Anda di halaman 1dari 25

STRUKTUR BETON BERTULANG II

ANALISIS PELAT SATU ARAH (ONE WAY SLAB)


METODE KOEFISIEN MOMEN SNI 2847 - 2019
Oleh:

Ir. Fauzi Rahman, M.T.

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT


Fakultas Teknik
Program Studi Teknik Sipil
Hand Book Desain Struktur Beton Bertulang SNI 2847-2019
Yudha Lesmana

Prosedur Desain Pelat Satu Arah


• Perilaku pelat satu arah hampir bisa dikatakan seperti perilaku
balok dengan tulangan tunggal (tulangan tarik).
• Hal tersebut dipengaruhi oleh dimensi penampamg dan juga
bentang yang dimiliki pelat satu arah.
Step-1. Parameter pendukung
Parameter-parameter yang meliputi antara lain :
parameter material, parameter penampang, parameter beban, dan lainnya.
Step-2. Identifikasi jenis pelat satu arah
Identifikasi kategori pelat yang ditinjau, apakah tergolong pelat satu arah atau
tidak. Perbandingan antara bentang terpanjang (lp) terhadap bentang terpendek (bp).
Bila rasio dari dua parameter tersebut menunjukkan nilai lebih besar dari dua
(lp / bp > 2), maka pelat tersebut tergolong pelat satu arah dan lanjut pada step-3.
Step-3. Ketebalan Pelat
• Pengecekan ketebalan pelat yang digunakan, apakah telah memenuhi syarat
tebal minimum dari sebuah pelat atau tidak.
• Persyaratan tersebut sesuai dengan SNI 2847-2019; Tabel 7.3.1.1; Hal-120. Bila
ketebalan pelat yang digunakan lebih kecil dari yang disyaratkan, maka dimensi
tebal pelat tersebut wajib untuk diubah.
Kondisi Tumpuan h Minimum
* Tumpuan sederhana 𝒍/𝟐𝟎
* Satu ujung menerus 𝒍/𝟐𝟒
* Kedua ujung menerus 𝒍/𝟐𝟖
* Kantilever 𝒍/𝟏𝟎

• Perlu diingat bahwa secara umum, ketebalan pelat lantai suatu gedung adalah
100 mm (untuk atap) atau 120 mm (untuk lantai). Berapapun nilai ketebalan
diijinkan asal memenuhi syarat ijin ketebalan minimum dan memenuhi
persyaratan kekuatan desain.
Step-4. Beban Rencana
• Perhitungan beban rencana (wu) yang akan digunakan untuk menghitung
momen ultimate dari pelat satu arah.
• Beban rencana (wu) ini akan dinyatakan dalam satuan gaya per satuan
meter panjang, kg/m atau N/mm.
• Nilai beban rencana (wu) diambil dari kombinasi beban mati dan beban
hidup, dengan faktor kombinasi sebagai berikut : wu = 1,2D + 1,6L.

Step-5. Momen ultimate (Mu).


• Perhitungan momen ultimate dari elemen pelat satu arah dengan mengacu pada
nilai beban rencana (wu) dan bentang bersih (ln) dari pelat satu arah.
• Perhitungan nilai momen ultimate ini bisa dilakukan dengan menggunakan
perhitungan pendekatan (asal memenuhi persyaratan) dan juga dengan
memodelkan pada program bantu (ETABS/SAP2000).
• Dalam penggunaan rumus pendekatan, rumus akan berbeda-beda
tergantung kondisi yang diatur sesuai SNI 2847-2019; Tabel 6.5.2; Hal-100.
Step-6. Tulangan Lentur
• Setelah diperoleh nilai momen ultimate terbesar dari semua bentang pelat
satu arah, selanjutnya adalah mendesain tulangan lentur sesuai dengan
besaran momen ultimate yang bekerja pada pelat tersebut.
• Dalam perhitungan tulangan lentur, perlu diperhatikan parameter rasio
tulangan atau luasan tulangan yang digunakan pada pelat.
• Sehingga nilai parameter tersebut harus dipastikan melebihi dari nilai rasio
tulangan minimum (ρmin) atau luasan lentur minimum (As,min) yang
ditentukan oleh SNI 2847-2019; Tabel 7.6.1.1; Hal-123.
Tipe Tulangan fy (MPa) As,min

Batang ulir < 420 0,002Ag

𝟎, 𝟎𝟎𝟏𝟖 × 𝟒𝟐𝟎
Batang ulir atau 𝑨𝒈
≥ 𝟒𝟐𝟎 𝒇𝒚
kawat las
0,0014Ag
• Dipastikan jarak atau spasi tulangan tidak lebih besar dari jarak
maksimum dan tidak lebih kecil dari jarak minimum yang telah
disyaratkan dalam SNI 2847-2019; Pasal 7.7.2.3; Hal-126.

* Jarak maksimum
tulangan lentur pelat,
yaitu harus kurang dari 3 h
dan 450 mm.
Step-7. Tulangan Susut
• Perhitungan tulangan susut relatif lebih mudah karena hanya mengikuti
ketetapan rasio tulangan yang telah ditetapkan dalam SNI 2847-2019; Tabel
24.4.3.2; Hal-553.

• Luasan yang digunakan boleh melebihi dari ketentuan tersebut, namun tidak
boleh kurang dari rasio tulangan minimumnya.
Step-8. Kuat Geser
• Pengecekan terhadap kebutuhan geser pada struktur pelat lantai satu arah.
• Hitung nilai geser ultimate (Vu) maksimum yang mungkin terjadi dengan
rumus pendekatan yang diatur dalam SNI 2847-2019; Tabel 6.5.4; Hal-100.
- Gaya geser pada muka eksterior dari pendukung muka interior pertama :
1,15𝑤𝑢 𝑙𝑛
𝑉𝑢 =
2
𝑤𝑢 𝑙𝑛
- Gaya geser pada muka pendukung lainnya : 𝑉𝑢 =
2
dimana:
𝑤𝑢 = Beban terfaktor per satuan panjang pelat satu arah (N/mm).
𝑙𝑛 = Panjang bentang bersih yang diukur muka ke muka tumpuan (mm).

• Hitung nilai geser dari material penampang beton (ϕVc). bila nilai ϕVc lebih
besar dari Vu, itu menandakan bahwa beton mampu memikul beban geser
tanpa tulangan. Dengan kata lain, tulangan geser tidak diperlukan.
Contoh 1. Perhitungan Tulangan Pelat Satu Arah
Formasi struktur pelat, seperti yang terlihat pada Gambar di bawah
ini, direncanakan sebagai pelat lantai untuk tingkat 2 dari sebuah
gedung bertingkat. Beban yang direncanakan adalah beban hidup
250 𝒌𝒈/𝒎𝟐 dan beban mati 392 𝒌𝒈/𝒎𝟐 . Mutu material yang
digunakan adalah beton 𝒇𝒄 ′ = 28 MPa dan baja tulangan 𝒇𝒚 = 320
𝑴𝑷𝒂.
Rencanakan penulangan pada struktur pelat-A, dimana pelat
tersebut memiliki balok utama 𝑩𝟏 (𝟑𝟎𝟎 × 𝟔𝟎𝟎) dan 𝑩𝟐 (𝟒𝟎𝟎 ×
𝟔𝟎𝟎) pada keempat sisinya serta balok anak 𝑩𝟑 (𝟐𝟓𝟎 × 𝟓𝟎𝟎)
pada bagian tengah bentangnya. Ketebalan pelat yang digunakan
adalah 𝟏𝟐𝟎 𝒎𝒎.
Gambar Formasi struktur pelat dari gedung bertingkat
Step-1. Parameter pendukung
* Parameter Material
𝑓𝑐′ = 28 𝑀𝑃𝑎
𝑓𝑦 = 320 𝑀𝑃𝑎 (Tulangan lentur dan tulangan susut)
𝐸𝑐 = 4.700 𝑓𝑐 ′ = 4.700 × 28 = 24.870 𝑀𝑃𝑎
𝐸𝑠 = 200.000 𝑀𝑃𝑎

* Parameter Penampang * Parameter Beban


B1 = (300 × 600) mm
𝐷 = 392 𝑘𝑔/𝑚2 (Beban mati)
B₂ = (400 × 600) mm
𝐿 = 250 𝑘𝑔/𝑚2 (Beban hidup)
B3 = (250 × 500) mm (Balok anak)
h = 120 mm (Tebal pelat lantai)
ts = 20 mm (Tebal selimut pelat)
∅tul = 16 mm (Diameter tulangan lentur)
∅susut = 12 mm (Diameter tulangan susut)
Step-2. Identifikasi jenis pelat satu arah
• Ukuran pelat A adalah 5 m × 6 m yang tergolong pelat dua arah.
• Ditengah bentang diberi balok anak agar pelat berperilaku menjadi pelat
satu arah (one way).
• Perlu dipastikan apakah pelat A1, A2, dan A3 tergolong pelat satu arah.

• Rasio perbandingan bentang panjang (𝑙𝑝 ) terhadap bentang pendek (𝑏𝑝 ).


𝑙𝑝
>2
𝑏𝑝
5.000
>2
2.000
2,5 > 2 (Memenuhi syarat)
Sehingga dapat dipastikan bahwa pelat 𝑨𝟏 , 𝑨𝟐 , dan 𝑨𝟑 adalah pelat satu arah
Step-3. Ketebalan pelat
ℎ = 120 𝑚𝑚
* Pelat A berada didaerah tepi (eksterior) sehingga kondisi tumpuannya bisa
dikategorikan satu ujung menerus
ℎ > ℎmin
𝐿
120 𝑚𝑚 >
24
2.000 𝑚𝑚
120 𝑚𝑚 >
24
120 𝑚𝑚 > 83,3 𝑚𝑚

* Jadi tebal pelat yang digunakan telah memenuhi persyaratan (ℎ > ℎ𝑚𝑖𝑛 )
Step-4. Beban Rencana
* Cek syarat 𝑳 < 𝟑𝑫
𝐿 < 3𝐷
250 𝑘𝑔/𝑚2 < 3 × 392 𝑘𝑔/𝑚2
250 𝑘𝑔/𝑚2 < 1.176 𝑘𝑔/𝑚2 (Memenuhi syarat)

* Kombinasi beban ultimate


𝑤𝑢 = 1,2𝐷 + 1,6𝐿 = 1,2 × 392 + 1,6 × 250 = 870,4 𝑘𝑔/𝑚2

Lebar yang digunakan adalah 1 𝒎, maka beban tersebut akan dijadikan


satuan berat per meter, sehingga:
𝑤𝑢 = 870,4 𝑘𝑔/𝑚2 × 1,0 𝑚 = 870,4 𝑘𝑔/𝑚 = 8,704 𝑁/𝑚𝑚.
Jadi beban yang digunakan dalam perhitungan momen ultimate 𝑀𝑢
dengan menggunakan rumus pendekatan adalah 𝒘𝒖 = 𝟖, 𝟕𝟎𝟒 𝑵/𝒎𝒎.
Step-5. Momen ultimate (𝑴𝒖 )
* Pelat A merupakan pelat yang berada diposisi terluar (eksterior)
• Bentang bersih
𝑏 𝑏 300 250
𝑙𝑛1 = 𝐿 − ( )−( )= 2.000 − − = 1.725 𝑚𝑚.
2 2 2 2
𝑏 𝑏 250 250
𝑙𝑛2 = 𝐿 − ( )−( )= 2.000 − − = 1.750 𝑚𝑚.
2 2 2 2
𝑏 𝑏 250 300
𝑙𝑛1 = 𝐿 − ( )−( )= 2.000 − − = 1.725 𝑚𝑚.
2 2 2 2

• Momen ultimate
* Pelat 𝑨𝟏 :
𝑤𝑢 × 𝑙𝑛1 2 8,704 × 1.7252
𝑀1 (−) = = = 2.589.984 𝑁. 𝑚𝑚
10 10
2
𝑤𝑢 × 𝑙𝑛1 8,704 × 1.7252
𝑀2 (+) = = = 1.849.989 𝑁. 𝑚𝑚
14 14
2
𝑤𝑢 × 𝑙𝑛1 8,704 × 1.7252
𝑀3 (−) = = = 1.079.160 𝑁. 𝑚𝑚
24 24
* Pelat 𝑨𝟐 :
𝑤𝑢 × 𝑙𝑛2 2 8,704 × 1.7502
𝑀3 (−) = = = 1.110.667 𝑁. 𝑚𝑚
24 24
𝑤𝑢 × 𝑙𝑛2 2 8,704 × 1.7502
𝑀4 (+) = = = 1.666.000 𝑁. 𝑚𝑚
16 16
𝑤𝑢 × 𝑙𝑛2 2 8,704 × 1.7502
𝑀5 (−) = = = 2.423.273 𝑁. 𝑚𝑚
11 11

* Pelat 𝑨𝟑 :
𝑤𝑢 × 𝑙𝑛3 2 8,704 × 1.7252
𝑀5 (−) = = = 2.354.531 𝑁. 𝑚𝑚
11 11
𝑤𝑢 × 𝑙𝑛3 2 8,704 × 1.7252
𝑀6 (+) = = = 1.618.740 𝑁. 𝑚𝑚
16 16
𝑤𝑢 × 𝑙𝑛3 2 8,704 × 1.7252
𝑀7 (−) = = = 2.354.531 𝑁. 𝑚𝑚
11 11
Momen yang diambil adalah yang terbesar, yaitu:
𝑀𝑢 (−) = 2.589.984 𝑁. 𝑚𝑚
𝑀𝑢 (+) = 1.849.989 𝑁. 𝑚𝑚
“Bila tulangan tumpuan dan lapangan didesain sama, baik jarak dan
diameter tulangan, maka cukup ambil momen yang terbesar
𝑴𝒖 = 𝟐. 𝟓𝟖𝟗. 𝟗𝟖𝟒 𝑵. 𝒎𝒎”

Step-6. Tulangan lentur


• Tinggi efektif pelat lantai.
∅𝑡𝑢𝑙 16
𝑑 = ℎ − 𝑡𝑠 − = 120 − 20 − = 92 𝑚𝑚.
2 2
𝑀𝑢 2.589.984
𝑀𝑛 = = = 2.877.760 𝑁. 𝑚𝑚
∅ 0,9
𝑀𝑛 2.877.760
𝑅𝑛 = 2
= 2
= 0,34
𝑏 ×𝑑 1000 × 92
𝑓𝑦 320
𝑚= ′ = = 13,445
0,85𝑓𝑐 0,85 × 28

1 2 × 𝑚 × 𝑅𝑛
* Rasio tulangan 𝝆 : 𝜌 = 1− 1−
𝑚 𝑓𝑦

1 2 × 13,445 × 0,34
𝜌 = × 1− 1− = 0,001
13,445 320
• Luas tulangan lentur pelat lantai
Dikarenakan nilai mutu baja 𝑓𝑦 < 420 𝑀𝑃𝑎, maka nilai 𝑨𝒔𝒎𝒊𝒏 = 𝟎, 𝟎𝟎𝟐 𝑨𝒈
(𝑨𝒔𝒎𝒊𝒏 = 0,002 dari luasan bruto penampang)
𝐴𝑠 𝑚𝑖𝑛 = 0,002 × 𝑏 × ℎ = 0,002 × 1.000 × 120 = 𝟐𝟒𝟎 𝒎𝒎𝟐
𝐴𝑠 𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = 𝜌 × 𝑏 × 𝑑 = 0,001 × 1.000 × 92 = 𝟗𝟐 𝒎𝒎𝟐
𝑻𝒆𝒓𝒏𝒚𝒂𝒕𝒂 ∶ 𝑨𝒔 𝒑𝒆𝒓𝒍𝒖 < 𝑨𝒔 𝒎𝒊𝒏
𝑫𝒊𝒂𝒎𝒃𝒊𝒍 ∶ 𝑨𝒔 𝒑𝒆𝒓𝒍𝒖 = 𝑨𝒔 𝒎𝒊𝒏 = 𝟐𝟒𝟎 𝒎𝒎𝟐

* Nilai maksimal spasi pelat adalah harus kurang dari 𝟑𝒉 atau 𝟒𝟓𝟎 𝒎𝒎
𝑠 = 3 × ℎ = 3 × 120 = 360 𝑚𝑚 (𝒎𝒆𝒏𝒆𝒏𝒕𝒖𝒌𝒂𝒏)
𝑎𝑡𝑎𝑢
𝑠 = 450 𝑚𝑚
Digunakan spasi tulangan lentur s sebesar 𝟑𝟓𝟎 𝒎𝒎
(selama spasi yang digunakan lebih kecil dari yang ditentukan maka diperbolehkan)
* Luasan tulangan lentur yang terpasang adalah :
1.000 1
𝐴𝑠 = × × 𝜋 × 𝐷2
𝑠 4
1.000 1 2
1.000 1
𝐴𝑠 = × ×𝜋×𝐷 = × × 𝜋 × 162 = 𝟓𝟕𝟒 𝒎𝒎𝟐
𝑠 4 350 4

𝐴𝑠 = 𝟓𝟕𝟒 𝒎𝒎𝟐 > 𝐴𝑠 𝑚𝑖𝑛 = 𝟐𝟒𝟎 𝒎𝒎𝟐 ------- OK!

Jadi tulangan lentur yang akan digunakan pada Pelat-A adalah


∅𝟏𝟔 − 𝟑𝟓𝟎 𝒎𝒎
Step-7. Tulangan susut
Dikarenakan nilai mutu baja 𝑓𝑦 < 420 𝑀𝑃𝑎, maka nilai 𝜌𝒎𝒊𝒏 = 𝟎, 𝟎𝟎𝟐
* Tinggi efektif pelat lantai untuk tulangan susut
∅𝑠𝑢𝑠𝑢𝑡 12
𝑑 = ℎ − 𝑡𝑠 − ∅𝑡𝑢𝑙 − = 120 − 20 − 16 − = 78 𝑚𝑚
2 2
𝐴𝑠 = 𝜌 × 𝑏 × 𝑑 = 0,002 × 1.000 × 78 = 𝟏𝟓𝟔 𝒎𝒎𝟐
* Jarak tulangan lentur dengan lebar per meter (s)
1.000 1
𝐴𝑠 = × × 𝜋 × 𝐷2
𝑠 4
1.000 1 2
1.000 1
𝑠= × ×𝜋×𝐷 = × × 𝜋 × 122 = 𝟕𝟐𝟓 𝒎𝒎
𝐴𝑠 4 156 4
* Nilai maksimal spasi pelat adalah harus kurang dari 𝟓𝒉 atau 𝟒𝟓𝟎 𝒎𝒎
𝑠 = 5 × ℎ = 5 × 120 = 600 𝑚𝑚 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝒔 = 𝟒𝟓𝟎 𝒎𝒎 (𝒎𝒆𝒏𝒆𝒏𝒕𝒖𝒌𝒂𝒏)
Ternyata s = 725 mm > 𝑠𝑚𝑎𝑥 = 450 mm, sehingga digunakan s = 450 mm
Jadi tulangan susut yang akan digunakan pada Pelat-A adalah ∅12 – 450 mm
Step-8. Kuat geser
Gaya geser maksimal dari pelat A terletak pada (A1) muka eksterior tepatnya pada
titik 1, sehingga :
1,15𝑤𝑢 𝑙𝑛1 1,15 × 8,704 × 1.725
𝑉𝑢 = = = 8.633,28 𝑁
2 2
Kuat geser yang dari material beton (𝑉𝐶 ) adalah: ∅𝑉𝑐 = ∅(0,17λ 𝑓 ′ 𝑐 𝑏𝑤 𝑑)
∅𝑉𝑐 = 0,75 × 0,17 × 1,0 × 28 × 1.000 × 92 = 62.069 𝑁 > 𝑉𝑢
Jadi kuat geser dari beton (Vc) sudah mampu memikul gaya geser yang terjadi,
sehingga tidak membutuhkan tulangan geser pada pelat
Detail tulangan pelat A (Potongan)

Anda mungkin juga menyukai