Anda di halaman 1dari 25

BAB VIII-1

BAB VIII
ARAHAN PENGENDALIAN
PEMANFAATAN RUANG WILAYAH

Ketentuan mengenai Pengendalian Pemanfaatan Ruang berdasarkan pada


Undang-Undang Penataan Ruang No.26 tahun 2007. Pengendalian pemanfaatan
ruang dilakukan melalui peraturan zonasi, perizinan, pemberian insentif dan
disinsentif, serta pengenaan sanksi. Hal ini dilakukan sehingga fungsi pengendalian
pemanfaatan ruang akan disesuaikan dengan kebuthan dan kedetailan rencana
yang ada, dan selanjutnya digunakan untuk menciptakan tertib tata ruang.
Pengendalian pemanfatan ruang wilayah diselenggarakan melalui : arahan
peraturan zonasi, arahan perizinan, arahan pemberian insentif dan disinsentif,
arahan pengenaan sanksi.

8.1 ARAHAN PERATURAN ZONASI


Pada penyusunan RTRW Kabupaten Jember Tahun 2015-2035, indikasi
arahan peraturan zonasi didasarkan pada Undang-Undang Penatan Ruang No. 26
tahun 2007. Adapun isi peraturan zonasi sesuai adalah sebagai berikut:
1. Peraturan zonasi disusun sebagai pedoman pengendalian pemanfaatan ruang
2. Peraturan zonasi disusun berdasarkan rencana rinci tata ruang untuk setiap
zona pemanfaatan ruang
3. Peraturan zonasi ditetapkan dengan
a. Peraturan pemerintah untuk arahan peraturan zonasi sistem nasional
b. Peraturan daerah provinsi untuk arahan peraturan zonasi sistem provinsi, dan
c. Peraturan daerah kabupaten/kota untuk peraturan zonasi
Arahan peraturan zonasi disusun sebagai pedoman pengendalian
pemanfaatan ruang. Ketentuan umum peraturan zonasi terdiri atas :
a. Arahan peraturan zonasi struktur ruang;
b. Arahan peraturan zonasi pola ruang;
c. Arahan peraturan zonasi kawasan strategis;

RENCANA TATA RUANG WILAYAH JEMBER


TAHUN 2015-2035
BAB VIII-2

Arahan peraturan zonasi dalam RTRW Kabupaten Jember ini disusun sebagai • Pada setiap kawasan terbangun yang digunakan untuk kepentingan publik
preferensi dalam penyusunan peraturan zonasi untuk setiap blok/zona peruntukan juga harus menyediakan ruang untuk pejalan kaki dengan tidak
(bersamaan dengan penyusunan RDTR Kawasan). Arahan peraturan zonasi memberikan mengganggu fungsi jalan;
preferensi tentang : • Pada kawasan lindung yang ada di perkotaan baik kawasan lindung
 pemanfaatan ruang yang diizinkan, berupa ruang terbuka, misalnya lindung setempat, diarahkan untuk tidak
 pemanfaatan yang diizinkan secara terbatas atau dengan catatan, dan dilakukan alih fungsi lindung tetapi dapat digunakan untuk kepentingan lain
 pemanfaatan yang tidak diizinkan. selama masih menunjang fungsi lindung seperti wisata alam, jogging trac

Adapun arahan peraturan zonasi di Wilayah Kabupaten Jember diklasifikasikan tepi sungai dengan ditata secara menarik. Pada kawasan lindung berupa

menjadi ketentuan untuk jenis kawasan strategis, kawasan perkotaan dan kawasan bangunan, harus tetap dilakukan upaya konservasi, dan dapat dilakukan

perdesaan. Apabila rencana rinci tata ruang wilayah atau RDTR Kawasan telah disusun, nilai tambah misalnya dengan melakukan revitalisasi, rehabilitas, dan

maka RDTR Kawasan dan peraturan zonasinya akan ditetapkan dengan peraturan sebagainya;

daerah. • Perubahan atau penambahan fungsi ruang tertentu (misalnya pada zona
permukiman sebagian digunakan untuk fasilitas umum termasuk ruko)
8.1.1. Arahan Peraturan Zonasi Pada Kawasan Perkotaan
boleh dilakukan sepanjang saling menunjang atau setidaknya tidak
Peraturan zonasi yang sebenarnya akan tertuang dalam Rencana Detail
menimbulkan efek negatif bagi zona yang telah ditetapkan;
Tata Ruang Kawasan Perkotaan di Kabupaten Jember. Dalam pemanfaatan ruang
• Perubahan fungsi lahan boleh dilakukan secara terbatas, yakni pada zona
di Kawasan Perkotaan, baik pada ibukota kabupaten maupun masing-masing ibu
yang tidak termasuk dalam klasifikasi intensitas tinggi tetapi fungsi utama
kota kecamatan, diberlakukan arahan peraturan zonasi sebagai berikut :
zona harus tetap, dalam arti perubahan hanya boleh dilakukan sebagian
• Pada setiap kawasan terbangun dengan fungsi antara lain: perumahan,
saja, yakni maksimum 25% dari luasan zona yang ditetapkan;
perdagangan-jasa, industri, dan peruntukan lainnya, harus ditetapkan besaran
• Dalam pengaturan zona tidak boleh dilakukan perubahan secara
atau luasan ruang setiap zona dan fungsi utama zona tersebut;
keseluruhan fungsi dasarnya;
• Pada setiap kawasan perkotaan harus mengupayakan efisiensi ruang pada
• Penambahan fungsi tertentu pada suatu zona tidak boleh dilakukan untuk
kawasan terbangun melalui arahan bangunan vertikal (bertingkat) sesuai kondisi
fungsi yang bertentangan, misalnya permukiman digabung dengan industri
masing-masing ibu kota kecamatan dengan tetap menjaga harmonisasi pola
polutan;
ruang yang ada;
• Khusus pada kawasan terbangun tidak boleh melakukan kegiatan
• Pada setiap lingkungan permukiman yang dikembangkan harus disediakan
pembangunan diluar area yang telah ditetapkan sebagai bagian dari rumija
sarana dan prasarana lingkungan yang memadai sesuai kebutuhan masing-
atau ruwasja, termasuk melebihi ketinggian bangunan seperti yang telah
masing;
ditetapkan, kecuali diikuti ketentuan khusus sesuai dengan kaidah design
• Pada lahan pertanian yang telah ditetapkan sebagai lahan pangan abadi di
kawasan, seperti diikuti pemunduran bangunan, atau melalkukan
kawasan perkotaan harus tetap dilindungi dan tidak dilakukan alih fungsi;
kompensasi tertentu yang disepakati oleh stake holder terkait;
• Pada setiap kawasan terbangun untuk berbagai fungsi terutama permukiman
• Pada lahan yang telah ditetapkan sebagai bagian dari lahan abadi pangan
padat harus menyediakan ruang evakuasi bencana sesuai dengan
di kawasan Perkotaan tidak boleh dilakukan alih fungsi lahan;
kemungkinan timbulnya bencana yang dapat muncul;

RENCANA TATA RUANG WILAYAH JEMBER


TAHUN 2015-2035
BAB VIII-3

• Pada kawasan yang telah ditetapkan sebagai kawasan untuk keselamatan dan yang sejenis. Pada kawasan lindung berupa bangunan, harus tetap
penerbangan baik terkait fungsi ruang, intensitas ruang maupun ketinggian dilakukan upaya konservasi baik berupa situs, bangunan bekas
bangunan yang telah dietapkan tidak boleh melakukan pelanggaran peninggalan belanda, bangunan / monumen perjuangan rakyat, dan
sebagaimana dimaksud dalam ketentuan zona masing-masing; serta sebagainya;
• Pada kawasan yang telah ditetapkan batas ketinggian untuk alat komunikasi • Perubahan atau penambahan fungsi ruang tertentu pada kawasan
dan jaringan pengaman SUTT tidak boleh melakukan kegiatan pembangunan terbangun di perdesaan (misalnya pada zona permukiman sebagian
dalam radius keamanan dimaksud. digunakan untuk fasilitas umum, termasuk kegiatan industri kecil, pasar
desa dsb) boleh dilakukan sepanjang saling menunjang atau setidaknya

8.1.2. Arahan Peraturan Zonasi Pada Kawasan Perdesaan tidak menimbulkan efek negatif bagi zona yang telah ditetapkan;
• Kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan terbuka hijau produktif di
Peraturan zonasi pada kawasan ini akan disusun dalam Rencana Detail
perdesaan pada dasarnya boleh dilakukan alih fungsi untuk kawasan
Tata Ruang Kawasan Perdesaan di Kabupaten Jember. Arahan peraturan zonasi
terbangun secara terbatas dan hanya dilakukan pada lahan yang
pada setiap zona peruntukan perdesaan antara lain sebagai berikut:
produktivitasnya kurang tinggi, dengan catatan komposisi atau
• Kawasan perdesaan umumnya terdiri atas kawasan terbangun tetapi bagian
perbandingan antara kawasan terbangun dan ruang terbuka hijau tidak
terbesar adalah ruang terbuka dengan fungsi utama pertanian. Pada rencana
berubah sesuai RDTR Kawasan Perdesaan masing-masing;
kawasan terbangun dengan fungsi: perumahan, perdagangan-jasa, industri, dan
• Dalam pengaturan zona tidak boleh dilakukan perubahan secara
berbagai peruntukan lainnya di perdesaan dapat dilakukan penambahan fungsi
keseluruhan fungsi dasarnya, sesuai RDTR Kawasan perdesaan masing-
yang masih saling bersesuaian, tetapi harus ditetapkan besaran dan/atau
masing;
luasan ruang setiap zona dan fungsi utama zona tersebut. Pada kawasan tidak
• Penambahan fungsi tertentu pada suatu zona tidak boleh dilakukan untuk
terbangun atau ruang terbuka untuk pertanian yang produktif harus dilakukan
fungsi yang bertentangan, misalnya sawah atau permukiman digabung
pengamanan khususnya untuk tidak dialihfungsikan non pertanian;
dengan gudang pupuk yang memiliki potensi pencemaran udara;
• Pada setiap kawasan perdesaan harus mengefisienkan ruang yang berfungsi
• Pada kawasan terbangun di perdesaan yang lokasinya terpencar dalam
untuk pertanian dan perubahan fungsi ruang untuk kawasan terbangun hanya
jumlah kecil tidak boleh melakukan kegiatan pembangunan dengan
dilakukan secara infitratif pada permukiman yang ada dan harus menggunakan
intensitas tinggi yang tidak serasi dengan kawasan sekitarnya. Fungsi
lahan yang kurang produktif;
khusus misalnya vila harus dialokasikan secara tersendiri;
• Pengembangan permukiman perdesaan harus menyediakan sarana dan
• Pada lahan yang telah ditetapkan sebagai ruang terbuka hijau produktif di
prasarana lingkungan permukiman yang memadai sesuai kebutuhan masing-
perdesaan tidak boleh dilakukan alih fungsi lahan;
masing;
• Pada lahan yang telah ditetapkan sebagai bagian dari lahan abadi pangan
• Pada lahan pertanian yang telah ditetapkan sebagai lahan pangan abadi di
di kawasan perdesaan tidak boleh dilakukan alih fungsi lahan;
kawasan perdesaan harus tetap dilindungi dan tidak dilakukan alih fungsi;
• Pada kawasan yang telah ditetapkan sebagai kawasan untuk keselamatan
• Pada kawasan lindung yang ada di perdesaan diarahkan untuk tidak dilakukan
penerbangan baik terkait fungsi ruang, intensitas ruang maupun ketinggian
alih fungsi lindung tetapi dapat ditambahkan kegiatan lain selama masih
menunjang fungsi lindung seperti wisata alam, penelitian, kegiatan pecinta alam

RENCANA TATA RUANG WILAYAH JEMBER


TAHUN 2015-2035
BAB VIII-4

bangunan yang telah dietapkan tidak boleh melakukan pelanggaran • Pada kawasan strategis ekonomi ini boleh diadakan perubahan ruang
sebagaimana dimaksud dalam ketentuan zona masing-masing; serta pada zona yang bukan zona inti (untuk perdagangan - jasa, dan
• Pada kawasan yang telah ditetapkan batas ketinggian untuk alat komunikasi industri) tetapi harus tetap mendukung fungsi utama kawasan sebagai
dan jaringan pengaman SUTT tidak boleh melakukan kegiatan pembangunan penggerak ekonomi dan boleh dilakukan tanpa merubah fungsi zona
dalam radius keamanan dimaksud. utama yang telah ditetapkan;
• Perubahan atau penambahan fungsi ruang tertentu pada ruang

8.1.3. Arahan Peraturan Zonasi Pada Kawasan Strategis Kabupaten terbuka di kawasan ini boleh dilakukan sepanjang masih dalam batas
ambang penyediaan ruang terbuka (tetapi tidak boleh untuk RTH
Kawasan strategis di Kabupaten Jember meliputi kawasan strategus untuk
kawasan perkotaan);
kepentingan pertumbuhan ekonomi wilayah, kawasan strategis untuk kepentingan
• Dalam pengaturan kawasan strategis ekonomi ini zona yang dinilai
sosial budaya, kawasan strategis untuk kepentingan pendayagunaan sumber daya
penting tidak boleh dilakukan perubahan fungsi dasarnya;
alam dan teknologi tinggi, kawasan strategis untuk kepentingan fungsi dan daya
• Pada kawasan yang telah ditetapkan sebagai permukiman bila
dukung lingkungan dan kawasan strategis untuk kepentingan pertahanan dan
didekatnya akan diubah menjadi fungsi lain yang kemungkinan akan
keamanan. Peraturan zonasi pada kawasan strategis ini akan disusun dan
mengganggu (misalnya industri) permukiman harus disediakan fungsi
tertuang dalam Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Strategis. Arahan peraturan
penyangga sehingga fungsi zona tidak boleh bertentangan secara
zonasi yang berlaku pada Kawasan Strategis adalah sebagai berikut:
langsung pada zona yang berdekatan; serta
a. Kawasan Strategis Untuk Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi:
• Untuk menjaga kenyamanan dan keamanan pergerakan maka pada
• Kawasan Penunjang ekonomi dalam skala besar umumnya berupa
kawasan terbangun tidak boleh melakukan kegiatan pembangunan
kawasan perkotaan, terutama yang memiliki fungsi: perumahan,
diluar area yang telah ditetapkan sebagai bagian dari rumija atau
perdagangan-jasa, industri, transportasi dan berbagai peruntukan lainnya
ruwasja, termasuk melebihi ketinggian bangunan seperti yang telah
yang menunjang ekonomi wilayah. Pada kawasan ini harus ditunjang
ditetapkan.
sarana dan prasarana yang memadai sehingga menimbulkan minat
• Bila sekitar kawasan ini sudah terdapat bangunan misalnya
investasi yang besar;
perumahan harus dibatasi pengembanganya;
• Pada setiap bagian dari kawasan strategis ekonomi ini harus diupayakan
• Untuk kepentingan pariwisata boleh ditambahkan fungsi penunjang
untuk mengefisienkan perubahan fungsi ruang untuk kawasan terbangun
misalnya shouvenir shop atau atraksi wisata yang saling menunjang
melalui arahan bangunan vertikal sesuai kondisi kawasan masing-masing;
tanpa menghilangkan identitas dan karakter kawasan;
• Pada kawasan strategis secara ekonomi ini harus dialokasikan ruang atau
• Pada zona ini tidak boleh dilakukan perubahan dalam bentuk
zona secara khusus untuk industri, perdagangan - jasa dan jasa wisata
peningkatan kegiatan atau perubahan ruang disekitarnya yang
perkotaan sehingga secara keseluruhan menjadi kawasan yang menarik.
dimungkinkan dapat mengganggu fungsi dasarnya;
Pada zona dimaksud harus dilengkapi dengan ruang terbuka hijau untuk
• Penambahan fungsi tertentu pada suatu zona ini tidak boleh dilakukan
memberikan kesegaran ditengah kegiatan yang intensitasnya tinggi serta
untuk fungsi yang bertentangan, misalnya perdagangan dan jasa yang
zona tersebut harus tetap dipertahankan;
tidak terkait pariwisata religi; serta

RENCANA TATA RUANG WILAYAH JEMBER


TAHUN 2015-2035
BAB VIII-5

• Pada sekitar zona ini bangunan tidak boleh melebihi ketinggian dua pertiga 2. Ketentuan umum peraturan zonasi pada sistem perdesaan dengan
dari wisata religi. ketentuan:
b. Kawasan Strategis Untuk Kepentingan Fungsi dasn Daya Dukung Lingkungan: a. diizinkan pemanfaatan ruang disekitar jaringan prasarana untuk
• Pada kawasan harus ada pengendalian yang ketat agar tidak merusak mendukung berfungsinya sistem perdesaan dan jaringan prasarana;
lingkungan; b. diizinkan pengembangan kegiatan perdesaan dengan didukung fasilitas
• Pemanfaatan bahan galian golongan C secara optimal dengan tetap dan infrastruktur;
menjaga kelestarian Lingkungan hidup; c. diizinkan dengan syarat pembatasan intensitas pemanfaatan ruang agar
• Pada kawasan bekas penambangan dimanfaatkan sebagai hutan lindung tidak mengganggu fungsi sistem perdesaan dan jaringan prasarana; dan
dengan cara dilakukan pengurukan terlebih dahulu; d. dilarang pemanfaatan ruang yang menyebabkan gangguan terhadap
• Pada sekitar zona penambangan tidak boleh ada permukiman karena berfungsinya sistem perdesaan dan jaringan prasarana.
rawan terjadi kelongsoran; B. Arahan peraturan zonasi sistem jaringan prasarana wilayah, meliputi :
• Dilakukan kerjasama antara pihak swasta, masyarakat dan pemerintah 1. Arahan peraturan zonasi untuk sistem jaringan transportasi darat dengan
mengenai kegiatan penambangan; ketentuan:
• Pengoptimalan lahan penambangan yang sudah ada agar tidak terjadi a. Pemanfaatan ruang disepanjang jalan arteri disusun dengan ketentuan :
perluasan lahan untuk kegiatan pertambangan; serta 1) diizinkan pemanfaatan pemanfaatan ruang disepanjang jalan arteri
• Pengembangan sarana penunjang untuk kegiatan pertambangan. dengan intensitas terbatas yang dibatasi akses langsungnya dengan
c. Kawasan Fungsi Teknologi tinggi : jarak minimal antar jalan masuk/ akses langsunfg minimal 500
• Pada zona ini diperlukan pengendaliaan ketat; meter;

8.1.4. ARAHAN ZONASI STRUKTUR RUANG. 2) diizinkan pemanfaatan pemanfaatan ruang dengan syarat tidak
berdampak langsung terhadap hambatan samping lalu lintas
Arahan peraturan zonasi struktur ruang terdiri atas:
sepanjang jalan arteri dengan wajib menyediakan jalur lambat
A. Arahan peraturan zonasi untuk sistem pusat kegiatan
(frontage road);
1. Arahan peraturan zonasi pada sistem perkotaan dengan ketentuan:
3) diizinkan peletakan jaringan utilitas secara paralel dengan tidak
a. diizinkan pemanfaatan ruang disekitar jaringan prasarana untuk mendukung
saling mengganggu fungsi antar prasarana;
berfungsinya sistem perkotaan dan jaringan prasarana;
4) dilarang semua pemanfaatan pada zona inti kecuali untuk
b. diizinkan pengembangan kegiatan perkotaan dengan didukung fasilitas dan
pergerakan orang/barang dan kendaraan;
infrastruktur;
5) jalan arteri primer dengan 4 lajur atau lebih dilengkapi median jalan;
c. diperbolehkan dengan syarat pembatasan intensitas pemanfaatan ruang agar
dan
tidak mengganggu fungsi sistem perkotaan dan jaringan prasarana; dan
6) mempunyai perlengkapan jalan yang cukup, antara lain rambu,
d. dilarang pemanfaatan ruang yang menyebabkan gangguan terhadap
marka, lampu pengatur lalu lintas, lampu penerangan jalan dan lain-
berfungsinya sistem perkotaan dan jaringan prasarana.
lain.

RENCANA TATA RUANG WILAYAH JEMBER


TAHUN 2015-2035
BAB VIII-6

b. Pemanfaatan ruang di sepanjang jalan kolektor disusun dengan ketentuan: 2) diizinkan pergerakan lingkungan dengan syarat tidak mengurangi
1) diizinkan untuk prasarana pergerakan antar pusat kegiatan pada skala fungsi pergerakan;
provinsi; 3) dilarang alih fungsi kawasan lindung di sepanjang jalan lingkungan;
2) diizinkan pergerakan lokal dengan syarat tidak mengurangi fungsi 4) diizinkan secara terbatas pendirian bangunan dengan penetapan
pergerakan; garis sempadan bangunan minimal 2 meter dari jalan lingkungan
3) dilarang alih fungsi lahan berfungsi lindung di sepanjang jalan kolektor; skunder dan 4 meter dari jalan lingkungan primer;
4) diizinkan secara terbatas pendirian bangunan dengan penetapan garis 5) dilarang secara terbatas alih fungsi lahan berfungsi budidaya
sempadan bangunan minimal 5 (lima) meter dari jalan kolektor sekunder dengan syarat tidak mengurangi fungsi pergerakan; dan
dan 10 (sepuluh) meter dari jalan kolektor primer; 6) Setiap pembangunan yang menimbulkan bangkitan dan tarikan
5) diizinkan secara terbatas alih fungsi lahan budidaya di sepanjang jalan pada kawasan, perlu dilakukan kajian analisis dampak lalu lintas.
kolektor dengan syarat tidak mengurangi fungsi pergerakan antar pusat- e. Pemanfaatan ruang untuk sistem jaringan perkeretaapian dengan
pusat dalam wilayah; dan ketentuan :
6) setiap pembangunan yang menimbulkan bangkitan dan tarikan pada 1) diizinkan pemanfaatan ruang budidaya di sepanjang sisi jaringan
kawasan, perlu dilakukan kajian analisis dampak lalu lintas. jalur kereta apai di luar dari daerah milik jalur kereta api;
c. Pemanfaatan ruang di sepanjang jalan lokal disusun dengan ketentuan: 2) diizinkan pemanfaatan ruang di ruang pengawasan jalur kereta api
1) dizinkan untuk prasarana pergerakan antar pusat kegiatan skala dengan persyaratan tidak membahayakan operasi kereta api;
kabupaten; 3) diizinkan kegiatan atau pemanfaatan ruang yang dapat bersinergi
2) dizinkan pergerakan lokal dengan syarat tidak mengurangi fungsi dengan jaringan transportasi kereta api sesuai dengan persyaratan
pergerakan; yang berlaku;
3) dilarang alih fungsi kawasan lindung di sepanjang jalan lokal; 4) dilarang pemanffatan ruang lindung di sepanjang sisi jaringan jalur
4) diizinkan secara terbatas pendirian bangunan dengan penetapan garis kereta api di luar dari daerah milik jalur kereta api;
sempadan bangunan minimal 3 (tiga) meter dari jalan lokal sekunder dan 5) dilarang pemanfaatan lahan yang dapat mengganggu kepentingan
7 (tujuh) meter dari jalan lokal primer; operasi dan keselamatan transportasi perkeretaapian; dan
5) diizinkan secara terbatas alih fungsi lahan berfungsi budidaya dengan 6) dilarang pemanfaatan ruang yang peka terhadap dampak
syarat tidak mengurangi fungsi pergerakan; dan lingkungan akibat lalu laintas kereta api di sepanjang daerah
6) setiap pembangunan yang menimbulkan bangkitan dan tarikan pada pengawasan jalur kereta api.
kawasan, perlu dilakukan kajian analisis dampak lalu lintas. f. Pemanfaatan ruang untuk jaringan transportasi angkutan sungai, danau
d. Pemanfaatan ruang jalan di sepanjang jalan lingkungan disusun dengan dan penyeberangan dengan ketentuan :
ketentuan : 1) mengutamakan keselamatan dan keamanan pelayanan;
1) diizinkan untuk prasarana pergerakan antar pusat kegiatan skala 2) dilarang melakukan kegiatan di ruang udara bebas d atas perairan
kecamatan; yang berdampak pada keberadaan alur pelayaran sungai, danau
dan penyeberangan;

RENCANA TATA RUANG WILAYAH JEMBER


TAHUN 2015-2035
BAB VIII-7

3) dilarang melakukan kegiatan di bawah perairan yang berdampak pada 4. Arahan peraturan zonasi untuk sistem jaringan energi terdiri atas:
keberadaan alur pelayaran sungai, danau dan penyeberangan; dan a. diizinkan pengembangan pertanian dan perkebunan di zona
4) pembatasan pemanfaatan perairan yang berdampak pada keberadaan penyangga selama tidak mengganggu operasional dan
alur pelayaran sungai, danau dan penyeberangan. keselamatan sistem jaringan energi;
2. Arahan penentuan zonasi sistem jaringan transportasi laut dengan ketentuan : b. Dizinkan pengembangan perumahan, perdagangan dan jasa,
a. diizinkan pengembangan kegiatan yang menunjang operasionalisasi serta industri skala kecil dan sedang pada kawasan yang
transportasi laut berupa pelabuhan dan prasarana penunjang; berbatasan dengan zona penyangga;
b. diizinkan pengembangan kegiatan yang dapat memanfaatkan transportasi c. dilarang kegiatan yang beresiko menimbulkan gangguan
laut; terhadap kemanan dan operasional sistem jaringan energi; dan
c. dilarang kegiatan selain fasilitas pokok dan fasilitas penunjang di daerah d. Dilarang kegiatan permukiman sedang hingga padat, fasilitas
lingkungan kerja pelabuhan; penting dan aktivitas manusia lainnya dengan intensitas tinggi di
d. dilarang kegiatan yang mengganggu operasional kerja sistem transportasi sekitar zona penyangga.
laut; dan 5. Arahan peraturan zonasi untuk sistem jaringan telekomunikasi, dengan
e. dilarang kegiatan di ruang udara bebas di atas badan air yang berdampak ketentuan:
pada keberadaan jalur transportasi laut. a. pemanfaatan secara bersama pada satu menara BTS untuk beberapa
3. Arahan penentuan sistem jaringan transportasi udara, dengan ketentuan : operator telepon seluler dengan pengelolaan secara bersama sesuai
a. diizinkan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan bandara pada peraturan perundang-undangan;
kawasan sekitar bandara; b. pengembangan jaringan baru atau penggantian jaringan lama pada

b. dizinkan mendirikan, mengubah, atau melestarikan bangunan serta pusat sistem pusat kegiatan dan ruas-ruas jalan utama diarahkan

menanam atau memelihara pepohonan di dalam kawasan keselamatan dengan sistem jaringan bawah tanah atau jaringan tanpa kabel; dan

operasi penerbangan dengan syarat tidak boleh melebihi batas ketinggian c. penempatan menara telekomunikasi/menara harus memperhatikan

kawasan keselamatan operasi penerbangan; kemanan, keselamatan dan estetika lingkungan serta diarahkan

c. dilarang pengembangan kegiatan yang mengurangi fungsi keselamtan memanfaatkan menara secara terpadu pada lokasi-lokasi yang

pada kawasan keselamatan operasi penerbangan; dan dtentukan;

d. Setiap orang dilarang berada didaerah tertentu di bandar udara, membuat 6. Arahan peraturan zonasi sistem jaringan sumber daya air, dengan ketentuan:

halangan (obstacle) , dan/atau melakukan kegiatan lain di kawasan a. diizinkan konservasi pada kawasan sekitar sumber air dan jaringan

keselamatan operasi penerbangan yang dapat membahayakan distribusi air;

keselamatan dan keamanan penerbangan, kecuali memperoleh izin dari b. diizinkan pemanfaatan ruang budidaya non terbangun berupa
otoritas bandar udara. pertanian, perkebunan pada sekitar sumber air dan jaringan tanpa
mengurangi fungsi penyediaan air dan sistem distribusi air;
c. diizinkan pengembangan perumahan, perdagangan dan jasa, serta
industri kecil dan sedang pada kawasan di luar dari zona penyangga;

RENCANA TATA RUANG WILAYAH JEMBER


TAHUN 2015-2035
BAB VIII-8

d. dilarang semua pemanfaatan selain lindung pada kawasan inti; dan 4) dilarang memanfaatkan saluran drainase untuk pembuangan
e. dilarang pemanfaatan lahan yang mengganggu fungsi fasilitas dan jaringan sampah, air limbah atau material padat lainnya yang dapat
sumber daya air yang berakibat pada terganggunya penyediaan air dan mengurangi kapasitas dan fungsi saluran; dan
pengendalian daya rusak air. 5) tidak diizinkan membangun pada kawasan resapan air dan
7. Arahan peraturan zonasi sistem jaringan prasarana lingkungan, terdiri atas : tangkapan air hujan.
a. Arahan peratuan zonasi sistem jaringan persampahan, dengan ketentuan : d. Arahan peratuan zonasi sistem jaringan air minum, dengan ketentuan :
1) diizinkan bangunan fasilitas pengolahan sampah berupa kantor 1) dizinkan mendirikan bangunan untuk mendukung jaringan sumber
pengelola, gudang/garasi kendaraan pengangkut dan alat-alat berat, pos air minum;
keamanan, bangunan TPA, TPS, TPST, tempat mesin pengolah sampah 2) pemanfaatan sumber air untuk kebutuhan air minum wajib
seperti genset dan incenerator serta bangunan lain yang mendukung memperhatikan kelestarian lingkungan;
pengolahan sampah; 3) pembangunan dan pemasangan jaringan primer, sekunder dan
2) pembangunan fasilitas pengolahan sampah wajib memperhatikan sambungan rumah (SR) yang melintasi tanah milik perorangan
kelestarian lingkungan, kesehatan masyarakat estetika dan sesuai wajib dilengkapi pernyataan tidak keberatan dari pemilik tanah; dan
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku; dan 4) dilarang pembangunan instalasi pengolahan air minum dibangun
3) pengelolaan dan pemanfaatan sampah rumah tangga untuk langsung pada sumber air baku;
meningkatkan perekonomian masyarakat. e. Arahan peratuan zonasi jalur dan ruang evakuasi bencana, dengan
b. Arahan peraturan zonasi sistem jaringan pengolahan limbah, dengan ketentuan :
ketentuan : 1) mempertahankan kawasan aman dari bencana sebagai ruang
1) diizinkan mendirikan bangunan untuk mendukung jaringan pengolahan evakuasi;
limbah; 2) menyiapkan jalur evakuasi pada kawasan rawan bencana alam; dan
2) diiwajibkan membangun sistem pengelolaan limbah sesuai dengan 3) menyiapkan tempat penampungan sementara korban bencana.
peraturan perundang-undangan;
8.2 INDIKASI ARAHAN PERATURAN ZONASI
c. Arahan peratuan zonasi sistem jaringan drainase, dengan ketentuan :
Pada penyusunan RTRW Kabupaten Jember Tahun 2011-2031, indikasi
1) diperbolehkan mendirikan bangunan untuk mendukung jaringan drainase;
arahan peraturan zonasi didasarkan pada Undang-Undang Penatan Ruang No. 26
2) pengembangan kawasan terbangun yang didalamnya terdapat jaringan
tahun 2007. Adapun isi peraturan zonasi sesuai adalah sebagai berikut:
drainase wajib dipertahankan secara fisik maupun fungsional dengan
1. Peraturan zonasi disusun sebagai pedoman pengendalian pemanfaatan ruang;
ketentuan tidak mengurangi dimensi saluran serta tidak menutup
2. Peraturan zonasi disusun berdasarkan rencana rinci tata ruang untuk setiap
sebagian atau keseluruhan ruas saluran yang ada;
zona pemanfaatan ruang;
3) setiap pembangunan wajib menyediakan jaringan drainase lingkungan
3. Peraturan zonasi ditetapkan dengan:
dan/atau sumur resapan yang terintegrasi dengan sistem drainase
a. Peraturan pemerintah untuk arahan peraturan zonasi sistem nasional;
sekitarnya sesuai ketentuan teknis yang berlaku;

RENCANA TATA RUANG WILAYAH JEMBER


TAHUN 2015-2035
BAB VIII-9

b. Peraturan daerah provinsi untuk arahan peraturan zonasi sistem provinsi, dan e. diizinakan pemanfaatan kawasan untuk jasa lingkunan dan hasil hutan non
c. Peraturan daerah kabupaten/kota untuk peraturan zonasi. kayu yang tidak mengganggu fungsi alam dan tidak mengubah bentang
Penegasan tentang peraturan zonasi, dinyatakan sebagai berikut ini : alam serta ekosistem alam;
f. dizinkan percepatan rehabilitasi hutan lindung dengan tanaman sesuai
Peraturan zonasi merupakan ketentuan yang mengatur pemanfaatan ruang dan
dengan fungsi lindung;
unsur-unsur pengendalian yang disusun untuk setiap zona peruntukan (sarana
g. penerapan ketentuan-ketentuan untuk mengembalikan fungsi lindung
prasarana, kawasan lindung dan budidaya, kawasan strategis dan ruang terbuka hijau)
kawasan yang telah terganggu fungsi lindungnya secara bertahap dan
sesuai dengan rencana rinci tata ruang Kabupaten Jember yaitu meliputi rencana struktur
berkelanjutan sehingga dapat mempertahankan keberadaan kawasan
ruang Kabupaten Jember, rencana
hutan lindung untuk kepentingan hidrologis; dan
1. pola ruang wilayah, dan penetapan kawasan strategis di Kabupaten Jember.
h. melakukan program pembinaan, penyuluhan kepada masyarakat dalam
2. peraturan zonasi berisi ketentuan yang harus, boleh dan tidak boleh dilaksanakan
upaya pelestarian kawasan lindung dan kawasan rawan bencana.
pada zona pemanfaatan ruang yang dapat terdiri atas amplop ruang (koefiesien
dasar ruang hijau, koefisien dasar bangunan, koefisien lantai bangunan dan garis 2. Arahan peraturan zonasi untuk kawasan yang memberikan perlindungan
sempadan bangunan), penyediaan sarana prasarana, serta ketentuan lain yang terhadap kawasan bawahannya meliputi:
dibutuhkan untuk mewujudkan ruang yang aman, nyaman, produktif dan a. Penyediaan sumur resapan dan/atau waduk pada lahan terbangun yang
berkelanjutan. sudah ada;
Ketentuan lain yang dibutuhkan antara lain ketentuan pemanfaatan ruang yang b. Diizinkan dengan syarat terbatas untuk kegiatan budidaya tidak terbangun
yang memiliki kemampuan tinggi dalam menahan limpasan air hujan;
terkait dengan keselamatan penerbangan, pembangunan pemancar alat komunikasi dan
c. Dilarang untuk seluruh jenis kegiatan yang mengganggu fungsi resapan air;
pembangunan jaringan listrik bertegangan tinggi.
d. Pemanfaatan ruang kawasan penyangga hutan lindung hanya
8.3 ARAHAN PERATURAN ZONASI POLA RUANG diperbolehkan dengan syarat bagi penduduk setempat dengan luasan
tetap, tidak mengurangi fungsi lindung kawasan, dan di bawah pengawasan
A. Kawasan Lindung ketat;
e. Setiap kegiatan yang dilakukan di dalam kawasan lindung yang dikelola
1. Arahan peraturan zonasi untuk hutan lindung, dengan ketentuan:
oleh masyarakat harus mengikuti kaidah-kaidah perlindungan dan kaidah-
a. Melakukan pengawasan dan pemantauan untuk pelestarian kawasan hutan
kaidah konservasi;
lindung; f. Pemanfaatan tanah dalam kawasan lindung yang dikelola oleh masyarakat
b. dilarang melakukan berbagai usaha dan/atau kegiatan kecuali berbagai usaha hanya dapat dipergunakan untuk kepentingan pendidikan, penelitian,
dan/atau kegiatan penunjang kawasan lindung yang tidak mengganggu fungsi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta ekowisata sepanjang
alam dan tidak mengubah bentang alam serta ekosistem alam; tidak mengganggu fungsi lindung dan bentang alam; dan
g. Penggunaan dan pemanfaatan tanah di kawasan lindung yang dikelola oleh
c. dilarang melakukan alih fungsi hutan lindung;
masyarakat harus sesuai dengan fungsi kawasan dan tidak boleh
d. diizinkan penggunaan hutan lindung untuk kepentingan pembangunan di luar
mengganggu fungsi alam, tidak mengubah bentang alam dan ekosistem
kegiatan kehutanan dengan syarat untuk kegiatan yang mempunyai tujuan alami.
strategis nasional sebagaimana diatur dalam ketentuan peraturan perundangan;

RENCANA TATA RUANG WILAYAH JEMBER


TAHUN 2015-2035
BAB VIII-10

3. Arahan peraturan zonasi untuk kawasan perlindungan setempat b. Arahan peraturan zonasi untuk kawasan sempadan waduk dengan ketentuan:
a. Arahan peraturan zonasi untuk kawasan sempadan sungai, dengan ketentuan: 1) diizinkan untuk budidaya perikanan, hutan produksi, pertanian, serta
1) diizinakan untuk budidaya perikanan, hutan produksi, pertanian, serta perkebunan dengan jenis tanaman yang dizinkan antara lain tanaman
perkebunan dengan jenis tanaman antara lain tanaman keras, perdu, tanaman keras, perdu, dan tanaman pelindung;
pelindung sungai; 2) diizinkan untuk pemasangan papan reklame, papan penyuluhan dan
2) diizinkan untuk pemasangan papan reklame, papan penyuluhan dan peringatan, peringatan, serta rambu-rambu pekerjaan/pengamanan;
serta rambu-rambu pekerjaan/pengamanan; 3) diizinkan kegiatan budidaya yang terkait dengan keberadaan waduk antara
3) diizinkan untuk pemasangan rentangan kabel listrik, kabel telepon, dan pipa air lain pengolahan ikan, pelabuhan, pariwisata dan lainnya selama tidak
minum; mengganggu kualitas tata air;
4) diizinkan untuk pemasangan tiang atau pondasi prasarana jalan/jembatan baik 4) dilarang kegiatan dan pemanfaatan lahan yang mengganggukonservasi
umum maupun kereta api; waduk;
5) diizinkan untuk pembangunan prasarana lalu lintas air dan bangunan 5) pemanfaatan sempadan waduk untuk ruang terbuka hijau;
pengambilan dan pembuangan air; 6) ketentuan pelarangan pendirian bangunan kecuali bangunan yang
6) diizinkan kegiatan bangunan untuk menunjang pengelolaan sungai seperti dimaksudkan untuk pengelolaan badan air dan/atau pemanfaatan air;
pengontrol debet dan kualitas air ; 7) pendirian bangunan dibatasi hanya untuk menunjang fungsi taman
7) diizinkan kegiatan pertambangan bahan galian golongan C dan golongan rekreasi dan/atau joging track tepi waduk secara menarik; dan
lainnya di sungai dengan sayarat tidak mengganggu fungsi konservasi dan 8) penetapan lebar sempadan waduk sesuai dengan ketentuan peraturan
kegiatan budidaya lainnya; perundang-undangan.
8) diizinkan kegiatan/ bangunan penunjang pariwisata dengan memperhatikan c. Arahan peraturan zonasi untuk kawasan ruang terbuka hijau untuk kawasan
prinsip-prinsip konservasi; perkotaan dengan ketentuan:
9) dilarang pendirian bangunan yang tidak berhubungan secara langsung dengan 1) Diizinkan pemanfaatan ruang untuk kegiatan rekreasi;
fungsi sungai; 2) Penerapan konsep taman kota pada lokasi yang potensial untuk menjaga
10) dilarang kegiatan budidaya yang berpotensi mencemari sungai dan kualitas ruang dan estetika lingkungan;
3) Penyediaan RTH agar mencapai 30% (tiga puluh persen);
mengganggu fungsi sungai;
4) Pendirian bangunan dibatasi hanya untuk bangunan penunjang kegiatan
11) pemanfaatan sungai untuk ruang terbuka hijau;
rekreasi dan fasilitas umum lainnya;
12) ketentuan pelarangan pendirian bangunan kecuali bangunan yang 5) Rencana pengelolaan RTH sepanjang perbatasan wilayah kabupaten
dimaksudkan untuk pengelolaan badan air dan/atau pemanfaatan air; adalah minimum 50 (lima puluh) meter dari garis batas wilayah, kecuali
13) pendirian bangunan dibatasi hanya untuk menunjang fungsi taman rekreasi pada kawasan perbatasan yang sudah padat bangunan-bangunan
dan/atau joging track tepi sungai secara menarik; mengacu pada rencana pola ruang;
6) Diizinkan dengan syarat pengelolaan ruang terbuka atau ruang bebas
14) penetapan lebar sempadan sungai sesuai dengan ketentuan peraturan
sepanjang jalur instalasi listrik tegangan tinggi dengan mengacu pada
perundang-undangan.
ketentuan yang berlaku ; dan
7) Dilarang seluruh kegiatan yang bersifat alih fungsi RTH.

RENCANA TATA RUANG WILAYAH JEMBER


TAHUN 2015-2035
BAB VIII-11

d. Arahan peraturan zonasi untuk kawasan sempadan pantai, dengan ketentuan : 4. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan suaka alam, pelestarian
1) Diizinkan penanaman tanaman hutan bakau di pantai yang landai dan berlumpur alam dan cagar budaya terdiri atas:
atau tanaman keras pada pantai yang terjal/bertebing curam serta aktivitas a. Arahan peraturan zonasi suaka margasatwa, dengan ketentuan :
konservasi lainnya; 1) Diizinkan pengembangan kegiatan wisata alam dan fasilitas
2) Diizinkan pembangunan bangunan pelindung atau pengaman pantai antara lain :
penunjangnya secara terbatas pada blok rimba atau zona pemanfaatan
tanggul-tanggul pantai/cerucuk pantai/pemecah gelombang sebagai pengaman
dan kawasan penyangga;
wilayah daratan dari pengaruh negatif dinamika laut;
3) Diizinkan pemanfaatan ruang sempadan pantai untuk pemenuhan kebutuhan 2) Diizinkan kegiatan budidaya berupa permukiman penduduk yang telah
jalan dan infrastruktur penting lainnya; ada dengan metode enclave;
4) Diizinkan pemanfaatan ruang yang mendukung fungsi konservasi seperti ruang 3) Dilarang pemanfaatan pada blok inti bagi kegiatan selain penelitian dan
terbuka hijau; pengembangan ilmu pengetahuan; dan
5) Diizinkan kegiatan budidaya terbatas dengan syarat tidak mengganggu fungsi
4) Pelarangan kegiatan yang dapat mengurangi daya dukung dan daya
lindung kawasan setempat dan disertai dengan kegiatan pengawasan dan
tampung lingkungan serta dapat merubah bentang alam dan ekosistem.
penertiban pemanfaatan ruang;
6) Dilarang kegiatan budidaya yang mengganggu bentang alam, berdampak negatif b. Arahan peraturan zonasi cagar alam, dengan ketentuan :
terhadap fungsi pantai, dan mengganggu akses terhadap kawasan sempadan 1) Diizinkan pemanfaatan ruang hanya untuk penelitian dan ilmu
pantai; dan pengetahuan;
7) Dilarang semua kegiatan yang mengancam fungsi konservasi pada pantai. 2) Diizinkan pengembangan kegiatan wisata alam secara terbatas;
e. Arahan peraturan zonasi untuk kawasan sekitar mata air dengan ketentuan: 3) Dilarang memasukkan jenis tumbuhan dan satwa yang bukan asli ke
1) Diizinkan untuk budidaya perikanan, hutan produksi, pertanian, serta perkebunan kawasan yang merusak kekhasan potensi sebagai pembentuk
dengan jenis tanaman yang diizinkan antara lain : tanaman keras, perdu, dan ekosistem;
tanaman pelindung; 4) Dilarang adanya perubahan bentang alam kawasan yang menggangu
2) Diizinkan untuk pemasangan papan reklame, papan penyuluhan dan peringatan, kehidupan tumbuhan dan satwa;
serta rambu-rambu pekerjaan/pengamanan; 5) Dilarang melakukan kegiatan yang dapat mengurangi daya dukung dan
3) Diizinkan kegiatan budidaya yang terkait dengan keberadaaan waduk antara lain : daya tampung lingkungan; dan
pengolahan ikan, pelabuhan, pariwisata dan lainnya selama tidak mengganggu 6) Dilarang adanya kegiatan yang berpotensi mengganggu kelestarian dan
kualitas tata air; kekhasan obyek perlindungan.
4) Dilarang kegiatan dan pemanfaatan lahan yang mengganggu konservasi sekitar c. Arahan peraturan zonasi taman nasional, dengan ketentuan :
mata air; 1) Diizinkan pemanfataan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan,
5) Pemanfaatan sempadan mata air untuk ruang terbuka hijau; pendidikan, penunjang budidaya, serta pariwisata dengan syarat
6) Ketentuan pelarangan pendirian bangunan kecuali bangunan yang dimaksudkan perlindungan keanekaragaman (biodiversity) dan ekosistemnya;
untuk pengelolaan badan air dan/atau pemanfaatan air; dan 2) Diizinkan pemanfaatan lahan untuk lokasi evakuasi bencana;
7) Penetapan lebar sempadan mata air sesuai dengan ketentuan peraturan 3) Diizinkan penggunaan kawasan taman nasional tanpa mengubah fungsi
perundang-undangan. pokok kawasan taman nasional;

RENCANA TATA RUANG WILAYAH JEMBER


TAHUN 2015-2035
BAB VIII-12

4) Dilarang kegiatan yang berpotensi mengurangi fungsi dan luas kawasan b. Arahan peraturan zonasi kawasan rawan letusan gunung berapi, dengan
taman nasional serta kelestarian lingkungan hidup; dan ketentuan :
5) Pemanfaatan ruang kawasan untuk kegiatan budidaya hanya diizinkan bagi 1) Pengembangan sistem informasi deteksi dini letusan gunung berapi;
2) Pemanfaatan ruang dengan mempertimbangkan karakteristik, jenis
penduduk setempat di zona penyangga dengan luasan tetap, tidak
dan ancaman bencana gunung berapi;
mengurangi fungsi lindung kawasan, dan di bawah pengawasan ketat.
3) Dilarang aktivitas permukiman dan pembangunan prasarana utama di
d. Arahan peraturan zonasi untuk Taman Wisata dengan ketentuan: kawasan rawan bencana di zona perlindungan mutlak; dan
1) Diizinkan untuk wisata alam, penelitian dan pengembangan ilmu 4) Dilarang mengembangkan kegiatan budidaya yang bersifat permanen
pengetahuan dengan syarat tidak merubah bentang alam; pada kawasan terkena dampak letusan gunung berapi.
2) Diizinkan pemanfaatan lahan untuk lokasi evakuasi bencana; c. Arahan peraturan zonasi kawasan rawan angin kencang dan puting
3) Diizinkan bangunan penunjang pariwisata dan fasilitas pendukung secara beliung, dengan ketentuan :
terbatas; 1) Pengembangan sistem informasi deteksi dini letusan gunung berapi;
4) dilarang kegiatan yang tidak sesuai dengan fungsi lindung dan fungsi zona 2) Pemanfaatan ruang dengan mempertimbangkan karakteristik, jenis
pemanfaatan dari taman wisata alam; dan dan ancaman bencana gunung berapi;
5) Dilarang kegiatan yang dapat mengakibatkan perubahan dan perusakan 3) Dilarang aktivitas permukiman dan pembangunan prasarana utama di
terhadap keutuhan kawasan dan ekosistem. kawasan rawan bencana di zona perlindungan mutlak; dan
e. Arahan peraturan zonasi kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan, dengan 4) Dilarang mengembangkan kegiatan budidaya yang bersifat permanen
ketentuan : pada kawasan terkena dampak letusan gunung berapi.
1) Diizinkan pemanfaatan dan pendirian bangunan untuk kegiatan pendidikan, d. Arahan peraturan zonasi kawasan rawan tsunami, dengan ketentuan :
penelitian, dan wisata; 1) Diizinkan kegiatan konservasi mangrove sebagai sistem barier alamiah
2) Dilarang kegiatan yang mengubah bentukan geologi tertentu yang terhadap abrasi dan penahan gelombang;
mempunyai manfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan; 2) Diizinkan pembangunan bangunan pelindung atau pengaman pantai
3) Dilarang kegiatan yang mengganggu atau merusak kekayaan budaya dan antara lain : tanggul-tanggul pantai/cerucuk pantai/pemecah
upaya pelestariannya; dan
gelombang sebagai pengaman wilayah daratan dari pengaruh negatif
4) Dilarang melakukan kegiatan yang mengganggu kelestarian lingkungan di
dinamika laut;
sekitar peninggalan sejarah, bangunan arkeologi, monumen nasional, serta
wilayah dengan bentukan geologi tertentu. 3) Diizinkan kegiatan budidaya perikanan;
5. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan rawan bencana alam dengan 4) Diizinkan secara terbatas pemanfaatan ruang/kegiatan pada kawasan
ketentuan: yang beresiko mengalami bencana air pasang;
a. Arahan peraturan zonasi kawasan rawan tanah longsor, dengan ketentuan : 5) Dilarang seluruh kegiatan yang meningkatkan dampak bencana air
1) Diizinkan kegiatan kehutanan, perkebunan, dan pertanian yang tidak pasang; dan
menambah resiko terjadi tanah longsor; 6) Dilarang merubah fungsi konservasi mangrove.
2) Diizinkan bangunan dan kegiatan untuk kepentingan pemantauan bencana e. Arahan peraturan zonasi kawasan rawan banjir, dengan ketentuan :
dan kepentingan umum; 1) Diizinkan pengembangan kegiatan berupa hutan, perkebunan,
3) Dilarang membangun prasarana wilayah melintasi kawasan rawan bencana
pertanian, peternakan dan perikanan;
tanah longsor; dan
4) Dilarang seluruh kegiatan berupa kawasan terbangun.

RENCANA TATA RUANG WILAYAH JEMBER


TAHUN 2015-2035
BAB VIII-13

2) Diizinkan pembangunan sarana dan prasarana untuk kepentingan 5) Dilarang mengembangkan kegiatan budidaya yang bersifat permanen
pemantauan bencana dan kepentingan mitigasi bencana khususnya di pada kawasan terkena dampak letusan gunung berapi;
wilayah perkotaan yang luas dan pada antara lain sistem peringatan dini, 6) Pemanfaatan ruang dengan mempertimbangkan karakteristik, jenis, dan
ancaman bencana; dan
pembuatan sumur resapan, saluran pengendali banjir dan lainnya;
7) Pembatasan pendirian bangunan kecuali untuk kepentingan pemantauan
3) Diizinkan bangunan pendukung pengembangan peternakan dan perikanan
ancaman bencana dan kepentingan umum.
dengan intensitas rendah; c. Arahan peraturan zonasi imbuhan air, dengan ketentuan :
4) Diizinkan pengembangan permukiman dengan turut serta memperhatikan 1) Diizinkan pemanfaatan ruang secara terbatas untuk kegiatan budidaya
sistem drainase sebagai upaya penanggulangan banjir; tidak terbangun yang memiliki kemampuan tinggi dalam menahan
5) Diizinkan pembangunan infrastruktur yang tidak terganggu oleh bencana limpasan air hujan;
banjir dan tidak meningkatkan resiko banjir; dan 2) Penyediaan sumur resapan dan/atau waduk pada lahan terbangun yang
sudah ada.
6) Dilarang kegiatan dan penggunaan lahan yang meningkatkan resiko
bencana banjir.
B. Kawasan Budi Daya
f. Arahan peraturan zonasi kawasan rawan gempa bumi, dengan ketentuan :
1. Arahan peraturan zonasi pada kawasan peruntukan hutan produksi dengan
1) Pengembangan sistem informasi deteksi dini gempa bumi; dan
2) Diizinkan pengembangan pemanfataan lahan terbangun yang dilengkapi ketentuan:
dengan struktur yang tahan terhadap resiko bencana di kawasan rawan a. Diizinkan pengembangan hutan produksi secara optimal dengan tetap
gempa bumi; mempertahankan fungsi dan kelestarian lahan;
6. Arahan peraturan zonasi kawasan lindung geologi b. Diizinkan peningkatan produktivitas hutan produksi dengan
a. Arahan peraturan zonasi kawasan cagar alam geologi, dengan ketentuan : memprioritaskan jenis komoditas yang didasarkan pada kesesuaian
lahan;
1) iizinkan kegiatan yang dapat membantu perlindungan di lokasi cagar alam
c. Diizinkan melakukan kegiatan produksi nonkehutanan dengan pola
geologi;
kemitraan dengan masyarakat setempat sepanjang tidak mengganggu
2) diizinkan pemanfaatan ruang hanya untuk penelitian dan ilmu pengetahuan;
fungsi kawasan;
3) diizinkan pemanfaatan untuk pariwisata tanpa mengubah bentang alam;
d. Diizinkan pemanfaatan secara terbatas untuk wisata alam berbasis
4) dilarang kegiatan pemanfaatan batuan; dan
ekowisata, penelitian dan pendidikan;
5) diizinkan kegiatan penggalian untuk penelitian arkeologi dan geologi.
e. Melaksanakan kegiatan reboisasi atau penghijauan dan rehabilitasi hutan;
b. Arahan peraturan zonasi rawan bencana geologi, dengan ketentuan :
f. Diizinkan secara terbatas pendirian bangunan hanya untuk menunjang
1) Pengembangan sistem informasi deteksi dini bencana alam geologi;
kegiatan pemanfaatan hasil hutan;
2) Diizinkan kegiatan permukiman terbatas yang dilengkapi dengan jalur
g. Dilarang melakukan kegiatan pengembangan budidaya lainnya yang
evakuasi pada kawasan letusan gunung api, gempa bumi, dan tsunami;
mengurangi luas hutan; dan
3) Diizinkan pengembangan pemanfataan lahan terbangun yang dilengkapi
h. Dilarang melakukan kegiatan eksploitasi hutan produksi yang beresiko
dengan struktur yang tahan terhadap resiko bencana di kawasan rawan
merusak kelestarian hayati serta berdampak pada penurunan daya
gempa bumi;
dukung lingkungan hidup dan menimbulkan bencana.
4) Diizinkan pengembangan pemanfaatan lahan terbangun dengan jarak aman
2. Arahan peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan hutan rakyat dengan
tertentu dari bibir pantai pada kawasan rawan tsunami;
ketentuan:

RENCANA TATA RUANG WILAYAH JEMBER


TAHUN 2015-2035
BAB VIII-14

a. Diizinkan pengembangan hutan rakyat secara optimal dengan tetap b. Diizinkan pemanfaatan ruang untuk kegiatan pertanian non irigasi tanpa
mempertahankan fungsi dan kelestarian lahan; mengganggu produktivitas perkebunan;
b. Diizinkan peningkatan produktivitas hutan rakyat dengan memprioritaskan jenis c. Diizinkan aktivitas pendukung perkebunan, misalnya penyelenggaraan
komoditas yang didasarkan pada kesesuaian lahan; aktivitas pembenihan;
c. Dilarang melakukan kegiatan eksploitasi hutan rakyat yang beresiko merusak d. Diizinkan secara terbatas kegiatan penunjang perkebunan, wisata alam
kelestarian hayati serta berdampak pada penurunan daya dukung lingkungan berbasis ekowisata, penelitian dan pendidikan;
hidup dan menimbulkan bencana; dan e. Diizinkan pengembangan luas areal pada lahan-lahan yang memiliki
d. Diizinkan kegiatan pengembangan fungsi budidaya yang mendukung kegiatan potensi/ kesesuaian lahan sebagai lahan perkebunan;
di kawasan hutan rakyat dan pengembangan kegiatan budidaya yang f. Dilarang aktivitas budidaya yang mengurangi atau merusak fungsi lahan dan
mendukung fungsi lindung; kualitas tanah untuk perkebunan dan/atau memiliki potensi pencemaran;
3. Arahan peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan pertanian terdiri dari : dan
pertanian lahan basah, pertanian lahan kering dan pertanian hortikultura. g. Dilarang pengembangan kawasan terbangun pada lahan yang ditetapkan
Arahan peraturan zonasi untuk kawasan pertanian lahan basah, lahan kering dan sebagai lahan perkebunan yang produktivitasnya tinggi.
5. Arahan peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan kegiatan peternakan
hortikultura, dengan ketentuan:
dengan ketentuan:
a. Diizinkan pemanfaatan ruang untuk permukiman perdesaan dengan kepadatan
rendah terutama pada kawasan pertanian lahan kering; a. Pemanfaatan ruang untuk usaha tani baik berbasis tanaman pangan,
b. Diizinkan pemanfaatan ruang untuk kegiatan perkebunan tanaman tahunan hortikultura, perkebunan, maupun perikanan tanpa mengganggu
tanpa mengganggu sistem ketahanan pangan; produktivitas peternakan;
c. Diizinkan secara terbatas kegiatan penunjang pertanian, wisata alam berbasis b. Piizinkan secara terbatas kegiatan penunjang peternakan, wisata alam
ekowisata, penelitian dan pendidikan; berbasis ekowisata, penelitian dan pendidikan;
d. Diizinkan pengembangan kegiatan agroindustri, agrowisata dan/atau agropolitan c. Diizinkan mendirikan bangunan untuk mendukung sarana peternakan;
berbasis pada potensi lokal; d. Pengembangan aktivitas budidaya produksi lain di luar zona penyangga
e. Dilarang adanya aktivitas budidaya yang mengurangi luas kawasan pertanian peruntukan peternakan;
lahan basah dan/atau memutus jaringan irigasi, kecuali untuk pembangunan e. Dilarang adanya aktivitas maupun kawasan terbangun yang mengganggu
jaringan prasarana utama dan kepentingan umum sesuai peraturan perundang- produktivitas peternakan.
undangan; f. Pengendalian limbah ternak melalui sistem pengelolaan limbah terpadu.
f. Dilarang aktivitas budidaya yang mengurangi atau merusak fungsi lahan dan 6. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan kegiatan
kualitas tanah untuk pertanian; perikanan dengan ketentuan:
g. Dilarang mengalihfungsikan lahan pertanian pangan berkelanjutan selain untuk a. Diizinkan pengembangan kawasan perikanan secara bersama-sama
kegiatan pertanian; dan dengan fungsi wisata berbasis ekowisata, penelitian dan pendidikan;
h. Dilarang mendirikan bangunan pada kawasan pertanian lahan basah yang b. Diizinkan pengembangan sarana dan prasarana yang bersifat mendukung
terkena jaringan irigasi. kegiatan perikanan;
4. Arahan peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan perkebunan dengan ketentuan: c. Dilarang segala aktivitas budidaya yang akan mengganggu kualitas air
a. Diizinkan pemanfaatan ruang untuk permukiman perdesaan dengan kepadatan sungai dan waduk dan pelestarian sumberdaya perikanan untuk perikanan
rendah; darat;
d. Dilarang pemanfaatan sumberdaya perikanan melebihi potensi lestari; dan

RENCANA TATA RUANG WILAYAH JEMBER


TAHUN 2015-2035
BAB VIII-15

e. Dilarang kegiatan pemanfaatan kawasan perikanan yang mengakibatkan f. Dilarang pengembangan aktivitas industri dan pertambangan yang
pencemaran lingkungan dan kerusakan lingkungan lainnya mengganggu fungsi daya tarik wisata.
7. Arahan peraturan zonasi kawasan peruntukan pertambangan, dengan ketentuan : g. Diizinkan pengembangan obyek dan daya tarik wisata dengan tetap
a. Diizinkan pemanfaatan ruang langsung panas bumi dalam daerah kabupaten memperhatikan fungsi konservasi kawasan;
b. Di kawasan pertambangan harus sesuai dengan fungsi pokok dari kegiatan h. Diizinkan pengembangan kawasan agrowisata untuk memberikan
pertambangan; keberagaman obyek wisata di daerah, dengan fasilitas pendukung dan
c. Pembangunan sarana prasarana penunjang kegiatan pertambangan; akomodasi; dan
d. Pengendalian pemanfaatan ruang untuk kegiatan pertambangan di kawasan i. Perlindungan terhadap cagar budaya.
rawan bencana, hutan lindung, sekitar sumber air, lereng curam dan 9. Arahan peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan industri dengan
permukiman; ketentuan:
e. Diwajibkan melengkapi perijinan sesuai ketentuan peraturan perundangan yang a. Diizinkan mengembangkan aktivitas budidaya produktif lain di luar zona
berlaku; penyangga peruntukan industri;
f. Wajib melaksanakan reklamasi pada lahan-lahan bekas galian atau b. Diizinkan pemanfaatan ruang untuk kegiatan industri yang sesuai dengan
penambangan; kemampuan penggunaan teknologi, potensi sumber daya alam dan
g. Kegiatan pertambangan dilakukan dengan mempertimbangkan potensi bahan sumber daya manusia di wilayah sekitarnya;
tambang, kondisi geologi dan geohidrologi dalam kaitannya dengan kelestarian c. Diizinkan penyediaan ruang untuk zona penyangga berupa sabuk hijau
lingkungan; dan RTH;
h. Kewajiban melakukan pengelolaan lingkungan selama kegiatan penambangan; d. Diizinkan pembangunan perumahan karyawan dan fasilitas umum di
i. Dilarang menambang bongkah-bongkah batu dari dalam sungai yang terletak di sekitar lokasi kawasan peruntukan industri yang mendukung kegiatan
bagian hulu dan di dekat jembatan; industri;
j. Penambangan pasir atau sirtu hanya diizinkan pada ruas atau lokasi tertentu e. Diwajibkan penyelenggaraan IPAL;
yang tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan; dan f. Dilarang pengembangan kawasan peruntukan industri yang tidak disertai
k. Kegiatan pertambangan harus sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan. dengan upaya-upaya mengurangi dampak buruk aktivitas perindustrian;
8. Arahan peraturan zonasi kawasan peruntukan pariwisata, dengan ketentuan : dan
a. Diizinkan pengembangan aktivitas dan bangunan komersial sesuai dengan skala g. Pengembangan sentra industri yang berbasis pada potensi lokal.
daya tarik pariwisata dengan syarat di luar zona utama pariwisata dan tidak 10. Arahan peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan pariwisata dengan
mengganggu bentang alam daya tarik pariwisata;
ketentuan:
b. Diizinkan secara terbatas pengembangan aktivitas permukiman dengan syarat di
a. Diizinkan pengembangan perdagangan dan jasa lainnya dengan syarat
luar zona utama pariwisata dan tidak mengganggu bentang alam daya tarik
sesuai dengan skalanya;
pariwisata;
b. Pengembangan fasilitas umum, fasilitas sosial dan lahan hijau sesuai
c. Diizinkan secara terbatas pengembangan bangunan penunjang pendidikan dan
dengan skalanya;
pelatihan;
c. Diizinkan pengembangan pada lahan yang sesuai dengan kriteria fisik
d. Dilarang kegiatan dan penggunaan lahan yang mengganggu dan mengurangi
meliputi kemiringan lereng, ketersediaan dan mutu sumber air bersih; dan
kualitas daya tarik wisata;
bebas dari potensi banjir atau genangan.
e. Dilarang mendirikan bangunan selain untuk menunjang pariwisata pada zona inti
d. Diizinkan pengembangan kegiatan industri rumah tangga pada kawasan
pariwisata; dan
peruntukan permukiman dengan syarat tidak menimbulkan dampak sosial
dan lingkungan; dan

RENCANA TATA RUANG WILAYAH JEMBER


TAHUN 2015-2035
BAB VIII-16

e. Diizinkan pemanfaatan lahan-lahan tidur untuk kawasan peruntukan 1. Arahan peraturan zonasi pada kawasan strategis sesuai kepentingan
permukiman. pertumbuhan ekonomi dengan ketentuan:
11. Arahan peraturan zonasi kawasan peruntukan lainnya a. Diizinkan pembangunan sarana dan prasarana penunjang;
a. Arahan peraturan zonasi untuk kawasan pertahanan keamanan dengan b. Diizinkan seminimal mungkin adanya perubahan fungsi ruang untuk
ketentuan: mendukung kawasan strategis pertumbuhan ekonomi dengan
a. Diizinkan pengembangan aktivitas pertahanan dan keamanan; memperhatikan fungsi lingkungan hidup; dan
b. Diizinkan pengembangan fasilitas umum dan fasilitas sosial sebagai c. Diwajibkan menyediakan ruang terbuka hijau yang memadai di setiap zona.
pendukung kegiatan pertahanan dan keamanan; 2. Ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan strategis sesuai kepentingan
c. Diizinkan pembatasan pendirian bangunan hanya untuk menunjang pendayagunaan sumber daya alam dan teknologi tinggi dengan ketentuan;
pertahanan dan kemanan; dan a. Diizinkan kegiatan penunjang selama tidak mengganggu fungsi kegiatan
d. Dilarang segala aktivitas budidaya yang akan mengganggu aktivitas utama dan mengganggu fungsi lingkungan hidup; dan
pertahanan dan keamanan. b. Diizinkan pembuatan kegiatan penyangga lingkungan pada kegiatan utama.
b. Arahan peraturan zonasi untuk kawasan perdagangan dan jasa dengan 3. Arahan peraturan zonasi pada kawasan strategis sesuai kepentingan sosial
ketentuan: budaya dengan ketentuan:
1) Diizinkan pengembangan kegiatan perdagangan dan jasa sesuai dengan a. Diizinkan dengan syarat pada radius tertentu harus dilindungi dari
jenis dan skala usaha serta zona peruntukannya; perubahan fungsi yang tidak mendukung kawasan strategis sosial budaya;
2) Diizinkan mengembangkan Usaha Ekonomi Produktif berbasis potensi lokal b. Diizinkan ditambahkan fungsi penunjang tanpa menghilangkan identitas
sebagai pendukung aktivitas perdagangan dan jasa; dan dan karakter kawasan;
3) Dilarang segala kegiatan budidaya yang akan mengganggu aktivitas c. Diizinkan dengan syarat dibatasi pengembangan kegiatan budidaya di
perdagangan dan jasa. sekitar kawasan strategis sosial budaya;
c. Arahan peraturan zonasi untuk kawasan pemerintahan dengan ketentuan: d. Dilarang perubahan dalam bentuk peningkatan kegiatan atau perubahan
1) Pengembangan kawasan kantor pemerintahan secara terpadu; ruang disekitarnya yang dimungkinkan dapat mengganggu fungsi dasarnya;
2) Diizinkan pemindahan kantor pemerintahan sesuai dengan peraturan dan
perundang-undangan; dan e. Dilarang penambahan fungsi tertentu yang bertentangan pada suatu zona
3) Dilarang pengembangan kegiatan usaha yang menggangu fungsi ini.
pemerintahan. 4. Arahan peraturan zonasi pada kawasan strategis sesuai kepentingan fungsi
d. Arahan peraturan zonasi untuk kawasan sektor informal dengan ketentuan: dan daya dukung lingkungan dengan ketentuan;
1) Diizinkan pengembangan sektor informal pada kawasan yang telah a. Diwajibkan pada kawasan yang telah ditetapkan memiliki fungsi lingkungan
ditetapkan; dan dan terdapat kerusakan dilakukan pengembalian ke rona awal;
2) Dilarang melakukan kegiatan sektor informal yang mengganggu b. Diizinkan pembuatan sumur resapan pada kawasan yang didalamnya
kepentingan umum. terdapat zona peresapan air; dan
c. Diwajibkan percepatan rehabilitasi untuk menunjang kelestarian dan
8.4 ARAHAN PERATURAN ZONASI KAWASAN STRATEGIS
mencegah kerusakan dalam jangka panjang.
Adapun arahan peraturan zonasi kawasan strategis untuk penataan ruang
5. Arahan peraturan zonasi pada kawasan strategis sesuai kepentingan
Kabupaten Jember :
pendayagunaan sumber daya alam dan teknologi tinggi dengan ketentuan;

RENCANA TATA RUANG WILAYAH JEMBER


TAHUN 2015-2035
BAB VIII-17

a. Diizinkan pembangunan sarana dan prasarana penunjang; 7. Setiap pejabat yang berwenang menerbitkan izian yang tidak sesuai dengan
b. Diizinkan seminimal mungkin adanya perubahan fungsi ruang untuk mendukung rencana tata ruang.
kawasan strategis pertahanan dan keamanan dengan memperhatikan fungsi 8. Ketentuan lebih lanjut mengenai prosedur perolehan izin dan tata cara
lingkungan hidup; dan
penggantian yang layak diatur dengan peraturan pemerintah.
c. Diwajibkan menyediakan ruang terbuka hijau yang memadai.

8.5.1 Izin Alih Fungsi Lahan


8.5 ARAHAN PERIJINAN
Izin alih fungsi lahan adalah izin yang diberikan kepada orang atau
Perizinan pemanfaatan ruang dimaksudkan sebagai upaya penertiban
badan hukum untuk mengubah peruntukan lahan dari fungsi lindung ke
pemanfaatan ruang sehingga setiap pemanfaatan ruang harus dilakukan sesuai dengan
budidaya, atau dari budidaya non terbangun menjadi budidaya terbangun.
rencana tata ruang. Izin pemanfaatan ruang diatur dan diterbitkan oleh Pemerintah dan
Izin alih fungsi lahan diperlukan pada lokasi yang belum tersusun
Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya masing-masing. Pemanfaatan ruang
rencana tata ruang rincinya dan peraturan zonasinya. Apabila lokasi yang
yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang, baik yang dilengkapi dengan izin maupun
diusulkan merupakan lahan pertanian irigasi teknis, namun telah dialokasikan
yang tidak memiliki izin, dikenai sanksi adminstratif, sanksi pidana penjara, dan/atau
untuk fungsi lain dalam Rencana Tata Ruang, maka izin alih fungsi lahan
sanksi pidana denda.
bersifat penekanan pada prosedur alih fungsi lahan agar terlaksana sesuai
Perizinan yang terkait dengan izin pemanfaatan ruang sesuai dengan Undang-
prosedur teknis.
Undang Penatan Ruang No. 26 2007 harus dimiliki sebelum pelaksanaan pemanfaatan
Pengajuan izin alih fungsi lahan dapat dilakukan sebelum atau
ruang. Izin yang dimaksud adalah izin, fungsi lahan, izin penggunaan pemanfaatan ruang
bersamaan dengan proses izin lokasi, sesuai kriteria lokasi yang diusulkan
(IPPT), izin lokasi, izin mendirikan bangunan gedung dan izin lainnya. Arahan Perijinan
meliputi :
8.5.2 Izin Lokasi
1. Ketentuan perizinan diatur oleh pemerintah pusat dan daerah menurut kewenangan
Izin lokasi adalah izin yang diberikan kepada kepada orang atau badan
masing-masing sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
hukum untuk memperoleh tanah/pemindahan hak atas tanah/menggunakan
2. Izin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah
tanah yang diperlukan dalam rangka penanaman modal. Izin lokasi
dibatalkan oleh pemerintah menurut kewenangan masing-masing.
diperlukan untuk pemanfaatan ruang lebih dari 1 (satu) hektar untuk kegiatan
3. Izin pemanfaatan ruang yang dikeluarkan dan/ diperloeh dengan tidak melalui
bukan pertanian, dan lebih dari 25 (dua puluh lima) hektar untuk kegiatan
prosedur yang benar, maka batal menurut hukum
pertanian. Untuk luas lebih dari 50 ha diberikan izin selama 3 (tiga) tahun.
4. Izin pemanfaatan ruang yang diperoleh melalui prosedur yang benar tetapi kemudian
a. Izin lokasi diberikan apabila pemohon sudah memiliki izin prinsip,
terbukti tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah, dibatlakan oleh pemerintah
khususnya pada kriteria lokasi yang berdasarkan peraturan daerah atau
sesuai kewenangannya.
ketentuan yang berlaku diharuskan didahului dengan izin prinsip. Dengan
5. Terhadap kerugian yang ditimbulkan akibat pembatalan izin dapat dimintakan
mengantongi izin lokasi, investor atau pemohon memiliki dasar untuk
penggatian yang layak kepada instasnsi pemberi izin. melakukan pembebasan lahan dalam rangka pemanfaatan ruang.
6. Izin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai lagi akibat adanya perubahan rencana tata Ketentuan lebih lanjut mengenai izin lokasi akan ditetapkan dengan
ruang wilayah dapat dibatalkan oleh pemerintah dan pemerintah daerah dengan peraturan bupati.
memberikan ganti kerugian yang layak.

RENCANA TATA RUANG WILAYAH JEMBER


TAHUN 2015-2035
BAB VIII-18

8.5.3 Izin Penggunaan Pemanfaata Tanah ( IPPT )  Persyaratan – persyaratan lain yang dianggap perlu
Penentuan retribusi penerbitan Izin Mendirikan Bangunan pada umumnya
Izin Penggunaan Pemanfaatan Tanah merupakan dasar untuk permohonan
mencakup komponen-komponen :
mendirikan bangunan dan diberikan berdasarkan adanya izin lokasi. Izin
a. Retribusi izin mendirikan bangunan bangunan
Penggunaan Pemanfaatan Tanah (IPPT) adalah izin yang diberikan kepada
b. Retribusi sempadan
pengusaha untuk kegiatan pemanfaatan ruang dengan kriteria batasan luasan
c. Retribusi penelitian gambar dan konstruksi, dengan memperhatikan : jenis dan
tanah lebih dari 5.000 m2. Masa berlaku izin IPPT umumnya relatif pendek, yaitu
fungsi bangunan, sifat penggunaannya dan konstruksinya, serta lokasi
selama 1 (satu) tahun.
bangunannya
IPPT sangat diperlukan dalam pengembangan kawasan yang agak luas dengan Ketentuan lebih lanjut mengenai izin mendirikan bangunan gedung akan
beberapa fungsi dan banyak bangunan yang ada dalam kawasan tersebut. ditetapkan dengan peraturan bupati.

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara izin penggunaan pemanfaatan tanah
8.5.5 Izin Lainnya
(IPPT) akan ditetapkan dengan peraturan bupati.
Ketentuan izin lainnya adalah ketentuan tentang perizinan yang
8.5.4 Izin Mendirikan Bangunan ( IMB ) diterbitkan oleh masing-masing sektor dan/atau instansi yang berwenang, misalnya
ketentuan izin lokasi untuk kegiatan pembangunan perumahan skala besar harus
Izin mendirikan bangunan merupakan dasar hukum bagi masyarakat pemohon
sesuai Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-
untuk mendirikan bangunan dalam rangka pemanfaatan ruang. Izin mendirikan bangunan
Pokok Agraria, usaha budidaya pertanian, perikanan, pertambangan, dan
diberikan berdasarkan pada rencana detail tata ruang dan peraturan zonasi yang
sebagainya.
mengatur ketentuan peruntukan pada lokasi yang diusulkan.
Ketentuan lebih lanjut mengenai izin lainnya dalam penggunaan pemanfaatan tanah
IMB memiliki fungsi pengendalian karena merupakan dasar bagi pemegang izin
akan ditetapkan dengan peraturan bupati.
untuk mendirikan bangunan sesuai fungsi yang telah ditetapkan dan rencana teknis
bangunan gedung yang telah disetujui oleh pemerintah daerah.
8.5.6 Mekanisme Perizinan
Izin Mendirikan Bangunan (IMB) yang diterbitkan Bupati melalui Satuan Kerja
Pemerintah Daerah SKPD terkait mencakup arahan ketentuan : Berbagai bentuk kegiatan sektoral dan pembangunan prasarana harus

 Jenis atau peruntukan bangunan memperoleh izin pemanfaatan ruang dari Bupati melalui instansi terkait, agar

 Luas dan jumlah lantai yang letaknya diatas atau di bawah permukaan tanah menjamin pemanfaatan ruang tersebut sesuai dengan arahan pada RTRW

 Garis sempadan Kabupaten Jember. Jenis perizinan awal yang yang mengarah pada alokasi

 Luas ruang terbuka, Koefisien Lantai Bangunan (KLB), Koefisien Dasar Bangunan pemanfaatan ruang adalah izin prinsip dan izin lokasi, yaitu izin yang diberikan

(KDB) kepada orang atau badan hukum untuk memperoleh tanah/pemindahan hak atas

 Ketinggian bangunan dan jarak bebas bangunan tanah/menggunakan tanah yang diperlukan dalam rangka penanaman modal.

 Spesifikasi perwujudan bangunan (arsitektur, struktural, mekanikal, elektrikal dan lain- Setiap orang atau badan yang memerlukan tanah dalam rangka pengembangan

lain) investasi (penanaman modal) wajib mengajukan izin lokasi kepada Bupati.

 Persyaratan perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan bangunan tertentu

RENCANA TATA RUANG WILAYAH JEMBER


TAHUN 2015-2035
BAB VIII-19

Untuk operasionalisasi kegiatan penerbitan perizinan di Kabupaten Jember 3) Tim Teknis atau Pokja Pengendalian Pemanfaatan Ruang BKPRD melakukan
dilaksanakan melalui beberapa jenis ketentuan perizinan sesuai dengan kewenangan verifikasi dan evaluasi terhadap permohonan izin yang diterima, termasuk
Pemerintah Kabupaten dengan melibatkan SKPD Badan Perencanaan pembangunan pengecekan lapangan.
Daerah, Dinas Bina Marga dan Cipta Karya, serta SKPD lain yang terkait melalui 4) Berdasar hasil koordinasi dan verifikasi, Tim Teknis atau Pokja Pengendalian
koordinasi BKPRD. Pemanfaatan Ruang menyusun rekomendasi teknis sebagai bahan pertimbangan
Izin yang terkait pemanfaatan ruang yang telah diatur di Kabupaten Jember dan bagi Bupati dalam menentukan pemberian izin pemanfaatan ruang.
tertuang dalam Keputusan Bupati Jember adalah Izin Gangguan, Izin Mendirikan 5) Bupati menerbitkan persetujuan atau penolakan permohonan izin pemanfaatan
Bangunan (IMB) dan Izin Lokasi. Masih diperlukan penyusunan peraturan kebijakan ruang.
daerah yang mengatur tata cara pengajuan dan penerbitan perizinan di Kabupaten Sebagai bagian dari pelayanan publik mekanisme penerbitan izin
Jember. pemanfaatan ruang memerlukan Standard Operasional Pelayanan (SOP) dan
Pada kawasan tertentu yang merupakan kawasan strategis propinsi dan atau Standard Pelayanan Minimal (SPM) agar pelayanan perizinan dapat berjalan
nasional dilakukan pengendalian sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh peraturan di transparan, efektif dan efisien. Terkait mekanisme perizinan yang lebih teknis dan
tingkat propinsi dan nasional, sebagaimana adanya Kawasan Pengendalian Ketat ketentuan retribusi diperlukan juga peraturan daerah dan peraturan bupati yang
Provinsi Jawa Timur, yang dalam perizinannya harus mendapatkan rekomendasi secara khusus mengatur hal ini.
Gubernur.
Mekanisme atau prosedur permohonan dan penerbitan izin pemanfaatan ruang di
8.6 ARAHAN INSENTIF DAN DISINSENTIF
Kabupaten Jember secara teknis atau substansi dilaksanakan oleh Badan Penerapan insentif atau disinsentif secara terpisah dilakukan untuk perizinan
PerencanaanPembangunan Daerah, Dinas Bina Marga dan Cipta karya serta SKPD skala kecil/individual sesuai dengan peraturan zonasi, sedangkan penerapan
terkait lainnya melalui koordinasi dalam forum BKPRD kabupaten Jember. Secara insentif dan disinsentif secara bersamaan diberikan untuk perizinan skala
administratif pelayanan perizinan dilaksanakan oleh Kantor Pelayanan Perizinan besar/kawasan karena dalam skala besar/ kawasan dimungkinkan adanya
Terpadu. pemanfaatan ruang yang dikendalikan dan didorong pengembangannya secara
Dalam rangka kemudahan dan efektifitas proses perizinan pemanfaatan ruang di bersamaan.
Kabupaten Jember, langkah-langkah yang harus dilalui dalam proses perizinan adalah Arahan insentif dan disinsentif dimaksudkan sebagai alat agar pelaksanaan
sebagai berikut : kegiatan yang dilakukan di Kabupaten Jember sesuai dengan rencana tata ruang

1) Masyarakat yang hendak mengajukan permohonan izin pemanfaatan ruang (izin yang telah ditetapkan.

prinsip, izin alih fungsi lahan, izin lokasi, IPPT maupun IMB) sebaiknya mememperoleh Dalam UU No. 26 Tahun 2007 pasal 38 disebutkan bahwa:

informasi yang cukup tentang arahan pemanfaatan ruang dalam RTRW atau rencana 1. Dalam pelaksanaan pemanfaatan ruang agar pemanfaatan ruang sesuai dengan

rincinya pada lokasi yang akan diusulkan. rencana tata ruang wilayah dapat diberikan insentif dan/atau disinsentif oleh
Pemerintah dan pemerintah daerah.
2) Pemohon sebaiknya mengajukan permohonan pemanfaatan ruang sesuai arahan yang
2. Insentif merupakan perangkat atau upaya untuk memberikan imbalan terhadap
tertuang dalam dokumen RTR, dilengkapi dengan persyaratan administrasi sesuai
pelaksanaan kegiatan yang sejalan dengan rencana tata ruang, berupa:
peraturan daerah dan ketentuan yang berlaku.

RENCANA TATA RUANG WILAYAH JEMBER


TAHUN 2015-2035
BAB VIII-20

a. Keringanan pajak, pemberian kompensasi, subsidi silang, imbalan, sewa ruang, b. pembangunan serta pengadaan infrastruktur;
dan urun saham; c. kemudahan prosedur perizinan; dan
b. Pembangunan serta pengadaan infrastruktur; d. pemberian penghargaan kepada masyarakat.
c. Kemudahan prosedur perizinan; serta 2) Insentif yang diberikan kepada pengusaha dan swasta dalam pelaksanaan
d. Pemberian penghargaan kepada masyarakat, swasta dan/atau pemerintah daerah. kegiatan yang sejalan dengan rencana tata ruang terdiri atas:
e. contoh pada kawasan lindung a. kemudahan prosedur perizinan;
3. Disinsentif merupakan perangkat untuk mencegah, membatasi pertumbuhan, atau b. pembangunan serta pengadaan infrastruktur; dan
mengurangi kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana tata ruang, berupa: c. pemberian penghargaan kepada pengusaha dan swasta.
a. Pengenaan pajak yang tinggi, disesuaikan dengan besarnya biaya yang
dibutuhkan untuk mengatasi dampak yang ditimbulkan akibat pemanfaatan ruang; 8.6.2 Arahan Disinsentif
serta Disinsentif merupakan perangkat untuk mencegah, membatasi
b. Pembatasan penyediaan infrastruktur, pengenaan kompensasi, dan penalti. pertumbuhan atau mengurangi kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana tata
4. Insentif dan disinsentif diberikan dengan tetap menghormati hak masyarakat. ruang dengan tetap menghormati hal masyarakat. Ketentuan pemberian
5. Insentif dan disinsentif dapat diberikan oleh: disinsentif adalah sebagai berikut :
a. Pemerintah kepada pemerintah daerah; 1. Disinsentif untuk mencegah, membatasi pertumbuhan, atau mengurangi
b. Pemerintah daerah kepada pemerintah daerah lainnya; serta kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana tata ruang terdiri atas:
c. Pemerintah kepada masyarakat. a. disinsentif yang diberikan kepada masyarakat, pengusaha dan swasta
6. Ketentuan lebih lanjut mengenai bentuk dan tata cara pemberian insentif dan dalam pelaksanaan kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana tata
disinsentif diatur dengan peraturan pemerintah. ruang; dan
b. disinsentif yang diberikan kepada pemerintah daerah lainnya dalam
8.6.1 Arahan Insentif pelaksanaan kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana tata ruang.

Ketentuan pemberian insentif adalah sebagai berikut : 2. Disinsentif yang diberikan kepada masyarakat, pengusaha dan swasta dalam

a. insentif yang diberikan sebagai imbalan terhadap pelaksanaan kegiatan yang pelaksanaan kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana tata ruang terdiri

sejalan dengan rencana tata ruang meliputi: atas:

1) insentif yang diberikan kepada masyarakat yang lahannya diperuntukkan a. pembatasan penyediaan infrastruktur;

sebagai lahan pertanian pangan berkelanjutan; b. pengenaan kompensasi;

2) insentif yang diberikan kepada pengusaha dan swasta dalam pelaksanaan c. izin tidak diperpanjang; dan

kegiatan yang sejalan dengan rencana tata ruang; dan d. pinalti.

1) Insentif yang diberikan kepada masyarakat yang lahannya diperuntukkan sebagai 3. Disinsentif yang diberikan kepada pemerintah daerah lainnya dalam

lahan pertanian pangan berkelanjutan terdiri atas: pelaksanaan kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana tata ruang berupa

a. kemudahan memperoleh pinjaman dengan bunga rendah, pupuk dan teguran tertulis.

pemasaran;

RENCANA TATA RUANG WILAYAH JEMBER


TAHUN 2015-2035
BAB VIII-21

4. Aparatur pemerintah dan masyarakat dalam kegiatan penataan ruang wilayah 3. Sanksi administrastif terdiri atas:
kabupaten sesuai dengan kewenangannya wajib berlaku tertib dalam a. Peringatan tertulis
keikutsertaannya dalam proses penataan ruang, sesuai dengan perundangan- (1) Peringatan tertulis dilakukan terhadap:
undangan. a. ketidaksesuaian pemanfaatan ruang dengan rencana tata ruang
Ketentuan pemberian insentif dan disinsentif akan diatur lebih lanjut dalam secara keseluruhan;
peraturan bupati. b. pelanggaran ketentuan arahan peraturan zonasi;
c. pemanfaatan ruang tanpa izin pemanfaatan ruang yang diterbitkan
8.7 ARAHAN PENGENAAN SANKSI
berdasarkan RTRW kabupaten;
Pengenaan sanksi, yang merupakan salah satu upaya pengendalian pemanfaatan
d. pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang
ruang, dimaksudkan sebagai perangkat tindakan penertiban atas pemanfaatan ruang
yang diterbitkan berdasarkan RTRW kabupaten;
yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang dan peraturan zonasi. Dalam Undang-
e. pelanggaran ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin
Undang No 26 Tahun 2007 menyebutkan bahwa pengenaan sanksi tidak hanya diberikan
pemanfaatan ruang yang diterbitkan berdasarkan RTRW kabupaten;
kepada pemanfaat ruang yang tidak sesuai dengan ketentuan perizinan pemanfaatan
f. pemanfaatan ruang yang menghalangi akses terhadap kawasan yang
ruang, tetapi dikenakan pula kepada pejabat pemerintah yang berwenang yang
oleh peraturan perundang-undangan dinyatakan sebagai milik umum;
menerbitkan izin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang.
dan
Pengenaan sanksi merupakan tindakan penertiban yang dilakukan terhadap
g. pemanfaatan ruang dengan izin yang diperoleh dengan prosedur yang
pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang dan peraturan zonasi
tidak benar.
sehingga setiap orang harus melakukan hal-hal sebagai berikut:
(2) Pemberian surat peringatan tertulis dengan penerbitan surat peringatan
1. Mentaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan
tertulis sebanyak-banyaknya 3 (tiga) kali.
2. Memanfaatkan ruang sesuai dengan izin pemanfaatan
(3) Penerbitan surat peringatan tertulis dilakukan secara bertahap dengan
3. Mematuhi ketentuan yang berlaku
jangka waktu tertentu.
4. Memberikan akses terhadap kawasan yang oleh ketentuan dinyatakan milik umum
Adapun penjelasan mengenai arahan pengenaan sanksi, adalah sebagai berikut :
b. Penghentian sementara kegiatan
1. Setiap orang yang melakukan pelanggaran di bidang penataan ruang dikenakan
(1) Penghentian sementara kegiatan dilakukan terhadap:
sanksi administratif.
a. ketidaksesuaian pemanfaatan ruang dengan rencana tata ruang
2. Pelanggaran di bidang penataan ruang meliputi:
secara keseluruhan;
a. pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang
b. pelanggaran ketentuan arahan peraturan zonasi;
b. pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang yang
c. pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang
diberikan oleh pejabat berwenang
yang diterbitkan berdasarkan RTRW kabupaten;
c. pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan persyaratan izin yang diberikan oleh
d. pelanggaran ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin
pejabat yang berwenang
pemanfaatan ruang yang diterbitkan berdasarkan RTRW kabupaten;
d. menghalangi akses terhadap kawasan yang dinyatakan oleh peraturan perundang-
dan
undangan sebagai milik umum.

RENCANA TATA RUANG WILAYAH JEMBER


TAHUN 2015-2035
BAB VIII-22

e. pemanfaatan ruang yang menghalangi akses terhadap kawasan yang oleh f. pemanfaatan ruang yang menghalangi akses terhadap kawasan
peraturan perundang-undangan dinyatakan sebagai milik umum. yang oleh peraturan perundang-undangan dinyatakan sebagai milik
(2) Penghentian sementara kegiatan dilakukan sampai terpenuhinya kewajiban umum; dan
pelanggar untuk menyesuaikan pemanfaatan ruang dengan RTRW kabupaten g. pemanfaatan ruang dengan izin yang diperoleh dengan prosedur
dan/atau ketentuan teknis pemanfaatan ruang. yang tidak benar.
c. Penghentian sementara pelayanan umum (2) Penutupan lokasi akan dilakukan secara paksa apabila pelanggar
(1) Penghentian sementara pelayanan umum dilakukan terhadap: mengabaikan surat perintah penutupan lokasi dari pejabat yang
a. ketidaksesuaian pemanfaatan ruang dengan rencana tata ruang secara berwenang;
keseluruhan; (3) Lokasi yang ditutup tidak dibuka kembali sampai dengan pelanggar
b. pelanggaran ketentuan arahan peraturan zonasi; memenuhi kewajibannya untuk menyesuaikan pemanfaatan ruang
c. pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang yang dengan RTRW kabupaten dan/atau ketentuan teknis pemanfaatan ruang.
diterbitkan berdasarkan RTRW kabupaten; e. Pencabutan izin
d. pelanggaran ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin (1) Pencabutan izin dilakukan terhadap:
pemanfaatan ruang yang diterbitkan berdasarkan RTRW kabupaten; dan a. ketidaksesuaian pemanfaatan ruang dengan rencana tata ruang
e. pemanfaatan ruang yang menghalangi akses terhadap kawasan yang oleh secara keseluruhan;
peraturan perundang-undangan dinyatakan sebagai milik umum. b. pelanggaran ketentuan arahan peraturan zonasi;
(2) Penghentian sementara pelayanan umum dirinci jenis-jenis pelayanan umum c. pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang
yang akan dihentikan; yang diterbitkan berdasarkan RTRW kabupaten;
(3) Penghentian sementara pelayanan umum dilakukan sampai terpenuhinya d. pelanggaran ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin
kewajiban pelanggar untuk menyesuaikan pemanfaatan ruang dengan RTRW pemanfaatan ruang yang diterbitkan berdasarkan RTRW kabupaten;
kabupaten dan/atau ketentuan teknis pemanfaatan ruang. e. pemanfaatan ruang yang menghalangi akses terhadap kawasan yang
d. Penutupan lokasi oleh peraturan perundang-undangan dinyatakan sebagai milik umum;
(1) Penutupan lokasi dilakukan terhadap: dan
a. ketidaksesuaian pemanfaatan ruang dengan rencana tata ruang secara f. pemanfaatan ruang dengan izin yang diperoleh dengan prosedur
keseluruhan; yang tidak benar.
b. pelanggaran ketentuan arahan peraturan zonasi; (2) Pencabutan izin akan dilakukan apabila pelanggar mengabaikan
c. pemanfaatan ruang tanpa izin pemanfaatan ruang yang diterbitkan perintah untuk menghentikan kegiatan pemanfaatan ruang secara
berdasarkan RTRW kabupaten; permanen.
d. pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang f. Pembatalan izin
yang diterbitkan berdasarkan RTRW kabupaten; (1) Pembatalan izin dilakukan terhadap:
e. pelanggaran ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin a. ketidaksesuaian pemanfaatan ruang dengan rencana tata ruang
pemanfaatan ruang yang diterbitkan berdasarkan RTRW kabupaten; secara keseluruhan;

RENCANA TATA RUANG WILAYAH JEMBER


TAHUN 2015-2035
BAB VIII-23

b. pelanggaran ketentuan arahan peraturan zonasi; b. pelanggaran ketentuan arahan peraturan zonasi;
c. pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang c. pemanfaatan ruang tanpa izin pemanfaatan ruang yang diterbitkan
yang diterbitkan berdasarkan RTRW kabupaten; berdasarkan RTRW kabupaten;
d. pelanggaran ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin d. pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang
pemanfaatan ruang yang diterbitkan berdasarkan RTRW kabupaten; yang diterbitkan berdasarkan RTRW kabupaten;
e. pemanfaatan ruang yang menghalangi akses terhadap kawasan yang oleh e. pelanggaran ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin
peraturan perundang-undangan dinyatakan sebagai milik umum; dan pemanfaatan ruang yang diterbitkan berdasarkan RTRW kabupaten;
f. pemanfaatan ruang dengan izin yang diperoleh dengan prosedur yang f. pemanfaatan ruang yang menghalangi akses terhadap kawasan yang
tidak benar. oleh peraturan perundang-undangan dinyatakan sebagai milik umum;
(2) Pembatalan izin diterbitkan berdasarkan lembar evaluasi yang berisikan arahan dan
pola pemanfaatan ruang dalam RTRW kabupaten. g. pemanfaatan ruang dengan izin yang diperoleh dengan prosedur yang
g. Pembongkaran bangunan tidak benar.
(1) Pembongkaran bangunan dilakukan terhadap: (2) Pemulihan fungsi dilakukan oleh pelanggar dengan jangka waktu tertentu;
a. ketidaksesuaian pemanfaatan ruang dengan rencana tata ruang secara (3) Pemulihan fungsi dilakukan oleh pejabat yang berwenang secara paksa
keseluruhan; apabila pelanggar dalam jangka waktu tertentu tidak melakukan
b. pelanggaran ketentuan arahan peraturan zonasi; pemulihan fungsi.
c. pemanfaatan ruang tanpa izin pemanfaatan ruang yang diterbitkan i. Denda administratif
berdasarkan RTRW kabupaten; Denda administratif dilakukan terhadap:
d. pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang a. ketidaksesuaian pemanfaatan ruang dengan rencana tata ruang secara
yang diterbitkan berdasarkan RTRW kabupaten; keseluruhan;
e. pelanggaran ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin b. pelanggaran ketentuan arahan peraturan zonasi;
pemanfaatan ruang yang diterbitkan berdasarkan RTRW kabupaten; c. pemanfaatan ruang tanpa izin pemanfaatan ruang yang diterbitkan
f. pemanfaatan ruang yang menghalangi akses terhadap kawasan yang oleh berdasarkan RTRW kabupaten;
peraturan perundang-undangan dinyatakan sebagai milik umum; dan d. pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang
g. pemanfaatan ruang dengan izin yang diperoleh dengan prosedur yang yang diterbitkan berdasarkan RTRW kabupaten;
tidak benar. e. pelanggaran ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin
(2) Pembongkaran bangunan akan dilakukan secara paksa apabila pelanggar pemanfaatan ruang yang diterbitkan berdasarkan RTRW kabupaten;
mengabaikan surat perintah pembongkaran bangunan. f. pemanfaatan ruang yang menghalangi akses terhadap kawasan yang
h. Pemulihan fungsi ruang oleh peraturan perundang-undangan dinyatakan sebagai milik umum; dan
(1) Pemulihan fungsi dilakukan terhadap: g. pemanfaatan ruang dengan izin yang diperoleh dengan prosedur yang
a. ketidaksesuaian pemanfaatan ruang dengan rencana tata ruang secara tidak benar.
keseluruhan;

RENCANA TATA RUANG WILAYAH JEMBER


TAHUN 2015-2035
BAB VIII-24

h. denda administratif dapat dikenakan secara tersendiri atau bersama-sama Bentuk pengawasan penataan ruang meliputi pengawasan teknis dan
dengan pengenaan sanksi administratif. pengawasan khusus. Pengawasan teknis penataan ruang merupakan pengawasan
terhadap keseluruhan proses penyelenggaraan penataan ruang yang dilakukan
8.8 PENGAWASAN secara berkala, mencakup :
Dalam upaya menjamin tercapainya tujuan penyelenggaraan penataan ruang di  Pengawasan terhadap masukan, prosedur, dan keluaran, dalam aspek
wilayah Kabupaten Jember, terlaksananya penegakan hukum bidang penataan ruang, pengaturan penataan ruang, pembinaan penataan ruang, dan pelaksanaan
dan meningkatkan kualitas penyelenggaraan penataan ruang, Undang-undang Nomor 26 penataan ruang;
Tahun 2007 tentang Penataan Ruang mengamanatkan perlunya dilakukan pengawasan  Pengawasan terhadap fungsi dan manfaat keluaran ketiga aspek diatas; dan
terhadap kinerja pengaturan, pembinaan, dan pelaksanaan penataan ruang.  Pengawasan terhadap ketersediaan dan pemenuhan standar pelayanan minimal
Pengawasan penataan ruang wilayah dilaksanakan oleh pemerintah daerah sesuai bidang penataan ruang.
dengan kewenangannya, yang terdiri atas tindakan pemantauan, evaluasi, dan Sedangkan pengawasan khusus penataan ruang merupakan pengawasan
pelaporan. Pemantauan dan evaluasi penataan ruang dilakukan dengan mengamati dan terhadap permasalahan khusus dalam penyelenggaraan penataan ruang yang
memeriksa kesesuaian antara penyelenggaraan penataan ruang dengan ketentuan dilaksanakan sesuai kebutuhan, yang mencakup :
peraturan perundang-undangan.  Pemeriksaan data dan informasi permasalahan khusus dalam penyelenggaraan

Pengawasan terhadap penataan ruang di wilayah Kabupaten Jember yang penataan ruang; dan

mencakup aspek pengaturan, pembinaan, dan pelaksanaan penataan ruang, secara  Kajian teknis terhadap permasalahan khusus dalam penyelenggaraan penataan
teknis dilakukan dengan mengacu pada pedoman dan petunjuk teknis bidang penataan ruang.
ruang yang diterbitkan oleh Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Dalam Negeri Berdasar hasil pemantauan, dilakukan proses evaluasi, yaitu kegiatan
dan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. penilaian terhadap tingkat pencapaian penyelenggaraan penataan ruang, secara
Pengawasan penataan ruang juga dilaksanakan terhadap kinerja fungsi dan terukur dan objektif. Tahapan akhir pengawasan adalah kegiatan pelaporan yang
manfaat penyelenggaraan penataan ruang, dan kinerja pemenuhan Standar Pelayanan merupakan kegiatan penyampaian hasil evaluasi.
Minimal (SPM) bidang penataan ruang. SPM Bidang Penataan Ruang meliputi aspek Laporan hasil pengawasan penataan ruang memuat penilaian tentang sesuai
pelayanan dalam perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian atau tidak sesuainya penyelenggaraan penataan ruang wilayah dengan ketentuan
pemanfaatan ruang, yang diberlakukan secara berjenjang pada tingkat pusat, provinsi peraturan perundang-undangan. Penataan ruang yang dinilai sesuai dengan
dan kabupaten. Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan standar pelayanan ketentuan, menghasilkan rekomendasi untuk mendukung peningkatan kinerja
minimal bidang penataan ruang akan mengacu pada peraturan Menteri terkait. penyelenggaraan penataan ruang. Penataan ruang yang dinilai tidak sesuai dengan
Pemantauan merupakan kegiatan pengamatan terhadap penyelenggaraan ketentuan, menghasilkan rekomendasi untuk dilakukan penyesuaian, dan/atau
penataan ruang dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Guna mewujudkan penertiban dan pengenaan sanksi.
pengawasan penataan ruang yang efektif, dikembangkan mekanisme pemantauan yang Tindak lanjut hasil pengawasan penataan ruang meliputi : a) penyampaian
melibatkan peran masyarakat. Peran masyarakat tersebut dapat dilakukan dengan hasil pengawasan kepada pemangku kepentingan terkait; b) penyampaian hasil
menyampaikan laporan (pengaduan) kepada pemerintah daerah melalui beberapa jalur pengawasan yang terdapat indikasi pelanggaran pidana di bidang penataan ruang
atau media yang disediakan. kepada penyidik pegawai negeri sipil; dan c) pelaksanaan hasil pengawasan.

RENCANA TATA RUANG WILAYAH JEMBER


TAHUN 2015-2035
BAB VIII-25

Apabila hasil pemantauan dan evaluasi menunjukkan adanya penyimpangan


administratif dalam penyelenggaraan penataan ruang, Bupati mengambil langkah
penyelesaian sesuai dengan kewenangannya. Apabila Bupati tidak melaksanakan
langkah penyelesaian yang sepatutnya, Gubernur dapat mengambil langkah
penyelesaian yang tidak dilaksanakan Bupati. Demikian selanjutnya Menteri yang
membidangi penataan ruang dapat mengambil langkah penyelesaian yang tidak
dilaksanakan Gubernur.

RENCANA TATA RUANG WILAYAH JEMBER


TAHUN 2015-2035

Anda mungkin juga menyukai