Anda di halaman 1dari 159

BAB II

GAMBARAN UMUM

2.1 Karakteristik Fisik Dasar


 Kabupaten Halmahera Utara (Halut) terbentuk pada 31 Mei 2003
dengan ibukota Tobelo. Sejalan dengan pembentukan kabupaten baru, maka
kecamatan dan desa pun dimekarkan. Sembilan kecamatan dimekarkan menjadi
22 kecamatan dan 174 desa menjadi 260 desa. Pada tahun 2009, seiring
ditetapkannya Pulau Morotai sebagai kabupaten tersendiri maka jumlahnya pun
berubah menjadi 17 Kecamatan dan 196 desa. Dengan demikian, secara
administratif Kabupaten Halmahera Utara berbatasan dengan Kabupaten Pulau
Morotai di sebelah utara, Kabupaten Halmahera Timur di sebelah timur,
Kabupaten Halmahera Barat di sebelah selatan maupun barat.
Jumlah penduduk kabupaten Halmahera Utara tahun 2011 adalah
179.366 jiwa dimana 52% berkelamin pria dan 48% wanita. Populasi terbanyak
tercatat di Kecamatan Tobelo dengan 35.639 jiwa, sedangkan Kecamatan Kao
Teluk adalah yang paling sedikit dengan 3.933 jiwa. Luas wilayah kabupaten ini
adalah seluas 22.507,32 Km2 yang terdiri dari 17.555,71 Km2 (78%) wilayah
laut dan 4.951,61 Km2 (22%) wilayah darat. Halmahera Utara memiliki hampir
50 pulau yang tersebar di laut Maluku dan laut Halmahera. Hampir setiap pulau
memiliki keindahan alam yang khas. Pulau-pulau kecil dengan panorama pantai
pasir putihnya, keindahan taman laut yang sangat indah dengan aneka ragam
ikannya, keanekaragaman flora-fauna dan budaya serta situs-situs sejarah masa
perang dunia II dapat dijumpai di daerah ini.  Halmahera Utara merupakan salah
satu daerah agraris dengan potensi alamnya yang besar terdiri dari sektor
pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, kelautan, peternakan,
pertambangan, industri kecil dan kepariwisataan.

Bab II-1
A. Geografis dan Administrasi Wilayah
Letak geografis Kabupaten Halmahera Utara pada posisi terletak
antara 1057’ LU - 3000’ LU dan 127017’ BT - 129008’ BT. Adapun batas
wilayahnya meliputi:
 Sebelah Utara : Kabupaten Pulau Morotai dan Samudera Pasifik
 Sebelah Selatan : Kecamatan Jailolo Selatan Kabupaten Halmahera
Barat
 Sebelah Timur : Kabupaten Pulau Morotai dan Kecamatan Wasilei
Kabupaten Halmahera Timur
 Sebelah Barat : Kabupaten Halmahera Barat
Luas wilayah Kabupaten Halmahera Utara berdasarkan UU No.53
Tahun 2008 tentang Pembentukan Daerah adalah 22.507,32 Km2, dengan
luas daratan berdasarkan peta GIS 3.537,17 Km2 atau 15,71% dari luas
wilayah, dan luas lautan 18.970,15 Km2 atau 84,29% dari luas wilayah.
Wilayah administrasi Kabupaten Halmahera Utara terdiri atas 17 kecamatan
dengan ibukota kabupatennya berkedudukan di Kecamatan Tobelo. Wilayah
Kabupaten Halmahera Utara dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2. 1 Nama-nama Kecamatan dan luasannya di Kabupaten Halmahera Utara
NO KECAMATAN LUAS (HA) LUAS (KM2) %
1 Galela 9,578.93 95.79 2.7
2 Galela Barat 10,910.14 109.10 3.1
3 Galela Selatan 11,199.22 111.99 3.2
4 Galela Utara 27,116.70 271.17 7.7
5 Kao 16,282.40 162.82 4.6
6 Kao Barat 67,841.86 678.42 19.2
7 Kao Teluk 19,381.88 193.82 5.5
8 Kao Utara 19,719.73 197.20 5.6
9 Loloda Kepulauan 5,459.10 54.59 1.5
10 Loloda Utara 28,939.20 289.39 8.2
11 Malifut 35,980.42 359.80 10.2
12 Tobelo 12,604.60 126.05 3.6
13 Tobelo Barat 40,567.61 405.68 11.5
14 Tobelo Selatan 13,608.15 136.08 3.8
15 Tobelo Tengah 11,226.18 112.26 3.2
16 Tobelo Timur 7,751.86 77.52 2.2
17 Tobelo Utara 15,182.44 151.82 4.3
Danau Duma 366.48 3.66 0.1
Jumlah 353,717 3,537.17 100
Sumber: Bappeda Tahun 201

Bab II-2
B. Ketinggian dan Kemiringan Lahan
Berdasarkan kondisi eksisting lereng yang ada di wilayah Kabupaten
Halmahera Utara didominasi oleh lahan dengan kemiringan lereng 0–8%. Di
sebagian wilayah pegunungan Kecamatan Loloda Utara dan Galela Utara
adalah wilayah yang memiliki lahan dengan kemiringan 26 – 40% dan daerah
dengan kemiringan lereng curam yaitu >40% tersebar sebagian kecil berada
di Galela, Tobelo Utara, Tobelo dan Tobelo Tengah pada wilayah pegunungan
Karianga, Dukono dan Mamuya. Sedangkan berdasarkan ketinggian dapat
dilihat dari ketinggian tanah dari permukaan laut (Dpl), sebagian wilayah
Kabupaten Halmahera Utara dengan kondisi datar, landai dan curam. Adapun
pembagian klasifikasi kemiringan lereng dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2. 2 Klasifikasi Kemiringan Lereng


No Kemiringan Luas (Ha) % Klasifikasi

1 0–3% 118,358 33.5 Datar – Hampir Datar


2 3–8% 85,963 24.3 Sangat Landai
3 8 – 15 % 58,599 16.6 Landai
4 15 – 30 % 43,771 12.4 Agak Curam
5 30 – 45 % 28,131 8.0 Curam
6 > 45 % 18,895 5.3 Sangat Curam/ Terjal
Jumlah 353,717 100.0
Sumber: Revisi RTRW Kabupaten Halmahera Utara Tahun 2012 – 2032

C. Klimatologi
Kabupaten Halmahera Utara merupakan daerah kepulauan yang beriklim
laut tropis yang dipengaruhi oleh angin muson. Pada bulan November sampai
dengan bulan April bertiup angin barat yang membawa hujan di pantai utara, pada
bulan Mei sampai bulan Oktober terjadi perubahan angin selatan yang kering.
Sebagaimana data dari Stasiun Meteorologi Gamar Malamo Galela tahun 2016
sebagai berikut:

1. Data curah hujan pada bulan Maret merupakan bulan dengan curah hujan
terendah di tahun 2016 yaitu 33,2 mm, sedangkan curah hujan tertinggi terjadi
pada bulan Desember dengan curah hujan yaitu 401,1 mm. Jumlah hari hujan
terendah terjadi pada bulan Februari dan Maret dengan 10 hari hujan dan hari

Bab II-3
hujan terbanyakpada bulan Mei dengan jumlah hari hujan sebanyak 24 hari
hujan.
2. Kelembaban nisbi (humidity) terendah terjadi pada bulan Maret dengan rata-rata
kelembaban udara yaitu 84. Sebaliknya, kelembaban nisbi tertinggi terjadi pada
bulan Desember yaitu 90 di tahun 2016.
3. Rata-rata suhu udara terendah tahun 2016 terjadi pada bulan Juli yaitu 24,4°C
dan rata-rata suhu udara tertinggi terjadi pada bulan April dan Mei sebesar
27,2°C.

Bab II-4
Gambar 2. 1 Peta Curah Hujan Kabupaten Halmahera Utara
Sumber: Revisi RTRW Kabupaten Halmahera Utara Tahun 2012 – 2032

Bab II-5
D. Hidrologi
Kabupaten Halmahera Utara memiliki 6 Danau yaitu: Danau Duma, Danau
Makete, Danau Kapupu, Talaga Biru, Talaga Paca dan Talaga Lina serta memiliki
51 Daerah Aliran Sungai.

Tabel 2. 3 Nama Daerah Aliran Sungai (DAS) Di Kabupaten Halmahera Utara.

Selain itu terdapat juga Cekungan Air Tanah (CAT) pada daerah aliran air
tanah atau Ground Water Basin, yaitu adalah suatu wilayah yang dibatasi oleh
batas hidrogeologis, tempat semua kejadian hidrogeologis seperti proses
pengimbuhan, pengaliran, dan pelepasan air tanah berlangsung. Cekungan Air
Tanah (CAT) di Kabupaten Halmahera Utara terdiri dari:

1. CAT lintas kabupaten yaitu CAT Ibu dan CAT Jailolo – Sidangoli.
2. CAT dalam kabupaten yaitu CAT Kao, CAT Tobelo dan CAT Galela.

Bab II-6
Gambar 2. 2 Peta Cekungan Air Tanah (CAT)
Sumber: Revisi RTRW Kabupaten Halmahera Utara Tahun 2012 – 2032

Bab II-7
E. Geologi
Stratigrafi Halmahera Utara masuk dalam formasi dan satuan yang telah
dipetakan tersebar di Mandala Halmahera Timur, Mandala Halmahera Barat dan
Busur Kepulauan Gunungapi Kuarter.
Formasi Bacan (Tomb)
Terdapat batuan gunungapi berupa lava , breksi, dan tufa dengan sisipan
konglomerat dan batupasir. Breksi gunun gapi, kelabu kehijauan dan coklat,
umumnya terpecah, mengandung barik kuarsa yang sebagian berpirit. Lava
bersusunan andesit hornblende dan andesi t piroksen, berwarna kelabu
kehijauandan coklat. Tufa, kuning kecoklatan da n hijau, getas. Batupasir,
kuning kecoklatan, kompak, sebagian gampinga n. Konglomerat, kelabu
kehijauan dan coklat, kompak, mengandung barik kuarsa, komponennya basal,
batugamping, rijang, batupasir. Tebal Formasi ± 220 meter berumur Oligosen –
Miosen Bawah.
Formasi Kayasa (Qpk)
Formasi ini berumur Pliosen berupa batu an gunung api terdiri dari breksi,
lava dan tufa. Breksi, kelabu tua, kompak, bersusunan basal dengan masadasar
pasir banyak mengandung piroksen. Lava bersifat basal, kelabu tua, setempat
berkekar melapis. Tufa, putih kekuningan, kompak, berbutir sedang sampai
kasar, setempat mengandung batuapung.
Formasi Weda (Tmpw)
Terdapat batupasir berselingan dengan napal, tufa, konglomerat dan
batugamping. Batupasir kelabu sampai coklat muda, kompak, berbutir halus
sampai kasar. Napal putih, kelabu kehijauan dan coklat, getas. Tufa, putih dan
kuning, getas, berbutir halus sampai kasar, dan berlapis bagus. Konglomerat,
kelabu dan coklat, kompak, berkomponen andesit piroksen. Tebal Formasi ±
300 meter berumur Miosen Tengah – Awal Pliosen. Diendapkan dalam
lingkungan neritik-batial.
Batugamping terumbu (Ql)
Batugamping koral dan breksi batugamping. Batugamping koral, putih dan
coklat, sebagian kompak, bagian yang paling bawah mengandung konglomerat

Bab II-8
berkomponen batuan ultrabasa, gabro, dan diorit. Breksi batugamping, coklat
dan sebagain padat. Tebal satuan batuan ± 150 meter.

Gambar 2. 3 Stratigrafi Daerah Halmahera Utara


Sumber : Laoran Eksplorasi PT. Antam Tbk. Unit Geomin

Batuan gunungapi Holosen (Qhv)


Satuan batuan ini berupa deretan kerucu t gunungapai yang terdapat di
sebelah Barat Halmahera. Berupa batuan brek si gunungapai dan lava. Berupa
batuan bersusunan andesit piroksen, kelabu tua, kompak dengan masa dasar tuf
berbutir kasar. Lava bersusunan andesit sampai basal, berwarna kelabu sampai
kelabu kehitaman, pejal dan sebagian berongga.

Bab II-9
Satuan Tufa (Qht)
Terdapat tufa batuapung berwarna putih da n kuning, getas, berbutir halus
sampai kasar setempat berlapis baik.
Aluvium dan Endapan pantai (Qa)
Terdapat lempung, lanau, pasir dan krikil; terdapat di lembah sungai yang
besar, di beberapa daerah di sepanjang pantai.
Formasi Togawa; Batupasir tufaan, berselingan dengan konglomerat.

F. Keadaan Jenis Tanah


Jenis tanah di Kabupaten Halmahera Utara terdiri dari:

1. Latosol, dengan bahan induk berupa Tuff Vulkan, Latosol Vulkanik dan
Latosol Gunung, dengan potensi terdapat pada tanaman perkebunan serta
kebun campuran berbagai tanaman (keras dan tanaman semusim). Jenis
tanah ini tersebar di Kecamatan Loloda Utara, Galela, Tobelo, Tobelo
Selatan, Kao dan Maifut
2. Alluvial, dengan bahan induk berupa Aluvial Pantai dan Lembah, dengan
potensi Aluvial Pantai biasanya terdapat di wilayah pantai yang subur, dan
ditanami oleh masyarakat dengan tanaman kelapa dan kebun campuran.
Aluvial Lembah terdapat di pedalaman dan biasanya ditanami tanaman
pangan (sawah) dan sayuran. Sebaran jenis tanah ini terdapat hampir di
semua kecamatan dalam wilayah Kabupaten Halmahera Utara
3. Rendzina merupakan tanah organik diatas bahan berkapur yang memiliki
tekstur lempung seperti vertisol, dengan potensi memiliki kadar lempung
yang tinggi, teksturnya halus dan daya permeabilitasnya rendah sehingga
kemampuan menahan air dan mengikat air tinggi. Jenis tanah ini terdapat di
kecamatan Loloda Utara.
4. Mediteran, merupakan tanah ordo alfisol, dengan potensi Alfisol banyak
terdapat di bawah tanaman hutan dengan karakteristik tanah akumulasi
lempung pada horizon Bt, horizon E yang tipis, mampu menyediakan dan
menampung banyak air, dan bersifat asam. Alfisol mempuyai tekstur
lempung dan bahan induknya terdiri atas kapur sehingga permeabilitasnya
lambat. Jenis tanah ini dapat ditemukan di Dataran Loloda dan Galela

Bab II-10
5. Regosol, merupakan tanah yang termasuk ordo entisol, dengan potensi
dimanfaatkan untuk tanaman palawija, tembakau, dan buah-buahan yang
juga tidak terlalu banyak membutuhkan air. Jenis tanah ini terdapat di
Kecamatan Loloda Utara, Galela, Kao dan Malifut.

Bab II-11
Gambar 2. 4 Peta Jenis Tanah Kabupaten Halmahera Utara
Sumber: Revisi RTRW Kabupaten Halmahera Utara Tahun 2012 – 2032

Bab II-12
G. Potensi Bencana Alam
Terkait dengan penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Halmahera Utara – Provinsi Maluku Utara, maka Undang-Undang Nomor 24
Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana pada pasal 35 berbunyi
“penyelenggaraan penanggulangan bencana dalam situasi tidak terjadi
bencana sebagaimana dimaksud dalam situasi tidak terjadi bencana serta
dalam situasi terdapat potensi terjadinya bencana”, meliputi:
1. Perencanaan penanggulangan bencana,
2. Pengurangan resiko bencana,
3. Pencegahan terjadinya bencana,
4. Pemaduan dalam perencanaan pembangunan,
5. Persyaratan analisis resiko bencana,
6. Pelaksanaan dan pencegahan rencana tata ruang,
7. Pendidikan dan pelatihan,
8. Persyaratan standar teknis penanggulangan bencana
Oleh karena itu, penataan ruang memegang posisi sangat strategis di
dalam menata wilayah gempa sebagaimana dinyatakan di dalam Pasal 9:
“wewenang pemerintah daerah dalam menyelenggarakan penanggulangan
bencana”, meliputi:
1. Penetapan kebijakan penanggulangan bencana pada wilayahnya selaras
dengan kebijakan pembangunan daerah.
2. Pembuatan perencanaan pembangunan yang memasukkan unsur-unsur
kebijakan penanggulangan bencana.
3. Pelaksanaan kebijakan kerjasama dalam penanggulangan bencana dengan
Provinsi dan/atau Kabupaten/ Kota lain.
4. Pengaturan penggunaan teknologi yang berpotensi sebagai sumber
ancaman atau bahaya bencana pada wilayahnya.
5. Perumusan kebijakan pencegahan pengusahaan dan pengurasan
sumberdaya alam pada wilayahnya.
6. Pengendalian pengumpulan dan penyaluran uang atau barang yang
berskala Provinsi maupun Kabupaten/ Kota.

Bab II-13
Permasalahan kebencanaan di wilayah Kabupaten Halmahera Utara sejak
awal telah diindikasikan sebagai faktor pembatas di dalam pengembangan
wilayah dan rencana alokasi pemanfaatan lahan, serta pembatasan
penggunaan lahan saat ini. Demikian sehingga kawasan-kawasan yang
mempunyai daya dukung rendah ini perlu dipetakan secara baik untuk dapat
dihindari penggunaan dan eksploitasi sumberdaya alamnya, agar tidak
memacu terjadinya bencana yang disebabkan oleh gejala alam maupun aktivitas
manusia didalamnya.
Berdasarkan Pengkajian bahaya yang dilakukan di Kabupaten Halmahera
Utara berpedoman pada Peraturan Kepala BNPB Nomor 2 Tahun 2012 tentang
Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana dan referensi pedoman lainnya dari
kementerian/lembaga terkait di tingkat nasional. Berdasarkan pedoman
tersebut, pengkajian bahaya seluruh potensi bencana di Kabupaten Halmahera
Utara menghasilkan peta bahaya dan luasan bahaya terpapar. Hasil kajian
bahaya untuk tiap bencana yang berpotensi di Kabupaten Halmahera Utara
dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2. 4 Potensi Jenis Bahaya Di Kabupaten Halmahera Utara


BAHAYA
NO JENIS BENCANA
LUAS (HA) KELAS
1. Banjir 102.515 Rendah
2. Banjir Bandang 13.686 Tinggi
3. Cuaca Ekstrim 81.287 Tinggi
4. Gelombang Ekstrim Dan Abrasi 7.697 Tinggi
5. Gempabumi 4117.24 Tinggi
6. Kebakaran Hutan Dan Lahan 226.442 Sedang
7. Kekeringan 411.724 Tinggi
8. Letusan Gunungapi Dukono 10.085 Rendah
9. Letusan Gunungapi Ibu 33 Rendah
10. Tanah Longsor 116.462 Sedang
11. Tsunami 2.277 Tinggi
Sumber: BPBD Kabupaten Halmahera Utara 2018

Bab II-14
Gambar 2. 5 Peta Risiko Bencana Banjir
Sumber: Revisi RTRW Kabupaten Halmahera Utara Tahun 2012 – 2032

Bab II-15
Gambar 2. 6 Peta Risiko Bencana Gempa Bumi
Sumber: Revisi RTRW Kabupaten Halmahera Utara Tahun 2012 – 2032

Bab II-16
Gambar 2. 7 Peta Risiko Bencana Gunung Api
Sumber: Revisi RTRW Kabupaten Halmahera Utara Tahun 2012 – 2032

Bab II-17
Gambar 2. 8 Peta Risiko Bencana Tsunami
Sumber: Revisi RTRW Kabupaten Halmahera Utara Tahun 2012 – 2032

Bab II-18
H.Penggunaan Lahan Eksisting

Tutupan lahan di Kabupaten Halmahera Utara didominasi oleh


pertanian lahan kering campuran dan hutan lahan kering sekunder, serta
pertanian lahan kering. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2. 5 Tutupan Lahan dan Luasannya di Kabupaten Halmahera Utara


No Tutupan Lahan Luas %
1 Badan air 989.2 0.28
2 Bandara 195.2 0.05
3 Belukar 23,423.6 6.59
4 Belukar rawa 1,559.1 0.44
5 Hutan lahan kering primer 17,544.6 4.93
6 Hutan lahan kering sekunder 93,438.8 26.27
7 Hutan mangrove primer 2,313.0 0.65
8 Hutan mangrove sekunder 1,198.4 0.34
9 Hutan rawa sekunder 4,204.4 1.18
10 Permukiman 4,777.6 1.34
11 Pertambangan 713.8 0.20
12 Pertanian lahan kering 53,521.6 15.05
13 Pertanian lahan kering campur 148,775.5 41.82
14 Sawah 1,399.8 0.39
15 Tanah terbuka 755.9 0.21
16 Transmigrasi 900.6 0.25
Sumber: Revisi RTRW Kabupaten Halmahera Utara Tahun 2012 – 2032

Sedangkan sebaran tutupan lahan beserta luasannya menurut setiap


kecamatan di Kabupaten Halmahera Utara dapat dilihat pada tabel berikut.

Bab II-19
Tabel 2. 6 Sebaran Luasan Tutupan Lahan di Setiap Kecamatan di Kabupaten Halmahera Utara.

Bab II-20

Sumber: Revisi RTRW Kabupaten Halmahera Utara Tahun 2012 – 2032

Bab II-20
2.2 Sarana Dan Prasarana
2.2.1 Air Limbah
Kondisi eksisting penanganan air limbah di Kabupaten Halmahera utara
adalah sebagai berikut:

1. Air limbah dari dapur, kamar mandi dan cuci (grey water) dibuang ke
saluran drainase terdekat atau parit, ke sungai atau ke laut, ke
pekarangan rumah dengan tanpa sumur resapan dan ada juga dibuang ke
sumur resapan
2. Air limbah dari WC/ kloset dibuang ke tangki septik dengan konstruksi
sebagian ada yang sudah kedap air, dan sebagian besar konstruksi tidak
standard (tidak kedap air) sehingga air buangan meresap ke dalam tanah
dan berpotensi mencemari air tanah.
3. Sebagian masyarakat juga masih ada yang Buang Air Besar Sembarangan
(BABS) ke sungai, pekarangan rumah, ke laut atau ke hutan. Hal ini masih
harus dilakukan sosialisasi dan edukasi terhadap masyarakat dalam
mencapai target akses universal sanitasi atau 100% cakupan akses
sanitasi diakhir tahun 2019 sesuai dengan amanat RPJMN 2015 2019,
yang juga mengacu pada SDGs tujuan nomor 6.

Pengolahan air limbah dapat dilakukan dengan sistem setempat (on site)
dan terpusat (off site). Pengolahan setempat (onsite) adalah pengolahan air
limbah yang dilakukan ditempat / lokasi bangunan penghasil limbah contoh
septictank individu. Pengolahan ini cocok diterapkan untuk daerah dengan
kepadatan penduduk rendah.
Pengolahan air limbah terpusat adalah suatu sistem pengolahan air
limbah dengan menggunakan jaringan perpipaan sistem gravitasi untuk
menampung dan mengalirkan air limbah ke Instalasi Pengolahan Air Limbah
(IPAL). Pengolahan ini cocok diterapkan untuk daerah dengan kepadatan
penduduk tinggi dengan memperhatikan daya dukung lahan.

Bab II-21
Gambar 2. 9 Contoh Skema Pengolahan air limbah sistem setempat (on site).

Lumpur tinja yang terbentuk dari proses penguraian kotoran harus


disedot secara periodik, diangkut dengan mobil tinja untuk diolah di Instalasi
Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT).

Gambar 2. 10 Contoh skema pengolahan air limbah secara terpusat (off site)

Bab II-22
Gambar 2. 11 Skenario Pengelolaan Air Limbah

2.2.2 Persampahan
Sistem pengelolaan sampah di Kabupaten Halmahera Utara masih
terbatas pada kumpul, angkut dan buang. Belum ada pemilahan mulai dari
sumber sampah, pemilahan sampah di lakukan di TPA.

Gambar 2. 12 Fasilitas tempat pewadahan sampah di lingkungan sekolah dan


Tempat sampah warga.

Belum ada tempat sampah terpilah, tempat sampah umumnya


disediakan sendiri oleh masyarakat yang diletakan di sepanjang jalan di depan
rumah masing-masing, sampah diangkut oleh Dinas Kebersihan menuju TPA 2

Bab II-23
(dua ) kali sehari. Jenis sampah umumnya merupakan sampah rumah tangga
atau sampah sejenis sampah rumah tangga.

Perlu Penyediaan tempat sampah terpilah minimal dengan dua (2)


tempat untuk membiasakan masyarakat memilah sampah mulai dari
sumbernya, dengan mengelompokan sampah organik (sampah basah) dan
sampah anorganik (sampah kering)

Gambar 2. 13 Contoh tempat sampah Tepilah, warna hijau untuk sampah


organik dan warna kuning untuk sampah anorganik

Prasarana eksisting sistem pengelolaan sampah di Kabubaten Halmahera


Utara sebagai berikut:
1. Jumlah Armada Sampah
 Dump Truck : 5 buah (1 kendaraan dalam kondisi
tidak layak)
 Amroll : 2 buah.
 Kontainer Sampah : 6 buah
 Motor Sampah : 2 buah
2. Total Tenaga Persampahan = 228 Orang
 Tukang Angkat Sampah : 42 Orang
 Tukang Paras : 25 Orang
 Tukang Sapu : 110 Orang
 Tukang Tinja : 4 Orang
 Tukang Taman : 6 Orang

Bab II-24
 Petugas Drainase : 7 Orang
 Bengkel & Operator : 23 Orang
 Mandor : 10 Orang
3. TPS 105 unit
4. TPA open dumping 1 unit di Kali Pitu
5. Persentase cakupan layanan persampahan:
 Persentase cakupan area pelayanan sebesar 1.33%, dengan jalur
pengangkutan meliputi 3 kecamatan yaitu Kecamatan Tobelo, Tobelo
Utara dan Tobelo Tengah
 Persentase jumlah sampah yang tertangani sebesar 41.30%
6. Jumlah timbulan sampah;

Tabel 2. 7 Tabel Timbulan Sampah di Halmahera Utara.

Sumber:Dinas Lingkungan Hidup Kab. Halmahera Utara, 2017

Bab II-25
Gambar 2. 14 Komposisi Sampah Total dari Jumlah Timbulan Sampah di Kabupaten
Halmahera Utara.
Sumber:Dinas Lingkungan Hidup Kab. Halmahera Utara, 2017

Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) sampah, eksisting terdapat di Desa


Kali Pitu, Pengolahan dengan sistem open dumping, terdapat proses
pemilahan sampah plastik, logam dan kertas di lokasi TPA.

Gambar 2. 15 TPA sistem Open dumping di Kali Pitu dan Sampah plastik dan logam
terpilah

Sumber: Revisi RTRW Kabupaten Halmahera Utara Tahun 2012 – 2032

Bab II-26
TPA Kali Pitu rencanya akan di tutup digantikan dengan TPA di Desa
Gosoma, yang sedang dibangun, sistem pengolahan dengan controlled landfill,
dilengkapi dengan Instalasi Pengolahan Air limbah Leachate. Dilokasi TPA juga
sudah dibangun Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT).

Gambar 2. 16 TPA Sistem Controlled Landfill di Desa Gosoma, IPAL Leachate dari
TPA Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT)
Sumber: Revisi RTRW Kabupaten Halmahera Utara Tahun 2012 – 2032

2.2.3 Drainase
Drainase perkotaan adalah drainase mikro yang meliputi saluran primer,
sekunder dan tersier. Pembangunan dan pemeliharaan drainase mikro ini
dimaksudkan untuk mengurangi titik genangan pada kawasan perumahan dan
permukiman ketika terjadi hujan. Berdasarkan Master Plan drainase khusus
untuk daerah perkotaan, kebutuhan saluran drainase adalah 124,83 km.
Sampai tahun 2016, telah dibangun sepanjang 25,60 km atau sebesar 20,51
% dari total kebutuhan, sehingga saluran drainase yang masih perlu dibangun
adalah 99,25 km.

2.2.4 Daerah Irigasi


Infrastruktur Sumber Daya Air (SDA) belum sepenuhnya optimal dalam
mendukung pencapaian kinerja pembangunan bidang pekerjaan umum secara
keseluruhan, seperti kinerja layanan jaringan irigasi yang ada dalam
mendukung pemenuhan kebutuhan air irigasi untuk menunjang produksi
pangan. Sampai Tahun 2016, panjang jaringan irigasi terbangun dalam
kondisi baik mencapai 25,33 km dari target 24,02 km. Data jaringan daerah
irigasi Kabupaten Halmahera Utara tahun 2015 dapat dilihat pada tabel
2.3.18. Sampai saat ini masih terdapat kerusakan jaringan irigasi yang
mengakibatkan menurunnya fungsi jaringan irigasi serta kebutuhan jaringan

Bab II-27
yang belum terbangun. Menurunnya fungsi jaringan irigasi disebabkan oleh
tingginya tingkat kerusakan karena umur konstruksi dan kurang optimalnya
kegiatan operasi dan pemeliharaan di samping rendahnya keterlibatan petani
dan stakehoders lainnya dalam pengelolaan jaringan irigasi. Selain itu kondisi
debit sungai yang airnya digunakan untuk kebutuhan irigasi fluktuatif antara
musim hujan dan musim kemarau. Daerah irigasi di Kabupaten Halmahera
Utara dapat dilihat pada Tabel 2.9 berikut ini:
Tabel 2. 8 Daerah Irigasi Kabupaten Halmahera Utara Tahun 2017

Sumber : Dinas PU Kabupaten Halmahera Utara,Tahun 2018

2.2.5 Air minum


Air minum merupakan kebutuhan dasar bagi manusia, sehingga air
minum mendapatkan prioritas penanganan utama dalam pengadaannya.
Kebutuhan air minum Kabupaten Halmahera Utara di supply dari PDAM
dengan wilayah pelayanan meliputi beberapa kecamatan, yaitu Kecamatan
Tobelo, Tobelo Barat, Tobelo Tengah, Tobelo Utara, Tobelo Selatan, Galela,
Galela Selatan, Galela Barat, Kao dan Kao Teluk. Luas area pelayanan total

sebesar 2.015,5 km2 dengan jumlah penduduk 180.100 jiwa. Komponen


wilayah pelayanan meliputi kawasan pemukiman, perdagangan,
pemerintahan, pendidikan, dan kawasan pelabuhan. Pembagian wilayah yang
sudah terlayani PDAM Kabupaten Halmahera adalah sebagai berikut:

Bab II-28
a. PDAM Tobelo, melayani 4 (empat) Desa di Kecamatan Tobelo, yaitu Desa
Linaino (Sadada), Desa Kalipitu, Desa Ruko, Desa Togoliua.
b. PDAM Unit IKK Galela, melayani 4 (empat) Desa di Kecamatan Galela, yaitu
Desa Pune, Desa Soakonora, Desa Igobula, Desa Dokulamo
c. PDAM Unit IKK Kao, melayani 5 (lima) desa di Kecamatan Kao, yaitu Desa
Kao, Desa Daru, Desa Kuntum Mekar, Desa Tabanoma, Desa Bori.
d. PDAM Unit IKK Tobelo Selatan, melayani 1 (satu) desa di Kecamatan
Tobelo Selatan, yaitu Desa Kupa-Kupa.NO.
Data sumber air, kapasitas sumber dan kapasitas produksi air minum
Kabupaten Halmahera Utara Tahun2018, dibagi dalam 3 (tiga) klaster sebagai
berikut:

Tabel 2. 9 Pusat Pelayanan Operasi PDAM Menurut Jenis Sumber Air, Kapasitas
Sumber Air, Kapasitas Produksi dan Kapasitas Idle Di Kabupaten
Halmahera Utara.
KAPASITAS
KAPASITAS KAPASITAS IDLE
NO. PUSAT OPERASI PDAM JENIS SUMBER AIR SUMBER AIR
PRODUKSI L/D L/D
L/D
I PDAM TOBELO (PDAM INDUK)
a. pusat operasi I PDAM Tobelo
- sumur 1 Sumur dangkal 25 22 11
- sumur 2 Sumur dangkal 3 2.5 0.5
- sumur 3 Sumur dalam 30 25 17.5
pusat operas II PDAM Tobelo
- sumur 1 Sumur dalam 50 40 38.5
- sumur 2 Sumur dalam 50 40 41
- sumur 3 Sumur dalam 50 40 47
- sumur 4 Sumur dalam 40 40 37
- sumur 5 Sumur dalam 40 40 35
- sumur 6 Sumur dalam 100 80 88.5
- sumur 7 Sumur dalam 100 80 90.5
- sumur 8 Sumur dalam 100 80 88.5
- sumur 9 Sumur dalam 100 80 90.5
b. Danau Paca Tobelo Selatan IPA 500 50 420
c. Pusat operasi III PDAM Kali pitu Sumur dalam 6 5 4
d. Pusat operasi IV PDAM Sadada Sumur dalam 15 10 12
e. Unit pelayanan PO Desa Ruko Sumur dalam 6.5 5 3
f. Unit pelayanan Desa Togoliua Permukaan 35 25 32.9
JUMLAH 1250.5 664.5 1057.4
II PDAM UNIT IKK Kao
a. pusat operasi IKK
- sumur 1 Sumur dalam 18 15 3
- sumur 2 Sumur dalam 15 10 5

Bab II-29
KAPASITAS
KAPASITAS KAPASITAS IDLE
NO. PUSAT OPERASI PDAM JENIS SUMBER AIR SUMBER AIR
PRODUKSI L/D L/D
L/D
b. unit pelayanan Desa Daru
- sumur 1 Sumur dalam
- sumur 2 Sumur dalam 6 5 1
c. unit pelayanan PO Desa Bori Sumur dalam 5 3.5 1.5
d. unit pelayanan PO Kuntum Mekar Sumur dalam 6 4.5 1.5
e. unit pelayanan PO Tabanoma Sumur dalam 4.5 3.5 1
f. unit pelayanan PO Malifut IPA 100 20 90
g. unit pelayanan PO Pidiwang Sumur dalam 30 25 20
JUMLAH 184.5 86.5 123
III PDAM UNIT IKK GALELA
a. Sungai IRA Galela IPA 100 20 90
b. Sungai Fram Tujuh Galela Air baku 100 20 90
c. Pusat operasi Pune
- Sumur 1 Sumur dalam 20 15 13.5
d. unit pelayanan PO Igobula Sumur dalam 5 4 2
e. unit pelayanan PO Dokulamo Sumur dalam 5 4 2
f. unit pelayanan PO Soakonora Sumur dangkal 7.5 5 4.2
 JUMLAH 237.5 68 201.7
Sumber: PDAM Halmahera Utara Tahun 2018

2.2.6 Kesehatan
1). Jumlah Sarana Kesehatan
Pada Tahun 2017 jumlah Rumah Sakit Umum di Kabupaten Halmahera
Utara sebanyak 3 (tiga) rumah sakit umum. Jumlah puskesmas yang
merupakan UPTD Dinas Kesehatan Kabupaten Halmahera Utara sebanyak 19
Puskesmas, yang dapat dikelompokkan menjadi 2 kategori yaitu: Puskesmas
Perawatan sebanyak 8 puskesmas dan Puskesmas non Perawatan sebanyak
11 puskesmas dan belum ada puskesmas yang terakreditasi sampai Tahun
2016. Selain itu terdapat 45 pustu yang tersebar di wilayah Kabupaten
Halmahera Utara dan 44 Poskesdes. Rasio puskesmas terhadap penduduk
adalah 1 : 10352, artinya setiap puskesmas melayani 10.000 - 11.000
penduduk.

2). Jumlah Tenaga Medis


Jumlah Dokter di Kabupaten Halmahera Utara sebanyak 47 orang dan
tenaga paramedis sebanyak 404 orang. Tenaga Kesehatan tersebar di
Rumah Sakit, Puskesmas, Puskesmas Pembantu dan Poskesdes di 17

Bab II-30
kecamatan. Selanjutnya disajikan jumlah sarana kesehatan dan tenaga
medis di Kabupaten Halmahera Utara seperti tabel 2.3.12, berikut:

3). Kinerja Pelayanan


Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu
hak dasar rakyat, yaitu hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan sesuai
Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 H ayat (1) dan Undang-Undang Nomor 36
tahun 2009 tentang Kesehatan. Pembangunan kesehatan antara lain diukur
dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM), dan merupakan suatu investasi
jangka panjang dalam kaitannya untuk mendukung kualitas sumber daya
manusia dan pembangunan ekonomi yang kompetitif, serta peningkatan
kesejahteraan sosial yang pada akhirnya merupakan salah satu upaya dalam
rangka penanggulangan kemiskinan.
Tabel 2. 10 Jumlah Fasilitas Kesehatan dan Tenaga Kesehatan Tahun 2017.

Sumber: Dinas Kesehatan, Tahun 2016

Keberhasilan pembangunan kesehatan yang telah dicapai Kabupaten


Halmahera Utara dapat dilihat dari capaian indikator kinerja bidang
kesehatan tahun 2013 sampai dengan Tahun 2017 sebagaimana tabel 2.14,
berikut:
Tabel 2. 11 Jumlah Fasilitas Kesehatan dan Tenaga Kesehatan Tahun 2017.

Bab II-31
Sumber: Dinas Kesehatan, Tahun 2016

3). Kinerja Pelayanan


Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu
hak dasar rakyat, yaitu hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan sesuai
Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 H ayat (1) dan Undang-Undang Nomor 36
tahun 2009 tentang Kesehatan. Pembangunan kesehatan antara lain diukur
dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM), dan merupakan suatu investasi
jangka panjang dalam kaitannya untuk mendukung kualitas sumber daya
manusia dan pembangunan ekonomi yang kompetitif, serta peningkatan
kesejahteraan sosial yang pada akhirnya merupakan salah satu upaya dalam
rangka penanggulangan kemiskinan.
Keberhasilan pembangunan kesehatan yang telah dicapai Kabupaten
Halmahera Utara dapat dilihat dari capaian indikator kinerja bidang kesehatan
tahun 2013 sampai dengan Tahun 2017 sebagaimana tabel 2.15, berikut:

Tabel 2. 12 Capaian Indikator bidang Kesehatan.

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Halmahera Utara, Tahun 2018

Perkembangan cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani di


Kabupaten Halmahera Utara selama periode 2013 - 2017 mengalami fluktuasi.

Bab II-32
Dalam hal ini, komplikasi kebidanan yang dimaksud adalah kesakitan pada ibu
hamil, ibu bersalin, ibu nifas yang dapat mengancam jiwa ibu dan bayi. Pada
tahun 2013 cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani sudah mencapai
63,58 %, namun mengalami penurunan yang cukup signifikan menjadi 44,86 %
ditahun 2014. Pada tahun 2017 cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani
di Kabupaten Halmahera Utara sudah kembali naik mencapai 95 %.
Perkembangan cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
yang memiliki kompetensi kebidanan di Kabupaten Halmahera Utara berada
pada posisi fluktuatif. Jika pada tahun 2013 cakupan pelayanan mencapai 77,82
%, pada tahun 2014 – 2017 mengalami penurunan menjadi 65%.
Perkembangan cakupan desa/kelurahan Universal Child Immunization
(UCI) di Kabupaten Halmahera Utara selama periode 2013 - 2016 telah
mencapai 81,8 %. Cakupan desa/kelurahan Universal Child Immunization (UCI)
adalah desa/kelurahan dimana > 80 % dari jumlah bayi yang ada di
desa/kelurahan tersebut sudah mendapat imunisasi dasar lengkap dalam waktu
satu tahun.
Kinerja cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan di Kabupaten
Halmahera Utara sudah mencapai tingkat yang optimal, dimana dari periode
2013 hingga 2017 telah mencapai 100 %. Hal ini menunjukkan bahwa kasus
balita gizi buruk sudah tertangani seluruhnya.
Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit TBCBTA di Kabupaten
Halmahera Utara belum optimal dilakukan karena cakupan penemuan selama
periode 2013 - 2016 cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit
TBC baru mencapai 80 %.
Kinerja cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin
selama 4 tahun terakhir (2013 - 2016) baru mencapai 53,37 %. Ini
mengindikasikan bahwa jumlah masyarakat miskin yang dijamin dalam jaminan
pelayanan kesehatan berjumlah 87.194 jiwa dan yang telah mengakses
pelayanan kesehatan di tahun 2015 hanya sebanyak 31.880 orang atau 36,56
%.
Perkembangan cakupan kunjungan bayi selama lima tahun kenaikan
setiap tahunnya. Cakupan kunjungan bayi di tahun 2013 telah mencapai 79 %,

Bab II-33
dan mengalami kenaikan secara terus menerus sampai dengan tahun 2017
mencapai 99 %. Untuk cakupan puskesmas di Kabupaten Halmahera Utara
selama periode 2013 - 2017 sudah di atas 100 %. Ini berarti bahwa jumlah
puskesmas di suatu kecamatan ada yang lebih dari 1 puskesmas.
Terkait capaian indikator SPM di urusan kesehatan, diketahui bahwa
tahun 2013 sudah banyak yang tercapai, bahkan melebihi dari target yang telah
ditentukan. Hanya terdapat beberapa indikator kinerja saja yang capaiannya
masih di bawah target. Ini menunjukkan bahwa pelayanan kesehatan di
Kabupaten Halmahera Utara sudah cukup baik. Dari total 24 indikator SPM
Bidang Kesehatan, sebanyak 21 indikator (87,5 %) sudah tercapai (bahkan
beberapa indikator melebihi target) dan hanya sebanyak 3 indikator (12,5 %)
saja yang belum mencapai target. Indikator SPM yang belum tercapai di
antaranya cakupan pelayanan anak balita dan cakupan peserta KB aktif.

4). Kinerja Pelayanan RSUD


Rumah Sakit sebagai salah satu sarana pelayanan kesehatan
masyarakat baik secara prefentif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif memiliki
fungsi yang sangat strategis dimana rumah sakit diharapkan dapat berperan
secara optimal dalam upaya mempercepat peningkatan derajat kesehatan. Di
Kabupaten Halmahera Utara terdapat 3 Rumah Sakit terdiri dari 2 Rumah Sakit
Pemerintah yaitu Rumah Sakit Umum Tobelo dengan tipe C, Rumah Sakit Kao
dengan tipe D dan Rumah Sakit Swasta yaitu Rumah Sakit Bethesda dengan
tipe D. Total tempat tidur sebanyak 180 tempat tidur. Rumah Sakit Umum
Daerah Tobelo merupakan rumah sakit rujukan regional di Provinsi Maluku
Utara yang menerima rujukan baik dari wilayah Kabupaten Halmahera Utara,
maupun dari kabupaten sekitar seperti Kabupaten Pulau Morotai, Kabupaten
Halmahera Timur, Kabupaten Halmahera Barat, dan Kabupaten Halmahera
Tengah.
Tabel 2. 13 Keadaan Ketenagaan menurut Jenisnya.
Kondisi Sdm Tahun
No Jenis Ketenagaan 2011 2012 2013 2014 2015 2016
1 2 3 4 5 6 7 8
1 TENAGA MEDIK
Dokter Umum 11 11 12 13 13 13
Dokter Gigi Umum 1 1 1 1 1 2
Jumlah 12 12 13 14 14 15

Bab II-34
Kondisi Sdm Tahun
No Jenis Ketenagaan 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Tenaga Medis Spesialis Dasar
Spesialis Bedah 1 1 2 2 2 3
Spesialis Penyakit Dalam 1 1 1 1 2 2
Spesialis Anak 1 1 1 1 1 2
Spesialis Kebidanan & Kandungan 1 1 1 1 2 3
Jumlah 4 4 5 5 7 10
Tenaga Spesialis Penunjang
Spesialis Anastesi 0 0 1 0 1 1
Spesialis Radiologi 0 0 0 1 0 0
Spesialis Patologi Klinik 0 0 0 0 0 1
Jumlah 0 0 1 1 1 2
Tenaga Spesialis Lainnya
Spesialis Mata 1 1 1 1 1 1
Spesialis THT 0 0 0 1 0 0
Spesialis Saraf 0 0 0 0 0 0
Spesialis Gigi dan Mulut 0 0 1 0 0 0
Spesialis Kulit dan Kelamin 0 0 0 1 1 0
Jumlah 1 1 2 3 2 1
2 TENAGA KEPERAWATAN
Perawat 108 120 141 169 169 169
Bidan 36 35 46 52 54 54
Perawat Gigi 3 3 2 2 1 1
Jumlah 147 158 189 223 224 224
3 TENAGA KEFARMASIAN
Apoteker 4 5 3 5 5 5
Asisten Apoteker 1 1 0 0 1 1
S1 Farmasi 5 4 3 3 5 5
Jumlah 10 10 6 8 11 11
4 TENAGA KESEHATAN MASYARAKAT
Administrator Kesehatan 0 0 0 0 0 1
Entomolog Kesehatan 0 0 0 0 0 0
Epidemiolog 0 0 0 0 0 0
Penyuluh Kesehatan 0 0 0 0 0 0
Kesehatan lain 0 0 0 1 4 4
Sanitarian 3 3 4 4 5 5
Jumlah 3 3 4 5 9 10
5 TENAGA GIZI
Dietisen 0 0 0 0 0 0
Nutrisionis 8 8 9 9 9 9
Jumlah 8 8 9 9 9 9
6 TENAGA KETEKNISAN MEDIS
Radiografer 1 1 1 1 3 3
Teknisi Elektromedis 0 0 0 0 2 3
Analis Kesehatan 2 3 2 2 8 8
Teknisi Transfusi Darah 0 0 0 0 0 0
Perekam Medik 1 1 1 1 1 1
Jumlah 4 5 4 4 14 15
7 TENAGA KETERAPIAN MEDIS
Fisioterapis 3 3 3 4 4 4
Okupasi Terapis 0 0 0 0 0 0
Therapi Wicara 0 0 0 0 0 0
Jumlah 3 3 3 4 4 4
8 TENAGA KESEHATAN LAINNYA
Magister Manajemen Kesehatan 1 2 1 0 0 0
Magister Administrasi Rumah Sakit 0 0 1 1 1 1
Jumlah 1 2 2 1 1 1
Magister Manajemen Kesehatan 1 2 1 0 0 0
9 TENAGA NON KESEHATAN 60 61 68 73 69 69
Jumlah 60 61 68 73 69 69
Jumlah Total 253 267 306 350 365 370

Bab II-35
Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Halmahera Utara,Tahun 2017

Dari tabel 2.15 diatas dapat dilihat bahwa masih terdapat


kekurangan beberapa tenaga dokter spesialis, dokter umum, dokter gigi,
perawat, perawat gigi, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga gizi, dan
tenaga keterapian medis.
1. Sarana Peribadatan
Fasilitas Peribadatan di Kabupaten Halmahera Utara untuk mesjid
dan gereja dari sisi jumlahnya terlihat sudah mencukupi hingga 20 tahun
kedepan sesuai dengan jumlah penduduk. Jumlah mesjid sebanyak 122
mesjid sedangkan gereja sebanyak 326 gereja.

Tabel 2. 14 Estimasi Kebutuhan Unit dan Lahan Fasilitas Peribadatan Kabupaten


Halmahera Utara Hingga Tahun 2032.
Standar Tahu Proyeksi Kebutuhan
Standar
N Jenis Jumlah n 2018 2022 2027 2032
Lahan
o Sarana Penduduk 2017 Lahan Uni Lahan Un Lahan Lahan
Min (Ha) Unit Unit
(jiwa) (unit) (Ha) t (Ha) it (Ha) (Ha)
1 Mushola 250 0.01 - - - - - - - - -
3 19 19. 326. 19
2
Gereja 2,500 0.06 326 26 - 326 .56 326 56 00 .56
7 7. 7
3 122.0
.32 32 .32
Mesjid 2,500 0.06 122 122 - 122 122 0
Mesjid
4 Lingkunga
n 30,000 0.36 - - - - - - - - -
Mesjid
5
Kecamatan 120,000 0.54 - - - - - - - - -
Sarana (disesuaikan (disesuaikan (disesuaikan (disesuaikan (disesuaika (disesuaikan
6
ibadah lain ) ) - - ) - ) - n) - )
Jumlah 448 - 448 26.88 448 26.88 448 26.88
Sumber: Analisis Konsultan berdasarkan SNI 1733, Tahun 2018

2.2.7 Sarana Transportasi


A. Prasarana Transportasi Darat

Panjang jalan di kabupaten Halmahera Utara secara keseluruhan


sepanjang 493,82 kilometer, yang terdiri atas Jalan Negara sepanjang 192,62
kilometer dan Jalan Kabupaten sepanjang 301,02 kilometer.
Kondisi panjang tiap jenis permukaan untuk Jalan Negara seluruhnya
diaspal, sedangkan pada Jalan Kabupaten kondisi beraspal 175,69 km (58%),
kondisi berkerikil 92,04 km (30,5%), dan kondisi jalan tanah 33,4 km (11%).
Sedangkan pada panjang tiap kondisi untuk Jalan Kabupaten pada kondisi baik
146,71 km (48,7%), kondisi sedang 92,17 km (30,6%), kondisi rusak ringan

Bab II-36
38,61 km (12,82%), serta kondisi rusak berat 23,7 km (7,87 %). Adapun untuk
lebih jelas mengenai kondisi jalan di kabupaten Halmahera Utara dapat dilihat
pada tabel 2.21 & tabel 2.22.
Di kabupaten Halmahera Utara terdapat rencana pengembangan untuk
jembatan sejumlah 99 unit, dimana saat ini sudah 79 unit jembatan yang telah
terbangun dengan panjang total jembatan sebesar 1.265,41 meter, dan masih
ada 20 unit jembatan yang belum dibangun. Adapun untuk sebaran nama
jembatan, ruas, dimensi dan tipe jembatan dapat dilihat pada tabel 2.15.

Bab II-37
Tabel 2. 15 Kondisi Jalan Menurut Jenis Permukaan di Kabupaten Halmahera Utara
Panjang Tiap Jenis Permukaan ( % )

Panjang
Lebar Aspal/ Tanah/
No. No. Ruas Nama Ruas Jalan Kecamatan Yang Dilalui Ruas Perkerasan Telford/
Penetrasi Belum
Beton Kerikil
Macadam Tembus
( Km ) (m)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 601 - 00 Malifut - Sp. Ngoali Malifut - Kao Barat 15.400 4.50 7.267 4.418 3.715
2 602 - 00 SPBU Malifut - Gayok Malifut 1.798 4.00 1.798
3 603 - 00 Dimdim - Sasur Kao 3.463 5.00 3.463
4 604 - 00 Kao - Dimdim Kao 5.070 4.50 4.615 0.455
5 605 - 00 Sp. Biang - Popon Kao 10.855 4.50 10.855
6 606 - 00 Pediwang - Tonuo Kao Utara 2.948 4.00 2.948
7 607 - 00 Wateto - Warudu - Dowongimaiti Kao Utara 11.700 4.50 11.700
8 608 - 00 Pitago - Takimo Kao Barat 7.633 5.00 7.633
9 609 - 00 Sohukum - Soasangaji Jaya Kao Barat 4.788 4.50 4.788
10 610 - 00 Somaetek - Tuguis Kao Barat 1.500 4.50 1.500
11 611 - 00 Kusuri - Tolabit Tobelo Barat - Kao Barat 22.895 5.00 22.895
12 612 - 00 Kusuri - Wangongira Tobelo Barat 13.813 5.00 13.813
13 613 - 00 Kusuri - Trans Suka Maju Tobelo Barat 6.251 4.50 1.776 4.475
14 614 - 00 Birinoa - Birinoa Dalam Tobelo Barat 1.295 4.50 1.295
15 615 - 00 Togoliua - Gamsungi II Tobelo Barat 6.203 4.00 5.933 0.270
16 616 - 00 Gamsungi II - Gonga Tobelo Barat - Tobelo Timur 8.555 4.50 3.638 4.917
17 617 - 00 Gamsungi II - Warudu Tobelo Barat - Kao Utara 2.300 5.00 2.300
18 618 - 00 Sp. Tobe - Katana Tobelo Timur 12.570 5.00 12.570
19 619 - 00 Lina Ino - Kali Pitu Tobelo Tengah 2.693 4.50 2.522 0.171
20 620 - 00 Jl. Jiko Leleani Tobelo Tengah - Tobelo - Tobelo Utara 11.900 20.50 1.938 5.410 4.552
21 621 - 00 Jl. Kawasan Pemerintahan Tobelo 6.074 12.00 5.309 0.131 0.634
22 622 - 00 Seki - Gotalamo Galela Selatan - Galela Barat 3.830 4.50 3.830
23 623 - 00 Simau - Ngidiho Galela - Galela Barat 6.876 4.50 6.876
24 624 - 00 Ngajam - Apulea Loloda Utara 19.500 6.00 19.500
25 625 - 00 Dama - Salube - Cera Loloda Utara 8.777 5.00 8.777
26 626 - 00 Sp. Dama - Dowonggila Loloda Utara 1.600 5.00 1.600
27 401 - 01 Taolas - Baromadehe Kao Teluk 1.443 4.50 1.443
28 401 - 02 Dumdum - Dumdum Pantai Kao Teluk 1.634 4.50 1.515 0.119
29 402 - 01 Wangeotak - Tahane Malifut 2.751 4.50 2.751
30 402 - 02 Bobawa - Ngofakiaha Malifut 2.722 4.50 1.200 1.122 0.400
31 402 - 03 Tagono - Talapao Malifut 0.515 4.50 0.515
32 402 - 04 Jl. Samsuma Malifut 0.800 4.50 0.800
33 402 - 05 Jl. Terpadu Malifut 0.900 5.00 0.900
34 403 - 01 Sp. Goruang - Pasar Kao Kao 1.292 4.00 1.292
35 403 - 02 Jati - Kao Kao 1.526 4.50 1.526

Bab II-38
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
36 403 - 03 Waringin Lamo - Sumber Agung Kao 1.349 4.00 1.349
37 403 - 04 Gamlaha - Sumber Agung Kao Utara - Kao 8.950 4.50 8.950
38 403 - 05 Lofra - Goruang Kao 1.223 4.00 1.223
39 404 - 01 Sp. Puskesmas Daru - Pasar Daru Kao Utara 1.780 4.50 0.527 1.253
40 404 - 02 Sp. Doro - Boulamo Kao Utara 2.642 4.50 2.642
41 404 - 03 Sp. Warudu - Gulo Kao Utara 5.830 4.50 4.900 0.930
42 405 - 01 Sp. Kupa-Kupa - Depot Pertamina Tobelo Selatan 1.917 5.00 1.600 0.317
43 405 - 02 Tomahalu - Efi-Efi Tobelo Selatan 1.140 4.00 0.098 1.042
44 405 - 03 Sp. Talaga Paca - Talaga Paca Tobelo Selatan 1.966 4.50 1.966
45 406 - 01 Wosia - Lina Ino Tobelo Tengah 2.285 4.50 2.285
46 406 - 02 Kusu-Kusu - Sadada Tobelo Tengah 0.985 4.50 0.985
47 406 - 03 Lina Ino - Sabutil Tobelo Tengah 1.714 4.50 1.195 0.519
48 406 - 04 SMP Wosia - Tanjung Niara Tobelo Tengah 1.062 4.50 1.062
49 406 - 05 SPBU Wosia - SMP Wosia Tobelo Tengah 1.101 4.00 1.101
50 406 - 06 Sp. Pitu - Pantai Carlen Tobelo Tengah 0.592 4.00 0.592
51 406 - 07 Sp. Payahe - Pasar Wosia Tobelo Tengah 1.173 4.50 1.173
52 406 - 08 Upa - Kali Upa Tobelo Tengah 0.510 4.00 0.510
53 406 - 09 Jl. F. Lemonsui Tobelo Tengah 0.641 4.50 0.641
54 407 - 01 Jl. O. Sasingan Tobelo 0.564 5.00 0.564
55 407 - 02 Jl. Korneles Moot Tobelo 0.559 4.50 0.559
56 407 - 03 Jl. WKO Tobelo 0.566 5.50 0.566
57 407 - 04 Jl. Tugu Nusantara Tobelo 2.642 4.50 2.642
58 407 - 05 Jl. TPI Tobelo 0.600 5.00 0.600
59 407 - 06 Jl. R. Tuhehai Tobelo 1.576 5.00 1.576
60 407 - 07 Jl. PLTD Tobelo 0.483 4.50 0.483
61 407 - 08 Jl. SMK Nusantara Tobelo 0.656 4.00 0.445 0.211
62 407 - 09 Jl. Garuda Tobelo 0.797 6.00 0.797
63 407 - 10 Kampung Igo - Kubur Cina Tobelo 1.228 4.50 1.228
64 407 - 11 Jl. Sengkanaung Tobelo 0.477 4.50 0.477
65 407 - 12 Jl. PDAM Tobelo 1.164 5.00 1.164
66 407 - 13 Jl. Puskesmas Tobelo 0.486 4.50 0.486
67 407 - 14 Jl. Front Camp Tobelo 0.362 5.00 0.362
68 407 - 15 Jl. KH. Ahmad Dahlan Tobelo 0.572 4.00 0.572
69 407 - 16 Jl. Kuburan Cina Tobelo 1.800 5.00 1.800
70 407 - 17 Jl. Pangety Tobelo 0.918 4.50 0.918
71 407 - 18 Jl. Kejaksaan Tobelo 0.345 4.00 0.345
72 407 - 19 Jl. Djumati Lamali Tobelo 1.206 4.00 1.206
73 407 - 20 Jl. Sultan Hasannudin Tobelo 0.544 4.00 0.544
74 407 - 21 Jl. Huboto Tobelo 0.379 4.00 0.379
75 407 - 22 Jl. Lobiua Tobelo 0.448 5.00 0.448
76 407 - 23 Jl. Karianga Tobelo 0.489 6.00 0.489
77 407 - 24 Jl. AR Nada Tobelo 0.439 4.00 0.439
78 407 - 25 Jl. Halu Tobelo 0.447 6.00 0.447
79 407 - 26 Jl. Dukono Tobelo 2.452 4.00 2.452

Bab II-39
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
80 407 - 27 Jl. TT. Marhaban Tobelo 0.390 6.50 0.390
81 407 - 28 Jl. Bhayangkara Tobelo 1.906 7.50 1.906
82 407 - 29 Jl. Prajurit Tobelo 0.369 4.50 0.369
83 407 - 30 Jl. Lina Tobelo 0.928 5.00 0.928
84 407 - 31 Jl. Bethesda Tobelo 0.295 4.00 0.295
85 407 - 32 Jl. Z. Duan Tobelo 0.391 6.00 0.391
86 407 - 33 Jl. Gonzalo Velozo Tobelo 0.396 4.00 0.396
87 407 - 34 Kamp. Baru - Gura Tobelo 1.010 4.00 1.010
88 407 - 35 Kamp. Baru - RSUD Tobelo 1.359 4.50 1.359
89 407 - 36 Jl. Tanjung Pilawang Tobelo 0.524 4.00 0.524
90 407 - 37 Jl. MKCM Tobelo 1.610 4.50 1.610
91 407 - 38 Jl. AMD Tobelo 0.540 4.50 0.540
92 407 - 39 Jl. Pertanian Tobelo 0.363 4.50 0.363
93 407 - 40 Jl. Bunga Jago Tobelo 1.245 5.00 1.245
94 407 - 41 Jl. Pasar Buaele Tobelo 0.202 4.50 0.202
95 407 - 42 Wari - Wari Ino Tobelo 1.020 3.50 1.020
96 408 - 00 Gorua Selatan - Popilo Tobelo Utara 1.691 4.00 1.691
97 409 - 01 Jl. Ake Sahu Galela 0.480 4.00 0.480
98 409 - 02 Jl. Pelabuhan Soasio Galela 0.357 4.00 0.357
99 409 - 03 Pune - Towara Galela 0.922 4.50 0.922
100 409 - 04 Jl. Mangga Dua Galela 0.262 5.00 0.262
101 409 - 05 Jl. Yasin Gamsungi Galela 0.229 5.00 0.229
102 409 - 06 Jl. Lahamajojo Galela 0.346 4.00 0.346
103 409 - 07 Jl. Siswa Galela 0.322 4.00 0.322
104 409 - 08 Jl. Barataku Galela 0.758 4.00 0.758
105 410 - 01 Jl. Soadamai Galela Selatan 2.115 4.00 2.115
106 410 - 02 Jl. Pemerintahan Galela Selatan 0.272 4.00 0.272
107 410 - 03 Ori - Bale Galela Selatan 1.240 4.00 1.240
108 410 - 04 Jl. Pemerintahan II Galela Selatan 0.616 4.00 0.616
109 411 - 01 Samuda - Dokulamo Galela Barat 1.348 3.50 1.348
110 411 - 02 Jl. Sapoli Galela Barat 3.350 4.00 3.350
111 411 - 03 Dokulamo - Duma Galela Barat 0.789 4.00 0.789
112 411 - 04 Jl. Van Dijken Galela Barat 0.627 4.00 0.627
A. Total Panjang Jalan (Km) 301.20 175.697 92.040 33.464
B. Presentase Jalan (%) 100.00
Sumber: Dinas PUPR Bidang Bina Marga Kabupaten Halmahera Utara Tahun 2018

Tabel 2. 16 Kondisi Jalan Menurut Jenis Permukaan di Kabupaten Halmahera Utara

Bab II-40
Panjang Tiap Kondisi

Panjan Leba
No
No. Ruas Nama Ruas Jalan Kecamatan Yang Dilalui g Ruas r Baik Sedang Rusak Ringan Rusak Berat
.

( Km ) (m) % Km % Km % Km % Km

Bab II-41
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
60 0 27.92
- Malifut - Sp. Ngoali
1 1 0 Malifut - Kao Barat 15.400 4.50 14.006 2.157 58.071 8.943 2 4.300
60 0 100.00
- SPBU Malifut - Gayok
2 2 0 Malifut 1.798 4.00 0 1.798
60 0 77.96
- Dimdim - Sasur
3 3 0 Kao 3.463 5.00 22.033 0.763 7 2.700
60 0
- Kao - Dimdim
4 4 0 Kao 5.070 4.50 90.730 4.600 7.298 0.370 1.972 0.100
60 0
- Sp. Biang - Popon
5 5 0 Kao 10.855 4.50 42.296 4.591 53.098 5.764 4.606 0.500
60 0 100.00
- Pediwang - Tonuo
6 6 0 Kao Utara 2.948 4.00 0 2.948
60 0 10.70
- Wateto - Warudu - Dowongimaiti
7 7 0 Kao Utara 11.700 4.50 91.453 0 8.547 1.000
60 0 53.71
- Pitago - Takimo
8 8 0 Kao Barat 7.633 5.00 46.286 3.533 4 4.100
60 0 Soasangaji 100.00
- Sohukum -
9 9 0 Jaya Kao Barat 4.788 4.50 0 4.788
61 0 53.33
- Somaetek - Tuguis
10 0 0 Kao Barat 1.500 4.50 46.667 0.700 3 0.800
61 0 100.00
- Kusuri - Tolabit
11 1 0 Tobelo Barat - Kao Barat 22.895 5.00 0 22.895
61 0 73.80 10.19
- Kusuri - Wangongira
12 2 0 Tobelo Barat 13.813 5.00 26.193 3.618 7 5
61 0 Trans Suka
- Kusuri -
13 3 0 Maju Tobelo Barat 6.251 4.50 28.412 1.776 66.789 4.175 4.799 0.300
61 0
- Birinoa - Birinoa Dalam
14 4 0 Tobelo Barat 1.295 4.50 30.502 0.395 61.776 0.800 7.722 0.100
61 0 22.11
- Togoliua - Gamsungi II
15 5 0 Tobelo Barat 6.203 4.00 77.882 4.831 8 1.372
61 0 57.47
- Gamsungi II - Gonga
16 6 0 Tobelo Barat - Tobelo Timur 8.555 4.50 42.525 3.638 5 4.917
61 0 100.00
- Gamsungi II - Warudu
17 7 0 Tobelo Barat - Kao Utara 2.300 5.00 0 2.300
61 0 11.13
- Sp. Tobe - Katana
18 8 0 Tobelo Timur 12.570 5.00 80.111 10.070 8.751 1.100 8 1.400
61 0
- Lina Ino - Kali Pitu
19 9 0 Tobelo Tengah 2.693 4.50 93.650 2.522 6.350 0.171
62 0 Tobelo Tengah - Tobelo - Tobelo 20.5 13.12
- Jl. Jiko Leleani
20 0 0 Utara 11.900 0 16.286 1.938 36.134 4.300 6 1.562 34.454 4.100
62 0 12.0 12.59
- Jl. Kawasan Pemerintahan 0.765
21 1 0 Tobelo 6.074 0 87.405 5.309 5
62 0
- Seki - Gotalamo
22 2 0 Galela Selatan - Galela Barat 3.830 4.50 55.091 2.110 44.909 1.720

Bab II-42
62 0
- Simau - Ngidiho
23 3 0 Galela - Galela Barat 6.876 4.50 76.774 5.279 23.226 1.597
62 0 100.00 19.50
- Ngajam - Apulea
24 4 0 Loloda Utara 19.500 6.00 0 0
62 0 100.00
- Dama - Salube - Cera
25 5 0 Loloda Utara 8.777 5.00 0 8.777
62 0 100.00
- Sp. Dama - Dowonggila
26 6 0 Loloda Utara 1.600 5.00 0 1.600
40 0 100.00
- Taolas - Baromadehe
27 1 1 Kao Teluk 1.443 4.50 0 1.443
40 0 Dumdum
- Dumdum -
28 1 2 Pantai Kao Teluk 1.634 4.50 92.717 1.515 7.283 0.119
40 0
- Wangeotak - Tahane 0.051
29 2 1 Malifut 2.751 4.50 87.241 2.400 10.905 0.300 1.854
40 0 22.04
- Bobawa - Ngofakiaha 0.600
30 2 2 Malifut 2.722 4.50 44.085 1.200 33.872 0.922 3
40 0 100.00
- Tagono - Talapao
31 2 3 Malifut 0.515 4.50 0 0.515
40 0 37.50
- Jl. Samsuma 0.300
32 2 4 Malifut 0.800 4.50 25.000 0.200 37.500 0.300 0
40 0 100.00
- Jl. Terpadu
33 2 5 Malifut 0.900 5.00 0 0.900
40 0 100.00
- Sp. Goruang - Pasar Kao
34 3 1 Kao 1.292 4.00 0 1.292
40 0 100.00
- Jati - Kao
35 3 2 Kao 1.526 4.50 0 1.526
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
40 0 100.00
- Waringin Lamo - Sumber Agung
36 3 3 Kao 1.349 4.00 0 1.349
40 0
- Gamlaha - Sumber Agung 0.700
37 3 4 Kao Utara - Kao 8.950 4.50 91.061 8.150 7.821 1.117 0.100
40 0 100.00
- Lofra - Goruang
38 3 5 Kao 1.223 4.00 0 1.223
40 0 Sp. Puskesmas
- - Pasar Daru 0.100
39 4 1 Daru Kao Utara 1.780 4.50 26.966 0.480 67.416 1.200 5.618
40 0 100.00
- Sp. Doro - Boulamo
40 4 2 Kao Utara 2.642 4.50 0 2.642
40 0 15.95
- Sp. Warudu - Gulo 0.930
41 4 3 Kao Utara 5.830 4.50 84.048 4.900 2
40 0 Depot 16.53
- Sp. Kupa-Kupa - 0.317
42 5 1 Pertamina Tobelo Selatan 1.917 5.00 83.464 1.600 6
40 0
- Tomahalu - Efi-Efi
43 5 2 Tobelo Selatan 1.140 4.00 8.596 0.098 91.404 1.042
40 0 100.00
- Sp. Talaga Paca - Talaga Paca
44 5 3 Tobelo Selatan 1.966 4.50 0 1.966

Bab II-43
40 0 100.00
- Wosia - Lina Ino
45 6 1 Tobelo Tengah 2.285 4.50 0 2.285
40 0 100.00
- Kusu-Kusu - Sadada
46 6 2 Tobelo Tengah 0.985 4.50 0 0.985
40 0
- Lina Ino - Sabutil
47 6 3 Tobelo Tengah 1.714 4.50 69.720 1.195 30.280 0.519
40 0 100.00
- SMP Wosia - Tanjung Niara
48 6 4 Tobelo Tengah 1.062 4.50 0 1.062
40 0 100.00
- SPBU Wosia - SMP Wosia
49 6 5 Tobelo Tengah 1.101 4.00 0 1.101
40 0 100.00
- Sp. Pitu - Pantai Carlen
50 6 6 Tobelo Tengah 0.592 4.00 0 0.592
40 0 100.00
- Sp. Payahe - Pasar Wosia
51 6 7 Tobelo Tengah 1.173 4.50 0 1.173
40 0 100.00
- Upa - Kali Upa
52 6 8 Tobelo Tengah 0.510 4.00 0 0.510
40 0 100.00
- Jl. F. Lemonsui
53 6 9 Tobelo Tengah 0.641 4.50 0 0.641
40 0 100.00
- Jl. O. Sasingan
54 7 1 Tobelo 0.564 5.00 0 0.564
40 0 100.00
- Jl. Korneles Moot
55 7 2 Tobelo 0.559 4.50 0 0.559
40 0 100.00
- Jl. WKO
56 7 3 Tobelo 0.566 5.50 0 0.566
40 0 100.00
- Jl. Tugu Nusantara
57 7 4 Tobelo 2.642 4.50 0 2.642
40 0 100.00
- Jl. TPI
58 7 5 Tobelo 0.600 5.00 0 0.600
40 0 100.00
- Jl. R. Tuhehai
59 7 6 Tobelo 1.576 5.00 0 1.576
40 0
- Jl. PLTD
60 7 7 Tobelo 0.483 4.50 79.296 0.383 20.704 0.100
40 0
- Jl. SMK Nusantara
61 7 8 Tobelo 0.656 4.00 67.835 0.445 32.165 0.211
40 0 24.71
- Jl. Garuda
62 7 9 Tobelo 0.797 6.00 75.282 0.600 8 0.197
40 1 100.00
- Kampung Igo - Kubur Cina
63 7 0 Tobelo 1.228 4.50 0 1.228
40 1 100.00
- Jl. Sengkanaung
64 7 1 Tobelo 0.477 4.50 0 0.477
40 1 100.00
- Jl. PDAM
65 7 2 Tobelo 1.164 5.00 0 1.164
40 1 100.00
- Jl. Puskesmas
66 7 3 Tobelo 0.486 4.50 0 0.486
67 40 - 1 Jl. Front Camp Tobelo 0.362 5.00 100.00 0.362

Bab II-44
7 4 0
40 1 100.00
- Jl. KH. Ahmad Dahlan
68 7 5 Tobelo 0.572 4.00 0 0.572
40 1 100.00
- Jl. Kuburan Cina
69 7 6 Tobelo 1.800 5.00 0 1.800
40 1 Jl. 100.00
-
70 7 7 Pangety Tobelo 0.918 4.50 0 0.918
40 1 100.00
- Jl. Kejaksaan
71 7 8 Tobelo 0.345 4.00 0 0.345
40 1
- Jl. Djumati Lamali
72 7 9 Tobelo 1.206 4.00 91.708 1.106 8.292 0.100
40 2 100.00
- Jl. Sultan Hasannudin
73 7 0 Tobelo 0.544 4.00 0 0.544
40 2 100.00
- Jl. Huboto
74 7 1 Tobelo 0.379 4.00 0 0.379
40 2 100.00
- Jl. Lobiua
75 7 2 Tobelo 0.448 5.00 0 0.448
40 2
- Jl. Karianga
76 7 3 Tobelo 0.489 6.00 38.650 0.189 61.350 0.300
40 2 100.00
- Jl. AR Nada
77 7 4 Tobelo 0.439 4.00 0 0.439
40 2 100.00
- Jl. Halu
78 7 5 Tobelo 0.447 6.00 0 0.447
40 2 100.00
- Jl. Dukono
79 7 6 Tobelo 2.452 4.00 0 2.452
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
40 2 100.00
- Jl. TT. Marhaban
80 7 7 Tobelo 0.390 6.50 0 0.390
40 2 100.00
- Jl. Bhayangkara
81 7 8 Tobelo 1.906 7.50 0 1.906
40 2 100.00
- Jl. Prajurit
82 7 9 Tobelo 0.369 4.50 0 0.369
40 3
- Jl. Lina
83 7 0 Tobelo 0.928 5.00 24.569 0.228 75.431 0.700
40 3 100.00
- Jl. Bethesda
84 7 1 Tobelo 0.295 4.00 0 0.295
40 3 100.00
- Jl. Z. Duan
85 7 2 Tobelo 0.391 6.00 0 0.391
40 3 100.00
- Jl. Gonzalo Velozo
86 7 3 Tobelo 0.396 4.00 0 0.396
40 3
- Kamp. Baru - Gura
87 7 4 Tobelo 1.010 4.00 70.297 0.710 29.703 0.300
40 3 100.00
- Kamp. Baru - RSUD
88 7 5 Tobelo 1.359 4.50 0 1.359
89 40 - 3 Jl. Tanjung Pilawang Tobelo 0.524 4.00 100.00 0.524

Bab II-45
7 6 0
40 3 100.00
- Jl. MKCM
90 7 7 Tobelo 1.610 4.50 0 1.610
40 3 100.00
- Jl. AMD
91 7 8 Tobelo 0.540 4.50 0 0.540
40 3 100.00
- Jl. Pertanian
92 7 9 Tobelo 0.363 4.50 0 0.363
40 4 100.00
- Jl. Bunga Jago
93 7 0 Tobelo 1.245 5.00 0 1.245
40 4 100.00
- Jl. Pasar Buaele
94 7 1 Tobelo 0.202 4.50 0 0.202
40 4
- Wari - Wari Ino
95 7 2 Tobelo 1.020 3.50 9.314 0.095 90.686 0.925
40 0 100.00
- Gorua Selatan - Popilo
96 8 0 Tobelo Utara 1.691 4.00 0 1.691
40 0
- Jl. Ake Sahu
97 9 1 Galela 0.480 4.00 33.125 0.159 66.875 0.321
40 0 100.00
- Jl. Pelabuhan Soasio
98 9 2 Galela 0.357 4.00 0 0.357
40 0 100.00
- Pune - Towara
99 9 3 Galela 0.922 4.50 0 0.922
10 40 0 100.00
- Jl. Mangga Dua
0 9 4 Galela 0.262 5.00 0 0.262
10 40 0 100.00
- Jl. Yasin Gamsungi
1 9 5 Galela 0.229 5.00 0 0.229
10 40 0 100.00
- Jl. Lahamajojo
2 9 6 Galela 0.346 4.00 0 0.346
10 40 0 100.00
- Jl. Siswa
3 9 7 Galela 0.322 4.00 0 0.322
10 40 0 100.00
- Jl. Barataku
4 9 8 Galela 0.758 4.00 0 0.758
10 41 0 100.00
- Jl. Soadamai
5 0 1 Galela Selatan 2.115 4.00 0 2.115
10 41 0 100.00
- Jl. Pemerintahan
6 0 2 Galela Selatan 0.272 4.00 0 0.272
10 41 0 75.80
- Ori - Bale
7 0 3 Galela Selatan 1.240 4.00 24.194 0.300 6 0.940
10 41 0 100.00
- Jl. Pemerintahan II
8 0 4 Galela Selatan 0.616 4.00 0 0.616
10 41 0
- Samuda - Dokulamo
9 1 1 Galela Barat 1.348 3.50 81.602 1.100 18.398 0.248
11 41 0
- Jl. Sapoli
0 1 2 Galela Barat 3.350 4.00 94.030 3.150 5.970 0.200
11 41 0 100.00
- Dokulamo - Duma
1 1 3 Galela Barat 0.789 4.00 0 0.789

Bab II-46
11 41 0 100.00
- Jl. Van Dijken
2 1 4 Galela Barat 0.627 4.00 0 0.627
146.71 92.17 38.61 23.70
A. Total Panjang Jalan (Km) 301.20 0 4 7 0
B. Presentase Jalan (%) 100.00 48.71 30.60 12.82 7.87
Sumber: Dinas PUPR Bidang Bina Marga Kabupaten Halmahera Utara Tahun 2021

Bab II-47
Tabel 2. 17 Sebaran Nama Jembatan, Ruas, Dimensi dan Tipe Jembatan di Kabupaten Halmahera Utara.
DIMENSI TIPE / KONDISI
NO. BANGUNAN
N JUMLAH BANGUNAN BAWAH FONDASI LANTAI
JEMBATA NAMA JEMBATAN NAMA RUAS PANJAN LEBAR ATAS KET
O BENTAN
N G (M) (M) KONDIS KONDIS TIP KONDIS KONDIS
G TIPE TIPE TIPE
I I E I I
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Beto
1 001 Ake Km. 8 Malifut - Sp. Ngoali 15.00 6.0 1.0 Beton B Abutmen B PB B B
n
Beto
2 002 Ake Km.15 Malifut - Sp. Ngoali 20.00 6.0 1.0 Beton B Abutmen B PB B B
n
Beto
3 003 Ake Malifut I Malifut - Sp. Ngoali 12.00 6.0 1.0 Beton B Abutmen B PB B B
n
Beto
4 004 Ake Malifut II Malifut - Sp. Ngoali 9.00 6.0 1.0 Beton B Abutmen B PB B B
n
Beto
5 005 Ake Malifut III Malifut - Sp. Ngoali 19.00 6.0 1.0 Beton B Abutmen B PB B B
n
Belum
6 006 Ake Malifut IV Malifut - Sp. Ngoali 13.00 - - - - - - - - - -
Ada
Belum
7 007 Ake Malifut V Malifut - Sp. Ngoali 20.00 - - - - - - - - - -
Ada
Belum
8 008 Ake Dim-Dim 1 Dimdim - Sasur 10.00 - - - - - - - - - -
Ada
Belum
9 009 Ake Dim-Dim 2 Dimdim - Sasur 8.00 - - - - - - - - - -
Ada
Beto
10 010 Ake Biang Sp. Biang - Popon 15.00 6.0 1.0 Beton B Abutmen B PB B B
n
Beto
11 011 Ake Biang I Sp. Biang - Popon 6.00 6.0 1.0 Beton B Abutmen B PB B B
n
Beto
12 012 Ake Biang II Sp. Biang - Popon 4.00 6.0 1.0 Beton B Abutmen B PB B B
n
Beto
13 013 Ake Biang III Sp. Biang - Popon 4.00 6.0 1.0 Beton B Abutmen B PB B B
n
Pilar Beto
14 014 Ake Todihingi Sp. Biang - Popon 20.00 6.0 1.0 Beton B B S B B
Beton n
Beto
15 015 Ake Todihingi I Sp. Biang - Popon 5.00 6.0 1.0 Beton B Abutmen B PB B B
n
Pilar Beto
16 016 Ake Todihingi II Sp. Biang - Popon 5.00 6.0 1.0 Beton B B S B B
Beton n
Beto
17 017 Ake Tunuo Pediwang - Tonuo 5.00 6.0 1.0 Beton B Abutmen B PB B B
n
Wateto - Warudu - Pilar Beto
18 018 Ake Wateto 6.0 1.0 Beton B B S B B
Dowongimaiti 8.00 Beton n

Bab II-48
DIMENSI TIPE / KONDISI
NO. BANGUNAN
N JUMLAH BANGUNAN BAWAH FONDASI LANTAI
JEMBATA NAMA JEMBATAN NAMA RUAS PANJAN LEBAR ATAS KET
O BENTAN
N G (M) (M) KONDIS KONDIS TIP KONDIS KONDIS
G TIPE TIPE TIPE
I I E I I
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Wateto - Warudu - Beto
19 019 Ake Wokuti 6.0 1.0 Beton B Abutmen B PB B B
Dowongimaiti 7.00 n
Wateto - Warudu - Beto
20 020 Ake Tunuo 6.0 1.0 Beton B Abutmen B PB B B
Dowongimaiti 20.00 n
Beto
21 021 Ake Tomi II Pitago - Takimo 6.0 1.0 Beton B Abutmen B PB B B
13.00 n
Beto
22 022 Ake Toboulamo I Pitago - Takimo 6.0 1.0 Beton B Abutmen B PB B B
18.00 n
Beto
23 023 Ake Toboulamo II Pitago - Takimo 6.0 1.0 Beton B Abutmen B PB B B
15.00 n
Box Beto
24 024 Ake Toboulamo III Pitago - Takimo 6.0 1.0 Beton B B - - B
3.00 Culvert n
Box Beto
25 025 Ake Toboulamo IV Pitago - Takimo 6.0 1.0 Beton B B - - B
6.00 Culvert n
Belum
26 026 Ake Toboulamo V Pitago - Takimo - - - - - - - - - -
8.00 Ada
Belum
27 027 Ake Toboulamo VI Pitago - Takimo - - - - - - - - - -
8.00 Ada
Belum
28 028 Ake Mekarsari I Pitago - Takimo - - - - - - - - - -
8.00 Ada
Belum
29 029 Ake Mekarsari II Pitago - Takimo - - - - - - - - - -
25.00 Ada
Belum
30 030 Ake Takimo Pitago - Takimo - - - - - - - - - -
8.00 Ada
Belum
31 031 Ake Leleseng II Soahukum - Sangaji Jaya - - - - - - - - - -
6.00 Ada
Pilar Beto
32 032 Ake Kusuri II Kusuri - Tolabit 6.0 1.0 Beton B B S B B
12.00 Beton n
Pilar Beto
33 033 Ake Dudumu I Kusuri - Tolabit 6.0 1.0 Beton B B S B B
12.80 Beton n
Beto
34 034 Ake Page Kusuri - Tolabit 6.0 1.0 Beton B Abutmen B PB B B
7.90 n
Pilar Beto
35 035 Ake Bao Kusuri - Tolabit 6.0 1.0 Beton RR RR S RR RR
22.80 Beton n
Pilar Beto
36 036 Ake Keke Kusuri - Tolabit 6.0 1.0 Beton B B TP B B
12.80 Beton n
Beto
37 037 Ake Humuliti Kusuri - Tolabit 6.0 1.0 Beton B Abutmen B PB B B
10.60 n
38 038 Ake Politunga Kusuri - Tolabit 15.60 6.0 1.0 Beton B Pilar B S B Beto B

Bab II-49
DIMENSI TIPE / KONDISI
NO. BANGUNAN
N JUMLAH BANGUNAN BAWAH FONDASI LANTAI
JEMBATA NAMA JEMBATAN NAMA RUAS PANJAN LEBAR ATAS KET
O BENTAN
N G (M) (M) KONDIS KONDIS TIP KONDIS KONDIS
G TIPE TIPE TIPE
I I E I I
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Beton n
Beto
39 039 Ake Ngokutu Kusuri - Tolabit 6.0 1.0 Beton B Abutmen B PB B B
8.80 n
Pilar
40 040 Ake Jela-Jela Kusuri - Tolabit 4.0 1.0 RBA RR RR TP RR Kayu RB
35.60 Beton
Beto
41 041 Ake Ari Guhu Kusuri - Tolabit 6.0 1.0 Beton B Abutmen B PB B B
10.10 n
Pilar Beto
42 042 Ake Togosi Kusuri - Tolabit 6.0 1.0 Beton B B S B B
21.90 Beton n
Beto
43 043 Ake Nina Tero Kusuri - Tolabit 6.0 1.0 Beton B Abutmen B PB B B
10.00 n
Beto
44 044 Ake Tomi Kusuri - Tolabit 6.0 1.0 Beton B Abutmen B PB B B
10.80 n
Beto
45 045 Ake Dahailio Kusuri - Tolabit 6.0 1.0 Beton B Abutmen B PB B B
11.10 n
Beto
46 046 Ake Dagahuli Kusuri - Tolabit 6.0 1.0 Beton B Abutmen B PB B B
12.27 n
Beto
47 047 Ake Dowowor Kusuri - Tolabit 6.0 1.0 Beton B Abutmen B PB B B
10.40 n
Beto
48 048 Ake Lepa-Lepa Kusuri - Tolabit 6.0 1.0 Beton B Abutmen B PB B B
8.60 n
Ake Pitago (Wai Pilar
49 049 Kusuri - Tolabit 4.0 1.0 RBA RR RR TP RR Kayu RB
Lamo) 50.54 Beton
Beto
50 050 Ake Soahukum Kusuri - Tolabit 6.0 1.0 Beton B Abutmen B PB B B
25.80 n
Pilar
51 051 Ake Tolabit Besar Kusuri - Tolabit 4.0 1.0 RBA RR RR TP RR Kayu RR
30.30 Beton
Beto
52 052 Ake Tolabit II Kusuri - Tolabit 6.0 1.0 Beton B Abutmen B PB B B
8.00 n
Beto
53 053 Ake Rabana Kusuri - Tolabit 6.0 1.0 Beton B Abutmen B PB B B
5.85 n
Beto
54 054 Ake Tolabit Kusuri - Tolabit 6.0 1.0 Beton B Abutmen B PB B B
5.67 n
Belum
55 055 Ake Wangongira Kusuri - Wangongira - - - - - - - - - -
15.00 Ada
Belum
56 056 Ake Molulu I Kusuri - Wangongira - - - - - - - - - -
20.00 Ada
Belum
57 057 Ake Molulu II Kusuri - Wangongira - - - - - - - - - -
20.00 Ada

Bab II-50
DIMENSI TIPE / KONDISI
NO. BANGUNAN
N JUMLAH BANGUNAN BAWAH FONDASI LANTAI
JEMBATA NAMA JEMBATAN NAMA RUAS PANJAN LEBAR ATAS KET
O BENTAN
N G (M) (M) KONDIS KONDIS TIP KONDIS KONDIS
G TIPE TIPE TIPE
I I E I I
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Beto
58 058 Ake Trans Sukamaju Kusuri - Trans Suka Maju 5.00 6.0 1.0 Beton B Abutmen B PB B B
n
Ake Trans Sukamaju Belum
59 059 Kusuri - Trans Suka Maju 10.00 - - - - - - - - - -
II Ada
Ake Trans Sukamaju Beto
60 060 Kusuri - Trans Suka Maju 5.00 6.0 1.0 Beton B Abutmen B PB B B
III n
Ake Trans Sukamaju Beto
61 061 Kusuri - Trans Suka Maju 6.00 6.0 1.0 Beton B Abutmen B PB B B
IV n
Ake Trans Sukamaju Beto
62 062 Kusuri - Trans Suka Maju 6.00 5.0 1.0 Beton B Abutmen B PB B B
V n
Ake Trans Sukamaju Beto
63 063 Kusuri - Trans Suka Maju 5.00 4.5 1.0 Beton B Abutmen B PB B B
VI n
Beto
64 064 Ake Birinoa Birinoa - Birinoa Dalam 10.80 4.5 1.0 Beton B Abutmen B PB B B
n
Beto
65 065 Ake Paca (Pakate) Sp. Tobe - Katana 20.80 6.0 1.0 Beton B Abutmen B PB B B
n
Beto
66 066 Ake Yaro I Sp. Tobe - Katana 17.90 6.0 1.0 Beton B Abutmen B PB B B
n
Beto
67 067 Ake Yaro II Sp. Tobe - Katana 6.00 6.0 1.0 Beton B Abutmen B PB B B
n
Beto
68 068 Ake Loale Sp. Tobe - Katana 13.80 6.0 1.0 Beton B Abutmen B PB B B
n
Beto
69 069 Ake Tutuyao Sp. Tobe - Katana 12.68 6.0 1.0 Beton B Abutmen B PB B B
n
Beto
70 070 Ake Mawea Sp. Tobe - Katana 5.80 6.0 1.0 Beton B Abutmen B PB B B
n
Beto
71 071 Ake Mawea I Sp. Tobe - Katana 25.80 6.0 1.0 Beton B Abutmen B PB B B
n
Beto
72 072 Ake Mawea II Sp. Tobe - Katana 9.70 6.0 1.0 Beton B Abutmen B PB B B
n
Beto
73 073 Ake Hateraa Sp. Tobe - Katana 10.80 6.0 1.0 Beton B Abutmen B PB B B
n
Belum
74 074 Ake Katana Sp. Tobe - Katana 69.00 - - - - - - - - - -
Ada
Pilar Beto
75 075 Ake Upa Jiko Leleani 9.0 2.0 Beton B B S B B
10.00 Beton n
Beto
76 076 Ake Humu Jiko Leleani 9.0 2.0 Beton B Abutmen B PB B B
6.90 n
77 077 Ake WKO Jiko Leleani 20.00 9.0 2.0 Beton B Abutmen B PB B Beto B

Bab II-51
DIMENSI TIPE / KONDISI
NO. BANGUNAN
N JUMLAH BANGUNAN BAWAH FONDASI LANTAI
JEMBATA NAMA JEMBATAN NAMA RUAS PANJAN LEBAR ATAS KET
O BENTAN
N G (M) (M) KONDIS KONDIS TIP KONDIS KONDIS
G TIPE TIPE TIPE
I I E I I
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
n
Beto
78 078 Ake Wiwo Jiko Leleani 9.0 2.0 Beton B Abutmen B PB B B
6.90 n
Pilar Beto
79 079 Ake Wari I Jiko Leleani 9.0 2.0 Beton B B TP B B
20.00 Beton n
Belum
80 080 Ake Popilo II Jiko Leleani 10.00 - - - - - - - - - -
Ada
Beto
81 081 Ake Wangeotak I Wangeotak - Tahane 6.20 6.0 1.0 Beton B Abutmen B PB B B
n
Beto
82 082 Ake Wangeotak II Wangeotak - Tahane 8.40 6.0 1.0 Beton B Abutmen B PB B B
n
Beto
83 083 Ake Tahane Wangeotak - Tahane 5.00 6.0 1.0 Beton B Abutmen B PB B B
n
Belum
84 084 Ake Terpadu Jl. Terpadu 5.00 - - - - - - - - - -
Ada
Waringin Lamo - Sumber Beto
85 085 Ake Sumber Agung I 11.00 6.0 1.0 Beton B Abutmen B PB B B
Agung n
Waringin Lamo - Sumber Beto
86 086 Ake Sumber Agung II 10.00 6.0 1.0 Beton B Abutmen B PB B B
Agung n
Belum
87 087 Ake HTI I Gamlaha - Sumber Agung 20.00 - - - - - - - - - -
Ada
Belum
88 088 Ake HTI II Gamlaha - Sumber Agung 10.00 - - - - - - - - - -
Ada
Beto
89 089 Ake Sumber Agung III Gamlaha - Sumber Agung 5.00 6.0 1.0 Beton B Abutmen B PB B B
n
Sp. Kupa-Kupa - Depot Beto
90 090 Ake Kupa-Kupa II 12.00 6.0 1.0 Beton B Abutmen B PB B B
Pertamina n
Beto
91 091 Ake Paca Sp. Talaga Paca - Talaga Paca 11.00 6.0 1.0 Beton B Abutmen B PB B B
n
Beto
92 092 Ake WKO II Wosia - Lina Ino 18.00 6.0 1.0 Beton B Abutmen B TP B B
n
93 093 Ake WKO I Sp. Payahe - Pasar Wosia 30.00 4.7 1.0 RBA B Abutmen B PB B Kayu B
Beto
94 094 Ake Rawajaya II Jl. SMK Nusantara 9.00 5.0 1.0 Beton B Abutmen B PB B B
n
Belum
95 095 Ake Garuda Jl. Garuda 5.00 - - - - - - - - - -
Ada
Beto
96 096 Ake Seratus Jl. Djumati Lamali 6.0 1.0 Beton B Abutmen B PB B B
5.00 n

Bab II-52
DIMENSI TIPE / KONDISI
NO. BANGUNAN
N JUMLAH BANGUNAN BAWAH FONDASI LANTAI
JEMBATA NAMA JEMBATAN NAMA RUAS PANJAN LEBAR ATAS KET
O BENTAN
N G (M) (M) KONDIS KONDIS TIP KONDIS KONDIS
G TIPE TIPE TIPE
I I E I I
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Beto
97 097 Ake Momulati Jl. Lina 8.0 1.0 Beton B Abutmen B PB B B
8.00 n
Beto
98 098 Ake Kampung Baru Jl. Kampung Baru - Gura 5.2 1.0 Beton B Abutmen B PB B B
4.70 n
Beto
99 099 Ake Togawa Besi Jl. Soadamai 6.0 1.0 Beton B Abutmen B PB B B
10.00 n
Total Panjang Jembatan 1,265.41 Meter Belum Terbangun 20
Sumber: Dinas PUPR Bidang Bina Marga Kabupaten Halmahera Utara Tahun 2018

Keterangan:

Belum ada pembangunan jembatan

Bab II-53
Jenis angkutan darat yang tersedia di Kabupaten Halmahera yaitu
angkutan antar kota dalam bentuk minibus, angkutan kota berupa bentor, becak
dan mikro, serta angkutan perdesaan dalam bentuk mikro. Berikut adalah
rekapitulasi trayek angkutan penumpang umum di Kabupaten Halmahera Utara.

Tabel 2. 18 Rekapitulasi Trayek Angkutan Penumpang Umum


NO KODE TRAYEK URAIAN TRAYEK JARAK (KM)

1 A1 Sidangoli – Galela 202,7


2 A2 Sidangoli – Tobelo 175,7
3 A3 Sidangoli – Kao 94,7
4 A4 Sidangoli – Malifut 86,7
5 A5 Sidangoli – Ekor 86
6 A6 Tobelo – Weda 301
7 A7 Tobelo – Jailolo 210
8 A8 Tobelo – Ibu 270
Sumber: Tatanan Transportasi Lokal (Tatralok) Kabupaten Halmahera Utara 2017

Guna menjamin kelancaran angkutan darat di Kabupaten Halmahera


Utara, pemerintah daerah Kabupaten Halmahera Utara telah membangun 4
buah terminal yang terdapat di Tobelo, Galela, Kao dan Malifut. Dimana rata-
rata kendaraan yang singgah di terminal dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2. 19 Rata-Rata Kendaraan yang Singgah di Terminal.


No Jenis Kendaraan Rata-Rata Singgah/ Hari

1 Minibus 25
2 Mikro (angkutan antar 12
desa)
Sumber: Tatanan Transportasi Lokal (Tatralok) Kabupaten Halmahera Utara 2017

Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan (ASDP), guna


menghubungkan jaringan transportasi darat yang terputus. Selain itu juga
melayani kegiatan angkutan feri yang mengakutan penumpang dan kargo
melalui sungai dan perairan.

Di Tobelo terdapat dermaga feri yang melayani rute/ trayek:

1. Tobelo – Subaim (Halmahera Timur)


2. Tobelo – Daruba (Morotai)

Bab II-54
B. Prasarana Transportasi Udara

Bandar udara di Kabupaten Halmahera Utara terdiri atas bandar udara


komersial dan bandar udara khusus. Untuk bandar udara komersial terdapat di
Bandar Udara Kuabang Kecamatan Kao dan Bandar Udara Gamar Malamo di
Kecamatan Galela. Sedangkan untuk bandar udara khusus terdapat di Bandara
Nusantara Halmahera Mineral (NHM) di Kecamatan Malifut.

Adapun jenis pesawat yang digunakan adalah ATR 72-600 dengan rute
penerbangan Kao – Manado dan Galela – Manado, dengan kapasitas tempat
duduk 40 – 50 tempat duduk. Berikut disampaikan jumlah penumpang menurut
bandar udara dan frekuensi penerbangannya.

Tabel 2. 20 Jumlah Penumpang Rata-rata Berdasarkan Lokasi Bandar Udara


UKURAN PENUMPANG
FREKUENSI
NO BANDARA RUNWAY
NAIK TURUN PENERBANGAN
(M)

1 Bandara Kuabang Kao 1400 X 32 120 335 Setiap hari 1 x


penerbangan
2 Bandara Gamar Malamo 750 X 23 70 67 Seminggu 4 x
Galela penerbangan
3 Bandara NHM Mahlifut Tidak ada data
Sumber: Tatanan Transportasi Lokal (Tatralok) Kabupaten Halmahera Utara 2017

Gambar 2. 17 Dokumentasi Bandar Udara di Kabupaten Halmahera Utara.

Bab II-55
2.2.8 Listrik

Keadaan ketenagalistrikan di Kabupaten Halmahera Utara berdasarkan


data terkini terdapat tiga PLTD yang melayani jaringan yang telah terpasang,
yakni PLTD Tobelo, PLTD Malifut, dan PLTD Sofifi. Berdasarkan data BPS pada
tahun 2016 terdapat 22 mesin PLTD, 18 di Ranting Tobelo dan 4 di Sub Ranting
Malifut. Kapasitas terpasang sebesar 9,4 MW, daya mampu 7,9 MW, dan beban
puncak 7,9 MW. Sementara produksinya sebesar 51,72 juta KWh dengan VA
tersambung 26,77 juta VA. Jumlah pelanggan 33.899 pelanggan.

Tabel 2. 21 Kondisi Kelistrikan Berdasarkan Lokasi PLTD di Kabupaten Halmahera


Utara Tahun 2016.
Lokasi Jumlah Kapasitas Daya Beban Produksi VA Pelanggan
PLTD Mesin Terpasang Mampu Puncak (KWh) Tersambung
(KW) (KW) (KW) (VA)
Ranting 7, 51,535,83 17,063,
Tobelo 18 7,916 350 7,056 2 482 20,338
Kantor
Jaga 5,252,
Galela - - - - - 450 6,585
Sub
Ranting 186,49 4,453,
Malifut 4 1,500 560 860 3 117 6,976
Jumlah 22 9,416 7,910 7,916 51,722,325 26,769,049 33,899
Sumber: Kabupaten Halmahera Dalam Angka 2017

PLTD Tobelo berdaya 7,8 MW disalurkan melalui dua jaringan yang


telah terpasang. Pertama, Tobelo – Soasio – Dokulamo – Tutumaleleo,
Dukolamo – Roko, dan Soasio – Simau. Kedua, Tobelo – Pertigaan Paca –
Togoliua – Kusuri, Pertigaan Paca – Mawea, dan Togoliua – Suka Maju. PLTD
Malifut berdaya 1,2 MW disalurkan melalui dua jaringan yang telah terpasang.
Pertama, Malifut – Biang – Pediwang – Boulamo, Pediwang – Gulo, dan Biang –
Popon – Tolabit. Kedua, Malifut – Akelamo – Kao ke dalam single line diagram.
PLTD Sofifi berdaya 0,1 MW disalurkan melalui jaringan yang telah terpasang
Sofifi – Bobaneigo – Tetawang, dan Bobaneigo – Pasir Putih.

Sementara jaringan yang belum terpasang untuk Jaringan Tegangan


Menengah (HUTM 107,5 Kms) terdiri dari jaringan Tutumaleleo – Apulea (PLTD
Tobelo), Tolabit – Pitago (PLTD Malifut), dan Wateto – Warudu (PLTD Malifut).
Jaringan Tegangan Rendah (HUTR 97,9 Kms) terdiri dari Bironoa Luar – Bironoa
Dalam (PLTD Tobelo), Mawea – Katana (PLTD Tobelo), Torawat – Sidomulyo

Bab II-56
(PLTD Malifut), Soahukum – Leleseng – Sangaji Jaya (PLTD Malifut), Soamaetek
– Tugis – Paserba (PLTD Malifut), dan Pitago – Tuboulamo (PLTD Malifut).

Kondisi ketenagalistrikan di Kabupaten Halmahera Utara baik yang


sudah terpasang maupun yang belum terpasang secara garis besar disajikan
pada tabel dibawah ini.

Tabel 2. 22 Jaringan Listrik Terpasang di Kabupaten Halmahera Utara Tahun 2010.


No Jaringan Keterangan
1 Tobelo – Soasio – Dokulama – Tutumaleleo PLTD Tobelo
Dokulamo – Roko
Soasio – Simau
2 Tobelo – Pertigaan Paca – Togoliua – Kusuri PLTD Tobelo
Pertigaan Paca – Mawea
Togoliua – Suka Maju
3 Malifut – Biang – Pediwang – Boulamo PLTD Malifut
Pediwang – Gulo
Biang – Popon
4 Malifut – Akelamo – Kao PLTD Malifut
5 Sofifi – Bobaneigo – Tetewang PLTD Sofifi
Bobaneigo – Pasir Putih
Sumber: Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Halmahera Utara, 2018.

Tabel 2. 23 Jaringan Listrik yang belum Terpasang di Kabupaten Halmahera Utara Tahun
2010.
No Jaringan Keterangan
1 Jaringan Tegangan Menengah ( HUTM 107,5Kms )
Tutumaleleo - Apulea ( 85,5kms ) PLTD Tobelo
Tolabit - Pitago ( 10,9 kms ) PLTD Malifut
Wateto - Warudu ( 11,1kms ) PLTD Malifut
2 Jaringan Listrik Tegangan Rendah ( HUTR 97,9 kms )
Bironoa luar - Birinoa Dalam ( 2,5 Kms ) PLTD Tobelo
Mawea - katana ( 2,5 Kms ) PLTD Tobelo
Torawat - sidomulyo PLTD Malifut
Soahukum - Leleseng - sangaji jaya PLTD Malifut
Soamaetek - Tugis - Parseba PLTD Malifut
Pitago - Tuboulamo PLTD Malifut
25 Desa GN dan 21 Desa Genset ( 92 Kms ) Tersebar
Sumber: Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Halmahera Utara, 2018.

Sementara dilihat dari kebutuhan, terdapat 42.162 rumah tangga


membutuhkan 18,97 MW, dengan asumsi per KK membutuhkan 450 W.
Kemudian untuk sekitar 1.000 industri atau sentra ekonomi termasuk
penerangan jalan umum diperkirakan membutuhkan 10,00 MW, dengan asumsi
per sentra membutuhkan 10.000 W dan penerangan jalan menggunakan lampu
merkuri 250 W. Jadi kebutuhan keseluruhan diperkirakan sebesar 28,97 MW.

Bab II-57
Sedangkan ketersediaan sumber daya listrik yang ada terdiri dari
Pembangkit Tenaga Listrik PLTD Tobelo 7,8 MW, PLTD Malifut 1,2 MW, PLTD
Sofifi 0,1 MW, PLTD Kawasan Pemerintah 1,5 MW, PLTS (7 unit) 0,5 MW, genset
(13 unit) 8,13 MW. Jadi keseluruhan ketersediaan sumber daya listrik sebesar
19,23 MW.

Dari besarnya kebutuhan yang lebih besar dari ketersediaan yang ada
diatas, maka diperkirakan terjadi defisit daya listrik sebesar 9,74 MW. Secara
garis besar kondisi tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 2. 24 Perkiraan Kebutuhan dan Ketersedian Daya Listrik di Kabupaten Halmahera


Utara Tahun 2010.
Perkiraan Kebutuhan dan Ketersediaan Daya Listrik
No Kebutuhan Daya Listrik Dibutuhkan
1 42.162 kk atau Rumah tangga ( 450 W per KK ) 18,97 MW
1000 Industri atau sentra ekonomi termasuk Penerangan jalan umum
2
yang menggunakan Lampu Merkuri 250 W ( 10.000 W per Sentra ) 10,00 MW

Jumlah 28,97 MW
No Sumber Daya Listrik Tersedia
1 Pembangkit Tenaga Listrik ( PLTD )
PLTD Tobelo 7,8 MW
PLTD Malifut 1,2MW
PLTD Sofifi ( yang disalurkan ke Halut ) 0,1 MW
PLTD Kawasan Pemerintahan 1,5MW
2 PLTS ( 7 unit ) 0,5 MW
3 Genset ( 13 Unit ) 8,13 MW
Jumlah 19,23 MW
Selisih ( Defisit Energi Listrik Tahun 2010 ) 9,74 MW
Sumber: Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Halmahera Utara, 2018.

Berdasarkan informasi dari Dinas Perdagangan dan Perindustrian


Bidang ESDM, sedang dilakukan pembangunan baru, yaitu: 1. Sutet Desa
Mawea Kecamatan Tobelo Timur – Pulau Manggaliho – Pulau Gumilamo – Pulau
Meti; 2. Pembangunan Sutet Tobelo Tanjung Pilawang Desa Gura – Pulau Kumo;
3. Pembangkit Listrik Panas Bumi di Hamiding Kecamatan Tobelo Barat; 4.
Pembangunan PLTD baru Mamuya Galela, Darume Loloda Utara, Kakara,
Tagalaya Tobelo.

Kemudian menurut data terbaru dari PLN Tobelo, terdapat pembangkit


di Rawajaya SUTM 20 KV PLTD Tobelo (Unit Layanan Pusat Listrik) yang dibagi
dalam 6 feeder, yaitu: 1. Feeder Bupati (Kawasan Pemerintahan, PDAM dan RS);

Bab II-58
2. Feeder Kota (dalam Kota); 3. Feeder Selatan (Wosia sampai Upa); 4. Feeder
Polres (dari Pelabuhan TPI sampai Rusunawa Polres); 5. Feeder Togoli (dari Upa
sampai Kao) dan tambahan suplai dari Pusat Listrik Malifut (dari Kao sampai Kao
Teluk); 6. Feeder Utara (dari Wari sampai Loloda Utara). Enam feeder ini belum
menggunakan gardu induk, tetapi direncanakan akan dibangun gardu induk.
Single Line Diagram Rayon Tobelo feeder tersebut disajikan pada gambar
dibawah ini.

MESIN SEWA WESA

MESIN PLN
P. BUPATI A3CS 70 mm 4,1 KMS
MESIN SEWA
AGREKO

Gambar 2. 18 Single Line Diagram Feeder Bupati


Sumber : PT PLN, Wilayah Maluku dan Maluku Utara, Area Sofifi, Rayon Tobelo, 2017.

A3C 70 mm 700 M

LBS GOLDEN

MESIN SEWA WESA

MESIN PLN A3C 70 mm 1,5 KMS A3C 70 mm 3 KMS


P. POLRES
MESIN SEWA
AGREKO

Gambar 2. 19 Single Line Diagram Feeder Polres


Sumber : PT PLN, Wilayah Maluku dan Maluku Utara, Area Sofifi, Rayon Tobelo, 201

Bab II-59
Gambar 2. 20 Single Line Diagram Feeder Kota.
Sumber : PT PLN, Wilayah Maluku dan Maluku Utara, Area Sofifi, Rayon Tobelo, 2017.

Bab II-60
Bab II-60
A3C 70 mm 6,5 KMS

MESIN SEWA WESA

MESIN PLN
P. SELATAN LBS WOSIA
MESIN SEWA
AGREKO

A3C 70 mm 3,5 KMS

A3C 70 mm 3 KMS

Gambar 2. 21 Single Line Diagram Feeder Selatan


Sumber : PT PLN, Wilayah Maluku dan Maluku Utara, Area Sofifi, Rayon Tobelo, 2017

Bab II-61
Bab II-61
A3C 70 mm 13,5 KMS

A3C 70 mm 1,6 KMS

LBS UPA

MESIN SEWA WESA

MESIN PLN A3CS 70 mm 6,5 KMS


P. TOGOLI A3CS 70 mm 8 KMS A3C 70 mm 2,5 KMS
MESIN SEWA
AGREKO

A3CS 70 mm 13,5 KMS

A3CS 70 mm 12,5 KMS


A3C 70 mm 15,5 KMS

A3C 70 mm 14 KMS

LBS MAKARTI
A3C 70 mm 8,5 KMS

A3C 70 mm 2,5 KMS

LBS HERO

A3C 70 mm 23 KMS ARAH KP MALIFUT

Gambar 2. 22 Single Line Diagram Feeder Togoli


Sumber : PT PLN, Wilayah Maluku dan Maluku Utara, Area Sofifi, Rayon Tobelo, 2017.

Bab II-62
Bab II-62
MESIN SEWA WESA

MESIN PLN
P. UTARA A3C 120 mm 9 KMS A3C 120 DAN 35 mm 11,5 KMS
MESIN SEWA
AGREKO

A3C 35 mm 2,5 KMS

A3C 120 mm 9 KMS

A3C 120 mm 4,5 KMS

A3CS 70, 30 mm 7 KMS

A3CS,A3C 70 mm 15,5 KMS A3CS 70 mm 9,5 KMS

A3C 70 mm 12 KMS

A3C 70 mm 16 KMS A3C 70 mm 17 KMS

Gambar 2. 23 Single Line Diagram Feeder Utara


Sumber : PT PLN, Wilayah Maluku dan Maluku Utara, Area Sofifi, Rayon Tobelo, 2017

Bab II-63
Bab II-63
2.2.9 Telepon

Untuk jaringan Telekomunikasi di kabupaten Halmahera Utara dilayani


oleh PT. Telkom dan dua operator seluler (Telkomsel dan Indosat) yang masih
terbatas sebarannya/ masih banyak wilayah belum terlayani/ area blank spot.
Berdasarkan data dan informasi yang ada, area blank spot yang ada di wilayah
Kabupaten Halmahera Utara sampai tahun 2017 mencapai empat Kecamatan
dengan jumlah Desa sebanyak 71 Desa atau sebesar 31% dari jumlah Desa
yang ada di wilayah Kabupaten Halmahera Utara (196 Desa). Sedangkan jika
dilihat dari jumlah penduduk Kabupaten Halmahera Utara yang berjumlah
193.703 jiwa, jumlah penduduk yang sudah terjangkau oleh layanan
telekomunikasi sebanyak 146.305 atau sebesar 75,53% dan yang belum
terlayani sebanyak 47.398 jiwa atau sebesar 24,47%.

Gambar 2. 24 Sarana dan Prasarana Telekomunikasi di Kabupaten Halmahera Utara.


Sumber: Dinas Komunikasi, Informatika dan Persandian Kabupaten Halmahera Utara, 2017.

2.3 Sosial Ekonomi Dan Budaya


2.3.1 Kapasitas Perekonomian (Produk Domestik Regional Bruto)
Besarnya perekonomian suatu wilayah lazimnya digambarkan dengan
PDRB (Produk Domestik Regional Bruto). Meskipun terdapat beberapa
kelemahan, namun hingga saat ini PDRB merupakan alat terbaik dalam
menggambarkan perekonomian suatu wilayah secara keseluruhan. Karena,
PDRB menggambarkan besarnya produksi barang dan jasa akhir yang
dihasilkan oleh perekonomian suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu
(umumnya 1 tahun) tanpa memperhatikan siapa pemilik faktor produksi yang
ikut serta dalam proses produksi barang dan jasa akhir tersebut. Pelaku
ekonomi bisa berasal dari daerah tersebut dan atau dari luar daerah
tersebut.Besaran nilai PDRB diperoleh melalui pengukuran nilai tambah yang
berasal dari berbagai kegiatan ekonomi dalam suatu daerah. Nilai PDRB dapat
menggambarkan kemampuan suatu daerah dalam mengelola sumber daya
yang dimiliki menjadi suatu proses produksi. Nilai yang dihasilkan tersebut
sangat tergantung pada potensi sumber daya dan faktor produksi.

Untuk melihat gambaran besaran secara makro ekonomi Kabupaten


Halmahera Utara dapat dilihat dari PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB).
Besarnya perekonomian Kabupaten Halmahera Utara dilihat dari PDRB pada
tahun 2017 atas dasar harga berlaku sebesar Rp 4,95 trilliun. Jumlah tersebut
meningkat Rp 1,66 trilliun atau meningkat 51 % jika dibandingkan PDRB pada
empat tahun sebelumnya tahun 2013, yakni sebesar Rp 3,30 trilliun.

Besarnya Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Halmahera Utara


tahun 2013 dan 2017 atas dasar harga berlaku secara rinci per sektor disajikan
pada tabel dan gambar dibawah ini.

Tabel 2. 25 PDRB Kabupaten Halmahera Utara Klasifikasi 17 Sektor ADHB (dalam juta Rp)
Tahun
No Lapangan Usaha
2013 2017
1 Pertanian, Kehutanan, Perikanan 800,838.69 1,162,645.90
2 Pertambangan dan Penggalian 1,044,565.30 1,493,692.40
3 Industri Pengolahan 134,334.50 184,109.70
4 Pengadaan Listrik dan Gas 1,225.00 3,928.00
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur
5
Ulang 2,537.30 4,458.90
6 Konstruksi 169,171.20 292,922.00
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan
7
Sepeda Motor 360,983.90 619,446.40
8 Transportasi dan Pergudangan 63,416.60 111,675.60
9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 8,336.69 13,860.20
10 Informasi dan Komunikasi 83,538.80 125,211.00
11 Jasa Keuangan dan Asuransi 46,045.41 71,362.70
12 Real Estate 1,969.60 3,242.80
13 Jasa Perusahaan 3,508.20 5,022.80
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan
14
Sosial Wajib 412,994.70 617,099.80
15 Jasa Pendidikan 90,527.20 141,100.50
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 50,581.40 78,488.70
17 Jasa Lainnya 13,616.50 21,083.20
Tahun
No Lapangan Usaha
2013 2017
Produk Domestik Regional Bruto 3,288,190.99 4,949,350.60
Sumber: Kabupaten Halmahera Utara Dalam Angka Tahun 2018, BPS.

2013 2017

1,600,000.00

1,400,000.00

1,200,000.00

1,000,000.00

800,000.00

600,000.00

400,000.00

200,000.00

-
or

um

an

a
an

ng

an
si

ny
ha

an
ot

ik
la

ha
an

in

in
M
la

ur

id
rU

M
ik

sa

La
go

nd
As
a
er

au

an
ed

ru
n

sa
Pe
,P

n
Pe

Pe
ak
D

da

Ja
an

Se

sa
n

a
tri

da

n
an

Ja
us

an

ga

Ja
da
ut

h
d

id

an
ba
In
h

il

as
Ke

ob

u
m

Ke
od
Li

iM
n,

h,

m
ia

a
as

s
pa

o
n

Ja
Ak
rta

ar
m

ep
Pe

Sa

n
aa
R
an

di
n;

ye
oa

e ra

n
el

Ec

Pe
ng

n
Pe

da
r,

r
Ai

sa
Be
an
da

an
ga

ng
n

ga
Pe

da
r
Pe

Gambar 2. 25 PDRB Kabupaten Halmahera Utara Klasifikasi 17 Sektor ADHB


(dalam juta Rp)
Sumber: Kabupaten Halmahera Utara Dalam Angka Tahun 2018, BPS

Jika dilihat dalam kelompok sektor primer, sekunder, dan tersier, yang
terbesar adalah sektor primer, yakni Rp 2,31 trilliun, kemudian sektor tersier
Rp 1,68 trilliun, dan sektor sekunder Rp 454 milyar. Kelompok sektor primer
merupakan kegiatan yang langsung mengeksploitasi dari alam, terdiri dari
sektor 1 – 2. Kelompok sektor sekunder merupakan kegiatan yang mengolah
bahan mentah menjadi barang jadi atau setengah jadi, terdiri dari sektor 3 –
6. Kelompok sektor tersier merupakan sektor kegiatan jasa, terdiri dari sektor
7 – 17. Pengelompokan sektor primer, sekunder dan tersier ini disajikan pada
table dan gambar dibawah ini.

Tabel 2. 26 PDRB Kabupaten Halmahera Utara Klasifikasi 3 Sektor ADHB (dalam juta Rp)
Tahun
No Lapangan Usaha
2013 2016
1,854,794.
1 Primer 2,313,450.80
70
307,268.0 454,326.
2 Sekunder
0 30
1,136,204.
3 Tersier 1,683,767.90
60
3,298,267.
Produk Domestik Regional Bruto 4,451,545.00
30
Sumber: Kabupaten Halmahera Utara Dalam Angka Tahun 2017, BPS.

5,000,000.00
4,500,000.00
4,000,000.00
3,500,000.00
3,000,000.00
2,500,000.00 2013
2016
2,000,000.00
1,500,000.00
1,000,000.00
500,000.00
-
Primer Sekunder Tersier PDRB

Gambar 2. 26 PDRB Kabupaten Halmahera Utara Klasifikasi 3 Sektor


ADHB (dalam juta Rp).
Sumber: Kabupaten Halmahera Utara Dalam Angka Tahun 2017, BPS.

Jika dilihat dalam kelompok sektor primer, sekunder, dan tersier, yang
terbesar adalah sektor primer, yakni Rp 2,66 trilliun, kemudian sektor tersier
Rp 1,81 trilliun, dan sektor sekunder Rp 485 milyar. Kelompok sektor primer
merupakan kegiatan yang langsung mengeksploitasi dari alam, terdiri dari
sektor 1 – 2. Kelompok sektor sekunder merupakan kegiatan yang mengolah
bahan mentah menjadi barang jadi atau setengah jadi, terdiri dari sektor 3 –
6. Kelompok sektor tersier merupakan sektor kegiatan jasa, terdiri dari sektor
7 – 17. Pengelompokan sektor primer, sekunder dan tersier ini disajikan pada
tabel dan gambar dibawah ini.

Tabel 2. 27 PDRB Kabupaten Halmahera Utara Klasifikasi 3 Sektor ADHB (dalam juta Rp).
Tahun
No Lapangan Usaha
2013 2017
1,845,403.9
1 Primer
9 2,656,338.30
307,268.0 485,418.6
2 Sekunder
0 0
1,135,519.0
3 Tersier
0 1,807,593.70
3,288,190.
Produk Domestik Regional Bruto
99 4,949,350.60
Sumber: Kabupaten Halmahera Utara Dalam Angka Tahun 2018, BPS.

Juta Rp

3,000,000.00

2,500,000.00

2,000,000.00

1,500,000.00 2013
2017

1,000,000.00

500,000.00

- Sektor
Primer Sekunder Tersier

Gambar 2. 27 PDRB Kabupaten Halmahera Utara Klasifikasi 3 Sektor


ADHB (dalam juta Rp).

Sumber: Kabupaten Halmahera Utara Dalam Angka Tahun 2017, BPS.

Sementara Perekonomian Kabupaten Halmahera Utara jika ditinjau


dalam konteks Provinsi Maluku Utara yang terdiri dari 10 kabupaten dan kota,
maka pada tahun 2017 sumbangannya terhadap pembentukan besaran
perekonomian Provinsi Maluku Utara yang sebesar Rp 32,27 trilliun, sebesar
Rp 4,85 trilliun atau sekitar 15%. Ini artinya Kabupaten Halmahera Utara
menyumbang di atas rata-rata kabupaten/ kota lainnya, yang hanya sebesar
10%. Sumbangan perekonomian Kabupaten Halmahera Utara dalam konteks
Provinsi Maluku Utara dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Kabupaten
Halmahera
Utara;
4949350.6;
15%

Kabupaten/
Kota Lainnya;
27323220.9;
85%

Gambar 2. 28 PDRB Kabupaten Halmahera Utara dalam Pembentukan PDRB Provinsi


Maluku Utara Tahun 2017 ADHB (dalam juta Rp).
Sumber: Kabupaten Halmahera Utara Dalam Angka Tahun 2017, BPS; Statistik Daerah
Provinsi Maluku Utara Tahun 2018, BPS.

2.3.2 Pendapatan Per Kapita


Pertumbuhan ekonomi yang tinggi diharapkan dapat meningkatkan
pendapatan masyarakat yang pada gilirannya akan meningkatkan kemakmuran
masyarakat. Sebarapa jauh besarnya perekonomian dan pertumbuhan
ekonomi suatu wilayah telah meningkatkan pendapatan masyarakat, tentu
harus memperhitungkan jumlah penduduk dan perkembangannya di wilayah
tersebut.
Untuk mengetahui besarnya pendapatan yang diperoleh masyarakat
biasanya digunakan indikator pendapatan perkapita, namun penghitungan
pendapatan perkapita suatu wlayah sering tidak dapat dilakukan karena
ketiadaan informasi tentang pendapatan faktor produksi yang masuk dan
keluar. Atas dasar hal tersebut PDRB perkapita dapat digunakan sebagai proxy
bagi pendapatan perkapita, dengan asumsi bahwa pendapatan faktor produksi
dan transfer yang mengalir keluar sama dengan pendapatan faktor produksi
dan transfer yang masuk. Angka PDRB perkapita diperoleh dengan membagi
PDRB dengan jumlah penduduk pertengahan tahun.
Dalam sistem ekonomi tertutup besaran PDRB perkapita akan juga
merupakan pendapatan perkapita karena seluruh penduduk daerah tersebut
melakukan kegitan perekonomian di daerahnya sendiri. Namun sistem ekonomi
semacam itu dalam era globalisasi adalah suatu hal yang tidak
mungkin.Bahkan negara seperti Cina dan Rusia yang dulu terkenal sangat
tertutup dengan sistem sosialis yang dianutnya kini sudah sangat aktif dalam
perdagangan internasional.Walaupun sistem perekonomian sudah demikian
terbuka, PDRB perkapita masih dapat dijadikan sebagai indikator dalam
mengukur tingkat pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.

Sekali lagi, walaupun masih bersifat sangat kasar, nilai PDRB perkapita
dapat digunakan untuk melihat pendapatan dan tingkat kesejahteraan
masyarakat. Angka atau besaran yang dihasilkan akan menunjukkan besarnya
rata rata nilai tambah yang dihasilkan oleh masing masing penduduk dalam
suatu wilayah pada kurun waktu tertentu sebagai hasil dari kegiatan produksi.

PDRB per kapita sebagai proxy pendapatan per kapita dapat


diperkirakan dengan membagi proyeksi PDRB diatas dengan jumlah penduduk
pada pertengahan tahun. Pendapatan per kapita Kabupaten Halmahera Utara
pada tahun 2017 sebesar Rp 26 juta lebih. Jumlah tersebut meningkat Rp 7
juta lebih atau sekitar 8,63% per tahun dari tahun 2013. Namun jika dilihat
secara riil dengan harga konstan tahun 2010, sebenarnya peningkatannya tak
lebih dari Rp 3 juta saja, atau tumbuh 3,95% per tahun.

Produk Domestik Regional Bruto Per Kapita Kabupaten Halmahera Utara


tahun 2013 dan 2016atas dasar harga berlaku dan harga konstan secara rinci
disajikan sebagai berikut :

Tabel 2. 28 PDRB Per Kapita Kabupaten Halmahera Utara (dalam Rp)


Tahun
No Lapangan Usaha Peningkatan LPE
2013 2017
1 ADHB 19,052,243.86 26,452,404.01 7,458,365.35 8.63
2 ADHK Tahun 2010 16,428,996.57 19,103,469.73 2,739,659.13 3.95
Sumber: Kabupaten Halmahera Utara Dalam Angka Tahun 2018, BPS.
30,000,000.00

25,000,000.00

20,000,000.00

15,000,000.00

10,000,000.00

5,000,000.00
ADHK 2010
-

2013 ADHB
2017

Gambar 2. 29 PDRB Per Kapita Kabupaten Halmahera Utara (dalam Rp)


Sumber: Kabupaten Halmahera Utara Dalam Angka Tahun 2018, BPS.

2.3.3 Kebudayaan
Budaya masyarakat Kabupaten Halmahera Utara sangat dipengaruhi
oleh karakter masyarakat yang terdiri dari Suku asli yang mendiami
Halmahera Utara atau Hoana yaitu: Hoana Modole, Hoana Pagu, Hoana
Boeng, Hoana Towiliko, Hoana Lina, Hoana Huboto, Hoana Mumulati, Hoana
Gura, suku Loloda dan Hoana Morodina. Masing-masing kelompok
etnis/suku/hoana tersebut memiliki bahasa daerah, tradisi, dan norma-norma
kemasyarakatan.
Seiring perkembangan zaman, ada beberapa suku pendatang yang
sudah sejak lama masuk dan mendiami Halmahera Utara di antaranya;
Tobaru, Suku Sangir, Ternate, Tidore, Makian, Ambon, Kei, Timor, Manado,
Minahasa, Bugis, Makasar, Buton, Jawa, Padang, Batak, Dayak, dan Sunda.
Dilihat dari unsur budaya bahasa, maka Kabupaten Halmahera Utara
memiliki tujuh bahasa daerah yaitu; Bahasa Tobelo, Bahasa Galela, Bahasa
Loloda, Bahasa Tobaru, Bahasa Modole, bahasa Towiliko, dan Bahasa Pagu.
Namun Bahasa Indonesia adalah bahasa nasional yang digunakan dan
dimengerti dengan baik oleh sebagian besar penduduk Kabupaten Halmahera
Utara.
Agama yang dianut oleh penduduk di Kabupaten Halmahera Utara
adalah Protestan, Katolik, Islam, Hindu, Budha, dan Konghucu. Seni Budaya
di Kabupaten Halmahera Utara cukup berkembang yang tersebar di
masyarakat luas. Hal ini dikembangkan melalui program menggali,
menginventarisasi keunggulan, dan keragaman seni budaya yang dikemas
dalam pelaksanaan festival seni budaya berskala nasional.
Kabupaten Halmahera Utara memiliki keunikan seni dan budaya
daerah yang perlu dilestarikan antara lain tarian Cakalele, tarian Tide-Tide,
tarian Denge-Denge, Gomatere, dan Lehe-Lehe. Di samping itu seni
tradisional yang dimiliki antara lain: pertunjukan tradisional Tokuwela,
upacara adat Hibua Lamo, dan seni tradisional Bobaso. Kebudayaan dalam
bentuk musik antara lain: musik Yangere, Bambu Hitadi, dan musik bambu
Tiup, sebagaiman tergabung dalam grup seni budaya, disertai dengan
gedung kesenian dan rumah adat dapat dilihat dalam tabel 2.2.16
Tabel 2. 29 Perkembangan Seni, Budaya Tahun 2012 - 2016 Kabupaten Halmahera
Utara
No Uraian 2012 2013 2014 2015 2016
1. Jumlah grup kesenian 12 12 12 12 12
2. Jumlah gedung kesenian 4 4 4 4 5
3. Jumlah Rumah Adat 2 2 2 2 2
Sumber: Kabupaten Halmahera Utara Dalam Angka Tahun 2018, BPS.

2.4 Rencana Tata Ruang Halmahera Utara Tahun 2012-2032


2.4.1 Tujuan Penataan Ruang Halmahera Utara Tahun 2012-2032
Tujuan penataan ruang wilayah kabupaten merupakan arahan
perwujudan ruang wilayah kabupaten yang ingin dicapai pada masa yang
akan datang (20 tahun). Tujuan penataan ruang wilayah kabupaten memiliki
fungsi:

1. Sebagai dasar untuk memformulasikan kebijakan dan strategi penataan


ruang wilayah kabupaten;
2. Memberikan arah bagi penyusunan indikasi program utama dalam RTRW
kabupaten; dan
3. Sebagai dasar dalam penetapan ketentuan pengendalian pemanfaatan
ruang wilayah kabupaten.
Tujuan penataan ruang wilayah kabupaten dirumuskan berdasarkan:
a) Visi dan misi pembangunan wilayah kabupaten;

b) Karakteristik wilayah kabupaten;


c) Isu strategis; dan
d) Kondisi objektif yang diinginkan.
Tujuan penataan ruang wilayah kabupaten dirumuskan dengan kriteria:
1. Tidak bertentangan dengan tujuan penataan ruang wilayah provinsi dan
nasional;
2. Jelas dan dapat tercapai sesuai jangka waktu perencanaan; dan
3. Tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.
4. Tujuan penataan ruang merupakan arah pengembangan ruang yang akan
dicapai selama kurun waktu perencanaan. Tujuan ini akan menjadi dasar
penyusunan konsep dan strategi pemanfaatan ruang wilayah, yang
selanjutnya akan diwujudkan dalam alokasi ruang pada Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW). Secara umum, penyelenggaraan penataan ruang
bertujuan untuk mewujudkan ruang wilayah yang aman, nyaman,
produktif, dan berkelanjutan, melalui upaya:
a. Terwujudnya keharmonisan lingkungan;
b. Terwujudnya keterpaduan dalam penggunaan sumberdaya alam dan
sumberdaya buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia;
dan
c. Terwujudnya pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak
negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang.
Atas dasar pertimbangan potensiyang dimiliki, permasalahan,
tantangan dan peluang serta prospek pengembangan wilayah, maka tujuan
penataan ruang wilayah Kabupaten Halmahera Utara 20 tahun kedepan,
yaitu:

“Mewujudkan ruang wilayah yang aman, nyaman, produktif dan


berkelanjutan melalui pengembangan potensi dan keunggulan komoditas
lokal secara terpadu, mandiri dan dengan teknologi tepat guna untuk
mendorong kegiatan pertanian, industri perikanan, kepariwisataan, serta
dengan memperhatikan kearifan lokal dan mitigasi bencana”
2.4.2 Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Halmahera Utara
Kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten adalah arahan
pengembangan wilayah yang ditetapkan oleh pemerintah daerah kabupaten guna
mencapai tujuan penataan ruang wilayah Kabupaten Halmahera Utara dalam
kurun waktu 20 (dua puluh) tahun.
Kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten merupakan arah tindakan
yang harus ditetapkan untuk mencapai tujuan penataan ruang wilayah
kabupaten. Kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten berfungsi sebagai :
1. Sebagai dasar untuk memformulasikan strategi penataan ruang wilayah
kabupaten;
2. Sebagai dasar untuk merumuskan struktur dan pola ruang wilayah
kabupaten;
3. Memberikan arah bagi penyusunan indikasi program utama dalam RTRW
kabupaten;dan
4. Sebagai dasar dalam penetapan arahan pengendalian pemanfaatan ruang
wilayah kabupaten.
Kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten dirumuskan berdasarkan :
1. Tujuan penataan ruang wilayah kabupaten;
2. Karakteristik wilayah kabupaten;
3. Kapasitas sumber daya untuk mewujudkan tujuan penataan ruang; dan
4. Ketentuan peraturan perundang-undangan terkait.
Kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten dirumuskan dengan kriteria:
1. Mengakomodasi kebijakan penataan ruang wilayah nasional dan kebijakan
penataan ruang wilayah provinsi;
2. Jelas, realistis, dan dapat diimplementasikan dalam jangka waktu
perencanaan;
3. Mampu menjawab isu-isu strategis baik yang ada sekarang maupun yang
diperkirakan akan timbul di masa yang akan datang; dan
4. Tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.
Dengan rangka pencapaian tujuan penataan ruang wilayah kabupaten,
maka rumusan kebijakan penataan ruang Kabupaten Halmahera Utara adalah
sebagai berikut:
1. Peningkatan peran dan fungsi perkotaan dan perkampungan sebagai pusat
permukiman, pelayanan sosial, dan pelayanan pemerintah secara
berimbang dan berhirarki
2. Peningkatan sistem sarana dan prasarana wilayah ke seluruh wilayah
kabupaten berbasis eko-konstruksi
3. Pengembangan pertanian, kehutanan dan pariwisata sebagai sektor
unggulan kabupaten dengan mengedepankan prinsip kelestarian
lingkungan
4. Pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi lingkungan hidup serta
pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat menimbulkan
kerusakan lingkungan hidup
5. Pengendalian perkembangan kegiatan budidaya agar tidak melampaui
daya dukung dan daya tampung lingkungan
6. Pengembangan kawasan tertinggal dan kawasan cepat tumbuh secara
terintegrasi dan harmonis untuk menciptakan pemerataan perkembangan
antarkawasan
7. Pengembangan sistem mitigasi bencana terpadu untuk melindungi
manusia dan kegiatannya dari bencana alam
8. Peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan Negara.

A. Kebijakan Pola Ruang Wilayah

1. Kebijakan Pemantapan Kawasan Lindung

 Pemantapan fungsi lindung pada kawasan yang memberi perlindungan


kawasan bawahannya
 Pemantapan kawasan perlindungan setempat
 Pemantapan kawasan suaka alam dan pelestarian alam
 Penanganan kawasan Risiko bencana alam
2. Kebijakan Pengembangan Kawasan Budidaya

Kabupaten Halmahera Utara memiliki berbagai fungsi kawasan budidaya


yang harus dikembangkan secara optimal, tetapi tidak boleh meninggalkan
prinsip keberlanjutan dalam jangka panjang.
 Pengembangan sektor perikanan.
 Pengembangan kawasan pertanian.
 Pengembangan kawasan peruntukan industri
 Pengembangan kawasan pariwisata
 Pengembangan kawasan permukiman perdesaan dan perkotaan
 Penetapan kawasan konservasi budaya dan sejarah

3. Kebijakan Pengelolaan Kawasan Lindung dan Budidaya

 Mengoptimalkan dan mengendalikan pemanfaatan ruang pada kawasan


lindung dan budidaya.
 Pemantapan kawasan lindung sesuai fungsi perlindungan masing-
masing.
 Arahan penanganan kawasan budidaya
 Pengaturan kelembagaan pengelolaan kawasan lindung dan budidaya.
4. Kebijakan Kawasan Strategis Kabupaten
a. Mengendalikan perkembangan ruang sekitar kawasan strategis
kabupaten.
b. Kebijakan dan Strategi Penetapan Fungsi Kawasan Pesisir dan Pulau-
Pulau Kecil
 Konservasi kawasan di Hutan Suaka Alam.
 Mempertahankan dan memperbaiki ekosistem pesisir.

B. Strategi Penataan Ruang

Dengan pertimbangan bahwa strategi adalah turunan dari kebijakan


yang dijabarkan secara lebih operasional yang dapat dituangkan dalam
bentuk ruang, maka strategi penataan ruang adalah sebagai berikut :
1. Strategi peningkatan peran dan fungsi perkotaan dan Perdesaan sebagai
pusat permukiman, pelayanan sosial, dan pelayanan pemerintah secara
berimbang dan berhirarki terdiri atas:
a. Meningkatkan dan memantapkan peran pusat-pusat kegiatan yang sudah
ada dan mengembangkan pusat-pusat kegiatan baru yang melayani
daerah sekitarnya;
b. Mengakomodasi dan memantapkan sistem permukiman perkotaan dan
perdesaan sebagai representasi keberadaan masyarakat;
c. Mengembangkan keterkaitan antar kecamatan dan antar pusat
permukiman secara fungsional, melalui pengembangan fungsi kecamatan
dan pusat-pusat permukiman; dan
d. Mengembangkan pusat-pusat permukiman dan Perdesaan yang terisolasi
melalui peningkatan aksesibilitas dan penyediaan fasilitas kebutuhan dasar
sebagai bagian dari upaya pemberdayaan masyarakat lokal.
2. Strategi Peningkatan sistem sarana dan prasarana wilayah ke seluruh wilayah
kabupaten berbasis eko-konstruksi terdiri atas:

a. Meningkatkan sarana permukiman perkotaan dan perdesaan ;


b. Meningkatkan sarana pelayanan publik khususnya pendidikan dan
kesehatan;
c. Meningkatkan kualitas jaringan prasarana dan mewujudkan keterpaduan
pelayanan transportasi darat (termasuk transportasi sungai) dan udara
dengan skala prioritas terkait dengan daya dukung lingkungan;
d. Meningkatkan kualitas pelayanan jaringan energi sesuai dengan daya
dukung lingkungan;
e. Meningkatkan kualitas jaringan telekomunikasi dengan skala prioritas
pengembangan jaringan nirkabel dan satelit untuk membuka
keterisolasian wilayah;
f. Meningkatkan pemanfaatan sumberdaya air dengan memperhatikan
kuantitas dan kualitas sumber-sumber air baku yang ada; dan
g. Meningkatkan jaringan pengelolaan lingkungan yang sesuai dengan daya
dukung wilayah
3. Strategi Pengembangan pertanian, kehutanan dan pariwisata sebagai sektor
unggulan kabupaten dengan mengedepankan prinsip kelestarian lingkungan
terdiri atas:

a. Mewujudkan kawasan agroforestri untuk meningkatkan kualitas hasil


perikanan, perkebunan dan pertanian;
b. Mengembangkan lahan pertanian tanaman pangan berkelanjutan;
c. Meningkatkan produktivitas dan pengolahan hasil perikanan, pertanian
dan perkebunan secara lestari;
d. Meningkatkan sarana produksi perikanan, pertanian dan pekerbunan,
serta pembinaan nelayan dan petani;
e. Meningkatkan usaha pengembangan peternakan secara terintegrasi
dengan sektor perikanan dan pertanian;
f. Meningkatkan kepariwisataan kabupaten dengan mengedepankan
ekowisata disertai dengan peningkatan prasarana dan sarana pendukung,
pengelolaan objek wisata yang lebih profesional serta pemasaran yang
lebih agresif dan efektif; dan
g. Melestarikan sekaligus mempromosikan wisata budaya lokal
4. Strategi pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi lingkungan hidup
serta pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat
menimbulkan kerusakan lingkungan hidup terdiri atas:
a. Menetapkan dan memantapkan fungsi kawasan lindung;
b. Mengembalikan dan meningkatkan fungsi kawasan lindung yang telah
menurun dalam rangka mewujudkan dan memelihara keseimbangan
ekosistem wilayah;
c. Membatasi kegiatan di sekitar kawasan lindung yang dapat memberikan
dampak terhadap penurunan fungsi lindung kawasan; dan
d. Memelihara nilai pemanfaatan dari kawasan lindung yang ada.
5. Strategi pengendalian perkembangan kegiatan budidaya agar tidak
melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan terdiri atas:
a. Mengelola sumber daya alam tak terbarukan secara bijaksana dan
meningkatkan pemanfaatan sumber daya alam yang terbarukan
b. Memantapkan kegiatan permukiman yang terintegrasi di pusat-pusat
kegiatan wilayah;
c. Mewujudkan kawasan budidaya yang sesuai dengan daya dukung dan
daya tampung serta mampu menjaga keseimbangan ekosistem
wilayahnya; dan
d. Mengendalikan kegiatan sektor pertambangan.
6. Strategi pengembangan kawasan tertinggal dan kawasan cepat tumbuh
secara terintegrasi dan harmonis untuk menciptakan pemerataan
perkembangan antar kawasan terdiri atas:
a. Membuka akses dan meningkatkan aksesibilitas antara kawasan
tertinggal dan pusat pertumbuhan wilayah;
b. Menetapkan kawasan strategis kabupaten bagi kawasan tertinggal dan
kawasan cepat tumbuh serta mengembangkannya secara harmonis; dan
c. Mengembangkan prasarana dan sarana penunjang kegiatan ekonomi.
7. Strategi pengembangan sistem mitigasi bencana terpadu untuk melindungi
manusia dan kegiatannya dari bencana alam terdiri atas:
a. Mengidentifikasi kawasan Risiko bencana berdasarkan kriteria yang telah
ditetapkan berdasarkan norma, peraturan, standar, dan ketentuan;
b. Menetapkan rencana pengelolaan kawasan Risiko bencana alam sebagai
sebuah acuan yang harus digunakan dalam pemanfaatan ruang pada
kawasan Risiko bencana; dan
c. Memberikan sosialisasi, penyuluhan, pelatihan dan pendidikan kepada
semua stakeholder menyangkut kebencanaan dari mulai tindakan
pencegahan, tindakan pada saat bencana terjadi, dan tindakan setelah
bencana terjadi.
8. Strategi peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan
Negara terdiri atas:

a. Mendukung penetapan kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan


negara;
b. Mengembangkan kegiatan budidaya secara selektif di dalam dan di sekitar
kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan untuk menjaga fungsi dan
peruntukannya; dan
c. Menjaga dan memelihara aset-aset pertahanan dan kemananan negara

2.5 Rencana Struktur Ruang Wilayah Kabupaten Halmahera Utara


2.5.1 Rencana Pengembangan Sistem Pusat Kegiatan
1. Rencana Sistem Perkotaan
Rencana Pengembangan Sistem Pusat-Pusat Pelayanan (Pusat Kegiatan)
di wilayah Kabupaten Halmahera Utara diarahkan untuk meningkatkan
pembangunan dan pemerataan kesejahteraan masyarakat. Hal ini menyangkut
pemenuhan kebutuhan masyarakat termasuk dalam penyediaan sarana dan
prasarana utama penunjang yang pengadaannya dikelola secara terpadu.
Penerapan kebijaksanaan setiap sistem kegiatan pembangunan berbeda-beda
tergantung dari kebutuhan tiap-tiap wilayah.

Arahan pengembangan pusat kegiatan dilakukan melalui


pengembangan pusat-pusat permukiman baik pusat permukiman perkotaan
maupun perdesaan untuk melayani kegiatan ekonomi, pelayanan
pemerintahan dan pelayanan jasa, bagi kawasan permukiman maupun daerah
sekitarnya. Pusat-pusat kegiatan ditujukan untuk melayani perkembangan
berbagai usaha atau kegiatan dan permukiman masyarakat dalam wilayahnya
dan wilayah sekitarnya.

Adapun rencana sistem perkotaan di Kabupaten Halmahera Utara


dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2. 30 Sistem Perkotaan Kabupaten Halmahera Utara

Sumber: Tim Penyusun Tahun 2018

Hirarki fungsional Wilayah Kabupaten Halmahera Utara adalah:


 Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), yaitu pusat kegiatan lokal sebagaimana
yang diarahkan dalam RTRW Provinsi Maluku Utara,
 Pusat Kegiatan Lokal promosi (PKLp) yang berada di wilayah kabupaten,
merupakan PPK yang akan dipromosikan menjadi PKL dalam 5 tahun
mendatang,
 Pusat Pelayanan Kawasan (PPK), merupakan kawasan perkotaan yang
berfungsi melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa.
2. Rencana Sistem Perdesaan
Penataan ruang kawasan perdesaan diarahkan untuk: 

 pemberdayaan masyarakat perdesaan; 


 pertahanan   kualitas lingkungan setempat dan wilayah yang
didukungnya; 
 konservasi sumber daya alam; 
 pelestarian warisan budaya lokal; 
 pertahanan kawasan lahan abadi pertanian pangan untuk ketahanan
pangan; dan 
 penjagaan keseimbangan pembangunan perdesaan-perkotaan. 
Perdesaan merupakan konsentrasi kegiatan penduduk yang berfungsi
sebagai pengembangan lahan permukiman desa dan aktivitas penunjangnya.
Berdasarkan informasi dari Kabupaten Halmahera Utara Dalam Angka Tahun
2018, jumlah desa di Kabupaten Halmahera Utara adalah sebanyak 196 desa
yang tersebar di 17 kecamatan.
Pusat permukiman desa dikembangkan untuk memberikan dukungan
terhadap kawasan perkotaan dan memberikan hubungan sinergi antar kawasan.
Dengan demikian arahan pengembangan kawasan desa diarahkan pada sistem
kegiatan berikut :
1. Permukiman desa yang lokasinya tersebar
2. Budidaya pertanian (tanaman pangan, tanaman keras, perkebunan,
peternakan, dan perikanan), sesuai dengan potensi kesesuaian lahan
3. Kegiatan pada kawasan desa harus memperhatikan ketentuan yang telah
ada mengenai kawasan lindung, suaka alam dan cagar budaya.
Gambar 2. 30 Peta Rencana Sistem Perkotaan Kabupaten Halmahera Utara
Sumber: Revisi Kab. Halmahera Utara Tahun 2012-2032

Bab II-82
2.6 Rencana Jaringan Transportasi
2.6.1 Rencana Jaringan Jalan
Rencana jaringan jalan meliputi:

a. Peningkatan jaringan jalan nasional (JKP-1):

1. Lapangan Terbang – Galela


2. Galela – Tobelo
3. Tobelo - Dermaga Ferry
4. Tobelo - Pelabuhan
5. Tobelo - Podiwang
6. Podiwang - Kao
7. Kao – Boso

b. Peningkatan jaringan jalan provinsi (K2):

1. Lapter – Galela Kedi


2. Kao – Toliwang
3. Toliwang – Tolabit
4. Toliwang – Kusuri
5. Sp. Tobe Katana
6. Ngidoho – Lapi
7. Lapi – Darume
Perubahan status pada status ruas nomor 624 dari Dokulamo sampai ke
Najam yang statusnya Jalan Provinsi diusulkan beralih statusnya ke Jalan
Kabupaten. Sedangkan untuk rencana jalan prioritas Jalan alternatif ke arah utara
yaitu dari Kawasan Pemerintahan - Mede – Dokulamo dan arah Selatan dari
Kawasan Pemerintahan – Pale – Kusuri – Bandara Kuabang Kao. Selanjutnya
pengembangan jalan lokal di kawasan perkotaan berupa pembangunan jalan dan
pembangunan jalan lingkar dalam kota di Tobelo, Galela Barat dan Loloda Utara
untuk mengurangi volume jalan pada jalur utama kawasan perkotaan, serta
pembangunan jalan pesisir (Scinic Road).

Bab II-83
2.6.2 Rencana Pengembangan Terminal
Rencana Jaringan prasarana lalu lintas

1. Rencana pembangunan dan/atau peningkatan terminal,


meliputi:
a. Peningkatan terminal penumpang tipe B di Tobelo (Wosia)
b. Peningkatan terminal penumpang tipe C di Malifut dan Galela
c. Pembangunan terminal penumpang tipe C, antara lain:
1) Loloda Utara (Dorume)
2) Tobelo (Wari Ino)
3) Tobelo Barat (Kusuri)
4) Galela Utara (Salimuli)
2. Rencana peningkatan trayek angkutan penumpang:
a. Sofifi – Galela;
b. Sofifi – Tobelo;
c. Tobelo – Jailolo;
d. Tobelo – Darume;
e. Tobelo – Subaim .
3. Peningkatan trayek angkutan barang:
a. Ternate – Tobelo;
b. Ternate – NHM;
c. Ternate – Galela;
d. Tobelo – Morotai;
e. Tobelo – Subaim;
f. Tobelo – Galela;
g. Tobelo – Kao;
h. Tobelo – Kao Barat;
i. Tobelo – Malifut;
j. Tobelo – Kupa-Kupa;
k. Galela - Loloda; dan

Bab II-84
l. Tobelo - Bitung

Bab II-85
Gambar 2. 31 Peta Rencana Jaringan Transportasi Kabupaten Halmahera Utara.
Sumber: Revisi RTRW Kab. Halmahera Utara Tahun 2012-2032

Bab II-86
2.6.3 Rencana Pengembangan Transportasi Udara
Rencana pengembangan transportasi udara meliputi:

1. Peningkatan fasilitas pelayanan bandar udara pengumpan di Bandar Udara


Kuabang di Kecamatan Kao dan Bandar Udara Gamarmalamo di Kecamatan
Galela Barat.

2. Peningkatan fasilitas pelayanan bandar udara khusus yaitu Bandar udara Kobok
di Kecamatan Kao Teluk.
2.6.4 Rencana Pengembangan Transportasi Laut
Rencana pengembangan transportasi laut meliputi:

1. Pelabuhan pengumpul berupa pelabuhan Tobelo di Kecamatan Tobelo;

2. Pelabuhan pengumpan, meliputi:

a. Pelabuhan Salimuli di Kecamatan Galela Utara;


b. Pelabuhan Tolonuo di Kecamatan Tobelo Utara;
c. Pelabuhan Pediwang di Kecamatan Kao Utara;
d. Pelabuhan Bobale di Kecamatan Kao Utara;
e. Pelabuhan Daru di Kecamatan Kao Utara;
f. Pelabuhan Bobane Igo di Kecamatan Kao Teluk;
g. Pelabuhan Kao di Kecamatan Kao;
h. Pelabuhan Jere di Kecamatan Galela Utara;
i. Pelabuhan Dama di Kecamatan Loloda Kepulauan;
j. Pelabuhan Ngajam di Kecamatan Loloda Utara;
k. Pelabuhan Galela di Kecamatan Galela;
l. Pelabuhan Meti di Kecamatan Tobelo Timur;
m. Pelabuhan Dorume di Kecamatan Loloda Utara; dan
n. Pelabuhan Mawea di Kecamatan Tobelo Timur.

3. Pelabuhan penyeberangan: Loloda – Bitung – Tobelo, lokasi di Dama


Kecamatan Loloda Kepulauan

4. Terminal khusus, meliputi:

Bab II-87
a. Terminal khusus Perusahan KSO Galela di Kecamatan Galela;
b. Terminal khusus Tanjung Barnabas di Kecamatan Malifut;
c. Terminal khusus Pertamina di Kecamatan Tobelo Selatan;
d. Terminal khusus Perusahaan NICO di Kecamatan Tobelo Selatan; dan
e. Terminal khusus PPI di Kecamatan Tobelo Tengah.
f. Terminal Khusus Industri Gulo di Kecamatan Kao Utara.
g. Terminal Khusus Pertambangan Momojiu di Kecamatan Loloda Utara.

2.7 Rencana Sistem Jaringan Prasarana Wilayah


1. Rencana Sistem Jaringan Energi dan Kelistrikan

Pengembangan sistem energi mengacu pada kriteria dengan uraian yang


meliputi sebagai berikut:

a. Jaringan Distribusi Primer atau Menengah


Jaringan distribusi primer berfungsi untuk menyalurkan daya listrik, menjelajahi
daerah asuhan ke gardu / transformator distribusi. Jaringan distribusi primer dilayani
oleh gardu hubung atau langsung dari gardu induk dan atau dari pusat pembangkit.
Sesuai dengan fungsinya maka suatu sistem jaringan distribusi primer dengan
bagian-bagiannya dapat merupakan bentuk atau susunan yang berbeda-beda
disesuaikan dengan tujuan-tujuan tertentu

Macam-macam Jaringan Distribusi Primer :


a. Jaringan Hantaran udara
Jaringan hantaran udara baik untuk dipergunakan pada daerah dengan
kepadatan beban yang rendah, karena disini harga pembelian hak jalan untuk
hantaran udara relatif murah, disamping harga materialnya yang murah
dibandingkan dengan jaringan kabel bawah tanah.
b. Jaringan Kabel Bawah Tanah
Keuntungan yang dapat diperoleh dari suatu jaringan bawah tanah adalah
bebasnya kabel dari gangguan pohon, sambaran petir maupun dari gangguan
manusia. Kabel-kabel bawah tanah yang digunakan pun banyak sekali jenisnya selain

Bab II-88
disebabkan bahan-bahan isolasi plastik yang terus berkembang maka selalu saja ada
tambahan jenis-jenis kabel baru.

b. Bentuk Jaringan Distribusi Primer


Pada umumnya terdapat empat bentuk atau tipe dasar dari sistem jaringan
distribusi primer yaitu sebagai berikut :
a. Sistem Jaringan Distribusi Primer Tipe Radial
Pola ini merupakan pola yang paling sederhana dan umumnya banyak
digunakan di daerah pedesaan/ sistem yang kecil. Umunya menggunakan
SUTM(Saluran Udara Tegangan Menengah), Sistem Radial tidak terlalu rumit, tetapi
memiliki tingkat keandalan yang rendah.
b. Sistem / pola open loop
Merupakan pengembangan dari sistem radial, sebagai akibat dari diperlukannya
kehandalan yang lebih tinggi dan umumnya sistem ini dapat dipasok dalam satu
gardu induk. Dimungkinkan juga dari gardu induk lain tetapi harus dalam satu sistem
di sisi tegangan tinggi, karena hal ini diperlukan untuk manuver beban pada saat
terjadi gangguan.
c. Sistem / pola Close Loop
Sistem close loop ini layak digunakan untuk jaringan yang dipasok dari satu
gardu induk, memerlukan sistem proteksi yang lebih rumit biasanya menggunakan
rele arah (bidirectional). Sistem ini mempunyai kehandalan yang lebih tinggi
dibanding sistem yang lain.
d. Sistem / pola Spindel
Sistem ini pada umumnya banyak digunakan di Distribusi Perkotaan Besar.
Memiliki kehandalan yang relatif tinggi karena disediakan satu expres feeder /
penyulang tanpa beban dari gardu induk sampai gardu hubung. Biasanya pada tiap
penyulang terdapat gardu tengah (middle point) yang berfungsi untuk titik manufer
apabila terjadi gangguan pada jaringan tersebut.
e. Sistem / pola Cluster

Bab II-89
Sistem cluster sangat mirip dengan sistem spindel, juga disediakan satu feeder
khusus tanpa beban (feeder expres). Sistem jaringan distribusi primer tipe ini adalah
sistem dimana daya listrik disalurkan dari gardu induk atau sumber daya melalui
gardu-gardu distribusi yang berakhir pada gardu refleksi atau disebut juga sebagai
gardu switching.
A. Rencana Pengembangan Sistem Kelistrikan Kabupaten Halmahera Utara

Pengembangan sistem kelistrikan di Kabupaten Halmahera Utara direncanakan


sebagai berikut:

1. Sistem Pembangkit Tenaga Listrik


di Halmahera Utara dan Kondisinya
a. PLTD (Pembangkit Listrik Tenaga Diesel)
Di Kabupaten Halmahera Utara hanya ada 2 sistem pembangkit tenaga listrik,
yaitu pembangkit listrik tenaga diesel. Di Kecamatan Tobelo stasiun pembangkit
dengan tenaga diesel (1,2 MW x 4 unit) dengan daya terpasang 5,9 MW dan daya
mampu 3,4 MW, termasuk kantor jaga di Kecamatan Galela. Di Kecamatan Malifut
stasiun pembangkit dengan tenaga diesel (4 KW x 2 unit) dengan daya terpasang
1,96 MW dan daya mampu 1,2 MW. Dan Kecamatan Tobelo Desa Kumo 80 kva
dan Tolonuo 50 kva, Loloda Utara Kapa-kapa dan Pacao masing-masing 50 kva,
Loloda Kepulauan Dama 120 kva cera 40 kva.
b. PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya)
Sistem pembangkit listrik tenaga Surya Di Kabupaten Halmahera Utara Terdapat
Di Kecamatan Tobelo ( Kawasan Pemerintahan-PJU, Desa Kumo, Kakara,
Tagalaya.), Kecamatan Tobelo Utara ( Desa Tolonuo ), Kecamatan Tobelo Timur
( Desa Meti, Gonnga ), Kecamatan Tobelo Barat ( Desa Wangongira, Sukamaju
dan UPT Togoliua ) dan Kecamatan Kao Barat ( Desa Kai, Pitago, Bailengiet,
Somaetek, Toboulamo,Tuguis Parseba, Soahukum, dan Takimo ).

2. Konsumsi dan Pertumbuhan Kebutuhan Energi di Halmahera Utara

Bab II-90
Konsumsi energi listrik dan pertumbuhan dari tahun 2005 sampai dengan
tahun 2010 di Ranting Tobelo meningkat dari 3,3 MW tahun 2005 meningkat menjadi
4,8 MW tahun 2006 dan meningkat lagi menjadi 5,2 MW tahun 2008, dan sekarang
ini pada tahun 2010 meningkat menjadi 8 MW Peningkatan konsumsi energi dan
beban puncak di Kabupaten Halmahera Utara terjadi karena pada saat itu terjadi
pemekaran kabupaten dan juga situasi masyarakat yang sudah stabil. Kekurangan
pasokan listrik saat ini harus diantisipasi, karena kebutuhan energi merupakan salah
satu syarat penting untuk meningkatkan investasi.

3. Rasio Penggunaan Listrik


Kabupaten Halmahera Utara sampai dengan bulan Juni 2006 telah terjadi
pemekaran kecamatan maupun desa, dari 9 kecamatan menjadi 22 kecamatan dan
jumlah desa menjadi 260 desa, kemudian pada tahun 2009. Setelah terbentuknya
Kabupaten Pulau Morotai Maka Kabupaten Halmahera Utara menjadi 17 kecamatan
dan 196 desa. Masih ada sekitar 10 persen desa yang belum merasakan aliran listrik
ataupun sudah pernah ada aliran listrik namun rusak akibat terjadi kerusuhan atau
kerusakan lainnya. Pelayanan 100 persen desa-desa terjadi pada daerah perkotaan
yang mempunyai aktivitas ramai seperti kecamatan Tobelo, Galela, ataupun
kecamatan yang desa-desa terletak pada jalan Trans Halmahera.

Suplai tenaga listrik di Kabupaten Halmahera Utara masih dalam kondisi kritis
dan banyak kekurangan sekarang ini. Untuk itu perlu adanya upaya dari pemerintah
Kabupaten Halmahera Utara dalam mencarikan pemikiran dan solusi menghadapi
krisis listrik saat ini. Belum lagi masih ada sekitar 10 persen dari desa-desa yang
belum ada jaringan listrik meminta pelayanan listrik serta peningkatan layanan listrik
dari 12 jam menjadi 24 jam di sebagian besar desa di luar Tobelo dan sekitarnya.
Perhitungan rencana pengembangan energi listrik perlu dilakukan untuk
memperkirakan kebutuhan listrik dalam jangka kurun waktu 20 tahun ke depan
dengan memperhatikan klaster pertumbuhan wilayah di Kabupaten Halmahera Utara.
Orde I adalah sebagai pusat pengembangan Central Business District (CBD) dan
pusat pemerintahan kabupaten serta daerah perkotaan yang cenderung sangat besar

Bab II-91
kebutuhan energi listriknya. Orde II adalah wilayah hinterland yang akan menjadi
daerah pengembangan industri berat dan sedang jadi kebutuhan energi listrik lebih
kearah industri dan permukiman. Orde III dipertahankan sebagai daerah rural yang
akan lebih mengutamakan pembangunan pariwisata dan pertambangan serta
sebagai pintu terdepan wilayah utara.

Proyeksi kebutuhan listrik di Kabupaten Halmahera Utara sampai dengan


tahun 2025 adalah 120,416 MW dengan rata-rata pertumbuhan pertahun 7 persen.
Pertumbuhan permintaan energi listrik yang terus meningkat setiap tahunnya
mengharuskan pemerintah Kabupaten Halmahera Utara menyediakan alternatif
pembangkit energi listrik selain dari PT. PLN supaya kekurangan energi yang saat ini
terjadi dapat diatasi. Ada beberapa sumberdaya alam yang dapat didayagunakan
oleh pemerintah kabupaten untuk menjadi sumber alternatif energi listrik, yaitu:
pembangkit listrik tenaga batu-bara, pembangkit listrik tenaga panas bumi dan
pembangkit listrik hydro power.

4. Rencana Pembangunan Kelistrikan


Terdapat beberapa rencana pembangunan kelistrikan di Kabupaten Halamhera
Utara. Pertama, rencana pembangunan dan penambahan pembangkit listrik PLN.
Rencana pembangunan dan penambahan pembangkit listrik di wilayah Kabupaten
Halmahera Utara tersebar di 10 desa dengan jumlah mesin 36 unit mesin. Secara
rinci rencana pembangunan dan penambahan pembangkit listrik tersebut disajikan
pada tabel di bawah ini.

Rencana penambahan gardu dan Jaringan Tegangan Rendah (JTR) di 17


(tujuh belas) desa di Kecamatan Tobelo dan 2 (dua) desa di Kecamatan Malifut.
Tujuh belas desa di Kecamatan Tobelo tersebut yaitu: Desa Gura Buaele, Desa
Gamsungi, Desa Wosia, Desa Mamuya, Desa Leleoto, Desa MKCM, Desa Mahia, Desa
Gura, Desa Gosoma, Desa Tobe, Desa Brinoa, Desa Togoliua, Desa Lina Ino, Desa
Mawea, Desa Paca, Desa, dan Desa Yaro. Dua desa di Kecamatan Malifut yaitu Desa

Bab II-92
Tabobo dan Wangeotak. Secara diagram rencana penambahan gardu dan JTR
tersebut disajikan pada gambar di bawah ini.

Tabel 2. 31 Rencana Pembangunan dan Penambahan Pembangkit Listrik di


Kabupaten Halmahera Utara.

Sumber : PT PLN Wilayah Maluku dan Maluku Utara, Area Ternate, Rayon Tobelo, 2018.

Rencana
gardu
sisipan
Leleoto

U
Gardu Mawea 100 kva
50 kva

KETERANGAN GAMBAR NO. GBR : DI SURVEY OLEH : STAF DIST


Tiang JTM yang sudah ada RENCANA GARDU SISIPAN DIGAMBAR OLEH : SUPV. OPDIST
Rencana tiang TM DESA LELEOTO DISETUJUI : MANAJER RAYON
JTM yang sudah ada DIKETAHUI : ASMAN DIST
Rencana gardu 100 KVA
JTR yang sudah ada
PT PLN (Persero)
WILAYAH MALUKU & MALUKU UTARA
LOKASI : DESA LELEOTO TOBELO AREA TERNATE RAYON TOBELO
HALUT

Gambar 2. 32 Rencana Gardu Sisipan Desa Leleoto


Sumber : PT PLN Wilayah Maluku dan Maluku Utara, Area Ternate, Rayon Tobelo, 2018.

Bab II-93
2. DESA GAMSUNGI GD. KBP 1
1. DESA GURA

U
Trafo 3 Phasa
BUAELE 100 kVA

48 M 50 M 50 M 50 M 50 M

RENC GARDU
RENC GARDU Trafo 3 Phasa
Trafo 3 Phasa 160 kVA
160 kVA GD. KUD
Trafo 3 Phasa
200 kVA

GD. TPI 1
Trafo 3 Phasa
3. DESA WOSIA 160 kVA 4. DESA MAMUYA

RENC GARDU
Trafo 3 Phasa
100 kVA
RENC GARDU
Trafo 3 Phasa
160 kVA
GD. Mamuya 2
Trafo 3 Phasa
50 kVA

KETERANGAN GAMBAR NO. GBR : DI SURVEY OLEH : STAF DIST


GAMBAR SITUASI
Tiang Besi 11 Meter PENAMABAHAN GARDU DIGAMBAR OLEH : SUPV. OPDIST
JTM Yang Sudah Ada DISETUJUI : MANAJER RTG
JTR LVTC 3x35+1x25mm Yang Sudah Ada DIKETAHUI : ASMAN DIST
Tiang Besi 7 Meter Yang Sudah Ada PT PLN (Persero)
Rencana tiang besi 12 meter WILAYAH MALUKU & MALUKU UTARA
Rencana Topan Tarik/Tekan LOKASI : DESA GAMSUNGI DAN
GURA, WOSIA, MAMUYA TOBELO
Rencana JTM A3CS HALUT AREA SOFIFI RAYON TOBELO

Gambar 2. 33 Rencana Penambahan Gardu di Desa Gura Buaele, Gamsungi, Wosia, dan Mamuya
Sumber : PT PLN Wilayah Maluku dan Maluku Utara, Area Ternate, Rayon Tobelo, 2018.

Pos
Rencana
gardu
U
POM MKCM 2

40 M 40 M 40 M
40 M 40 M

Kantor
BNPB

KETERANGAN GAMBAR NO. GBR : DI SURVEY OLEH : STAF DIST


Rencana tiang TM RENCANA GARDU DAN DIGAMBAR OLEH : SUPV. OPDIST
Rencana tiang JTR PENAMBAHAN JTR DISETUJUI : MANAJER RAYON
Rencana JTR DIKETAHUI : ASMAN DIST
Jaringan TM yang sudah ada
Tiang JTM yang sudah ada
Renca gardu 100 KVA PT PLN (Persero)
WILAYAH MALUKU & MALUKU UTARA
LOKASI : DESA MKCM TOBELO AREA TERNATE RAYON TOBELO
HALUT

Gambar 2. 34 Rencana Gardu dan Penambahan JTR Desa MKCM


Sumber : PT PLN Wilayah Maluku dan Maluku Utara, Area Ternate, Rayon Tobelo, 2018.

Bab II-94
DS BRINOA

DS TOBE
GEREJA TOBE
GARDU BRINOA
50 M
DS TOGOLIUA
U
Trafo 1 Phasa 16
kVA 50 M

50 M

50 M

50 M

50 M

SD TOBE 50 M
MUSHALAH
50 M TOGOLI
RENC GARDU
Trafo 3 Phasa 50 50 M
kVA
50 M RENC GARDU
RENC GARDU
Trafo 3 Phasa 50
Trafo 3 Phasa 50 50 M
kVA
kVA
50 M

KETERANGAN GAMBAR NO. GBR : DI SURVEY OLEH : STAF DIST


GAMBAR SITUASI
Tiang Besi 11 Meter PENAMABAHAN GARDU DIGAMBAR OLEH : SUPV. OPDIST
JTM Yang Sudah Ada DISETUJUI : MANAJER RYN
JTR AL LVTC 35 mm Yang Sudah Ada DIKETAHUI : ASMAN DIST
Rencana ganti tw 3x16 ke LVTC 50mm PT PLN (Persero)
LOKASI : DESA T KAO BARAT WILAYAH MALUKU & MALUKU UTARA
TOBELO HALUT
AREA SOFIFI RAYON TOBELO

Gambar 2. 35 Rencana Penambahan Gardu di Desa Tobe, Brinoa, dan Togoliua


Sumber : PT PLN Wilayah Maluku dan Maluku Utara, Area Ternate, Rayon Tobelo, 2018.

GARDU LINA INO


U
Trafo 3 Phasa 50
RENC GARDU kVA
PORTAL
Trafo 3 Phasa
100 kVA

KETERANGAN GAMBAR NO. GBR : DI SURVEY OLEH : STAF DIST


GAMBAR SITUASI
Tiang Besi 11 Meter PENAMABAHAN GARDU DIGAMBAR OLEH : SUPV. OPDIST
JTM Yang Sudah Ada DISETUJUI : MANAJER RYN
JTR AL LVTC 35 mm Yang Sudah Ada DIKETAHUI : ASMAN DIST
Rencana Tiang besi 12 meter PT PLN (Persero)
LOKASI : DESA LINA INO TOBELO WILAYAH MALUKU & MALUKU UTARA
HALUT
AREA SOFIFI RAYON TOBELO

Gambar 2. 36 Rencana Penambahan Gardu di Desa Lina Ino


Sumber : PT PLN Wilayah Maluku dan Maluku Utara, Area Ternate, Rayon Tobelo, 2018.

Bab II-95
Rencana
gardu
Gardu sisipan

U
Mawea Mawea
50 kva 100 kva

KETERANGAN GAMBAR NO. GBR : DI SURVEY OLEH : STAF DIST


Tiang JTM yang sudah ada RENCANA GARDU SISIPAN DIGAMBAR OLEH : SUPV. OPDIST
Rencana tiang TM DESA MAWEA DISETUJUI : MANAJER RAYON
JTM yang sudah ada DIKETAHUI : ASMAN DIST
Rencana gardu 100 KVA
JTR yang sudah ada
PT PLN (Persero)
WILAYAH MALUKU & MALUKU UTARA
LOKASI : DESA MAWEA TOBELO AREA TERNATE RAYON TOBELO
HALUT

Gambar 2. 37 Rencana Gardu Sisipan di Desa Mawea


Sumber : PT PLN Wilayah Maluku dan Maluku Utara, Area Ternate, Rayon Tobelo, 2018.

Rencana
U
gardu
sisipan Paca
100 kva

Gardu Paca
50 kva

KETERANGAN GAMBAR NO. GBR : DI SURVEY OLEH : STAF DIST


Tiang JTM yang sudah ada RENCANA GARDU SISIPAN DIGAMBAR OLEH : SUPV. OPDIST
Rencana tiang TM DESA PACA DISETUJUI : MANAJER RAYON
JTM yang sudah ada DIKETAHUI : ASMAN DIST
Rencana gardu 100 KVA
Gardu yang sudah ada
PT PLN (Persero)
WILAYAH MALUKU & MALUKU UTARA
LOKASI : DESA PACA TOBELO AREA TERNATE RAYON TOBELO
HALUT

Gambar 2. 38 Rencana Gardu Sisipan di Desa Paca


Sumber : PT PLN Wilayah Maluku dan Maluku Utara, Area Ternate, Rayon Tobelo, 2018.

Bab II-96
U
Rencana
gardu sisipan Gardu Yaro
Gardu Yaro
Yaro 100 kva 25 kva
16 kva

KETERANGAN GAMBAR NO. GBR : DI SURVEY OLEH : STAF DIST


Tiang JTM yang sudah ada RENCANA GARDU SISIPAN DIGAMBAR OLEH : SUPV. OPDIST
Rencana tiang TM DESA YARO DISETUJUI : MANAJER RAYON
JTM yang sudah ada DIKETAHUI : ASMAN DIST
Rencana Gardu 100 KVA
Gardu yang sudah ada
JTR yang sudah ada 3x35mm PT PLN (Persero)
WILAYAH MALUKU & MALUKU UTARA
LOKASI : DESA YARO TOBELO AREA TERNATE RAYON TOBELO
HALUT

Gambar 2. 39 Rencana Gardu Sisipan di Desa Yaro

Sumber : PT PLN Wilayah Maluku dan Maluku Utara, Area Ternate, Rayon Tobelo, 2018.

50 M

50 M

50 M

50 M

50 M

60 M

50 M

MESJID
TABOBO

U
GD. TABOBO
Trafo 1 Phasa 25 kVA

50 M

50 M

50 M SD
TABOBO
50 M

50 M

KETERANGAN GAMBAR NO. GBR : DI SURVEY OLEH : STAF DIST


GAMBAR SITUASI
Tiang Besi 11 Meter PENAMABAHAN JTR DESA DIGAMBAR OLEH : SUPV. OPDIST
JTM Yang Sudah Ada TABOBO DISETUJUI : MANAJER RTG
JTR LVTC Yang Sudah Ada DIKETAHUI : ASMAN DIST
Rencana Topan Tarik PT PLN (Persero)
Rencana JTR LVTC 3x50+1x35 LOKASI : DESA TABOBO MALIFUT WILAYAH MALUKU & MALUKU UTARA
HALUT
AREA SOFIFI KP MALIFUT

Gambar 2. 40 Rencana Penambahan JTR di Desa Tabobo


Sumber : PT PLN Wilayah Maluku dan Maluku Utara, Area Sofifi, KP Malifut, 2018.

Bab II-97
50 M 50 M 50 M

50 M PASAR
SOMA
50 M

50 M
TERMINAL
50 M MALIFUT

50 M
Rencana Gardu
Trafo 3 Phasa 50 kVA
50 M

50 M

50 M

50 M
U
50 M

50 M

50 M

50 M

50 M

50 M

50 M

GEREJA
WANGEOTAK
KETERANGAN GAMBAR NO. GBR : DI SURVEY OLEH : STAF DIST
GAMBAR SITUASI
Tiang Besi 11 Meter PENAMABAHAN JTM DAN DIGAMBAR OLEH : SUPV. OPDIST
JTM Yang Sudah Ada TRAFO DI DESA WANGEOTAK DISETUJUI : MANAJER RTG
Rencana SUTM AAACS DIKETAHUI : ASMAN DIST
Rencana Topan Tarik/Tekan PT PLN (Persero)
Rencana Tiang besi 12 Meter LOKASI : DESA WANGEOTAK WILAYAH MALUKU & MALUKU UTARA
MALIFUT HALUT
AREA SOFIFI KP MALIFUT

Gambar 2. 41 Rencana Penambahan JTM dan Trafo di Desa Wangeotak

Sumber : PT PLN Wilayah Maluku dan Maluku Utara, Area Sofifi, KP Malifut, 2018.

GRD GORUA 1

DE SA W A R I IN O
JA L A N RA Y A W A R I IN O

40 40 40 40 4 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40
LORONG WARI INO

PADAMARA

KETERANGAN G A MB A R G A M B A R NO GBR DI SURVEY STAF DIST


JTM YANG SUDAH ADA DI GAMBAR SUPV OP DIST
RENC TIANG BESI 9 MTR RENC PENAMBAHAN JTR DI SETUJUI
TIANG BESI YG SDH ADA DESA WARI INO DI KETAHUI ASMAN DIST
RENCANA TOPANG TARIK
RENC KABEL LVTC 4 X 70 MM PT PLN (persero)
KABEL LVTC YG SDH ADA LOKASI ; DS WARI INO WIL MALUKU & MALUKU UTARA
GARDU DISTRIBUSI YG SDH ADA HALMAHERA UTARA AREA SOFIFI RAYON TOBELO

Gambar 2. 42 Rencana Penambahan JTR di Desa Wari Ino


Sumber : PT PLN Wilayah Maluku dan Maluku Utara, Area Sofifi, Rayon Tobelo, 2018

Bab II-98
U 50

45

40
KTR RAYON PLN 45 DESA WOSIA
TOBELO
45 LORONG PLN

50 50 GRD TPI 4
RAYA WOSIA

45

SD INPRES 50
50
JALAN

WOSIA

50

50

K E T E R A N G A N G A MB A R G A MB A R NO GBR DI SURVEY STAF DIST


RENC TIANG TOPANG TARIK DI GAMBAR SUPV OP DIST
RENC TIANG BESI 9 MTR RENC PENAMBAHAN JTR DI SETUJUI MANAGER RAYON
TIANG BESI YG SDH ADA TOBELO TERSEBAR DI KETAHUI ASMAN DIST
TIANG TOPANG TARIK YG SDH ADA
RENC KABEL LVTC 4 X 50 MM PT PLN (persero)
KABEL LVTC YG SDH ADA
LOKASI ; DS WOSIA WIL MALUKU & MALUKU UTARA
GARDU DISTRIBUSI YG SDH ADA AREA SOFIFI RAYON TOBELO

Gambar 2. 43 Rencana Penambahan JTR di Desa Wosia


Sumber : PT PLN Wilayah Maluku dan Maluku Utara, Area Sofifi, Rayon Tobelo, 2018.

2. Rencana Pengembangan Jaringan BBM

Rencana pengembangan jaringan BBM di wilayah Halmahera Utara meliputi


pembangunan:
(1) Instalasi Produksi, yang berfungsi untuk menyalurkan minyak dan gas bumi dari
fasilitas produksi ke kilang pengolahan dan/atau tempat penyimpanan; serta
(2) Jaringan Pipa Distribusi yang berfungsi untuk menyalurkan minyak dan gas
bumi dari kilang pengolahan atau tempat penyimpanan ke konsumen.
3. Rencana Pengembangan Sistem Energi Alternatif

Bab II-99
Besarnya energi gelombang laut yang dihasilkan dan lamanya angin yang
bertiup secara kontinyu selama tenggang waktu yang lama di wilayah
perairan/pesisir Kabupaten Halmahera Utara, merupakan aset utama sumber energi
potensial pembangkit tenaga listrik, selain energi yang dihasilkan oleh arus pasang-
surut. Pengembangan sistem energi alternatif di Kabupaten Halmahera Utara
direncanakan sebagai berikut :

1. Pembangkit Listrik Tenaga Batubara


Kabupaten Halmahera Utara mempunyai cadangan tambang batubara yang
belum diekplorasi sebagai bahan baku di Kecamatan Malifut. Sedangkan harga
pasar internasional produk batubara relatif konstan dan stabil. Sebagai tambahan,
pembangkit listrik tenaga batubara yang konvensional mempunyai kandungan
polusi tinggi dan merusak lingkungan. Hasil pembakaran batubara melepaskan
polusi gas di atmosfir antara lain SO2, CO2, NO2 dan zat besi yang berbahaya dan
material sampah debu lainnya

2. Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (Geothermal)


Di beberapa negara vulkanis, termasuk Indonesia pemanfaatan tenaga panas
bumi untuk pembangkit listrik sudah banyak dilakukan. Hal ini terjadi karena
sumber panas bumi yang ada sangat potensial bagi masyarakat pengguna listrik
yang ingin memanfaatkan sumber-sumber energi lain selain sumber energi air
maupun sumber energi diesel. Seiring dengan menyusutnya cadangan minyak dan
gas bumi perlu adanya pasokan energi lain untuk mendukung pembangunan
diberbagai sektor. Energi Geothermal merupakan sumberdaya alam berupa fluida
(air dan uap) yang tersimpan di reservoir bumi dan terpanasi oleh batuan yang
berasal dari pembekuan magma cair bersuhu tinggi. Fluida panas di reservoir
tersebut naik ke permukaan bumi melalui struktur rekahan pada batuan dan muncul
sebagai manifestasi panas bumi berupa mata-air panas, kolam lumpur, fumarola,
solfatara, geyser dan batuan alterasi. Pada saat ini pemanfaatan energi geothermal
(panas bumi) cukup beragam, baik untuk pembangkit listrik maupun keperluan lain
di sektor non listrik, seperti: pamanas ruangan, pengeringan hasil pertanian dan

Bab II-100
peternakan, greenhouse, kolam air hangat, industri keramik dan geowisata.
Disamping itu pemanfaatan energi geothermal sebagai energi alternative sangat
menunjang penghematan penggunaan bahan bakar (BBM), meningkatkan devisa /
pendapatan daerah dan mengurangi polusi hidrokarbon serta mengoptimalkan
sumber energi yang bersifat renewable/sustainable.

Pembangkit Listrik Panas Bumi di Kabupaten Halmahera Utara rencananya


dibangun di Hamiding Kecamatan Tobelo Barat.

3. Pembangkit Listrik Hydropower


Seperti dalam catatan, konstruksi pembangkit listrik tenaga air lebih baik
segera dimulai. Selama ini PLN dan sektor swasta sedikit lebih mampu melakukan
investasi proyek pembangkit listrik tenaga air (PLTA) skala besar, sebaiknya
menerapkan proyek tersebut dalam bentuk skema kemitraan swasta masyarakat
(Private Public Partnership / PPP).

Bab II-101
Gambar 2. 44 Peta Rencana Jaringan Energi Kabupaten Halmahera Utara
Sumber: Revisi RTRW Kab. Halmahera Utara Tahun 2012-2032

Bab II-102
2.8 Rencana Sistem Jaringan Air Bersih
Rencana Pengembangan Sistem Air Minum, Adapun pusat-pusat
pertumbuhan yang perlu mendapat layanan jaringan di wilayah Halmahera Utara
dapat dikategorikan sebagai berikut:

1. Wilayah potensial pengembangan wisata;


2. Wilayah potensial pengembangan perikanan sekitar pesisir;
3. wilayah potensial pengembangan kawasan industri;
4. Kawasan sentra produksi yang tersebar;
5. Sentra pengembangan kerajinan;
6. Sentra pengembangan produk pertanian;
7. Sentra pengembangan pertambangan dan energi.

Pemenuhan kebutuhan air minum dititikberatkan kepada peningkatan


pemanfaatan sumber-sumber yang ada dan kualitas pelayanan dengan langkah-
langkah sebagai berikut:
1. Meningkatkan usaha-usaha pelestarian sumber-sumber air minum;
2. Pendistribusian air minum dengan sistem gravitasi dan pelayanan dengan sistem
pompa;
3. Perbaikan jaringan perpipaan;
4. Perluasan jaringan air minum ke seluruh ibu kota kecamatan;
5. Peningkatan jumlah kran-kran umum;
6. Peningkatan cakupan area pelayanan air minum
7. Peningkatan koordinasi pengembangan air minum
8. Optimalisasi dan pengembangan Instalasi Pengolahan Air (IPA) dan
pengembangan pipa jaringan distribusi dari IPA Telaga Paca untuk melayani
Tobelo kota .
9. Optimalisasi dan pengembangan IPA Malifut dengan sumber air permukaan
Balisosang dan pengembangan pipa jaringan distribusi untuk melayani
Kecamatan Malifut.

Bab II-103
10. Optimalisasi dan pengembangan sumber air permukaan Wawongira dan
pengembangan pipa jaringan distribusi untuk melayani Kecamatan Tobelo Barat.
11. Pengembangan cakupan layanan non perpipaan untuk melayani kecamatan Kao
Barat.

2.9 Rencana Penanganan Sampah


Rencana Pengembangan penanganan sampah di Kabupaten Halmahera Utara
sebagai berikut:
a. Pembangunan TPST di kawasan TPA Gosoma.
b. Pembangunan TPS 3R: Di setiap ibukota kecamatan.
c. Pembangunan Bank Sampah di setiap ibukota kecamatan.
d. Sosialisasi terhadap pengelolaan bank sampah dan pelatihan daur ulang sampah
di setiap ibukota kecamatan.
e. Sosialisasi dan edukasi komposting skala Rumah Tangga di setiap kecamatan.
f. Sosialisasi dan edukasi pemilahan sampah dimulai dari sumber sampah di setiap
kecamatan.
g. Penyediaan tempat sampah terpilah di sepanjang jalan dilokasi permukiman.

2.10 Rencana Sistem Air Limbah


Rencana pengembangan penanganan air limbah di Kabupaten Halmahera
Utara yaitu dengan pengolahan air limbah sistem terpusat (off site) dengan
membangun IPAL komunal di kawasan permukiman padat penduduk di Tobelo kota
dan di kawasan komersil. Pembangunan sarana pengolahan air limbah bagi pelaku
usaha industri dan Rumah Sakit.

2.11 Rencana Sistem Jaringan Telekomunikasi


Rencana pengembangan pada telekomunikasi di Kabupaten Halmahera Utara
antara lain meliputi:

a. Untuk meningkatkan pelayanan dengan terus menurunkan/ mengurangi area


blank spot dengan membangun tower Base Transceiver Station (BTS).

Bab II-104
b. Pengembangan dan peningkatan jaringan telepon umum: Seluruh Desa.
c. Pembangunan Tower Bersama sebagai BTS: Seluruh Desa.

d. Pembangunan Jaringan Kabel Laut Optik antar Pulau dengan memanfaatkan


Jaringan Saluran Kabel Komunikasi Laut (SKKL) Nasional di Galela dan Tobelo.

2.12 Rencana Sistem Jaringan Drainase


Rencana sistem jaringan drainase meliputi:
a. Pembangunan drainase ramah lingkungan (ecodrain) dengan meresapkan
sebanyak-banyaknya air hujan ke dalam tanah.
b. Pembangunan sumur biopori.
c. Pembangunan saluran drainase sekunder di kedua sisi jalan disetiap kecamatan
d. Normalisasi sungai – sungai sebagai saluran buangan akhir air permukaan di
setiap kecamatan.

Bab II-105
Gambar 2. 45 Peta Rencana Jaringan Energi Kabupaten Halmahera Utara
Sumber: Revisi RTRW Kab. Halmahera Utara Tahun 2012-2032

Bab II-106
Gambar 2. 46 Peta Rencana Jaringan Air Minum
Sumber: Revisi RTRW Kab. Halmahera Utara Tahun 2012-2032

Bab II-107
Gambar 2. 47 Peta Rencana Jaringan Telekomunikasi
Sumber: Revisi RTRW Kab. Halmahera Utara Tahun 2012-2032

Bab II-108
Gambar 2. 48 Peta Rencana Jaringan Drainase
Sumber: Revisi RTRW Kab. Halmahera Utara Tahun 2012-2032

Bab II-109
2.13 Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten Halmahera Utara
2.13.1 Rencana Pola Ruang Kawasan Lindung
Rencana pola ruang wilayah kabupaten merupakan rencana distribusi
peruntukan ruang dalam wilayah kabupaten yang meliputi rencana peruntukan ruang
untuk fungsi lindung dan rencana peruntukan ruang untuk fungsi budi daya.
Rencana pola ruang wilayah kabupaten berfungsi:
1. Sebagai alokasi ruang untuk berbagai kegiatan sosial ekonomi masyarakat dan
kegiatan pelestarian lingkungan dalam wilayah kabupaten;
2. Mengatur keseimbangan dan keserasian peruntukan ruang;
3. Sebagai dasar penyusunan indikasi program utama jangka menengah lima
tahunan untuk dua puluh tahun; dan
4. Sebagai dasar dalam pemberian izin pemanfaatan ruang pada wilayah
kabupaten.
Rencana pola ruang wilayah kabupaten dirumuskan berdasarkan:

1. Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah kabupaten;


2. Daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup wilayah kabupaten;
3. Kebutuhan ruang untuk pengembangan kegiatan sosial ekonomi dan lingkungan;
dan
4. Ketentuan peraturan perundang-undangan terkait.
Rencana pola ruang wilayah kabupaten dirumuskan dengan kriteria:
1. Merujuk rencana pola ruang yang ditetapkan dalam RTRWN beserta rencana
rincinya;
2. Merujuk rencana pola ruang yang ditetapkan dalam RTRWP beserta rencana
rincinya;
3. Mengakomodasi kebijakan pengembangan kawasan andalan nasional yang
berada di wilayah kabupaten bersangkutan;
4. Memperhatikan rencana pola ruang wilayah kabupaten/kota yang berbatasan;

Bab II-110
5. Mengacu pada klasifikasi pola ruang wilayah kabupaten yang terdiri atas
kawasan lindung dan kawasan budi daya sebagai berikut:
a) Kawasan lindung yang terdiri atas:
 kawasan hutan lindung;
 kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya,
meliputi: kawasan resapan air;
 kawasan perlindungan setempat, meliputi: sempadan pantai,sempadan sungai,
kawasan sekitar danau atau waduk, kawasansekitar mata air, serta kawasan
lindung spiritual dan kearifan lokal lainnya;
 kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya meliputi:kawasan
suaka alam, kawasan suaka alam laut dan perairan lainnya, suaka margasatwa
dan suaka margasatwa laut, cagar alam dan cagar alam laut, kawasan pantai
berhutan bakau, tamannasional dan taman nasional laut, taman hutan raya,
taman wisataalam dan taman wisata alam laut, kawasan cagar budaya dan
ilmupengetahuan;
 kawasan Risiko bencana alam, meliputi: kawasan Risiko tanah longsor,
kawasan Risiko gelombang pasang dan kawasan Risiko banjir;
 kawasan lindung geologi, meliputi: kawasan cagar alam geologi,kawasan Risiko
bencana alam geologi, dan kawasan yangmemberikan perlindungan terhadap
air tanah; dan
 kawasan lindung lainnya, meliputi: cagar biosfer, ramsar, tamanburu, kawasan
perlindungan plasma-nutfah, kawasan pengungsiansatwa, terumbu karang, dan
kawasan koridor bagi jenis satwa ataubiota laut yang dilindungi.
b) Kawasan budidaya yang terdiri atas:

 kawasan peruntukan hutan produksi, yang dirinci meliputi kawasanperuntukan:


hutan produksi terbatas, hutan produksi tetap, dan hutan produksi yang dapat
dikonversi;
 kawasan hutan rakyat;

Bab II-111
 kawasan peruntukan pertanian, yang dirinci meliputi kawasan peruntukan:
pertanian lahan basah, pertanian lahan kering, hortikultura, kawasan peruntukan
perkebunan, dan peternakan;
 kawasan peruntukan perikanan, yang dirinci meliputi kawasanperuntukan:
perikanan tangkap, budi daya perikanan, danpengolahan ikan;
 kawasan peruntukan pertambangan, yang dirinci meliputi kawasanperuntukan:
mineral dan batubara, minyak dan gas bumi, panasbumi, serta air tanah di
kawasan pertambangan;
 kawasan peruntukan industri, yang dirinci meliputi : kawasan peruntukan industri
besar, industri sedang, dan industri rumahtangga;
 kawasan peruntukan pariwisata, yang dirinci meliputi kawasanperuntukan:
pariwisata budaya, pariwisata alam, dan pariwisatabuatan;
 kawasan peruntukan permukiman, yang dirinci meliputi kawasanperuntukan:
permukiman perkotaan dan peruntukan permukimanperdesaan. sebagai kawasan
budi daya maka permukimandiarahkan dalam kajian lokasi dan fungsi masing-
masingpermukiman, terutama dikaitkan dengan karakter lokasi, misalnya
dipegunungan, dataran tinggi, permukiman pantai, dan sebagainya;dan
 kawasan peruntukan lainnya.

Rencana pola pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten Halmahera Utara


meliputi dua bagian utama, yaitu rencana pola ruang kawasan lindung dan rencana
pola ruang kawasan budidaya.

Kriteria dan analisis Kawasan Lindung dan Budidaya yang dilakukan adalah sebagai
berikut:

1. Kawasan Hutan Lindung berdasarkan Keppres Nomor 32 Tahun 1990 tentang


Pengelolaan Kawasan Lindung: Kawasan hutan dengan faktor-faktor kelerengan
lapangan, jenis tanah, dan curah hujan dengan nilai skor lebih dari 125;
dan/atau; Kawasan hutan yang mempunyai kelerengan lapangan 40% atau
lebih, dan pada daerah yang keadaan tanahnya peka terhadap erosi dg

Bab II-112
kelerengan lapangan lebih dari 25%; dan/atau, Kawasan hutan yg mempunyai
ketinggian 2.000 meter atau lebih diatas permukaan laut.

2. Mengacu pada SK Kemenhut No.302 tahun 2013 tentang status kawasan hutan

3. Kawasan Resapan Air (Catchment Area); Kawasan dengan curah hujan rata-rata
lebih dari 1000 mm/tahun; Lapisan tanahnya berupa pasir halus berukuran
minimal 1/16 mm; Mempunyai kemampuan meluluskan air dengan kecepatan
lebih dari 1 m/hari; Kedalaman muka air tanah lebih dari 10 m terhadap
permukaan tahan setempat; Kelerengan kurang dari 15%; Kedudukan muka air
tanah dangkal lebih tinggi dari kedudukan muka air tanah dalam.

4. Analisis Kawasan Lindung Geologi, yang terdiri dari a) Kawasan Cagar Alam
Geologi dan Kawasan Kars (Pengertian : Kawasan Kars merupakan bentang alam
yang unik dan langka. Karena terbentuk dengan proses yang berlangsung lama
dan hanya dijumpai pada daerah-daerah tertentu, sudah tentu kawasan kars
menjadi objek eksplorasi dan eksploitasi manusia), b) Kawasan Risiko bencana
alam geologi, yang terdiri dari Kawasan Risiko letusan gunung api (Kawasan
dengan jarak atau radius tertentu dari pusat letusan yang terpengaruh langsung
dan tidak langsung, dengan tingkat keRisiko an yang berbeda; Kawasan di
sekitar kawah atau kaldera; dan/atau Kawasan berupa lembah yang dapat
menjadi daerah terlanda awan panas, aliran lahar, lava, lontaran atau guguran
bau pijar dan/atau aliran gas beracun), dan Kawasan Risiko gempa bumi
tektonik (Kawasan yang berpotensi dan/atau pernah mengalami gempa bumi
dengan skala VII sampai dengan XII Modified Mercally Intensity (MMI); Kawasan
yang mempunyai sejarah kegempaan yang merusak; Kawasan yang dilalui oleh
patahan aktif daerah yang mempunyai catatan kegempaan dengan kekuatan
(magnitudo) lebih besar dari 5 pada skala richter; Kawasan dengan batuan dasar
berupa endapan lepas seperti endapan sungai, endapan pantai dan batuan
lapuk; Kawasan lembah bertebing curam yang disusun batuan mudah longsor).

5. Kawasan perlindungan setempat meliputi : a) Sempadan pantai (Daratan


sepanjang tepian pantai yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi

Bab II-113
fisik pantai, sekurang-kurangnya 100 m dari titik pasang tertinggi ke arah darat).
b) Sempadan sungai (Sekurang-kurangnya 5 m di sebelah luar sepanjang kaki
tanggul di luar kawasan perkotaan dan 3 m di sebelah luar sepanjang kaki
tanggul di dalam kawasan perkotaan, Sekurang-kurangnya 100 m di kanan kiri
sungai besar dan 50 meter di kanan-kiri sungai kecil yang tidak bertanggul diluar
kawasan perkotaan, Sekurang-kurangnya 10 m dari tepi sungai untuk yang
mempunyai kedalaman tidak lebih besar dari 3 m, Sekurang-kurangnya 15 m
dari tepi sungai untuk sungai yang mempunyai kedalaman lebih dari 3 m - 20 m,
Sekurang-kurangnya 20 m dari tepi sungai untuk sungai yang mempunyai
kedalaman lebih dr 20 m, Sekurang-kurangnya 100 m dari tepi sungai untuk
sungai yang terpengaruh oleh pasang surut air laut, dan berfungsi sebagai jalur
hijau. c) Kawasan sekitar waduk dan danau/situ (Daratan sepanjang tepian
waduk dan situ yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik
waduk dan situ sekurang-kurangnya 50 m dari titik pasang tertinggi ke arah
darat) d) Kawasan sekitar mata air (Kawasan dengan radius sekurang-kurangnya
200 m di sekitar mata air). e) RTH Kota (Lahan dengan luas paling sedikit 2.500
meter persegi; Berbentuk satu hamparan, berbentuk jalur, atau kombinasi dari
bentuk satu hamparan dan jalur; dan didominasi komunitas tumbuhan).

6. Kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya meliputi : a) Kawasan
cagar alam (Kawasan darat dan atau perairan yang ditunjuk mempunyai luas
tertentu yang menunjang pengelolaan yang efektif dengan daerah penyangga
cukup luas serta mempunyai kekhasan jenis tumbuhan, satwa atau
ekosistemnya; Kondisi alam baik biota maupun fisiknya masih asli dan tidak atau
belum diganggu manusia), b) Kawasan suaka margasatwa (Kawasan yang
ditunjuk merupakan tempat hidup & perkembangan dari suatu jenis satwa yang
perlu dilakukan upaya konservasi, Memiliki keanekaragaman dan/atau keunikan
satwa, Memiliki luas yang cukup sebagai habitat jenis satwa yang bersangkutan).
c) Kawasan pantai Mangrove (Minimal 130 kali nilai rata-rata perbedaan air
pasang tertinggi dan terendah tahunan diukur dari garis air surut terendah ke

Bab II-114
arah darat). d) Taman wisata alam (Kawasan darat dan/atau perairan yang
ditunjuk mempunyai luas yang cukup dan lapangannya tidak membahayakan
serta memiliki keadaan yang menarik dan indah, baik secara alamiah maupun
buatan; Memenuhi kebutuhan rekreasi dan/atau olah raga serta mudah
dijangkau). e) Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan (Benda buatan
manusia, bergerak atau tidak bergerak yang berupa kesatuan atau kelompok,
atau bagianbagiannya atau sisa-sisanya, yang berumur sekurangkurangnya 50
tahun atau mewakili masa gaya yang khas dan sekurangkurangnya 50 tahun
serta dianggap mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, dan
kebudayaan; Lokasi yang mengandung atau diduga mengandung benda cagar
budaya).

7. Kawasan usulan hutan lindung; Kawasan yang tidak berfungsi lindung, namun
berdasarkan kriteria teknis digolongkan ke dalam kawasan lindung.

8. Kawasan Budidaya berdasarkan Keppres Nomor 32 Tahun 1990 tentang


Kawasan Budidaya yang meliputi kawasan budidaya di dalam hutan (kawasan
hutan yang memiliki skor  124 (kelas lereng, jenis tanah, intensitas hujan) di
luar hutan suaka alam dan di luar hutan pelestarian alam) dan kawasan
budidaya di luar hutan (kawasan pertanian, perkebunan, pertambangan,
peruntukan industri, kawasan parawisata dan pemukiman, yang secara
kuantitatif skor  124 dan secara ruang meningkatkan produktivitas dan gerak
pembangunan secara berkelanjutan).

Berdasarkan analisis tersebut di atas kawasan-kawasan lindung dan kawasan-


kawasan yang termasuk kawasan budidaya dapat dikemukakan beserta luasannya.
Kawasan lindung dalam lingkup wilayah kabupaten mencapai total luas 90.174 Ha
(25,49 %) dan selebihnya termasuk dalam kawasan budidaya, yaitu 263.543 Ha
(74,51%). Uraian selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Bab II-115
Tabel 2. 32 Luas Kawasan Lindung Menurut Setiap Kecamatan di Kabupaten Halmahera Utara
Kawasan Lindung
Kawasan
Kecamatan Hutan Sempadan Sempadan Sempadan Tubuh
Ekosistem
Lindung Danau Pantai Sungai Air
Mangrove
Danau - - 0 - - 360
Galela 2,365 138 4 139 21 70
Galela Barat 2,299 - 66 - 11 135
Galela Selatan 6,931 - 34 - - 10
Galela Utara 4,557 27 - 442 18 73
Kao - 347 - 200 28 44
Kao Barat 16,096 - - - 8 49
Kao Teluk 5,893 139 - 380 39 60
Kao Utara 55 - - 309 42 37
Loloda Kepulauan 733 32 - 80 - -
Loloda Utara 3,183 - - 579 64 101
Malifut 7,430 357 - 140 90 211
Tobelo 9,095 1 - 78 - -
Tobelo Barat 6,378 - - - 21 86
Tobelo Selatan 870 - 10 127 32 524
Tobelo Tengah 6,759 - - 68 - 56
Tobelo Timur 333 5 - 234 49 36
Tobelo Utara 10,519 - - 178 10 18
Jumlah 83,495 1,085 114 3,173 435 1,870
% 23.6 0.3 0.0 0.9 0.1 0.5
Sumber: Revisi RTRW Kab. Halmahera Utara Tahun 2012-2032

Tabel 2. 33 Luas Kawasan Budidaya Menurut Setiap Kecamatan di Kabupaten Halmahera


Utara

Bab II-116
Sumber: Revisi RTRW Kab. Halmahera Utara Tahun 2012-2032

1. Kawasan Hutan Lindung

Kawasan hutan lindung didefinisikan sebagai kawasan hutan yang memiliki sifat
khas yang mampu memberikan perlindungan kepada kawasan sekitar maupun
bawahannya sebagai pengatur tata air, pencegahan banjir dan erosi, serta
memelihara kesuburan tanah.
Kriteria kawasan hutan lindung adalah kawasan yang memenuhi salah satu atau
lebih dari kriteria di bawah ini:
1. Kawasan dengan lereng lapangan, jenis tanah dan curah hujan yang memiliki
nilai skor 175 atau lebih.
2. Kawasan dengan lereng lapangan 40% atau lebih.
3. Kawasan yang mempunyai ketinggian 2.000 meter di atas permukaan laut atau
lebih.
Pokok-pokok pengelolaan kawasan hutan lindung yang akan dilakukan di
Kabupaten Halmahera Utara adalah sebagai berikut:

1. Penetapan larangan melakukan berbagai usaha dan atau kegiatan kecuali usaha
dan atau kegiatan yang tidak mengganggu fungsi alam dan tidak mengubah
bentang alam dan ekosistem alami.
2. Pengaturan berbagai usaha dan atau kegiatan yang tetap dapat
mempertahankan fungsi lindung.
3. Mengembalikan luasan kawasan lindung akibat terjadinya alih fungsi.
4. Pengembangan kerjasama antar wilayah dalam pengelolaan kawasan lindung.
5. Rehabilitasi lahan milik masyarakat yang termasuk kriteria kawasan lindung
dengan melakukan penanaman tanaman keras yang dapat digunakan untuk
perlindungan dan dapat diambil hasil hutan non kayunya.
6. Melakukan program pembinaan dan penyuluhan kepada masyarakat dalam
upaya pelestarian kawasan lindung.
7. Pelestarian keanekaragaman hayati dan ekosistemnya.

Bab II-117
Kawasan hutan lindung di Kabupaten Halmahera Utara mencakup wilayah
Kecamatan Galela, Galela Barat, Galela Selatan, Galela Utara, Kao Barat, Kao Teluk,
Kao Utara, Loloda Kepulauan, Loloda Utara, Malifut, Tobelo, Tobelo Barat, Tobelo
Selatan, Tobelo Tengah, Tobelo Timur, Tobelo Utara dengan luas kurang lebih
83.495 Ha. Kawasan hutan lindung ini adalah milik negara dan tidak boleh
digunakan sebagai kawasan terbangun ataupun kegiatan diluar upaya pelestarian
alam.

2.13.2 Kawasan Perlindungan Setempat


2.1. Kawasan Sempadan Pantai

Sempadan pantai berfungsi sebagai pengatur iklim, sumber plasma nutfah dan
benteng wilayah daratan dari pengaruh negatif dinamika laut. Kriteria sempadan
pantai adalah daratan sepanjang tepian yang lebarnya proporsional dengan bentuk
dan kondisi fisik pantai minimal 100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat.
Perlindungan terhadap sempadan pantai dilakukan untuk melindungi wilayah pantai
dari kegiatan yang mengganggu kelestarian fungsi pantai. Pengelolaan Sempadan
Pantai diarahkan pada kegiatan yang mendukung pelestarian dan mencegah
kerusakan lingkungan pantai. Demikian pula di wilayah pantai arahan
pembangunan fisik diperlakukan pula terhadap ketentuan Undang-Undang Tsunami
terutama untuk penetapan pembangunan fisik bangunan gedung/ lokasi kegiatan
masyarakat mengambil jarak aman sesuai kajian studi pada lokasi yang
bersangkutan.

Di seluruh wilayah Kabupaten Halmahera Utara memiliki perairan pantai yang


langsung berhadapan dengan laut lepas, sepanjang pantai 100 m dari titik pasang
tertinggi, meliputi Kecamatan Galela, Galela Utara, Kao, Kao Teluk, Kao Utara,
Loloda Kepulauan, Loloda Utara, Malifut, Tobelo, Tobelo Selatan, Tobelo Tengah,
Tobelo Timur dan Tobelo Utara, dengan luas kurang lebih 3.173 Ha. Rencana
pengelolaan pada kawasan sempadan pantai ini diarahkan agar tidak dilakukan

Bab II-118
pembangunan kawasan terbangun/ kegiatan yang dapat merusak lingkungan pantai
dan sekitarnya pada area sempadan pantai.

2.2. Kawasan Sempadan Sungai, danau dan Saluran Irigasi

Perlindungan terhadap sempadan sungai dilakukan untuk melindungi sungai


dari kegiatan manusia yang dapat mengganggu dan merusak kualitas air sungai,
kondisi fisik pinggir dan dasar sungai serta mengamankan aliran sungai. Kriteria
sempadan sungai adalah:

1. Untuk sungai tak bertanggul, sekurang-kurangnya 100 meter dari kiri kanan
sungai besar dan 50 meter di kiri kanan anak sungai dihitung dari tepi sungai
waktu ditetapkan
2. Garis sempadan sungai bertanggul di luar kawasan perkotaan, ditetapkan
sekurang-kurangnya 5 (lima) meter di sebelah luar sepanjang kaki tanggul
3. Garis sempadan sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan, ditetapkan
sekurang-kurangnya 3 (tiga) meter di sebelah luar sepanjang kaki Penetapan
garis sempadan sungai tak bertanggunl di dalam kawasan perkotaan
4. Sungai yang mempunyai kedalaman tidak lebih dari 3 (tiga) meter, garis
sempadan, ditetapkan sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) meter dihitung dari
tepi sungai pada waktu ditetapkan.
5. Sungai yang mempunyai kedalaman lebih dari 3 (tiga) meter sampai dengan 20
(dua puluh)meter, garis sempadan ditetaplan sekurang-kurangnya 15 (lima
belas) meter dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan.
6. Sungai yang mempunyai kedalaman maksimum lebih dari 20 (dua puluh)
meter, garis sempadan sungai sekurang-kurangnya 30 (tiga puluh) meter
dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan.
7. Untuk sungai yang terpengaruh pasang surut air laut, garis sempadan
ditetapkan sekurang-kurangnya 100 (seratus) meter dari tepi sungai, dan
berfungsi sebagai,jalur hijau.

Bab II-119
8. Untuk sungai di kawasan pemukiman berupa sempadan sungai yang
diperkirakan cukup untuk dibangun jalan inspeksi antara 10 - 15 meter.
9. Sempadan danau ditentukan mengelilingi danau paling sedikit berjarak 50 (lima
puluh) meter dari tepi permukaan air tertinggi .

2.13.3 Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam dan Cagar Budaya

Kawasan Ekosistem Mangrove/ Kawasan Pesisir Berhutan Bakau


Keberadaan dari kawasan hutan ekosistem mangrove/ pesisir berhutan bakau
harus tetap dipertahankan dan bila perlu terus dikembangkan dengan melakukan
kegiatan penanaman pada hutan mangrove yang terdapat di kecamatan Galela,
Galela Utara, Kao, Kao Teluk, Loloda Kepulauan, Malifut, Tobelo, dan Tobelo Timur,
dengan luas sekitar kurang lebih 1.085 Ha.
2.13.4 Kawasan Risiko Bencana
Kawasan Risiko bencana alam, menurut Undang-Undang Nomor 24 tahun
2007 tentang Penanggulangan Bencana disebutkan bahwa Risiko bencana adalah
kondisi atau karakteristik geologis, biologis, hidrologis, klimatologis, geografis,
sosial, budaya, politik, ekonomi, dan teknologi pada suatu wilayah untuk jangka
waktu tertentu yang mengurangi kemampuan mencegah, meredam, mencapai
kesiapan, dan mengurangi kemampuan untuk menanggapi dampak buruk bahaya
tertentu. Salah satu faktor terjadinya bencana dikarenakan lingkungan. Oleh karena
itu, kondisi daerah Risiko bencana harus dikenali dan dibuat rencana tata ruang
daerah Risiko bencana. Selanjutnya sesuai Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 13
Tahun 2017 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), disebutkan
bahwa kawasan bencana alam dibedakan menjadi kawasan Risiko banjir, Risiko
gerakan tanah dan Risiko gelombang pasang/ abrasi.
Kriteria kawasan Risiko bencana alam adalah kawasan yang diidentifikasi
sering dan berpotensi tinggi mengalami bencana alam seperti gempa bumi dan
tanah longsor. Perlindungan terhadap kawasan Risiko bencana alam dilakukan
untuk melindungi manusia dan kegiatannya dari bencana yang disebabkan oleh

Bab II-120
alam maupun secara tidak langsung oleh perbuatan manusia. Arahan pengelolaan
kawasan Risiko bencana adalah:
1. Meningkatkan fungsi kawasan resapan air, sungai dan danau/ waduk sebagai
pengendali banjir serta mengembangkan sistem drainase yang dapat mereduksi
banjir dan genangan.
2. Pemanfaatan lahan tidur dengan menanam tanaman yang mampu mengikat dan
meresapkan air serta mampu mencegah erosi dan longsor.
3. Pada kawasan pesisir dilakukan penghijauan dengan penanaman tanaman yang
tahan terhadap salinitas air laut dan mempunyai kemampuan mengikat air yang
tinggi seperti bakau dan nipah untuk mencegah terjadinya banjir serta meredam
bencana tsunami.
4. Tidak membangun bangunan sebagai areal permukiman, fasilitas pertanian,
pariwisata, perdagangan dan peruntukan bangunan lainnya pada kawasan yang
keRisiko an bencananya tinggi.
5. Pembangunan pada kawasan Risiko bencana dengan memperhatikan keamanan
bangunan.
6. Melindungi kawasan Risiko bencana dengan pelestarian lingkungan alami dan
pengadaan bangunan untuk mencegah atau mengurangi resiko terjadinya
bencana jika diperlukan, seperti pemecah gelombang, tanggul sungai, dan lain-
lain.
7. Mitigasi bencana melalui pengaturan pembangunan dan pembangunan
infrastruktur untuk mencegah dan mengurangi resiko terjadinya bencana serta
penyelenggaraan pendidikan, penyuluhan, dan pelatihan mengenai
kebencanaan.
8. Apabila terjadi bencana, segera dilakukan upaya tanggap darurat dan
penanggulangan bencana yang meliputi rehabilitasi dan rekonstruksi.
9. Meningkatkan kualitas sarana prasarana yang menghubungkan daerah Risiko
bencana dengan pusat pelayanan kesehatan terpadu terdekat atau
mempermudah akses jalur penanganan mitigasi ke wilayah kabupaten dan/atau
kota sekitar.

Bab II-121
1. Kawasan Risiko Banjir

Bencana banjir merupakan melimpahnya volume air yang berlebih umumnya


dari air hujan yang tidak bisa diserap oleh lapisan tanah dan mengalir ke daerah
dataran yang lebih rendah serta disebabkan terperangkapnya air karena tidak
terhubungnya saluran hingga ke bagian hilir. Beberapa daerah yang Risiko
terhadap banjir bandang antara lain Kecamatan Tobelo, Tobelo Barat, Tobelo
Selatan, Tobelo Tengah, Tobelo Timur, Tobelo Utara, Galela Barat, Galela Selatan,
Galela Utara, Kao, Kao Barat, Kao Teluk, Kao Utara, Malifut, Loloda Utara.

2. Kawasan Risiko Abrasi


Kawasan Risiko abrasi merupakan proses pengikisan pantai oleh tenaga
gelombang laut dan arus laut yang bersifat merusak. Abrasi biasanya disebut juga
erosi pantai. Beberapa daerah yang Risiko terhadap Risiko abrasi antara lain
Kecamatan Tobelo, Tobelo Utara, Tobelo Timur, Tobelo Selatan, Galela, Galela
Utara, Kao, Kao Teluk, Kao Utara, Malifut, Loloda Kepulauan dan Loloda Utara.

3. Kawasan Risiko Gempa Bumi

Gempabumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan bumi


yang disebabkan oleh tumbukan antar lempeng bumi, patahan aktif, akitivitas
gunungapi atau runtuhan batuan. Kawasan Risiko gempa bumi berpotensi di setiap
kecamatan di Kabupaten Halmahera Utara

4. Kawasan Risiko Letusan Gunungapi


Bahaya letusan gunungapi di Kabupaten Halmahera Utara dilakukan terhadap
Gunung Ibu dan Gunung Dukono. Bahaya letusan gunungapi dapat dipetakan
melalui beberapa komponen seperti yang dijelaskan dalam pedoman umum
pengkajian risiko bencana. Parameter dan sumber data yang digunakan untuk
mengkaji bahaya letusan gunungapi adalah zona aliran dan zona jatuhan dengan
menggunakan data Peta (Kawasan Risiko Bencana/ KRB I, II dan III pada Letusan
Gunungapi) dengan sumber data PVMBG. Potensi bahaya letusan gunungapi

Bab II-122
terdapat di Kecamatan Galela, Galela Barat, Galela Selatan, Tobelo, Tobelo Selatan,
Tobelo Tengah, dan Tobelo Utara.

5. Kawasan Risiko Tsunami

Tsunami adalah serangkaian gelombang ombak laut raksasa yang timbul


karena adanya pergeseran di dasar laut akibat gempabumi. Tsunami juga dapat
diakibatkan oleh longsor dasar laut, letusan gunung berapi dasar laut, atau
jatuhnya meteor ke laut. Bahaya tsunami dapat dipetakan melalui beberapa
parameter seperti yang dijelaskan dalam pedoman umum pengkajian risiko
bencana. Bahaya Risiko tsunami berpotensi terjadi pada daerah di sepanjang
pesisir pantai sampai dengan sekitar 10 km menuju daratan. Oleh karena itu
diperlukan area untuk tempat evakuasi sementara yang berada diketinggian
tertentu seperti di lapangan, atau gedung serba guna. Adapun daerah yang Risiko
akan terjadinya tsunami antara lain Kecamatan Galela, Galela Utara, Kao, Kao
Teluk, Kao Utara, Loloda Kepulauan, Loloda Utara, Malifut, Tobelo, Tobelo Selatan,
Tobelo Tengah, Tobelo Timur, dan Tobelo Utara.

2.14. Rencana Pola Ruang Kawasan Budidaya


2.14.1 Kawasan Peruntukan Hutan Produksi
Kabupaten Halmahera Utara dapat dikatakan sebagai daerah pertanian,
dikarenakan sektor pertanian memberikan konstribusi yang relatif cukup besar
terhadap perekonomian daerah. Hal ini dapat dilihat dari konstribusi sektor
pertanian terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan penggunaan/
pemanfaatan lahan untuk kegiatan pertanian yang cukup luas. Berdasarkan data
PDRB tahun 2017, konstribusi sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan terhadap
PDRB atas dasar harga berlaku menurut lapangan usaha mencapai 23,49 persen.
Sedangkan penggunaan lahan untuk kegiatan pertanian, menurut hasil interpretasi
peta tutupan lahan mencapai 205.383,03 hektar yang terdiri atas petanian lahan
kering (53.257,10 Ha), pertanian lahan kering campuran (148.091,20 Ha), dan

Bab II-123
lahan yang belum diusahakan (lahan kering = 2.569,94 Ha dan lahan basah =
1.464,79 Ha).
Dari berbagai komoditas yang dihasilkan oleh sektor pertanian yang ada dan
diusahakan di wilayah Kabupaten Halmahera Utara, ada beberapa komoditi yang
potensial untuk dikembangkan yang berasal dari sub sektor:
1. Tanaman Pangan (Padi, Jagung, Ubi Kayu, Ubi Jalar dan Kacang Tanah).
2. Hortikultura yang terdiri atas: Tanaman Sayuran (Cabe dan Tomat) dan Buah-
buahan (Pisang, Jeruk Siam, Rambutan dan Mangga).
3. Perkebunan (Kelapa, Pala, Kakao dan Cengkeh).
4. Peternakan (Sapi, Babi, Kambing, Ayam Buras dan Itik).

2.14.2 Kawasan Budidaya Pertanian


1. Kawasan Budidaya Pertanian Tanaman Pangan
Kawasan pertanian tanaman pangan adalah kawasan yang berfungsi sebagai
tempat pengusahaan tanaman padi atau tanaman pangan lainnya guna
menghasilkan bahan pangan, baik untuk kebutuhan sendiri maupun untuk dijual.
Adapun potensi pertanian tanaman pangan yang dapat dikembangkan di wilayah
Kabupaten Halmahera Utara adalah:
1. Padi sawah di wilayah Kabupaten Halmahera Utara relatif sudah cukup
berkembang dilihat dari luas lahan sawah yang ada relatif cukup luas. Lahan
sawah dapat dikembangkan di wilayah Kecamatan Kao dan Kecamatan Kao
Barat.
2. Untuk komoditas tanaman pangan lainnya, yakni : Jagung, Ubi Kayu dan Ubi
Jalar dapat dikembangkan di seluruh wilayah Kecamatan yang ada di wilayah
Kabupaten Halmahera Utara.
Luas kawasan pertanian tanaman pangan (Padi, Jagung, Ubi Kayu, Ubi Jalar
dan Kacang Tanah) di wilayah Kabupaten Halmahera Utara mencapai 20.169
hektar.

Bab II-124
2. Kawasan Budidaya Pertanian Tanaman Hortikultura

Ciri khas dari pertanian hortikultura ini adalah tanaman lahan kering yang
bernilai ekonomi tinggi (Tejoyuwono, 1989), seperti buah-buahan dan sayur-
sayuran. Komoditas pertanian hortikultura yang dapat dikembangkan di wilayah
Kabupaten Halmahera Utara, terdiri atas Sayur-sayuran (Cabai dan Tomat) dan
Buah-buahan (Pisang, Jeruk Siam, Rambutan dan Mangga).
Adapun potensi pertanian hortikultura yang dapat dikembangkan di wilayah
Kabupaten Halmahera Utara adalah :
1. Sayur-sayuran (Cabai dan Tomat) dapat dikembangkan di seluruh wilayah
Kecamatan yang ada di wilayah Kabupaten Halmahera Utara.
2. Buah-buahan (Pisang, Jeruk Siam, Rambutan dan Mangga) dapat dikembangkan
di seluruh wilayah Kecamatan yang ada di wilayah Kabupaten Halmahera Utara.
Rencana pengembangan untuk tanaman hortikultura ini diarahkan pada
tanaman yang pada akhirnya nanti dapat dijadikan sebagai bahan baku industri
pengolahan hasil pertanian (agroindustri). Dimana sistem budidayanya dapat
dilakukan dengan sistem tumpangsari dengan tanaman buah-buahan dan/ atau
tanaman perkebunan dengan jarak tanam tertentu.
Luas kawasan pertanian tanaman hortikultura (sayur-sayuran dan buah-buahan) di
wilayah Kabupaten Halmahera Utara mencapai 1.762,30 hektar.

3. Kawasan Budidaya Pertanian Tanaman Perkebunan

Sub sektor perkebunan di wilayah Kabupaten Halmahera Utara yang


memegang peranan penting dalam menyumbang produksi terbesar hasil
perkebunan adalah tanaman kelapa, pala, kakao dan cengkeh. Penyebaran
tanaman perkebunan di wilayah Kabupaten Halmahera Utara hampir di seluruh
wilayah kecamatan yang ada.

Secara signifikan pengembangan komoditas perkebunan ini diarahkan untuk


pengembangan kegiatan industri yang pada akhirnya bermuara pada kebijakan
ekonomi kerakyatan. Hal tersebut dapat diwujudkan dengan mengembangkan

Bab II-125
industri pengolahan hasil perkebunan dengan skala industri rumah tangga dan
industri kecil. Untuk tanaman perkebunan dapat dikembangkan di seluruh wilayah
kecamatan yang ada di wilayah Kabupaten Halmahera Utara.

Pengembangan kawasan perkebunan harus tetap memperhatikan kondisi


kontur lahan yang ada di Kabupaten Halmahera Utara. Untuk itu perlu penerapan
sistem usahatani konservasi. Adapun bentuk sistem usahatani konservasi adalah:
1. Sistem tanaman penutup;
Tanaman penutup berfungsi untuk menahan dan mengurangi daya rusak
butir-butir hujan dan aliran permukaan, sebagai sumber pupuk organik dan untuk
menghindari dilakukannya penyiangan intensif yang dapat menyebabkan
tergerusnya lapisan atas tanah.
2. Sistem penanaman strip rumput alami;
Tanaman strip rumput merupakan teknik konservasi dengan cara membiarkan
sebagian tanah pada barisan/ strip sejajar kontur (di antara tanaman perkebunan)
ditumbuhi rumput secara alami selebar 20-30 cm.
3. Sistem multistrata;
Sistem multistrata merupakan konservasi tanah dengan cara penanaman
tanaman buah-buahan, kayu-kayuan, dan/ atau tanaman legum multiguna
(multipurpose leguminous) di antara tanaman perkebunan (tanaman utama),
sehingga tercipta komunitas tanaman dengan berbagai strata tajuk. Dengan kondisi
yang demikian, hanya sebagian kecil saja air hujan yang langsung menerpa
permukaan tanah.

4. Kawasan Peternakan

Populasi ternak terbanyak menurut jenisnya adalah sapi potong dengan


penyumbang terbesar di wilayah Kabupaten Halmahera utara adalah Kecamatan
Galela Selatan (1.646 ekor), Kao (1.384 ekor), Kao Utara (1.370 ekor), Malifut
(1.224 ekor), Tobelo Selatan (1.216 ekor) dan Kao Barat (1.129 ekor) . Jenis ternak
yang memiliki potensi untuk dikembangkan di wilayah Kabupaten Halmahera Utara

Bab II-126
terdiri atas : Sapi, Babi, Kambing, Ayam Buras dan Itik . Kelima jenis ternak ini
dapat dikembangkan di seluruh wilayah Kecamatan yang ada di wilayah Kabupaten
Halmahera Utara.
Pengembangan kawasan peternakan dilakukan secara terpadu dengan
pengembangan kawasan pertanian, dan dikenal dengan istilah Crops-Livestock
Integrated System, di mana antara hewan ternak dan tanaman dapat bersimbiosis.
Salah satu contoh: hewan ternak ditempatkan dekat kawasan pertanian/
perkebunan dan dilepas secara bebas di kawasan tersebut untuk mencari makan
sendiri. Pada saat dilepas di areal kebun/ tanaman untuk mencari makan, ternak
ikut membantu menyuburkan tanah dengan kotorannya. Ternak berperan sebagai
pemberi pupuk untuk menyuburkan tanah.

2.14.3 Kawasan Industri


Kegiatan industri yang dilakukan oleh masyarakat akan dapat mendorong
kegiatan ekonomi masyarakat yang pada akhirnya dapat memberikan kontribusi
terhadap pendapatan dan perekonomian serta kesejahteraan masyarakat.
Industri yang dapat dikembangkan di wilayah Kabupaten Halmahera Utara
adalah industri yang memanfaatkan hasil pertanian (tanaman pangan, hortikultura,
perkebunan dan peternakan) sebagai bahan bakunya, dalam hal ini adalah
agroindustri dan Industri Pertambangan. Wilayah Kabupaten Halmahera Utara
dapat mengembangkan Kawasan Agroindustri di seluruh wilayah Kecamatan yang
ada disesuaikan dengan komoditas potensial di setiap kecamatan Sektor industri
yang dapat dikembangkan di wilayah Kabupaten Halmahera Utara adalah industri
pangan (makanan dan minuman) dengan skala usaha mikro, kecil dan menengah
(UMKM). Industri pengolahan makanan dan minuman yang dapat dikembangkan
antara lain : pengolahan tepung dan keripik (ubi kayu, ubi jalar, pisang), aneka
olahan (cabe, tomat, mangga, kelapa, pala, kakao, cengkeh dan daging).
Pengembangan ekonomi wilayah bertujuan untuk mengembalikan tingkat
pertumbuhan dan pemerataan yang memadai serta tercapainya pembangunan
berkelanjutan (sustainable development). Tujuan tersebut hanya dapat dicapai

Bab II-127
dengan pengelolaan sumberdaya alam yang menjamin daya dukung lingkungan
dan pelestarian alam. Sejauh ini sumberdaya alam dikelola dengan tidak terkendali
yang mengakibatkan kerusakan lingkungan serta mengganggu kelestarian alam
yang akhirnya mengurangi daya dukung dalam melaksanakan pembangunan yang
berkelanjutan.
Sektor industri dan perdagangan merupakan salah satu sektor penting dalam
perekonomian suatu wilayah, sebab sektor ini tidak hanya berfungsi sebagai
penggerak roda perekonomian, akan tetapi mampu menjadi sumber penghidupan
dan pembangunan masyarakat, dimana strategi industri yang dikembangkan tidak
terbatas hanya memperhatikan aspek-aspek ekonomi melainkan harus
mempersoalkan apakah industri tersebut menciptakan impor bahan baku, barang
modal dan impor jasa lanjutan. Hal ini perlu diperhatikan agar pengembangan
industri tidak menimbulkan masalah ketergantungan pada sumber daya dari luar
daerah.
Oleh karena itu maka pengembangan dan pemberdayaan industri kecil dan
menengah di Kabupaten Halmahera Utara harus mampu meningkatkan daya saing
dalam menghadapi era globalisasi dan perdagangan bebas. Sehingga dalam
pengembangan industri kecil dan menengah harus melakukan pembenahan diri
dengan berorientasi pada pengkajian peluang dan tantangan yang berbasis
teknologi agar mampu menjadi mesin pertumbuhan ekonomi (enginee of economic
growth) bagi perekonomian masyarakat dan daerah.

2.14.4 Kawasan Perikanan


1. Perikanan Tangkap

Perikanan tangkap adalah kegiatan untuk memperoleh ikan di perairan yang


tidak dalam keadaan dibudidayakan dengan alat atau cara apapun, termasuk
kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat, mengangkut, menyimpan,
mendinginkan, menangani, mengolah, dan/atau mengawetkannya. Wilayah
penangkapan ikan oleh nelayan Halamhera Utara berada di perairan laut yang
masuk dalam wilayah WPP 715. Zona perikanan tangkap adalah ruang wilayah

Bab II-128
laut yang dialokasikan untuk kegiatan penangkapan ikan. Zona perikanan tangkap
di perairan Halmahera Utara dibagi menjadi 3 (tiga) sub zona yaitu:

A. Sub Zona Perikanan Pelagis


Pelagis adalah ikan yang hidup dipermukaan sampai kolom perairan laut.
Arahan pemanfaatan sub zona perikanan pelagis meliputi: Perairan Teluk Kao,
Perairan Teluk Galela-Tobelo-Selat Morotai, Laut Maluku.

B. Sub Zona Perikanan Demersal


Demersal adalah ikan yang hidup dan makan di dasar laut.Arahan
pemanfaatan sub zona perikanan demersal meliputi: Perairan Daru-Kao Utara,
Perairan Bori-Pediwang-Kao Utara, Perairan Pulau Gumilamo-Tobelo Timur, Perairan
Tobelo Timur, Perairan Tobelo Selatan, Perairan Pulau Kolorai-Tobelo Tengah,
Perairan Pulau Raha-Pulau Koyobata-Tobelo Tengah, Perairan Tanjung Wosia-
Tobelo Tengah, Perairan Pulau Tulang-Tobelo, Perairan Pulau Tuputupu-Tobelo
Tengah, Perairan Pulau Tagalaya-Tobelo, Perairan Pulau Kakara-Tobelo, Perairan
Loloda Kepulauan di Kabupaten Halmahera Utara;

C. Sub Zona Perikanan Pelagis dan Demersal


Pelagis dan demersal adalah ikan yang hidup dipermukaan sampai didasar
perairan. Arahan pemanfaatan sub zona perikanan pelagis dan demersal meliputi:
Perairan Teluk Kao, Perairan Tanjung Loleo-Balisosang-Malifut-Tanjung Boleo-
Malifut, Perairan Daru-Pulau Bubale-Doro-Bori-Pediwang-Kao Utara, Perairan Teluk
Galela-Tobelo-Tobelo Tengah-Tobelo Selatan-Tobelo Timur.

4.2. Perikanan Budidaya

Pembudidayaan ikan adalah kegiatan untuk memelihara, membesarkan,


dan/atau membiakkan ikan serta memanen hasilnya dalam lingkungan yang
terkontrol, termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat,
mengangkut, menyimpan, mendinginkan, menangani, mengolah, dan/atau
mengawetkannya. Sub zona perikanan budidaya meliputi sub zona budidaya laut.

Bab II-129
Pengembangan sub zona budidaya laut meliputi budidaya laut ikan dan non ikan
yang bernilai ekonomis penting. Arahan pengembangan budidaya laut ikan dan non
ikan tersebut meliputi: Perairan Meti-Tobelo Timur, perairan Pulau Rarangane-
Tobelo, perairan Pulau Tolonuo-Tobelo Utara.

Kawasan perikanan budidaya air payau (tambak) berada di sepanjang pesisir


Kabupaten Halmahera Utara yang memiliki kontur yang datar dan dapat disuplai
oleh air laut dan air tawar yang berada di luar kawasan hutan lindung dan kawasan
hutan lainnya.
Budidaya air tawar dapat dikembangkan di daerah yang memiliki sumber air
tawar yang baik seperti sungai dan danau. Wilayah yang dapat dikembangkan
antara lain Kecamatan Kao Barat, Kecamatan Tobelo Selatan, Kecamatan Galela,
Kecamatan Galela Barat dan Kecamatan Galela Selatan.

4.3. Pengolahan Hasil Perikanan


Kawasan Pengolahan Perikanan harus didukung oleh keberadaan nelayan
sebagai penghasil bahan baku, dan ketersediaan sarana dan prasarana terutama
listrik, air bersih, dan transportasi (jalan dan pelabuhan). Rencana kawasan
pengolahan perikanan diarahkan pada kawasan pesisir yang potensial. Kawasan ini
merupakan kawasan yang diarahkan menjadi kawasan minapolitan. Sesuai dengan
program Pemerintah Kabupaten Halmahera Utara maka kawasan peruntukan
pengolahan perikanan diarahkan pada kawasan minapolitan yang terletak pada
kawasan pesisir.

2.14.5 Kawasan Pariwisata


Konsep pengembangan destinasi wisata di Halmahera Utara diarahkan pada
pengembagan pariwisata secara berkelanjutan, dimana dalam pariwisata yang
berkelanjutan tersebut lebih menekankan pada 4 (empat prinsip), yaitu:
a. Layak secara ekonomi
b. Berwawasan lingkungan
c. Diterima secara sosial

Bab II-130
d. Dapat diterapkan secara teknologi
Menurut Fennel (1999), tujuan pembangunan pariwisata berkelanjutan yang
medasarkan pada prinsip-prinsip di bawah ini:
a. Untuk membangun pemahaman dan kesadaran yang semakin tinggi bahwa
pariwisata dapat berkonstribusi secara signifikan bagi pelestarian lingkungan dan
pembangunan ekonomi
b. Untuk meningkatkan keseimbangan dalam pembangunan
c. Untuk meningkatkan kualitas hidup bagi masyarakat setempat
d. Untuk meningkatkan kualitas pengalaman bagi pengunjung dan wisatawan
e. Untuk meningkatkan dan menjaga kelestarian lingkungan bagi generasi yang
akan datang.
Konsep pengembangan pariwisata berbasis pemberdayaan masyarakat,
menurut Wearing (2001), sukses atau keberhasilan kegiatan budaya dan pariwisata
sangat tergantung pada tingkat penerimaan dan dukungan dari komunitas lokal.
Karena itu pemberdayaan masyarakat lokal perlu didasarkan pada:
a. Memajukan tingkat hidup masyarakat sekaligus melestarikan identitas budaya
dan tradisi lokal
b. Meningkatkan tingkat pendapatan secara ekonomis sekaligus mendistribusikan
secara merata pada penduduk lokal.
c. Berorientasi pada pengembangan usaha berskala kecil dan menengah dengan
daya serap tenaga besar dan berorientasi pada teknologi tepat guna
d. Mengembangkan semangat kompetisi sekaligus kooperatif
e. Memanfaatkan pariwisata seoptimal mungkin sebagai agen penyumbang tradisi
budaya dengan dampak seminimal mungkin.
Konsep pengembangan pariwisata yang berpihak pada masyarakat miskin,
konsep ini dipandang sangat efektif dalam penerapan atau implementasinya untuk
mendorong pengentasan kemiskinan, karena:
a. Pariwisata merupakan kegiatan yang memiliki keterkaitan lintas sektor dan
lintas skala usaha. Dengan berkembangnya kegiatan pariwisata akan
menggerakkan berlapis-lapis mata rantai usaha yang terkait didalamnya

Bab II-131
sehingga akan menciptakan efek ekonomi multi ganda yang akan memberikan
nilai manfaat ekonomi yang sangat berarti bagi semua pihak yang terkait dalam
mata rantai usaha kepariwisataan tersebut.
b. Daya tarik sektor pariwisata membentang sampai di daerah terpencil, yang
notabene sangat penting karena orang yang sangat miskin hidup dan tinggal
didaerah terpencil.
c. Adanya kesempatan untuk mendukung aktifitas tradisional seperti agrikultur
dan kerajinan tangan melalui pariwisata
d. Fakta bahwa pariwisata merupakan industry yang membutuhkan tenaga kerja
yang banyak, dimana bisa menyediakan pekerjaan bagi wanita dan remaja
e. Dengan mengesamoingkan faktor ekonomi, pariwisata bisa memberikan
keuntungan non-material seperti memberikan rasa bangga pada budaya lokal.
Konsep keterpaduan pengembangan lintas sektor dalam kerangka kerja
pariwisata tanpa batas, sektor pariwisata merupakan kegiatan yang memiliki
keterkaitan dan melibatkan banyak sektor, meliputi sektor kehutanan, sektor
kelautan, pertanian dan perkebunan, industri dan perdagangan, telekomunikasi,
perhubungan, lingkungan, kebudayaan, pendidikan, imigrasi dan hubungan luar
negeri.
Adapun konsep pendekatan pengembangan destinasi wisata di Halmahera
Utara adalah sebagai berikut:

Tabel 2. 34 Pendekatan Pengembangan Destinasi Pariwisata Kabupaten Halmahera Utara


Diversifikasi aktivitas wisata
Atraksi Manajemen Pengunjung ( Visitor Manajement)
Sadar Wisata
Sarana /moda transportasi angkutan jalan, danau,
penyebrangan angkutan laut.
 Prasarana : pelabuhan / dermaga laut, bandara, terminal
Aksesibilitas angkutan darat.
 Sistem Transportasi : informasi rute, jadwal ICT,
kemudahan reservasi moda.
 Prasarana Umum : listrik, air bersih, telekomunikasi,
pengolahan limbah, tempat sampah.
 Fasilitas Umum : keamanan, keuangan perbankan, pusat
Amanitas bisnis, kesehatan, sanitasi dan kebersihan,khusus bagi
penderita cacat fisik, anak-anak,lanjut usia, rekreasi,lahan
parkir, tempat ibadah.

Bab II-132
 Fasilitas Pariwisata : akomodasi, rumah makan/ restoran,
pusat informasi dan pelayanan pariwisata, keimigrasian,
Tourist Information Center/ TIC, e-tourism kios, polisi
pariwisata, satuan tugas wisata, toko
cenderamata,petunjuk arah, papan informasi, rambu lalu
lintas wisata, bentuk bentang lahan.
 Standarisasi dan sertifikasi usaha pariwisata.
Sumber: hasil olahan (2018)

Berdasarkan konsep 3 A (aktraksi, aksesibilitas dan amenitas) telihat bahwa


peran dari Pemerintah Daerah Kabupaten Halmahera Utara dapat memenuhi atau
bisa merevitalisai segala bentuk pendukung dari aktivitas kepariwisataa dari mulai
atraksi, aksesibilitas dan amenitas yang terdapt di Kabupaten Halmehera Utara.

Namun demikian segala hal yang dilakukan dalam rangka pengembangan


destinasi wisata di Kabupaten Halmahera Utara harus dilakukan secara integrasi
dengan instansi-instansi terkait, seperti yang tertera di gambar berikut:

Amenitas
/Fasilitas
Wisata

Daya tarik Aksesibilta


Wisata s
Destinasi
Wisata

Masyarakat Fasum
Pendukung

Gambar 2. 49 Integrasi Pengembangan Destinasi Wisata

Gambar Ini Menjelaskan bahwa dalam rencana pengembangan destinasi


wisata harus melihat 5 aspek rencana pengembangan, sehinga pengembagan
destinasi wisata dapat mencakup rencana pengembangan masyarakat baik
masyarakat yang berperan sebagai wisatawan maupun masyarakat yang berada
dikawasan atau destinasi wisata tersebut, rencana pengembangan

Bab II-133
amenitas/fasilitas pariwisata, rencana pengembangan aksesibiltas, rencana
pengembangan fasum pendukung pariwisata, dan rencana pengembangan daya
tarik wisata (alam, budaya dan buatan), dengan perencanaan yang matang dan
secara integrasi antar sektoral maka akan menciptakan destinasi wisata yang
representative dan dapat dijadikan sebagai destinasi wisata andalan Kabupaten
Halmahera Utara.
Kabupaten Halmahera Utara memiliki banyak Obyek Daerah Tujuan Wisata
(ODTW) dari alam, budaya dan buatan dan juga tersebar di wilayah Tobelo, Galela,
Kao dan Loloda. Hal ini memerlukan strategi agar dalam pengembangan ODTW
tersebut dapat memberikan dampak manfaat bagi ODTW yang lainnya, sehingga
konsep pengembangan ODTW di destinasi wisata harus memiliki keterkaitan
dengan destinasi yang lain, seperti ilustrasi pada table dibawah ini:
Tabel 2. 35 Konsep Pengembangan Destinasi Wisata Terintergasi.
Tingkat Konsep Ilustari Tema
Destinasi Pariwisata Skala Wilayah =
keterpaduan sietemik dari destinasi-
destinasi pariwisata yang berada dalam
satu atau lebih wilayah administratif
I Multi Tema
yang saling sinergi membentuk daya
tarik kolektif dan daya saing
kepariwisataan yang lebih kuat.

Destinasi Pariwisata Skala Kawasan,


kawasan geografis yang berada dalam
satu wiwsalyan atau lebih wilayah
administrative yang di dalamnya
terdapat daya tarik wisata, fasilitas  Pegunungan
II
umum, fasilitas pariwisata serta  Bahari
masyarakat yang yang saling terkait dan
melengkapi terwujudnya
kepariwisataan.

Daya Tarik Wisata, komponen destinasi


pariwisata yang berupa sumber daya
wisata alam, budaya atau khusu dalam
 Lokasi obyek daerah
III bentuk objek tunggal atau kawasan
tujuan wisata
yang memiliki daya tarik epariwisataan
dan menjadi penggerak motivasi
kunjungan wisatawan

Bab II-134
Penentuan pengembangan kawasan atau destinasi wisata di Halmahera
Utara dilakukan dengan memperhatikan dari rata-rata item penilaian yang dilakukan
berdasarkan destinasi, pemasaran, kelembagaan dan industri. Berdasarkan rata-
rata item penilaian tersebut, maka kawasan yang potensial untuk dapat
dikembangkan adalah wilayah Tobelo hal ini disebabkan karena Tobelo memiliki
total rata-rata yang tinggi jika dibandingkan dengan wilayah lainnya. Wilayah
berikutnya adalah Galela, wilayah ini pun potensial untuk dikembangkan sebagai
destinasi wisata. Sedangkan untuk wilayah yang lain bisa di kembangkan sebagai
destinasi wisata dengan mengedepankan konsep special interest seperti diving,
snokeling serta underwater activity lainnya, yang tentu saja harus memperhatikan
daya dukung dan daya tampun dari kawasan tersebut. Untuk mengetahui besaran
total rata-rata dari masing-masing item penilaian per wilayah disajikan pada tabel
berikut:

Tabel 2. 36 Prioritas Pengembangan Kawasan Berdasar Komponen Penilaian.


Komponen & Nilai
No Wilayah
Destinasi Pemasaran Kelembagaan Industri Total
Score
1 Wilayah Tobelo 10365,6 4653 1335 1320 17673,6
2 Wilayah Galela 4709,4 2700 975 780 9164,4
3 Wilayah Kao 1950,6 1146,7 360 420 3877,3
4 Wilayah Loloda 2245,9 1033 330 360 3968,9
Sumber: Revisi 2019, Tentang RTRW Kab. Halmahera Utara Tahun 2012-2032

Untuk memudahkan dalam proses pengembangan kawasan maka perlu juga


ditentukan peruntukan dari pengembangan kawasan wisata tersebut, diantaranya
adalah:

1. Untuk wilayah Tobelo dan Galela bisa dijadikan kawasan destinasi wisata
yang berkonsep mass responsible tourism. Artinya adalah wilayah tersebut
dijadikan sebagai daerah tujuan wisata yang dapat dikunjungi oleh wisatawan
secara beramai-ramai dengan bermacam aktivitasnya seperti aktivitas olah raga,
aktivitas permainan pasir pantai, kuliner, event, dan gathering.

Bab II-135
2. Untuk wilayah Loloda bisa dijadikan destinasi wisata yang berkonsep special
interest. Artinya wilayah tersebut dijadikan sebagai daerah tujuan wisata bagi
wisatawan yang ingin menikmati wisata kekhususan seperti diving, snorkeling,
underwater ecotourism, underwater fotograph dan lain sebagainya. Tentu saja
pada wilayah tersebut harus memiliki dan mengendepankan keunikan dan
keontetikan yang dapat menarik para wisatawan
3. Untuk wilayah Kota bisa dijadikan destinasi yang mengedepankan potensi
wisata sejarah dan budaya hal ini dikarenakan pada wilayah Kao banyak
terdapat peninggalan-peninggalan bersejarah yang dapat dijadikan potensi
wisata sejarah dan budaya.

2.14.6 Kawasan Permukiman


Pengembangan kawasan peruntukan permukiman mendapatkan prioritas
dalam menentukan penggunaan lahan. Pengembangan kawasan permukiman
dilakukan untuk mengantisipasi perkembangan penduduk dan menepis
kecenderungan pemanfaatan lahan yang hanya memusat pada kantong-kantong
permukiman yang telah ada. Akibatnya, wilayah perdesaan sulit berkembang
karena jauh dari jangkauan sarana.
Kriteria fisik yang dibutuhkan untuk pembangunan kawasan peruntukan
permukiman adalah:
 Pemanfaatan ruang untuk kawasan permukiman harus sesuai dengan daya
dukung tanah setempat dan harus dapat menyediakan lingkungan yang sehat
dan aman dari bencana alam serta dapat memberikan lingkungan hidup yang
sesuai bagi pengembangan masyarakat, dengan tetap memperhatikan
kelestarian fungsi lingkungan hidup
 Kawasan permukiman harus memiliki prasarana jalan dan terjangkau oleh sarana
tranportasi umum
 Pemanfaatan dan pengelolaan kawasan permukiman harus didukung oleh
ketersediaan fasilitas fisik atau utilitas umum (pasar, pusat perdagangan dan

Bab II-136
jasa, perkantoran, sarana air bersih, persampahan, penanganan limbah dan
drainase) dan fasilitas sosial (kesehatan, pendidikan, agama)

6.1. Kawasan Permukiman Perkotaan


Kawasan perkotaan merupakan kawasan yang memilki fungsi utama diluar
fungsi pertanian. Fungsi tersebut dapat berupa industri, perdagangan dan jasa
maupun permukiman dengan ciri perkotaan. Oleh karena itu, permukiman yang
dikembangkan mengacu pada fungsi yang mendukung aktivitas nonpertanian yang
memiliki karakteristik perkembangan mengikuti tempat usaha dan memiliki
aksesibilitas tinggi. Arahan pengelolaan kawasan perkotaan adalah sebagai berikut:
 Perkembangan permukiman perkotaan tetap dibatasi dengan ketentuan KDB,
KLB, dan garis sempadan bangunan yang berlaku di Kabupaten Halmahera
Utara.
 Melengkapi kawasan-kawasan yang tumbuh menjadi kawasan perkotaan baru
dengan sarana dan prasarana yang memadai.
 Pengaturan izin lokasi untuk pengembang perumahan diarahkan ke kawasan
yang mulai tumbuh dengan penanganan yang agregatif Kawasan permukiman
perkotaan lokasinya tersebar di ibukota kabupaten dan ibukota kecamatan di
wilayah Kabupaten Halmahera Utara.
6.2. Kawasan Permukiman Perdesaan
Kawasan perdesaan adalah kawasan dengan fungsi utama pertanian dengan
karakteristik kegiatan yang sentralistik, tradisi dan budaya yang kental berciri
pedesaan. Sebagai pengembangan fungsi permukiman perdesaan maka
dikembangkan kawasan permukiman yang mampu menghubungkan kawasan
permukiman dengan pusat pelayanan lokal atau regional di sekitarnya.
Pengaturan permukiman perdesaan yang kondusif dilakukan dengan pengaturan
sebagai berikut:
 Pengembangan kawasan permukiman diarahkan membentuk cluster/
pengelompokan terutama pada simpul-simpul kegiatan;

Bab II-137
 Hubungan pusat-pusat kegiatan (perkotaan) dengan kantong-kantong
permukiman pedesaan tetap terjalin;
 Menciptakan pola permukiman yang mampu menampung kegiatan pengolahan
pertanian, baik berupa kerajinan, industri kecil, maupun pariwisata.
 Kawasan perdesaan di Kabupaten Halmahera Utara tersebar di hampir seluruh
wilayah kecamatan.
Kawasan Permukiman Wilayah Pesisir
Permukiman di wilayah pesisir selatan Halmahera Utara memiliki karakteristik
dan masalah yang berbeda, namun secara umum permasalahan permukiman
berupa permukiman kumuh dan keterbatasan sarana prasarana dasar permukiman.
Secara mendasar, faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam perencanaan
permukiman di wilayah pesisir meliputi :
1. Prinsip pengembangan;
2. Pemilihan lokasi;
3. Kualitas lingkungan;
4. Aksesibilitas;
5. Kepadatan penduduk;
6. Dominasi kegiatan.
Prinsip pengembangan permukiman pesisir mengacu pada prinsip
keberlanjutan, harmonis, faktor hukum dan peraturan, daya dukung lingkungan,
kondisi eksisting dan profil demografi, kondisi fisik lingkungan, kebutuhan,
pelayanan sosial, kepuasan penghuni, supply demand, visi masa depan, isu
strategis, konsultasi publik, monitoring dan review program.
Wilayah pesisir yang dapat dikembangkan sebagai lokasi permukiman antara lain :
1. Wilayah pantai terbuka
Tipe permukiman yang dapat dikembangkan adalah permukiman kepadatan
rendah, menengah dan tinggi, mengacu pada kriteria kesesuaian lahan. Contoh
wilayah ini antara lain pada pantai berpasir dengan kemiringan landai.
2. Wilayah pantai tertutup

Bab II-138
Batasan pengembangan kawasan permukiman didasarkan pada aspek lokasi,
mitigasi bencana, serta dukungan adanya sistem jaringan transportasi serta
diselaraskan dengan rencana pengembangan lainnya. Contoh wilayah ini antara lain
teluk, laguna, estuari, dan lain-lain.
Proses penentuan kawasan permukiman di wilayah pesisir adalah berdasarkan :
 Kriteria pemilihan lokasi mencakup kriteria fisik-ekologis, kriteria kebijakan, dan
kriteria sosial budaya.
 Kriteria perencanaan kawasan permukiman di wilayah pesisir mengacu pada
kriteria perencanaan tapak kawasan dan pertimbangan masalah lingkungan,
mencakup analisis makro dan mikro iklim, analisis daerah Risiko banjir dan
pasang surut, perencanaan drainase, analisis persediaan air di kawasan,
perbandingan tapak kawasan, analisis dampak lingkungan dan data penunjang
rencana tapak permukiman.
Pengembangan kawasan permukiman nelayan di kawasan pesisir Halmahera Utara
diarahkan sebagai berikut :
1. Dilaksanakan melalui pengembangan kawasan permukiman yang dilengkapi
sarana dan prasarana dasar serta berada di luar kawasan kerusakan pesisir dan
Risiko bencana pesisir; dan
2. Dilaksanakan melalui penataan kawasan permukiman berbasis mitigasi
bencana, serta peningkatan pelayanan sarana dan prasarana dasar
permukiman yang terintegrasi.
Kawasan permukiman perdesaan tersebar di desa-desa yang ada di wilayah
kabupaten.

Bab II-139
Gambar 2. 50 Peta Rencana Pola Ruang Kabupaten Halmahera Utara.
Sumber: Revisi RTRW Kab.Halmahera Utara Tahun 2012-2032.

Bab II-140
2.14.7 Kawasan Strategis Kabupaten
Kawasan strategis wilayah kabupaten merupakan bagian wilayah kabupaten
yang penataan ruangnya diprioritaskan, karena mempunyai pengaruh sangat
penting dalam lingkup kabupaten terhadap ekonomi, sosial budaya, dan/atau
lingkungan. Penentuan kawasan strategis kabupaten lebih bersifat indikatif. Batasan
fisik kawasan strategis kabupaten akan ditetapkan lebih lanjut di dalam rencana
tata ruang kawasan strategis.
Kawasan strategis kabupaten berfungsi:
1. Mengembangkan, melestarikan, melindungi, dan/atau mengkoordinasikan
keterpaduan pembangunan nilai strategis kawasan yang bersangkutan dalam
mendukung penataan ruang wilayah kabupaten;
2. Sebagai alokasi ruang untuk berbagai kegiatan sosial ekonomi masyarakat dan
kegiatan pelestarian lingkungan dalam wilayah kabupaten yang dinilai
mempunyai pengaruh sangat penting terhadap wilayah kabupaten bersangkutan;
3. Untuk mewadahi penataan ruang kawasan yang tidak bisa terakomodasi di
dalam rencana struktur ruang dan rencana pola ruang;
4. Sebagai pertimbangan dalam penyusunan indikasi program utama RTRW
kabupaten; dan
5. Sebagai dasar penyusunan rencana rinci tata ruang wilayah kabupaten.
Kawasan strategis wilayah kabupaten ditetapkan berdasarkan:
a. Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah kabupaten;
b. Nilai strategis dari aspek-aspek eksternalitas, akuntabilitas, dan efisiensi
penanganan kawasan;
c. Kesepakatan para pemangku kepentingan dan kebijakan yang ditetapkan
terhadap tingkat kestrategisan nilai ekonomi, sosial budaya, dan lingkungan
pada kawasan yang akan ditetapkan;
d. Daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup wilayah kabupaten; dan
e. Ketentuan peraturan perundang-undangan.
Kawasan strategis wilayah kabupaten ditetapkan dengan kriteria:

Bab II-141
1) Memperhatikan faktor-faktor di dalam tatanan ruang wilayah kabupaten yang
memiliki kekhususan;
2) Memperhatikan kawasan strategis nasional dan kawasan strategis wilayah
provinsi yang ada di wilayah kabupaten;
3) Dapat berhimpitan dengan kawasan strategis nasional dan/atau provinsi,
namun harus memiliki kepentingan/kekhususan yang berbeda serta harus ada
pembagian kewenangan antara pemerintah pusat, pemerintah daerah
provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota yang jelas;
4) Dapat merupakan kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut
kepentingan ekonomi yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi
kabupaten yaitu merupakan aglomerasi berbagai kegiatan ekonomi yang
memiliki:
a) Potensi ekonomi cepat tumbuh;
b) Sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi;
c) Potensi ekspor;
d) Dukungan jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi;
e) Kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi;
f) Fungsi untuk mempertahankan tingkat produksi pangan dalam rangka
mewujudkan ketahanan pangan;
g) Fungsi untuk mempertahankan tingkat produksi sumber energi dalam
rangka mewujudkan ketahanan energi; atau
h) Kawasan yang dapat mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal di
dalam wilayah kabupaten;
5) Dapat merupakan kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut
kepentingan sosial budaya, antara lain kawasan yang merupakan:
a. Tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat atau budaya;
b. Prioritas peningkatan kualitas sosial dan budaya;
c. Aset yang harus dilindungi dan dilestarikan;
d. Tempat perlindungan peninggalan budaya;

Bab II-142
e. Tempat yang memberikan perlindungan terhadap keanekaragaman budaya;
atau
f. Tempat yang memiliki potensi keRisiko an terhadap konflik sosial.
6) Merupakan kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan
fungsi dan daya dukung lingkungan hidup seperti:
a. Tempat perlindungan keanekaragaman hayati;
b. Kawasan lindung yang ditetapkan bagi perlindungan ekosistem, flora
dan/atau fauna yang hampir punah atau diperkirakan akan punah yang
harus dilindungi dan/atau dilestarikan;
c. Kawasan yang memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air
yang setiap tahun berpeluang menimbulkan kerugian;
d. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim
makro;
e. Kawasan yang menuntut prioritas tinggi peningkatan kualitas lingkungan
hidup;
f. Kawasan Risiko bencana alam; atau
g. Kawasan yang sangat menentukan dalam perubahan rona alam dan
mempunyai dampak luas terhadap kelangsungan kehidupan.
7) Merupakan kawasan yang memiliki nilai strategis lainnya yang sesuai dengan
kepentingan pembangunan wilayah kabupaten;
8) Untuk mewadahi penataan ruang kawasan yang tidak bisa terakomodasi
dalam rencana struktur ruang dan rencana pola ruang; dan
9) Mengikuti ketentuan pemetaan kawasan strategis kabupaten sebagai berikut:
a) Deliniasi kawasan strategis harus dipetakan pada satu lembar kertas yang
menggambarkan wilayah kabupaten secara keseluruhan;
b) Pada peta kawasan strategis kabupaten juga harus digambarkan deliniasi
kawasan strategis nasional dan/atau provinsi yang berada di dalam
wilayah kabupaten bersangkutan;
c) Pada bagian legenda peta harus dijelaskan bidang apa yang menjadi
pusat perhatian setiap deliniasi kawasan strategis kabupaten; dan

Bab II-143
d) Penggambaran peta kawasan strategis kabupaten harus mengikuti
peraturan perundangan-undangan terkait pemetaan rencana tata ruang.
Sebaran kawasan strategis nasional dan provinsi yang berada dalam wilayah
kabupaten, serta kawasan strategis kabupaten perlu digambarkan dalam peta
kawasan strategis dengan skala peta minimal 1:50.000. Penentuan batasan fisik
kawasan strategis kabupaten pada RTRW kabupaten lebih bersifat indikatif.
Penetapan kawasan strategis harus didukung oleh tujuan tertentu daerah
sesuai pertimbangan aspek strategis masing-masing kabupaten. Kawasan strategis
yang ada di kabupaten memiliki peluang sebagai kawasan strategis nasional dan
provinsi. Penetapan kawasan strategis kabupaten didasarkan pada kesepakatan
para pemangku kepentingan dan kebijakan yang ditetapkan. Adapun Kawasan
Strategis Kabupaten (KSK) meliputi:

a. Kawasan Strategis untuk kepentingan ekonomi:


1. Kawasan Cepat Tumbuh di Tobelo, Galela, Kao, Malifut, Kao Barat, Galela
Barat, Tobelo Utara, Kao Utara, Tobelo Tengah, Galela Selatan.
2. Kawasan Tertinggal di Tobelo Selatan, Galela Utara, Loloda Kepulauan, Loloda
Utara, Tobelo Barat, Kao Teluk, Tobelo Timur.
3. Kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan (KP2B) di Kao dan Kao Barat
4. Kawasan rencana minapolitan di Galela, Kao, Kao Barat, Tobelo Selatan dan
dan agropolitan di Kao Barat, Loloda Utara.

b. Kawasan Strategis untuk kepentingan Sosial Budaya:

1. Kawasan pelestarian cagar budaya antara lain Rumah Adat Hibua Lamo, Desa
Wisata Kakara, Makam Yasin Gamsungi, Kapaseti, Meriam Pune, Makam Syech
Mansyur, Bunker dan Meriam Kao, Makam Pejuang Bingkas, Bangka Kapal
Tosimaru, Desa Budaya Tobo-tobo, Makam Hendrik Van Dijken, Rumah
Tradisional Bangsaha, Makam Fransciscus X, Tapak Kaki Tona Malangi, Cagar
Budaya Bawah Permukaan/ Peninggalan PD II di Kao Teluk, dan Situs
Peninggalan Jepang di Pulau Meti
2. Kawasan atraksi wisata budaya di setiap kecamatan

Bab II-144
c. Kawasan Strategis untuk pendayagunaan sumber daya alam dan/atau
teknologi tinggi:
1. Kawasan Pesisir Pulau Loloda Kepulauan, Tobelo Utara, Tobelo, Tobelo
Tengah, Tobelo Selatan, Tobelo Timur, dan Kao Utara
2. Kawasan Pesisir Mangroove di Galela, Galela Utara, Kao, Kao Teluk, Loloda
Kepulauan, Malifut, Tobelo, dan Tobelo Timur
d. Kawasan Strategis untuk kepentingan Fungsi dan Daya Dukung
Lingkungan Hidup:
1. Kawasan tempat perlindungan keanekaragaman hayati
2. Kawasan lindung
3. Kawasan Risiko bencana alam (gempa bumi, tsunami, banjir, longsor,
gunungapi)
4. Daya tarik wisata alam
e. Kawasan Strategis untuk kepentingan Pertahanan Dan Keamanan:
Kawasan pulau terluar yang berbatasan dengan negara tetangga (Filipina)
di Kecamatan Loloda Kepulauan.

Bab II-145
Gambar 2. 51 Peta Rencana Kawasan Strategis Kabupaten Halmahera Utara
Sumber: Revisi tentang RTRW Kab.Halmahera Utara Tahun 2012-2032.

Bab II-146
2.15 Kependudukan
2.15.1 Jumlah Penduduk
Kabupaten Halmahera Utara terdiri dari 17 Kecamatan dan 196 Kelurahan/
Desa, pada tahun 2017 memiliki jumlah penduduk sebanyak 187.104 jiwa dengan sex
ratio 105, yang berarti bahwa perbandingan jumlah laki-laki dan perempuan adalah
105 laki-laki berbanding 100 perempuan. Sex ratio tertinggi ada di Kao Barat yaitu
111, Sex ratio terendah yaitu 101 ada di Galela, Loloda Kepulauan, Tobelo Tengah dan
Tobelo Utara. Penduduk terbanyak ada di ibukota kabupaten, yaitu Tobelo sebanyak
34.882 jiwa (18,64%). Sedangkan penduduk paling sedikit ada di Kecamatan Kao
Teluk sebanyak 4.080 jiwa (2,18%).

Jumlah penduduk Kabupaten Halmahera Utara dalam 5 tahun terakhir sejak


tahun 2013 hingga tahun 2017 cenderung mengalami peningkatan, hal ini dipengaruhi
oleh angka kelahiran, migrasi masuk, angka kematian dan juga migrasi keluar.
Sedangkan untuk sebaran penduduk di Kabupaten Halmahera Utara yang terbanyak
ada di ibukota kabupaten, yaitu Kecamatan Tobelo sebanyak 34.882 jiwa atau sekitar
18,64%, yang paling sedikit ada di Kecamatan Tobelo Barat, yaitu sebanyak 4.995
atau sekitar 2,67%. Sebaran penduduk terlihat tidak merata, hal ini disebabkan oleh
beberapa faktor antara lain ketersediaan sarana dan prasarana serta akses di setiap
kecamatan yang tidak merata dan juga peluang ekonomi yang tidak merata di setiap
kecamatan.

Tabel 2. 37 Jumlah Penduduk dan Rasio Jenis Kelamin Menurut Kecamatan di


Kabupaten Halmahera UtaraTahun 2017
Penduduk 2017 Rasio
N
Kecamatan Jenis
o Laki-Laki Perempuan Jumlah %
Kelamin
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
8,74 4.6 10
1 Galela 4,404 4,343
7 7 1
5.7 10
2 Galela Barat 5,456 5,206 10,662
0 5
8,64 4.6 10
3 Galela Selatan 4,373 4,270
3 2 2
7,92 4.2 10
4 Galela Utara 4,095 3,825
0 3 7
8,50 4.5 10
5 Kao 4,386 4,121
7 5 6
6 Kao Barat 4,862 4,392 9,25 4.9 11

Bab II-147
N Penduduk 2017 Rasio
Kecamatan
o Laki-Laki Perempuan Jumlah % Jenis
4 5 Kelamin
1
4,08 2.1 10
7 Kao Teluk 2,099 1,981
0 8 6
6.4 10
8 Kao Utara 6,252 5,828 12,080
6 7
6,72 3.6 10
9 Loloda Kepulauan 3,388 3,341
9 0 1
9,71 5.1 10
10 Loloda Utara 5,006 4,704
0 9 6
6.7 10
11 Malifut 6,452 6,160 12,612
4 5
10
12 Tobelo 17,827 17,055 34,882 18.64
5
4,99 2.6 10
13 Tobelo Barat 2,559 2,436
5 7 5
8.0 10
14 Tobelo Selatan 7,638 7,389 15,027
3 3
7.8 10
15 Tobelo Tengah 7,384 7,343 14,727
7 1
7,20 3.8 11
16 Tobelo Timur 3,774 3,428
2 5 0
6.0 10
17 Tobelo Utara 5,679 5,648 11,327
5 1
95,63 10
187,104 100.00
Jumlah 4 91,470 5
Sumber: Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Halmahera Utara, Tahun 2018

Keterangan:

Jumlah kelompok umur


tertinggi
Jumlah kelompok umur
terendah

Bab II-148
Sebaran Penduduk Kabupaten Halmahera Utara

17 1 3
16 6% 5% 2 5%
4% 6%
15 4
8% 4%
5
14 5%
8%
6
5%
13
3%
7
2%
8
12
6%
19% 9
10 4%
11 5%
7%

Sumber: Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Halmahera Utara, Tahun 2018

Keterangan:
1 Galela 10 Loloda Utara 5 Kao 14 Tobelo Selatan
2 Galela Barat 11 Malifut 6 Kao Barat 15 Tobelo Tengah
3 Galela Selatan 12 Tobelo 7 Kao Teluk 16 Tobelo Timur
4 Galela Utara 13 Tobelo Barat 8 Kao Utara 17 Tobelo Utara
9 Loloda Kepulauan
Gambar 2. 52 Sebaran penduduk Kabupaten Halmahera Utara.

2.15.2 Kepadatan Penduduk


Berdasarkan perhitungan dari Geographic Information System (GIS) maka luas
wilayah Kabupaten Halmahera Utara adalah 3.533,50 Km² atau 353.350,42 Ha yang
terdiri dari 17 kecamatan dengan luas bervariasi. Kecamatan terluas adalah
Kecamatan Kao Barat dengan luas wilayah 678,42 km², sedangkan kecamatan dengan
luas wilayah terkecil adalah Kecamatan Loloda Kepulauan seluas 54,59 km². Jika
dilihat dari kepadatan penduduknya maka kepadatan penduduk rata-rata di Kabupaten
Halmahera Utara adalah 56 jiwa per km², kecamatan terpadat adalah Kecamatan
Tobelo dengan tingkat kepadatan penduduk 259 jiwa per km², sedangkan kecamatan
dengan tingkat kepadatan terendah adalah Kecamatan Kao Barat dengan tingkat
kepadatan 14 jiwa per km², dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Bab II-149
Tabel 2. 38 Distribusi dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten
Halmahera UtaraTahun 2018.
Penduduk Luas Tingkat
No Kecamatan Wilayah Kepadatan
Laki-Laki Perempuan Jumlah
(Km²) Penduduk
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Galela 4,404 4,343 8,747 95.79 92
2 Galela Barat 5,456 5,206 10,662 109.10 101
3 Galela Selatan 4,373 4,270 8,643 111.99 89
4 Galela Utara 4,095 3,825 7,920 271.17 36
5 Kao 4,386 4,121 8,507 162.82 57
6 Kao Barat 4,862 4,392 9,254 678.42 14
7 Kao Teluk 2,099 1,981 4,080 193.82 33
8 Kao Utara 6,252 5,828 12,080 197.20 66
9 Loloda Kepulauan 3,388 3,341 6,729 54.59 151
10 Loloda Utara 5,006 4,704 9,710 289.39 33
11 Malifut 6,452 6,160 12,612 359.80 34
12 Tobelo 17,827 17,055 34,882 126.05 259
13 Tobelo Barat 2,559 2,436 4,995 405.68 15
14 Tobelo Selatan 7,638 7,389 15,027 136.08 107
15 Tobelo Tengah 7,384 7,343 14,727 112.26 143
16 Tobelo Timur 3,774 3,428 7,202 77.52 87
17 Tobelo Utara 5,679 5,648 11,327 151.82 81
Jumlah 100,381 95,634 91,470 187,104 56
Sumber: Tim Penyusun Tahun 2018

Keterangan:

Jumlah kepadatan penduduk Jumlah kepadatan penduduk


tertinggi terendah
Sebaran penduduk dari 17 kecamatan yang ada di Kabupaten Halmahera Utara,
terlihat bahwa yang terbanyak ada di di Kecamatan Tobelo sebanyak 32.668 jiwa atau
sekitar 17%, sedangkan yang paling sedikit ada di Kecamatan Tobelo Barat sebanyak
6.078 jiwa atau sekutar 3%. Sementara itu kecamatan lainnya sebaran penduduknya
bervariasi antara 5% - 11% dari total jumlah penduduk Kabupaten Halmahera Utara.

Tabel 2. 39 Sebaran Penduduk Per Kecamatan di Kabupaten


Halmahera Utara Tahun 2018
Penduduk
No Kecamatan
Laki-Laki Perempuan Jumlah
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Galela 4,404 4,343 8,747
2 Galela Barat 5,456 5,206 10,662
3 Galela Selatan 4,373 4,270 8,643
4 Galela Utara 4,095 3,825 7,920
5 Kao 4,386 4,121 8,507
6 Kao Barat 4,862 4,392 9,254

Bab II-150
Penduduk
No Kecamatan
Laki-Laki Perempuan Jumlah
7 Kao Teluk 2,099 1,981 4,080
8 Kao Utara 6,252 5,828 12,080
9 Loloda Kepulauan 3,388 3,341 6,729
10 Loloda Utara 5,006 4,704 9,710
11 Malifut 6,452 6,160 12,612
12 Tobelo 17,827 17,055 34,882
13 Tobelo Barat 2,559 2,436 4,995
14 Tobelo Selatan 7,638 7,389 15,027
15 Tobelo Tengah 7,384 7,343 14,727
16 Tobelo Timur 3,774 3,428 7,202
17 Tobelo Utara 5,679 5,648 11,327
Jumlah 100,381 100,381 95,634
Sumber: Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten
Halmahera Utara dan Tim Penyusun Tahun 2018

2.16 Kondisi Keuangan Daerah


Kondisi keuangan Daerah Halmahera Utara Beradasarkan Badan Keuangan dan
Aset Daerah Halamahera Utara dengan kinerja pelayanan Tahun 2018-2020, bahwa
realisasi pendapatan pemeritah daerah, penerimaan pajak dan belanja pemerintah
sebagai berikut:

Bab II-151
Tabel 2. 40 Realisasi Pendapatan Pemerintah Kabupaten Halmahera Utara Menurut Jenis
Pendapatan, 2017–2020
Jenis Pendapatan 2017 2018 2019 2020
1 2 3 4 5
1. Pendapatan Asli Daerah (PAD) 172 543 542,98 128 410 489,17 111 709 167,44 81 430 128,79
1.1 Pajak Daerah 22 499 212,91 21 260 059,94 20 815 318,71 19 127 456,45
1.2 Retribusi Daerah 27 078 617,48 25 412 739,77 3 585 500,00 9 599 319,78
1.3 Hasil Perusahaan Milik Daerah dan Pengelolaan – – – 1 693 586,73
Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
1.4 Lain-lain PAD yang Sah 122 965 712,59 81 737 689,46 87 308 348,72 51 009 765,84
2. Dana Perimbangan 664 342 908,13 710 303 436,10 713 902 783,61 669 289 215,50
2.1 Bagi Hasil Pajak 22 734 950,98 18 541 442,40 11 820 518,70 18 816 511,33
2.2 Bagi Hasil Bukan Pajak/Sumber Daya Alam 11 338 099,89 49 692 967,89 19 575 455,26 58 484 830,95
2.3 Dana Alokasi Umum 480 795 681,00 486 052 902,00 495 745 331,00 452 568 055,00
2.4 Dana Alokasi Khusus 149 474 176,26 156 016 123,81 186 761 478,66 139 419 818,21
3. Lain-lain Pendapatan yang Sah 206 055 728,19 213 060 673,49 210 970 103,44 47 099 519,18
3.1 Pendapatan Hibah 3 000 000,00 6 000 000,00 6 000 000,00 3 000 000,00
3.2 Dana Darurat – – – –
3.3 Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan 25 253 532,19 30 053 453,29 34 243 229,04 26 792 889,18
Pemerintah Daerah Lainnya
3.4 Dana Penyesuaian dan Otonomi Daerah 170 726 874,40 17 306 630,00
157 317 677,00 177 007
3.5 Bantuan Keuangan dari
Provinsi atau Pemerintah –– Daerah
Lainnya/Financial Assistance from Provincial or

3.6 Lainnya 20 484 519,00 – – –


Jumlah 1 042 942 179,30 1 051 774 598,76 1 036 641 808,86 797 818 863,47
Sumber: Badan Keuangan Daerah dan Aset Daerah Kabupaten Halmahera Utara

Tabel 2. 41 Realisasi Penerimaan Pajak Daerah Kabupaten Halmahera Utara, 2018-2020


Jenis Pajak 2018 2019 2020

(1) (2) (3) (4)


Pajak Hotel 308,07 350,60 223,44
Pajak Restoran 4 744,53 3 437,58 6 020,12
Pajak Hiburan 34,95 50,93 37,27
Pajak Reklame 386,88 359,00 314,01
Pajak Penerangan Jalan 8 906,27 8 674,90 7 521,13
Pajak Air Bawah Tanah 27,81 3 881,19 12,92
Pajak Bumi Bangunan 1 556,54 24,99 593,13
Pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan 824,95 2 134,51 716,04
Bangunan
Pajak Lainnya 4 470,06 1 880,29 3 689,38
Kabupaten Halmahera Utara 21 260,06 20 793,33 19 127,46
Sumber: Badan Keuangan Daerah dan Aset Daerah Kabupaten Halmahera Utara

Bab II-152
Tabel 2. 42 Realisasi Belanja Pemerintah Kabupaten Halmahera Utara Menurut Jenis
Belanja, 2017–2020.
Jenis Pendapatan
2017 2018 2019 2020
(1) (2) (3) (2) (3)

1. Belanja Tidak Langsung – 649 631 839,09 – 436 782 368,61


1.1 Belanja Pegawai – – – 299 568 347,73
1.2 Belanja Bunga – – – 564 750,00

1.3 Belanja Subsidi 200 000,00 200 000,00 6 000 000,00 –


1.4 Belanja Hibah 27 313 313,50 15 460 345,00 18 856 205,00 60 255 925,50
1.5 Belanja Bantuan Sosial 2 660 827,90 2 488 500,00 1 832 000,00 1 136 965,00
1.6 Belanja Bagi Hasil – – – –
1.7 Belanja Bantuan Keuangan – – 196 506 949,34 58 849 445,35
1.8 Belanja Tidak Terduga 1 121 490,25 1 343 938,00 798 737,00 16 406 935,03

2. Belanja Langsung – 192 567 606,58 – 347 952 765,21


2.1 Belanja Pegawai – – – 59 881 696,34
2.2 Belanja Barang dan Jasa
328 671 959,39 346 425 220,53 222 765 492,97 159 844 974,40

2.3 Belanja Modal 207 201 275,56 192 567 606,58 207 863 305,51 128 226 094,47
Jumlah 1 042 942 179,30 1 051 774 598,76 1 025 852 362,64 784 735 133,81
Sumber: Badan Keuangan Daerah dan Aset Daerah Kabupaten Halmahera Utara

2.17 Potensi Ekonomi Wilayah


Berdasarkan deskripsi karakteristik wilayah, dapat diidentifikasi wilayah yang
memiliki potensi untuk dikembangkan:
1. Kawasan Hutan Produksi

Kawasan Hutan Produksi terbagi atas hutan produksi terbatas, hutan produksi
tetap dan hutan produksi yang dapat dikonversi. Kawasan yang diperuntukkan bagi
hutan produksi terbatas, dimana eksploitasi hanya melalui tebang pilih dan tanam.
Kawasan yang diperuntukkan bagi hutan produksi tetap, dimana eksploitasi melalui
tebang pilih atau tebang habis dan tanam, Kawasan hutan yang bilamana diperlukan
dapat dialihfungsikan. Kawasan hutan produksi terbatas dengan luas area 69.720,76
ha, hutan produksi seluas 22.194,53 ha dan hutan produksi yang dapat dikonversi

Bab II-153
seluas 78.842,23 ha dengan wilayahnya tersebar di seluruh wilayah Kabupaten
Halmahera Utara.

2. Kawasan Pertanian

Penggunaan lahan pertanian di Kabupaten Halmahera Utara merupakan


penggunaan lahan kedua terbesar setelah penggunaan hutan. Lahan pertanian
tersebut ditanami dengan berbagai jenis tanaman, baik tanaman perkebunan,
tanaman pangan, dan tanaman hortikultura. Tanaman perkebunan yang diusahakan
terdiri dari kelapa, cengkeh, coklat, pala, kopi, vanili. Di antara tanaman perkebunan
ini, kelapa merupakan tanaman yang memiliki luas area tanam terbesar yaitu 49.320
ha yang tersebar merata di seluruh wilayah Kabupaten Halmahera Utara disusul
tanaman pala, kakao, cengkeh, sagu, aren dan kopi. Untuk tanaman pangan yang
diusahakan di kabupaten ini, jagung merupakan tanaman pangan dengan luas tanam
terbesar yaitu 20.225 ha, disusul tanaman padi sawah, padi ladang, ubi kayu dan ubi
jalar. Di samping tanaman, di Kabupaten Halmahera Utara dapat juga dijumpai
berbagai jenis ternak seperti sapi, kambing, babi, ayam, dan itik. Dilihat dari
populasinya, ayam merupakan ternak yang terbesar jumlahnya dan terdiri dari ayam
buras, ayam ras pedaging, serta ayam ras petelur.

3. Kawasan Perikanan
Potensi perairan Kabupaten Halmahera Utara sangat besar, dimana mempunyai
potensi sumber daya ikan (standing stock) sebesar + 148.473,8 ton/tahun (termasuk
wilayah ZEEI di Kabupaten Halmahera Utara), dengan potensi tersebut yang dapat
dimanfaatkan (Maximum Sustainable Yield/MSY) sebesar 81.610,6 ton/tahun, dimana
untuk jenis ikan pelagis diperkirakan sebesar 48.964,4 ton/tahun dan ikan demersal
sebesar 32.664,2 ton/tahun. Secara umum berdasarkan hasil survey lapangan
menunjukkan bahwa sentra perikanan tangkap di Kabupaten Halmahera Utara dapat
dikelompokkan dalam beberapa wilayah sebagai sentra kegiatan perikanan. Adapun
sentra-sentra tersebut dapat dikelompokkan dalam beberapa kelompok besar yang
terdiri dari beberapa kecamatan dan gugusan pulau-pulau kecil yang terintegrasi

Bab II-154
dalam suatu kawasan penangkapan ikan dan pendaratan hasil tangkapan. Kelompok-
kelompok tersebut yaitu :
a) Wilayah Kecamatan Loloda Kepulauan dan Loloda Utara
b) Wilayah Kecamatan Galela
c) Wilayah Kecamatan Tobelo
d) Wilayah Kecamatan Kao
e) Wilayah Kecamatan Malifut
f) Tobelo Selatan
g) Tobelo
h) Tobelo Timur

4). Kawasan Pariwisata


Kabupaten Halmahera Utara memiliki 65 pulau. Hampir semua pulau memiliki
keindahan alam yang khas. Pulau-pulau kecil dengan pantai pasir putihnya, keindahan
taman laut, keanekaragaman flora, fauna dan budaya serta situs-situs sejarah perang
dunia kedua tersebar di hampir seluruh bagian wilayah Kabupaten Halmahera Utara.
Pengembangan Wisata Unggulan (WU) Kabupaten Halmahera Utara adalah
small islands tourism, sesuai dengan konsep pengembangan berdasarkan prinsip
ecotourism. Small island tourism development mencakup 9 pulau yang tersebar di
seluruh Kabupaten Halmahera Utara khususnya di Kecamatan Tobelo (Pulau Kumo,
Pulau Tagalaya, Pulau Rarangane, Pulau Kakara Lamo dan Pulau Pawole), Kecamatan
Tobelo Tengah (Pulau Tupu-Tupu, Pulau Koyobata), Kecamatan Loloda Kepulauan
(Pulau Tobo-Tobo), Kecamatan Kao Utara (Pulau Bobale).
Wisata Unggulan Kabupaten Halmahera Utara lainnya adalah wisata sejarah dan
pendidikan, serta wisata alam (ecotourism) hutan wisata. Semua potensi wisata
unggulan ini memiliki keragaman daya tarik wisata di setiap kawasan unggulan
Kabupaten Halmahera Utara dan secara bersama-sama dapat memperkuat daya saing
produk wisata Kabupaten Halmahera Utara.
Di Kabupaten Halmahera Utara terdapat beberapa objek wisata dapat dilihat pada
tabel 2.49 dan Gambar 2.53 berikut ini :
Tabel 2. 43 Objek Wisata di Kabupaten Halmahera Utara

Bab II-155
No. Kategori Objek Dan
Daya Tarik Luas/ Tinggi Lokasi
Wisata
I A. Wisata Bahari
A.1. Pantai
1. Pantai Sosol Panjang ± 2 km2 Desa Sosol
2. Pantai Gamlaha Panjang ± 2 km2 Desa Gamlaha
3. Pantai Kupa-Kupa Panjang ± 1,5 km2 Desa Kupa-Kupa
4. Pantai Carlen Pitu Panjang ± 2 km2 Desa Pitu
5. Pantai Tanjung Kakara Panjang ± 1,5 km2 Desa Kakara
6. Pantai Kumo Panjang ± 1 km2 Desa Kumo
7. Pantai Tosimaru Sosol Panjang ± 1 km2 Desa Ngofagita
8. Pantai Tanjung Pilawang. Panjang ± 6 km2 Desa Gura
Panjang ± 1,5 km2
9. Pantai Luari Desa Luari
10. Pantai Ruko Panjang ± 6 km2 Desa Luari
11. Pantai Teluk Sumola Panjang ± 5 km2 Desa Pune
12. Pantai Log Pon Panjang ± 6 km2 Desa Pune
13. Pantai Posi-Posi Panjang ± 6 km2 Desa Posi-Posi
14. Pantai Dorume Panjang ± 6 km2 Desa Darume
15. Pantai Pitu Panjang ± 2 km2 Desa Pitu
16. Pantai Susupa Panjang ± 3 km2 Desa Supu
17. Pantai Salube Panjang ± 1 km2 Desa Salube

A.2. Pulau
1. Pulau Bobale Luas ± 13 ha Desa Bobale
2. Pulau Meti Luas ± 11 ha Desa Meti
3. Pulau Pasir Putih Timbul Luas ± 1 ha Desa Meti
4. Pulau Magaliho Luas ± 8 ha Desa Meti
5. Pulau Takou Luas ± 2 ha Desa Paca
6. Pulau Rango-Rango Luas ± 0,5 ha Desa Mawea
7. Pulau Koyobata Luas ± 5 ha Desa Upa
8. Pulau Tabalingo Luas ± 0,3 ha Desa Gamhoku
9. Pulau Kolorae1 Luas ± 2 ha Desa Pitu-Upa
10. Pulau Kolorae 2 Luas ± 4 ha Desa Pitu-Upa
11. Pulau Bobi Luas ± 1 ha Desa Pitu-Upa
12. Pulau Raha Luas ± 5 ha Desa Pitu-Upa
13. Pulau Tolonuo Luas ± 14 ha Desa Tolonuo
14. Pulau Tulang Luas ± 0,3 ha Desa Rawajaya
15. Pulau Kumo Luas ± 6 ha Desa Kumo
16. Pulau Kakara Besar Luas ± 9 ha Desa Kakara
17. Puau Kakara Kecil Luas ± 5 ha Desa Kakara
18. Pulau Tagalaya Luas ± 12 ha Desa Tagalaya
19. Pulau Pawole Luas ± 5 ha Desa Tagalaya
20. Pulau Tupu-Tupu Luas ± 1 ha Desa Tagalaya
21. Puau Rorangene Luas ± 6 ha Desa Tolonuo
22. Pulau Mede Luas ± 7 ha Desa Mede
23. Pulau Popilo Luas ± 6 ha Desa Popilo
24. Pulau Kapa-Kapa Luas ± 1 ha Desa Kapa-Kapa
25. Pulau Tobo-Tobo Luas ± 14 ha Desa Tobo-Tobo
II 26. Pulau Sedeng Luas ± 4 ha Desa Dama
27. Pulau Dagasuli Luas ± 14 ha Desa Dagasuli
28. Pulau Padosa Luas ± 2 ha Desa Fitako
29. Pulau Lima Luas ± 1 ha Desa Cera
30. Tanjung Bongo Luas ± 11 ha Desa Pune

Bab II-156
No. Kategori Objek Dan
Daya Tarik Luas/ Tinggi Lokasi
Wisata
B. Wisata Tirta
B.1. Talaga (Danau)
1.Talaga Lina Luas ± 8 ha Desa Kai-Pitago
2. Talaga Paca Luas ± 11 ha Desa Talaga
3. Talaga Ruko Luas ± 1 ha Desa Ruko
4. Talaga Ruko Tengah Luas ± 0,5 ha Desa Ruko
5. Talaga Ruko Utara Luas ± 0,7 ha Desa Ruko
6. Talaga Biru Luas ± 1 ha Desa Pune
7. Talaga Iven Luas ± 1 ha Desa Pune
8. Talaga Tengah Luas ± 1 ha Desa Pune
9. Talaga Lopon Luas ± 1 ha Desa Pune
10. Talaga Nau Maosi Luas ± 1 ha Desa Pune
11. Talaga Duma Luas ± 30 ha Desa Duma
12. Talaga Makete Luas ± 10 ha Dea Makete
13. Talaga Kapupu Luas ± 9 ha Desa Ngidiho
14. Talaga Kojarati Luas ± 2 ha Desa Makete
B2. Air Terjun
1. Air Terjun Jembatan Batu Tinggi ± 25 m Desa Ruko
2. Air Terjun Kokuguru Tinggi ± 10 m Desa Mede
3. Air Terjun Kontener Tinggi ± 4m Desa Mede
4. Air Terjun Batu Meja Tinggi ± 4m Desa Mede
5. Air Terjun Sapoli Tinggi ± 14 m Desa Samuda
6. Air Terjun Ira Tinggi ± 7m Desa Samuda
7. Air Terjun Namomatape Tinggi ± 8m Desa Samuda
8. Air Terjun Posi-Posi Tinggi ± 20 m Desa Posi-Posi
9. Air Terjun Cera Tinggi ± 25 m Desa Cera
10. Air Terjun Salube Tinggi ± 20 m Desa Cera
11. Air Terjun Kupa- Kupa - Desa Kupa- Kupa
B.3. Air Panas
1. Air Panas Akesahu 2 Titik Desa Akesahu
2. Air Terjun Panas Batu Desa Tolabit
Tinggi ± 2,5 m
Togurati
3. Air Panas Soahukum 3 Titik Desa Soahukum
4. Air Panas Mamuya 1 Titik Desa Mamuya
B.4. Under Water Vulcano Kedalaman ± 15 m
Under Water Vulcano Lisawa Desa Pune
C. Wisata Alam Luas (± 2 ha)
III C.1. Gunung/Bukit
1. Gunung Berapi Dukono Desa Mede, Ruko
2. Gunung Tarakani Desa Suasio
3. Bukit Doa Dukono Lamo Desa Gamsungi
C.2. Habitat Burung
1. Burung Mamua Desa Toweka
2. Burung Maleo Tersebar di hutan
3. Burung Nuri Tersebar di hutan
4. Burung Bidadari Tersebar di
D. Rumah Adat hutan
1. Rumah Adat Hibua Lamo Luas ± 400 m2 Desa Gamsungi
IV 2. Rumah Adat Hibua Lamo Luas ± 100 m2 Desa Toliwang
E. Peninggalan PD II

Bab II-157
No. Kategori Objek Dan
Daya Tarik Luas/ Tinggi Lokasi
Wisata
V E.1 Meriam
1. Meriam Pune Luas ± 24 m2 Desa Pune
2. Meriam Gonga Luas ± 4 m2 Desa Gamsungi
3. Meriam Kao Luas ± 24 m2 Desa Kusu
E.2. Bunker
1. Bunker Bobale Luas ± 22 m2 Desa Bobale
2. Bunker Kao Luas ± 24 m2 Desa Kao
E.3. Goa
1. Goa Popon Panjang ± 5 km2 Desa Popon
2. Goa Todagi Panjang ± 6 km2 Desa Samuda
3. Goa Toguti Panjang ± 100 m2 Desa Samuda
4. Goa Takasi Panjang ± 5 m2 Desa Samuda
5. Goa Lubang Tiga Panjang ± 10 m2 Desa Samuda
6. Goa Jepang Panjang ± 150 m2 Desa Igobula
E.4. Bangkai Kapal/ Pesawat
1. Bangkai Kapal Tosimaru Panjang ± 75 m Desa Sosol
2. Bangkai Kapal Kaiyawiyamaru Panjang ± 100 m Desa Kao
3. Bangkai Kapal Haiyawiyamaru Panjang ± 100 m Desa Kao
4. Bangkai Pesawat (Bawah Panjang ± 30 m Desa Meti
Laut)
E.5. Lapangan Terbang
Panjang ± 1.200m
1. Gamarmalamo Desa Dokulamo
2. Kuabang Panjang ±2.000m Desa Kao
3. Kobok (NHM) Panjang ± 700 m Desa Dum-Dum
F. Situs Peradaban
1. Situs Abad XV (Simon Vas/Franciscus 1 Buah Kuburan Mamuya
Xaverius)
2. Situs Abad XV (Fondasi Hibua Lamo Luas ± 100 m2 Talaga Lina
Tua)
3. Situs Abad XVI (Syek 1 Buah Kuburan Desa Popon
Almansur)
4. Situs Abad XVIII (Van 1 Buah Kuburan Desa Duma
Djiken)
5. Situs Kuburan Tua Gunung Rencana Survei Seki, Galsel
Tarakani
Sumber: Dinas Pariwisata Halmahera Utara,Tahun 2017

Bab II-158
Gambar 2. 53. Objek Wisata di Kabupaten Halmahera Utara

Bab II-159

Anda mungkin juga menyukai