Anda di halaman 1dari 29

BUKU PUTIH SANITASI HALMAHERA UTARA

(2013)

BAB II
GAMBARAN UMUM WILAYAH

2.1. Geografis, Administratif dan Kondisi Fisik

Kabupaten Halmahera Utara diresmikan pada tanggal 31 Mei 2003 berdasarkan UndangUndang No. 1 Tahun 2003 dengan ibu kota terletak di Tobelo yang dibagi menjadi 9 kecamatan
dan 174 Desa.
Selanjutnya berdasarkan PERDA No. 1-2/2006, wilayah kabupaten dimekarkan menjadi
22 kecamatan dan 260 desa. Dan terakhir dengan dibentuknya Kabupaten Pulau Morotai (UU
No.53/2008), wilayah kabupaten menjadi 17 kecamatan dan 196 desa. Secara umum Kabupaten
Halmahera Utara adalah wilayah kepulauan di selatan Samudera Pasifik yang merupakan
konstelasi pulau-pulau besar dan kecil sebanyak 115 pulau.

Gambar 2.1. Peta Orentasi Wilayah Kab. Halmahera Utara

11

BUKU PUTIH SANITASI HALMAHERA UTARA

(2013)

2.1.1 Letak Geografis dan Administratif


Secara astronomis kabupaten halmahera utara terletak antara 1057 Lintang Utara - 3000
Lintang Selatan dan 127017 Bujur Timur - 129008 Bujur Timur, dan secara geografis batas
wilayah kabupaten halmahera utara berbatasan dengan:
Sebelah Utara

Samudera Pasifik/Kab. Pulau Morotai

Sebelah Selatan :

Kecamatan Jailolo Selatan Kabupaten Halmahera Barat

Sebelah Barat

Kecamatan Loloda, Sahu, Ibu dan Jailolo Kabupaten Halmahera Barat

Sebelah Timur

Kecamatan Wasile Kabupaten Halmahera Timur dan Laut Halmahera

Secara administratif luas keseluruhan wilayah Kabupaten Halmahera Utara adalah


22.507,32 kilometer persegi yang terdiri dari luas Laut kurang lebih 17.555,71 Km2 (78%),
sedangkan luas daratan kurang lebih 4.951,61 Km2 (22%). Saat ini Kabupaten Halmahera
Utara terdiri dari 17 Kecamatan dan 196 Desa. Luas wilayah administratif berdasarkan
kecamatan sebagaimana tabel 1
Tabel 2.1
Luas Wilayah Administratif Kab. Halmahera Utara
Kecamatan District
Malifut
Kao
Kao Utara
Kao Barat
Kao Teluk
Tobelo
Tobelo Tengah
Tobelo Utara
Tobelo Selatan
Tobelo Timur
Tobelo Barat
Galela
Galela Utara
Galela Selatan
Galaela Barat
Loloda Utara
Loloda Kepulauan
Jumlah
Daratan / Land
Total
Lautan / Sea
Luas Keseluruhan / All

Jumlah Desa

22
19
11
20
11
10
9
11
13
6
5
6
12
7
9
15
10
196

Luas Wilayah

Persentase

(Km2)

Kecamatan

374,10
111,20
128,80
596,70
135,40
33,0
56,0
100,40
204,30
120,0
294,70
138,70
255,30
84,50
45,50
390,40
63,30
4.951,61
17.555,71
22.507,32

11.94
3.55
4.11
19.05
4.32
1.05
1.79
3.21
6.52
3.83
9.41
4.43
8.15
2.70
1.45
12.46
2.02
13.82
86.18
100,00

12

BUKU PUTIH SANITASI HALMAHERA UTARA

(2013)

Gambar 2.1
Peta Administratif Kabupaten Halmahera Utara

2.1.2 Kondisi Fisik Wilayah

Topografi Berdasarkan peta eksisting lereng, dapat dilihat bahwa wilayah daratan
Halmahera Utara didominasi oleh lahan dengan kemiringan lereng 0 8 %. Daerah Loloda
Utara dan Galela Utara adalah wilayah yang memiliki lahan dengan kemiringan 26 40 %
terluas dibandingkan dengan wilayah lainnya di daratan Halmahera Utara. Daerah dengan
kemiringan lereng curam yaitu > 40 % tersebar di Sebagian wilayah Galela, Tobelo Utara,
Tobelo dan Tobelo Tengah.

13

BUKU PUTIH SANITASI HALMAHERA UTARA

(2013)

Gambar 2.2
Peta Kemiringan dan Ketinggian Lereng di Kab. Halmahera Utara

Geologi, antara lain terdiri dari:


a) Struktur dan karakteristik;
Struktur dan karakteristik tanah di Kabupaten Halmahera Utara antara lain :

Tanah Litosol terdapat di dataran Galela

Tanah Rendzina terdapat di dataran Loloda Utara

Tanah Mediteran terdapat di dataran Loloda dan Gelela

Tanah Alluvial terdapat di hampir semua kecamatan dalam wilayah Kabupaten


Halmahera Utara

Tanah Regosol terdapat di Kecamatan Loloda Utara, Galela, Kao dan Malifut

Tanah Latosol terdapat di Kecamatan Loloda Utara, Galela, Tobelo, Tobelo


Selatan, Kao dan Maifut.
14

BUKU PUTIH SANITASI HALMAHERA UTARA

(2013)

b) Potensi;
Potensi geologi yang ada di Kabupaten Halmahera Utara antara lain :
(1) Emas terdapat di Loloda Utara, Galela dan Kao
(2) Mangan terdapat di Loloda Utara dan Galela
(3) Nikel terdapat di Galela dan Kao
(4) Pasir besi terdapat di Loloda Utara da Galela
(5) Tembaga terdapat di Loloda Utara dan Galela
(6) Semen terdapat di Galela
(7) Kaolin terdapat di Galela dan
(8) Batubara terdapat di Loloda Utara, Galela, Kao dan Malifut.
Klimatologi, antara lain terdiri dari:
a)

Tipe;
Kabupaten Halmahera Utara merupakan daerah kepulauan yang beriklim Tropis

b)

Curah hujan;
Data curah hujan pada bulan Juni adalah merupakan bulan dengan curah hujan terendah
di tahun 2012 yaitu 3,6 mm dan curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Maret 2012
dengan curah hujan sebesar 553,6 mm. Jumlah hari hujan terendah terjadi pada bulan
Juni, Juli dan Agustus dengan 17 hari hujan, sementara hari hujan terbanyak jatuh pada
bulan Maret dan April dengan jumlah hari hujan sebanyak 25 hari selama satu bulan.

c)

Suhu;
Suhu rata-rata kabupaten Halmahera Utara selama tahun 2012 berkisar antara 21C
26,4C.

d)

Kelembaban
Kelembaban udara rata-rata sesuai dengan data BPS Kabupaten Halmahera Utara pada
tahun 2012 berkisar antara 78% - 119%.

15

BUKU PUTIH SANITASI HALMAHERA UTARA

(2013)

Tabel 2.2
Temperatur, Penyinaran Matahari dan Tekanan Udara di Kabupaten Halmahera Utara
Tahun 2011
Temperatur
Temperature
(0C)
Rata-Rata
Maks
Average
Max
(2)
(3)

Bulan
Month
(1)

Min
Min
(4)

Penyinaran Matahari
Solar Intencity
(%)

Tekanan Udara
Air Pressure
(mb)

(5)

(6)

Januari

25,8

33,0

20,0

49

1039,4

Februari

23,5

32,4

20,0

40

1006,7

Maret

25,6

32,6

21,0

49

1007,7

April

25,9

32,4

20,2

64

908,3

Mei

26,4

33,4

21,2

53

1008,8

Juni

21,8

32,2

19

43

1008,1

Juli

26

33,2

20

48

1008,0

Agustus

25,8

33,0

19,8

43

1008,0

September

25,9

32,8

19,8

100

1008,0

Oktober

26,0

34,4

18,0

68

1008,0

Nopember

26,3

33,4

20,0

1008,4

Desember

23,5

33,0

21,8

32

1007,8

Sumber

Stasiun Meteorologi Gamar Malamo Galela 2012

16

BUKU PUTIH SANITASI HALMAHERA UTARA

(2013)

Tabel 2.3
Curah Hujan, Kelembaban dan Kecepatan Angin
Tahun 2012
Curah Hujan
Bulan
Month

Angin

Hari Hujan
Rains Day

Kapasitas
Capacity
(mm)

Kelembaban Nisbi
Humidity

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

(12)

(13)

Januari

24

128,2

83

25

110

25

110

Februari

22

459,2

90

20

110

20

110

Maret

25

553,6

89

110

15

270

April

25

209,2

86

12

250

25

290

Mei

16

144,8

119

12

110

15

110

Juni

17

3,6

78

06

060

25

280

Juli

17

12,3

85

06

250

14

240

Agustus

17

133,6

85

06

110

13

290

September

19

225,1

86

06

110

12

290

Oktober

19

225,1

06

110

12

250

Nopember

19

207,7

87

05

280

15

280

Desember

22

500,0

88

08

260

20

260

(1)

Sumber

Kec. RataRata
(Knot)

Arah Terbanyak
Direction

Kec. Max
(Knot)

Arah Kec.
Max

Stasiun Meteorologi Gamar Malamo Galela 2012

Hidrologi: Kabupaten Halmahera Utara memiliki 61Daerah Aliran Sungai yang terdiri
dari DAS Supu, DAS Melalomo, DAS Lelei, DAS Pusu, DAS Pakawani, DAS Tapi, DAS Pitau,
DAS Saeo, DAS Dodowo, DAS Limau, DAS Tohaki, DAS Togowa, DAS Lututo, DAS Lobe,
DAS Popila, DAS Gorua, DAS Upa, DAS Walaloe, DAS Mawea, DAS Gongamicik, DAS
Tunuo, DAS Boing, DAS Daru, DAS Jati, DAS Soasangaji, DAS Kao, DAS Wangeotak, DAS
Taolas, DAS Domudomu, DAS Tabanoma, DAS Pip, DAS Kosidi, DAS Goluk, DAS Domera,
DAS Lakara, DAS Doman, DAS Ngajam, DAS Asimiro, DAS Dorume, DAS Puru, DAS Doitia,
DAS Satu, DAS Tolalo, DAS Ilafameko, DAS Kamupa, DAS Gisi, DAS Pocao, DAS
Salangadeke, DAS Gandasuli, DAS Dama, DAS Tulunuo, DAS Kokara Besar, DAS Tagalaya,
DAS Miti, DAS Magalinu, DAS Gomolamo, DAS Ngolo, DAS Loloda, DAS Tosomolo, DAS
Kahatola, dan DAS Bobale.

17

BUKU PUTIH SANITASI HALMAHERA UTARA

(2013)

2.2. Demografi
Penduduk merupakan sumberdaya yang potensial dalam proses pembangunan suatu
bangsa. Hal ini dapat terjadi bila jumlah penduduk yang besar dapat dikembangkan sebagai
tenaga kerja yang produktif sehingga berfungsi sebagai pengelola sumber daya alam. Namun
penduduk yang besar juga dapat menimbulkan permasalahan sosial dalam proses pembangunan
itu sendiri seperti pengangguran, kemiskinan dan sebagainya, bila potensi itu sendiri tidak
mendapat perhatian dan penanganan yang serius.
Demografi merupakan gambaran ringkas kondisi kependudukan di tingkat kecamatan,
Rumus untuk menghitung proyeksi penduduk 5 tahun:
Pt = Po (1 + r )t
Keterangan:
Pt = jumlah penduduk pada tahun t (2017).
Po = jumlah penduduk pada tahun awal (2012)
r = angka pertumbuhan penduduk
t = waktu (5)

18

BUKU PUTIH SANITASI HALMAHERA UTARA

(2013)

Tabel 2.4
Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kab. Halmahera Utara
Tahun 2008 - 2012

NO

KECAMATAN

JUMLAH
DESA

JUMLAH PENDUDUK

2008*

2009*

2010

2011

2012

KEPADATAN
PENDUDUK
(JIWA/Km2)
2012

TOBELO

10

29.377

30.036

33.564

1.017

TOBELO UTARA

10

9.714

9.932

10.895

109

TOBELO TENGAH

12.543

12.824

12.704

227

TOBELO SELATAN

13

13.054

13.347

13.499

66

TOBELO TIMUR

6.283

6.424

5.901

49

TOBELO BARAT

4.358

4.456

4.874

17

GALELA

7.390

7.556

7.844

57

GALELA SELATAN

7.491

7.659

7.732

92

GALELA BARAT

9.283

9.491

8.175

180

10

GALELA UTARA

12

7.053

7.211

7.502

29

11

LOLODA UTARA

18

8.627

8.821

9.673

25

12

LOLODA KEP.

10

5.964

6.098

8.682

137

13

KAO

14

7.513

7.682

8.436

76

14

KAO UTARA

12

10.509

10.745

10.564

82

15

KAO BARAT

21

8.092

8.274

8.678

15

16

KAO TELUK

11

3.590

3.670

4.370

32

17

MALIFUT

22

11.006

11.253

9.559

26

161.847

165.479

172.652

55

JUMLAH

196

170.061

170.061

179.366

179.366

Sumber : BPS Kab. Halmahera Utara

Ket: 2008 & 2009 * Kabupaten Morotai Masih Bergabung dengan Kab. Halmahera Utara

19

BUKU PUTIH SANITASI HALMAHERA UTARA

(2013)

Tabel 2.5
Proyeksi Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kab. Halmahera Utara
Tahun 2013 - 2017

NO

KECAMATAN

JUMLAH
DESA

PROYEKSI PENDUDUK
2013

2014

2015

2016

2017

KEPADATAN
PENDUDUK
(JIWA/Km2)
2012

TOBELO

10

34.571

35.578

36.585

37.760

38.934

1.180

TOBELO UTARA

10

11.222

11.549

11.876

12.257

12.638

126

TOBELO TENGAH

13.085

13.466

13.847

14.292

14.737

263

TOBELO SELATAN

13

13.904

14.309

14.714

15.186

15.659

77

TOBELO TIMUR

6.078

6.255

6.432

6.639

6.845

57

TOBELO BARAT

5.020

5.166

5.313

5.483

5.654

19

GALELA

8.079

8.315

8.550

8.825

9.099

66

GALELA SELATAN

7.964

8.196

8.428

8.699

8.969

106

GALELA BARAT

8.420

8.666

8.911

9.197

9.483

208

10

GALELA UTARA

12

7.727

7.952

8.177

8.440

8.702

34

11

LOLODA UTARA

18

9.963

10.253

10.544

10.882

11.221

29

12

LOLODA
KEPULAUAN

10

8.942

9.203

13

KAO

14

8.689

8.942

14

KAO UTARA

12

10.881

11.198

15

KAO BARAT

21

8.938

9.199

16

KAO TELUK

11

4.501

4.632

17

MALIFUT

22

9.846

10.133

196

177.832

183.011

JUMLAH

9.463

9.767

10.071

159

9.195

9.491

9.786

88

11.515

11.885

12.254

95

9.459

9.763

10.066

17

4.763

4.916

5.069

37

10.419

10.754

11.088

30

188.191

194.234

200.276

64

Sumber: Hasil Analisis Tim Pokja

20

BUKU PUTIH SANITASI HALMAHERA UTARA

(2013)

2.3. Keuangan dan Perekonomian Daerah

2.3.1. Kondisi Keuangan Daerah


Proyeksi Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan
Dalam kebijakan fiskal pada sisi Belanja, Pemerintah Pusat tidak melimpahkan kuasa
atau kewenangan menyelenggarakan urusan pemerintahan yang bersifat pengelolaan sumber
sumber Pendapatan Negara dengan azas otonomi yang seluas luasnya. Pemerintah Pusat
menggunakan instrumen perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah
Daerah

untuk mengatur ketimpangan fiskal secara horizontal, karena sumber sumber

Pendapatan Negara yang tidak merata antar Pemerintah Daerah. Pemusatan penerimaan
Pendapatan Negara pada Pemerintah Pusat secara inheren akan menimbulkan ketimpangan
fiskal secara vertikal antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah yang menghasilkan
Sumber Penerimaan Negara.
Pemerintah Pusat menyerahkan sebagian urusan pengelolaan Pendapatan Negara
kepada Pemerintah Daerah, dengan memberikan kewenangan untuk mengelola Pendapatan
negara dalam bentuk memungut Pajak dan Retribusi yang disebut dengan Pendapatan Asli
Daerah (PAD). Basis Pajak Daerah yang diberikan berdasarkan peraturan perundangan
undangan yang berlaku, dengan tidak memberikan ruang untuk dilakukan suatu perluasan Basis
Pajak Daerah. Perluasan basis pemungutan Retribusi Daerah dimungkinkan oleh Pemerintah,
akan tetapi hal tersebut dapat menimbulkan hambatan berupa ekonomi biaya tinggi serta
eksploitasi terhadap sistem pelayanan. Akan menjadi suatu hal yang kontraproduktif jika
peningkatan investasi daerah akan menimbulkan beban sosial yang tinggi, apabila fungsi
restribusi daerah untuk mengatur kerusakan lingkungan serta peningkatan pelayanan umum
dikalahkan oleh kepentingan untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Berdasarkan hal tersebut, maka azas umum dalam menyusun APBD yang ditentukan
oleh peraturan perundangan - undangan selalu menekankan bahwa Belanja Daerah disusun
dengan memperhatikan kemampuan Pendapatan Daerah atau harus didukung dengan adanya
kepastian ketersediaan penerimaan daerah dalam jumlah yang cukup. Berdasarkan kondisi
inilah Kerangka Anggaran Pembangunan Daerah dibangun, dimana Pemerintah Daerah
memiliki otonomi yang luas dalam menyusun rencana kinerja yang akan menimbulkan Belanja
Daerah dengan tetap memperhatikan kemampuan Pendapatan Daerah.
Keterbatasan kemampuan Pendapatan Daerah akan menimbulkan permasalahan dalam
proses mengalokasikan belanja daerah pada program dan kegiatan yang layak. Berdasarkan
prinsip value for money system, maka alokasi belanja akan diberikan pada program dan

21

BUKU PUTIH SANITASI HALMAHERA UTARA

(2013)

kegiatan yang akan mendukung pencapaian target kinerja, karena sudah memiliki indikator
kinerja dengan target yang terukur.
Arah Kebijakan Pendapatan Daerah
Pemerintah Daerah menetapkan kebijakan pendapatan yang akan ditempuh, yaitu sebagai
berikut :
Intensifikasi dan Ekstensifikasi Pendapatan Asli Daerah;
Implementasi Undang-Undang Nomor : 28 tahun 2009 tentang Pajak dan Retribusi
Daerah;
Mendorong partisipasi masyarakat dalam pencapaian target Pendapatan Daerah melalui
kesadaran dan tanggung jawab membayar Pajak Daerah dan Retribusi Daerah;
Mendorong peningkatan Investasi sumberdaya alam pada sektor Pertambangan , Pertanian
dan Perikanan;
Validasi Data untuk proses bargaining DAU, DAK dan Sumber Dana lainnya;
Membangun kemitraan dengan Pihak Ketiga untuk memberikan kontribusi berupa
Sumbangan Sukarela tanpa tekanan.

Arah Kebijakan Belanja Daerah


Pemerintah Daerah menetapkan kebijakan belanja yang harus dilakukan, yaitu sebagai berikut :
Gaji dan Insentif;
Efektifitas dan Efisiensi Subsidi dan Bansos;
Efisiensi kegiatan operasional pemerintahan;
Menjamin ketersediaan Infrastruktur Dasar sebagai pendukung peningkatan
kesejahteraan masyarakat;
Prioritas penuntasan Kegiatan Multiyears;
Shearing Dana TP / DAK;
Jaminan Kualitas Pendidikan dan Pelayanan Kesehatan;
Kelistrikan dan Air Bersih Perdesaan;

22

BUKU PUTIH SANITASI HALMAHERA UTARA

(2013)

Tabel 2.6
Rekapitulasi Realisasi APBD Tahun 2010-2013
Kabupaten Halmahera Utara

No

Anggaran

2010

2011

2012

2013

(a)

(b)

(c)

(d)

(e)

(f)

A.

Pendapatan

Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Rp 67.053.727.758

Rp 115.917.369.500

Rp 155.413.393.565

Rp 126.422.969.200

Dana Perimbangan (Transfer)

Rp 293.194.351.700

Rp 381.307.900.000

Rp 423.645.221.000

Rp 490.221.021.000

Lain-lain Pendapatan yang Sah

Rp 2.141.200.000

Rp 37.420.946.924

Rp 14.190.500.924

Rp 28.245.705.343

Rp 362.389.279.458

Rp 534.646.216.424

Rp 593.249.115.489

Rp 644.889.695.543

Jumlah Pendapatan
B.

Belanja

Belanja Tidak Langsung

Rp 205.206.231.520

Rp 203.250.101.976

Rp 226.383.348.143

Rp 241.474.888.476

Belanja Langsung

Rp 175.657.621.507

Rp 349.039.729.141

Rp 406.057.503.204

Rp 404.714.555.529

Jumlah Belanja

Rp 380.863.853.027

Rp 552.289.831.118

Rp 632.440.851.347

Rp 646.189.444.005

Surplus/Defisit Anggaran

Rp (18.474.573.569)

Rp (17.643.614.694)

Rp (39.191.735.858)

Rp (1.229.748.462)

Sumber : DPPKAD tahun 2013

Gambaran Keuangan Sektor Sanitasi


Dalam tabel 2.7, dapat dilihat struktur belanja pembangunan kabupaten Halmahera Utara
di sektor sanitasi menunjukan hal yang cukup positif, hal ini terlihat dari rasio belanja modal
sanitasi terhadap total APBD rata-rata di atas 1,00 persen. Sedangkan rasio belanja modal
sanitasi per satuan jumlah penduduk juga cukup baik, walaupun masih terjadi fluktuasi.

Tabel 2.7
Rekapitulasi Belanja Sanitasi Per SKPD Tahun 2009-2013
Kabupaten Halmahera Utara
NO

TAHUN (Rp)

SKPD
2009

Dinas PU

2
3

Dinas Kesehatan
Dinas Tatakota
& Kebersihan

BLH

BAPPEDA
Jumlah Belanja
Jumlah Total
APBD
Proporsi Belanja
Sanitasi

2010

2011

2012

2013

4.405.760.472

798.600.000

4.575.578.000

3.701.010.000

5.579.592.000

28.130.000

21.800.000

213.000.000

161.222.000

189.342.000

1.152.552.000

1.025.660.000

3.302.780.000

2.935.440.000

4.884.756.000

1.578.582.500

1.384.738.200

1.500.108.600

1.717.654.500

304.194.000

329.925.000

7.165.024.972

3.230.798.200

9.591.466.600

8.515.326.500

11.287.809.000

452.479.775.901

380.863.853.027

552.289.831.118

631.050.524.347

646.189.444.005

1,58

0,85

1,74

1,35

1,75

Sumber: Bappeda , DPKKAD & Olahan Tim Pokja

23

BUKU PUTIH SANITASI HALMAHERA UTARA

(2013)

Tabel 2.8
Rekapitulasi Belanja Sanitasi Per Satuan Penduduk Tahun 2009-2013
Kabupaten Halmahera Utara
NO
1
2
3

TAHUN

DESKRIPSI
Belanja Modal Sanitasi
(Rp)
Jumlah Penduduk
(Jiwa)
Belanja Modal Sanitasi
Per Pendududuk (Rp)

2009

2010

2011

2012

2013

7.165.024.972

3.230.798.200

9.591.466.600

8.515.326.500

11.287.809.000

179.366

161.847

165.479

172.652

177.832

39.946

19.962

57.962

49.321

63.475

Sumber: Bappeda , DPKKAD & Olahan Tim Pokja

2.3.2. Perekonomian Daerah


Pada hakekatnya pembangunan ekonomi adalah serangkaian usaha dan kebijakan yang
bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup manusia, memperluas lapangan kerja, memeratakan
pembagian pendapatan masyarakat, meningkat kan hubungan ekonomi regional dan
mengusahakan pergeseran kegiatan ekonomi; dengan kata lain mengusahakan agar pendapatan
masyarakat naik secara mantap dengan pemerataan yang sebaik mungkin.
Pendapatan regional perkapita masyarakat merupakan indikator untuk mengetahui
tingkat pendapatan orang per orang dalam kurun waktu tertentu (biasanya satu tahun). Tingkat
pendapatan perkapita atas dasar harga berlaku mencapai Rp. 4.937.426,- sedangkan atas dasar
harga konstannya mencapai Rp. 2.340.976,- Bila dibandingkan tahun sebelumnya pendapatan
per kapita penduduk Kabupaten Halmahera Utara mengalami sedikit kenaikan, baik atas dasar
harga yang berlaku maupun atas dasar harga konstan. Perkembangan Pendapatan Asli Daerah
(PAD) Kabupaten Halmahera Utara juga mengalami peningkatan berarti, yang berasal dari pajak
daerah, retribusi daerah, bagian laba usaha daerah, dan pendapatan lain-lain mencapai Rp.
126.422.969.200 atau 19 % dari Total APBD Kab. Halmahera Utara . Tingkat pertumbuhan
ekonomi Kabupaten Halmahera Utara pada Tahun 2011 mengalami pertumbuhan yang positif
yakni sebesar 7,72.%. Struktur perekonomian di Kabupaten Halmahera Utara masih didominasi
oleh sektor pertanian yang mencapai 42,12 %, disusul sektor perdagangan, hotel & restoran
sebesar 20,36.%. selanjutnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

24

BUKU PUTIH SANITASI HALMAHERA UTARA

(2013)

Tabel 2.9a
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Manurut Lapangan Usaha
Atas Dasar Harga Konstan
Kabupaten Halmahera Utara (Jutaan Rp)
Tahun 2008 - 2012
TAHUN

Sektor/Lapangan
Usaha

2008

2009

1.

Pertanian

135.650

149.830

2.

Pertambangan
dan Penggalian

18.329

Industri
Pengolahan

No.

2011

2012*

166.730

180.059

196.959

16.011

17.528

18.823

20.118

66.981

67.389

68.211

71.682

75.153

Listrik, Gas dan


Air Minum

1.031

1.122

1.211

1.304

1.397

Konstruksi

2.768

2.696

2.899

3.266

3.633

Perdagangan ,
Hotel dan
Restoran

69.369

75.527

79.907

87.034

94.161

Pengangkutan
dan Komunikasi

23.629

26.622

28.063

30.440

32.817

Keuangan,
Persewaan & Jasa
Perusahaan

10.294

11.630

12.782

13.901

15.020

9.

Jasa-Jasa

16.218

18.003

19.516

20.972

22.428

344.269

368.830

396.847

427.485

461.686

PDRB

2010

25

BUKU PUTIH SANITASI HALMAHERA UTARA

(2013)

Tabel 2.9.b
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Manurut Lapangan Usaha
Atas Dasar Harga Berlaku
Kabupaten Halmahera Utara (Jutaan Rp)
Tahun 2008 - 2012

No.

Sektor/Lapangan
Usaha

TAHUN
2008

2009

2010

2011

2012*

215.107,45

261.950,71

322.835,55

370.559,46

418.283,37

1.

Pertanian

2.

Pertambangan dan
Penggalian

28.992,62

35.954,72

53.172,52

60.988,89

68.805,26

Industri Pengolahan

87.172,54

117.021,28

123.228,33

134.881,34

146.534,35

Listrik, Gas dan Air


Minum

2.410,97

2.989,68

3.962,56

4.383,38

4.804,20

Konstruksi

4.779,01

6.532,84

10.129,33

12.612,44

15.095,55

Perdagangan , Hotel
dan Restoran

91.222,63

125.387,38

145.845,30

165.614,55

185.383,80

46.552,03

54.645,62

71.257,65

80.599,46

89.941,27

15.938,24

21.374,58

28.550,20

32.311,48

36.072,76

22.080,85

29.688,19

35.732,16

39.671,78

43.611,40

514.256,34

655.545,00

794.714

901.623

1.008.532

7
8
9.

Pengangkutan dan
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan & Jasa
Perusahaan
Jasa-Jasa

PDRB

2.4. Tata Ruang Wilayah

RTRW Kabupaten Halmahera Utara yang ada saat ini, merupakan review RTRW tahun
2006 yang disesuaikan berdasarkan Undang-undang No. 26 Tahun 2007 dan telah ditetapkan
lewat PERDA RTRW Kab.Halmahera Utara Nomor: 09 Tahun 2012
Dalam rencana tata ruang wilayah nasional, sistem perkotaan merupakan rencana susunan
kota dan kawasan perkotaan dalam suatu wilayah yang menunjukkan keterkaitan fungsi secara
serasi yang membentuk hirarki pelayanan sebagai Pusat Kegiayan Nasional (PKN), Pusat
Kegiatan Wilayah (PKW), Pusat Kegiatan Lokal (PKL) dan Pusat Kegiatan Strategis Nasional
(PKSN).
Dalam RTRW Provinsi, kota yang dikembangkan sebagai PKW di Kabupaten Halmahera
Utara yaitu Kota Tobelo yang berada pada gugus pulau wilayah pengembangan 3 (tiga). Ibukota

26

BUKU PUTIH SANITASI HALMAHERA UTARA

(2013)

kabupaten tersebut berperan sebagai daerah perkotaan yang mempunyai wilayah pelayanan
mencakup beberapa kawasan. Kebijakan pengembangan PKW meliputi:
(1) Penyediaaan prasarana perkotaan dengan pendekatan program pembangunan prasarana kota
terpadu;
(2) Peningkatan aksesibilitas ke wilayah belakang yang dilayaninya melalui pengembangan
jaringan jalan darat, laut dan udara;
(3) Peningkatan aksesibilitas ke wilayah regional, nasional maupun internasional yang dilayani
melalui pengembangan jaringan transportasi laut dan udara, khususnya bagi pusat-pusat
pengembangan wilayah di masing-masing Gugus Pulau yang berfungsi sebagai Pintu Jamak
(Multy Gate);
(4) Penataan ruang kota melalui perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian tata ruang kota yang
berbasis mitigasi bencana.

2.4.1. Tujuan dan Kebijakan Penataan Ruang kabupaten Halmahera Utara

Penataan ruang Kabupaten Halmahera Utara bertujuan untuk mewujudkan ruang


wilayah yang aman, nyaman dan produktif melalui pengembangan sektor pertanian,
pertambangan, kelautan, industri dan kepariwisataan

sesuai dengan prinsip-prinsip

pembangunan yang berkelanjutan.


Sedangkan Kebijakan penataan ruang Kabupaten Halmahera Utara terdiri atas :
a. pengembangan kawasan-kawasan perkotaan dalam suatu sistem hirarki kota yang harmonis,
nyaman,

efisien

dalam

pengelolaan

dengan

mempertimbangkan

prinsip-prinsip

pembangunan yang berkelanjutan;


b. peningkatan

kualitas

dan

jangkauan

pelayanan

jaringan

prasarana

transportasi,

telekomunikasi, energi, dan sumber daya air yang terpadu dan merata di seluruh wilayah;
c. pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi lingkungan hidup;
d. pengembangan dan perwujudan kegiatan budidaya unggulan (pertanian, pertambangan dan
kelautan) yang secara optimal mampu meningkatkan perekonomian Kabupaten dengan
tetap memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan; dan
e. peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara.

27

BUKU PUTIH SANITASI HALMAHERA UTARA

(2013)

Peta. 2.3 Rencana Pusat Layanan

28

BUKU PUTIH SANITASI HALMAHERA UTARA

(2013)

Peta 2.4 Rencana Pola Ruang

29

BUKU PUTIH SANITASI HALMAHERA UTARA

(2013)

2.5. Sosial dan Budaya


Kondisi sosial budaya menggambarkan keadaan prasarana pendidikan, prasarana kesehatan,
dan budaya masyarakat di Kabupaten Halmahera Utara.
Pendidikan
Pendidikan pada hakekatnya merupakan bekal manusia untuk mampu bertahan hidup.
Pendidikan dapat diperoleh melalui cara formal maupun informal baik dari lingkungan keluarga
dan sekolah.
Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila di segi lain bertujuan untuk meningkatkan
ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan dan keterampilan, mempertinggi budi
pekerti, memperkuat kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan serta cinta tanah air
agar dapat menciptakan manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri
serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.
Sehubungan dengan itu Pemerintah Kabupaten Halmahera Utara selalu berupaya untuk
meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan di seluruh wilayahnya untuk berbagai jenjang
pendidikan.Pada tahun ajaran 2011/2012 jumlah Sekolah Dasar di Halmahera Utara sebanyak
197 sekolah dengan jumlah murid sebanyak 26.391 orang, Sekolah Menengah Pertama sebanyak
46 sekolah dengan jumah murid sebanyak 10.336 orang, Madrasah Tsanawiyah sebanyak 21
sekolah dengan jumlah murid sebanyak 2.610 orang,Sekolah Menengah Atas sebanyak 17
sekolah dengan jumlah murid sebanyak 6.047 orang, Madrasah Aliyah sebanyak 8 sekolah
dengan jumlah murid sebanyak 748 orang, Sekolah Menengah Kejuruan sebanyak 14 dengan
jumlah murid sebanyak 2.908 orang.
Perguruan tinggi yang ada di Halmahera Utara pada tahun 2011 sebanyak 2 buah yaitu
Universitas Halmahera yang dulunya bernama STT-GMIH dengan jumlah mahasiswa sebanyak
1070 orang dan jumlah dosen sebanyak 115 orang dan Politeknik Perdamaian Halmahera
(Padamara) dengan jumlah dosen sebanyak 54orang dengan jumlah mahasiswa sebanyak 436
orang.

30

BUKU PUTIH SANITASI HALMAHERA UTARA

(2013)

Tabel 2.9a fasilitas Pendidikan


Gambar 4.1 Rekapitulasi Sekolah di Kabupaten
Halmahera Utara
Figure 4.1 Recapitulation of Schools in North
Halmahera Regency
140
120
100
80
60
40
20
0

NEGERI
SWASTA

SD

MI

SMP MTS SMA

MA

SMK

Sumber : Dinas Pendidikan Kab. Halmahera Utara

Kesehatan
Pembangunan kesehatan sebagai bagian integral dari Pembangunan Nasional bertujuan untuk
mencapai kemampuan hidup sehat bagi penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan
masyarakat yang optimal.Upaya penyediaan sarana dan prasarana kesehatan merupakan
kebutuhan mendasar dalam peningkatan taraf kesehatan masyarakat.
Jumlah fasilitas kesehatan di Kabupaten Halmahera Utara sebagaimana sampai dengan tahun
2012 sebagaimana tabel berikut:
Tabel 2.9b
Jumlah Fasilitas Kesehatan di Kab. Halmahera Utara

Puskesmas
Tahun

Rumah Sakit
Rawat Jalan

Rawat
Inap

Puskesmas
Pembantu

Polindes

Pusling

2005

31

18

90

2006

37

18

90

2007

39

18

125

2008

10

39

20

125

2009

12

39

22

105

2010

15

39

26

105

2011

15

39

28

112

2112

13

39

37

112

31

BUKU PUTIH SANITASI HALMAHERA UTARA

(2013)

Rumah Keluarga Miskin


Pada tahun 2011 di Kabupaten

Halmahera Utara tercatat jumlah keluarga miskin

sebanyak 3.867 KK atau sebesar 9,12 % persen . Sedang kondisi rumah masyarakat miskin
berjumlah 3.567 buah rumah, Jumlah KK miskin dan kondisi rumah disajikan pada table 2.10
berikut ini.
Tabel 2.10
Jumlah Fasilitas Kesehatan di Kab. Halmahera Utara

No

Nama Kec.

Jumlah

Jumlah

Jumlah

KK

KK Miskin

Rumah

Prosentase KK
Miskin

KK Miskin
1.

Kao Teluk

1,144

91

89

7.95

2.

Malifut

2,587

665

233

25.71

3.

Kao

2,14

240

240

11.21

4.

Kao Barat

2,037

226

221

11.09

5.

Kao Utara

2,767

289

268

10.44

6.

Tobelo Barat

1,441

242

212

16.79

7.

Tobelo Timur

1,559

269

253

17.25

8.

Tobelo Selatan

3,408

213

208

6.25

9.

Tobelo Tengah

3,045

107

103

3.51

10.

Tobelo

7,664

247

225

3.22

11.

Tobelo Utara

2,66

133

122

5.00

12.

Galela

1,633

114

114

6.98

13.

Galela Selatan

1,776

111

111

6.25

14.

Galela Barat

2,206

136

136

6.17

15.

Galela Utara

1,995

339

339

16.99

16.

Loloda Utara

2,46

414

414

16.83

17.

Loloda Kep.

1,871

278

279

14.86

42,393

3,867

3,567

9.12

JUMLAH

Budaya
Secara administrasi, sentra sepuluh hoana saat ini berada di Kabupaten Halmahera Utara
yaitu mulai dari Teluk Kao sampai Loloda Kepulauan,Penyebaran sepuluh hoana ini sebagai
berikut:
a. HOANA MODOLE
Kata Modole berasal dari induk bahasa Tobelo yang diesbut madoolenge yang artinya
buah yang matang di pohon atau yang tertua dari sebuah kumpulan. Sehingga Hoana Modole
disebut juga sebagai hoana tertua yang tetap memilih tinggal disekitar Talaga Lina dan hanya
sedikit saja yang bermigrasi ke bagian Tengah dan Selatan Halmahera. Hoana Modole juga
32

BUKU PUTIH SANITASI HALMAHERA UTARA

(2013)

dikenal sebagai komunitas yang menggunakan bahasa dengan dialek sendiri yang belum
bercampur dengan dialek bahasa lain. Sehingga dialek mereka disebut dengan dialek Modole.
Secara geografis hoana Modole berada di wilayah Kao Barat. Dan saat ini tersebar di
kampung Leleseng, Soa Sangaji, Soa Hukum, Tuguis, Parseba, Soamaetek, Pitago, Bailengit
dan Kai. Namun pengguna bahasa Modole juga ditemukan di beberapa kampung Selatan Kao
Barat seperti Tolabit, Toliwang, Popon, Ngoali, Momodang, dan Gagaapok walaupun
dikampung-kampung ini dialek bahasa Modelenya sudah sedikit bercampur dengan dialek
bahasa Tobaru dan Pagu. Masih juga ditemukan pengguna dialek bahasa Modole di
pedalaman Halmahera Tengah, yakni di wilayah Ake Tayawi dan Payahe.
b. HOANA PAGU
Kata Pagu berasal dari dialek induk bahasa Pagu yang disebut ya paga artinya
membatasi. Sehingga bisa disebut juga hoana Pagu adalah hoana pembatas. Dalam berbagai
penuturan lisan dari orang-orang yang berada di kampung-kampung Kao Selatan sampai
dengan Teluk Dalam, tepatnya di kampung Pasir Putih, mengatakan bahwa komunitas
masyarakat yang secara geografis mendiami wilayah Kao Teluk dan sebagian Kao BaratSelatan mengakui bahwa wilayah yang mereka tempati pertama kali disebut sebagai wilayah
dari Sangaji yang bernama Pagu. Sehingga dialek bahasa yang berada di wilayah Sangaji
Pagu terdiri dari berbagai macam dialek sesuai dengan asal-usul komunitas masyarakat
kampung-kampung tersebut. Misalnya, Kampung Pasir Putih dan Tetewang mereka
menggunakan dialek bahasa Tobelo, karena asal-usulnya berasal dari salah satu hoana
Tobelo yaitu hoana Boeng. Kemudian kampung Bobane Igo, Dodinga dan Boso
menggunakan diaelek bahasa campuran dari bahasa Tobelo, Galela, Ternate, Tidore, bahkan
bercampur dengan bahasa Papua, Buton, China dan Arab yang dikenal dengan sebutan bahasa
Gorap. Saat ini wilayah Hoana Pagu dapat dikatakan mulai dari Gol-Gol, Dim-Dim, Gayok,
Wangeotak, Sosol, Tomabaru menggunakan dialek bahasa Pagu, Ngai Madodera dan Tabobo
menggunakan dialek campuran bahasa Galela dan Pagu, Dum-Dum menggunakan dialek
campuran bahasa Galela, Tobelo dan Pagu, Akelamo dan Ake Sahu menggunakan dialek
campuran bahasa Tobelo, Galela, Pagu dan Ternate. Secara admistrasi saat ini hoana Pagu
berada di wilayah Kecamatan Malifut dan Kao Teluk.
c.

HOANA BOENG
Kata Boeng berasal dari induk bahasa Tobelo yaitu boenge (boenge oko/bianga ika)
artinya menghadap ke arah laut. Hoana boeng adalah komunitas kaum Tobelo yang berada di
wilayah pesisir. Komunitas yang kemudian dikenal dengan sebutan hoana Boeng adalah
komunitas kaum Tobelo yang berada di wilayah pesisir yang dalam sejarahnya mereka
menguasai dunia maritim dan lebih banyak melakukan pelayaran membawa panji-panji
canga dari Tobelo menembus samudra. Tersebutlah kampung-kampung hoana Boeng mulai
dari pesisr Wasile, Teluk Maba-Buli, Teluk Weda sampai jazirah Gane Timur, Pulau Bacan
dan Obi, Pulau Mangoli dan Taliabo, Seram Barat sampai ke Timur, Kepulauan Raja Ampat
di Papua, Buton dan Banggai di Sulawesi, sampai di Davao Philipina Selatan bahkan
Madagaskar di Afrika Selatan. Semua kampung-kampung yang menjadi wilayah hoana
Boeng menggunakan dialek boeng (campuran bahasa Tobelo dengan bahasa suku lain yang
berada di tempat tersebut). Saat ini sentra hoana boeng di Halmahera Utara berada di pesisir
Kao bagian Utara mulai dari Kampung Biang sampai kampung Dowongi Maiti dengan
memnggunakan dialek bahasa Tobelo.

33

BUKU PUTIH SANITASI HALMAHERA UTARA

(2013)

d. HOANA TOWILIKO
Towiliko berasal dari kata induk bahasa Tobelo yang artinya saling mengikat. Kata
Towiliko sendiri pertama kali disebut pada saat Sangaji Kao bersama tokoh-tokoh masyarakat
beberapa kampung sepakat bersama melawan penjajah Jepang. Perlawanan yang heroik itu
mengakibatkan tewasnya beberapa tokoh pejuang lintas agama. Sejak saat itu kekerabatan
kampung-kampung tersebut sepakat dengan sebutan hoana Towiliko. Yang merupakan bagian
dari wilayah hoana Pagu, hoana Modole dan hoana Boeng yang secara administrasi sentranya
ada di Kao. Saat ini penyebaran hoana Towiliko meliputi kampung Patang menggunakan
dialek bahasa Tobelo dan Modole, Kukumutuk menggunakan dialek bahasa Modole, Sasur
menggunakan dialek campuran bahasa Pagu, Tobelo dan Modole, Kusu menggunakan dialek
bahasa Tobelo, Jati menggunakan dialek Kao (campuran bahasa Tobelo dan Ternate).
e.

HOANA LINA
Lina adalah nama kampung awal di Talaga Lina yang berada di Tobelo dalam, merupakan
pemukiman awal dari kampung-kampung Tobelo yang dikenal dengan nama hoana ngimoi
(sepuluh hoana). Sejak di pemukiman awal kampung Lina mempunyai tugas dalam
kekerabatan kampung-kampung Tobelo di Talaga Lina sebagai hoana magogoana (penjaga
kawasan), tugas ini diemban karena orang-orang dari kampung Lina secara turun-temurun
bertugas sebagai pengaman teritori dari kampung-kampung yang tersebar di Talaga Lina. Di
kampung Lina juga menjadi tempat dilatihnya para muda kaum Tobelo untuk berburu dan
berperang melawan musuh. Hoana Lina terbentuk ketika masyarakat kampung Lina eksodus
secara bergelombang keluar dari Talaga Lina dan menempati kampung-kampung di pesisir
Tobelo Timur samapi Tobelo Utara. Saat ini kampung-kampung hoana Lina mulai dari Paca,
Leleoto, Yaro, Mawea, Meti, Katana, Gonga dan Pitu yang menggunakan dialek bahasa
Tobelo. Tobe, Talaga Paca, Birinoa, Kusuri, Wangongira dan Wateto menggunakan dialek
campuran bahasa Tobelo dan Modole.

f.

HOANA HUBOTA
Kata Huboto berasal dari induk bahasa Tobelo yaitu hibootoka artinya sudah menyelesaikan
pekerjaan. Hoana Huboto berasal dari beberapa kelompok marga yang berada di sekitar
kampung-kampung rimba Talaga Lina dengan tugas yang diemban sebagai o wowango
madoya atau mengurus kesejahteraan. Karena kebiasaan orang Huboto dengan bercocok
tanam sehingga penyebarannya menembus hutan-hutan di Talaga Lina sampai ke pesisir
bahkan mengikuti jejak orang-orang dari hoana boeng untuk mengibarkan panji-panji kaum
canga dan bercocok tanam di tempat-tempat yang baru didiami. Orang hubuto juga dikenal
sebagai penyedia logistik dalam pertarungan kaum canga di samudra. Dalam pembagian tugas
orang huboto juga mengurus soal kesejahteraan bersama. Sebut saja kampung-kampung
hoana huboto yakni mulai dari kampung Pintatu, Ekor, Minamin, Saolat, Waijoi, Loleba, dan
Wasile sebagai kawasan yang subur untuk bercocok tanam. Orang huboto juga bertualang
menembus gelombang dan berdiam di Pulau Bacan dan Mandioli serta Pulau Obi. Sebagian
lagi bermukim di Pulau Morotai bagian Selatan (Sabatai, Wawama, Juanga dan Pandanga).
Saat ini secara adminstrasi setra hoana huboto berada di Tobelo yaitu kampung Wosia, Upa,
Gamhoku, Efi-Efi, Tomahalu, Kupa-Kupa dan Pulau Tagalaya yang menggunakan dialek
bahasa Tobelo.

g.

HOANA MUMULATI
Mumulati adalah sebutan untuk pemukiman yang menjadi pusat kampung-kampung Tobelo
di Talaga Lina. Orang Mumulati juga merupakan campuran dari orang-orang yang berasal
34

BUKU PUTIH SANITASI HALMAHERA UTARA

(2013)

dari kampung Lina dan pulau Gura yang berada di tengah-tengah Talaga Lina. Kebiasaan
orang Mumulati untuk berkomunikasi dengan para pendatang seperti pedagang dari China
dan Arab membuat orang Mumulati lebih menguasai system kekerabatan serta mengatur
pemerintahan bersama (yo popareta ino). Hoana Mumulati terbentuk setelah masyarakatnya
keluar dari Talaga Lina dan menempati pesisir pantai Tobelo. Kemampuan berkomunikasi
yang dimiliki oleh orang Mumulati membuat mereka menjadi mediator pasca perang saudara
antara orang Tobelo dan orang Galela yang dikenal dengan rekonsiliasi tragedi Tona
Malangi. Sampai saat ini penyebaran hoana Mumulati berada di kampung-kampung mulai
dari Gamsungi dan Gosoma di pusat kota Tobelo yang menggunakan dialek bahasa Tobelo,
Pulau Tolonou, Gorua, Popilo, Mede, Ruko dan Luari menggunakan diaelek campuran bahasa
Tobelo dan Galela, karena merupakan penjaga kawasan rekonsiliasi pasca tragedi Tona
Malangi. Dalam berbagai penuturan lisan menyebut bahwa hoana Mumulati tersebar juga
sampai ke semenanjung Halmahera Selatan-Barat Pulau Bacan dan Obi, mereka selalu
menyebut dengan nama orang Tobelo-Galela. Orang Mumulati juga dalam sejarah perang
kesultanan Ternate dan Tidore berada di armada laut sampai ke kepulauan Sula, Mangole
dan Taliabo.
h. HOANA GURA
Sebutan Gura identik dengan nama Pulau yang berada di tengah-tengah Talaga Lina. Hoana
Gura mempunyai tugas sebagai o niata mangale yaitu melakukan berbagai ritual sesuai
dengan kepercayaan orang Tobelo pada waktu berada di kampung-kampung awal Talaga
Lina. Seperti ritual gomatere, untuk membuka lahan kebun, panen, membangun rumah
sampai pada situasi perang. Kemampuan spiritual dari orang-orang hoana Gura juga selalu
membaca tanda-tanda alam seperti musim hujan, kemarau dan bencana lainnya. Hal ini dapat
dibuktikan ketika sebelum terjadi gempa tektonik yang menegelamkan pulau Gura, beberapa
saat sebelumnya, orang-orang dari pulau Gura telah berpindah ke sebuah tempat dekat talaga
Lina yang namanya Kanaba. Di Kanaba itulah dikenal sebagai tempat transit orang-orang dari
hoana Gura dan melanjutkan perjalanan mereka ke pesisir Utara setelah menyaksikan pulau
Gura Tenggelam karena gempa. Kemudian mereka menuju ke pesisir Utara dan menempati
atau berdiam di beberapa Pulau di depan Tobelo. Kemampuan berkomunikasi secara spiritual
meyakinkan semangat juang orang-orang hoana Gura bahwa di manapun mereka berada
selalu di bawa lindungan Juo Madutu. Spirit ini yang membuat hoana Gura bertualang
menuju libuku iata (empat penjuru bumi) mereka juga bermukim diberbagai pulau bersamasama dengan kaum Tobelo lainnya
i.

HOANA MORODINA
Kata Morodina berasal dari induk bahasa Galela yaitu moro dan kadina. Moro adalah sebutan
orang-orang Portugis terhadap kerajaan yang ada di Halmahera Utara tepatnya di Mamuya,
Tolo dan Mede sedangkan kadina adalah sebutan untuk menunjukan arah matahari terbenam
atau bagian Barat. Hal ini berkaitan besar dengan pengelompokan masyarakat yang
disebabkan oleh pengaruh kesultanan Ternate dan kesultanan Tidore yang pada saat itu ingin
merebut wilayah di Halmahera Utara dengan membangun kekuatan bersama didukung oleh
Portugis dan Spanyol. Di mana wilayah Galela serta sebagian Loloda dan Tobaru berada di
bawah pengaruh kesultanan Ternate yang membangun kekuatan dengan Portugis. Sehingga
dalam versi yang lain disebut juga bahwa wilayah ini dengan nama Morotia. Namun secara
tradisi lisan dan peneturan sumber-sumber lokal bahwa komunitas masyarakat Galela sendiri
terbagi dalam dua kelompok besar berdasarkan dialek induk bahasa Galela. Kampungkampung awal yang berada di Galela terdiri dari sepuluh komunitas yang disebut dengan
35

BUKU PUTIH SANITASI HALMAHERA UTARA

(2013)

nama soa mogiowo, masing-masing Pune, Towara, Barataku, Toweka, Togawa, Igobula, Ori,
Liate, Ngidiho dan Limau. Dari sisi dialek bahasa, maka kampung Togawa, Igobula, Ori,
Liate, dan Ngidiho yang berada di pedalaman menggunakan dialek bahasa Galela dan bahasa
Tobaru sehingga percampuran dialek bahasa ini disebut dengan dialek kadina. Setelah
penjajah Belanda masuk di wilayah Halmahera Utara di mana Portugis dan Spanyol telah
menuju ke Ambon, maka kekerabatan masyarakat yang telah terbagi dari kerajaan Moro tetap
mempertahankan system kekerabatannya dengan orang-orang Tobaru dan Loloda. Sehingaa
dialek kadinanya membuat perbedaan sangat jelas dengan pengguna dialek lain yang berada
di pesisir Galela. Hal inilah yang memperkuat sehingga keberadaan mereka identik dengan
Morodina. Sebutan morodina memperjelaskan kepada Belanda dan dunia luar bahwa system
kekerabatan yang telah terbangun akan tarsus dipertahankan dengan membuka atau
membangun kampung-kampung baru yang terdiri dari orang-orang Tobaru, Gamkonora dan
Loloda dalam. Dengan demikian maka atas kesepakatan mereka bersama semua kampungkampung yang berada di pedalaman Galela menyebut kampung-kampung mereka dengan
nama soa Morodina (Kata soa adalah sebutan Hoana dalam bahasa Galela). Pada saat ini
secara geografis Hoana Morodina terdiri dari kampung Seki menggunakan dialek bahasa
Galela, Togawa menggunakan dialek campuran bahasa Tobelo, Galela dan Tobaru,
Soakonora menggunakan dialek campuran bahasa Galela dan Tobaru, Kampung Igobula
menggunakan dialek bahasa Galela, kampung Ori menggunakan dialek bahasa Galela,
kampung Soatobaru menggunakan dialek campuran bahasa Galela dan Tobaru, kampung
Dokulamo, Gotalamo dan Ngidiho menggunakan dialek bahasa Galela, kampung Roko
menggunkan dialek campuran bahasa Galela, Loloda dan Tobaru.
j.

HOANA MORODAI
Kata Morodai berarti moro dari matahari terbit atau moro yang berada di bagian Timur (lihat
morodina). Sama dengan hoana mrordina maka hoana morodai juga terbentuk karena
kerajaan Moro yang terbagi dua. Sehingga kekerabatan masyarakat yang berada di pesisir
Galela dengan masyarakat Tobelo pasca rekonsiliasi Tona Malangi membentuk kampungkampung baru di pulau Morotai sebagai wilayah teritori mereka yang kemudian dikenal
dengan sebutan Morodai, karena berdasarkan pengguna dialek kadai (yaitu campuran dialek
bahasa Galela dan Tobelo). System kekerabatan yang telah terbangun ini membuat kelompok
masyarakat yang berasal dari kampung-kampung pesisir Galela bersama-sama dengan orangorang dari Tobelo menggunakan Morotai sebagai batu loncatan untuk mengibarkan panjipanji canga serta ikut juga sebagai pasukan perang kesultanan Ternate dan yang lainnya
sebagai pasukan perang kesultanan Tidore. Sehingga komunitas masyarakat Galela yang
tersebar mulai dari pulau Maorotai pantai Timur dan Selatan Halmahera Bacan, Obi, Seram
Barat sampai ke Seram Timur, Buton, Banggai bahkan sampai ke Filiphina Selatan berasal
dari komunitas kerajaan moro matahari terbit

36

BUKU PUTIH SANITASI HALMAHERA UTARA

(2013)

2.6. Kelembagaan Pemerintah Daerah


Kelembagaan Pemerintah Kabupaten Halmahera Utar dapat dilihat dalam struktur
organisasi, sebagaimana Perda Nomor 8 Tahun 2008 tentang Susunan Organisasi, Tugas Pokok
Dan Fungsi Sekretariat Daerah Dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten
Halmahera Utara, Perda Nomor 9 Tahun 2008 tentang Susunan Organisasi, Tugas Pokok dan
Fungsi Dinas-dinas daerah kabupaten halmahera utara. Perda Nomor 10 Tahun 2008 Tentang
Susunan Organisasi, Tugas Pokok Dan Fungsi Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Halmahera
Utara.
Bagan struktur organisasi perangkat daerah Kabupaten Halmahera Utara yang terlibat
dalam PPSP, selengkapnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini
a. Bagan Struktur Organisasai Bappeda Kab. Halmahera Utara

KEPALA BADAN

SEKRETARIS

KELOMPOK JABATAN
FUNGSIONAL
BAGIAN UMUM DAN
KEPEGAWAIAN

SUB BAGIAN KEUANGAN

SUB BAGIAN PROGRAM,


EVALUASI
& PELAPORAN

BIDANG PERENCANAAN
PEMBANGUNAN DAERAH

BIDANG PENELITIAN &


PENGEMBANGAN

BIDANG
STATISTIK

SUB BIDANG FISIK PRASARANA &


PERENCANAAN TATA RUANG
WILAYAH

SUB BIDANG PEMERINTAHAN &

SUB BIDANG PENDATAAN,

KEUANGAN DAERAH

DOKUMENTASI & ICT

SUB BIDANG
EKONOMI SOSIAL BUDAYA

SUB BIDANG
PEMBANGUNAN

SUB BIDANG NERACA


WILAYAH & ANALISA

37

BUKU PUTIH SANITASI HALMAHERA UTARA

(2013)

b. Bagan Struktur Organisani Dinas Kesehatan Kab. Halmahera Utara

KEPALA DINAS
SEKRETARIS

SUBBAG UMUM &


KEPEGAWAIAN
KELOMPOK JABATAN
FUNGSIONAL
SUBBAG KEUANGAN

SUBBAG
PROGRAM, EVALUASI &
PELAPORAN

BIDANG
PELAYANAN KESEHATAN

BIDANG
PENGENDALIAN MASALAH
KESEHATAN

BIDANG
PENEGEMBANGAN SDM
KESEHATAN

BIDANG
JAMINAN & SARANA
KESEHATAN

SEKSI

SEKSI PENGENDALIAN

SEKSI PEMBERDAYAAN
REG

SEKSI JAMINAN
KESEHAT

KESEHATAN DASAR &


RUJUKAN

PEMBERANTASAN
PENYAKIT

& AKREDITASI

AN & KEFARMASIAN

SEKSI

KESEHATAN KHUSUS

SEKSI KESEHATAN
LINGKUNGAN
WABA & BENCANA

SEKSI SARAN
PERALATAN
KESEHATAN

SEKSI

PENDIDIKAN & LATIHAN

c. Bagan Struktur Organisani Dinas Pekerjaan Umum Kab. Halmahera Utara


KEPALA DINAS

SEKRETARIS

SUBBAG UMUM &


KEPEGAWAIAN
KELOMPOK JABATAN
FUNGSIONAL
SUBBAG KEUANGAN

SUBBAG
PROGRAM, EVALUASI &
PELAPORAN

BIDANG
BINA MARGA

BIDANG
CIPTA KARYA

BIDANG
PENGAIRAN SUMBER
DAYA AIR

BIDANG
TATA RUANG &
PERALATATAN

SEKSI
PELAKSANAAN TATA
RUANG

SEKSI

SEKSI BANGUNAN GEDUNG

SEKSI

JALAN & JEMBATAN

& PERUMAHAN

PENGAIRAN & IRIGASI

SEKSI
OPERASIONAL JALAN &
JEMBATAN

SEKSI AIR BERSIH


& PRASARANA
LINGKUNGAN

SEKSI

SEKSI

PENDIDIKAN & LATIHAN

PERALATAN

38

BUKU PUTIH SANITASI HALMAHERA UTARA

(2013)

d. Bagan Struktur Organisani Dinas Tata Kota & Kebersihan Kab. Halmahera Utara

KEPALA DINAS

SEKRETARIS

KELOMPOK JABATAN
FUNGSIONAL
BAGIAN UMUM DAN
KEPEGAWAIAN

SUB BAGIAN KEUANGAN

SUB BAGIAN PROGRAM,


EVALUASI
& PELAPORAN

BIDANG
PENATAAN KOTA

BIDANG
KEBERSIHAN

BIDANG
PERTAMANAN, PENERANGAN

SEKSI
PERTAMANAN & PENERANGAN
JALAN

SEKSI

SEKSI

TATA BANGUNAN

PENGELOLAAN KEBERSIHAN

SEKSI
TATA PERUMAHAN & REG

SEKSI
TRANSPORTASI & KEBERSIHAN

SEKSI
PENGELOLAAN PEMAKAMAN

e. Bagan Struktur Organisani Badan Lingkungan Hidup Kab. Halmahera Utara

KEPALA BADAN

SEKRETARIS

SUBBAG UMUM &


KEPEGAWAIAN

KELOMPOK JABATAN
FUNGSIONAL
SUBBAG KEUANGAN

SUBBAG
PROGRAM, EVALUASI &
PELAPORAN

BIDANG ANALISIS
DAMPAK
LINGKUNGAN

SUB BIDANG
ANALISA DAMPAK
LINGKUNGAN
SUB BIDANG
PERIZINAN

BIDANG PENGAWASAN,

BIDANG

BIDANG

PEMANTAUAN &
PENGENDALIAN LING

KELEMBAGAAN &
KAPASITAS

PENATAAN HUKUM

SUB BIDANG
PENGENDALIAN
KERUSAKAN &
PENCEMARAN
SUB BIDANG
PEMANTAUAN &
PEMULIHAN KUALITAS
LINGK

PENGEMBANGAN
KELEMBAGAAN

SUB BIDANG
PENYELESAIAN
SENGKETA
LINGKUNGAN

SUB BIDANG

SUB BIDANG

KAPASITAS

PRODUK HUKUM

SUB BIDANG

39

Anda mungkin juga menyukai