APARTEMEN 4 LANTAI
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Plat Beton Bertulang
Perencanaan plat beton bertulang dilakukan melalui tahapan-tahapan berikut.
1. Menentukan syarat-syarat batas dan bentang plat
Panjang bentang plat lantai diukur dari as balok ke as balok setelahnya,
sedangkan panjang bersih plat lantai adalah jarak bersih dari tepi balok ke tepi
balok setelahnya. Panjang bentang yang dibutuhkan dalam penentuan syarat batas
adalah panjang pada arah x (Ix) dan panjang arah y (Iy). Sehingga Ix dan Iy harus
diketahui terlebih dahulu.
Panjang bentang arah x dan y digunakan untuk menghitung rasio dimensi plat
dengan menggunakan rumus berikut.
𝐼𝑦
𝛽=
𝐼𝑥
Dengan ketentuan
𝛽>3 maka perhitungan menggunakan sistem plat satu arah
𝛽≤3 maka perhitungan menggunakan sistem plat dua arah
Perhitungan tebal plat dibagi menjadi dua yaitu plat satu arah dan plat dua
arah. Perhitungan tebal minimum plat satu arah menggunakan perhitungan yang
terdapat dalam SNI 2847:2013 pasal 9.5.2.2 tabel 9.5(a) berikut.
5
PERANCANGAN STRUKTUR BETON
APARTEMEN 4 LANTAI
Gambar 2.1 Tebal Minimum Plat Satu Arah Berdasarkan SNI 2847:2013
Keterangan:
h adalah tebal minimum plat
6
PERANCANGAN STRUKTUR BETON
APARTEMEN 4 LANTAI
𝑙𝑛 adalah panjang bentang bersih sisi terpanjang plat lantai dari muka ke
muka balok
𝛽 adalah rasio bentang bersih arah memanjang terhadap arah terpendek dari
plat dua arah
𝛼𝑓𝑚 adalah nilai rata-rata 𝛼𝑓 oleh semua balok pada tepi-tepi dari suatu panel
𝛼𝑓 adalah rasio kekakuan lentur balok terhadap rasio kekauan lentur plat,
𝐸𝑐𝑏 𝐼𝑏
menurut SNI 2847-2013 pasal 13.6.1.6 halaman 133 besar 𝛼𝑓 =
𝐸𝑐𝑠 𝐼𝑠
8
PERANCANGAN STRUKTUR BETON
APARTEMEN 4 LANTAI
9
PERANCANGAN STRUKTUR BETON
APARTEMEN 4 LANTAI
10
PERANCANGAN STRUKTUR BETON
APARTEMEN 4 LANTAI
11
PERANCANGAN STRUKTUR BETON
APARTEMEN 4 LANTAI
12
PERANCANGAN STRUKTUR BETON
APARTEMEN 4 LANTAI
13
PERANCANGAN STRUKTUR BETON
APARTEMEN 4 LANTAI
14
PERANCANGAN STRUKTUR BETON
APARTEMEN 4 LANTAI
15
PERANCANGAN STRUKTUR BETON
APARTEMEN 4 LANTAI
16
PERANCANGAN STRUKTUR BETON
APARTEMEN 4 LANTAI
17
PERANCANGAN STRUKTUR BETON
APARTEMEN 4 LANTAI
18
PERANCANGAN STRUKTUR BETON
APARTEMEN 4 LANTAI
Nilai koefisien momen plat tersebut dapat digunakan apabila telah memenuhi
syarat berikut.
a) Memiliki dua bentang atau lebih
b) Bentang plat tidak terlalu berbeda dengan ketentuan panjang bentang tidak lebih
dari 20% dari bentang pendek
c) Beban merupakan beban yang terdistribusi merata
d) Beban hidup terfaktor (L) tidak boleh lebih dari tiga kali beban mati tak terfaktor
(D)
e) Struktur yang digunakan adalah struktur prismatis
19
PERANCANGAN STRUKTUR BETON
APARTEMEN 4 LANTAI
b) Rasio tulangan
Rasio tulangan yang perlu untuk dihitunga ada tiga, yaitu rasio tulangan
minimum, rasio tulangan maksimum, dan rasio tulangan perlu. Rasio tulangan
ini merupakan perbandingan antara luas tulangan baja dan luas efektif
penampang yang akan diberi tulangan. Rasio tulangan minimum merupakan
batas minimum tulangan yang harus dipenuhi agar struktur dapat menahan
beban sesuai rencana. Besar rasio tulangan minimum ini diatur dalam SNI
2847:2013 10.5.1 halaman 76 yang dijelaskan dalam buku Perancangan Struktur
Beton Bertulang Berdasarkan SNI 2847:2013 halaman 42 dan 43 sebagai
berikut.
1,4
𝜌𝑚𝑖𝑛 = untuk 𝑓 ′ 𝑐 ≤ 30 𝑀𝑃𝑎
𝑓𝑦
√𝑓′𝑐
𝜌𝑚𝑖𝑛 = 4×𝑓 untuk 𝑓 ′ 𝑐 ≥ 30 𝑀𝑃𝑎
𝑦
Rasio tulangan balance adalah rasio tulangan yang dibutuhkan agar struktur
mengalami kondisi yang seimbang. Rasio tulangan balace berdasarkan buku
Perancangan Struktur Beton Bertulang Berdasarkan SNI 2847:2013 yang ditulis
oleh Agus Setiawan hal 37dirumuskan sebagai berikut.
𝑓′𝑐 600
𝜌𝑏 = 0,85 × 𝛽1 × ( )
𝑓𝑦 600 + 𝑓𝑦
Dengan
𝑓′𝑐 adalah mutu beton yang digunakan dengan satuan MPa
𝑓𝑦 adalah titik leleh tulangan baja yang digunakan dalam satuan MPa
21
PERANCANGAN STRUKTUR BETON
APARTEMEN 4 LANTAI
𝛽1 adalah besar faktor yang mengonversi luasan diagram regangan beton daerah
tekan yang besarnya bergantung pada mutu beton. Ketentuan besar 𝛽1 yang
digunakan diatur dalam SNI 2847:2013 pasal 10.2.7 halaman 74 atau dalam
buku Perancangan Struktur Beton Bertulang Berdasarkan SNI 2847:2013 yang
ditulis oleh Agus Setiawan halaman 35 sebagai berikut.
1. Untuk besar 𝑓′𝑐 yang berkisar antara 17 hingga 28 MPa, besar 𝛽1 adalah
0,85.
2. Apabila besar 𝑓′𝑐 lebih besar dari 28 MPa dan lebih kecil dari 56 MPa,
besar 𝛽1 akan direduksi sebesar 0,05 pada setiap kenaikan 7 MPa atau
dapat dirumuskan sebagai berikut.
(𝑓𝑐 ′ − 28)
𝛽1 = 0,85 − 0,05
7
3. Apabila 𝑓′𝑐 mencapai lebih dari 56 MPa maka besar 𝛽1 harus bernilai 0,65
dan tidak diperbolehkan lebih dari angka tersebut.
Rasio tulangan maksimum, berdasarkan SNI 2847-2013 Lampiran B.10.3.3
Hal 221 diperoleh dengan menggunakan rumus berikut.
𝜌𝑚𝑎𝑥 = 0,75𝜌𝑏
Dengan 𝜌𝑏 adalah rasio tulangan balance dalam penjelasan sebelumnya.
Rasio tulangan perlu adalah adalah rasio tulangan yang dimiliki oleh struktur
berdasarkan pada kuat rencana, mutu material, dan luasan penampang. Besar
rasio tulangan perlu dihitung menggunakan rumus berikut.
1 2𝑚𝑅𝑛
𝜌𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = [1 − √1 − ]
𝑚 𝑓𝑦
Dengan
Rasio kuat tarik baja terhadap kuat tekan beton
𝑓𝑦
𝑚=
0,85 × 𝑓′𝑐
𝑀𝑛
𝑅𝑛 = 𝑀𝑃𝑎
𝑏 × 𝑑𝑥 2
22
PERANCANGAN STRUKTUR BETON
APARTEMEN 4 LANTAI
Rasio tulangan yang digunakan untuk mendesain tulangan plat adalah apabila
memenuhi syarat apabila 𝜌𝑚𝑖𝑛 < 𝜌𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 < 𝜌𝑚𝑎𝑥 . Jika besar 𝜌𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 < 𝜌𝑚𝑖𝑛 maka
desain penulangan plat harus menggunakan 𝜌𝑚𝑖𝑛 .
Rasio tulangan yang digunakan untuk tulangan susut dan bagi diatur dalam
SNI 2847:2013 pasal 7.12.2.1 yaitu :
1. Apabila plat menggunakan tulangan ulir dengan mutu 280 atau 350 maka
rasio yang digunakan adalah 0,0020
2. Apabila plat menggunakan tulangan ulir atau tulanga kawat las mutu 420
maka rasio tulangan yang disyaratkan adalah 0,0018
3. Apabila plat menggunakan tulangan dengan tegangan leleh lebih dari 420
MPa yang diukur pada regangan leleh sebesar 0,35 persen maka rasio
tulangan yang digunakan harus dihitung menggunakan rumus berikut.
0,0018 × 420
𝜌=
𝑓𝑦
c) Momen rencana
Momen yang telah diperoleh dari perhitungan momen sebelumnya harus
direduksi kekuatannya. Reduksi momen untuk memperoleh kekuatan rencana
dirumuskan sebagai berikut.
𝑀𝑢
𝑀𝑛 =
𝜙
Reduksi kekuatan diperlukan dengan tujuan untuk mengantisipasi segala
kemungkinan yang dapat terjadi akibat ketidakpastian dalam perencanaan
struktur. Kuat nominal dari suatu struktur harus direduksi dengan faktor reduksi
yang besarnya dijelaskan dan diatur dalam SNI 2847:2013 pasal 9.3 halaman 66.
Besar faktor reduksi tersebut adalah sebagai berikut.
1. Penampang terkendali tarik 𝜙 = 0,9
2. Penampang terkendali tekan
Untuk struktur dengan tulangan spriral 𝜙 = 0,75
Untuk struktur dengan tulangan polos 𝜙 = 0,65
3. Geser dan torsi 𝜙 = 0,75
23
PERANCANGAN STRUKTUR BETON
APARTEMEN 4 LANTAI
4. Tumpuan pada beton kecuali untuk daerah angkur pasca tarik dan model
strat dan pengikat 𝜙 = 0,65
Berikut adalah grafik besar faktor reduksi yang terdapat dalam SNI
2847:2013.
24
PERANCANGAN STRUKTUR BETON
APARTEMEN 4 LANTAI
d) Luas Tulangan
Luas tulangan adalah jumlah luasan tulangan yang dibutuhkan atau yang
digunakan struktur plat dalam bentang tertentu. Besar luas tulangan yang
dibutuhkan dalam perencanaan (𝐴𝑠 𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 ) dihitung menggunakan rumus luas
tulangan yang diperoleh dari SNI 2847:2013 pasal 10.5.1 halaman 76 sebagai
berikut.
𝐴𝑠 𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = 𝜌𝑏𝑑
Dengan
𝜌 : Rasio tulangan ( ketentuan 𝜌 dalam pembahasan sebelumnya)
𝑏 : Bentang plat yang ditinjau (biasanya dalam 1 m)
𝑑 : Tinggi efektif plat
Luas tulangan perlu yang diperoleh dari hasil perhitungan tersebut tidak dapat
digunakan secara keseluruhan dikarenakan luas tulangan yang ada dipasaran tidak
selalu sesuai dengan nilai luas tulangan perlu tersebut sehingga luas tulangan yang
25
PERANCANGAN STRUKTUR BETON
APARTEMEN 4 LANTAI
26
PERANCANGAN STRUKTUR BETON
APARTEMEN 4 LANTAI
a. Faktor reduksi yang digunakan sesuai dengan jenis tulangan yang dipakai,
sebagai mana yang diatur dalam SNI 2847:2013 pasal 9.3.2.2 halaman 66 dan
67 bahwa faktor reduksi untuk tulangan spiral harus bernilai 0,75 dan faktor
reduksi untuk tulangan polos harus 0,65. Persyaratan tersebut juga dijelaskan
oleh Agus Setiawan dalam bukunya yang berjudul Perancangan Struktur
Beton Bertulang Berdasarkan SNI 2847:2013 halaman 146.
b. Rasio minimum tulangan longitudinal yang dipasang harus dalam rasio 0,01 –
0,08 terhadap luas penampang kolom. Persyaratan tersebut dijelaskan dalam
SNI 2847:2013 pasal 10.9.1 halaman 78, untuk penjelasan lebih lanjut
mengenai jumlah minimum tulangan dijelaskan dalam pasal-pasal setelahnya.
c. Apabila kolom menggunakan tulangan spiral sebagai sengkangnya maka
sengkang kolom harus didesain berdasarkan SNI 2847:2013 pasal 7.10.4
yaitu diameter tulangan harus sama atau sama dengan 10 mm dan dipasang
dengan jarak spasi bersih harus lebih atau sama dengan 25 mm dan tidak
lebih atau sama dengan 75 mm. Penjelasan mengenai pemasangan lebih lanjut
dijelaskan dalam pasal-pasal setelahnya.
d. Pemasangan tulangan sengkang untuk diameter tulangan longitudinal kurang
dari atau sama dengan 32 mm dapat menggunakan tulangan sengkang
berdiameter 10 mm, namun diameter 10 mm sudah tidak dapat dipasang pada
apabila tulangan longitudinal berdiameter 32 mm , 43 mm, 57 mm dan
tulangan yang lebih besar lagi, maka harus menggunakan sengkang diameter
paling sedikit 13 mm. Persyaratan tersebut dijelaskan dalam SNI 2847:2013
pasal 7.10.5.1
e. Jarak vertikal spasi tulangan sengkang tidak boleh lebih dari 16 kali diameter
tulangan longitudinal, tidak lebih besar dari 48 kali diameter tulangan
sengkang, tetapi harus lebih kecil dari ukuran komponen struktur tekannya
sebagaimana dicantumkan dalam SNI 2847:2013 pasal 7.10.5.2.
Kekuatan kolom terhadap beban yang dipikulnya digambarkan dalam
diagram interaksi yang menghubungkan kapasitas gaya aksial dan kapasitas
momen dalam beberapa kondisi pembebanan. Letak pertemuan kedua titik
27
PERANCANGAN STRUKTUR BETON
APARTEMEN 4 LANTAI
Dengan
𝐴𝑔 adalah luas penampang kolom
𝐴𝑠𝑡 adalah luas tulangan utama terpasang berdasarkan syarat rasio tulangan
𝑓𝑦 adalah kuat leleh tulangan baja
𝑓𝑐 adalah mutu beton yang direncanakan
b) Kapasitas gaya aksial maksimal (Pn max) dan yang tereduksi (∅ Pn max)
Perhitungan ini berdasarkan pada Agus Setiawan dalam bukunya yang
berjudul Perancangan Struktur Beton Bertulang Berdasarkan SNI 2847:2013
halaman 149.
𝑃𝑛 𝑚𝑎𝑥 = 0,85(𝑃0 ) , sehingga
𝑃𝑛 𝑚𝑎𝑥 = 0,85(0,85𝑓𝑐 (𝐴𝑔 − 𝐴𝑠𝑡 ) + 𝐴𝑠𝑡 (𝑓𝑦 − 0,85𝑓𝑐 ))
Sedangkan kapasitas gaya aksial maksimal yang tereduksi dirumuskan
dengan mengalikan faktor reduksi.
∅𝑃𝑛 𝑚𝑎𝑥 = ∅{0,85(0,85𝑓𝑐 (𝐴𝑔 − 𝐴𝑠𝑡 ) + 𝐴𝑠𝑡 (𝑓𝑦 − 0,85𝑓𝑐 ))}
Dengan ketentuan
∅ = 0,75 untuk tulangan terpasang spiral
∅ = 0,65 untuk tulangan terpasang non-spiral
c) Kapasitas gaya aksial kondisi balance dan balance tereduksi
Perhitungan kapasitas pada kondisi balance menggunakan rumus berikut.
𝑃𝑏 = 𝐶𝐶 + Σ𝐶𝑆 − Σ𝑇
Penentuan besar Cc, Cs, dan T menggunakan analisa diagram tegangan yang
terjadi pada kolom dengan cara menghitung regangan dan tegangan yang
terjadi sehingga dapat dihitung menggunakan rumus diatas.
29
PERANCANGAN STRUKTUR BETON
APARTEMEN 4 LANTAI
30
PERANCANGAN STRUKTUR BETON
APARTEMEN 4 LANTAI
31
PERANCANGAN STRUKTUR BETON
APARTEMEN 4 LANTAI
32
PERANCANGAN STRUKTUR BETON
APARTEMEN 4 LANTAI
a) Tinggi efektif (d), merupakan hasil pengurangan tinggi balok terhadap tebal
selimut, diameter tulangan geser, dan titik berat tulangan tarik (1/2 D).
b) Tegangan tekan pada beton diasumsikan merata senilai 0,85𝑓′𝑐 . Tegangan ini
dibatasi oleh tepi penampang dan ssuatu garis sejajar garis netral sejarak 𝑎 =
𝛽1 . 𝑐 dengan 𝛽1 telah dijelaskan pada uraian sebelumnya.
c) Jarak c dari serat dengan regangan tekan maksimum ke sumbu netral harus
diukur tegak lurus sumbu tersebut.
33