Anda di halaman 1dari 109

Bagian ini menjabarkan rencana pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya yang

mencakup tiga sektor yaitu pengembangan permukiman, penataan bangunan dan lingkungan,
pengembangan air minum dan sanitasi yang terdiri dari air limbah, persampahan, dan drainase.
Penjabaran perencanaan teknis untuk tiap-tiap sektor dimulai dari pemetaan isu-isu strategis
yang mempengaruhi, penjabaran kondisi eksisting sebagai baseline awal perencanaan, serta
permasalahan dan tantangan yang harus diantisipasi. Tahapan berikutnya adalah analisis
kebutuhan dan pengkajian terhadap program-program sektoral, dengan mempertimbangkan
kriteria kesiapan pelaksanaan kegiatan. Kemudian dilanjutkan dengan merumuskan usulan
program dan kegiatan yang dibutuhkan.

6.1 Pengembangan Permukiman

Berdasarkan UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman,


permukiman didefinisikan sebagai bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari
satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta
mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau perdesaan.
Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembangan permukiman
kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan. Pengembangan permukiman kawasan
perkotaan terdiri dari pengembangan kawasan permukiman baru dan peningkatan kualitas
permukiman kumuh, sedangkan untuk pengembangan kawasan perdesaan terdiri dari
pengembangan kawasan permukiman perdesaan, kawasan pusat pertumbuhan, serta desa
tertinggal.

6.1.1 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan


Arahan kebijakan pengembangan permukiman mengacu pada amanat peraturan
perundangan, antara lain:
1. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional.
Arahan RPJMN Tahap 3 (2015-2019) menyatakan bahwa pemenuhan
kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung

RPI2-JM Kabupaten Muaro Jambi Bab 6 - 1


bagi seluruh masyarakat terus meningkat, sehingga kondisi tersebut
mendorong terwujudnya kota tanpa permukiman kumuh pada awal tahapan
RPJMN berikutnya.
2. Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman.
Pasal 4 mengamanatkan bahwa ruang lingkup penyelenggaraan perumahan
dan kawasan permukiman juga mencakup penyelenggaraan perumahan
(butir c), penyelenggaraan kawasan permukiman (butir d), pemeliharaan dan
perbaikan (butir e), serta pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap
perumahan kumuh dan permukiman kumuh (butir f).
3. Undang-Undang No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun.
Pasal 15 mengamanatkan bahwa pembangunan rumah susun umum, rumah
susun khusus, dan rumah susun negara merupakan tanggung jawab
pemerintah.
4. Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan
Kemiskinan.
Peraturan ini menetapkan salah satunya terkait dengan penanggulangan
kemiskinan yang diimplementasikan dengan penanggulangan kawasan
kumuh.
5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar
Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang.
Peraturan ini menetapkan target berkurangnya luas permukiman kumuh di
kawasan perkotaan sebesar 10% pada tahun 2014.
Mengacu pada Permen PU No. 08/PRT/M/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Pekerjaan Umum maka Direktorat Pengembangan Permukiman mempunyai
tugas di bidang perumusan dan pelaksanaan kebijakan, pembinaan teknik dan pengawasan
teknik, serta standardisasi teknis dibidang pengembangan permukiman. Adapun fungsi
Direktorat Pengembangan Permukiman adalah:
a. Penyusunan kebijakan teknis dan strategi pengembangan permukiman di
perkotaan dan perdesaan
b. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi pengembangan kawasan
permukiman baru di perkotaan dan pengembangan kawasan perdesaan
potensial

RPI2-JM Kabupaten Muaro Jambi Bab 6 - 2


c. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi peningkatan kualitas
permukiman kumuh termasuk peremajaan kawasan dan pembangunan
rumah susun sederhana
d. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi peningkatan kualitas
permukiman di kawasan tertinggal, terpencil, daerah perbatasan dan pulau-
pulau kecil termasuk penanggulangan bencana alam dan kerusuhan social
e. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, serta pembinaan
kelembagaan dan peran serta masyarakat di bidang pengembangan
permukiman
f. Pelaksanaan tata usaha Direktorat.

6.1.2 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan dan Tantangan

A. Isu Strategis Pengembangan Permukiman


Berbagai isu strategis nasional yang berpengaruh terhadap pengembangan
permukiman saat ini adalah:
 Mengimplementasikan konsepsi pembangunan berkelanjutan serta
mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim.
 Percepatan pencapaian target MDGs 2020 yaitu penurunan proporsi
rumahtangga kumuh perkotaan.
 Perlunya dukungan terhadap pelaksanaan Program-Program Direktif
Presiden yang tertuang dalam MP3EI dan MP3KI.
 Percepatan pembangunan di wilayah timur Indonesia (Provinsi NTT, Provinsi
Papua, dan Provinsi Papua Barat) untuk mengatasi kesenjangan.
 Meminimalisir penyebab dan dampak bencana sekecil mungkin.
 Meningkatnya urbanisasi yang berimplikasi terhadap proporsi penduduk
perkotaan yang bertambah, tingginya kemiskinan penduduk perkotaan, dan
bertambahnya kawasan kumuh.
 Belum optimalnya pemanfaatan Infrastruktur Permukiman yang sudah
dibangun.
 Perlunya kerjasama lintas sektor untuk mendukung sinergitas dalam
pengembangan kawasan permukiman.
 Belum optimalnya peran pemerintah daerah dalam mendukung
pembangunan permukiman. Ditopang oleh belum optimalnya kapasitas
kelembagaan dan kualitas sumber daya manusia serta perangkat organisasi

RPI2-JM Kabupaten Muaro Jambi Bab 6 - 3


penyelenggara dalam memenuhi standar pelayanan minimal di bidang
pembangunan perumahan dan permukiman.
Isu-isu strategis di atas merupakan isu terkait pengembangan permukiman
yang terangkum secara nasional. Namun, di Kabupaten Muaro Jambi terdapat isu-
isu yang bersifat lokal dan spesifik yang belum tentu dijumpai di kabupaten/kota
lain. Penjabaran isu-isu strategis pengembangan permukiman yang bersifat
lokal perlu dijabarkan sebagai informasi awal dalam perencanaan.

Table 6.1 Isu-isu Strategis Sektor Pengembangan Permukiman


Skala Kabupaten Muaro Jambi
No. Isu Strategis Keterangan
(1) (2) (3)
1. Belum menerbitkan sertifikat laik fungsi bagi seluruh Pembinaan teknis pembangunan gedung negara
bangunan gedung
2. Belum tersusunnya manajemen pencegahan Penyusunan rencana induk system proteksi
kebakaran atau melakukan pemeriksaan berkala kebakaran (RISPK)
terhadap prasarana dan sarana penanggulangan
bahaya kebakaran
3. Belum tersedianya prasarana dan sarana bagi - Percontohan aksesibilitas pada bangunan
penyandang cacat gedung
- Rehabilitasi bangunan gedung negara
4. Pengembangan wilayah belum didasari atas Rencana Penyusunan rencana tata bangunan dan
Tata Bangungan dan Lingkungan (RTBL) lingkungan (RTBL)
5. Masih ada kawasan yang terdegradasi dan belum - Bantuan teknis penataan dan revitalisasi
ditata ulang kawasan
- Percontohan penataan dan revitalisasi
kawasan
6. Belum tersedianya rencana penanganan kawasan - Pembangunan sarana dan prasarana
kumuh, kawasan nelayan, kawasan tradisional dan peningkatan lingkungan permukiman kumuh
bersejarah dan nelayan
- Pembangunan sarana dan prasarana
penataan lingkungan permukiman
tradisional/bersejarah
7. Belum dilaksanakannya pembangunan lingkungan - Paket dan replikasi pemberian bantuan
berbasis konsep tridaya untuk mendorong penanggulangan kemiskinan terpadu (PAKET),
kemandirian masyarakat dalam mengembangkan pemberian bantuan program replikasi (P2KP)
lingkungan yang berkelanjutan - Bantuan langsung masyarakat
Sumber: Dokumen RP2KP Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2014

B. Kondisi Eksisting Pengembangan Permukiman


Kondisi eksisting pengembangan permukiman hingga tahun 2012 pada
tingkat nasional mencakup 180 dokumen RP2KP, 108 dokumen RTBL KSK, untuk di
perkotaan meliputi 500 kawasan kumuh di perkotaan yang tertangani, 385 unit RSH
yang terbangun, 158 TB unit Rusunawa terbangun. Sedangkan di perdesaan adalah
416 kawasan perdesaan potensial yang terbangun infrastrukturnya, 29 kawasan
rawan bencana di perdesaan yang terbangun infrastrukturnya, 108 kawasan
perbatasan dan pulau kecil di perdesaan yang terbangun infrastrukturnya, 237 desa

RPI2-JM Kabupaten Muaro Jambi Bab 6 - 4


dengan komoditas unggulan yang tertangani infrastrukturnya, dan 15.362 desa
tertinggal yang tertangani infrastrukturnya.
Kondisi eksisting pengembangan permukiman terkait dengan capaian suatu
kota/kabupaten dalam menyediakan kawasan permukiman yang layak huni.
Terlebih dahulu perlu diketahui peraturan perundangan di tingkat kabupaten/kota
(meliputi peraturan daerah, peraturan gubernur, peraturan walikota/bupati,
maupun peraturan lainya) yang mendukung seluruh tahapan proses perencanaan,
pembangunan, dan pemanfaatan pembangunan permukiman.
Selain itu data yang dibutuhkan untuk kondisi eksisting adalah mengenai
kawasan kumuh, jumlah RSH terbangun, dan Rusunawa terbangun di perkotaan,
maupun dukungan infrastruktur dalam program-program perdesaan seperti PISEW
(RISE), PPIP, serta kawasan potensial, rawan bencana, perbatasan, dan pulau
terpencil. Data yang dibutuhkan adalah data untuk kondisi eksisting lima tahun
terakhir.

Tabel 6.2 Peraturan Daerah/Peraturan Gubernur/Peraturan


Bupati/peraturan lainnya terkait Pengembangan Permukiman
Perda/Pergub/Perbup/Peraturan lainnya terkait Pengembangan
Permukiman
No. Amanat Kebijakan Daerah
Jenis Produk
No./Tahun Perihal
Pengaturan
(1) (2) (3) (4) (5)
1. Peraturan Daerah 10/2013 Rencana Tata Ruang Wialayah Penataan ruang wilayah
Provinsi Jambi Provinsi Jambi Tahun 2013 – 2033 Provinsi bertujuan untuk
mewujudkan ruang wilayah
yang harmonis dan merata
berbasis pengelolaan
sumberdaya alam dan
infrastruktur secara optimal
dan berkelanjutan
2. Peraturan Daerah 02/2014 Rencana Tata Ruang Kabupaten Mewujudkan Kabupaten
Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2014 – 2034 Muaro Jambi yang kompetitif,
Muaro Jambi sejahtera dan mandiri berbasis
agribisnis dan ekonomi
kerakyatan yang berwawasan
lingkungan, dinamis dan
beretika serta menjunjung
tinggi supremasi hukum,
budaya dan adat istiadat
3. Peraturan Daerah 13/2012 Rencana Pembangunan Jangka - Mendukung koordinasi antar
Kabupaten Panjang Daerah Kabupaten pelaku pembangunan dalam
Muaro Jambi Muaro Jambi Tahun 2006 – 2025 mencapai tujuan daerah
- Menjamin terciptanya
integrasi, sinkronisasi dan
sinergi baik antar wilayah,
antar ruang, antar waktu,
antar fungsi pemerintah
- Menjamin keterkaitan dan
konsistensi antara

RPI2-JM Kabupaten Muaro Jambi Bab 6 - 5


Perda/Pergub/Perbup/Peraturan lainnya terkait Pengembangan
Permukiman
No. Amanat Kebijakan Daerah
Jenis Produk
No./Tahun Perihal
Pengaturan
(1) (2) (3) (4) (5)
perencanaan, penganggaran,
pelaksanaan dan pengawasan
- Menjamin tercapainya
penggunaan sumberdaya
secara efisien, efektif,
berkeadilan dan
berkelanjutan
- mengoptimalkan partisipasi
masyarakat
4. Peraturan Daerah 14/2012 Rencana Pembangunan Jangka Memuat arah kebijakan
Kabupaten Menengah Daerah Kabupaten keuangan daerah, program
Muaro Jambi Muaro Jambi Tahun 2011 – 2016 strategis pembangunan
daerah, kebijakan umum dan
program satuan kerja
perangkat daerah, lintas
satuan kerja perangkat daerah,
dan program kewilayahn
disertai dengan rencana kerja
dalam kerangka regulasi dan
kerangka pendanaan yang
bersifat indikatif
5. Belum ada - - -
Peraturan
Gubernur terkait
Pengembangan
Permukiman
6. Belum ada - - -
Peraturan Bupati
terkait
Pengembangan
Permukiman
7. Surat Keputusan 641/2014 Penetapan lokasi perumahan Belum ada amanat kebijakan
Bupati kumuh dan permukiman kumuh daerah
kawasan perkotaan di Kabupaten
Muaro Jambi

Perkotaan:

Tabel 6.3
Data Kawasan Kumuh di Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2014
Lokasi Kawasan Jumlah Rumah Amanat Kebijakan Jumlah
No. Luas Kawasan
Kumuh Permanen Daerah Penduduk
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. Kawasan 8,06 Belum dilakukan Belum ada amanat Belum dilakukan
bantaran sungai pendataan kebijakan daerah pendataan
Kelurahan Sengeti
2. Kawasan pasar 1,15 Belum dilakukan Belum ada amanat Belum dilakukan
sengeti pendataan kebijakan daerah pendataan
3. Kawasan timur 4,53 Belum dilakukan Belum ada amanat Belum dilakukan
Kelurahan Sengeti pendataan kebijakan daerah pendataan
4. Kawasan utara 3,37 Belum dilakukan Belum ada amanat Belum dilakukan
Kelurahan Sengeti pendataan kebijakan daerah pendataan

RPI2-JM Kabupaten Muaro Jambi Bab 6 - 6


Tabel 6.4
Data Kondisi RSH di Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2014
Kondisi
Tahun
No. Lokasi RSH Pengelola Jumlah Penghuni Prasarana CK
Pembangunan
yang ada
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. Belum terdata
Sumber: RP2KP Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2014
Belum tedata dan tidak terdapat dalam dokumen RP2KP

Tabel 6.5
Data Kondisi Rusunawa di Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2014
Kondisi
Lokasi Tahun Jumlah
No. Pengelola Kondisi Prasarana CK
Rusunawa Pembangunan Penghuni
yang ada
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1. Belum terdata
Sumber: RP2KP Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2014
Belum tedata dan tidak terdapat dalam dokumen RP2KP

Perdesaan:

Tabel 6.6
Data Program Perdesaan di Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2014
Lokasi Kawasan Jumlah Rumah Amanat Kebijakan Jumlah
No. Luas Kawasan
Kumuh Permanen Daerah Penduduk
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Belum terdata
Sumber: RP2KP Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2014
Belum tedata dan tidak terdapat dalam dokumen RP2KP

C. Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman


Permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman pada tingkat
nasional antara lain:
Permasalahan pengembangan permukiman diantaranya:
1. Masih luasnya kawasan kumuh sebagai permukiman tidak layak huni
sehingga dapat menyebabkan terjadinya degradasi lingkungan, dan pelayanan
infrastruktur yang masih terbatas.
2. Masih terbatasnya prasarana sarana dasar pada daerah tertinggal, pulau kecil,
daerah terpencil, dan kawasan perbatasan.
3. Belum berkembangnya Kawasan Perdesaan Potensial.
Tantangan pengembangan permukiman diantaranya:
1. Percepatan peningkatan pelayanan kepada masyarakat.

RPI2-JM Kabupaten Muaro Jambi Bab 6 - 7


2. Pencapaian target/sasaran pembangunan dalam Rencana Strategis Ditjen Cipta
Karya sektor Pengembangan Permukiman.
3. Pencapaian target MDG’s 2015, termasuk didalamnya pencapaian Program-
Program Pro Rakyat (Direktif Presiden).
4. Perhatian pemerintah daerah terhadap pembangunan bidang Cipta Karya
khususnya kegiatan Pengembangan Permukiman yang masih rendah.
5. Memberikan pemahaman kepada pemerintah daerah bahwa pembangunan
infrastruktur permukiman yang saat ini sudah menjadi tugas pemerintah
daerah provinsi dan kabupaten/kota.
6. Penguatan Sinergi RP2KP/RTBL KSK dalam Penyusunan RPI2JM bidang Cipta
Karya pada Kabupaten/Kota.
Sebagaimana isu strategis, di Kabupaten Muaro Jambi terdapat
permasalahan dan tantangan pengembangan yang bersifat lokal dan spesifik serta
belum tentu dijumpai di kabupaten/kota lain. Penjabaran permasalahan dan
tantangan pengembangan permukiman yang bersifat lokal perlu dijabarkan sebagai
informasi awal dalam perencanaan. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi
permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman di Kabupaten Muaro
Jambi serta merumuskan alternatif pemecahan dan rekomendasi dari permasalahan
dan tantangan pengembangan permukiman yang ada di wilayah Kabupaten Muaro
Jambi.

Tabel 6.7
Identifikasi Permasalahan dan Tantangan Pengembangan
Permukiman Kabupaten Muaro Jambi
Permasalahan Pengembangan
No. Tantangan Pengembangan Alternative Solusi
Permukiman
(1) (2) (3) (4)
1. Aspek teknis; - Perlunya ketentuan peraturan - Mengembangkan kawasan
- Kurang ditegakkannya aturan zonasi yang terukur dan tegas permukiman dengan
keselamatan, keamanan dan serta tersedianya kasiba/lisiba mempertimbangkan daya dukung
kenyamanan Bangunan untuk pengembangan kawasan lingkungan
Gedung termasuk pada daerah- industry besar - Mengarahkan dan mengelola
daerah rawan bencana - Penyiapan kawasan perkembangan kawasan
- Sarana dan prasarana hidran permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan
kebakaran banyak yang tidak permukiman guna menunjang Kabupaten Muaro Jambi sebagai
berfungsi dan kurang peran Kabupaten Muaro Jambi penyangga Ibukota Provinsi
mendapatkan perhatian. sebagai kawasan penyangga - Membangun dan menyediakan
permukiman Kota Jambi infrastruktur perkotaan sesuai
- Peningkatan daya layanan dengan perkembangan
(kapasitas) dan cakupan (areal) kebutuhan masyarakat
layanan pengelolaan sampah
dan air minum
2. Aspek kelembagaan; Peningkatan kapasitas Mengintegrasikan pembangunan
pemerintah daerah baik dari segi dan pengembangan infrastruktur

RPI2-JM Kabupaten Muaro Jambi Bab 6 - 8


Permasalahan Pengembangan
No. Tantangan Pengembangan Alternative Solusi
Permukiman
(1) (2) (3) (4)
Lemahnya pengaturan kualitas SDM, penyediaan lahan perkotaan dengan pembangunan
penyelenggaraan bangunan bagi pembangunan dan dibidang lainnya
gedung di daerah serta pengembangan permukiman
rendahnya kualitas pelayanan
public dan perijinan
3. Aspek pembiayaan; Peningkatan kapasitas - Meningkatkan kerjasama semua
Bayaknya bangunan gedung pemerintah dan keuangan daerah pihak dalam pembangunan
negara/masyarakat yang belum dalam mensinergikan penyediaan permukiman dan infrastruktur
memenuhi persyaratan permukiman yang dikaitkan permukiman
keselamatan, keamanan dan dengan menumbuhkembangkan - Menggalang kerjasama dengan
kenyamanan ekonomi daerah berbagai pihak untuk penyediaan
perumahan yang layak huni
untuk masyarakat berpenghasilan
rendah
4. Aspek peran serta Perlunya disediakan dokumen - Mendorong kemampuan
masyarakat/swasta; rencana terpadu, terarah, masyarakat untuk membangun
Belum optimalnya peran terprogram dan terukur dalam rumah yang layak huni
penyedia jasa konstruksi dalam pembangunan permukiman - Mendorong dan memperluas
menerapkan pfrofesionalisme untuk masa mendatang keterlibatan swasta dalam
perbaikan lingkungan perumahan
- Membangun kesadaran
masyarakat dalam meningkatkan
kualitas lingkungan permukiman
- Membangun kemampuan
masyarakat dalam penyediaan
infrastruktur permukiman yang
memenuhi SPM
5. Aspek lingkungan permukiman; - Penyediaan kasiba/lisiba dan - Memanfaatkan potensi
Masih rendahnya apresiasi permukiman bagi pelajar sumberdaya alam dalam
masyarakat terhadap peraturan pendidikan tinggi dengan pembangunan dan
bangunan gedung infrastruktur yang memadai, pengembangan infrastruktur
adahan pengembangan perkotaan
kawasan permukiman yang - Membangun dan
mendukung peran Kabupaten mengembangkan infrastruktur
Muaro Jambi sebagai kawasan dikawasan perkotaan dengan
hinterland Kota Jambi dan memperhatikan kondisi social
kawasan agrobisinis budaya masyarakat
- Peningkatan kualitas - Memperkuat karakter
lingkungan, terutama dalam permukiman local melalui
pengelolaan limbah rumah dukungan semua pihak
tangga
Sumber: RP2KP Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2014

6.1.3 Analisis Kebutuhan Pengembangan Permukiman


Analisis kebutuhan merupakan tahapan selanjutnya dari identifikasi kondisi
eksisting. Analisis kebutuhan mengaitkan kondisi eksisting dengan target kebutuhan yang
harus dicapai. Terdapat arahan kebijakan yang menjadi acuan penetapan target
pembangunan bidang Cipta Karya khususnya sektor pengembangan permukiman baik di
tingkat Pusat maupun di Kabupaten Muaro Jambi. Di tingkat Pusat acuan kebijakan meliputi
RPJMN 2010-2014, MDGs 2015 (pengurangan proporsi rumah tangga kumuh tahun 2020),
Standar Pelayanan Minimal (SPM) untuk pengurangan luasan kawasan kumuh tahun 2014
sebesar 10%, arahan MP3EI dan MP3KI, percepatan pembangunan Papua dan Papua Barat,

RPI2-JM Kabupaten Muaro Jambi Bab 6 - 9


arahan Direktif Presiden untuk program pro-rakyat, serta Renstra Ditjen Cipta Karya 2010-
2014. Sedangkan di Kabupaten Muaro Jambi meliputi target RPJMD, RTRW Kabupaten
Muaro Jambi, maupun Renstra SKPD. Acuan kebijakan tersebut hendaknya menjadi dasar
pada tahapan analisis kebutuhan pengembangan permukiman.

Tabel 6.8
Perkiraan Kebutuhan Program Pengembangan Permukiman
Di Perkotaan Untuk 5 Tahun
Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Ket
No. Uraian Unit
I II III IV V
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
1. Jumlah penduduk Jiwa - - - - - -
Kepadatan penduduk Jiwa/Km2 - - - - - -
Proyeksi persebaran penduduk Jiwa/Km2 - - - - - -
Proyeksi persebaran penduduk Jiwa/Km2 - - - - - -
miskin
2. Sasaran penurunan kawasan Ha - - - - - -
kumuh
3. Kebutuhan rusunawa TB - - - - - -
4. Kebutuhan RSH Unit - - - - - -
5. Kebutuhan pengembangan Kws - - - - - -
permukiman baru
Sumber: RP2KP Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2014
Tidak dilakukan penghitungan perkiraan kebutuhan program pengembangan permukiman di perkotaan
untuk 5 tahun kedepan dalam dokumen RP2KP

Tabel 6.9
Perkiraan Kebutuhan Program Pengembangan Permukiman
Di Perdesaan yang Membutuhkan Penanganan Untuk 5 Tahun
Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Ket
No. Uraian Unit
I II III IV V
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
1. Jumlah penduduk Jiwa - - - - - -
Kepadatan penduduk Jiwa/Km2 - - - - - -
Proyeksi persebaran penduduk Jiwa/Km2 - - - - - -
Proyeksi persebaran penduduk Jiwa/Km2 - - - - - -
miskin
2. Desa potensial untuk agropolitan Desa - - - - - -
3. Desa potensial untuk Desa - - - - - -
minapolitan
4. Kawasan rawan bencana Kws - - - - - -
5. Kawasan perbatasan Kws - - - - - -
6. Kawasan permukiman pula- Kws - - - - - -
pulau kecil
7. Desa kategori miskin Desa - - - - - -
8. Kawasan dengan komoditas Kws - - - - - -
unggulan
Sumber: RP2KP Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2014
Tidak dilakukan penghitungan perkiraan kebutuhan program pengembangan permukiman di perdesaan
yang membutuhkan penanganan untuk 5 tahun kedepan

RPI2-JM Kabupaten Muaro Jambi Bab 6 - 10


6.1.4 Program-Program Sektor Pengembangan Permukiman
Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembangan permukiman
kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan. Pengembangan permukiman kawasan
perkotaan terdiri dari:
1) Pengembangan kawasan permukiman baru dalam bentuk pembangunan
Rusunawa serta
2) Peningkatan kualitas permukiman kumuh dan RSH
Sedangkan untuk pengembangan kawasan perdesaan terdiri dari:
1) pengembangan kawasan permukiman perdesaan untuk kawasan potensial
(Agropolitan dan Minapolitan), rawan bencana, serta perbatasan dan pulau
kecil,
2) Pengembangan kawasan pusat pertumbuhan dengan program PISEW (RISE),
3) Desa tertinggal dengan program PPIP dan RIS PNPM
Selain kegiatan fisik di atas program/kegiatan pengembangan permukiman dapat
berupa kegiatan non-fisik seperti penyusunan RP2KP dan RTBL KSK ataupun review bilamana
diperlukan.
Pengembangan Kawasan Permukiman Perkotaan
 Infrastruktur kawasan permukiman kumuh
 Infrastruktur permukiman RSH
 Rusunawa beserta infrastruktur pendukungnya
Pengembangan Kawasan Permukiman Perdesaan
 Infrastruktur kawasan permukiman perdesaan potensial
(Agropolitan/Minapolitan)
 Infrastruktur kawasan permukiman rawan bencana
 Infrastruktur kawasan permukiman perbatasan dan pulau kecil
 Infrastruktur pendukung kegiatan ekonomi dan sosial (PISEW)
 Infrastruktur perdesaan PPIP
 Infrastruktur perdesaan RIS PNPM

Adapun alur fungsi dan program pengembangan permukiman tergambar dalam


gambar berikut:

RPI2-JM Kabupaten Muaro Jambi Bab 6 - 11


Gambar 6.1
Alur Program Pengembangan Permukiman

Sumber: Dit. Pengembangan Permukiman, 2012

Kriteria Kesiapan (Readiness Criteria)


Dalam pengembangan permukiman terdapat kriteria yang menentukan, yang
terdiri dari kriteria umum dan khusus, sebagai berikut.
1. Umum
 Ada rencana kegiatan rinci yang diuraikan secara jelas.
 Indikator kinerja sesuai dengan yang ditetapkan dalam Renstra.
 Kesiapan lahan (sudah tersedia).
 Sudah tersedia DED.
 Tersedia Dokumen Perencanaan Berbasis Kawasan (RP2KP, RTBL KSK,
Masterplan. Agropolitan & Minapolitan, dan KSK)
 Tersedia Dana Daerah untuk Urusan Bersama (DDUB) dan dana daerah untuk
pembiayaan komponen kegiatan sehingga sistem bisa berfungsi.
 Ada unit pelaksana kegiatan.
 Ada lembaga pengelola pasca konstruksi.

2. Khusus
Rusunawa
 Kesediaan pemda untuk penandatanganan MoA dalam rangka penanganan
Kws. Kumuh

RPI2-JM Kabupaten Muaro Jambi Bab 6 - 12


 Kesanggupan Pemda menyediakan Sambungan Listrik, Air Minum, dan PSD
lainnya
 Ada calon penghuni
RIS PNPM
 Sudah ada kesepakatan dengan Menkokesra.
 Desa di kecamatan yang tidak ditangani PNPM Inti lainnya.
 Tingkat kemiskinan desa >25%.
 Bupati menyanggupi mengikuti pedoman dan menyediakan BOP minimal 5%
dari BLM.
PPIP
 Hasil pembahasan dengan Komisi V - DPR RI
 Usulan bupati, terutama kabupaten tertinggal yang belum ditangani program
Cipta Karya lainnya
 Kabupaten reguler/sebelumnya dengan kinerja baik
 Tingkat kemiskinan desa >25%
PISEW
 Berbasis pengembangan wilayah
 Pembangunan infrastruktur dasar perdesaan yang mendukung (i)
transportasi, (ii) produksi pertanian, (iii) pemasaran pertanian, (iv) air bersih dan
sanitasi, (v) pendidikan, serta (vi) kesehatan
 Mendukung komoditas unggulan kawasan
Selain kriteria kesiapan seperti di atas terdapat beberapa kriteria yang harus
diperhatikan dalam pengusulan kegiatan pengembangan permukiman seperti untuk
penanganan kawasan kumuh di perkotaan. Mengacu pada UU No. 1/2011 tentang
Perumahan dan Kawasan Permukiman, permukiman kumuh memiliki ciri (1)
ketidakteraturan dan kepadatan bangunan yang tinggi, (2) ketidaklengkapan prasarana,
sarana, dan utilitas umum, (3) penurunan kualitas rumah, perumahan, dan permukiman,
serta prasarana, sarana dan utilitas umum, serta (4) pembangunan rumah, perumahan, dan
permukiman yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah. Lebih lanjut kriteria
tersebut diturunkan ke dalam kriteria yang selama ini diacu oleh Ditjen. Cipta Karya meliputi
sebagai berikut:
1. Vitalitas Non Ekonomi
a. Kesesuaian pemanfaatan ruang kawasan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah
Kota atau RDTK, dipandang perlu sebagai legalitas kawasan dalam ruang kota.

RPI2-JM Kabupaten Muaro Jambi Bab 6 - 13


b. Fisik bangunan perumahan permukiman dalam kawasan kumuh memiliki
indikasi terhadap penanganan kawasan permukiman kumuh dalam hal
kelayakan suatu hunian berdasarkan intensitas bangunan yang terdapat
didalamnya.
c. Kondisi Kependudukan dalam kawasan permukiman kumuh yang dinilai,
mempunyai indikasi terhadap penanganan kawasan permukiman kumuh
berdasarkan kerapatan dan kepadatan penduduk.
2. Vitalitas Ekonomi Kawasan
a. Tingkat kepentingan kawasan dalam letak kedudukannya pada wilayah kota,
apakah apakah kawasan itu strategis atau kurang strategis.
b. Fungsi kawasan dalam peruntukan ruang kota, dimana keterkaitan dengan
faktor ekonomi memberikan ketertarikan pada investor untuk dapat
menangani kawasan kumuh yang ada. Kawasan yang termasuk dalam
kelompok ini adalah pusat-pusat aktivitas bisnis dan perdagangan seperti
pasar, terminal/stasiun, pertokoan, atau fungsi lainnya.
c. Jarak jangkau kawasan terhadap tempat mata pencaharian penduduk kawasan
permukiman kumuh.
3. Status Kepemilikan Tanah
a. Status pemilikan lahan kawasan perumahan permukiman.
b. Status sertifikat tanah yang ada.
4. Keadaan Prasarana dan Sarana: Kondisi Jalan, Drainase, Air bersih, dan Air limbah.
5. Komitmen Pemerintah Kabupaten/Kota
a. Keinginan pemerintah untuk penyelenggaraan penanganan kawasan kumuh
dengan indikasi penyediaan dana dan mekanisme kelembagaan
penanganannya.
b. Ketersediaan perangkat dalam penanganan, seperti halnya rencana
penanganan (grand scenario) kawasan, rencana induk (master plan) kawasan
dan lainnya.

6.1.5 Usulan Program dan Kegiatan


a. Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan Permukiman
Setelah melalui tahapan analisis kebutuhan untuk mengisi kesenjangan antara
kondisi eksisting dengan kebutuhan maka perlu disusun usulan program dan kegiatan.
Namun usulan program dan kegiatan terbatasi oleh waktu dan kemampuan pendanaan

RPI2-JM Kabupaten Muaro Jambi Bab 6 - 14


pemerintah kabupaten/kota. Sehingga untuk jangka waktu perencanaan lima tahun dalam
RPI2JM dibutuhkan suatu kriteria untuk menentukan prioritasi dari tahun pertama hingga
kelima.

Tabel 6.10
Format Usulan dan Prioritas Program
Infrastruktur Permukiman Kabupaten Muaro Jambi
Volume/
No. Program/Kegiatan Biaya (Rp) Lokasi Kriteria Persiapan
Satuan
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. Peningkatan kualitas perumahan - - Kedemangan 1 -
yang kurang layak huni
2. Mempertahankan arsitektur rumah - - Kedemangan 1 -
panggung yang menjadi ciri
permukiman di Kabupaten Muaro
Jambi
3. Peningkatan cakupan layanan - - Kedemangan 1 -
pengelolaan sampah dan air
minum
4. Penanganan kawasan rawan banjir - - Kedemangan 1 -
melalui penataan system hidrologi
kawasan, baik berupa
pembangunan system drainase
5. Pembangunan TPS dan - - Kedemangan 1 -
pengembangan kelembagaan
pengelolaan sampah lingkungan
6. Perbaikan dan pembangunan jalan - - Kedemangan 2 -
lingkungan
7. Perbaikan kualitas rumah sehingga - - Kedemangan 2 -
sehat dan layak huni
8. Peningkatan kualitas lingkungan - - Kedemangan 2 -
melalui penanganan kawasan
banjir, pengelolaan air limbah
domestic dan peningkatan
penggunaan tengki septik
9. Penyediaan sarana tempat - - Kedemangan 2 -
pembuangan sampah dan
pengelolaannya
10. Pembangunan system jaringan - - Kedemangan 2 -
drainase
11. Penanggulangan kawasan rawan - - Kedemangan 2 -
genangan/banjir
12. Perbaikan beberapa kondisi - - Pudak 1 -
perumahan yang kurang layak huni
13. Peningkatan cakupan pelayanan - - Pudak 1 -
pengangutan sampah,
pembangunan TPS dan
pengembangan pengelolaan
persampahan lingkungan
14. Peningkatan cakupan layanan air - - Pudak 1 -
bersih dari SPAM yang disediakan
pemerintah (system perpipaan)
15. Pembangunan system jaringan - - Pudak 1 -
drainase dengan memperhatikan
kawasan genangan dan keberadaan
sungai yang berada disisi
permukiman

RPI2-JM Kabupaten Muaro Jambi Bab 6 - 15


Volume/
No. Program/Kegiatan Biaya (Rp) Lokasi Kriteria Persiapan
Satuan
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
16. Pengembangan dan peningkatan - - Pudak 1 -
system pengelolaan air limbah,
terutama limbah dapur yang saat
ini masih dialirkan secara langsung
ke sungai.
17. Peningkatan kualitas rumah - - Pudak 2 -
penduduk sehingga lebih sehat dan
layak huni
18. Perbaikan dan pembangunan - - Pudak 2 -
system drainase serta penanganan
kawasan genangan
19. Peningkatan pengelolaan - - Pudak 2 -
persampahan mulai dari
pembangunan TPS, pengangkutan
dan pengembangan pengelolaan
persampahan setempat.
20. Peningkatan cakupan layanan air - - Pudak 2 -
minum dengan system perpipaan
21. Peningkatan pengelolaan air - - Pudak 2 -
limbah melalui pembangunan
tangki septik komunal
Sumber: RP2KP Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2014
Penghitungan volume/satuan, estimasi biaya dan kriteria persiapan belum dirumuskan dalam Dokumen
RP2KP Kab. Muaro Jambi

b. Usulan Pembiayaan Pengembangan Permukiman


Dalam pengembangan permukiman, Pemerintah Daerah didorong untuk terus
meningkatkan alokasinya pada sektor tersebut serta mencari alternatif sumber pembiayaan
dari masyarakat dan swasta (KPS, CSR).

Tabel 6.11
Usulan Pembiayaan Program/Kegiatan
APBD APBD Masyar
No. Program/Kegiatan APBN Swasta CSR Total
Prov Kab akat
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
1. Peningkatan kualitas - - - - - - -
perumahan yang kurang
layak huni
2. Mempertahankan arsitektur - - - - - - -
rumah panggung yang
menjadi ciri permukiman di
Kabupaten Muaro Jambi
3. Peningkatan cakupan - - - - - - -
layanan pengelolaan
sampah dan air minum
4. Penanganan kawasan - - - - - - -
rawan banjir melalui
penataan system hidrologi
kawasan, baik berupa
pembangunan system
drainase

RPI2-JM Kabupaten Muaro Jambi Bab 6 - 16


APBD APBD Masyar
No. Program/Kegiatan APBN Swasta CSR Total
Prov Kab akat
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
5. Pembangunan TPS dan - - - - - - -
pengembangan
kelembagaan pengelolaan
sampah lingkungan
6. Perbaikan dan - - - - - - -
pembangunan jalan
lingkungan
7. Perbaikan kualitas rumah - - - - - - -
sehingga sehat dan layak
huni
8. Peningkatan kualitas - - - - - - -
lingkungan melalui
penanganan kawasan
banjir, pengelolaan air
limbah domestic dan
peningkatan penggunaan
tengki septik
9. Penyediaan sarana tempat - - - - - - -
pembuangan sampah dan
pengelolaannya
10. Pembangunan system - - - - - - -
jaringan drainase
11. Penanggulangan kawasan - - - - - - -
rawan genangan/banjir
12. Perbaikan beberapa kondisi - - - - - - -
perumahan yang kurang
layak huni
13. Peningkatan cakupan - - - - - - -
pelayanan pengangutan
sampah, pembangunan TPS
dan pengembangan
pengelolaan persampahan
lingkungan
14. Peningkatan cakupan - - - - - - -
layanan air bersih dari
SPAM yang disediakan
pemerintah (system
perpipaan)
15. Pembangunan system - - - - - - -
jaringan drainase dengan
memperhatikan kawasan
genangan dan keberadaan
sungai yang berada disisi
permukiman
16. Pengembangan dan - - - - - - -
peningkatan system
pengelolaan air limbah,
terutama limbah dapur
yang saat ini masih dialirkan
secara langsung ke sungai.
17. Peningkatan kualitas rumah - - - - - - -
penduduk sehingga lebih
sehat dan layak huni
18. Perbaikan dan - - - - - - -
pembangunan system
drainase serta penanganan
kawasan genangan
19. Peningkatan pengelolaan - - - - - - -
persampahan mulai dari

RPI2-JM Kabupaten Muaro Jambi Bab 6 - 17


APBD APBD Masyar
No. Program/Kegiatan APBN Swasta CSR Total
Prov Kab akat
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
pembangunan TPS,
pengangkutan dan
pengembangan pengelolaan
persampahan setempat.
20. Peningkatan cakupan - - - - - - -
layanan air minum dengan
system perpipaan
21. Peningkatan pengelolaan air - - - - - - -
limbah melalui
pembangunan tangki septik
komunal
Sumber: RP2KP Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2014
Sumber pendanaan untuk usulan program/kegiatan pembangunan infrastruktur permukiman di
Kabupaten Muaro Jambi belum di rumuskan dalam dokumen.

Usulan prioritas kegiatan dan pembiayaan secara lebih rinci dapat dituangkan ke
dalam table berikut:

RPI2-JM Kabupaten Muaro Jambi Bab 6 - 18


Tabel 6.12
Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan Permukiman Kabupaten Muaro Jambi
Output Sumber Dana Tahun
No Indicator Output Lokasi Vol Satuan APBN APBD APBD Masya
Swasta CSR 1 2 3 4 5
Rincian Murni PHLN Prov Kab rakat
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19)
1. Peningkatan kualitas perumahan yang kurang layak huni Kedem
angan
1

2. Mempertahankan arsitektur rumah panggung yang menjadi ciri Kedem


permukiman di Kabupaten Muaro Jambi angan
1

3. Peningkatan cakupan layanan pengelolaan sampah dan air minum Kedem


angan
1

4. Penanganan kawasan rawan banjir melalui penataan system Kedem


hidrologi kawasan, baik berupa pembangunan system drainase angan
1

5. Pembangunan TPS dan pengembangan kelembagaan pengelolaan Kedem


sampah lingkungan angan
1

6. Perbaikan dan pembangunan jalan lingkungan Kedem


angan
2

7. Perbaikan kualitas rumah sehingga sehat dan layak huni Kedem


angan
2

8. Peningkatan kualitas lingkungan melalui penanganan kawasan Kedem - - - - - - - - - - - - - -


banjir, pengelolaan air limbah domestic dan peningkatan angan
penggunaan tengki septik 2

RPI2-JM Kabupaten Muaro Jambi Bab 6 - 19


Output Sumber Dana Tahun
No Indicator Output Lokasi Vol Satuan APBN APBD APBD Masya
Swasta CSR 1 2 3 4 5
Rincian Murni PHLN Prov Kab rakat
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19)
9. Penyediaan sarana tempat pembuangan sampah dan Kedem - - - - - - - - - - - - - -
pengelolaannya angan
2

10. Pembangunan system jaringan drainase Kedem - - - - - - - - - - - - - -


angan
2

11. Penanggulangan kawasan rawan genangan/banjir Kedem - - - - - - - - - - - - - -


angan
2

12. Perbaikan beberapa kondisi perumahan yang kurang layak huni Pudak - - - - - - - - - - - - - -
1

13. Peningkatan cakupan pelayanan pengangutan sampah, Pudak - - - - - - - - - - - - - -


pembangunan TPS dan pengembangan pengelolaan persampahan 1
lingkungan

14. Peningkatan cakupan layanan air bersih dari SPAM yang disediakan Pudak - - - - - - - - - - - - - -
pemerintah (system perpipaan) 1

15. Pembangunan system jaringan drainase dengan memperhatikan Pudak - - - - - - - - - - - - - -


kawasan genangan dan keberadaan sungai yang berada disisi 1
permukiman

16. Pengembangan dan peningkatan system pengelolaan air limbah, Pudak - - - - - - - - - - - - - -


terutama limbah dapur yang saat ini masih dialirkan secara 1
langsung ke sungai

17. Peningkatan kualitas rumah penduduk sehingga lebih sehat dan Pudak - - - - - - - - - - - - - -
layak huni 2

18. Perbaikan dan pembangunan system drainase serta penanganan Pudak - - - - - - - - - - - - - -


kawasan genangan 2

RPI2-JM Kabupaten Muaro Jambi Bab 6 - 20


Output Sumber Dana Tahun
No Indicator Output Lokasi Vol Satuan APBN APBD APBD Masya
Swasta CSR 1 2 3 4 5
Rincian Murni PHLN Prov Kab rakat
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19)
19. Peningkatan pengelolaan persampahan mulai dari pembangunan Pudak - - - - - - - - - - - - - -
TPS, pengangkutan dan pengembangan pengelolaan persampahan 2
setempat

20. Peningkatan cakupan layanan air minum dengan system perpipaan Pudak - - - - - - - - - - - - - -
2

21. Peningkatan pengelolaan air limbah melalui pembangunan tangki Pudak - - - - - - - - - - - - - -


septik komunal 2

Sumber: RP2KP Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2014


Rincian usulan program/kegiatan pembangunan infrastruktur permukiman di Kabupaten Muaro Jambi belum di rumuskan dalam dokumen RP2KP.

RPI2-JM Kabupaten Muaro Jambi Bab 6 - 21


6.2 Penataan Bangunan dan Lingkungan
6.2.1 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan PBL

Penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang diperlukan


sebagai bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang, terutama untuk mewujudkan
lingkungan binaan, baik di perkotaan maupun di perdesaan, khususnya wujud fisik
bangunan gedung dan lingkungannya.
Kebijakan penataan bangunan dan lingkungan mengacu pada Undang- undang dan
peraturan antara lain:
1) UU No.1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman
UU No. 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman memberikan
amanat bahwa penyelenggaraan penyelenggaraan perumahan dan kawasan
permukiman adalah kegiatan perencanaan, pembangunan, pemanfaatan, dan
pengendalian, termasuk di dalamnya pengembangan kelembagaan, pendanaan
dan sistem pembiayaan, serta peran masyarakat yang terkoordinasi dan terpadu.
Pada UU No. 1 tahun 2011 juga diamanatkan pembangunan kaveling tanah yang
telah dipersiapkan harus sesuai dengan persyaratan dalam penggunaan,
penguasaan, pemilikan yang tercantum pada rencana rinci tata ruang dan
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL).
2) UU No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
UU No. 28 tahun 2002 memberikan amanat bangunan gedung harus
diselenggarakan secara tertib hukum dan diwujudkan sesuai dengan fungsinya,
serta dipenuhinya persyaratan administratif dan teknis bangunan gedung.
Persyaratan administratif yang harus dipenuhi adalah:
a. Status hak atas tanah, dan/atau izin pemanfaatan dari pemegang hak atas
tanah
b. Status kepemilikan bangunan gedung
c. Izin mendirikan bangunan gedung
Persyaratan teknis bangunan gedung melingkupi persyaratan tata bangunan dan
persyaratan keandalan bangunan. Persyaratan tata bangunan ditentukan pada
RTBL yang ditetapkan oleh Pemda, mencakup peruntukan dan intensitas bangunan
gedung, arsitektur bangunan gedung, dan pengendalian dampak lingkungan.
Sedangkan, persyaratan keandalan bangunan gedung mencakup keselamatan,
kesehatan, keamanan, dan kemudahan. UU No. 28 tahun 2002 juga mengamatkan
bahwa dalam penyelenggaraan bangunan gedung yang meliputi kegiatan

RPI2-JM Kabupaten Muaro Jambi Bab 6 - 22


pembangunan, pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran, juga diperlukan
peran masyarakat dan pembinaan oleh pemerintah.
3) PP 36/2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 28 Tahun 2002 tentang
Bangunan Gedung
Secara lebih rinci UU No. 28 tahun 2002 dijelaskan dalam PP No. 36 Tahun 2005
tentang peraturan pelaksana dari UU No. 28/2002. PP ini membahas ketentuan
fungsi bangunan gedung, persyaratan bangunan gedung, penyelenggaraan
bangunan gedung, peran masyarakat, dan pembinaan dalam penyelenggaraan
bangunan gedung. Dalam peraturan ini ditekankan pentingnya bagi pemerintah
daerah untuk menyusun Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) sebagai
acuan rancang bangun serta alat pengendalian pengembangan bangunan gedung
dan lingkungan.
4) Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata
Bangunan dan Lingkungan
Sebagai panduan bagi semua pihak dalam penyusunan dan pelaksanaan dokumen
RTBL, maka telah ditetapkan Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman
Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan. Dalam peraturan tersebut,
dijelaskan bahwa RTBL disusun pada skala kawasan baik di perkotaan maupun
perdesaan yang meliputi kawasan baru berkembang cepat, kawasan terbangun,
kawasan dilestarikan, kawasan rawan bencana, serta kawasan gabungan dari jenis-
jenis kawasan tersebut. Dokumen RTBL yang disusun kemudian ditetapkan melalui
peraturan walikota/bupati.
5) Permen PU No.14 /PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal bidang
Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
Permen PU No: 14 /PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal bidang
Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang mengamanatkan jenis dan mutu pelayanan
dasar Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang yang merupakan urusan wajib
daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal. Pada Permen tersebut
dilampirkan indikator pencapaian SPM pada setiap Direktorat Jenderal di
lingkungan Kementerian PU beserta sektor-sektornya.

Lingkup Tugas dan Fungsi Direktorat PBL


Sebagaimana dinyatakan pada Permen PU No.8 tahun 2010 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian PU, pada Pasal 608 dinyatakan bahwa Direktorat Penataan
Bangunan dan Lingkungan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas pokok

RPI2-JM Kabupaten Muaro Jambi Bab 6 - 23


Direktorat Jenderal Cipta Karya di bidang perumusan dan pelaksanakan kebijakan,
penyusunan produk pengaturan, pembinaan dan pengawasan serta fasilitasi di bidang
penataan bangunan dan lingkungan termasuk pembinaan pengelolaan gedung dan rumah
negara.
Kemudian selanjutnya pada Pasal 609 disebutkan bahwa Direktorat Penataan
Bangunan dan Lingkungan menyelenggarakan fungsi:
a. Penyusunan kebijakan teknis dan strategi penyelenggaraan penataan
bangunan dan lingkungan termasuk gedung dan rumah negara
b. Pembinaan teknik, pengawasan teknik, fasilitasi serta pembinaan pengelolaan
bangunan gedung dan rumah negara termasuk fasilitasi bangunan gedung
istana kepresidenan
c. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi penyelenggaraan penataan
bangunan dan lingkungan dan pengembangan keswadayaan masyarakat dalam
penataan lingkungan
d. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi revitalisasi kawasan dan
bangunan bersejarah/tradisional, ruang terbuka hijau, serta penanggulangan
bencana alam dan kerusuhan social
e. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, serta pembinaan
kelembagaan penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan
f. Pelaksanaan tata usaha Direktorat
Lingkup tugas dan fungsi tersebut dilaksanakan sesuai dengan kegiatan pada sektor
PBL, yaitu kegiatan penataan lingkungan permukiman, kegiatan penyelenggaraan
bangunan gedung dan rumah negara dan kegiatan pemberdayaan komunitas dalam
penanggulangan kemiskinan seperti ditunjukkan pada gambar berikut;

Gambar 6.2 Lingkup Tugas PBL

RPI2-JM Kabupaten Muaro Jambi Bab 6 - 24


Lingkup kegiatan untuk dapat mewujudkan lingkungan binaan yang baik sehingga
terjadi peningkatan kualitas permukiman dan lingkungan meliputi:
a. Kegiatan penataan lingkungan permukiman
 Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
 Bantuan Teknis pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH)
 Pembangunan Prasarana dan Sarana peningkatan lingkungan pemukiman
kumuh dan nelayan
 Pembangunan prasarana dan sarana penataan lingkungan pemukiman
tradisional
b. Kegiatan pembinaan teknis bangunan dan gedung
 Diseminasi peraturan dan perundangan tentang penataan bangunan
dan lingkungan
 Peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan dan gedung
 Pengembangan sistem informasi bangunan gedung dan arsitektur
 Pelatihan teknis
c. Kegiatan pemberdayaan masyarakat di perkotaan
 Bantuan teknis penanggulangan kemiskinan di perkotaan
 Paket dan Replikasi

6.2.2 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan dan Tantangan


A. Isu Strategis

Untuk dapat merumuskan isu strategis Bidang PBL, maka dapat dilihat dari Agenda
Nasional dan Agenda Internasional yang mempengaruhi sektor PBL. Untuk Agenda
Nasional, salah satunya adalah Program PNPM Mandiri, yaitu Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat Mandiri, sebagai wujud kerangka kebijakan yang menjadi dasar
acuan pelaksanaan program-program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan
masyarakat. Agenda nasional lainnya adalah pemenuhan Standar Pelayanan Minimal
(SPM) bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, khususnya untuk sektor PBL yang
mengamanatkan terlayaninya masyarakat dalam pengurusan IMB di kabupaten/kota dan
tersedianya pedoman Harga Standar Bangunan Gedung Negara (HSBGN) di
kabupaten/kota.
Agenda internasional yang terkait diantaranya adalah pencapaian MDG’s 2015,
khususnya tujuan 7 yaitu memastikan kelestarian lingkungan hidup. Target MDGs yang
terkait bidang Cipta Karya adalah target 7C, yaitu menurunkan hingga separuhnya proporsi

RPI2-JM Kabupaten Muaro Jambi Bab 6 - 25


penduduk tanpa akses terhadap air minum layak dan sanitasi layak pada 2015, serta target
7D, yaitu mencapai peningkatan yang signifikan dalam kehidupan penduduk miskin di
permukiman kumuh pada tahun 2020.
Agenda internasional lainnya adalah isu Pemanasan Global (Global Warming).
Pemanasan global yang disebabkan bertambahnya karbondioksida (CO2) sebagai akibat
konsumsi energi yang berlebihan mengakibatkan naiknya suhu permukaan global hingga
6.4 °C antara tahun 1990 dan 2100, serta meningkatnnya tinggi muka laut di seluruh dunia
hingga mencapai 10-25 cm selama abad ke-20. Kondisi ini memberikan dampak bagi
kawasan-kawasan yang berada di pesisir pantai, yaitu munculnya bencana alam seperti
banjir, kebakaran serta dampak sosial lainnya.
Agenda Habitat juga merupakan salah satu Agenda Internasional yang juga
mempengaruhi isu strategis sektor PBL. Konferensi Habitat I yang telah diselenggarakan di
Vancouver, Canada, pada 31 Mei-11 Juni 1976, sebagai dasar terbentuknya UN Habitat
pada tahun 1978, yaitu sebagai lembaga PBB yang mengurusi permasalahan perumahan
dan permukiman serta pembangunan perkotaan. Konferensi Habitat II yang dilaksanakan
di lstanbul, Turki, pada 3 - 14 Juni 1996 dengan dua tema pokok, yaitu "Adequate Shelter
for All" dan "Sustainable Human Settlements Development in an Urbanizing World",
sebagai kerangka dalam penyediaan perumahan dan permukiman yang layak bagi
masyarakat.
Dari agenda-agenda tersebut maka isu strategis tingkat nasional untuk bidang PBL
dapat dirumuskan adalah sebagai berikut:
1) Penataan Lingkungan Permukiman
a. Pengendalian pemanfaatan ruang melalui RTBL
b. PBL mengatasi tingginya frekuensi kejadian kebakaran di perkotaan
c. Pemenuhan kebutuhan ruang terbuka publik dan ruang terbuka hijau
(RTH) di perkotaan
d. Revitalisasi dan pelestarian lingkungan permukiman tradisional dan
bangunan bersejarah berpotensi wisata untuk menunjang tumbuh
kembangnya ekonomi local
e. Peningkatan kualitas lingkungan dalam rangka pemenuhan Standar
Pelayanan Minimal
f. Pelibatan pemerintah daerah dan swasta serta masyarakat dalam
penataan bangunan dan lingkungan

RPI2-JM Kabupaten Muaro Jambi Bab 6 - 26


2) Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara
a. Tertib pembangunan dan keandalan bangunan gedung (keselamatan,
kesehatan, kenyamanan dan kemudahan)
b. Pengendalian penyelenggaraan bangunan gedung dengan perda bangunan
gedung di kab/kota
c. Tantangan untuk mewujudkan bangunan gedung yang fungsional, tertib,
andal dan mengacu pada isu lingkungan/ berkelanjutan
d. Tertib dalam penyelenggaraan dan pengelolaan aset gedung dan rumah
negara
e. Peningkatan kualitas pelayanan publik dalam pengelolaan gedung dan
rumah Negara
3) Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan
a. Jumlah masyarakat miskin pada tahun 2012 sebesar 29,13 juta orang atau
sekitar 11,96% dari total penduduk Indonesia
b. Realisasi DDUB tidak sesuai dengan komitmen awal termasuk sharing in-
cash sesuai MoU PAKET
c. Keberlanjutan dan sinergi program bersama pemerintah daerah dalam
penanggulangan kemiskinan
Isu strategis PBL ini terkait dengan dokumen-dokumen seperti RTR, skenario
pembangunan daerah, RTBL yang disusun berdasar skala prioritas dan manfaat dari rencana
tindak yang meliputi a) Revitalisasi, b) RTH, c) Bangunan Tradisional/bersejarah dan d)
penanggulangan kebakaran, bagi pencapaian terwujudnya pembangunan lingkungan
permukiman yang layak huni, berjati diri, produktif dan berkelanjutan.

Tabel 6.13
Isu Strategis Sektor PBL di Kabupaten Muaro Jambi
Isu Strategis Sektor PBL
No. Kegiatan Sektor PBL
di Kabupaten Muaro Jambi
(1) (2) (3)
1. Penataan Lingkungan Permukiman -

2. Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan -


Rumah Negara

3. Pemberdayaan Komunitas dalam -


Penanggulangan Kemiskinan

RPI2-JM Kabupaten Muaro Jambi Bab 6 - 27


B. Kondisi Eksisting

Untuk tahun 2012 capaian nasional dalam pelaksanaan program direktorat PBL
adalah dengan jumlah kelurahan/desa yang telah mendapatkan fasilitasi berupa
peningkatan kualitas infrastruktur permukiman perdesaan/kumuh/nelayan melalui
program P2KP/PNPM adalah sejumlah 10.925 kelurahan/desa. Untuk jumlah
Kabupaten/Kota yang telah menyusun Perda Bangunan Gedung (BG) hingga tahun 2012
adalah sebanyak 106 Kabupaten/Kota. Untuk RTBL yang sudah tersusun berupa Peraturan
Bupati/Walikota adalah sebanyak 2 Kabupaten/Kota, 9 Kabupaten/Kota dengan perjanjian
bersama, dan 32 Kabupaten/Kota dengan kesepakatan bersama.
Berdasarkan Renstra Ditjen Cipta Karya 2010-2014, di samping kegiatan non-
fisik dan pemberdayaan, Direktorat PBL hingga tahun 2013 juga telah melakukan
peningkatan prasarana lingkungan permukiman di 1.240 kawasan serta penyelenggaraan
bangunan gedung dan fasilitasnya di 377 kabupaten/kota. Dalam RPI2JM bidang Cipta Karya
pencapaian di Kabupaten/Kota perlu dijabarkan sebagai dasar dalam perencanaan.

Tabel 6.14
Peraturan Daerah/Peraturan Bupati/
Peraturan lainnya terkait Penataan Bangunan dan Lingkungan
Perda/Pergub/Perbup/Peraturan lainnya terkait Pengembangan
Permukiman
No. Amanat Kebijakan Daerah
Jenis Produk
No./Tahun Perihal
Pengaturan
(1) (2) (3) (4) (5)
8. Peraturan Daerah 10/2013 Rencana Tata Ruang Wialayah Penataan ruang wilayah
Provinsi Jambi Provinsi Jambi Tahun 2013 – 2033 Provinsi bertujuan untuk
mewujudkan ruang wilayah
yang harmonis dan merata
berbasis pengelolaan
sumberdaya alam dan
infrastruktur secara optimal
dan berkelanjutan
9. Peraturan Daerah 02/2014 Rencana Tata Ruang Kabupaten Mewujudkan Kabupaten
Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2014 – 2034 Muaro Jambi yang kompetitif,
Muaro Jambi sejahtera dan mandiri berbasis
agribisnis dan ekonomi
kerakyatan yang berwawasan
lingkungan, dinamis dan
beretika serta menjunjung
tinggi supremasi hukum,
budaya dan adat istiadat
10. Peraturan Daerah 13/2012 Rencana Pembangunan Jangka - Mendukung koordinasi antar
Kabupaten Panjang Daerah Kabupaten pelaku pembangunan dalam
Muaro Jambi Muaro Jambi Tahun 2006 – 2025 mencapai tujuan daerah
- Menjamin terciptanya
integrasi, sinkronisasi dan
sinergi baik antar wilayah,
antar ruang, antar waktu,
antar fungsi pemerintah

RPI2-JM Kabupaten Muaro Jambi Bab 6 - 28


Perda/Pergub/Perbup/Peraturan lainnya terkait Pengembangan
Permukiman
No. Amanat Kebijakan Daerah
Jenis Produk
No./Tahun Perihal
Pengaturan
(1) (2) (3) (4) (5)
- Menjamin keterkaitan dan
konsistensi antara
perencanaan, penganggaran,
pelaksanaan dan pengawasan
- Menjamin tercapainya
penggunaan sumberdaya
secara efisien, efektif,
berkeadilan dan
berkelanjutan
- mengoptimalkan partisipasi
masyarakat
11. Peraturan Daerah 14/2012 Rencana Pembangunan Jangka Memuat arah kebijakan
Kabupaten Menengah Daerah Kabupaten keuangan daerah, program
Muaro Jambi Muaro Jambi Tahun 2011 – 2016 strategis pembangunan
daerah, kebijakan umum dan
program satuan kerja
perangkat daerah, lintas
satuan kerja perangkat daerah,
dan program kewilayahn
disertai dengan rencana kerja
dalam kerangka regulasi dan
kerangka pendanaan yang
bersifat indikatif
12. Belum ada - - -
Peraturan
Gubernur terkait
Pengembangan
Permukiman
13. Belum ada - - -
Peraturan Bupati
terkait
Pengembangan
Permukiman
14. Surat Keputusan 641/2014 Penetapan lokasi perumahan Belum ada amanat kebijakan
Bupati kumuh dan permukiman kumuh daerah
kawasan perkotaan di Kabupaten
Muaro Jambi

Tabel 6.15
Penataan Lingkungan Permukiman
Kawasan Tradisional/ Penanganan
RTH Pemenuhan SPM
Bersejarah Kebakaran
Nama Dukungan Lokasi/ Luas % Ketersediaan % HS Instan- Prasarana
Kawasan Infrastruktur CK Nama RTH RTH Luas RTH IMB IMB BGN si Kebakaran
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
Kec. A:
Kec: B:
Kec. C:
Kec. D:

RPI2-JM Kabupaten Muaro Jambi Bab 6 - 29


Tabel 6.16
Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara
No Kawasan/ Jumlah BG Negara Status Kondisi Keter
Kecamatan berdasarkan fungsi Kepemilikan Bangunan sediaan
Utilitas BG
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. .......... Fungsi Hunian :
.....................unit
Fungsi Keagamaan :
............. unit
Fungsi Usaha :
...................... unit
Fungsi Sosial Budaya :
.......... unit
Fungsi Khusus :
..................... unit
2. dst
Keterangan: belum dilakukan pendataan di dalam dokumen RP2KP (dokumen penataan Bangunan dan
Gedung belum ada)

Tabel 6.17
Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan
Kegiatan PNPM Kegiatan Pemberdayaan
No. Kecamatan
Perkotaan (P2KP) lainnya
(1) (2) (3) (4)

Keterangan: belum terdata

C. Permasalahan dan Tantangan

Dalam kegiatan penataan bangunan dan lingkungan terdapat beberapa


permasalahan dan tantangan yang dihadapi, antara lain:

Penataan Lingkungan Permukiman:


 Masih kurang diperhatikannya kebutuhan sarana sistem proteksi kebakaran
 Belum siapnya landasan hukum dan landasan operasional berupa RTBL untuk lebih
melibatkan pemerintah daerah dan swasta dalam penyiapan infrastruktur guna
pengembangan lingkungan permukiman
 Menurunnya fungsi kawasan dan terjadi degradasi kawasan kegiatan
ekonomi utama kota, kawasan tradisional bersejarah serta heritage
 Masih rendahnya dukungan pemda dalam pembangunan lingkungan
permukiman yang diindikasikan dengan masih kecilnya alokasi anggaran daerah
untuk peningkatan kualitas lingkungan dalam rangka pemenuhan SPM

RPI2-JM Kabupaten Muaro Jambi Bab 6 - 30


Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara:
 Masih adanya kelembagaan bangunan gedung yang belum berfungsi efektif
dan efisien dalam pengelolaan Bangunan Gedung dan Rumah Negara
 Masih kurangnya perda bangunan gedung untuk kota metropolitan, besar, sedang,
kecil di seluruh Indonesia
 Meningkatnya kebutuhan NSPM terutama yang berkaitan dengan pengelolaan dan
penyelenggaraan bangunan gedung (keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan
kemudahan)
 Kurang ditegakkannya aturan keselamatan, keamanan dan kenyamanan
Bangunan Gedung termasuk pada daerah-daerah rawan bencana
 Prasarana dan sarana hidran kebakaran banyak yang tidak berfungsi dan kurang
mendapat perhatian
 Lemahnya pengaturan penyelenggaraan Bangunan Gedung di daerah serta
rendahnya kualitas pelayanan publik dan perijinan
 Banyaknya Bangunan Gedung Negara yang belum memenuhi persyaratan
keselamatan, keamanan dan kenyamanan
 Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara kurang tertib dan efisien
 Masih banyaknya aset negara yang tidak teradministrasikan dengan baik
Penyelenggaraan Sistem Terpadu Ruang Terbuka Hijau:
 Masih kurang diperhatikannya kebutuhan sarana lingkungan hijau/terbuka,
sarana olah raga
Kapasitas Kelembagaan Daerah:
 Masih terbatasnya kesadaran aparatur dan SDM pelaksana dalam pembinaan
penyelenggaraan bangunan gedung termasuk pengawasan
 Masih adanya tuntutan reformasi peraturan perundang-undangan dan
peningkatan pelaksanaan otonomi dan desentralisasi
 Masih perlunya peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan gedung
di daerah dalam fasilitasi penyediaan perangkat pengaturan

RPI2-JM Kabupaten Muaro Jambi Bab 6 - 31


Tabel 6.18
Identifikasi Permasalahan dan Tantangan Penataan Bangunan dan Lingkungan
Permasalahan yang Tantangan Alternatif
No Aspek PBL
dihadapi Pengembangan Solusi
(1) (2) (3) (4) (5)
I. Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman
1 Aspek Teknis 1)
2)
2 Aspek Kelembagaan 1)
2)
3 Aspek Pembiayaan 1)
2)
4 Aspek Peran Serta 1)
Masyarakat / Swasta 2)
5 Aspek Lingkungan 1)
Permukiman 2)
II. Kegiatan Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara
1 Aspek Teknis 1)
2)
2 Aspek Kelembagaan 1)
2)
3 Aspek Pembiayaan 1)
2)
4 Aspek Peran Serta 1)
Masyarakat/ Swasta 2)
5 Aspek Lingkungan 1)
Permukiman 2)
III. Kegiatan Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan
1 Aspek Teknis 1)
2)
2 Aspek Kelembagaan 1)
2)
3 Aspek Pembiayaan 1)
2)
4 Aspek Peran Serta 1)
Masyarakat / Swasta 2)
5 Aspek Lingkungan 1)
Permukiman 2)
Keterangan: belum dilakukan identifikasi

6.2.3 Analisis Kebutuhan Penataan Bangunan dan Lingkungan


Analisis kebutuhan Program dan Kegiatan untuk sektor PBL oleh Kab/Kota,
hendaknya mengacu pada Lingkup Tugas DJCK untuk sektor PBL yang dinyatakan pada
Permen PU No. 8 Tahun 2010, seperti yang telah dijelaskan pada Subbab 6.2.1. Pada
Permen PU No.8 tahun 2010, dijabarkan kegiatan dari Direktorat PBL meliputi:
a. Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman
Dengan kegiatan yang terkait adalah penyusunan Rencana Tata Bangunan dan
Lingkungan (RTBL), Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK), pembangunan
prasarana dan sarana lingkungan permukiman tradisional dan bersejarah, pemenuhan
Standar Pelayanan Minimal (SPM), dan pemenuhan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di
perkotaan.

RPI2-JM Kabupaten Muaro Jambi Bab 6 - 32


- RTBL (Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan)
RTBL berdasarkan Permen PU No. 6 Tahun 2007 tentang Pedoman Umum Rencana
Tata Bangunan dan Lingkungan didefinisikan sebagai panduan rancang bangun
suatu lingkungan/kawasan yang dimaksudkan untuk mengendalikan pemanfaatan
ruang, penataan bangunan dan lingkungan, serta memuat materi pokok ketentuan
program bangunan dan lingkungan, rencana umum dan panduan rancangan,
rencana investasi, ketentuan pengendalian rencana, dan pedoman pengendalian
pelaksanaan pengembangan lingkungan/kawasan. Materi pokok dalam Rencana
Tata Bangunan dan Lingkungan meliputi:
 Program Bangunan dan Lingkungan;
 Rencana Umum dan Panduan Rancangan;
 Rencana Investasi;
 Ketentuan Pengendalian Rencana;
 Pedoman Pengendalian Pelaksanaan.
- RISPK atau Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran
RISPK atau Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran seperti yang dinyatakan
dalam Permen PU No. 26 tahun 2008 tentang Persyaratan Teknis Sistem Proteksi
Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, bahwa Sistem Proteksi
Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan adalah sistem yang terdiri
atas peralatan, kelengkapan dan sarana, baik yang terpasang maupun terbangun
pada bangunan yang digunakan baik untuk tujuan sistem proteksi aktif, sistem
proteksi pasif maupun cara-cara pengelolaan dalam rangka melindungi bangunan
dan lingkungannya terhadap bahaya kebakaran. Penyelenggaraan sistem proteksi
kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan meliputi proses perencanaan
teknis dan pelaksanaan konstruksi, serta kegiatan pemanfaatan, pelestarian dan
pembongkaran sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan
lingkungannya.
RISPK terdiri dari Rencana Sistem Pencegahan Kebakaran dan Rencana Sistem
Penanggulangan Kebakaran di Kabupaten/Kota untuk kurun waktu 10 tahun. RISPK
memuat rencana kegiatan pencegahan kebakaran yang terdiri dari kegiatan
inspeksi terhadap ancaman bahaya kebakaran pada kota, lingkungan bangunan
dan bangunan gedung, serta kegiatan edukasi pencegahan kebakaran kepada
masyarakat dan kegiatan penegakan Norma, Standar, Pedoman dan Manual
(NSPM). RISPK juga memuat rencana tentang penanggulangan kebakaran yang

RPI2-JM Kabupaten Muaro Jambi Bab 6 - 33


terdiri dari rencana kegiatan pemadaman kebakaran serta penyelamatan jiwa
dan harta benda.
- Penataan Lingkungan Permukiman Tradisional/Bersejarah
Pendekatan yang dilakukan dalam melaksanakan Penataan Lingkungan
Permukiman Tradisional adalah:
1. Koordinasi dan sinkronisasi dengan Pemerintah Daerah;
2. Pendekatan Tridaya sebagai upaya pemberdayaan terhadap aspek manusia,
lingkungan dan kegiatan ekonomi masyarakat setempat;
3. Azas "berkelanjutan" sebagai salah satu pertimbangan penting untuk
menjamin kelangsungan kegiatan;
4. Rembug warga dalam upaya menggali sebanyak mungkin aspirasi masyarakat,
selain itu juga melakukan pelatihan keterampilan teknis dalam upaya
pemberdayaan masyarakat.
- Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Analisa kebutuhan Program dan Kegiatan juga mengacu pada Permen PU No.14
tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan
Penataan Ruang. Khusus untuk sektor PBL, SPM juga terkait dengan SPM Penataan
Ruang dikarenakan kegiatan penataan lingkungan permukiman yang salah satunya
melakukan pengelolaan kebutuhan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di perkotaan.
Standar SPM terkait dengan sektor PBL sebagaimana terlihat pada tabel berikut,
yang dapat dijadikan acuan bagi Kabupaten untuk menyusun kebutuhan akan
sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan.

Tabel 6.19
SPM Penataan Bangunan dan Lingkungan
Standar Pelayanan Waktu
No Jenis Pelayanan Dasar Minimal Pencapaian Keterangan
Indikator Nilai
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
I. Penataan Izin Mendirikan 1. Terlayaninya masyarakat 100 2014 Dinas yang
Bangunan Bangunan dalam pengurusan IMB % membidangi
dan (IMB) di kabupaten/kota. Perijinan (IMB).
Lingkungan Harga 100% 2014 Dinas yang
2. Tersedianya pedoman
Standar membidangi
Harga Standar Bangunan Pekerjaan Umum.
Bangunan Gedung Negara di
Gedung kabupaten/kota.
Negara
(HSBGN)

RPI2-JM Kabupaten Muaro Jambi Bab 6 - 34


Standar Pelayanan Waktu
No Jenis Pelayanan Dasar Minimal Pencapaian Keterangan
Indikator Nilai
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
II. Penataan Penyediaan 3. Tersedianya luasan RTH 25% 2014 Dinas/SKPD
Ruang Ruang Terbuka publik sebesar 20% dari yang membidangi
Hijau (RTH) luas wilayah kota/ Penataan Ruang.
Publik kawasan perkotaan.

b. Kegiatan Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara


Kegiatan penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara meliputi:
1. Menguraikan kondisi bangunan gedung negara yang belum memenuhi
persyaratan keandalan yang mencakup (keselamatan, keamanan, kenyamanan
dan kemudahan);
2. Menguraikan kondisi Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara;
3. Menguraikan aset negara dari segi administrasi pemeliharaan.
Untuk dapat melakukan pendataan terhadap kondisi bangunan gedung dan rumah
negara perlu dilakukan pelatihan teknis terhadap tenaga pendata HSBGN, sehingga perlu
dilakukan pendataan kegiatan pembinaan teknis penataan bangunan gedung.

c. Kegiatan Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan


Program yang mencakup pemberdayaan komunitas dalam penanggulangan
kemiskinan adalah PNPM Mandiri, yang dilaksanakan dalam bentuk kegiatan P2KP
(Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan). P2KP merupakan program
pemerintah yang secara substansi berupaya menanggulangi kemiskinan melalui
pemberdayaaan masyarakat dan pelaku pembangunan lokal lainnya, termasuk
Pemerintah Daerah dan kelompok peduli setempat.

Tabel 6.20
Kebutuhan Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan
Kebutuhan
No Uraian Satuan Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Ket
I II III IV V
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
I Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman
1. Ruang Terbuka M2
Hijau (RTH)
2. Ruang Terbuka M2
3. PSD unit
4. PS Lingkungan unit
5. HSBGN laporan
6. Pelatihan Teknis laporan
Tenaga Pendata
HSBGN

RPI2-JM Kabupaten Muaro Jambi Bab 6 - 35


Kebutuhan
No Uraian Satuan Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Ket
I II III IV V
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
7. lainnya
II Kegiatan Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara
1. Bangunan Fungsi unit
2. Bangunan
Hunian Fungsi unit
3. Bangunan
KeagamaanFungsi unit
4. Bangunan
Usaha Fungsi unit
5. Bangunan Fungsi
Sosial Budaya unit
6. Bintek
Khusus laporan
7. lainnya
Pembangunan
III. Kegiatan Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan
Gedung Negara
1. P2KP
2. lainnya
Keterangan: Belum dilakukan penghitungan kebutuhan penataan bangunan dan lingkungan

6.2.4 Program-Program dan Kriteria Kesiapan Sektor Penataan Bangunan dan


Lingkungan
Program-Program Penataan Bangunan dan Lingkungan, terdiri dari:
a. Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman
b. Kegiatan Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara
c. Kegiatan Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan
Untuk penyelenggaraan program-program pada sektor Penataan Bangunan dan
Lingkungan (PBL) maka dibutuhkan Kriteria Kesiapan (Readiness Criteria) yang mencakup
antara lain rencana kegiatan rinci, indikator kinerja, komitmen Pemda dalam mendukung
pelaksanaan kegiatan melalui penyiapan dana pendamping, pengadaan lahan jika
diperlukan, serta pembentukan kelembagaan yang akan menangani pelaksanaan proyek
serta mengelola aset proyek setelah infrastruktur dibangun.
Kriteria Kesiapan untuk sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan adalah:
- Fasilitasi RanPerda Bangunan Gedung
Kriteria Khusus:
 Kabupaten/kota yang belum difasilitasi penyusunan ranperda Bangunan
Gedung
 Komitmen Pemda untuk menindaklanjuti hasil fasilitasi Ranperda BG
- Penyusunan Rencana Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas
Kriteria Khusus Fasilitasi Penyusunan Rencana Penataan Lingkungan
Permukiman Berbasis Komunitas:
 Kawasan di perkotaan yang memiliki lokasi PNPM-Mandiri Perkotaan
 Pembulatan penanganan infrastruktur di lokasi-lokasi yang sudah ada PJM
Pronangkis-nya

RPI2-JM Kabupaten Muaro Jambi Bab 6 - 36


 Bagian dari rencana pembangunan wilayah/kota
 Ada rencana pengembangan dan investasi Pemda, swasta, dan masyarakat
 Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat
- Penyusunan Rencana Tata Bangunan Dan Lingkungan (RTBL)
Kriteria Lokasi:
 Sesuai dengan kriteria dalam Permen PU No.6 Tahun 2006
 Kawasan terbangun yang memerlukan penataan
 Kawasan yang dilestarikan/heritage
 Kawasan rawan bencana
 Kawasan gabungan atau campuran (fungsi hunian, fungsi usaha, fungsi
sosial/ budaya dan/atau keagamaan serta fungsi khusus, kawasan sentra niaga
(central business district)
 Kawasan strategis menurut RTRW Kabupaten
 Komitmen Pemda dalam rencana pengembangan dan investasi Pemerintah
daerah, swasta, masyarakat yang terintegrasi dengan rencana tata ruang
dan/atau pengembangan wilayahnya
 Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat
 Pekerjaan dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat
- Penyusunan Rencana Tindak Revitalisasi Kawasan, Ruang Terbuka Hijau (RTH)
dan Permukiman Tradisional/Bersejarah
Rencana Tindak berisikan program bangunan dan lingkungan termasuk
elemen kawasan, program/rencana investasi, arahan pengendalian rencana dan
pelaksanaan serta DAED/DED.
Kriteria Umum:
 Sudah memiliki RTBL atau merupakan turunan dari lokasi perencanaan RTBL
(jika luas kws perencanaan > 5 Ha) atau
 Turunan dari Tata Ruang atau masuk dlm skenario pengembangan
wilayah (jika luas perencanaan < 5 Ha)
 Komitmen pemda dalam rencana pengembangan dan investasi Pemerintah
daerah, swasta, masyarakat yang terintegrasi dengan Rencana Tata Ruang
dan/atau pengembangan wilayahnya
 Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat
Kriteria Khusus Fasilitasi Penyusunan Rencana Tindak Penataan dan Revitalisasi
Kawasan:

RPI2-JM Kabupaten Muaro Jambi Bab 6 - 37


 Kawasan diperkotaan yang memiliki potensi dan nilai strategis
 Terjadi penurunan fungsi, ekonomi dan/atau penurunan kualitas
 Bagian dari rencana pengembangan wilayah/kota
 Ada rencana pengembangan dan investasi pemda, swasta, dan masyarakat
 Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat
Kriteria Khusus Fasilitasi Penyusunan Rencana Tindak Ruang Terbuka Hijau:
 Ruang publik tempat terjadi interaksi langsung antara manusia dengan taman
(RTH Publik)
 Area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaannya
bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman baik alamiah maupun ditanam (UU
No. 26/2007 tentang Tata ruang)
 Dalam rangka membantu Pemda mewujudkan RTH publik minimal 20% dari
luas wilayah kota
 Ada rencana pengembangan dan investasi Pemda, swasta, masyarakat
 Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat
Kriteria Khusus Fasilitasi Penyusunan Rencana Tindak Permukiman Tradisional
Bersejarah:
 Lokasi terjangkau dan dikenal oleh masyarakat setempat (kota/kabupaten)
 Memiliki nilai ketradisionalan dengan ciri arsitektur bangunan yang khas dan
estetis
 Kondisi sarana dan prasarana dasar yang tidak memadai
 Ada rencana pengembangan dan investasi Pemda, swasta, dan masyarakat
 Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat
- Kriteria Fasilitasi Penyusunan Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK):
 Ada Perda Bangunan Gedung
 Kota/Kabupaten dengan jumlah penduduk > 500.000 orang
 Tingginya intensitas kebakaran per tahun dengan potensi resiko tinggi
 Kawasan perkotaan nasional PKN, PKW, PKSN, sesuai PP No.26/2008 ttg Tata
Ruang
 Ada rencana pengembangan dan investasi Pemda, swasta, dan masyarakat
 Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat
- Kriteria dukungan PSD Untuk Revitalisasi Kawasan, RTH dan Permukiman
Tradisional/Ged Bersejarah:

RPI2-JM Kabupaten Muaro Jambi Bab 6 - 38


 Mempunyai dokumen Rencana Tindak PRK/RTH/Permukiman Tradisional-
Bersejarah
 Prioritas pembangunan berdasarkan program investasinya
 Ada DDUB
 Dukungan Pemerintah Pusat maksimum selama 3 tahun anggaran
 Khusus dukungan Sarana dan Prasarana untuk permukiman tradisional,
diutamakan pada fasilitas umum/sosial, ruang-ruang publik yang menjadi
prioritas masyarakat yang menyentuh unsur tradisionalnya
 Ada rencana pengembangan dan investasi Pemda, swasta, dan masyarakat
 Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat
- Kriteria dukungan Prasarana dan Sarana Sistem Proteksi Kebakaran:
 Memiliki dokumen RISPK yang telah disahkan oleh Kepala Daerah (minimal
SK/peraturan bupati/walikota)
 Memiliki Perda BG (minimal Raperda BG dalam tahap pembahasan
dengan DPRD)
 Memiliki DED untuk komponen fisik yang akan dibangun
 Ada lahan yg disediakan Pemda
 Ada rencana pengembangan dan investasi Pemda, swasta, dan masyarakat
 Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat
- Kriteria Dukungan Aksesibilitas Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan:
 Bangunan gedung negara/kantor pemerintahan
 Bangunan gedung pelayanan umum (puskesmas, hotel, tempat peribadatan,
terminal, stasiun, bandara)
 Ruang publik atau ruang terbuka tempat bertemunya aktifitas sosial
masyarakat (taman, alun-alun)
 Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat

6.2.5 Usulan Program dan Kegiatan PBL


Pada bagian ini usulan program dan kegiatan Penataan Bangunan dan
Lingkungan pada Kabupaten Muaro Jambi akan dirangkum dalam table berikut:

RPI2-JM Kabupaten Muaro Jambi Bab 6 - 39


Tabel 6.21
Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan Penataan Bangunan dan Lingkungan Kabupaten Muaro Jambi
Output Sumber Dana Tahun
No Indicator Output Lokasi Vol Satuan APBN APBD APBD Masya
Swasta CSR 1 2 3 4 5
Rincian Murni PHLN Prov Kab rakat
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19)
KEGIATAN: PENGATURAN, PEMBINAAN, PENGAWASAN, DAN PENYELENGGARAAN DALAM PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN TERMASUKPENGELOLAAN GEDUNG DAN RUMAH NEGARA
1. LAYANAN PERKANTORAN
Jumlah Bulan Layanan Perkantoran
1.a Penyelenggaraan operasional & pemeliharaan Bln/Thn
perkantoran
2. PERATURAN PENGEMBANGAN PERMUKIMAN
Jumlah NSPK Bid Penataan Bangunan
dan Lingkungan
2.a Penyusunan NSPK, Legalisasi NSPK
Draft NSPK
3. PEMBINAAN PELAKSANAAN PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN, PENGELOLAAN GEDUNG DAN RUMAH NEGARA
Jumlah Laporan Pembinaan Penyelenggaraan Bidang
Penataan Bangunan dan Lingkungan
3.a Bantek dan Pendampingan penyusunan Ranperda BG Laporan
3.b Fasilitasi penyusunan RTBL Laporan
3.c Fasilitasi penyusunan Rencana Induk Sistem Proteksi Laporan
Kebakaran (RISPK)
3.d Fasilitasi penyusunan Rencana Tindak Penataan dan Laporan
Revitalisasi Kawasan
3.e Fasilitasi Rencana Tindak Sistem Ruang Terbuka Hijau Laporan
(RTH)
3.f Fasilitasi penyusunan Rencana Tindak Laporan
Pengembangan Kawasan Permukiman Tradisional
Bersejarah
3.g Fasilitasi Penguatan Kelembagaan Penataan Bangunan Laporan
dan Lingkungan
4. PENGAWASAN PELAKSANAAN PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN, PENGELO- LAAN GEDUNG DAN RUMAH NEGARA
Jumlah Laporan Pengawasan Penyelenggaraan Bidang
Penataan Bangunan dan Lingkungan
4.a Pemeriksaan keandalan bangunan gedung Laporan
5. BANGUNAN GEDUNG DAN FASILITASNYA
Pengembangan Bangunan Gedung Negara/Bersejarah
5.a Pengembangan Bangunan Gedung Negara dan Gedung
Bersejarah

RPI2-JM Kabupaten Muaro Jambi Bab 6 - 40


Output Sumber Dana Tahun
No Indicator Output Lokasi Vol Satuan APBN APBD APBD Masya
Swasta CSR 1 2 3 4 5
Rincian Murni PHLN Prov Kab rakat
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19)
6. SARANA DAN PRASARANA LINGKUNGAN PERMUKIMAN
Jumlah kawasan yang Tertata Bangunan dan Lingkungannya
6.a Pengembangan Sarana dan Prasarana untuk Proteksi Kab
kebakaran
6.b Pengembangan Sarana dan Prasarana untuk Kab
Aksesibilitas BG
6.c Sarana dan Prasarana Revitalisasi Kawasan Kaw
6.d Sarana dan Prasarana Ruang Terbuka Hijau Kab
6.e Sarana dan Prasarana pada Pemukiman Tradisional Kaw
dan Bersejarah
6.f Pengembangan Sarana dan Prasarana untuk Proteksi Kab
kebakaran
6.g Pengembangan PIP2B Prov
7. KESWADAYAAN/PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (P2KP)
Jumlah Kel/Desa yang Mendapatkan Pendampingan
Pemberdayaan Sosial (P2KP/PNPM)
7.a Pendampingan Pemberdayaan Sosial (P2KP/PNPM) Kel/des
TOTAL
Sumber: RTBL Kabupaten Muaro Jambi
Secara Keseluruhan Rincian usulan program/kegiatan pembangunan infrastruktur permukiman di Kabupaten Muaro Jambi belum di rumuskan dalam dokumen RTBL.

RPI2-JM Kabupaten Muaro Jambi Bab 6 - 41


6.3 Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM)
6.3.1 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan
Penyelenggaraan pengembangan SPAM adalah kegiatan merencanakan,
melaksanakan konstruksi, mengelola, memelihara, merehabilitasi, memantau,
dan/atau mengevaluasi sistem fisik (teknik) dan non fisik penyediaan air minum.
Penyelenggara pengembangan SPAM adalah badan usaha milik negara (BUMN)/ badan
usaha milik daerah (BUMD), koperasi, badan usaha swasta, dan/atau kelompok
masyarakat yang melakukan penyelenggaraan pengembangan sistem penyediaan air
minum. Penyelenggaraan SPAM dapat melibatkan peran serta masyarakat dalam
pengelolaan SPAM berupa pemeliharaan, perlindungan sumber air baku, penertiban
sambungan liar, dan sosialisasi dalam penyelenggaraan SPAM.
Beberapa peraturan perundangan yang menjadi dasar dalam pengembangan
sistem penyediaan air minum (SPAM) antara lain:
i) Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
Pada pasal 40 mengamanatan bahwa pemenuhan kebutuhan air baku untuk air
minum rumah tangga dilakukan dengan pengembangan sistem penyediaan air
minum (SPAM). Untuk pengembangan sistem penyediaan air minum menjadi
tanggung jawab Pemerintah dan Pemerintah Daerah.
ii) Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Program Jangka Panjang
(RPJP) Tahun 2005-2025
Perundangan ini mengamanatkan bahwa kondisi sarana dan prasarana masih
rendah aksesibilitas, kualitas, maupun cakupan pelayanan.
iii) Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan
Sistem Penyediaan Air Minum
Bahwa Pengembangan SPAM adalah kegiatan yang bertujuan membangun,
memperluas dan/atau meningkatkan sistem fisik (teknik) dan non fisik
(kelembagaan, manajemen, keuangan, peran masyarakat, dan hukum) dalam
kesatuan yang utuh untuk melaksanakan penyediaan air minum kepada
masyarakat menuju keadaan yang lebih baik. Peraturan tersebut juga menyebutkan
asas penyelenggaraan pengembangan SPAM, yaitu asas kelestarian, keseimbangan,
kemanfaatan umum, keterpaduan dan keserasian, keberlanjutan, keadilan,
kemandirian, serta transparansi dan akuntabilitas.

RPI2-JM Kabupaten Muaro Jambi Bab 6 - 42


iv) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20/PRT/M/2006 tentang Kebijakan
dan Strategi Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
Peraturan ini mengamanatkan bahwa dalam rangka peningkatan pelayanan/
penyediaan air minum perlu dilakukan pengembangan SPAM yang bertujuan untuk
membangun, memperluas, dan/atau meningkatkan sistem fisik dan non fisik dalam
kesatuan yang utuh untuk melaksanakan penyediaan air minum kepada
masyarakat menuju keadaan yang lebih baik dan sejahtera.
v) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar
Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang
Peraturan ini menjelaskan bahwa tersedianya akses air minum yang aman melalui
Sistem Penyediaan Air Minum dengan jaringan perpipaan dan bukan jaringan
perpipaan terlindungi dengan kebutuhan pokok minimal 60 liter/orang/hari.
SPAM dapat dilakukan melalui sistem jaringan perpipaan dan/atau bukan
jaringan perpipaan. SPAM dengan jaringan perpipaan dapat meliputi unit air baku, unit
produksi, unit distribusi, unit pelayanan, dan unit pengelolaan. Sedangkan SPAM bukan
jaringan perpipaan dapat meliputi sumur dangkal, sumur pompa tangan, bak
penampungan air hujan, terminal air, mobil tangki air, instalasi air kemasan, atau
bangunan perlindungan mata air. Pengembangan SPAM menjadi kewenangan/
tanggung jawab Pemerintah dan Pemerintah Daerah untuk menjamin hak setiap
orang dalam mendapatkan air minum bagi kebutuhan pokok minimal sehari-hari guna
memenuhi kehidupan yang sehat, bersih, dan produktif sesuai dengan peraturan
perundang- undangan, seperti yang diamanatkan dalam PP No. 16 Tahun 2005.
Pemerintah dalam hal ini adalah Direktorat Pengembangan Air Minum, Ditjen
Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum yang mempunyai tugas melaksanakan
sebagian tugas pokok Direktorat Jenderal Cipta Karya di bidang perumusan dan
pelaksanaan kebijakan, penyusunan produk pengaturan, pembinaan dan pengawasan
serta fasilitasi di bidang pengembangan sistem penyediaan air minum. Adapun
fungsinya antara lain mencakup:
 Menyusun kebijakan teknis dan strategi pengembangan sistem penyediaan air
minum
 Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi pengembangan
sistem penyediaan air minum termasuk penanggulangan bencana alam dan
kerusuhan social
 Pengembangan investasi untuk sistem penyediaan air minum

RPI2-JM Kabupaten Muaro Jambi Bab 6 - 43


 Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria serta pembinaan
kelembagaan dan peran serta masyarakat di bidang air minum

6.3.2 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan dan Tantangan


A. Isu Strategis Pengembangan SPAM
Terdapat isu-isu strategis yang diperkirakan akan mempengaruhi upaya
Indonesia untuk mencapai target pembangunan di bidang air minum. Isu ini didapatkan
melalui serangkaian konsultasi dan diskusi dalam lingkungan Kementerian Pekerjaan
Umum khususnya Direktorat Jenderal Cipta Karya. Isu-isu strategis tersebut adalah:
1. Peningkatan Akses Aman Air Minum
2. Pengembangan Pendanaan
3. Peningkatan Kapasitas Kelembagaan
4. Pengembangan dan Penerapan Peraturan Perundang-undangan
5. Pemenuhan Kebutuhan Air Baku untuk Air Minum
6. Rencana Pengamanan Air Minum
7. Peningkatan Peran dan Kemitraan Badan Usaha dan Masyarakat
8. Penyelenggaraan Pengembangan SPAM yang Sesuai dengan Kaidah Teknis
dan Penerapan Inovasi Teknologi
Setiap kabupaten/kota perlu melakukan identifikasi isu strategis yang ada di
daerah masing-masing mengingat isu strategis ini akan menjadi dasar dalam
pengembangan infrastruktur, prasarana dan sarana dasar di daerah, serta akan menjadi
landasan penyusunan program dan kegiatan dalam Rencana Terpadu dan Program
Investasi Infrastruktur (RPI2JM) yang diharapkan dapat mempercepat pencapaian cita-
cita pembangunan nasional.

B. Kondisi Eksisting Pengembangan SPAM


Pembahasan yang perlu diperhatikan terkait dengan Kondisi Eksisting
Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum di Kabupaten Muaro Jambi secara umum
adalah:
i. Aspek Teknis
PDAM sebagai penyedia air minum di Kabupaten Muaro Jambi, terdapat
di 11 (Sebelas) kecamatan dengan jumlah sambungan rumah sebanyak 6.713
sambungan (data Teknis PDAM Muaro Jambi, 2012). Air baku yang
dipergunakan berasal dari air permukaan maupun air dalam. Dalam melakukan

RPI2-JM Kabupaten Muaro Jambi Bab 6 - 44


pelayanan selain mengunakan sistem gravitasi juga menggunakan sistem
pemompaan.
1. SPAM PDAM Kabupaten Muaro Jambi
Air minum di Kabupaten Muaro Jambi dikelola oleh Perusahaan Daerah Air
Minum Tirta Muaro Jambi (Perda No. 8 Tahun 2003) yang semula bernama
BPAMD (Badan Pengelola Air Minum Daerah), mempunyai tugas memberikan
pelayanan di bidang Penyediaan Air Minum kepada masyarakat dalam rangka
pelaksanaan tugas Desentralisasi. Unit Kerja Pelayanan PDAM Tirta Muaro
Jambi Kabupaten Muaro Jambi, terdiri dari:
1) Induk/unit Sengeti Kecamatan Sekernan
2) Unit Sekernan Kecamatan Sekernan
3) Unit Sungai Duren Kecamatan Jambi Luar Kota
4) Unit Talang Duku Kecamata Maro Sebo
5) Unit Tanjung Kecamatan Kumpeh
6) Unit Tangkit Baru Kecamatan Kumpeh Ulu
7) Unit Candi Muaro Jambi Kecamatan Maro Sebo

 Unit Air Baku


Sumber air baku PDAM Tirta Muaro Jambi sebagian besar berasal dari Sungai
Batanghari dengan sistem perpompaan, kecuali pada Unit Pelayanan Tangkit
Baru sumber air bakunya berasal dari air dalam tanah/sumur bor dengan
jumlah kapasitas terpasang sebesar 140 l/det dan kapasitas produksi sebesar
94,785 l/det. Jumlah Sambungan Langganan (SL) per 31 Desember 2011
berjumlah 5.529 SL yang keseluruhannya merupakan sambungan aktif dan
telah diterbitkan rekeningnya.
IKK/Unit Sengeti terletak di Ibukota Kabupaten Muaro Jambi. Unit/IKK Sengeti
dapat melayani 983 pelanggan. Jumlah penduduk yang dapat dilayani sistem
Sengeti sebanyak 16.572 jiwa.
Dalam melakukan pelayanan IKK/Unit Sengeti memproduksi air baku yang
berasal dari air permukaan (sungai batanghari) memerlukan Instalasi
Pengolahan Air (IPA). Sumber air baku yang berasal air permukaan tersebut
dipakai untuk pemenuhan 983 sambungan rumah.
 Unit Produksi
Unit produksi meliputi sumber air dan instalasi pengolahan yang dimanfaatkan
oleh PDAM sebagai input dan sarana proses untuk mengolah, mentransmisi

RPI2-JM Kabupaten Muaro Jambi Bab 6 - 45


dan mendistribusikan air menjadi air bersih siap di konsumsi oleh pelanggan.
Sumber air yang dimanfaatkan Sistem Sengeti berasal dari air permukaan yaitu
dari Sungai Batanghari. Data produksi air pada PDAM Tirta Muaro Jambi dapat
dilihat pada table-tabel berikut:
 Unit Distribusi
Sistem pendistribusian air bersih diperlukan jaringan perpipaan baik jaringan
pipa transmisi maupun jaringan distribusi. Jaringan perpipaan dibagi atas
beberapa bagian yaitu jaringan pipa transmisi dibedakan atas jaringan pipa
yang mendistribusikan air dari intake menuju ke Instalasi Pengolahan Air (IPA)
dan jaringan pipa transmisi yang mendistribusikan air dari Instalasi Pengolahan
Air (IPA) ke reservoar selanjutnya ke wilayah pelayanan.
Pengaliran air ke daerah pelayanan dilakukan dengan cara pompanisasi dari
reservoir distribusi ke daerah pelayanan. Pola jaringan distribusi air Kota/IKK
menggunakan pola jaringan bercabang dan menutup (loop). Jaringan pipa
distribusi Kota Muara Muaro Jambi merupakan jaringan pipa yang cukup tua
yang terpasang pada tahun 1984 – 1990 dengan menggunakan pipa terbuat
dari jenis Asbes (ACP) dan PVC (Poly Vynil Chloride), pipa jenis ACP ini sampai
sekarang masih terpasang. Penggantian fungsi pipa ACP telah dilakukan namun
penggantian pipa tersebut tidak dibongkar dan masih terkoneksi dengan pipa
yang ada karena letak dan posisi pipa saat ini terletak di tengah badan jalan
dengan kedalaman sampai ± 4 m, hal ini akibat perkembangan wilayah Kota
dan penimbunan badan jalan. Jaringan perpipaan yang ada di PDAM Kabupaten
Muaro Jambi dari tahun ke tahun selalu ada peningkatan kapasitas panjang
sesuai dengan perencanaan pemenuhan air bersih yang dilakukan tiap
tahunnya. Data distribusi air PDAM Kabupaten Muaro Jambi disajikan pada
Tabel berikut:
 Unit Pelayanan
Jumlah pelanggan PDAM Kabupaten Tirta Muaro Jambi sebanyak 6.713
pelanggan yang tersebar di 7 (tujuh) Unit kerja/IKK dengan 7 sistem pelayanan.
Jumlah pelanggan tersebut terbagi atas beberapa jenis dan golongan.
Pelanggan Rumah Tangga sebanyak 4.525 sambungan, Instansi sebanyak 37
sambungan, Niaga sebanyak 367 sambungan, Sosial 57 sambungan. Pada tabel
dibawah disajikan jumlah pelanggan berdasarkan jenis dan golongan
pelanggan.

RPI2-JM Kabupaten Muaro Jambi Bab 6 - 46


Sementara itu sistem distribusi berupa jaringan pipa dari reservoir ke
pelanggan. Material pipa yang digunakan sama dengan pipa transmisi air baku
dan pipa transmisi air bersih. Tenaga yang digunakan untuk mendistribusikan
air dari reservoar ke pelanggan adalah dengan tenaga pompa.

2. Pelayanan IKK dan Perdesaan


 IKK Sekernan
Produksi; Unit Sekernan merupakan salah satu Unit/IKK dari PDAM Kabupaten
Muaro Jambi. Pelayanan IKK Sekernan melayani wilayah yaitu Desa Sekernan,
Desa Tunas Mudo Kecamatan Sekernan, Senaung, Simpang Limo, Sembubuk,
Rengas Bandung, Kedemangan Kecamatan Jaluko, Setiris Kecamatan Muaro
Sebo. Dalam melaksanakan pelayanan Unit Sekernan menggunakan jenis
pompa Submersible dengan kapasitas 20 liter/detik. Bangunan sadap
menggunakan jenis sumuran dengan kontruksi beton dan menggunakan pipa
PVC 6’’ dibangun pada tahun 1995 dan 2010. Tenaga pembangkit yan
dipergunakan untuk pemompaan adalah daya listrik.
System Transmisi; Material pipa transmisi yang digunakan Unit Sekernan
adalah PVC dengan diameter pipa 6’’.
System Distribusi; Pengaliran air ke daerah pelayanan dilakukan dengan cara
pompanisasi dari reservoir distribusi ke daerah pelayanan. Pola jaringan
distribusi air Kota/IKK menggunakan pola jaringan bercabang dan menutup
(loop). Jaringan pipa distribusi Kota Muara Muaro Jambi merupakan jaringan
pipa yang cukup tua yang terpasang pada tahun 1984 – 1990 dengan
menggunakan pipa terbuat dari jenis Asbes (ACP) dan PVC (Poly Vynil Chloride),
pipa jenis ACP ini sampai sekarang masih terpasang. Penggantian fungsi pipa
ACP telah dilakukan namun penggantian pipa tersebut tidak dibongkar dan
masih terkoneksi dengan pipa yang ada karena letak dan posisi pipa saat ini
terletak di tengah badan jalan dengan kedalaman sampai ± 4 m, hal ini akibat
perkembangan wilayah Kota dan penimbunan badan jalan.
Jaringan Perpipaan; Dalam melakukan pelayanan, IKK Sekernan menggunakan
jaringan pipa transmisi dengan diameter pipa 6’’ dengan jenis pipa transmisi
yang terpasang berupa PVC. Pada jaringan pipa distribusi digunakan pipa
dengan diameter 2’’, 3’’, 4’’. Jenis pipa distribusi yang digunakan adalah berupa

RPI2-JM Kabupaten Muaro Jambi Bab 6 - 47


PVC. Pendistribusian air minum kepada pelanggan di IKK Sekernan baru
mencakup sebanyak 2.892 sambungan rumah (Data PDAM 2012).
Reservoir; Dalam melakukan proses produksi air bersih tidak terlepas adanya
dari unsur reservoir yang berfungsi sebagai penampung air. Volume reservoir
pertama pada Unit Sekernan adalah sebesar 200 m3.
 IKK Sungai Duren
Produksi; Unit Sei Duren menggunakan air bersih yang bersumber dari air
permukaan (sungai) Kecamatan Jaluko. Pelayanan IKK Sei Duren terdiri dari
3.695 pelanggan. Penduduk Kecamatan Jaluko berjumlah 30.246 Sampai
dengan tahun 2010.
Dalam melakukan pelayanan IKK Sei Duren memproduksi air baku yang berasal
dari air permukaan (sungai) dengan debit yang dipompakan sebesar 50
liter/detik. Operasional produksi menggunakan Pompa Submersible
berkapasitas 40 liter/detik. Dalam melaksanakan pelayanan kepada Pelanggan,
IKK Sei Duren melakukan operasional pompa rata-rata selama 24 jam. Kapasitas
pompa kurang lebih 40 liter/detik dan dapat melayani sebanyak 3.695
sambungan rumah.
System Transmisi; Material pipa transmisi yang digunakan adalah PVC dengan
diameter pipa 6’’ digunakan untuk pipa transmisi air bersih.
System Distribusi; Distribusi air yang berada pada IKK Sei Duren menggunakan
pemompaan langsung ke pelayanan di Kecamatan Jaluko.
Jaringan Perpipaan; Dalam melakukan pelayanan, IKK Sei Duren menggunakan
jaringan pipa transmisi dengan diameter pipa 10’’. Jenis pipa transmisi yang
terpasang berupa PVC. Jaringan distribusi yang dikembangkan di unit Sei Duren,
mempunyai diameter pipa 2’’, 3’’ dan 4’’. Jenis pipa distribusi tersebut yang
terpasang berupa PVC. Jaringan yang terpasang menyebar ke sebagian wilayah
Desa Sungai Duren, Desa Simpang Sungai Duren, Kelurahan Pijoan, Desa Muaro
Pijoan, Mendalo Darat, Mendalo Laut.
 IKK Talang Duku
Produksi; IKK Talang Duku menggunakan air bersih yang bersumber dari air
permukaan (sungai batanghari). IKK Talang Duku merupakan salah satu IKK dari
PDAM Kabupaten Muaro Jambi yang melayani pelanggan sebesar 761.
Penduduk Kecamatan Tanggo Rajo berjumlah 12.297 Sampai tahun 2010 hanya
dapat melakukan pelayanan pada desa-desa tertentu seperti Talang Duku,

RPI2-JM Kabupaten Muaro Jambi Bab 6 - 48


Kunangan, Muaro Kumpeh Kecamatan Kumpeh Ulu, Pudak Kecamatan Kumpeh
Ulu. Dalam proses produksi peralatan yang digunakan adalah pompa,
pembangkit dan panel pompa.
System Transmisi; Material pipa transmisi yang digunakan adalah digunakan
PVC, diameter pipa 6’’ untuk pipa transmisi air bersih.
Sistem distribusi air; di Talang Duku menggunakan sistem Gravitasi yaitu air
bakunya berasal dari Sungai Batanghari.
Jaringan Perpipaan; Dalam melakukan pelayanan IKK Talang Duku
menggunakan jaringan pipa transmisi, diameter pipa 6’’. Jenis pipa transmisi
yang terpasang adalah PVC. Sedangkan jaringan pipa distribusi digunakan pipa
dengan diameter 2’’, 3’’,dan 4’’. Jenis pipa distribusi yang dipakai berupa PVC.
 IKK Tanjung
Produksi; IKK Tanjung menggunakan air bersih yang bersumber dari air
permukaan (sungai batanghari) yang sampai saat ini masih berfungsi.
Pelayanan IKK Tanjung terdiri dari 112 pelanggan. Penduduk Kecamatan
Kumpeh berjumlah 4.349 jiwa. Air baku yang digunakan berasal dari air
permukaan Sungai Batanghari langsung melalui proses pengolahan (IPA).
Secara umum pelayanan untuk IKK Tanjung melayani Desa Suak, Desa Tanjung,
Desa Tanjung Kecamatan Kumpeh.
System Transmisi; Material pipa transmisi yang digunakan adalah jaringan pipa
VPC berdiameter 160 mm dan digunakan sebagai pipa transmisi.
System Distribusi; air menggunakan sistem perpompaan untuk semua
pelayanan IKK Tanjung. Pelayanannya meliputi Desa Suak Kandis, Desa Tanjung
Luar, Desa Tanjung Dalam Kecamatan Kumpeh Ilir.
Jaringan Perpipaan; Dalam melakukan pelayanan, IKK Tanjung menggunakan
jaringan pipa transmisi dan distribusi berdiameter 160 mm, jenis pipa transmisi
yang terpasang berupa PVC.
Reservoir; Unit Tanjung berada di Jatiayu atau disebut R. Jatiayu dengan
kapasitas 100 m3. Reservoir tersebut untuk pelayanan wilayah Desa Suak
Kandis, Desa Tanjung Luar, Desa Tanjung Dalam Kecamatan Kumpeh Ilir.
 IKK Candi Muaro Jambi
Produksi; IKK Candi Muaro Jambi menggunakan air bersih yang berasal dari air
permukaan (Sungai Batanghari). IKK Candi Muaro Jambi merupakan salah satu
IKK dari PDAM Kabupaten Muaro Jambi dengan pelayanan sejumlah 161

RPI2-JM Kabupaten Muaro Jambi Bab 6 - 49


pelanggan. Penduduk Kecamatan Maro Sebo berjumlah 2.243 jiwa. IKK Candi
Muaro Jambi dalam memproduksi air baku memanfaatkan sumber dari Sungai
Batanghari.
Transmisi; Material pipa transmisi yang digunakan adalah Galvanized Iron (GI)
berdiameter 2“ dipakai untuk pipa transmisi.
System Distribusi; Distribusi air yang berada pada wilayah Candi menggunakan
sistem pemompaan. Sistem pemompaan untuk pelayanan di wilayah Desa
Muaro Jambi dan sekitarnya.
Jaringan Perpipaan; Pelayanan IKK Candi menggunakan jaringan pipa transmisi
dengan diameter 2”. Jenis pipa transmisi yang terpasang berupa PVC.
Sedangkan jaringan perpipaan ke pelanggan adalah pipa dengan diameter 2”.
Reservoir; yang dipergunakan untuk pelayanan pada IKK Candi dengan
kapasitas 100 m3 untuk pelayanan Ponjong dan sekitarnya.
 IKK Tangkit Baru
Produksi; IKK Tangkit Baru menggunakan air baku yang bersumber dari air
permukaan. IKK Tangkit Baru merupakan salah satu IKK dari PDAM Kabupaten
Muaro Jambi dengan daerah Pelayanan meliputi Desa Tangkit Baru yang terdiri
dari 810 pelanggan. Penduduk Desa Tangkit Baru berjumlah 16.572 jiwa.
Pelayanan IKK Tangkit Baru sampai tahun 2012 masih banyak yang belum
terlayani yaitu 15.762 jiwa sekitar 5 % penduduk terlayani. Dalam melakukan
pelayanan, IKK Tangkit Baru menggunakan air baku yang berasal dari Sungai
Batanghari dengan kapasitas sumber lebih dari 100 m3/dt. Kapasitas Pompa
Transmisi terpasang sebesar 5 liter/detik. Sedangkan konstruksi yang dilakukan
pada tahun 2006.
System Distribusi; Distribusi air yang berada pada IKK Tangkit Baru
menggunakan sistem pemompaan. Dari intake Tangkit Baru dipompakan
instalasi pengolahan air (IPA) lengkap. Dari instalasi pengolahan air (IPA)
lengkap menuju reservoir dengan kapasitas 2,5 l/dt kemudian ditribusikan ke
daerah pelayanan yaitu Desa Tangkit Baru Kecamatan Sungai Gelam.

3. Pelayanan SPAM Perdesaan


Sistem penyediaan air minum di Kabupaten Muaro Jambi selain pelayanan
dengan sistem jaringan perpipaan PDAM dan pelayanan IKK, juga terdapat
pelayanan SPAM perdesaan. Pembangunan prasarana dan sarana air minum

RPI2-JM Kabupaten Muaro Jambi Bab 6 - 50


perdesaan meliputi SPAM jaringan perpipaan, penampungan air hujan (PAH),
droping air dengan mobil tangki dan pelestarian lingkungan terhadap sumber
air baku untuk air minum.

ii. Aspek Pendanaan


Hasil kinerja keuangan PDAM Tirta Muaro Jambi Kabupaten Muaro
Jambi selama tiga tahun terakhir (periode 2010 – 2012) yang terdiri dari laporan
neraca, laba-rugi, dan rasio keuangan; terdapat kenaikan nilai Aktiva dari tahun
ke tahun yang dikarenakan mulai bertambahnya nilai buku aktiva tetap setiap
tahunnya. Sedangkan kecenderungan nilai equitas yang mengalami naik turun
tiap tahunnya 11.646.539.258,00 tahun 2010, 11.375.847.440,00 tahun 2011,
dan tahun 2012 12.754.417.467,00 disebabkan PDAM Kabupaten Muaro Jambi
masih mengalami kerugian, namun kecenderungan kerugiannya semakin naik
turun setiap tahunnya, hal ini dikarenakan pendapatan operasi yang diperoleh
perusahaan belum mampu menutup seluruh biaya operasi (biaya langsung dan
tidak langsung).
Peningkatan pendapatan terjadi setiap tahunnya mulai Tahun 2010
sampai dengan Tahun 2012, dengan rerata peningkatan sebesar Rp 2.244.128,-
Demikian pula halnya dengan biaya operasional mengalami peningkatan/
penurunan Rp. 4.482.089.637,00 pada tahun 2010, menjadi Rp.
6.310.539.281,00 pada tahun 2011, Rp. 10.252.267.037,00 pada tahun 2012
diakibatkan dari meningkatnya biaya-biaya yang harus dikeluarkan oleh PDAM
Muaro Jambi seperti Biaya sumber air, biaya pendistribusian, biaya perawatan
dan biaya administrasi dan umum. Hal ini dikarenakan harus adanya
penyesuaian harga dari tahun ke tahun. Selain itu juga dipengaruhi peningkatan
produksi air.

iii. Kelembagaan
Kantor Pusat PDAM Tirta Muaro Jambi berkedudukan di ibukota
Kabupaten, yaitu kota Sengeti yang beralamat di Jalan Kemas Tabro Pasar
Sengeti Kode Pos 36381. PDAM Tirta Muaro Jambi, merupakan Unit Operasional
Pemerintah Daerah di bidang pelayanan air minum. Secara struktural
berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Badan
Pengawas.

RPI2-JM Kabupaten Muaro Jambi Bab 6 - 51


Dalam menjalankan Perusahaan, PDAM Kabupaten Muaro Jambi
dipimpin oleh Direksi yang terdiri dari:

1. Direktur Utama
2. Kepala Bagian Administrasi dan Keuangan
3. Kepala Bagian Tekhnik
Organisasi dan Tata Kerja PDAM Tirta Muaro Jambi sesuai dengan Surat
Keputusan Bupati Muaro Jambi Nomor: 147 Tahun 2004 tentang Uraian Tugas
Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Muaro Jambi. Bagan Organisasi menurut
Surat Keputusan Tersebut adalah seperti terlampir.
Pengelolaan operasional perusahaan secara teknis dilaksanakan oleh
Kepala Bagian Administrasi dan Keuangan dan Kepala Bagian Tekhnik. Kepala
Bagian Teknik membawahi empat bagian, yaitu Bagian Produksi, Bagian
Transmisi & Distribusi, Bagian Perencanaan dan Bagian Pemeliharaan,
sedangkan Kepala Bagian Administrasi dan Keuangan membawahi tiga bagian,
yaitu Bagian Keuangan, Bagian Umum dan Bagian Pelayanan Langganan.
Disamping membawahi Kepala Unit yang dibantu staf teknik dan administrasi
keuangan bertanggung jawab terhadap operasional di unit kerja masing-masing.

iv. Peraturan Perundangan


Dasar hukum pembentukan pengelola SPAM PDAM melaui manajemen
Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Muaro Jambi sebagaimana
ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Muaro Jambi Keputusan
Bupati Muaro Jambi Nomor: 24 tahun 2002. Pembentukan dan pendirian PDAM
Tirta Muaro Jambi berdasarkan dengan PERDA Muaro Jambi No. 07 Tahun 2003
pada tanggal 13 Maret 2003.
Bentuk organisasi PDAM tipe B adalah terdiri dari 1 (satu) Direktur dan
2 (dua) Kepala Bagian yang membidangi Administrasi dan Keuangan, Bagian
Teknik. Masing-masing bagian dapat memiliki maksimal 5 (lima) Sub
Bagian/Seksi.
Pelayanan air minum non PDAM melalui SPAM BUS di Kabupaten Muaro
Jambi masih terbatas pada pelayanan air minum dengan mobil tangki atau lebih
dikenal dengan droping air. Droping air dilakukan pada saat musim kemarau di
beberapa lokasi rawan air di luar jangkauan pelayanan PDAM. Secara khusus

RPI2-JM Kabupaten Muaro Jambi Bab 6 - 52


pembentukan lembaga pengelola SPAM BUS belum diatur dalam aturan
tersendiri.
Selain Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Muaro Jambi ada juga
pelayanan air minum berbasis masyarakat yang terhimpun dalam
PAMASKARTA. Pengelolaan air minum ini masih menginduk pada DPU
Kabupaten Muaro Jambi, sedangkan pembentukan lembaga pengelola SPAM
Koperasi belum diatur secara khusus.
Pengelolaan air minum di Kabupaten Muaro Jambi, selain Perusahaan
Daerah Air Minum (PDAM) Muaro Jambi ada juga pelayanan air minum berbasis
masyarakat yang terhimpun dalam PAMASKARTA. Sedangkan untuk kelompok-
kelompok masyarakat yang ruang lingkupnya lebih kecil dan sederhana mereka
membentuk kelompok sendiri atau dikenal dengan organisasi masyarakat
setempat (OMS) atau kelompok swadaya masyarakat (KSM). Pembentukan
lembaga pengelola SPAM non PDAM belum diatur secara khusus.

v. Peran Serta Masyarakat


Tarif retribusi yang ditetapkan oleh PDAM seharusnya memenuhi aspek
full cost recovery yaitu terpenuhinya biaya cost yang dikeluarkan dengan tarif
yang ditetapkan oleh PDAM Kabupaten Muaro Jambi. Tarif yang ditetapkan oleh
PDAM Kabupaten Muaro Jambi belum memenuhi prinsip full cost recovery
karena Rasio antara pendapatan dibagi biaya minimal adalah 100 %, pada
kondisi ini PDAM Kabupaten Muaro Jambi belum mampu untuk melakukan
pengembangan pelayanan.
Tarif dasar yang berlaku saat ini adalah Rp 3.000/m3, sedangkan tarif
rata-rata selama 4 tahun terakhir mengalami peningkatan/penurunan dari
sebesar Rp 1.457/m3 pada tahun 2005 menjadi Rp 1.511./m3 pada tahun 2006,
Rp 2.142/m3 pada tahun 2007 dan menjadi Rp 2.319/m3 pada tahun 2008 yang
diakibatkan dari tingkat produksi air yang belum meningkat yang dikarenakan
sumber air baku masih terbatas, disamping itu juga tingkat produksi air belum
optimal yang disebabkan keterbatasan alat produksi air dan sistem
pendistribusiannya.

RPI2-JM Kabupaten Muaro Jambi Bab 6 - 53


Tabel 6.22
Kondisi Eksisting Pelayanan SPAM Kabupaten Muaro Jambi
Tingkat
Daerah Pelayanan Sumber Air
Pelayanan
Sistem
Jmlh
Jaringan Luas Jmlh Pddk % %
Pddk Lokasi Debit
WP Terlayani Pddk Wilayah
WP
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
Induk/unit Sengeti Kecamatan Sekernan - 16.572 983 - - S. Bt Hari 42,5
Unit Sekernan Kecamatan Sekernan - - - S. Bt Hari 30
Unit Sungai Duren Kecamatan Jambi Luar Kota - 30.246 3.695 - - S. Bt Hari 50
Unit Talang Duku Kecamatan Maro Sebo - 12.297 761 - - S. Bt Hari 10
Unit Tanjung Kecamatan Kumpeh - 4.394 112 - - S. Bt Hari 2,5
Unit Tangkit Baru Kecamatan Kumpeh Ulu - 16.572 810 - - S. Bt Hari 2,5
Unit Candi Muaro Jambi Kecamatan Maro Sebo - 2.243 161 - - S. Bt Hari 5
Total Kab/Kota - - - 142,5
Sumber: RISPAM Kabupaten Muaro Jambi
Keterangan; - belum dihitung

C. Permasalahan dan Tantangan Pengembangan SPAM


i. Permasalahan Pengembangan SPAM
Pada bagian ini, perlu dijabarkan permasalahan pengembangan SPAM sesuai
dengan kondisi daerah masing-masing. Adapun permasalahan pengembangan
AM pada tingkat nasional antara lain:
1) Tingkat cakupan dan kualitas
a) Tingkat pertumbuhan cakupan pelayanan air minum sistem
perpipaan belum seimbang dengan tingkat perkembangan penduduk
b) Perkembangan pesat SPAM non-perpipaan terlindungi masih
memerlukan pembinaan
c) Tingkat kehilangan air pada sistem perpipaan cukup besar dan tekanan
air pada jaringan distribusi umumnya masih rendah
d) Pelayanan air minum melalui perpipaan masih terbatas dan harus
membayar lebih mahal
e) Ketersediaan data yang akurat terhadap cakupan dan akses air minum
masyarakat belum memadai
f) Sebagian air yang diproduksi PDAM telah memenuhi kriteria layak
minum, namun kontaminasi terjadi pada jaringan distribusi
g) Masih tingginya angka prevalensi penyakit yang disebabkan buruknya
akses air minum yang aman

RPI2-JM Kabupaten Muaro Jambi Bab 6 - 54


2) Pendanaan
a) Penyelenggaraan SPAM mengalami kesulitan dalam masalah
pendanaan untuk pengembangan, maupun operasional dan
pemeliharaan
b) Investasi untuk pengembangan SPAM selama ini lebih tergantung dari
pinjaman luar negeri
c) Komitmen dan prioritas pendanaan dari pemerintah daerah dalam
pengembangan SPAM masih rendah
3) Kelembagaan dan Perundang-undangan
a) Lemahnya fungsi lembaga/dinas di daerah terkait penyelenggaraan
SPAM
b) Prinsip pengusahaan belum sepenuhnya diterapkan oleh
penyelenggara SPAM (PDAM)
c) Pemekaran wilayah di beberapa kabupaten/kota mendorong
pemekaran badan pengelola SPAM di daerah
4) Air Baku
a) Kapasitas daya dukung air baku di berbagai lokasi semakin terbatas
b) Kualitas sumber air baku semakin menurun
c) Adanya peraturan perijinan penggunaan air baku di beberapa
daerah yang tidak selaras dengan peraturan yang lebih tinggi
d) Belum mantapnya alokasi penggunaan air baku sehingga menimbulkan
konflik kepentingan di tingkat pengguna
5) Peran Masyarakat
a) Air masih dipandang sebagai benda sosial meskipun pengolahan air
baku menjadi air minum memerlukan biaya relatif besar dan masih
dianggap sebagai urusan pemerintah
b) Potensi yang ada pada masyarakat dan dunia usaha belum
sepenuhnya diberdayakan oleh Pemerintah
c) Fungsi pembinaan belum sepenuhnya menyentuh masyarakat yang
mencukupi kebutuhannya sendiri
Kabupaten Muaro Jambi perlu melakukan identifikasi permasalahan yang ada
sebagaimana digambarkan seperti table berikut:

RPI2-JM Kabupaten Muaro Jambi Bab 6 - 55


Tabel 6.23
Identifikasi Permasalahan Pengembangan SPAM
No. Aspek Pengelolaan Air Permasalahan Tindakan
Minum Yang sudah Yang sedang
dilakukan dilakukan
(1) (2) (3) (4) (5)
A. Kelembagaan/Perundangan Struktur pelanggan Pendataan komposisi Melakukan
yang ada belum ideal jumlah pelanggan dan pengumpulan data
Penyebab pemakaian air pada dan informasi yang
permasalahan: segmen niaga dan akurat mengenai
industri sangat kecil pelanggan
(inventarisasi
pelanggan)
Belum adanya zone- Gambar nyata laksana Penyempurnaan
zone pelayanan yang (as bulit drawing) data jaringan pipa
secara detail tidak up to date transmisi dan
memberikan gambaran distribusi
potensi pasar air bersih
Cakupan pelayanan Keterbatasan dana Melakukan
yang masih rendah dalam pembiayaan pendekatan kepada
perluasan jaringan air pemda untuk dapat
minum membantu
pembiayaan
pembangunan
sarana air minum
B. Keuangan Tingginya biaya operasi - -
akibat dari sistem
produksi dan distribusi
yang menggunakan
pompa
Tarif lebih rendah dari - -
biaya dasar sehingga
sulit untuk penyesuaian
tarif
Tingkat efisiensi - -
penagihan yang belum
memadai dan jangka
waktu penagihan yang
terlalu lama, sehingga
mengganggu aktivitas
perputaran kas
Sumber: RISPAM Kabupaten Muaro Jambi

RPI2-JM Kabupaten Muaro Jambi Bab 6 - 56


Tabel 6.24 Analisis Permasalahan Melalui
Perbandingan Alternatif Pemecahan Masalah
Parameter Yang Alternatif-1 Alternatif-2 Alternatif-3
No
Diperbandingkan Teknis Manfaat Biaya Teknis Manfaat Biaya Teknis Manfaat Biaya
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
A Kelembagaan Organisasi - - - - - - - - -
1. SPAM Tata Laksana
2. (SOP, Koordinasi, dll)
3. SDM

B. Teknis Operasional - - - - - - - - -
1. Sumber Air Baku
2. Bangunan Intake IPA
3. Reservoir dan Pompa
4. Distribusi
Jaringan Transmisi
5. Jaringan Distribusi
6. Sambungan Rumah
7. Meter Pelanggan
C. Pembiayaan: - - - - - - - - -
1. Sumber-sumber
pembiayaan Tarif
2. Retribusi
3. Penarikan retribusi
4. Realisasi penerimaan
retribusi
D. Peran Serta - - - - - - - - -
Masyarakat
1. Penyuluhan
2. Kemampuan
membayar retribusi
3. Kemauan berpartisipasi

Sumber: RISPAM Kabupaten Muaro Jambi


Keterangan: - belum dilakukan perumusan perbandingan alternative pemecahan masalah

ii. Tantangan pengembangan SPAM


Beberapa tantangan dalam pengembangan SPAM yang cukup besar ke depan,
agar dapat digambarkan, misalnya:
1) Tantangan Internal
a) Tantangan dalam peningkatan cakupan kualitas air minum saat ini
adalah mempertimbangkan masih banyaknya masyarakat yang belum
memiliki akses air minum yang aman yang tercermin pada tingginya
angka prevalensi penyakit yang berkaitan dengan air. Tantangan
lainnya dalam pengembangan SPAM adalah adanya tuntutan PP
16/2005 untuk memenuhi kualitas air minum sesuai kriteria yang telah
disyaratkan.

RPI2-JM Kabupaten Muaro Jambi Bab 6 - 57


b) Banyak potensi dalam hal pendanaan pengembangan SPAM yang
belum dioptimalkan. Sedangkan adanya tuntutan penerapan tarif
dengan prinsip full cost recovery merupakan tantangan besar dalam
pengembangan SPAM.
c) Adanya tuntutan untuk penyelenggaraan SPAM yang profesional
merupakan tantangan dalam pengembangan SPAM di masa depan.
d) Adanya tuntutan penjaminan pemenuhan standar pelayanan minimal
sebagaimana disebutkan dalam PP No. 16/2005 serta tuntutan kualitas
air baku untuk memenuhi standar yang diperlukan.
e) Adanya potensi masyarakat dan swasta dalam pengembangan SPAM
yang belum diberdayakan.
2) Tantangan Eksternal
a) Tuntutan pembangunan yang berkelanjutan dengan pilar
pembangunan ekonomi, sosial, dan lingkungan hidup.
b) Tuntutan penerapan Good Governance melalui demokratisasi yang
menuntut pelibatan masyarakat dalam proses pembangunan.
c) Komitmen terhadap kesepakatan Millennium Development Goals
(MDGs) 2015 dan Protocol Kyoto dan Habitat, dimana pembangunan
perkotaan harus berimbang dengan pembangunan perdesaan.
d) Tuntutan peningkatan ekonomi dengan pemberdayaan potensi lokal
dan masyarakat, serta peningkatan peran serta dunia usaha,
swasta
e) Kondisi keamanan dan hukum nasional yang belum mendukung iklim
investasi yang kompetitif.

6.3.3 Analisis Kebutuhan Penyediaan Air Minum


Kebutuhan sistem penyediaan air minum terjadi karena adanya gap antara
kondisi yang ada saat ini dengan target yang akan dicapai pada kurun waktu tertentu.
Kondisi pelayanan air minum secara nasional sebesar 47, 71%, dilihat dari proporsi
penduduk terhadap sumber air minum terlindungi (akses aman) yang mencakup 49,82%
di perkotaan dan 45,72 di perdesaan. Setiap kabupaten/kota perlu melakukan analisis
kebutuhan sistem penyediaan air minum di masing-masing kabupaten/kota sesuai
dengan arahan dibawah ini.

RPI2-JM Kabupaten Muaro Jambi Bab 6 - 58


A. Analisis Kebutuhan Pengembangan SPAM Kabupaten Muaro Jambi
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menganalisis kebutuhan Sistem
Penyediaan Air Minum, baik sistem perpipaan maupun bukan perpipaan adalah
menguraikan faktor-faktor yang mempengaruhi sistem penyediaan air minum.
Melakukan analisis atas dasar besarnya kebutuhan penyediaan air minum, baik itu
untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat (basic need) maupun kebutuhan
pengembangan kota (development need). Pada bagian ini sudah harus diuraikan
penetapan kawasan/daerah yang memerlukan penanganan dari komponen penyediaan
air minum baik sistem perpipaan maupun bukan perpipaan, serta diperlihatkan arahan
struktur pengembangan prasarana kota yang telah disepakati.
Analisis kebutuhan Pengembangan SPAM merupakan hasil rangkaian analisis
diantaranya adalah analisis hasil survey kebutuhan nyata (real demand survey),
analisis kebutuhan dasar air minum, analisis kebutuhan program pengembangan,
analisis kualitas dan tingkat pelayanan serta analisis ekonomi.

Tabel 6.25
Perbandingan Alternatif Pemecahan Masalah
No. Uraian Kondisi Kebutuhan
Eksisting Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun
I II III IV V
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1. Sistem Perpipaan (PDAM) - - - - - -
a. Kebocoran (%) - - - - - -
b. Cakupan Pelayanan Penduduk (%) - - - - - -
c. Kebutuhan (liter/org/hari) - - - - - -
2. Sistem Bukan Perpipaan - - - - - -
a. Kebocoran (%) - - - - - -
b. Cakupan Pelayanan Penduduk (%) - - - - - -
c. Kebutuhan (liter/org/hari) - - - - - -
3. Sistem Perpipaan Non PDAM - - - - - -
a. Kebocoran (%) - - - - - -
b. Cakupan Pelayanan Penduduk (%) - - - - - -
c. Kebutuhan (liter/org/hari) - - - - - -
4. Kebocoran Total - - - - - -
5. Jumlah Pelanggan - - - - - -
a. Proporsi Sambungan Langsung - - - - - -
b. Proporsi Sambungan Umum - - - - - -
c. Jumlah Sambungan Langsung - - - - - -
d. Jumlah Sambungan Umum - - - - - -
6. Unit Konsumsi - - - - - -
a. Sambungan Langsung, SL - - - - - -
b. Sambungan Umum, SU - - - - - -
c. Non Domestic - - - - - -
7. Kebutuhan Air - - - - - -
a. Kebutuhan Air Domestik - - - - - -
b. Kebutuhan Non Domestik - - - - - -
c. Sub Total Kebutuhan Air - - - - - -
8. Kebutuhan Air Rata-rata - - - - - -
(Qr)

RPI2-JM Kabupaten Muaro Jambi Bab 6 - 59


No. Uraian Kondisi Kebutuhan
Eksisting Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun
I II III IV V
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
9. Kebutuhan Air Maksimum - - - - - -
(Qmax)
10. Peak Hour Factor (Faktor - - - - - -
Jam Puncak)

Sumber: RISPAM Kabupaten Muaro Jambi


Keterangan: - data belum di input

B. Kebutuhan Pengembangan SPAM Daerah


Berikut ini adalah kebutuhan Pengembangan SPAM yang mengacu dari Renstra
DJCK tahun 2010-2014 khususnya dalam Kegiatan: Pengaturan, Pembinaan,
Pengawasan, Pengembangan Sumber Pembiayaan Dan Pola Investasi, Dan
Penyelenggaraan Serta Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum.

Tabel 6.26
Analisis Kebutuhan Program Pengembangan SPAM
No. Output Satuan Kebutuhan
Tahun I Tahun Tahun Tahun Tahun
II III IV V
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1. Layanan perkantoran
2. Peraturan pengembangan system air
minum
3. Laporan Pembinaan Pelaksanaan
Pengembangan SPAM
a. RISPAM
b. NSPK SPAM
4. Laporan Pengawasan Pelaksanaan
Pengembangan SPAM
5. Percontohan Re-Use dan Daur Ulang Air
Minum
a. Kampanye hemat air
b. Aktivitas reuse & daur ulang air
6. Penyelenggaraan SPAM terfasilitasi
a. PDAM yang memperoleh
pembinaan
b. Pengelola air minum non PDAM
yang memperoleh pembinaan
c. Laporan pra-studi kelayakan KPS
d. PDAM terfasilitasi untuk
mendapatkan pinjaman Bank
e. Studi Alternatif Pembiayaan
7. SPAM Regional
8. SPAM dikawasan MBR
9. SPAM di Ibukota Kecamatan (IKK)
10. SPAM Perdesaan
a. PS air minum perdesaan
b. Pro rakyat PDT
11. SPAM kawasan khusus
a. Kawasan pulau terluar, perbatasan,
terpencil
b. Kawasan pemekaran, KAPET

RPI2-JM Kabupaten Muaro Jambi Bab 6 - 60


No. Output Satuan Kebutuhan
Tahun I Tahun Tahun Tahun Tahun
II III IV V
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
c. Pelabuhan perikanan dan Pro
Rakyat KKP
i. Pelabuhan perikanan
ii. Pro rakyat KKP
Sumber: RISPAM Kabupaten Muaro Jambi
Keterangan: - data belum di input

6.3.4 Program-Program dan Kriteria Penyiapan serta Skema Kebijakan Pendanaan


Pengembangan SPAM
6.3.4.1 Program-program Pengembangan SPAM
Program SPAM yang dikembangkan oleh Pemerintah antara lain:
A. Program SPAM IKK
Kriteria program SPAM IKK adalah:
 Sasaran: IKK yang belum memiliki SPAM
 Kegiatan:
 Pembangunan SPAM (unit air baku, unit produksi dan unit distribusi utama)
 Jaringan distribusi untuk maksimal 40% target Sambungan Rumah (SR) total
 Indikator:
 Peningkatan kapasitas (liter/detik)
 Penambahan jumlah kawasan/IKK yang terlayani SPAM
B. Program Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR)
Kriteria Program Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) adalah:
 Sasaran: Optimalisasi SPAM IKK
 Kegiatan: Stimulan jaringan pipa distribusi maksimal 40% dari target total SR untuk
MBR
 Indikator:
 Peningkatan kapasitas (liter/detik)
 Penambahan jumlah kawasan kumuh/nelayan yang terlayani SPAM
C. Program Perdesaan Pola Pamsimas
Kriteria Program Perdesaan Pola Pamsimas adalah:
 Sasaran: IKK yang belum memiliki SPAM
 Kegiatan:
 Pembangunan SPAM (unit air baku, unit produksi dan unit distribusi utama)
 Jaringan distribusi untuk maksimal 40% target Sambungan Rumah (SR) total

RPI2-JM Kabupaten Muaro Jambi Bab 6 - 61


 Indikator:
 Peningkatan kapasitas (liter/detik)
 Penambahan jumlah kawasan/IKK yang terlayani SPAM
D. Program Desa Rawan Air/Terpencil
Kriteria Program desa rawan air/terpencil:
 Sasaran: Desa rawan air, desa miskin dan daerah terpencil (sumber air baku relatif
sulit)
 Kegiatan: Pembangunan unit air baku, unit produksi dan unit distribusi utama
 Indikator: Penambahan jumlah desa yang terlayani SPAM
E. Program Pengamanan Air Minum
Kriteria Program Pengamanan Air Minum adalah:
 Sasaran: PDAM-PDAM dalam rangka mengurangi resiko
 Kegiatan: Pengendalian kualitas pelayanan air minum dari hulu sampai hilir
 Indikator: Penyediaan air minum memenuhi standar 4 K.
Selanjutnya pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) mengacu
pada Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM) yang disusun berdasarkan:
1. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota
2. Rencana pengelolaan Sumber Daya Air
3. Kebijakan dan Strategi Pengembangan SPAM
4. Kondisi Lingkungan, Sosial, Ekonomi, dan Budaya Masyarakat
5. Kondisi Kota dan Rencana Pengembangan SPAM

Tabel 6.27
Lingkup Penyusunan RISPAM
Wilayah Wilayah Pelayanan
Kegiatan
Administrasi Satu Wilayah Lintas Kabupaten Lintas Provinsi
(1) (2) (3) (4) (5)
Penyusun Pemda Penyelenggara Penyelenggara Penyelenggara
di Kabupaten Regional Regional
Acuan RTRW RTRW & RTRW & RTRW Provinsi,
RISPAM RISPAM RTRW &
Kab./Kota Kab/kota terkait RISPAM Kab/kota
terkait
Penetapan Bupati/ Bupati/ Gubernur setelah Menteri setelah
Walikota Walikota berkonsultasi berkonsultasi
dengan dengan
Bupati/Walikota Gubernur dan
Terkait Bupati/Walikota
Terkait
Konsultasi Pemda Penyelenggara Penyelenggara Penyelenggara
Publik dengan dengan fasilitasi dengan fasilitasi
Fasilitasi dari dari Pemda dari Pemda
Pemda terkait dan terkait,
Gubernur Gubernur, dan

RPI2-JM Kabupaten Muaro Jambi Bab 6 - 62


Wilayah Wilayah Pelayanan
Kegiatan
Administrasi Satu Wilayah Lintas Kabupaten Lintas Provinsi
(1) (2) (3) (4) (5)
menteri
Pelaksanaan Penyedia Jasa/ Penyedia Penyedia Jasa/ Penyedia Jasa/
Penyusunan Sendiri Jasa/ Sendiri

6.3.4.2 Kriteria Penyiapan (Readiness Critria)


Kelengkapan (readiness criteria) usulan kegiatan Pengembangan SPAM
pemerintah kabupaten/kota adalah sebagai berikut:
1. Tersedia Rencana Induk Pengembangan SPAM (sesuai PP No. 16/2005 Pasal
26 ayat 1 s.d 8 dan Pasal 27 tentang Rencana Induk Pengembangan SPAM
2. Tersedia dokumen RPI2JM bidang Cipta Karya
3. Tersedia studi kelayakan/justifikasi teknis dan biaya
- Studi Kelayakan Lengkap: Penambahan kapasitas ≥ 20 l/detik atau diameter
pipa JDU terbesar ≥ 250 mm
- Studi Kelayakan Sederhana: Penambahan kapasitas 15-20 l/detik atau
diameter pipa JDU terbesar 200 mm
- Justifikasi Teknis dan Biaya: Penambahan kapasitas ≤ 10 l/detik atau
diameter pipa JDU terbesar ≤ 150 mm
4. Tersedia DED/Rencana Teknis (sesuai Permen No. 18/2007)
5. Ada indikator kinerja untuk monitoring
- Indikator Output: 100 % pekerjaan fisik
- Indikator Outcome: Jumlah SR/HU yang dimanfaatkan oleh masyarakat
pada tahun yang sama
6. Tersedia lahan/ada jaminan ketersediaan lahan
7. Tersedia Dana Daerah Untuk Urusan Bersama (DDUB) sesuai kebutuhan
fungsional dan rencana pemanfaatan sistem yang akan dibangun
8. Institusi pengelola pasca konstruksi sudah jelas (PDAM/PDAB,UPTD atau
BLUD)
9. Dinyatakan dalam surat pernyataan Kepala Daerah tentang kesanggupan/
kesiapan menyediakan syarat-syarat di atas

6.3.4.3 Skema Kebijakan Pendanaan


A. Skema Kebijakan Pendanaan Pengembangan SPAM
Adapun skema kebijakan pendanaan pengembangan SPAM adalah tergambar
dalam table berikut:

RPI2-JM Kabupaten Muaro Jambi Bab 6 - 63


Tabel 6.28
Skema Kebijakan Pendanaan Pengembangan SPAM
Transmisi dan Distribusi
Kegiatan SPAM Air Baku Unit Produksi
(SR dan HU)
(1) (2) (3) (4)
KOTA APBN APBD, PDAM, APBN, PDAM, KPS, APBN
KPS, (APBN) (MBR)
IKK APBN APBN APBN (s.d. Hidran Umum)
Desa Rawan Air APBN APBN APBN (s.d. Hidran Umum)
Desa dengan air APBN APBN, APBD, PAMSIMAS (APBN : 70%,
baku mudah Masyarakat APBD : 10%, dan
(Pamsimas) Masyarakat
: 20%.
Catatan:
• Semua sistem yang sudah jadi dikelola oleh pemda/PDAM/Masyarakat;
• Keikutsertaan Pemda/PDAM/Masyarakat dalam proses pembangunan adalah keharusan;
• HU = Hidran Umum
• SR = Sambungan rumah
• MBR = Masyarakat Berpenghasilan Rendah

B. Pendekatan Pembiayaan APBN


1. Non Cost-Recovery
 Fasilitasi pengembangan SPAM (unit air baku dan unit produksi) pada IKK,
kawasan perbatasan/ pulau terdepan
 Fasilitasi pengembangan SPAM (unit air baku dan unit produksi) bagi
kawasan-kawasan tertinggal (kawasan kumuh, kawasan nelayan, dan ibu
kota kabupaten pemekaran
 Fasilitasi pengembangan SPAM bagi perdesaan (desa rawan air) melalui
pemicuan perubahan perilaku menjadi hidup bersih dan sehat,
pembangunan modal sosial, capacitu building bagi masyarakat, serta
pembangunan dan pengelolaan SPAM berbasis masyarakat
 pengembangan SPAM skala kecil (perdesaan) pembiayaannya didorong
melalui DAK
2. Cost recovery
 Fasilitasi penyediaan air baku untuk air minum melalui kerjasama dengan
Ditjen Sumber Daya Air
 Fasilitasi penyediaan air minum (PDAM) di kawasan strategis (PKN, PKW,
PKL, dll) dengan pendanaan melalui perbankan, Pemda/PDAM, serta KPS

C. Alternatif Pola Pembiayaan


 Equity adalah merupakan sumber pendanaan dari internal cash PDAM dan
Pemda untuk program penambahan sambungan rumah (SR). Dilaksanakan oleh

RPI2-JM Kabupaten Muaro Jambi Bab 6 - 64


PDAM yang memiliki kecukupan dana untuk memenuhi sebagian kebutuhan
investasi
 Pinjaman Bank Komersial adalah merupakan sumber pembiayaan dari
pinjaman bank komersial dengan jumlah equity tertentu sebagai pendamping
pinjaman. Dilaksanakan oleh PDAM yang memiliki kecukupan dana
pendamping dan menerapkan tarif minimal diatas harga pokok produksi (tarif
dasar)
 Trade Credit adalah merupakan sumber pembiayaan dari pinjaman bank
komersial melalui pihak ke tiga (kontraktor/supplier) dan dibayar dengan
angsuran dari pendapatan PDAM dalam masa tertentu (10 tahun atau lebih).
Dilaksanakan oleh PDAM yang diperkirakan dapat mengangsur sesuai dengan
perjanjian
 Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS) merupakan sumber pembiayaan dari
badan usaha swasta (BUS) berdasarkan kontrak kerjasama antara BUS dengan
pemerintah (BOT/Konsesi). Dilaksanakan di kabupaten/kota yang memiliki
pasar potensial (captive market) dan telah dilengkapi dengan studi pra-FS dan
kesiapan pemerintah daerah
 Obligasi adalah merupakan sumber dana dari penerbitan surat utang yang akan
dibayar dari pendapatan PDAM. Dilaksanakan oleh PDAM yang telah memiliki
rating minimal BBB
 CSR (Corporate Social Responsibility) adalah suatu tindakan yang dilakukan
suatu perusahaan sebagai bentuk tanggungjawab terhadap sosial/lingkungan
sekitar dimana perusahaan itu berada.

6.3.5 Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan SPAM


A. Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan SPAM
Usulan dan prioritas program komponen Pengembangan SPAM disusun
berdasarkan paket-paket fungsional dan sesuai kebijakan prioritas program seperti
pada RPJM. Penyusunan tersebut memperhatikan kebutuhan air minum berkaitan
dengan pengembangan atau pembangunan sektor dan kawasan unggulan. Dengan
demikian usulan sudah mencakup pemenuhan kebutuhan dasar dan kebutuhan
pembangunan ekonomi.
Usulan program yang diajukan perlu dievaluasi kesesuaiannya dengan hasil
analisis dan identifikasi yang telah dilakukan. Selain itu, perlu juga dicek keterpaduan

RPI2-JM Kabupaten Muaro Jambi Bab 6 - 65


dengan sektor-sektor lainnya. Usulan program harus dapat mencerminkan besaran dan
prioritas program, dan manfaatnya ditinjau dari segi fungsi, kondisi fisik, dan non-fisik
antar kegiatan dan pendanaannya.Penjabaran program-program tersebut disesuaikan
dengan struktur tatanan program RPJMN yang diwujudkan dalam paket-paket
kegiatan/program.

B. Pembiayaan Proyek Pengembangan SPAM


Pembiayaan proyek perlu disusun berdasarkan klasifikasi tanggung jawab
masing-masing Pemerintah Kabupaten/Kota, Pemerintah Pusat, Swasta dan
Masyarakat. Jika ada indikasi program pengembangan SPAM yang melibatkan swasta
perlu dilakukan kajian lebih mendalam untuk menentukan kelayakannya.
Untuk program yang memerlukan analisis kelayakan keuangan, hasil analisis
harus dilampirkan dan merupakan bagian dari kajian pembiayaan dan keuangan.
Pembiayaan kegiatan pengembangan SPAM sebagaimana diusulkan dapat berasal dari
dana Pemerintahan Kabupaten/Kota, masyarakat, swasta, dan bantuan Pemerintah
Pusat. Bantuan Pemerintah Pusat dapat berbentuk proyek biasa (pemerataan dalam
pemenuhan prasarana sarana dasar), bantuan stimulan, dan bantuan proyek khusus
(menurut pengembangan kawasan). Adapun jenis bantuan disesuaikan dengan tingkat
kebutuhannya.

RPI2-JM Kabupaten Muaro Jambi Bab 6 - 66


Tabel 6.29
Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan SPAM Kabupaten Muaro Jambi
Output Sumber Dana Tahun
No Indicator Output Lokasi Vol Satuan APBN APBD APBD Masya
Swasta CSR 1 2 3 4 5
Rincian Murni PHLN Prov Kab rakat
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19)
KEGIATAN: PENGATURAN, PEMBINAAN, PENGAWASAN, PENGEMBANGAN SUMBER PEMBIAYAAN DAN POLA INVESTASI DAN PENYELENGGARAAN SERTA
PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM
1. LAYANAN PERKANTORAN
Jumlah Bulan Layanan Perkantoran…
….
2. PERATURAN PENGEMBANGAN SISTEM AIR MINUM
Jumlah NSPK Nasional Bid…

3. LAPORAN PEMBINAAN PELAKSANAAN PENGEMBANGAN SPAM
Jumlah Laporan Pembinaan Penyelenggaraan…

4. LAPORAN PENGAWASAN PELAKSANAAN PENGEMBANGAN SPAM
Jumlah Laporan Pengawasan Penyelenggaraan Bidang

Pengawasan dan pengendalian
5. PERCONTOHAN RE-USE DAN DAUR ULANG AIR MINUM
Jumlah Kawasan Yang Ditangani …..
Kampanye hemat air

Sumber: RISPAM Kabupaten Muaro Jambi


Secara Keseluruhan Rincian usulan program/kegiatan pengembangan SPAM di Kabupaten Muaro Jambi belum di rumuskan dalam dokumen RISPAM.

RPI2-JM Kabupaten Muaro Jambi Bab 6 - 67


6.4 Penyehatan Lingkungan Permukiman
Mengacu pada Permen PU Nomor. 08/PRT/M/2010 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian Pekerjaan Umum maka Direktorat Pengembangan Penyehatan
Lingkungan Permukiman mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas pokok
Direktorat Jenderal Cipta Karya di bidang kebijakan, pengaturan, perencanaan,
pembinaan, pengawasan, pengembangan dan standardisasi teknis di bidang air limbah,
drainase dan persampahan permukiman.
Dalam melaksanakan tugasnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 656,
Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman menyelenggarakan
fungsi:
a. Penyusunan kebijakan teknis dan strategi pengembangan air limbah, drainase dan
persampahan
b. pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi pengembangan air limbah,
drainase dan persampahan termasuk penanggulangan bencana alam dan
kerusuhan social
c. pembinaan investasi di bidang air limbah dan persampahan
d. penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria serta pembinaan kelembagaan
dan peran serta masyarakat di bidang air limbah, drainase dan persampahan
e. pelaksanaan tata usaha direktorat

6.4.1 Air Limbah


6.4.1.1 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan Pengelolaan Air Limbah
A. Arahan Kebijakan Pengelolaan Air Limbah
Beberapa peraturan perundangan yang mengatur pengelolaan air limbah,
antara lain:
1. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional.
Pembangunan dan penyediaan air minum dan sanitasi diarahkan untuk
mewujudkan terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat serta kebutuhan
sektor-sektor terkait lainnya, seperti industri, perdagangan, transportasi,
pariwisata, dan jasa sebagai upaya mendorong pertumbuhan ekonomi.
2. Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air.
Pasal 21 ayat (2) butir d mengamanatkan pentingnya pengaturan prasarana dan
sarana sanitasi dalam upaya perlindungan dan pelestarian sumber air.

RPI2-JM Kabupaten Muaro Jambi Bab 6 - 68


3. Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem
Penyediaan Air Minum.
Peraturan ini mengatur penyelenggaraan prasarana dan sarana air limbah
permukiman secara terpadu dengan penyelenggaraan sistem penyediaan air
minum.
4. Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya
Air.
Pengaturan Sarana dan Prasarana Sanitasi dilakukan salah satunya melalui
pemisahan antara jaringan drainase dan jaringan pengumpul air limbah pada
kawasan perkotaan.
5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar
Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang.
Mensyaratkan tersedianya sistem air limbah setempat yang memadai dan
tersedianya sistem air limbah skala komunitas/kawasan/kota.
6. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 02/MENKLH/I/1998 tentang
Pedoman Penetapan Baku Mutu Lingkungan.
Mengamanatkan bahwa Pengolahan yang dilakukan terhadap air buangan
dimaksudkan agar air buangan tersebut dapat dibuang ke badan air penerima
menurut standar yang diterapkan, yaitu standar aliran (stream standard) dan
standar efluen (effluent standard).

B. Lingkup Pengelolaan Air Limbah


Air Limbah yang dimaksud disini adalah air limbah permukiman (Municipal
Wastewater) yang terdiri atas air limbah domestik (rumah tangga) yang berasal dari air
sisa mandi, cuci, dapur dan tinja manusia dari lingkungan permukiman serta air limbah
industri rumah tangga yang tidak mengandung Bahan Beracun dan Berbahaya (B3). Air
buangan yang dihasilkan oleh aktivitas manusia dapat menimbulkan pengaruh yang
merugikan terhadap kualitas lingkungan sehingga perlu dilakukan pengolahan.
Pengolahan air limbah permukiman di Indonesia ditangani melalui dua sistem
yaitu sistem setempat (onsite) ataupun melalui sistem terpusat (offsite). Sanitasi sistem
setempat (onsite) adalah sistem dimana fasilitas pengolahan air limbah berada dalam
batas tanah yang dimiliki dan merupakan fasilitas sanitasi individual sedangkan sanitasi
system terpusat (offsite) adalah sistem dimana fasilitas pengolahan air limbah

RPI2-JM Kabupaten Muaro Jambi Bab 6 - 69


dipisahkan dengan batas jarak dan mengalirkan air limbah dari rumahrumah
menggunakan perpipaan (sewerage) ke Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).

6.4.1.2 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan dan Tantangan Air Limbah Permukiman
A. Isu Strategis Pengembangan Air Limbah Permukiman
Berikut adalah isu-isu strategis dalam pengelolaan air limbah permukiman di
Indonesia antara lain:
1. Akses masyarakat terhadap pelayanan pengelolaan air limbah permukiman
Sampai saat ini walaupun akses masyarakat terhadap prasarana sanitasi dasar
mencapai 90,5% di perkotaan dan di pedesaan mencapai 67% (Susenas 2007) tetapi
sebagian besar fasilitas pengolahan air limbah setempat tersebut belum memenuhi
standar teknis yang ditetapkan. Sedangkan akses layanan air limbahdengan sistem
terpusat baru mencapai 2,33% di 11 kota (Susenas 2007 dalam KSNP Air Limbah).
2. Peran Masyarakat
Peran masyarakat berupa rendahnya kesadaran masyakat dan belum
diberdayakannya potensi masyarakat dan dunia usaha dalam pengelolaan air
limbah serta terbatasnya penyelenggaraan pengembangan sistem pengelolaan air
limbah permukiman berbasis masyarakat.
3. Peraturan perundang-undangan
Peraturan perundang-undangan meliputi lemahnya penegakan hukum dan belum
memadainya perangkat peraturan perundangan yang dibutuhkan dalam sistem
pengelolaan air limbah permukiman serta belum lengkapnya NSPM dan SPM
pelayanan air limbah.
4. Kelembagaan
Kelembagaan meliputi kapasitas SDM yang masih rendah, kurang koordinasi antar
instansi dalam penetapan kebijakan di bidang air limbah, belum terpisahnya fungsi
regulator dan operator, serta lemahnya fungsi lembaga bidang air limbah.
5. Pendanaan
Pendanaan terutama berkaitan dengan terbatasnya sumber pendanaan
pemerintah dan rendahnya alokasi pendanaan dari pemerintah yang merupakan
akibat dari rendahnya skala prioritas penanganan pengelolaan air limbah. Selain itu
adalah rendahnya tarif pelayanan air limbah sehingga berakibat pihak swasta
kurang tertarik untuk melakukan investasi di bidang air limbah.

RPI2-JM Kabupaten Muaro Jambi Bab 6 - 70


Setiap Kabupaten/Kota wajib merumuskan isu strategis yang ada di daerah
masing-masing. Isu strategis dalam pengembangan air limbah menjadi dasar dalam
pengembangan infrastrukturair limbah dan akan menjadi landasan penyusunan
program dan kegiatan dalam RencanaTerpadu dan Program Investasi Infrastruktur
Jangka Menengah (RP2IJM) yang lebih berpihak kepada pencapaian MDGs, yang
diharapkan dapat mempercepat pencapaian cita-cita pembangunan nasional.

B. Kondisi Eksisting Pengembangan Air Limbah Permukiman


Setiap Kab/Kota wajib menyajikan gambaran secara umum kondisi eksisting
sistem pengelolaan air limbah yang ada saat ini di Kabupaten/Kota masing-masing baik
pada aspek teknis maupun pada aspek non teknis pendukung. Untuk menggambarkan
kondisi eksisting pengembangan air limbah yang telah dilakukan pemerintah Kabupaten
Muaro Jambi, perlu diuraikan hal-hal berikut ini:
a. Aspek Teknis
Berisi hal-hal yang berkaitan dengan prasarana dan sarana air limbah yang
mencakup:
1. Sistem prasarana dan sarana air limbah (sistem setempat/onsite, sistem
terpusat/off-site)
2. Jumlah, masalah, dan kondisi prasarana dan sarana air limbah
3. Tingkat pelayanan prasarana dan sarana air limbah.

Tabel 6.30
Kapasitas Pelayanan Eksisting Skala Kabupaten Muaro Jambi
Prasarana dan System Lembaga Keterangan
Jumlah Kapasitas
Sarana Pengolahan Pengelola Kondisi
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Truk tinja Belum ada Belum ada Belum ada Belum ada Belum ada
IPLT Belum ada Belum ada Belum ada Belum ada Belum ada
IPAL Belum ada Belum ada Belum ada Belum ada Belum ada

Sumber: Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Muaro Jambi

RPI2-JM Kabupaten Muaro Jambi Bab 6 - 71


Tabel 6.31
Cakupan Pelayanan Sistem On-Site
Jumlah PS Sanitasi Sistem On-Site
Pengumpulan Pengolahan
No. Kecamatan
Jamban Lainnya Septik Lainnya
MCK Cubluk
Keluarga (BABS) Tank (BABS)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1. Mestong 5.845 400 1.729 5.845 1.974 400
2. Sungai Bahar 3.596 - 1.103 3.596 1.643 -
3. Bahar Selatan 2.070 - 767 2.070 840 -
4. Bahar Utara 1.989 - 592 1.989 980 -
5. Kumpeh Ulu 5.633 50 2.812 5.633 3.709 50
6. Sungai Gelam 7.893 50 2.558 7.893 4.241 50
7. Kumpeh 2.703 - 1.620 2.703 1.780 -
8. Maro Sebo 2.451 100 1.095 2.451 1.244 100
9. Taman Rajo 1.214 100 829 1.214 795 100
10. Jambi Luar Kota 8.253 50 3.306 8.253 4.397 50
11. Sekernan 5.976 200 1.718 5.976 2.350 200
Jumlah 47.263 950 18.129 47.263 23.950 950
Sumber: Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Muaro Jambi

Tabel 6.32
Pelayanan Air Limbah Komunitas Berbasis Masyarakat
System
Dibangun Cakupan
No. Lokasi IPAL Kondisi
MCK++ Tahun Pelayanan
Komunal
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1. Rumah Sakit dan 3 - Rumah Sakit Berfungsi
Puskesmas dan
Puskesmas
2. - Belum ada - - - -
Sumber: Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Muaro Jambi

Tabel 6.33
Parameter Teknis Wilayah
No. Uraian Besaran Keterangan
(1) (2) (3) (4)
Karakteristik Fisik Kota
1. Jumlah Penduduk ………….. Jiwa
Tingkat Kepadatan
- Sangat Tinggi (>400 jiwa/hektar)
- Tinggi (300-400 jiwa/ hektar) …………. Ha
- Sedang (200-300 jiwa/ hektar) …………. Ha
- Rendah (<200 jiwa/hektar) …………. Ha
2. Tipe Bangunan Rumah Tangga
- Permanen ….%KK atau … unit
- Semi Permanen ….%KK atau … unit
- Tidak Permanen ….%KK atau … unit
3. Badan Air
- Nama Sungai/ danau/ waduk
- Peruntukan
- Debit ……….Liter/detik
- kualitas ……….BOD Mg/liter
……….COD Mg/liter
Keterangan: isian data table belum ada berhubung IPLT dan IPAL berbasis masyarakat di Kabupaten
Muaro Jambi belum ada

RPI2-JM Kabupaten Muaro Jambi Bab 6 - 72


b. Pendanaan
Sumber-sumber pembiayaan berasal dari Pemerintah Kabupaten Kabupaten
Muaro Jambi, Pemerintah Pusat, Bantuan Luar Negeri dan masyarakat. Untuk air
limbah domestik, komponen yang lebih dominan dalam membiayai adalah
Pemerintah Kabupaten Muaro Jambi, sebaliknya pada penanggulangan bencana ,
jalan negara, drainase makro pemerintah pusat lebih dominan.
Pembiayan pengelolaan air limbah di Kabupaten Muaro Jambi masih bersumber
pada dana APBD dimana untuk pertumbuhan rata-rata pembiayaan dari subsektor
air limbah ini relatif cukup besar, yaitu sebesar Rp. 748.505.400,-. Dengan jumlah
pendanaan investasi air limbah pada tahun 20011 sebanyak Rp. 769.100.00,- pada
tahun 2012 meningkat menjadi Rp. 1.102.437.000,- dan pada tahun 2013 juga
dilakukan peningkatan pendanaan investasi air limbah menjadi Rp. 1.870.990.000,-
Sedangkan dana yang dikeluarkan untuk Operational dan Maintenance (OM) dari
tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 tidak dianggarkan sama sekali. Dari jumlah
sarana (MCK) yang telah di bangun pemerintah daerah dapat diperkirakan untuk
pendanaan OM pada setiap tahunnya bisa dihitung, yaitu sebanyak Rp.
34.000.000,- pertahun.
c. Kelembagaan
Melalui Program Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat di Kabupaten Muaro
Jambi, sampai pada tahun 2014 telah membangun sebanyak 19 unit MCK.
Pengelolaan sarana air limbah domestik oleh masyarakat dilakukan pada MCK yang
telah dibangun oleh Pemerintah Daerah melalui Kelembagaan Swadaya
Masyarakat (KSM) yang telah dibentuk.
Aspek kelembagaan dalam pengelolaan air limbah domestik di Kabupaten Muaro
Jambi berfungsi untuk melakukan perencanaan, pengadaan sarana dan prasarana,
pengelolaan, pengaturan dan pembinaan serta monitoring dan evaluasi.
Pada fungsi perencanaan untuk melakukan penyusunan target pengelolaan air
limbah domestik skala kabupaten/kota, menyusun rencana program air limbah
domestik dalam rangka pencapaian target dan menyusun rencana anggaran
program air limbah domestik dalam rangka pencapaian target dilakukan oleh
pemerintah daerah kabupaten.
Pada fungsi pengadaan sarana, untuk menyediakan sarana pembuangan awal air
limbah domestik dan membangun sarana pengumpulan dan pengolahan awal
(tangki septik) dilakukan oleh pemerintah kabupaten dan masyarakat sendiri.

RPI2-JM Kabupaten Muaro Jambi Bab 6 - 73


Menyediakan sarana pengangkutan dari tangki septik ke IPLT (truk tinja),
membangun jaringan atau saluran pengaliran limbah dari sumber ke IPLT (pipa
kolektor) serta membangun sarana IPLT dan atau IPAL dilakukan oleh pemerintah
kabupaten. Untuk fungsi pengelolaan, dalam melakukan kegiatan menyadiakan
layanan penyedotan lumpur tinja, mengelola IPLT dan IPAL, melakukan penarikan
retribusi penyedotan lumpur tinja, memberikan izin usaha pengelolaan air limbah
domestik dan atau penyedotan air limbah domestik serta melakukan pengecekan
kelengkapan utilitas teknis bangunan (tangki septik dan saluran drainase
perkotaan) dalam pengurusan IMB dilakukan oleh pemerintah kabupaten.
Pada fungsi pengaturan dan pembinaan, untuk kegiatan mengatur prosedur
penyediaan layanan air limbah domestik (pengengkutan, personil, peralatan, dll),
melakukan sosialisasi peraturan dan pembinaan dalam hal pengelolaan air limbah
domestik, memberikan sangsi terhadap pelanggaran pengelolaan air limbah
domestik semuanya dilakukan oleh pemerintah kabupaten.
Pada fungsi pelaksanaan monitoring dan evaluasi, kegiatan melakukan monitoring
dan evaluasi terhadap capaian target pengelolaan air limbah domestik skala
kabupaten/kota, melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kapasitas
infrastruktur sarana pengelolaan air limbah domestik, melakukan monitoring dan
evaluasi terhadap efektivitas layanan air limbah domestik dan atau menampung
serta mengelola keluhan atas layanan air limbah domestik serta melakukan
monitoring dan evaluasi terhadap baku mutu air limbah domestik sepenuhnya
dilakukan oleh pemerintah kabupaten.
d. Peraturan Perundangan
Peraturan terkait pengelolaan dan pengolahan air limbah domestik terdiri dari
beberapa substansi seperti; target capaian layanan pengelolaan air limbah
domestik di kabupaten, kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah Kabupaten/Kota
dalam penyediaan layanan pengelolaan air limbah domestik, kewajiban dan sanksi
bagi Pemerintah Kab/Kota dalam memberdayakan masyarakat dan badan usaha
dalam pengelolaan air limbah domestik, kewajiban dan sanksi bagi masyarakat dan
atau pengembang untuk menyediakan sarana pengelolaan air limbah domestik di
hunian rumah, kewajiban dan sanksi bagi industri rumah tangga untuk
menyediakan sarana pengelolaan air limbah domestik di tempat usaha, kewajiban
dan sanksi bagi kantor untuk menyediakan sarana pengelolaan air limbah domestik
di tempat usaha, kewajiban penyedotan air limbah domestik untuk masyarakat,

RPI2-JM Kabupaten Muaro Jambi Bab 6 - 74


industri rumah tangga, dan kantor pemilik tangki septik, retribusi penyedotan air
limbah domestik, tata cara perizinan untuk kegiatan pembuangan air limbah
domestik bagi kegiatan permukiman, usaha rumah tangga, dan perkantoran.
e. Peran serta swasta dan masyarakat
Di Kabupaten Muaro Jambi, peran swasta maupun kerjasama antara pihak sawasta
dengan pemerintah daerah dalam penyediaan layanan maupun pengelolaan/
pengolahan air limbah domestik masih belum terbentuk.
Keterlibatan masyarakat dalam penanganan limbah cair di Kabupaten Muaro Jambi
dalam pengelolaan air limbah dapat di kategorikan sebagai berikut:
a. Bagi masyarakat yang sudah sadar dan mampu secara finansial untuk
penanganan limbah cair tidak mengalami kesulitan, artinya secara teknis dan
kebutuhan sarana prasarana dapat secara langsung disediakan oleh
masyarakat itu sendiri.
b. Bagi masyarakat yang belum sadar dan mayoritas tidak mampu (secara
finansial) sangat sulit untuk penanganan limbah cair dilingkungannya hal ini
keterbatasan akan kesadaran dan biaya yang harus dikeluarkan.
Secara keseluruhan, peran serta masyarakat dan gender dalam penanganan limbah
cair di Kabupaten Muaro Jambi dalam pengolahan air limbah belum maksimal,
masih mengandalkan kegiatan atau proyek dari Pemerintah, baik penyediaan
sarana prasarana maupun perawatannya.
Setiap tahun, kegiatan pengelolaan air limbah domestik yang melibatkan
masyarakat di Kabupaten Muaro Jambi diwujudkan langsung melalui program
Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat (SLBM).

C. Permasalahan Dan Tantangan Pengembangan Air Limbah


i. Identifikasi Permasalahan Air Limbah
Besaran masalah yang dihadapi di Kabupaten Muaro Jambi dengan
membandingkan antara kondisi yang ada dengan sasaran yang ingin dicapai, untuk
memenuhi kebutuhan dasar (basic need) dan kebutuhan pengembangan
(development need) yang ditinjau dari aspek teknis, keuangan dan kelembagaan.
Selain itu, dilakukan inventarisasi persoalan setiap masalah yang sudah dirumuskan
dengan mempertimbangkan tipologi serta parameter-parameter teknis yang ada di
kawasan tersebut.

RPI2-JM Kabupaten Muaro Jambi Bab 6 - 75


Tabel 6.34
Permasalahan Pengelolaan Air Limbah yang dihadapi

No. Permasalahan

1. Belum ada daftar peraturan terkait pengelolaan air limbah domestik


2. Belum ada alokasi dana OM dari sarana yang telah dibangun
3. Pihak swasta belum ada yang telibat dalam pengelolaan air limbah domestik
Masyarakat masih ada yang memanfaatkan kebun, kolam, sungai dan bahkan langsung ke
4.
saluran drainase sebagai tempat penyaluran akhir tinja
5. Masih terdapat sebanyak 25,8% masyarakat yang mempunyai tangki septik suspek tidak aman
6. Belum ada sarana pengangkutan lumpur tinja (truk tinja)
7. Belum ada IPAL dan IPLT sebagai sarana pengolahan terpusat
8. Belum ada kegiatan pemanfaatan daur ulang lumpur tinja (bio gas)
Sumber: Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Muaro Jambi

Permasalahan Pembangunan Sektor Air Limbah di Indonesia, secara umum adalah:


1) Belum optimalnya penanganan air limbah
2) Tercemarnya badan air khususnya air baku oleh limbah
3) Belum optimalnya manajemen air limbah:
a. Belum optimalnya perencanaan

b. belum memadainya penyelenggaraan air limbah

ii. Tantangan dan Peluang Pengembangan Sektor Air Limbah


Tantangan Sektor Air Limbah meliputi tantangan internal dan tantangan eksternal.
Tantangan internal berhubungan dengan cakupan pelayanan air limbah, kejadian
penyakit karena buruknya pengelolaan air limbah, perlindungan sumber air baku,
kualitas kelembagaan, penggalian sumber dana serta pembagian porsi dana APBN
dan APBD. Sedangkan tantangan eksternal berkaitan dengan target RPJMN bebas
pembuangan tinja secara terbuka di tahun 2014 dan Target MDGs 7c terlayaninya
50% masyarakat yang belum mendapatkan akses air limbah sampai tahun 2015.
Selain itu, Peraturan Menteri PU Nomor 14/PRT/M/2010 Tentang Standar
Pelayanan Minimum menekankan tentang target pelayanan dasar bidang PU yang
menjadi tanggungjawab pemerintah kabupaten/kota. Target pelayanan dasar yang
ditetapkan dalam Permen ini yaitu pada Pasal 5 ayat 2, dapat dilihat sebagai bagian
dari beban dan tanggungjawab kelembagaan yang menangani bidang ke PU an,
khususnya untuk sub bidang Cipta Karya yang dituangkan didalam dokumen RPI2JM
yang merupakan tantangan tersendiri bagi pelayanan pengelolaan Air Limbah.
Target pelayanan dasar bidang Air Limbah sesuai dengan Peraturan Menteri PU

RPI2-JM Kabupaten Muaro Jambi Bab 6 - 76


Nomor 14/PRT/M/2010 Tentang Standar Pelayanan Minimum dapat dilihat melalui
table berikut:

Tabel 6.35
Standar Pelayanan Minimal Bidang Cipta Karya
Berdasarkan Permen PU No. 14/PRT/M/2010
Standar Pelayanan Minimal Batas Waktu
Jenis Pelayanan Dasar Keterangan
Indicator Nilai Pencapaian
Penyehatan Air limbah Tersedianya sistem air 60% 2014 Dinas yg
lingkungan permukiman limbah setempat yang membidangi
permukiman memadai PU
Tersedianya sistem air 5% 2014 Dinas yg
limbah skala komunitas/ membidangi
kawasan/kota PU

Peluang dalam pengelolaan air limbah adalah telah diaturnya kewajiban


penanggulangan pencemaran terhadap lingkungan dan perlindungan sumber air
baku dalam tataran undang-undang sampai dengan peraturan daerah. Peraturan
perundangan juga telah mengatur keterpaduan penanganan air limbah dengan
pengembangan sistem penyediaan air minum. Peluang yang lain adalah adanya
peningkatan kesadaran masyarakat dalam penyelenggaraan air limbah
permukiman.

6.4.1.3 Analisis Kebutuhan Pengelolaan Air Limbah


Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menganalisis kebutuhan Sistem Air
Limbah adalah menguraikan faktor-faktor yang mempengaruhi sistem pengelolaan air
limbah kota. Melakukan analisis atas dasar besarnya kebutuhan penanganan air limbah,
baik itu untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat (basic need) maupun kebutuhan
pengembangan kota (development need).

Tabel 6.36
Analisis Kebutuhan dan Target Pencapaian Daerah
Target cakupan layanan* (%)
Cakupan layanan
No Sistem Jangka Jangka Jangka
eksisting* (%)
pendek menengah panjang
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Buang Air Besar Sembarangan
A 20 15 10 0
(BABS)**
B Sistem On-site (setempat)
1 Cubluk dan sejenisnya. 26 20 10 0
2 Individual (tangki septik) 53 60 70 80
C Sistem Komunal

RPI2-JM Kabupaten Muaro Jambi Bab 6 - 77


Target cakupan layanan* (%)
Cakupan layanan
No Sistem Jangka Jangka Jangka
eksisting* (%)
pendek menengah panjang
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 MCK/MCK++ 1 5 10 20
2 IPAL komunal 0 0 0 0
3 Tangki septik komunal 0 0 0 0
D Sistem Off-site (terpusat) 0 0 0 0

TOTAL 100% 100% 100% 100%


Sumber: Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Muaro Jambi

6.4.1.4 Program dan Kriteria Kesiapan Pengembangan Air Limbah


A. Program dan Kriteria Kesiapan Pengembangan Air Limbah Setempat (on-site) dan
Komunal
Kriteria kegiatan infrastruktur air limbah sistem setempat dan komunal:
 Kriteria Lokasi:
 Kawasan rawan sanitasi (padat, kumuh, dan miskin) di perkotaan yang
memungkinkan penerapan kegiatan Sanitasi berbasis masyarakat
(Sanimas)
 kawasan rumah sederhana sehat (RSH) yang berminat
 Lingkup Kegiatan
 Rekruitmen dan pembiayaan Tenaga Fasilitator Lapangan (TFL) untuk
kegiatan Sanitasi Berbasis Masyarakat
 Pelatihan TFL secara regional termasuk refreshing/coaching
 Pengadaan material dan upah kerja untuk pembangunan prasarana air
limbah (septic tank komunal, MCK++, IPAL komunal)
 TOT kepada Tim Pelatih Kabupaten/Kota untuk dapat melaksanakan
pelatihan KSM/mandor/tukang dan pemberdayaan masyarakat
 Pembangunan jaringan pipa air limbah dan IPAL untuk kawasan RSH
 Membangun/rehabilitasi unit IPLT dan peralatannya dalam rangka
membantu pemulihan atau meningkatkan kinerja pelayanan
 Sosialisasi/diseminasi NSPM pengelolaan Sanitasi Berbasis Masyarakat dan
pengelolaan Septic Tank
 Produk materi penyuluhan/promosi kepada masyarakat
 Penyediaan media komunikasi (brosur, pamflet, baliho, iklan layanan
masyarakat, pedoman dan lain sebagainya).

RPI2-JM Kabupaten Muaro Jambi Bab 6 - 78


 Kriteria Kesiapan:
 Sudah memiliki RPI2JM CK dan SSK/Memorandum Program atau sudah
mengirim surat minat untuk mengikuti PPSP
 Tidak terdapat permasalahan dalam penyediaan lahan (lahan sudah
dibebaskan)
 Sudah terdapat dokumen perencanaan yang lengkap, termasuk dokumen
lelang (non Sanitasi Berbasis Masyarakat), termasuk draft dokumen RKM
untuk kegiatan Sanitasi Berbasis Masyarakat
 Sudah ada MoU antara Pengembang dan pemerintah kab./kota (IPAL RSH)
 Sudah terdapat institusi yang nantinya menerima dan mengelola prasarana
yang dibangun
 Pemerintah kota bersedia menyediakan alokasi dana untuk biaya operasi
dan pemeliharaan
 Skema Kebijakan Pendanaan Pengolahan Air Limbah Sistem Setempat (on-
site) dan Komunal
Skema Kebijakan Pendanaan Pengolahan Air Limbah Sistem Setempat (on-site)
dan Komunal dipaparkan pada gambar berikut:

Gambar 6.3
Sistem Pengolahan Air Limbah Setempat dan Komunal

Gambar tersebut menunjukan pembagian peran antara pemerintah pusat dan


pemerintah kabupaten/kota dalam pembangunan infrastruktur pengolahan air
limbah sistem setempat (on-site). Peran pemerintah pusat adalah membantu
pendanaan fasilitator dan konstruksi PS air limbah skala kawasan, serta
membangun IPLT. Pemerintah daerah mempunyai peran dalam penyediaan
lahan, penyediaan biaya operasi dan pemeliharaan, serta pemberdayaan
masyarakat pasca konstruksi.

RPI2-JM Kabupaten Muaro Jambi Bab 6 - 79


B. Pembangunan Prasarana Air Limbah Terpusat (off-site)
Kriteria kegiatan infrastruktur air limbah sistem terpusat (off-site) skala kota adalah:
 Kriteria Lokasi:
 Kota yang telah mempunyai infrastruktur air limbah system terpusat
(sewerage system) seperti Medan, Parapat, Batam, Cirebon, Manado,
Tangerang, Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surakarta, Denpasar, Balikpapan
dan Banjarmasin
 Kota yang telah menyusun Master Plan Air Limbah serta DED untuk tahun
pertama, yang terdiri dari 8 kota yaitu Bandar Lampung, Batam, Bogor,
Cimahi, Palembang, Makassar, Surabaya dan Pekanbaru
 Sasaran kota (pusat kota) besar/metropolitan dengan penduduk > 1 juta
jiwa.
 Lingkup Kegiatan:
 Rehabilitasi unit IPAL dan peralatannya dalam rangka membantu
pemulihan atau meningkatkan kinerja pelayanan
 Pengadaan/pemasangan pipa utama (main trunk sewer) dan pipa utama
sekunder (secondary main trunk sewer) yaitu pengembangan jaringan
perpipaan untuk mendukung perluasan kemampuan pelayanannya dalam
rangka pemanfaatan kapasitas idle
 TOT kepada Tim Pelatih Kabupaten/Kota untuk dapat melaksanakan
pelatihan operator IPAL
 Sosialisasi/diseminasi NSPM pengelolaan IPAL
 Produk materi penyuluhan/promosi kepada masyarakat
 Penyediaan media komunikasi (brosur, pamflet, baliho, iklan layanan
masyarakat, pedoman dan lain sebagainya).
 Kriteria Kesiapan:
 Sudah memiliki RPI2JM CKdan SSK/Memorandum Program atau sudah
mengirim surat minat untuk mengikuti PPSP
 Tidak terdapat permasalahan dalam penyediaan lahan (lahan sudah
dibebaskan), dan disediakan oleh Pemda (±6000 m²)
 Terdapat dokumen perencanaan yang lengkap, termasuk dokumen lelang
 Sudah ada institusi yang menerima dan mengelola prasarana yang
dibangun

RPI2-JM Kabupaten Muaro Jambi Bab 6 - 80


 Pemerintah kota bersedia menyediakan alokasi dana untuk pembangunan
pipa lateral & sambungan rumah dan biaya operasi dan pemeliharaan.
 Skema Kebijakan Pendanaan Pengembangan Air Limbah Sistem Terpusat
Skema Kebijakan Pendanaan Pengembangan Air Limbah Sistem Terpusat (off-
site) dipaparkan dalam gambar berikut:

Gambar 6.4
Sistem Pengolahan Air Limbah Terpusat/Off-Site Skala Kota

Dalam pengembangan pengolahan air limbah sistem terpusat, pemerintah


pusat memiliki peran melakukan pembangunan IPAL dan mengembangkan
jaringan pipa sewer sampai dengan pipa lateral. Sedangkan pemerintah
kabupaten/kota mempunyai peran dalam penyediaan lahan, penyediaan biaya
operasi dan pemeliharaan, dan pembangunan sambungan rumah.

6.4.2 Persampahan
6.4.2.1 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan Pengelolaan Persampahan
A. Arahan Kebijakan Pengelolaan Persampahan
Beberapa peraturan perundangan yang mengamanatkan tentang system
pengelolaan persampahan, antara lain:
1. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional.
Berdasarkan undang-undang No. 17 tahun 2007, aksesibilitas, kualitas, maupun
cakupan pelayanan sarana dan prasarana masih rendah, yaitu baru mencapai
18,41 persen atau mencapai 40 juta jiwa.
2. Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air.
Pasal 21 ayat (2) butir d mengamanatkan akan pentingnya pengaturan
prasarana dan sarana sanitasi (air limbah dan persampahan) dalam upaya
perlindungan dan pelestarian sumber air.

RPI2-JM Kabupaten Muaro Jambi Bab 6 - 81


3. Undang-Undang No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah.
Peraturan ini mengatur penyelenggaraan pengelolaan sampah yang mencakup
pembagian kewenangan pengelolaan sampah, pengurangan dan penanganan
sampah, maupun sanksi terhadap pelanggaran pengelolaan sampah. Pasal 20
disebutkan bahwa pemerintah dan pemerintah daerah wajib melakukan
kegiatan penyelenggaraan pengelolaan sampah sebagai berikut:
- Menetapkan target pengurangan sampah secara bertahap dalam jangka
waktu tertentu
- Memfasilitasi penerapan teknologi yang ramah lingkungan
- Memfasilitasi penerapan label produk yang ramah lingkungan
- Memfasilitasi kegiatan mengguna ulang dan mendaur ulang
- Memfasilitasi pemasaran produk-produk daur ulang
Pasal 44 disebutkan bahwa pemerintah daerah harus menutup tempat
pemrosesan akhir sampah (TPA) yang dioperasikan dengan sistem
pembuangan terbuka (open dumping) paling lama 5 (lima) tahun terhitung
sejak diberlakukannya Undang-Undang 18.
4. Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem
Penyediaan Air Minum.
Peraturan ini menyebutkan bahwa PS Persampahan meliputi proses
pewadahan, pengumpulan, pemindahan, pengangkutan, pengolahan dan
pembuangan akhir, yang dilakukan secara terpadu.
5. Peraturan Pemerintah No. 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah
Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga
Peraturan Pemerintah ini merupakan pengaturan tentang pengelolaan sampah
rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga yang meliputi:
i. kebijakan dan strategi pengelolaan sampah
ii. penyelenggaraan pengelolaan sampah
iii. kompensasi
iv. pengembangan dan penerapan teknologi
v. sistem informasi
vi. peran masyarakat
vii. pembinaan
6. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar
Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang.

RPI2-JM Kabupaten Muaro Jambi Bab 6 - 82


Peraturan ini mensyaratkan tersedianya fasilitas pengurangan sampah di
perkotaan dan sistem penanganan sampah di perkotaan sebagai persyaratan
minimal yang harus dipenuhi oleh Pemerintah/Pemda.
7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 03/PRT/M/2013 tentang
Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Persampahan dalam Penanganan
Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga.
Ruang lingkup Peraturan menteri ini meliputi Perencanaan Umum, Penanganan
Sampah, Penyediaan Fasilitas Pengolahan dan Pemrosesan Akhir Sampah, dan
Penutupan/Rehabilitasi TPA.
B. Ruang Lingkup Pengelolaan Persampahan
Sampah dapat didefinisikan sebagai sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau
proses alam yang berbentuk padat. Sampah yang dikelola dibedakan menjadi 3 jenis
berdasarkan UU 18 tahun 2008 yaitu:
a) Sampah rumah tangga yang berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah
tangga (tidak termasuk tinja)
b) Sampah sejenis sampah rumah tangga berasal dari kawasan komersial,
kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas sosial, fasilitas umum, dll
c) Sampah spesifik meliputi sampah beracun, sampah akibat bencana, bongkaran
bangunan, sampah yang tidak dapat diolah secara teknologi, dan sampah yang
timbul secara periodik. Sampah spesifik harus dipisahkan dan diolah secara
khusus. Apabila belum ada penanganan sampah B3 maka perlu ada tempat
penampungan khusus di TPA secara aman sesuai peraturan perundangan.
Pengelolaan sampah dapat didefinisikan sebagai semua kegiatan yang berkaitan
dengan pengendalian timbulan sampah, pengumpulan, transfer dan transportasi,
pengolahan dan pemrosesan akhir sampah dengan mempertimbangkan faktor
kesehatan lingkungan, ekonomi, teknologi, konservasi, estetika, dan faktor lingkungan
lainnya.

6.4.2.2 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan dan Tantangan Persampahan


A. Isu Strategis Pengembangan Persampahan
Untuk merumuskan isu strategis ini, perlu dilakukan identifikasi data dan
informasi dari dokumen-dokumen perencanaan pembangunan terkait dengan
pengembangan permukiman tingkat nasional maupun daerah, seperti dokumen RPJMN,
MDGs, RPJMD, RTRW Kabupaten/Kota, Renstra Dinas, Dokumen RP2KP, Rencana Induk

RPI2-JM Kabupaten Muaro Jambi Bab 6 - 83


Persampahan dan dokumen lainnya yang selaras menyatakan isu strategis
pengembangan permukiman di Kabupaten/Kota.
Berikut adalah isu-isu strategis dan permasalahan dalam pengelolaan
persampahan di Indonesia antara lain:
1. Kapasitas Pengelolaan Sampah
Kapasitas pengelolaan sampah erat kaitannya dengan:
a. Makin besarnya timbulan sampah berupa peningkatan laju timbulan sampah
perkotaan antara 2-4% per tahun. Dengan bertambahnya penduduk,
pertumbuhan industri dan peningkatan konsumsi masyarakat dibarengi
peningkatan laju timbulan sampah.
b. Rendahnya kualitas dan tingkat pengelolaan persampahan. Rendahnya kualitas
pengelolaan persampahan terutama pengelolaan TPA memicu berbagai protes
masyarakat. Di sisi lain rendahnya tingkat pengelolaan sampah mengakibatkan
masyarakat yang tidak mendapat layanan membuang sampah sembarangan
atau membakar sampah di tempat terbuka.
c. Keterbatasan Lahan TPA, merupakan masalah terutama di kota-kota besar dan
kota metropolitan. Fenomena keterbatasan lahan TPA memunculkan
kebutuhan pengelolaan TPA Regional namun banyak terkendala dengan
banyak faktor kepentingan dan rigiditas otonomi daerah.
2. Kemampuan Kelembagaan
Masih terjadinya fungsi ganda lembaga pengelola sampah sebagai regulator
sekaligus operator pengelolaan serta belum memadainya SDM (secara kualitas dan
kuantitas) menjadi masalah dalam pelayanan persampahan.
3. Kemampuan Pembiayaan
Kemampuan pendanaan terutama berkaitan dengan rendahnya alokasi pendanaan
dari pemerintah daerah yang merupakan akibat dari rendahnya skala prioritas
penanganan pengelolaan sampah. Selain itu adalah rendahnya dana penarikan
retribusi pelayanan sampah sehingga biaya pengelolaan sampah menjadi beban
APBD. Permasalahan pendanaan secara keseluruhan berdampak pada buruknya
kualitas penanganan sampah.
4. Peran Serta Masyarakat dan Dunia Usaha/Swasta
Kurangnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat dalam pengelolaan sampah
dan belum dikembangkan secara sistematis potensi masyarakat dalam melakukan
sebagian system pengelolaan sampah, serta rendahnya minat pihak swasta

RPI2-JM Kabupaten Muaro Jambi Bab 6 - 84


berinvestasi di bidang persampahan karena belum adanya iklim kondusif membuat
pengelolaan sampah sulit untuk ditingkatkan.
5. Peraturan perundangan dan Lemahnya Penegakan Hukum
Isu strategis yang ada di daerah akan menjadi dasar dalam pengembangan
infrastruktur, prasarana dan sarana, serta akan menjadi landasan penyusunan program
dan kegiatan dalam Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka
Menengah (RPI2JM) bidang Cipta Karya.

B. Kondisi Eksisting Pengembangan Persampahan


Untuk menggambarkan kondisi eksisting pengembangan persampahan yang
telah dilakukan pemerintah Kota/Kabupaten, perlu diuraikan hal berikut ini:
a. Aspek teknis
Menguraikan sistem pengelolaan persampahan aspek teknis saat ini yang
dilaksanakan oleh masyarakat (individu/komunal), pemerintah/dinas dan swasta,
meliputi hal-hal berikut:
1) Teknik Operasional pengelolaan persampahan:
- Sumber sampah yang dihasilkan dan ditangani (m3/hari)
- Jumlah sampah terkumpul, terangkut dan terolah sd TPA (m3/hari)
- Cakupan pelayanan (ha).
2) Daerah Pelayanan dan Kondisi Spesifiknya (fisik dan sosial)
3) Upaya pengurangan sampah di sumber melalui kegiatan 3R (reduce, reuse,
recycle)
4) Kapasitas kerja dan efisiensi pemanfaatan
5) Dampak negatif yang terjadi akibat sistem pengelolaan persampahan yang ada
6) Pola Penanganan (Pewadahan, pengumpulan, pemindahan, pengangkutan,
pengolahan, pembuangan akhir)
7) Rentang tanggung jawab instansi terkait dalam teknik operasional.
Kondisi eksisting pengembangan persampahan sebagaimana diuraikan di atas
dapat ditampilkan dalam tabel-tabel berikut:

RPI2-JM Kabupaten Muaro Jambi Bab 6 - 85


Tabel 6.37
Teknik Operasional Pelayanan Persampahan Saat Ini
Volume Terlayani Tidak Terlayani
Nama
Jumlah Timbulan 3R Institusi TPA
No Kecamatan/
Penduduk Sampah Pengelola
Kelurahan
(orang) (M3) (%) (M3) (%) (M3) (%) (M3) (%) (M3)
1 Kec. Mestong 39.790 99 - - 1 1 - - 99 98
2 Kec. Sungai Bahar 25.365 63 - - 8 5 - - 92 58
3 Kec. Bahar Selatan 14.236 36 - - 5 2 - - 95 34
4 Kec. Bahar Utara 14.706 36 - - - - - - 100 36
5 Kec. Kumpeh Ulu 48.814 116 3 3 - - 1 1 97 112
6 Kec. Sungai Gelam 60.788 147 - - - - - - 100 147
7 Kec. Kumpeh 24.412 61 - - - - - - 100 61
8 Kec. Maro Sebo 19.559 49 - - 2 1 - - 98 48
9 Kec. Taman Rajo 12.167 32 - - - - - - 100 32
10 Kec. Jambi Luar Kota 61.964 160 2 4 1 2 1 2 95 153
11 Kec. Sekernan 42.193 105 - - 2 2 20 21 78 82
Jumlah 363.994 907 1 7 1 13 3 24 95 863
Sumber: Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Muaro Jambi

Tabel 6.38
Kondisi Eksisting Pengembangan Persampahan
Kondisi
Jenis Prasarana / Jumlah/ Ritasi
No Satuan Tdk Keterangan
Sarana Kapasitas /hari Berfungsi
berfungsi
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

1. Pengumpulan Setempat
- Gerobak unit - - Tidak ada
- Becak/Becak Motor unit 17 1 berfungsi -
2. Penampungan Sementara
- Bak Biasa unit 22 - berfungsi -
- Container unit - - Tidak ada
- Transfer Depo unit 1 1 berfungsi -
3. Pengangkutan
- Dump Truck unit 4 1 berfungsi -
- Arm Roll Truck unit - - Tidak ada
- Compaction Truck unit - - Tidak ada
(Semi) Pengolahan Akhir
4.
Terpusat
- TPS 3R unit 1 - berfungsi -
- SPA (stasiun peralihan
unit - - Tidak ada
antara)
5. TPA/TPA Regional
- Sanitary landfill Ha 1,4 - berfungsi -
- Controlled landfill Ha - - Tidak ada
- Open dumping Ha - - Tidak ada
6. Alat Berat
- Bulldozerl unit - - Tidak ada
- Whell/truck loader unit - - Tidak ada
- Excavator / backhoe unit 1 - berfungsi -
7. IPL
- sistem - - Tidak ada
Sumber: Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Muaro Jambi

RPI2-JM Kabupaten Muaro Jambi Bab 6 - 86


b. Pendanaan
Sumber-sumber pembiayaan berasal dari Pemerintah Kabupaten Kabupaten
Muaro Jambi, Pemerintah Pusat, Bantuan Luar Negeri dan masyarakat. Untuk
subsektor persampahan dominan dibiayai adalah Pemerintah Kabupaten Muaro
Jambi, selain dari pembangunan Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPA) Sanitary
Landfill dan pengadaan alat berat yang telah dilakukan pada tahun sebelumnya
oleh pemerintah pusat.
Dari tahun 2010 sampai tahun 2014, Pemerintah Daerah Kabupaten Kampar tidak
menganggarkan dana untuk melakukan investasi di subsektor persampahan.
Pembiayan pengelolaan Operasional dan Maintenance persampahan di Kabupaten
Muaro Jambi masih bersumber dari APBD dimana untuk pertumbuhan rata-rata
pembiayaan dari subsektor persampahan ini relatif cukup besar, yaitu sebesar Rp.
573.263.950,-. Dengan jumlah pendanaan investasi persampahan pada tahun 2010
sebanyak Rp. 144.800, tahun 2011 sebanyak Rp. 328.281.000,- pada tahun 2012
meningkat menjadi Rp. 705.098.350,- dan pada tahun 2013 juga dilakukan
peningkatan pendanaan investasi persampahan menjadi Rp. 873.355.000,- dan
untuk tahun 2014 dianggarkan sebanyak Rp. 959.430.600,-
c. Kelembagaan
Aspek kelembagaan dalam pengelolaan persampahan di Kabupaten Muaro Jambi
berfungsi untuk melakukan perencanaan, pengadaan sarana dan prasarana,
pengelolaan, pengaturan dan pembinaan serta monitoring dan evaluasi.
Pada fungsi perencanaan untuk melakukan penyusunan target pengelolaan
persampahan skala kabupaten/kota, menyusun rencana program persampahan
dalam rangka pencapaian target dan menyusun rencana anggaran program
persampahan dalam rangka pencapaian target dilakukan oleh pemerintah daerah.
Pada fungsi pengadaan sarana, untuk menyediakan sarana pewadahansampah di
sumber sampah dan menyediakan sarana pengumpulan (pengumpulan dari
sumber sampah ke TPS) dilakukan oleh pemerintah kabupaten dan masyarakat
sendiri. Membangun sarana tempat penampungan sementara (TPS), membangun
sarana pengangkutan sampah dari TPS ke tempat pemrosesan akhir (TPA) dan
membangun TPA dilakukan oleh pemerintah kabupaten. Menyediakan sarana
komposting dilaksanakan oleh pemerintah daerah dan swasta.
Untuk fungsi pengelolaan, mengumpulkan sampah dari sumber ke TPS
dilaksanakan oleh masyarakat. Mengelola sampah di TPS dan melakukan pemilahan

RPI2-JM Kabupaten Muaro Jambi Bab 6 - 87


sampah dilaksanakan oleh pihak swasta dan masyarakat. Kegiatan mengangkut
sampah dari TPS ke TPA dan mengelola TPA dilaksanakan oleh pemerintah daerah.
Melakukan penarikan retribusi sampah dan memberikan izin usaha pengelolaan
sampah dilaksankan oleh pemerintah daerah.
Pada fungsi pengaturan dan pembinaan, untuk kegiatan mengatur prosedur
penyediaan layanan sampah (jam pengengkutan, personil, peralatan, dll),
melakukan sosialisasi peraturan dan pembinaan dalam hal pengelolaan sampah,
memberikan sanksi terhadap pelanggaran pengelolaan sampah ini merupakan
kepentingan yang akan dilaksankan langsung oleh pemerintah daerah.
Pada fungsi pelaksanaan monitoring dan evaluasi, kegiatan melakukan monitoring
dan evaluasi terhadap capaian target pengelolaan sampah skala kabupaten/kota,
melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kapasitas infrastruktur sarana
pengelolaan persampahan, melakukan monitoring dan evaluasi terhadap
efektivitas layanan persampahan dan atau menampung serta mengelola keluhan
atas layanan persampahan sepenuhnya dilakukan oleh pemerintah kabupaten.
d. Peraturan Perundangan
Peraturan terkait pengelolaan dan pengolahan persampahan terdiri dari beberapa
substansi seperti; target capaian layanan pengelolaan persampahan di kabupaten,
kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah Kabupaten/Kota dalam penyediaan layanan
pengelolaan persampahan, kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah Kab/Kota dalam
memberdayakan masyarakat dan badan usaha dalam pengelolaan persampahan,
kewajiban dan sanksi bagi masyarakat dan atau pengembang untuk menyediakan
sarana pengelolaan persampahandi hunian rumah dan membuang ke TPS,
kewajiban dan sanksi bagi kantor/unit usaha di kawasan komersil/fasilitas
sosial/fasilitas umum untuk mengurangi sampah, menyediakan tempat sampah
dan membuang ke TPS, pembagian kerja pengumpulan sampah dari sumber ke TPS,
dari TPS ke TPA, pengelolaan di TPA, dan pengeturan waktu pengangkutan sampah
dari TPS ke TPA, kerjasama pemerintah kabupaten dengan swasta atau pihak lain
dalam pengelolaan sampah serta retribusi sampah atau kebersihan. Sementara di
Kabupaten Muaro Jambi sendiri belum ada daftar peraturan untuk pengelolaan dan
pengolahan persampahan.
e. Peran Serta Masyarakat
Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah berupa penanganan sampah di
rumah masing-masing, tetapi belum dilakukan pemilahan di tingkat rumah tangga

RPI2-JM Kabupaten Muaro Jambi Bab 6 - 88


belum ada partisipasi secara khusus. Sebagian besar masyarakat melakukan
pemusnahan sendiri dengan cara ditimbun atau dibakar, terutama pada
permukiman dengan tingkat kepadatan penduduk yang rendah. Umumnya pada
pengelolaan sampah sudah melibatkan perempuan misalnya membakar dan
menimbum sampah baik dari tingkat rumah tangga sampai tingkat kelurahan dan
kecamatan.
Pengelolaan persampahan di tingkat kelurahan/kecamatan yang ada di Kabupaten
Muaro Jambi ditangani langsung oleh masyarakat setempat dan ada juga yang
dikelola oleh pihak swasta selaku pengumpul sampah dengan jenis tertentu.
Pemilahan dan pengangkutan sampah di dan ke tempat penampungan sementara
dilakukan oleh pihak laki-laki yang berada di lingkungan RT. Sedangkan untuk
pemilahan sampah di tempat penampungan akhir dilakukan oleh laki-laki dan
perempuan. Untuk penyapu jalan di lingkungan kelurahan dan perumahan
dilakukan oleh laki-laki dan perempuan.

C. Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Persampahan


i. Identifikasi Permasalahan Persampahan
Besaran masalah yang dihadapi di Kabupaten Muaro Jambi dengan
membandingkan antara kondisi yang ada dengan sasaran yang ingin dicapai, untuk
memenuhi kebutuhan dasar (basic need) dan kebutuhan pengembangan
(development need) yang ditinjau dari aspek teknis, keuangan dan kelembagaan.
Selain itu, dilakukan inventarisasi persoalan setiap masalah yang sudah dirumuskan
dengan mempertimbangkan tipologi serta parameterparameter teknis yang ada di
kawasan tersebut.
Hasil dari kegiatan inventarisasi tersebut akan didapatkan data-data permasalahan
pada sub sektor persampahan. Hasil identifikasi permasalahan dituangkan dalam
bentuk tabel berikut:

RPI2-JM Kabupaten Muaro Jambi Bab 6 - 89


Tabel 6.39
Permasalahan Pengelolaan Persampahan yang Dihadapi

No. Permasalahan Mendesak

1. Belum ada peraturan terkait pengelolaan dan pengolahan sampah


2. Belum ada pemilahan sampah
3. Sarana pengangkutan persampahan belum mencukupi
Tingkat layanan masih rendah/minim, sebanyak 90% masyarakat belum terlayani
4.
pengangkutan sampah
5. Lembaga pengelolaan belum maksimal
6. Perilaku masyarakat tentang pengelolaan sampah masih rendah
7. 70,7% pengelolaan sampah di masyarakat dengan cara dibakar
Sumber: Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Muaro Jambi

Permasalahan Pembangunan Sektor Persampahan di Indonesia, secara umum


adalah:
1) Makin tingginya timbulan sampah (jumlah penduduk makin tinggi, jumlah
sampah per kapita meningkat)
2) Belum optimalnya manajemen persampahan:
a. Belum optimalnya sistem perencanaan (rencana sampai dengan
monitoring dan evaluasi)
b. Belum memadainya pengelolaan layanan perencanaan persampahan
(kapasitas, pendanaan dan asset manajemen)
c. Belum memadainya penanganan sampah.
ii. Tantangan Pengembangan Persampahan
Tantangan dalam sektor persampahanan meliputi peningkatan cakupan pelayanan,
peningkatan kelembagaan, penggalian sumber dana dari pihak swasta, peningkatan
kondisi dan kualitas TPA melalui peningkatan komitmen stakeholder
kota/kabupaten dalam hal alokasi pembiayaan dan inovasi teknologi pengolahan
sampah, peningkatan pelaksanaan program 3R, serta peningkatan upaya
penegakan hukum atas pelanggaran pembuangan sampah.
Tantangan lainnya adalah dalam rangka pemenuhan Standar Pelayanan Minimum.
Target pelayanan dasar yang ditetapkan dalam Permen PU No.14/PRT/M/2010
yaitu pada Pasal 5 ayat 2, dapat dilihat sebagai bagian dari beban dan
tanggungjawab kelembagaan yang menangani bidang ke PU an, khususnya untuk
sub bidang Cipta Karya yang dituangkan didalam dokumen RPI2JM bdang Cipta
Karya yangmerupakan tantangan tersendiri bagi pelayanan pengelolaan
Persampahan. Target pelayanan dasar bidang Persampahan sesuai dengan

RPI2-JM Kabupaten Muaro Jambi Bab 6 - 90


Peraturan Menteri PU Nomor 14/PRT/M/2010 Tentang Standar Pelayanan
Minimum dapat dilihat melalui table berikut:

Tabel 6.40
Standar Pelayanan Minimal Bidang Cipta Karya
Permen PU No. 14/PRT/M/2010
Standar Pelayanan Minimal Batas Waktu
Jenis Pelayanan Dasar Keterangan
Indicator Nilai Pencapaian
Penyehatan Pengelolaan Tersedianya fasilitas 20% 2014 Dinas yg
lingkungan Persampahan pengurangan sampah di membidangi
permukiman perkotaan. PU
Tersedianya system 70% 2014 Dinas yg
penanganan sampah di membidangi
perkotaan. PU

6.4.2.3 Analisis Kebutuhan Pengembangan Persampahan


A. Analysis Kebutuhan
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menganalisis kebutuhan Sistem
Persampahan adalah uraian faktor-faktor yang mempengaruhi system pengelolaan
persampahan kota, baik itu untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat (basic need) maupun
kebutuhan pengembangan kota (development need).
Kebutuhan komponen pengelolaan persampahan yang meliputi aspek teknis
operasional (sejak dari sumber sampai dengan pengolahan akhir sampah), aspek
kelembagaan, aspek pendanaan, aspek peraturan perundangan dan aspek peran serta
masyarakat, serta memperlihatkan arahan struktur pengembangan prasarana kota yang
telah disepakati. Analisis yang terkait dengan kebutuhan persampahan adalah analisis
sistem pengelolaan persampahan, analisis kualitas dan tingkat pelayanan serta analisis
ekonomi. Hasil analisis kebutuhan dituangkan dalam table berikut:

RPI2-JM Kabupaten Muaro Jambi Bab 6 - 91


Tabel 6.41
Analisis Kebutuhan dan Target Pencapaian Daerah

Cakupan layanan (%)


Cakupan layanan
No Sistem Jangka Jangka
eksisting(1) (%) Jangka panjang
pendek menengah
(a) (b) (c) (d) (e) (f)
Prosentase sampah yang
A 10 20 60 85
terangkut
1 Penanganan langsung (direct)(2) 5 10 15 25
Penanganan tidak langsung
2 5 10 45 60
(indirect)(3)

Dikelola mandiri oleh masyarakat


B 90 80 40 15
atau belum terlayani(5)

TOTAL 100 100 100 100


Sumber: Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Muaro Jambi

6.4.2.4 Program dan Kriteria Kesiapan Pengembangan Sistem Persampahan


A. Pembangunan Prasarana TPA
Kriteria kegiatan infrastruktur tempat pemrosesan akhir sampah (TPA)
 Lingkup Kegiatan:
- Peningkatan kinerja TPA
 Pembuatan tanggul keliling TPA, jalan operasional, perbaikan saluran gas
dan saluran drainase serta pembuatan sel dan lapisan bawah yang kedap
sesuai persyaratan sanitary landfill
 Pengadaan alat berat setelah TPA selesai dibangun dan pemerintah
kab./kota bersedia mengoperasikan TPA secara sanitary landfill
 Pembuatan jalan akses, pagar hijau (buffer zone) di sekeliling TPA,
pembangunan pos pengendali, sumur pemantau, jembatan timbang,
kantor operasional oleh pemerintah kab./kota
 Pemerintah kab./kota bersedia menyediakan dana untuk pengolahan
sampah di TPA serta pengadaan alat angkut sampah (melalui MoU Pemda
dan Dit. PPLP)
 TOT kepada Tim Pelatih Kabupaten/Kota untuk dapat melaksanakan
pelatihan operator Instalasi Pengolahan Leachate (IPL)
 Sosialisasi/diseminasi NSPM pengelolaan IPL
 Produk materi penyuluhan/promosi kepada masyarakat
 Penyediaan media komunikasi (brosur, pamflet, baliho, iklan layanan
masyarakat, pedoman dan lain sebagainya).

RPI2-JM Kabupaten Muaro Jambi Bab 6 - 92


- Pengembangan TPA regional
 Penyiapan MOU antara 2 (dua) atau lebih kab./kota untuk pengelolaan TPA
bersama secara regional
 Penetapan daerah yang akan memanfaatkan TPA, serta yang bersedia
menyediakan lahan sebagai lokasi TPA regional
 Penyerahan urusan pengelolaan teknis TPA regional kepada Provinsi,
selanjutnya Pemerintah Provinsi membentuk unit pelaksana teknis
pengelolaan TPA regional
 Fasilitasi pembentukan unit pelaksana teknis pengelolaan TPA regional.
- Pemanfaatan Prasarana dan Sarana yang ada
 Rehabilitasi Prasarana Sarana;
 Melengkapi Prasarana Sarana yang telah ada;
 Peningkatan Operasi dan Pemeliharaan.
- Penyediaan Prasarana dan Sarana Persampahan atau Pembinaan Sistem
Modul Persampahan:
 Pengadaan dan penambahan peralatan
 Pembangunan Prasarana dan sarana
 Pilot Project TPA.
- Piranti Lunak
 Peningkatan kelembagaan;
 Peningkatan peran serta masyarakat dan swasta;
 Penyiapan hukum dan kelembagaan.
 Kriteria Kesiapan
Kondisi dan persyaratan perolehan program tersebut di atas adalah:
1) Sudah memiliki RPI2-JM dan SSK/Memorandum Program atau sudah
mengirim surat minat untuk mengikuti PPSP
2) Adanya minat/permohonan dari Pemerintah Kabupaten/Kota untuk prasarana
yang direncanakan
3) Adanya dokumen Master Plan Persampahan/Studi/DED
4) Adanya kesiapan lahan
5) Adanya kesiapan institusi pengelola.

RPI2-JM Kabupaten Muaro Jambi Bab 6 - 93


B. Pembangunan Prasarana Persampahan 3R
Kriteria kegiatan infrastruktur tempat pengolahan sampah terpadu 3R
 Lokasi:
 Kawasan permukiman di perkotaan yang memungkinkan penerapan kegiatan
berbasis masyarakat
 Kawasan rumah sederhana sehat (RSH) yang berminat.
 Lingkup Kegiatan:
 Fasilitasi pembentukan kelompok masyarakat (sebagai pengelola), penyusunan
rencana kegiatan
 Pembangunan hanggar, pengadaan alat pengumpul sampah, alat composting
 Tempat Pengolahan Sampah (TPS) 3R dapat difungsikan sebagai pusat
pengolahan sampah tingkat kawasan, daur ulang atau penanganan sampah
lainnya dari kawasan yang bersangkutan
 TOT kepada Tim Pelatih Kabupaten/Kota untuk dapat melaksanakan pelatihan
KSM dan pemberdayaan masyarakat
 Sosialisasi/diseminasi/ kampanye NSPM TPS 3R
 Produk materi penyuluhan/promosi kepada masyarakat
 Penyediaan media komunikasi (brosur, pamflet, baliho, iklan layanan
masyarakat, pedoman dan lain sebagainya).
 Kriteria Kesiapan:
 Sudah memiliki RPI2-JM CK dan SSK/Memorandum Program atau sudah
mengirim surat minat untuk mengikuti PPSP
 Tidak terdapat permasalahan dalam penyediaan lahan (lahan sudah
dibebaskan)
 Penanganan secara komunal yang melayani sebagian/seluruh sumber sampah
yang ada di dalam kawasan
 Mendorong peningkatan upaya minimalisasi sampah untuk mengurangi beban
sampah yang akan diangkut ke TPA
 Pengoperasian dan pemilahan sistem ini dibiayai dan dilaksanakan oleh
kelompok masyarakat di kawasan itu sendiri
 Pemerintah Kabupaten/Kota akan melakukan penyuluhan kepada masyarakat

RPI2-JM Kabupaten Muaro Jambi Bab 6 - 94


Skema Kebijakan Pendanaan Sistem Pengelolaan Persampahan
Skema Kebijakan Pendanaan Sistem Pengelolaan Persampahan dipaparkan pada
gambar berikut:

Gambar 6.5
System Pengelolaan Sampah

Dalam pembangunan infrastruktur TPA, pemerintah pusat mempunyai peran


membangun TPA Regional dan pengadaan alat berat yang diperlukan, revitalisasi TPA
menjadi semi sanitary/control landfill; pilot pembangunan TPA kota dengan sistem semi
sanitary/control landfill dan pilot pembangunan STA antara. Dalam pembangunan TPST 3R
pemerintah pusat melakukan Pilot pembangunan TPS 3R serta penyediaan tenaga
fasilitator pada waktu persiapan pelaksanaan dan program pelatihan. Sedangkan
pemerintah kabupaten/kota mempunyai peran dalam penyiapan lahan, biaya operasi dan
pemeliharaan, penyiapan transportasi dari sumber ke TPA, serta pemberdayaan
masyarakat pasca konstruksi.

6.4.3 Drainase
6.4.3.1 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan Pengelolaan Drainase
A. Arahan Kebijakan Pengelolaan Drainase
Beberapa peraturan perundangan yang mengatur tentang system pengelolaan
drainase, antara lain:
1. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional.
Aksesibilitas, kualitas, maupun cakupan pelayanan sarana dan prasarana masih
rendah berdasarkan UU No.17 tahun 2007. Untuk sektor drainase, cakupan
pelayanan drainase baru melayani 124 juta jiwa.

RPI2-JM Kabupaten Muaro Jambi Bab 6 - 95


2. Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air.
Mengatur Pembagian wewenang dan tanggungjawab Pemerintah, Pemerintah
Provinsi, Pemerintah Kab./Kota dan Pemerintah Desa dalam pengelolaan sumber
daya air
3. Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air
Pengaturan Sarana dan Prasarana Sanitasi dilakukan salah satunya melalui
pemisahan antara jaringan drainase dan jaringan pengumpul air limbah pada
kawasan perkotaan.
4. Peraturan Presiden No.5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional 2010 – 2014
Sasaran pembangunan Nasional bidang AMPL telah ditetapkan dalam RPJMN tahun
2010-2014 khususnya drainase adalah menurunnya luas genangan sebesar 22.500
ha di 100 kawasan strategis perkotaan.
5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar
Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang.
Dalam upaya pengelolaan sistem drainase perkotaan guna memenuhi SPM perlu
tersedianya sistem jaringan drainase skala kawasan dan skala kota sehingga tidak
terjadi genangan (lebih dari 30 cm, selama 2 jam) dan tidak lebih dari 2 kali setahun.

B. Ruang Lingkup Pengelolaan Drainase


Seiring dengan pertumbuhan penduduk perkotaan yang amat pesat di Indonesia
dan pembangunan tempat tinggal penduduk yang tidak sesuai dengan Rencana Tata Ruang
(RTR) seperti di daerah-daerah yang seharusnya jadi resapan/tempat parkir air (Retarding
Pond) dan daerah-daerah bantaran sungai mengakibatkan peningkatan volume air yang
masuk ke saluran drainase dan sungai sehingga terlampauinya kapasitas penyediaan
prasarana dan sarana drainase perkotaan dan daya tampung sungai. Sebagai akibat dari
permasalahan tersebut adalah terjadinya banjir atau genangan yang semakin meningkat.
Drainase yang dimaksud disini adalah drainase perkotaan yang didefinisikan
sebagai drainase di wilayah kota yang berfungsi untuk mengelola dan mengendalikan air
permukaan sehingga tidak mengganggu dan/atau merugikan masyarakat. Dalam upaya
pengelolaan sistem drainase di banyak kota di Indonesia pada umumnya masih bersifat
parsial, sehingga tidak menyelesaikan permasalahan banjir dan genangan secara tuntas.
Pengelolaan drainase perkotaan harus dilaksanakan secara menyeluruh, mengacu kepada
SIDLACOM dimulai dari tahap Survey, Investigation (investigasi), Design (perencanaan),

RPI2-JM Kabupaten Muaro Jambi Bab 6 - 96


Operation (Operasi) dan Maintanance (Pemeliharaan), serta ditunjang dengan
peningkatan kelembagaan, pembiayaan serta partisipasi masyarakat.

6.4.3.2 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan Drainase


A. Isu Strategis Pengembangan Drainase
Dalam melakukan rumusan isu strategis ini dilakukan dengan melakukan
identifikasi data dan informasi dari dokumen-dokumen perencanaan pembangunan terkait
dengan pengembangan permukiman tingkat nasional maupun daerah, seperti dokumen
RPJMN, RPJMD, RTRW Kabupaten Muaro Jambi, Renstra Dinas, Dokumen RP2KP, Rencana
Induk Drainase dan dokumen lainnya yang selaras menyatakan isu strategis pengembangan
Drainase di Kabupaten Muaro Jambi. Isu strategis pengembangan drainase di Kabupaten
Muaro Jambi antara lain;
1. Belum ada regulasi yang mengatur tentang pengelolaan drainase
2. Terdapat banyak rumah tangga yang mengalami banjir rutin (tahunan)
3. Kuantitas dan kualitas jaringan drainase belum bisa mengatasi genangan
4. Anggaran dari pemerintah daerah masih rendah untuk pembangunan dan
pengembangan jaringan drainase
5. Belum ada partisipasi pihak swasta dalam pengelolaan drainase untuk mengatasi
genangan
6. Masyarakat seutuhnya mengandalkan dana dari pemerintah untuk pembangunan
dan pengelolaan drainase
7. Partisipasi masyarakat masih rendah dalam melakukan perawatan drainase
8. Rendahnya penganggaran pemerintah daerah untuk pemeliharan drainase

Isu-isu strategis dalam pengelolaan Sistem Drainase Perkotaan di Indonesia antara


lain:
1. Belum adanya ketegasan fungsi sistem drainase
Belum ada ketegasan fungsi saluran drainase, untuk mengalirkan kelebihan air
permukaan/mengalirkan air hujan, apakah juga berfungsi sebagai saluran air
limbah permukiman (“grey water”). Sedangkan fungsi dan karakteristik sistem
drainase berbeda dengan air limbah, yang tentunya akan membawa masalah pada
daerah hilir aliran. Apalagi kondisi ini akan diperparah bila ada sampah yang
dibuang ke saluran akibat penanganan sampah secara potensial oleh pengelola
sampah dan masyarakat.

RPI2-JM Kabupaten Muaro Jambi Bab 6 - 97


2. Pengendalian debit puncak
Untuk daerah-daerah yang relatif sangat padat bangunan sehingga mengurangi
luasan air untuk meresap, perlu dibuatkan aturan untuk menyiapkan penampungan
air sementara untuk menghindari aliran puncak. Penampungan-penampungan
tersebut dapat dilakukan dengan membuat sumur-sumur resapan, kolam-kolam
retensi di atap-atap gedung, didasar-dasar bangunan, waduk, lapangan, yang
selanjutnya di atas untuk dialirkan secara bertahap.
3. Kelengkapan perangkat peraturan
Aspek hukum yang harus dipertimbangkan dalam rencana penanganan drainase
permukiman di daerah adalah:
 Peraturan Daerah mengenai ketertiban umum perlu disiapkan seperti
pencegahan pengambilan air tanah secara besarbesaran, pembuangan sampah
di saluran, pelarangan pengurugan lahan basah dan penggunaan daerah
resapan air (wet land), termasuk sanksi yang diterapkan.
 Peraturan koordinasi dengan utilitas kota lainnya seperti jalur, kedalaman,
posisinya, agar dapat saling menunjang kepentingan masing-masing.
 Kejelasan keterlibatan masyarakat dan swasta, sehingga masyarakat dan
swasta dapat mengetahui tugas, tanggung jawab dan wewenangnya.
 Bentuk dan struktur organisasi, uraian tugas dan kualitas personil yang
dibutuhkan dalam penanganan drainase harus di rumuskan dalam peraturan
daerah.
4. Peran Serta Masyarakat dan Dunia Usaha/Swasta
Kurangnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat dalam pengelolaan saluran
drainase terlihat dari masih banyaknya masyarakat yang membuang sampah ke
dalam saluran drainase, kurang peduli dalam perawatan saluran, maupun
penutupan saluran drainase dan pengalihan fungsi saluran drainase sebagai
bangunan, kolam ikan dll.
5. Kemampuan Pembiayaan
Kemampuan pendanaan terutama berkaitan dengan rendahnya alokasi pendanaan
dari pemerintah daerah yang merupakan akibat dari rendahnya skala prioritas
penanganan pengelolaan drainase baik dari segi pembangunan maupun biaya
operasi dan pemeliharaan. Permasalahan pendanaan secara keseluruhan
berdampak pada buruknya kualitas pengelolaan drainase perkotaan.

RPI2-JM Kabupaten Muaro Jambi Bab 6 - 98


6. Penanganan Drainase Belum Terpadu
Pembangunan sistem drainase utama dan lokal yang belum terpadu, terutama
masalah peil banjir, disain kala ulang, akibat banjir terbatasnya masterplan drainase
sehingga pengembang tidak punya acuan untuk sistem lokal yang berakibat
pengelolaan sifatnya hanya pertial di wilayah yang dikembangkannya saja.
Isu strategis dalam pengembangan drainase perkotaan menjadi dasar dalam
pengembangan infrastruktur, serta akan menjadi landasan penyusunan program dan
kegiatan dalam Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
(RPI2-JM) yang lebih berpihak kepada pencapaian MDGs, yang diharapkan dapat
mempercepat pencapaian cita-cita pembangunan nasional.

B. Kondisi Eksisting Pengembangan Drainase


Kondisi umum pembangunan Drainase di Indonesia dapat diuraikan secara garis
besar adalah sebagai berikut:
a. Proporsi rumah tangga yang telah terlayani saluran drainase dengan kondisi
berfungsi baik/mengalir lancar mencapai 52,83%
b. Proporsi rumah tangga dengan kondisi saluran drainase mengalir lambat atau
tergenang mencapai 14,49%
c. Proporsi rumah tangga yang tidak memiliki saluran drainase 32,68%.
Untuk menggambarkan kondisi eksisting pengembangan drainase yang telah
dilakukan pemerintah Kabupaten Muaro Jambi, perlu diuraikan hal-hal berikut ini:
a. Aspek teknis
Menguraikan dan melampirkan peta yang berisi kondisi jaringan drainase kota, baik
kondisi fisik, kapasitas saluran dan fungsinya. Diuraikan juga sejauh mana sistem
jaringan yang ada berfungsi dalam mengatasi masalah genangan/banjir yang
terjadi. Perlu juga digambarkan mengenai daerah dan tingkat pelayanan sistem
drainase yang ada dilihat dari cakupan daerah aliran sungai (DAS) dan daerah
tangkapan air hujan, serta perlu di jelaskan daerah rawan genangan di Kabupaten
Muaro Jambi.
Pada aspek teknis ini perlu ditampilkan:
1. Gambar peta genangan Kabupaten Muaro Jambi
2. Gambar peta jaringan sistem drainase

RPI2-JM Kabupaten Muaro Jambi Bab 6 - 99


Gambar 6.6 Peta genangan

RPI2-JM Kabupaten Muaro Jambi Bab 6 - 100


Gambar 6.7 Peta jaringan drainase

RPI2-JM Kabupaten Muaro Jambi Bab 6 - 101


Tabel 6.42
Kondisi Eksisting Pengembangan Drainase
Kondisi
Jenis Prasarana / Jumlah/ Frekuensi Pemeliharaan
No Satuan Tdk
Sarana Kapasitas Berfungsi (kali/tahun)
berfungsi
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Saluran Primer
- S. Primer A m - - - -
- S. Primer B m - - - -
2 Saluran Sekunder
- Saluran Sekunder A1 m 3.600 Berfungsi - 1/tahun
- Saluran Sekunder A2 m 2.424 Berfungsi - 1/tahun
- Saluran Sekunder B1 m 9.552 Berfungsi - 1/tahun
3. Bangunan Pelengkap
- Rumah Pompa unit - - - -
- Pintu Air unit - - - -
Sumber: Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Muaro Jambi

b. Pendanaan
Realisasi pendanaan untuk pembangunan drainase dari APBD Kabupaten Muaro
Jambi pada tahun 2011 sebanyak Rp. 1.204.000.000, sedangkan pada tahun 2012
jumlah pendanaan yang dianggarkan untuk investasi direalisasikan sebanyak Rp.
1.002.000.000. Pada tahun 2013 realisasi pendanaan untuk pembangunan drainase
meningkat menjadi Rp. 3.112.715.000. Dan sampai pada tahun 2014 anggaran
pendanaan untuk drainase direalisasikan sebanyak Rp. 3.387.973.500. Sehingga
rata-rata pertahun realisasi pendanaan drainase selama jangka waktu 5 tahun (dari
tahun 2010 sampai tahun 2014) sebesar Rp. 1.741.337.700.
c. Kelembagaan
Pemangku kepentingan dalam pembangunan dan pengelolaan drainase di
Kabupaten Muaro Jambi adalah pemerintah daerah dan masyarakat, pihak swasta
belum ada yang terlibat dalam kegiatan pembangunan dan pengelolaan drainase.
pada fungsi perencanaan ; untuk melakukan kegiatan menyusun target
pengelolaan drainase perkotaan skala kabupaten/kota, menyusun rencana
program drainase perkotaan dalam rangka pencapaian target, menyusun rencana
anggaran program drainase perkotaan dalam rangka pencapaian target dilakukan
oleh pemerintah daerah.
Pada fungsi pengadaan sarana; menyediakan/membangun sarana drainase
perkotaan, pemangku kepentingan yang telibat adalah pemerintah kabupaten
dengan masyarakat. Pemerintah kabupaten melakukan pembangunan drainase
permanen dengan konstruksi dan struktur yang terencana terhadap drainase yang
sudah disediakan oleh masyarakat.

RPI2-JM Kabupaten Muaro Jambi Bab 6 - 102


Pada fungsi pengelolaan; membersihkan saluran drainase perkotaan, memperbaiki
saluran drainase perkotaan yang rusak melibatkan pemerintah daerah dan
masyarakat. Sedangkan yang melakukan pengecekan dan kelengkapan utilitas
teknis bangunan (saluran drainase perkotaan) dalam mengurus IMB dilakukan oleh
pemerintah daerah.
Untuk fungsi pengaturan dan pembinaan, sepenuhnya di laksanakan oleh
pemerintah daerah. Kegiatan pada fungsi pengaturan dan pembinaan tersebut
antara lain; menyediakan advis planning untuk pengembangan kawasan
permukiman, termasuk penataan drainase perkotaan di wilayah yang akan
dibangun, memastikan integrasi sistem drainase perkotaan (sekunder) dengan
sistem drainase sekunder dan primer, melakukan sosialisasi peraturan, dan
pembinaan dalam hal pengelolaan drainase perkotaan, Memberikan sanksi
terhadap pelanggaran pengelolaan drainase perkotaan.
Begitu juga pada fungsi monitoring dan evaluasi sepenuhnya juga dilaksanakan oleh
pemerintah daerah. Kegiatan tersebut meliputi; Melakukan monitoring dan
evaluasi terhadap capaian target pengelolaan drainase perkotaan skala kab/kota,
Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kapasitas infrastruktur sarana
pengelolaan drainase perkotaan, Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap
efektivitas layanan drainase perkotaan, dan atau menampung serta mengelola
keluhan atas kemacetan fungsi drainase perkotaan.
d. Peraturan Perundangan
Peraturan drainase terdiri dari beberapa substansi seperti; target capaian
pelayanan pengelolaan drainase, kewajiban dan sanksi bagi pemerintah kabupaten
dalam menyediakan drainase perkotaan, kwajiban dan sanksi bagi pemerintah
daerah memberdayakan masyarakat dalam pengelolaan drainase perkotaan,
kewajiban dan sanksi bagi masyarakat dan atau pengembang untuk menyediakan
sarana drainase perkotaan, kewajiban dan sanksi bagi masyarakat untuk
memelihara sarana drainase perkotaan sebagai saluran pematus air hujan. Di
Kabupaten Muaro Jambi belum ada daftar peraturan drainase perkotaan yang
diterapkan dalam pelaksanaan pengelolaan drainase.
e. Peran Serta Masyarakat dan Swasta
Tingkat kesadaran masyarakat dalam pengelolaan drainase di Kabupaten Muaro
Jambi masih sangat rendah. Hal ini bisa dilihat langsung dari kondisi lingkungan
permukiman yang belum mempunyai jaringan drainase secara terstruktur. Hanya

RPI2-JM Kabupaten Muaro Jambi Bab 6 - 103


pada beberapa lokasi permukiman saja dilakukan pembangun drainase yang masih
bersifat tradisional dan sederhana, hal ini dilakukan apabila terjadi banjir maka air
yang menggenang bisa dialirkan. Disamping itu, masyarakat selalu mengharapkan
uluran tangan dari Pemerintah daerah untuk dilakukan pembangunan drainase.
Peran serta masyarakat yang bisa diharapkan dan dekat dengan kegiatan kesehatan
adalah kader posyandu. Kader posyandu merupakan kader yang mempunyai
hubungan yang cukup dekat dengan masyarakat khususnya para ibu rumah tangga
yang kesehariannya selalu melakukan aktifitas yang berhubungan dengan Saluran
Drainase. Para kader Posyandu bisa diharapkan untuk memberikan bimbingan
terhadap para ibu rumah tangga didalam hal memberikan informasi betapa
pentingnya kegiatan menjaga saluran drainase. Apabila Kegiatan ini dapat berjalan
sesuai dengan yang diharapkan maka persentase saluran drainase dalam kondisi
buruk dapat menurun. Sehingga dari segi kesehatan, kualitas kesehatan
masyarakat dapat meningkat.

C. Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Drainase


i. Identifikasi Permasalahan Drainase Perkotaan
Permasalahan yang dihadapi masing-masing dengan membandingkan antara
kondisi yang ada dengan sasaran yang ingin dicapai, untuk memenuhi kebutuhan
dasar (basic need) dan kebutuhan pengembangan (development need) yang
ditinjau dari aspek teknis, keuangan dan kelembagaan. Selain itu, dilakukan
inventarisasi persoalan setiap masalah yang sudah dirumuskan dengan
mempertimbangkan tipologi serta parameterparameter teknis yang ada di kawasan
tersebut.
Dari kegiatan inventarisasi tersebut akan didapatkan data-data permasalahan
teknis dan non teknis pada sub sektor drainase. Permasalahan Pembangunan
Sektor Drainase di Indonesia secara umum adalah:
- Kapasitas sistem drainase tidak sesuai dengan kondisi saat ini;
- Belum memadainya penyelenggaraan sistem drainase.

RPI2-JM Kabupaten Muaro Jambi Bab 6 - 104


Tabel 6.43
Permasalahan Pengembangan Drainase

No Permasalahan Mendesak

1. Belum ada peraturan terkait drainase perkotaan


2. 49,6% rumah tangga mengalami banjir rutin (tahunan)
Sumber: Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Muaro Jambi

ii. Tantangan Pengembangan Drainase


Tantangan yang dihadapi secara umum di Indonesia adalah mencegah penurunan
kualitas lingkungan permukiman di perkotaan, optimalisasi fungsi pelayanan dan
efisiensi prasarana dan sarana drainase yang sudah terbangun, peningkatan dan
pengembangan sistem yang ada, pembangunan baru secara efektif dan efisien yang
menjangkau masyarakat berpenghasilan rendah dan menunjang terwujudnya
lingkungan perumahan dan permukiman yang bersih dan sehat serta meningkatkan
ekonomi masyarakat berpenghasilan rendah.
Tantangan lainnya adalah adanya Peraturan Menteri PU Nomor 14/PRT/M/2010
Tentang Standar Pelayanan Minimum menekankan tanggungjawab pemerintah
kabupaten/kota. Target pelayanan dasar yang ditetapkan dalam Permen ini yaitu
pada Pasal 5 ayat 2, dapat dilihat sebagai bagian dari beban dan tanggungjawab
kelembagaan yang menangani bidang ke PU an, khususnya untuk sub bidang Cipta
Karya yang dituangkan didalam dokumen RPI2-JM CK yang merupakan tantangan
tersendiri bagi pelayanan pengelolaan Drainase. Target pelayanan dasar bidang
Drainase sesuai dengan Peraturan Menteri PU Nomor 14/PRT/M/2010 Tentang
Standar Pelayanan Minimum dapat dilihat melalui table berikut:

Tabel 6.44
Standar Pelayanan Minimal Bidang Cipta Karya
Permen PU No. 14/PRT/M/2010
Standar Pelayanan Minimal Batas Waktu
Jenis Pelayanan Dasar Keterangan
Indicator Nilai Pencapaian
Penyehatan Drainase Tersedianya system 50% 2014 Dinas yg
lingkungan jaringan drainase skala membidangi
permukiman kawasan dan skala kota PU
sehingga tidak terjadi
genangan (lebih dari 30
cm, selama 2 jam) dan
tidak lebih dari 2 kali
setahun

RPI2-JM Kabupaten Muaro Jambi Bab 6 - 105


6.4.3.3 Analisis Kebutuhan Drainase
Melakukan analisis atas dasar besarnya kebutuhan penanganan drainase, baik itu
untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat (basic need) maupun kebutuhan pengembangan
kota (development need). Analisis yang terkait dengan kebutuhan drainase adalah analisis
Bidang Teknis maupun non teknis yang mencakup kelembagaan, pembiayaan, peraturan
dan peran serta masyarakat dan swasta. Analisis kebutuhan dituangkan dalam table
berikut:

Tabel 6.45
Analisis Kebutuhan dan Target Pencapaian Daerah
Luas genangan (ha)
Luas genangan eksisting
No Kecamatan Jangka Jangka Jangka
(ha)
pendek menengah panjang
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Kecamatan Mestong 160 152 114 29
2 Kecamatan Sungai Bahar 404 384 288 72
3 Kecamatan Bahar Selatan 124 118 88 22
4 Kecamatan Bahar Utara 499 474 356 89
5 Kecamatan Kumpeh Ulu 901 856 642 160
6 Kecamatan Sungai Gelam 1.000 950 713 178
7 Kecamatan Kumpeh 1.735 1.648 1.236 309
8 Kecamatan Maro Sebo 623 592 444 111
9 Kecamatan Taman Rajo 674 640 480 120
10 Kecamatan Jambi Luar Kota 825 784 588 147
11 Kecamatan Sekernan 268 255 191 48
Total 7.213 6.852 5.139 1.285
Sumber: Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Muaro Jambi

6.4.3.4 Program dan Kriteria Kesiapan Pengembangan Sistem Drainase


A. Pembangunan Prasarana Drainase
Kriteria kegiatan infrastruktur drainase perkotaan
 Kriteria Lokasi
 Kota-kota yang sudah memiliki Master Plan Drainase Perkotaan dan DED untuk
tahun pertama
 Kawasan-kawasan permukiman dan strategis di perkotaan (Metropolitan/Kota
Besar) yang rawan genangan.
 Lingkup Kegiatan
 Pembangunan saluran drainase primer (macro drain), pembangunan kolam
retensi, dan bangunan pelengkap utama lainnya (pompa, saringan sampah,
dsb)
 Pembangunan saluran drainase sekunder dan tersier (micro drain) oleh
pemerintah kab.kota

RPI2-JM Kabupaten Muaro Jambi Bab 6 - 106


 Sosialisasi/diseminasi/ kampanye NSPM pengelolaan saluran drainase
termasuk kegiatan pembersihan sampah di sekitar saluran drainase
 Produk materi penyuluhan/promosi kepada masyarakat
 Penyediaan media komunikasi (brosur, pamflet, baliho, iklan layanan
masyarakat, pedoman dan lain sebagainya).
 Kriteria Kesiapan
 Sudah memiliki RPI2JM dan SSK/Memorandum Program atau sudah mengirim
surat minat untuk mengikuti PPSP
 Dilaksanakan dalam rangka pengurangan lokasi genangan di perkotaan
 Terintegrasi antara makro drain dan mikro drain, serta dengan sistem
pengendali banjir
 Terdapat institusi yang menerima dan mengelola prasarana yang dibangun
 Tidak ada permasalahan lahan (lahan sudah dibebaskan, milik Pemkot/kab)
 Pemerintah kab./kota bersedia menyediakan alokasi dana untuk biaya operasi
dan pemeliharaan
 Pemerintah Kabupaten/Kota akan melaksanakan penyuluhan kepada
masyarakat.

B. Skema Kebijakan Pendanaan Sistem Drainase Perkotaan


Skema Kebijakan Pendanaan Sistem Drainase Perkotaan dipaparkan pada gambar
berikut:

Gambar 6.8
System Pengelolaan Sampah

Dalam pembangunan sistem drainase perkotaan, pemerintah pusat mempunyai


peran dengan mengembangkan sistem yang terintegrasi dengan sistem makro, serta
memfasilitasi pilot drainase mandiri. Sedangkan, pemerintah kabupaten kota berperan

RPI2-JM Kabupaten Muaro Jambi Bab 6 - 107


dalam penyediaan lahan, penyediaan biaya operasi dan pemeliharaan, dan pemberdayaan
masyarakat pasca konstruksi.

6.4.4 Usulan Program dan Kegiatan


6.4.4.1 Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan Sanitasi
Usulan dan prioritas program komponen Pengembangan Sanitasi disusun
berdasarkan paket-paket fungsional dan sesuai kebijakan prioritas program seperti pada
RPJM. Penyusunan usulan program tersebut memperhatikan kebutuhan RPP berkaitan
dengan pengembangan atau pembangunan sektor dan kawasan unggulan. Dengan
demikian usulan sudah mencakup pemenuhan kebutuhan dasar dan kebutuhan
pembangunan ekonomi. Usulan program yang diajukan sesuai dengan hasil analisis dan
identifikasi yang telah dilakukan. Selain itu, perlu juga diperhatikan keterpaduan dengan
sektor-sektor lainnya. Usulan program harus dapat mencerminkan besaran dan prioritas
program, dan manfaatnya ditinjau dari segi fungsi, kondisi fisik, dan non-fisik antar kegiatan
dan pendanaannya.
Penjabaran program-program tersebut disesuaikan dengan struktur tatanan
program RPJMN yang diwujudkan dalam paket-paket proyek/program. Program yang
dicakup dalam Pengelolaan Air Limbah meliputi kegiatan-kegiatan berikut ini:
1. Pembangunan pengelolaan air limbah setempat dan pembangunan Instalasi
Pengolah Lumpur Tinja (IPLT)
2. Pembangunan sistem perpipaan air limbah sederhana komunitas berbasis
masyarakat (khusus bagi kawasan kumuh dan padat)
3. Pembangunan pengelolaan air limbah sistem terpusat (IPAL)
4. Operasi dan pemeliharaan
5. Pengembangan dan pemantapan kelembagaan pengelolaan air limbah
6. Penyuluhan meningkatkan pemahaman pentingnya sanitasi dan pemeliharaan
sarana yang telah dibangun.
7. Piranti lunak: MP/outline plan, FS atau DED.
Program yang dicakup dalam Pengelolaan Persampahan meliputi kegiatan berikut
ini:
1. Pembangunan prasarana dan sarana TPA sampah
2. Pembangunan prasarana dan sarana TPST 3R
3. Operasi dan pemeliharaan
4. Pengembangan dan pemantapan kelembagaan pengelolaan persampahan

RPI2-JM Kabupaten Muaro Jambi Bab 6 - 108


5. Penyuluhan meningkatkan pemahaman pentingnya sanitasi dan 3R
6. Piranti lunak: MP/outline plan, FS atau DED.
Program yang dicakup dalam pengelolaan sistem drainase perkotaan meliputi
kegiatan-kegiatan berikut ini:
1. Pelaksanaan rehabilitasi saluran yang ada
2. Pembangunan saluran yang baru
3. Operasi dan pemeliharaan
4. Pengembangan dan pemantapan kelembagaan pengelolaan drainase
5. Penyuluhan dan pengelolaan dan pemeliharaan bangunan drainase bagi
Pemerintahan Kabupaten/Kota dan masyarakat
6. Piranti lunak: MP/outline plan, FS atau DED.

6.4.4.2 Pembiayaan Proyek Pengembangan Sanitasi


Pembiayaan proyek perlu disusun berdasarkan klasifikasi tanggung jawab
Pemerintah Kabupaten, Pemerintah Pusat, Swasta dan masyarakat. Jika ada indikasi
program pengelolaan sanitasi (air limbah, persampahan dan drainase) yang melibatkan
swasta perlu dilakukan kajian lebih mendalam untuk menentukan kelayakannya. Untuk
program yang memerlukan analisis kelayakan keuangan, hasil analisis harus dilampirkan
dan merupakan bagian dari kajian pembiayaan dan keuangan.
Pembiayaan kegiatan pengelolaan sanitasi sebagaimana diusulkan dapat berasal
dari dana Pemerintahan Kabupaten/Kota, masyarakat, swasta, dan bantuan Pemerintah
Pusat. Bantuan Pemerintah Pusat dapat berbentuk proyek biasa (pemerataan dalam
pemenuhan prasarana sarana dasar), bantuan stimulan, bantuan proyek khusus (menurut
pengembangan kawasan). Macam bantuan disesuaikan dengan tingkat kebutuhannya.

RPI2-JM Kabupaten Muaro Jambi Bab 6 - 109

Anda mungkin juga menyukai