan tulangan ulir atau tulanga kawat las mutu 420
maka rasio tulangan yang disyaratkan adalah 0,0018
3. Apabila plat menggunakan tulangan dengan tegangan leleh lebih dari 420
MPa yang diukur pada regangan leleh sebesar 0,35 persen maka rasio
tulangan yang digunakan harus dihitung menggunakan rumus berikut.
0,0018 × 420
𝜌=
𝑓𝑦

c) Momen rencana
Momen yang telah diperoleh dari perhitungan momen sebelumnya harus
direduksi kekuatannya. Reduksi momen untuk memperoleh kekuatan rencana
dirumuskan sebagai berikut.
𝑀𝑢
𝑀𝑛 =
𝜙
Reduksi kekuatan diperlukan dengan tujuan untuk mengantisipasi segala
kemungkinan yang dapat terjadi akibat ketidakpastian dalam perencanaan
struktur. Kuat nominal dari suatu struktur harus direduksi dengan faktor reduksi
yang besarnya dijelaskan dan diatur dalam SNI 2847:2013 pasal 9.3 halaman 66.
Besar faktor reduksi tersebut adalah sebagai berikut.
1. Penampang terkendali tarik 𝜙 = 0,9
2. Penampang terkendali tekan
Untuk struktur dengan tulangan spriral 𝜙 = 0,75
Untuk struktur dengan tulangan polos 𝜙 = 0,65
3. Geser dan torsi 𝜙 = 0,75

23
PERANCANGAN STRUKTUR BETON
APARTEMEN 4 LANTAI

4. Tumpuan pada beton kecuali untuk daerah angkur pasca tarik dan model
strat dan pengikat 𝜙 = 0,65
Berikut adalah grafik besar faktor reduksi yang terdapat dalam SNI
2847:2013.

24
PERANCANGAN STRUKTUR BETON
APARTEMEN 4 LANTAI

Gambar 2.5 Grafik Faktor Reduksi (𝝓) Berdasarkan SNI 2847:2013

d) Luas Tulangan
Luas tulangan adalah jumlah luasan tulangan yang dibutuhkan atau yang
digunakan struktur plat dalam bentang tertentu. Besar luas tulangan yang
dibutuhkan dalam perencanaan (𝐴𝑠 𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 ) dihitung menggunakan rumus luas

tulangan yang diperoleh dari SNI 2847:2013 pasal 10.5.1 halaman 76 sebagai
berikut.
𝐴𝑠 𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = 𝜌𝑏𝑑

Dengan
𝜌 : Rasio tulangan ( ketentuan 𝜌 dalam pembahasan sebelumnya)
𝑏 : Bentang plat yang ditinjau (biasanya dalam 1 m)
𝑑 : Tinggi efektif plat

Luas tulangan perlu yang diperoleh dari hasil perhitungan tersebut tidak dapat
digunakan secara keseluruhan dikarenakan luas tulangan yang ada dipasaran tidak
selalu sesuai dengan nilai luas tulangan perlu tersebut sehingga luas tulangan yang

25
PERANCANGAN STRUKTUR BETON
APARTEMEN 4 LANTAI

akan dipasang menyesuaikan dengan luas tulangan yang ada dilapangan.


Perhitungan luas tulangan pasang (𝐴𝑠 𝑝𝑎𝑠𝑎𝑛𝑔 ) dihitung dengan terlebih dahulu

menghitung jarak tulangan yang direncanakan.


𝑏 𝐴𝑏
𝑠=
𝐴𝑠 𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢
𝑏 𝐴𝑏
𝐴𝑠 𝑝𝑎𝑠𝑎𝑛𝑔 =
𝑠
Dengan
s adalah jarak antar tulangan
b adalah lebar atau panjang bentang yang ditinjau (plat dianggap 1 m)
𝐴𝑏 adalah luas satu tulangan yang direncanakan 𝐴𝑏 = 1⁄4 𝜋 𝐷2

e. Jarak antar tulangan


Jarak spasi antar tulangan menggunakan standar yang terdapat dalan SNI
2847:2013 pasal 7.6.5 disebutkan bahwa jarak spasi tulangan lentur tidak boleh
lebih dari tiga kali tebal dinding atau slab atau tidak boleh lebih dari dari 450 mm.

f. Kontrol kapasitas lentur plat


Perhitungan kapasitas lentur plat menggunakan rumus seperti yang dijelaskan
oleh Agus Setiawan dalam bukunya yang berjudul Perancangan Struktur Beton
Bertulang Berdasarkan SNI 2847:2013 halaman 257.
𝐴𝑠 𝑝𝑎𝑠𝑎𝑛𝑔 . 𝑓𝑦
𝑎=
0,85. 𝑓 ′ 𝑐. 𝑏
𝑎
𝑀𝑛 = 𝐴𝑠 𝑝𝑎𝑠𝑎𝑛𝑔 . 𝑓𝑦 (𝑑𝑥 − )
2

2.2 Kolom Beton Bertulang


Berdasarkan SNI 2847:2013, “Kolom adalah komponen struktur dengan rasio
tinggi terhadap dimensi lateral kecil melampaui 3 yang digunakan terutama untuk
menumpu beban tekan aksial.”
Desain kolom dibatasi oleh persyaratan dalan SNI 2847:2013 sebagai berikut.

26
PERANCANGAN STRUKTUR BETON
APARTEMEN 4 LANTAI

a. Faktor reduksi yang digunakan sesuai dengan jenis tulangan yang dipakai,
sebagai mana yang diatur dalam SNI 2847:2013 pasal 9.3.2.2 halaman 66 dan
67 bahwa faktor reduksi untuk tulangan spiral harus bernilai 0,75 dan faktor
reduksi untuk tulangan polos harus 0,65. Persyaratan tersebut juga dijelaskan
oleh Agus Setiawan dalam bukunya yang berjudul Perancangan Struktur
Beton Bertulang Berdasarkan SNI 2847:2013 halaman 146.
b. Rasio minimum tulangan longitudinal yang dipasang harus dalam rasio 0,01 –
0,08 terhadap luas penampang kolom. Persyaratan tersebut dijelaskan dalam
SNI 2847:2013 pasal 10.9.1 halaman 78, untuk penjelasan lebih lanjut
mengenai jumlah minimum tulangan dijelaskan dalam pasal-pasal setelahnya.
c. Apabila kolom menggunakan tulangan spiral sebagai sengkangnya maka
sengkang kolom harus didesain berdasarkan SNI 2847:2013 pasal 7.10.4
yaitu diameter tulangan harus sama atau sama dengan 10 mm dan dipasang
dengan jarak spasi bersih harus lebih atau sama dengan 25 mm dan tidak
lebih atau sama dengan 75 mm. Penjelasan mengenai pemasangan lebih lanjut
dijelaskan dalam pasal-pasal setelahnya.
d. Pemasangan tulangan sengkang untuk diameter tulangan longitudinal kurang
dari atau sama dengan 32 mm dapat menggunakan tulangan sengkang
berdiameter 10 mm, namun diameter 10 mm sudah tidak dapat dipasang pada
apabila tulangan longitudinal berdiameter 32 mm , 43 mm, 57 mm dan
tulangan yang lebih besar lagi, maka harus menggunakan sengkang diameter
paling sedikit 13 mm. Persyaratan tersebut dijelaskan dalam SNI 2847:2013
pasal 7.10.5.1
e. Jarak vertikal spasi tulangan sengkang tidak boleh lebih dari 16 kali diameter
tulangan longitudinal, tidak lebih besar dari 48 kali diameter tulangan
sengkang, tetapi harus lebih kecil dari ukuran komponen struktur tekannya
sebagaimana dicantumkan dalam SNI 2847:2013 pasal 7.10.5.2.
Kekuatan kolom terhadap beban yang dipikulnya digambarkan dalam
diagram interaksi yang menghubungkan kapasitas gaya aksial dan kapasitas
momen dalam beberapa kondisi pembebanan. Letak pertemuan kedua titik

27
PERANCANGAN STRUKTUR BETON
APARTEMEN 4 LANTAI

tersebut menggambarkan kapasitas aksial dan momen kolom yang didesain.


Diagram interaksi dan tahapan penyusunan komponennya dapat dipahami pada
diagram berikut.

Gambar 2.6 Diagram Interaksi Kolom

Untuk membentuk diagram interaksi tersebut diperlukan perhitungan kapasitas gaya


aksial dan momen kolom sebagai berikut. Perhitungan desain dan analisis kolom
dijelaskan oleh Agus Setiawan dalam bukunya yang berjudul Perancangan Struktur
Beton Bertulang Berdasarkan SNI 2847:2013 mulai halaman 143 hingga 210.
a) Kapasitas gaya aksial konsentrik kolom (𝑃0 )
Perhitungan ini dilakukan berdasarkan rumus yang dituliskan oleh Agus
Setiawan dalam bukunya yang berjudul Perancangan Struktur Beton
Bertulang Berdasarkan SNI 2847:2013 halaman 145 dan 149 sebagai berikut.
𝑃0 = 0,85𝑓𝑐 (𝐴𝑔 − 𝐴𝑠𝑡 ) + 𝐴𝑠𝑡 (𝑓𝑦 − 0,85𝑓𝑐 )
28
PERANCANGAN STRUKTUR BETON
APARTEMEN 4 LANTAI

Dengan
𝐴𝑔 adalah luas penampang kolom
𝐴𝑠𝑡 adalah luas tulangan utama terpasang berdasarkan syarat rasio tulangan
𝑓𝑦 adalah kuat leleh tulangan baja
𝑓𝑐 adalah mutu beton yang direncanakan

b) Kapasitas gaya aksial maksimal (Pn max) dan yang tereduksi (∅ Pn max)
Perhitungan ini berdasarkan pada Agus Setiawan dalam bukunya yang
berjudul Perancangan Struktur Beton Bertulang Berdasarkan SNI 2847:2013
halaman 149.
𝑃𝑛 𝑚𝑎𝑥 = 0,85(𝑃0 ) , sehingga
𝑃𝑛 𝑚𝑎𝑥 = 0,85(0,85𝑓𝑐 (𝐴𝑔 − 𝐴𝑠𝑡 ) + 𝐴𝑠𝑡 (𝑓𝑦 − 0,85𝑓𝑐 ))
Sedangkan kapasitas gaya aksial maksimal yang tereduksi dirumuskan
dengan mengalikan faktor reduksi.
∅𝑃𝑛 𝑚𝑎𝑥 = ∅{0,85(0,85𝑓𝑐 (𝐴𝑔 − 𝐴𝑠𝑡 ) + 𝐴𝑠𝑡 (𝑓𝑦 − 0,85𝑓𝑐 ))}
Dengan ketentuan
∅ = 0,75 untuk tulangan terpasang spiral
∅ = 0,65 untuk tulangan terpasang non-spiral
c) Kapasitas gaya aksial kondisi balance dan balance tereduksi
Perhitungan kapasitas pada kondisi balance menggunakan rumus berikut.
𝑃𝑏 = 𝐶𝐶 + Σ𝐶𝑆 − Σ𝑇
Penentuan besar Cc, Cs, dan T menggunakan analisa diagram tegangan yang
terjadi pada kolom dengan cara menghitung regangan dan tegangan yang
terjadi sehingga dapat dihitung menggunakan rumus diatas.

29
PERANCANGAN STRUKTUR BETON
APARTEMEN 4 LANTAI

Gambar 2.7 Contoh Diagram Tegangan pada Kolom

Dalam analisis diagram tegangan tersebut dihitung terlebih dahulu regangan


pada tulangan yang terpasang dengan rumus-rumus berikut.
Regangan pada tulangan tekan:
𝑐 − 𝑑′
𝜀′𝑠 = ( ) × 𝜀𝑐𝑢
𝑐
Regangan pada tulangan tarik:
𝑑−𝑐
𝜀𝑠 = ( ) × 𝜀𝑐𝑢
𝑐
𝐶𝐶 = 0,85. 𝑓′𝐶 . 𝑎. 𝑏
𝐶𝑠1 = 𝐴′ 𝑠 (𝑓 ′ 𝑠 − 0,85𝑓 ′ 𝐶 )
𝑇𝑠 = 𝐴𝑠 . 𝑓𝑦
Apabila rumus diatas sudah diketahui nilainya maka kesetimbangan gaya
pada kolom dapat dihitung menggunakan rumus 𝑃𝑏 yang telah dijelaskan
diatas.
d) Kapasitas momen balance 𝑀𝑏 dan momen balance tereduksi
Momen balance dihitung menggunakan rumus berikut.
ℎ 𝑎 ℎ ℎ
𝑀𝑏 = 𝐶𝐶 ( − ) + 𝐶𝑠 . ( − 𝑑′) + 𝑇𝑠 . (𝑑 − )
2 2 2 2
ℎ 𝑎 ℎ ℎ
∅𝑀𝑏 = ∅ [𝐶𝐶 ( − ) + 𝐶𝑠 . ( − 𝑑′) + 𝑇𝑠 . (𝑑 − )]
2 2 2 2
Catatan:

30
PERANCANGAN STRUKTUR BETON
APARTEMEN 4 LANTAI

∅ (faktor reduksi) menggunakan ketentuan sebagaimana yang telah


dijelaskans sebelumnya.
Pada perhitungan, besar 𝑓 ′ 𝑠 bergantung pada regangan yang terjadi pada
tulangan.
e) Kapasitas momen murni M0 dan ∅ M0
Rumus yang digunakan untuk menghitung momen murni adalah sebagai
berikut.
𝑎
𝑀0 = 0,85. 𝑓′𝑐 . 𝑎. 𝑏 (𝑑 − )
2
𝑎
∅𝑀0 = ∅ [0,85. 𝑓′𝑐 . 𝑎. 𝑏 (𝑑 − )]
2
f) Setelah komponen gaya aksial dan momen diketahui, diagram inetraksi dapat
dibuat dengan memasukkan gaya aksial dan momen dalam koordinat-
koordinat diagram yaitu (𝑃𝑏 : 𝑀𝑏 ), (∅𝑃𝑏 : ∅𝑀𝑏 ) dan selanjutnya menghitung
garis batasan menggunakan rumus 0,1. 𝑓′𝑐 . 𝐴𝑔
g) Pembuatan diagram interaksi dilakukan dilakukan dengan tahapan seperti
yang dijelaskan dalam gambar Diagram Inetrasi Kolom diatas.

2.3 Balok Beton Bertulang


Menurut Agus Setiawan (2016), balok adalah elemen horizontal ataupun
miring dengan panjang tertentu dengan lebar dan tinggi yang terbatas. Balok
bekerja untuk menyalurkan beban dari plat lantai. Secara umum, balok dicetak
monolit dengan plat lantai membentuk balok berpenampang T pada tengah
bentang dan balok berpenampang L pada tepi bentang.

1. Jenis-jenis keruntuhan yang terjadi pada balok beton bertulang


Keruntuhan yang terjadi pada balok adalah sebagai berikut.
a. Keruntuhan kondisi berimbang / Balance
Keruntuhan kondisi balance terjadi apabila regangan baja telah mencapai
titik leleh (𝜀𝑠 = 𝜀𝑦 ) bersamaan dengan beton mencapai regangan runtuhnya
(𝜀𝑐 = 𝜀𝑐𝑢 ).
b. Keruntuhan terkendali tarik / keruntuhan tarik

31
PERANCANGAN STRUKTUR BETON
APARTEMEN 4 LANTAI

Keruntuhan terkendali tarik terjadi apabila regangan baja telah mencapai


titik leleh (𝜀𝑠 > 𝜀𝑦 ) namun beton belum mencapai regangan runtuhnya
(𝜀𝑠 < 𝜀𝑦 ). Keruntuhan ini disebut juga dengan under-reinforce karena baja
runtuh gagal terlebih dahulu sebelum runtuhnya beton. Keadaan tersebut
menyebabkan daktilitasnya tinggi sehingga keruntuhan bangunan terjadi
secara bertahap. Apabila keruntuhan terjadi secara perlahan maka
memungkinkan penghuni untuk menyelamatkan diri terlebih dahulu. Oleh
karena itu, keruntuhan ini merupakan keruntuhan yang paling
direkomendasikan.
c. Keruntuhan terkendali tekan / keruntuhan tekan
Keruntuhan terkendali tekan merupakan kebalikan dari keruntuhan tarik.
pada keruntuhan ini regangan yang terjadi pada baja belum mencapai
tegangan leleh (𝜀𝑠 < 𝜀𝑦 ) sedangkan beton telah mencapai regangan
runtuhnya (𝜀𝑠 > 𝜀𝑦 ). Keadaan tersebut menyebabkan beton runtuh terlebih
dahulu sebelum tulangan atau disebut juga dengan istilah over-reinforced.
Keruntuhan terkendali tarik menimbulkan daktilitas yang rendah sehingga
keruntuhan struktur terjadi secara mendadak yang tidak memberi
kesempatan pada penghuni untuk menyelamatkan diri. Keruntuhan ini
merupakan keruntuhan yang harus dihindari karena sangat membahayakan
penghuni gedung.

2. Diagram Blok Tegangan


Diagram tegangan dalam pembahasan ini adalah diagram yang menjelaskan
hubungan antara tegangan dan regangan yang terjadi pada balok. Berikut adalah
contoh gambar diagram blok tegangan pada balok yang berada pada
keruntuntuhan balance.

32
PERANCANGAN STRUKTUR BETON
APARTEMEN 4 LANTAI

Gambar 2.8 Contoh Diagram Blok Tegangan

Dalam diagram blok tegangan tersebut terdiri dari:

a) Tinggi efektif (d), merupakan hasil pengurangan tinggi balok terhadap tebal
selimut, diameter tulangan geser, dan titik berat tulangan tarik (1/2 D).
b) Tegangan tekan pada beton diasumsikan merata senilai 0,85𝑓′𝑐 . Tegangan ini
dibatasi oleh tepi penampang dan ssuatu garis sejajar garis netral sejarak 𝑎 =
𝛽1 . 𝑐 dengan 𝛽1 telah dijelaskan pada uraian sebelumnya.
c) Jarak c dari serat dengan regangan tekan maksimum ke sumbu netral harus
diukur tegak lurus sumbu tersebut.

33

Anda mungkin juga menyukai