(2013)
BAB II
GAMBARAN UMUM WILAYAH
Kabupaten Halmahera Utara diresmikan pada tanggal 31 Mei 2003 berdasarkan UndangUndang No. 1 Tahun 2003 dengan ibu kota terletak di Tobelo yang dibagi menjadi 9 kecamatan
dan 174 Desa.
Selanjutnya berdasarkan PERDA No. 1-2/2006, wilayah kabupaten dimekarkan menjadi
22 kecamatan dan 260 desa. Dan terakhir dengan dibentuknya Kabupaten Pulau Morotai (UU
No.53/2008), wilayah kabupaten menjadi 17 kecamatan dan 196 desa. Secara umum Kabupaten
Halmahera Utara adalah wilayah kepulauan di selatan Samudera Pasifik yang merupakan
konstelasi pulau-pulau besar dan kecil sebanyak 115 pulau.
11
(2013)
Sebelah Selatan :
Sebelah Barat
Sebelah Timur
Jumlah Desa
22
19
11
20
11
10
9
11
13
6
5
6
12
7
9
15
10
196
Luas Wilayah
Persentase
(Km2)
Kecamatan
374,10
111,20
128,80
596,70
135,40
33,0
56,0
100,40
204,30
120,0
294,70
138,70
255,30
84,50
45,50
390,40
63,30
4.951,61
17.555,71
22.507,32
11.94
3.55
4.11
19.05
4.32
1.05
1.79
3.21
6.52
3.83
9.41
4.43
8.15
2.70
1.45
12.46
2.02
13.82
86.18
100,00
12
(2013)
Gambar 2.1
Peta Administratif Kabupaten Halmahera Utara
Topografi Berdasarkan peta eksisting lereng, dapat dilihat bahwa wilayah daratan
Halmahera Utara didominasi oleh lahan dengan kemiringan lereng 0 8 %. Daerah Loloda
Utara dan Galela Utara adalah wilayah yang memiliki lahan dengan kemiringan 26 40 %
terluas dibandingkan dengan wilayah lainnya di daratan Halmahera Utara. Daerah dengan
kemiringan lereng curam yaitu > 40 % tersebar di Sebagian wilayah Galela, Tobelo Utara,
Tobelo dan Tobelo Tengah.
13
(2013)
Gambar 2.2
Peta Kemiringan dan Ketinggian Lereng di Kab. Halmahera Utara
Tanah Regosol terdapat di Kecamatan Loloda Utara, Galela, Kao dan Malifut
(2013)
b) Potensi;
Potensi geologi yang ada di Kabupaten Halmahera Utara antara lain :
(1) Emas terdapat di Loloda Utara, Galela dan Kao
(2) Mangan terdapat di Loloda Utara dan Galela
(3) Nikel terdapat di Galela dan Kao
(4) Pasir besi terdapat di Loloda Utara da Galela
(5) Tembaga terdapat di Loloda Utara dan Galela
(6) Semen terdapat di Galela
(7) Kaolin terdapat di Galela dan
(8) Batubara terdapat di Loloda Utara, Galela, Kao dan Malifut.
Klimatologi, antara lain terdiri dari:
a)
Tipe;
Kabupaten Halmahera Utara merupakan daerah kepulauan yang beriklim Tropis
b)
Curah hujan;
Data curah hujan pada bulan Juni adalah merupakan bulan dengan curah hujan terendah
di tahun 2012 yaitu 3,6 mm dan curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Maret 2012
dengan curah hujan sebesar 553,6 mm. Jumlah hari hujan terendah terjadi pada bulan
Juni, Juli dan Agustus dengan 17 hari hujan, sementara hari hujan terbanyak jatuh pada
bulan Maret dan April dengan jumlah hari hujan sebanyak 25 hari selama satu bulan.
c)
Suhu;
Suhu rata-rata kabupaten Halmahera Utara selama tahun 2012 berkisar antara 21C
26,4C.
d)
Kelembaban
Kelembaban udara rata-rata sesuai dengan data BPS Kabupaten Halmahera Utara pada
tahun 2012 berkisar antara 78% - 119%.
15
(2013)
Tabel 2.2
Temperatur, Penyinaran Matahari dan Tekanan Udara di Kabupaten Halmahera Utara
Tahun 2011
Temperatur
Temperature
(0C)
Rata-Rata
Maks
Average
Max
(2)
(3)
Bulan
Month
(1)
Min
Min
(4)
Penyinaran Matahari
Solar Intencity
(%)
Tekanan Udara
Air Pressure
(mb)
(5)
(6)
Januari
25,8
33,0
20,0
49
1039,4
Februari
23,5
32,4
20,0
40
1006,7
Maret
25,6
32,6
21,0
49
1007,7
April
25,9
32,4
20,2
64
908,3
Mei
26,4
33,4
21,2
53
1008,8
Juni
21,8
32,2
19
43
1008,1
Juli
26
33,2
20
48
1008,0
Agustus
25,8
33,0
19,8
43
1008,0
September
25,9
32,8
19,8
100
1008,0
Oktober
26,0
34,4
18,0
68
1008,0
Nopember
26,3
33,4
20,0
1008,4
Desember
23,5
33,0
21,8
32
1007,8
Sumber
16
(2013)
Tabel 2.3
Curah Hujan, Kelembaban dan Kecepatan Angin
Tahun 2012
Curah Hujan
Bulan
Month
Angin
Hari Hujan
Rains Day
Kapasitas
Capacity
(mm)
Kelembaban Nisbi
Humidity
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
Januari
24
128,2
83
25
110
25
110
Februari
22
459,2
90
20
110
20
110
Maret
25
553,6
89
110
15
270
April
25
209,2
86
12
250
25
290
Mei
16
144,8
119
12
110
15
110
Juni
17
3,6
78
06
060
25
280
Juli
17
12,3
85
06
250
14
240
Agustus
17
133,6
85
06
110
13
290
September
19
225,1
86
06
110
12
290
Oktober
19
225,1
06
110
12
250
Nopember
19
207,7
87
05
280
15
280
Desember
22
500,0
88
08
260
20
260
(1)
Sumber
Kec. RataRata
(Knot)
Arah Terbanyak
Direction
Kec. Max
(Knot)
Arah Kec.
Max
Hidrologi: Kabupaten Halmahera Utara memiliki 61Daerah Aliran Sungai yang terdiri
dari DAS Supu, DAS Melalomo, DAS Lelei, DAS Pusu, DAS Pakawani, DAS Tapi, DAS Pitau,
DAS Saeo, DAS Dodowo, DAS Limau, DAS Tohaki, DAS Togowa, DAS Lututo, DAS Lobe,
DAS Popila, DAS Gorua, DAS Upa, DAS Walaloe, DAS Mawea, DAS Gongamicik, DAS
Tunuo, DAS Boing, DAS Daru, DAS Jati, DAS Soasangaji, DAS Kao, DAS Wangeotak, DAS
Taolas, DAS Domudomu, DAS Tabanoma, DAS Pip, DAS Kosidi, DAS Goluk, DAS Domera,
DAS Lakara, DAS Doman, DAS Ngajam, DAS Asimiro, DAS Dorume, DAS Puru, DAS Doitia,
DAS Satu, DAS Tolalo, DAS Ilafameko, DAS Kamupa, DAS Gisi, DAS Pocao, DAS
Salangadeke, DAS Gandasuli, DAS Dama, DAS Tulunuo, DAS Kokara Besar, DAS Tagalaya,
DAS Miti, DAS Magalinu, DAS Gomolamo, DAS Ngolo, DAS Loloda, DAS Tosomolo, DAS
Kahatola, dan DAS Bobale.
17
(2013)
2.2. Demografi
Penduduk merupakan sumberdaya yang potensial dalam proses pembangunan suatu
bangsa. Hal ini dapat terjadi bila jumlah penduduk yang besar dapat dikembangkan sebagai
tenaga kerja yang produktif sehingga berfungsi sebagai pengelola sumber daya alam. Namun
penduduk yang besar juga dapat menimbulkan permasalahan sosial dalam proses pembangunan
itu sendiri seperti pengangguran, kemiskinan dan sebagainya, bila potensi itu sendiri tidak
mendapat perhatian dan penanganan yang serius.
Demografi merupakan gambaran ringkas kondisi kependudukan di tingkat kecamatan,
Rumus untuk menghitung proyeksi penduduk 5 tahun:
Pt = Po (1 + r )t
Keterangan:
Pt = jumlah penduduk pada tahun t (2017).
Po = jumlah penduduk pada tahun awal (2012)
r = angka pertumbuhan penduduk
t = waktu (5)
18
(2013)
Tabel 2.4
Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kab. Halmahera Utara
Tahun 2008 - 2012
NO
KECAMATAN
JUMLAH
DESA
JUMLAH PENDUDUK
2008*
2009*
2010
2011
2012
KEPADATAN
PENDUDUK
(JIWA/Km2)
2012
TOBELO
10
29.377
30.036
33.564
1.017
TOBELO UTARA
10
9.714
9.932
10.895
109
TOBELO TENGAH
12.543
12.824
12.704
227
TOBELO SELATAN
13
13.054
13.347
13.499
66
TOBELO TIMUR
6.283
6.424
5.901
49
TOBELO BARAT
4.358
4.456
4.874
17
GALELA
7.390
7.556
7.844
57
GALELA SELATAN
7.491
7.659
7.732
92
GALELA BARAT
9.283
9.491
8.175
180
10
GALELA UTARA
12
7.053
7.211
7.502
29
11
LOLODA UTARA
18
8.627
8.821
9.673
25
12
LOLODA KEP.
10
5.964
6.098
8.682
137
13
KAO
14
7.513
7.682
8.436
76
14
KAO UTARA
12
10.509
10.745
10.564
82
15
KAO BARAT
21
8.092
8.274
8.678
15
16
KAO TELUK
11
3.590
3.670
4.370
32
17
MALIFUT
22
11.006
11.253
9.559
26
161.847
165.479
172.652
55
JUMLAH
196
170.061
170.061
179.366
179.366
Ket: 2008 & 2009 * Kabupaten Morotai Masih Bergabung dengan Kab. Halmahera Utara
19
(2013)
Tabel 2.5
Proyeksi Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kab. Halmahera Utara
Tahun 2013 - 2017
NO
KECAMATAN
JUMLAH
DESA
PROYEKSI PENDUDUK
2013
2014
2015
2016
2017
KEPADATAN
PENDUDUK
(JIWA/Km2)
2012
TOBELO
10
34.571
35.578
36.585
37.760
38.934
1.180
TOBELO UTARA
10
11.222
11.549
11.876
12.257
12.638
126
TOBELO TENGAH
13.085
13.466
13.847
14.292
14.737
263
TOBELO SELATAN
13
13.904
14.309
14.714
15.186
15.659
77
TOBELO TIMUR
6.078
6.255
6.432
6.639
6.845
57
TOBELO BARAT
5.020
5.166
5.313
5.483
5.654
19
GALELA
8.079
8.315
8.550
8.825
9.099
66
GALELA SELATAN
7.964
8.196
8.428
8.699
8.969
106
GALELA BARAT
8.420
8.666
8.911
9.197
9.483
208
10
GALELA UTARA
12
7.727
7.952
8.177
8.440
8.702
34
11
LOLODA UTARA
18
9.963
10.253
10.544
10.882
11.221
29
12
LOLODA
KEPULAUAN
10
8.942
9.203
13
KAO
14
8.689
8.942
14
KAO UTARA
12
10.881
11.198
15
KAO BARAT
21
8.938
9.199
16
KAO TELUK
11
4.501
4.632
17
MALIFUT
22
9.846
10.133
196
177.832
183.011
JUMLAH
9.463
9.767
10.071
159
9.195
9.491
9.786
88
11.515
11.885
12.254
95
9.459
9.763
10.066
17
4.763
4.916
5.069
37
10.419
10.754
11.088
30
188.191
194.234
200.276
64
20
(2013)
Pendapatan Negara yang tidak merata antar Pemerintah Daerah. Pemusatan penerimaan
Pendapatan Negara pada Pemerintah Pusat secara inheren akan menimbulkan ketimpangan
fiskal secara vertikal antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah yang menghasilkan
Sumber Penerimaan Negara.
Pemerintah Pusat menyerahkan sebagian urusan pengelolaan Pendapatan Negara
kepada Pemerintah Daerah, dengan memberikan kewenangan untuk mengelola Pendapatan
negara dalam bentuk memungut Pajak dan Retribusi yang disebut dengan Pendapatan Asli
Daerah (PAD). Basis Pajak Daerah yang diberikan berdasarkan peraturan perundangan
undangan yang berlaku, dengan tidak memberikan ruang untuk dilakukan suatu perluasan Basis
Pajak Daerah. Perluasan basis pemungutan Retribusi Daerah dimungkinkan oleh Pemerintah,
akan tetapi hal tersebut dapat menimbulkan hambatan berupa ekonomi biaya tinggi serta
eksploitasi terhadap sistem pelayanan. Akan menjadi suatu hal yang kontraproduktif jika
peningkatan investasi daerah akan menimbulkan beban sosial yang tinggi, apabila fungsi
restribusi daerah untuk mengatur kerusakan lingkungan serta peningkatan pelayanan umum
dikalahkan oleh kepentingan untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Berdasarkan hal tersebut, maka azas umum dalam menyusun APBD yang ditentukan
oleh peraturan perundangan - undangan selalu menekankan bahwa Belanja Daerah disusun
dengan memperhatikan kemampuan Pendapatan Daerah atau harus didukung dengan adanya
kepastian ketersediaan penerimaan daerah dalam jumlah yang cukup. Berdasarkan kondisi
inilah Kerangka Anggaran Pembangunan Daerah dibangun, dimana Pemerintah Daerah
memiliki otonomi yang luas dalam menyusun rencana kinerja yang akan menimbulkan Belanja
Daerah dengan tetap memperhatikan kemampuan Pendapatan Daerah.
Keterbatasan kemampuan Pendapatan Daerah akan menimbulkan permasalahan dalam
proses mengalokasikan belanja daerah pada program dan kegiatan yang layak. Berdasarkan
prinsip value for money system, maka alokasi belanja akan diberikan pada program dan
21
(2013)
kegiatan yang akan mendukung pencapaian target kinerja, karena sudah memiliki indikator
kinerja dengan target yang terukur.
Arah Kebijakan Pendapatan Daerah
Pemerintah Daerah menetapkan kebijakan pendapatan yang akan ditempuh, yaitu sebagai
berikut :
Intensifikasi dan Ekstensifikasi Pendapatan Asli Daerah;
Implementasi Undang-Undang Nomor : 28 tahun 2009 tentang Pajak dan Retribusi
Daerah;
Mendorong partisipasi masyarakat dalam pencapaian target Pendapatan Daerah melalui
kesadaran dan tanggung jawab membayar Pajak Daerah dan Retribusi Daerah;
Mendorong peningkatan Investasi sumberdaya alam pada sektor Pertambangan , Pertanian
dan Perikanan;
Validasi Data untuk proses bargaining DAU, DAK dan Sumber Dana lainnya;
Membangun kemitraan dengan Pihak Ketiga untuk memberikan kontribusi berupa
Sumbangan Sukarela tanpa tekanan.
22
(2013)
Tabel 2.6
Rekapitulasi Realisasi APBD Tahun 2010-2013
Kabupaten Halmahera Utara
No
Anggaran
2010
2011
2012
2013
(a)
(b)
(c)
(d)
(e)
(f)
A.
Pendapatan
Rp 67.053.727.758
Rp 115.917.369.500
Rp 155.413.393.565
Rp 126.422.969.200
Rp 293.194.351.700
Rp 381.307.900.000
Rp 423.645.221.000
Rp 490.221.021.000
Rp 2.141.200.000
Rp 37.420.946.924
Rp 14.190.500.924
Rp 28.245.705.343
Rp 362.389.279.458
Rp 534.646.216.424
Rp 593.249.115.489
Rp 644.889.695.543
Jumlah Pendapatan
B.
Belanja
Rp 205.206.231.520
Rp 203.250.101.976
Rp 226.383.348.143
Rp 241.474.888.476
Belanja Langsung
Rp 175.657.621.507
Rp 349.039.729.141
Rp 406.057.503.204
Rp 404.714.555.529
Jumlah Belanja
Rp 380.863.853.027
Rp 552.289.831.118
Rp 632.440.851.347
Rp 646.189.444.005
Surplus/Defisit Anggaran
Rp (18.474.573.569)
Rp (17.643.614.694)
Rp (39.191.735.858)
Rp (1.229.748.462)
Tabel 2.7
Rekapitulasi Belanja Sanitasi Per SKPD Tahun 2009-2013
Kabupaten Halmahera Utara
NO
TAHUN (Rp)
SKPD
2009
Dinas PU
2
3
Dinas Kesehatan
Dinas Tatakota
& Kebersihan
BLH
BAPPEDA
Jumlah Belanja
Jumlah Total
APBD
Proporsi Belanja
Sanitasi
2010
2011
2012
2013
4.405.760.472
798.600.000
4.575.578.000
3.701.010.000
5.579.592.000
28.130.000
21.800.000
213.000.000
161.222.000
189.342.000
1.152.552.000
1.025.660.000
3.302.780.000
2.935.440.000
4.884.756.000
1.578.582.500
1.384.738.200
1.500.108.600
1.717.654.500
304.194.000
329.925.000
7.165.024.972
3.230.798.200
9.591.466.600
8.515.326.500
11.287.809.000
452.479.775.901
380.863.853.027
552.289.831.118
631.050.524.347
646.189.444.005
1,58
0,85
1,74
1,35
1,75
23
(2013)
Tabel 2.8
Rekapitulasi Belanja Sanitasi Per Satuan Penduduk Tahun 2009-2013
Kabupaten Halmahera Utara
NO
1
2
3
TAHUN
DESKRIPSI
Belanja Modal Sanitasi
(Rp)
Jumlah Penduduk
(Jiwa)
Belanja Modal Sanitasi
Per Pendududuk (Rp)
2009
2010
2011
2012
2013
7.165.024.972
3.230.798.200
9.591.466.600
8.515.326.500
11.287.809.000
179.366
161.847
165.479
172.652
177.832
39.946
19.962
57.962
49.321
63.475
24
(2013)
Tabel 2.9a
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Manurut Lapangan Usaha
Atas Dasar Harga Konstan
Kabupaten Halmahera Utara (Jutaan Rp)
Tahun 2008 - 2012
TAHUN
Sektor/Lapangan
Usaha
2008
2009
1.
Pertanian
135.650
149.830
2.
Pertambangan
dan Penggalian
18.329
Industri
Pengolahan
No.
2011
2012*
166.730
180.059
196.959
16.011
17.528
18.823
20.118
66.981
67.389
68.211
71.682
75.153
1.031
1.122
1.211
1.304
1.397
Konstruksi
2.768
2.696
2.899
3.266
3.633
Perdagangan ,
Hotel dan
Restoran
69.369
75.527
79.907
87.034
94.161
Pengangkutan
dan Komunikasi
23.629
26.622
28.063
30.440
32.817
Keuangan,
Persewaan & Jasa
Perusahaan
10.294
11.630
12.782
13.901
15.020
9.
Jasa-Jasa
16.218
18.003
19.516
20.972
22.428
344.269
368.830
396.847
427.485
461.686
PDRB
2010
25
(2013)
Tabel 2.9.b
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Manurut Lapangan Usaha
Atas Dasar Harga Berlaku
Kabupaten Halmahera Utara (Jutaan Rp)
Tahun 2008 - 2012
No.
Sektor/Lapangan
Usaha
TAHUN
2008
2009
2010
2011
2012*
215.107,45
261.950,71
322.835,55
370.559,46
418.283,37
1.
Pertanian
2.
Pertambangan dan
Penggalian
28.992,62
35.954,72
53.172,52
60.988,89
68.805,26
Industri Pengolahan
87.172,54
117.021,28
123.228,33
134.881,34
146.534,35
2.410,97
2.989,68
3.962,56
4.383,38
4.804,20
Konstruksi
4.779,01
6.532,84
10.129,33
12.612,44
15.095,55
Perdagangan , Hotel
dan Restoran
91.222,63
125.387,38
145.845,30
165.614,55
185.383,80
46.552,03
54.645,62
71.257,65
80.599,46
89.941,27
15.938,24
21.374,58
28.550,20
32.311,48
36.072,76
22.080,85
29.688,19
35.732,16
39.671,78
43.611,40
514.256,34
655.545,00
794.714
901.623
1.008.532
7
8
9.
Pengangkutan dan
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan & Jasa
Perusahaan
Jasa-Jasa
PDRB
RTRW Kabupaten Halmahera Utara yang ada saat ini, merupakan review RTRW tahun
2006 yang disesuaikan berdasarkan Undang-undang No. 26 Tahun 2007 dan telah ditetapkan
lewat PERDA RTRW Kab.Halmahera Utara Nomor: 09 Tahun 2012
Dalam rencana tata ruang wilayah nasional, sistem perkotaan merupakan rencana susunan
kota dan kawasan perkotaan dalam suatu wilayah yang menunjukkan keterkaitan fungsi secara
serasi yang membentuk hirarki pelayanan sebagai Pusat Kegiayan Nasional (PKN), Pusat
Kegiatan Wilayah (PKW), Pusat Kegiatan Lokal (PKL) dan Pusat Kegiatan Strategis Nasional
(PKSN).
Dalam RTRW Provinsi, kota yang dikembangkan sebagai PKW di Kabupaten Halmahera
Utara yaitu Kota Tobelo yang berada pada gugus pulau wilayah pengembangan 3 (tiga). Ibukota
26
(2013)
kabupaten tersebut berperan sebagai daerah perkotaan yang mempunyai wilayah pelayanan
mencakup beberapa kawasan. Kebijakan pengembangan PKW meliputi:
(1) Penyediaaan prasarana perkotaan dengan pendekatan program pembangunan prasarana kota
terpadu;
(2) Peningkatan aksesibilitas ke wilayah belakang yang dilayaninya melalui pengembangan
jaringan jalan darat, laut dan udara;
(3) Peningkatan aksesibilitas ke wilayah regional, nasional maupun internasional yang dilayani
melalui pengembangan jaringan transportasi laut dan udara, khususnya bagi pusat-pusat
pengembangan wilayah di masing-masing Gugus Pulau yang berfungsi sebagai Pintu Jamak
(Multy Gate);
(4) Penataan ruang kota melalui perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian tata ruang kota yang
berbasis mitigasi bencana.
efisien
dalam
pengelolaan
dengan
mempertimbangkan
prinsip-prinsip
kualitas
dan
jangkauan
pelayanan
jaringan
prasarana
transportasi,
telekomunikasi, energi, dan sumber daya air yang terpadu dan merata di seluruh wilayah;
c. pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi lingkungan hidup;
d. pengembangan dan perwujudan kegiatan budidaya unggulan (pertanian, pertambangan dan
kelautan) yang secara optimal mampu meningkatkan perekonomian Kabupaten dengan
tetap memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan; dan
e. peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara.
27
(2013)
28
(2013)
29
(2013)
30
(2013)
NEGERI
SWASTA
SD
MI
MA
SMK
Kesehatan
Pembangunan kesehatan sebagai bagian integral dari Pembangunan Nasional bertujuan untuk
mencapai kemampuan hidup sehat bagi penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan
masyarakat yang optimal.Upaya penyediaan sarana dan prasarana kesehatan merupakan
kebutuhan mendasar dalam peningkatan taraf kesehatan masyarakat.
Jumlah fasilitas kesehatan di Kabupaten Halmahera Utara sebagaimana sampai dengan tahun
2012 sebagaimana tabel berikut:
Tabel 2.9b
Jumlah Fasilitas Kesehatan di Kab. Halmahera Utara
Puskesmas
Tahun
Rumah Sakit
Rawat Jalan
Rawat
Inap
Puskesmas
Pembantu
Polindes
Pusling
2005
31
18
90
2006
37
18
90
2007
39
18
125
2008
10
39
20
125
2009
12
39
22
105
2010
15
39
26
105
2011
15
39
28
112
2112
13
39
37
112
31
(2013)
sebanyak 3.867 KK atau sebesar 9,12 % persen . Sedang kondisi rumah masyarakat miskin
berjumlah 3.567 buah rumah, Jumlah KK miskin dan kondisi rumah disajikan pada table 2.10
berikut ini.
Tabel 2.10
Jumlah Fasilitas Kesehatan di Kab. Halmahera Utara
No
Nama Kec.
Jumlah
Jumlah
Jumlah
KK
KK Miskin
Rumah
Prosentase KK
Miskin
KK Miskin
1.
Kao Teluk
1,144
91
89
7.95
2.
Malifut
2,587
665
233
25.71
3.
Kao
2,14
240
240
11.21
4.
Kao Barat
2,037
226
221
11.09
5.
Kao Utara
2,767
289
268
10.44
6.
Tobelo Barat
1,441
242
212
16.79
7.
Tobelo Timur
1,559
269
253
17.25
8.
Tobelo Selatan
3,408
213
208
6.25
9.
Tobelo Tengah
3,045
107
103
3.51
10.
Tobelo
7,664
247
225
3.22
11.
Tobelo Utara
2,66
133
122
5.00
12.
Galela
1,633
114
114
6.98
13.
Galela Selatan
1,776
111
111
6.25
14.
Galela Barat
2,206
136
136
6.17
15.
Galela Utara
1,995
339
339
16.99
16.
Loloda Utara
2,46
414
414
16.83
17.
Loloda Kep.
1,871
278
279
14.86
42,393
3,867
3,567
9.12
JUMLAH
Budaya
Secara administrasi, sentra sepuluh hoana saat ini berada di Kabupaten Halmahera Utara
yaitu mulai dari Teluk Kao sampai Loloda Kepulauan,Penyebaran sepuluh hoana ini sebagai
berikut:
a. HOANA MODOLE
Kata Modole berasal dari induk bahasa Tobelo yang diesbut madoolenge yang artinya
buah yang matang di pohon atau yang tertua dari sebuah kumpulan. Sehingga Hoana Modole
disebut juga sebagai hoana tertua yang tetap memilih tinggal disekitar Talaga Lina dan hanya
sedikit saja yang bermigrasi ke bagian Tengah dan Selatan Halmahera. Hoana Modole juga
32
(2013)
dikenal sebagai komunitas yang menggunakan bahasa dengan dialek sendiri yang belum
bercampur dengan dialek bahasa lain. Sehingga dialek mereka disebut dengan dialek Modole.
Secara geografis hoana Modole berada di wilayah Kao Barat. Dan saat ini tersebar di
kampung Leleseng, Soa Sangaji, Soa Hukum, Tuguis, Parseba, Soamaetek, Pitago, Bailengit
dan Kai. Namun pengguna bahasa Modole juga ditemukan di beberapa kampung Selatan Kao
Barat seperti Tolabit, Toliwang, Popon, Ngoali, Momodang, dan Gagaapok walaupun
dikampung-kampung ini dialek bahasa Modelenya sudah sedikit bercampur dengan dialek
bahasa Tobaru dan Pagu. Masih juga ditemukan pengguna dialek bahasa Modole di
pedalaman Halmahera Tengah, yakni di wilayah Ake Tayawi dan Payahe.
b. HOANA PAGU
Kata Pagu berasal dari dialek induk bahasa Pagu yang disebut ya paga artinya
membatasi. Sehingga bisa disebut juga hoana Pagu adalah hoana pembatas. Dalam berbagai
penuturan lisan dari orang-orang yang berada di kampung-kampung Kao Selatan sampai
dengan Teluk Dalam, tepatnya di kampung Pasir Putih, mengatakan bahwa komunitas
masyarakat yang secara geografis mendiami wilayah Kao Teluk dan sebagian Kao BaratSelatan mengakui bahwa wilayah yang mereka tempati pertama kali disebut sebagai wilayah
dari Sangaji yang bernama Pagu. Sehingga dialek bahasa yang berada di wilayah Sangaji
Pagu terdiri dari berbagai macam dialek sesuai dengan asal-usul komunitas masyarakat
kampung-kampung tersebut. Misalnya, Kampung Pasir Putih dan Tetewang mereka
menggunakan dialek bahasa Tobelo, karena asal-usulnya berasal dari salah satu hoana
Tobelo yaitu hoana Boeng. Kemudian kampung Bobane Igo, Dodinga dan Boso
menggunakan diaelek bahasa campuran dari bahasa Tobelo, Galela, Ternate, Tidore, bahkan
bercampur dengan bahasa Papua, Buton, China dan Arab yang dikenal dengan sebutan bahasa
Gorap. Saat ini wilayah Hoana Pagu dapat dikatakan mulai dari Gol-Gol, Dim-Dim, Gayok,
Wangeotak, Sosol, Tomabaru menggunakan dialek bahasa Pagu, Ngai Madodera dan Tabobo
menggunakan dialek campuran bahasa Galela dan Pagu, Dum-Dum menggunakan dialek
campuran bahasa Galela, Tobelo dan Pagu, Akelamo dan Ake Sahu menggunakan dialek
campuran bahasa Tobelo, Galela, Pagu dan Ternate. Secara admistrasi saat ini hoana Pagu
berada di wilayah Kecamatan Malifut dan Kao Teluk.
c.
HOANA BOENG
Kata Boeng berasal dari induk bahasa Tobelo yaitu boenge (boenge oko/bianga ika)
artinya menghadap ke arah laut. Hoana boeng adalah komunitas kaum Tobelo yang berada di
wilayah pesisir. Komunitas yang kemudian dikenal dengan sebutan hoana Boeng adalah
komunitas kaum Tobelo yang berada di wilayah pesisir yang dalam sejarahnya mereka
menguasai dunia maritim dan lebih banyak melakukan pelayaran membawa panji-panji
canga dari Tobelo menembus samudra. Tersebutlah kampung-kampung hoana Boeng mulai
dari pesisr Wasile, Teluk Maba-Buli, Teluk Weda sampai jazirah Gane Timur, Pulau Bacan
dan Obi, Pulau Mangoli dan Taliabo, Seram Barat sampai ke Timur, Kepulauan Raja Ampat
di Papua, Buton dan Banggai di Sulawesi, sampai di Davao Philipina Selatan bahkan
Madagaskar di Afrika Selatan. Semua kampung-kampung yang menjadi wilayah hoana
Boeng menggunakan dialek boeng (campuran bahasa Tobelo dengan bahasa suku lain yang
berada di tempat tersebut). Saat ini sentra hoana boeng di Halmahera Utara berada di pesisir
Kao bagian Utara mulai dari Kampung Biang sampai kampung Dowongi Maiti dengan
memnggunakan dialek bahasa Tobelo.
33
(2013)
d. HOANA TOWILIKO
Towiliko berasal dari kata induk bahasa Tobelo yang artinya saling mengikat. Kata
Towiliko sendiri pertama kali disebut pada saat Sangaji Kao bersama tokoh-tokoh masyarakat
beberapa kampung sepakat bersama melawan penjajah Jepang. Perlawanan yang heroik itu
mengakibatkan tewasnya beberapa tokoh pejuang lintas agama. Sejak saat itu kekerabatan
kampung-kampung tersebut sepakat dengan sebutan hoana Towiliko. Yang merupakan bagian
dari wilayah hoana Pagu, hoana Modole dan hoana Boeng yang secara administrasi sentranya
ada di Kao. Saat ini penyebaran hoana Towiliko meliputi kampung Patang menggunakan
dialek bahasa Tobelo dan Modole, Kukumutuk menggunakan dialek bahasa Modole, Sasur
menggunakan dialek campuran bahasa Pagu, Tobelo dan Modole, Kusu menggunakan dialek
bahasa Tobelo, Jati menggunakan dialek Kao (campuran bahasa Tobelo dan Ternate).
e.
HOANA LINA
Lina adalah nama kampung awal di Talaga Lina yang berada di Tobelo dalam, merupakan
pemukiman awal dari kampung-kampung Tobelo yang dikenal dengan nama hoana ngimoi
(sepuluh hoana). Sejak di pemukiman awal kampung Lina mempunyai tugas dalam
kekerabatan kampung-kampung Tobelo di Talaga Lina sebagai hoana magogoana (penjaga
kawasan), tugas ini diemban karena orang-orang dari kampung Lina secara turun-temurun
bertugas sebagai pengaman teritori dari kampung-kampung yang tersebar di Talaga Lina. Di
kampung Lina juga menjadi tempat dilatihnya para muda kaum Tobelo untuk berburu dan
berperang melawan musuh. Hoana Lina terbentuk ketika masyarakat kampung Lina eksodus
secara bergelombang keluar dari Talaga Lina dan menempati kampung-kampung di pesisir
Tobelo Timur samapi Tobelo Utara. Saat ini kampung-kampung hoana Lina mulai dari Paca,
Leleoto, Yaro, Mawea, Meti, Katana, Gonga dan Pitu yang menggunakan dialek bahasa
Tobelo. Tobe, Talaga Paca, Birinoa, Kusuri, Wangongira dan Wateto menggunakan dialek
campuran bahasa Tobelo dan Modole.
f.
HOANA HUBOTA
Kata Huboto berasal dari induk bahasa Tobelo yaitu hibootoka artinya sudah menyelesaikan
pekerjaan. Hoana Huboto berasal dari beberapa kelompok marga yang berada di sekitar
kampung-kampung rimba Talaga Lina dengan tugas yang diemban sebagai o wowango
madoya atau mengurus kesejahteraan. Karena kebiasaan orang Huboto dengan bercocok
tanam sehingga penyebarannya menembus hutan-hutan di Talaga Lina sampai ke pesisir
bahkan mengikuti jejak orang-orang dari hoana boeng untuk mengibarkan panji-panji kaum
canga dan bercocok tanam di tempat-tempat yang baru didiami. Orang hubuto juga dikenal
sebagai penyedia logistik dalam pertarungan kaum canga di samudra. Dalam pembagian tugas
orang huboto juga mengurus soal kesejahteraan bersama. Sebut saja kampung-kampung
hoana huboto yakni mulai dari kampung Pintatu, Ekor, Minamin, Saolat, Waijoi, Loleba, dan
Wasile sebagai kawasan yang subur untuk bercocok tanam. Orang huboto juga bertualang
menembus gelombang dan berdiam di Pulau Bacan dan Mandioli serta Pulau Obi. Sebagian
lagi bermukim di Pulau Morotai bagian Selatan (Sabatai, Wawama, Juanga dan Pandanga).
Saat ini secara adminstrasi setra hoana huboto berada di Tobelo yaitu kampung Wosia, Upa,
Gamhoku, Efi-Efi, Tomahalu, Kupa-Kupa dan Pulau Tagalaya yang menggunakan dialek
bahasa Tobelo.
g.
HOANA MUMULATI
Mumulati adalah sebutan untuk pemukiman yang menjadi pusat kampung-kampung Tobelo
di Talaga Lina. Orang Mumulati juga merupakan campuran dari orang-orang yang berasal
34
(2013)
dari kampung Lina dan pulau Gura yang berada di tengah-tengah Talaga Lina. Kebiasaan
orang Mumulati untuk berkomunikasi dengan para pendatang seperti pedagang dari China
dan Arab membuat orang Mumulati lebih menguasai system kekerabatan serta mengatur
pemerintahan bersama (yo popareta ino). Hoana Mumulati terbentuk setelah masyarakatnya
keluar dari Talaga Lina dan menempati pesisir pantai Tobelo. Kemampuan berkomunikasi
yang dimiliki oleh orang Mumulati membuat mereka menjadi mediator pasca perang saudara
antara orang Tobelo dan orang Galela yang dikenal dengan rekonsiliasi tragedi Tona
Malangi. Sampai saat ini penyebaran hoana Mumulati berada di kampung-kampung mulai
dari Gamsungi dan Gosoma di pusat kota Tobelo yang menggunakan dialek bahasa Tobelo,
Pulau Tolonou, Gorua, Popilo, Mede, Ruko dan Luari menggunakan diaelek campuran bahasa
Tobelo dan Galela, karena merupakan penjaga kawasan rekonsiliasi pasca tragedi Tona
Malangi. Dalam berbagai penuturan lisan menyebut bahwa hoana Mumulati tersebar juga
sampai ke semenanjung Halmahera Selatan-Barat Pulau Bacan dan Obi, mereka selalu
menyebut dengan nama orang Tobelo-Galela. Orang Mumulati juga dalam sejarah perang
kesultanan Ternate dan Tidore berada di armada laut sampai ke kepulauan Sula, Mangole
dan Taliabo.
h. HOANA GURA
Sebutan Gura identik dengan nama Pulau yang berada di tengah-tengah Talaga Lina. Hoana
Gura mempunyai tugas sebagai o niata mangale yaitu melakukan berbagai ritual sesuai
dengan kepercayaan orang Tobelo pada waktu berada di kampung-kampung awal Talaga
Lina. Seperti ritual gomatere, untuk membuka lahan kebun, panen, membangun rumah
sampai pada situasi perang. Kemampuan spiritual dari orang-orang hoana Gura juga selalu
membaca tanda-tanda alam seperti musim hujan, kemarau dan bencana lainnya. Hal ini dapat
dibuktikan ketika sebelum terjadi gempa tektonik yang menegelamkan pulau Gura, beberapa
saat sebelumnya, orang-orang dari pulau Gura telah berpindah ke sebuah tempat dekat talaga
Lina yang namanya Kanaba. Di Kanaba itulah dikenal sebagai tempat transit orang-orang dari
hoana Gura dan melanjutkan perjalanan mereka ke pesisir Utara setelah menyaksikan pulau
Gura Tenggelam karena gempa. Kemudian mereka menuju ke pesisir Utara dan menempati
atau berdiam di beberapa Pulau di depan Tobelo. Kemampuan berkomunikasi secara spiritual
meyakinkan semangat juang orang-orang hoana Gura bahwa di manapun mereka berada
selalu di bawa lindungan Juo Madutu. Spirit ini yang membuat hoana Gura bertualang
menuju libuku iata (empat penjuru bumi) mereka juga bermukim diberbagai pulau bersamasama dengan kaum Tobelo lainnya
i.
HOANA MORODINA
Kata Morodina berasal dari induk bahasa Galela yaitu moro dan kadina. Moro adalah sebutan
orang-orang Portugis terhadap kerajaan yang ada di Halmahera Utara tepatnya di Mamuya,
Tolo dan Mede sedangkan kadina adalah sebutan untuk menunjukan arah matahari terbenam
atau bagian Barat. Hal ini berkaitan besar dengan pengelompokan masyarakat yang
disebabkan oleh pengaruh kesultanan Ternate dan kesultanan Tidore yang pada saat itu ingin
merebut wilayah di Halmahera Utara dengan membangun kekuatan bersama didukung oleh
Portugis dan Spanyol. Di mana wilayah Galela serta sebagian Loloda dan Tobaru berada di
bawah pengaruh kesultanan Ternate yang membangun kekuatan dengan Portugis. Sehingga
dalam versi yang lain disebut juga bahwa wilayah ini dengan nama Morotia. Namun secara
tradisi lisan dan peneturan sumber-sumber lokal bahwa komunitas masyarakat Galela sendiri
terbagi dalam dua kelompok besar berdasarkan dialek induk bahasa Galela. Kampungkampung awal yang berada di Galela terdiri dari sepuluh komunitas yang disebut dengan
35
(2013)
nama soa mogiowo, masing-masing Pune, Towara, Barataku, Toweka, Togawa, Igobula, Ori,
Liate, Ngidiho dan Limau. Dari sisi dialek bahasa, maka kampung Togawa, Igobula, Ori,
Liate, dan Ngidiho yang berada di pedalaman menggunakan dialek bahasa Galela dan bahasa
Tobaru sehingga percampuran dialek bahasa ini disebut dengan dialek kadina. Setelah
penjajah Belanda masuk di wilayah Halmahera Utara di mana Portugis dan Spanyol telah
menuju ke Ambon, maka kekerabatan masyarakat yang telah terbagi dari kerajaan Moro tetap
mempertahankan system kekerabatannya dengan orang-orang Tobaru dan Loloda. Sehingaa
dialek kadinanya membuat perbedaan sangat jelas dengan pengguna dialek lain yang berada
di pesisir Galela. Hal inilah yang memperkuat sehingga keberadaan mereka identik dengan
Morodina. Sebutan morodina memperjelaskan kepada Belanda dan dunia luar bahwa system
kekerabatan yang telah terbangun akan tarsus dipertahankan dengan membuka atau
membangun kampung-kampung baru yang terdiri dari orang-orang Tobaru, Gamkonora dan
Loloda dalam. Dengan demikian maka atas kesepakatan mereka bersama semua kampungkampung yang berada di pedalaman Galela menyebut kampung-kampung mereka dengan
nama soa Morodina (Kata soa adalah sebutan Hoana dalam bahasa Galela). Pada saat ini
secara geografis Hoana Morodina terdiri dari kampung Seki menggunakan dialek bahasa
Galela, Togawa menggunakan dialek campuran bahasa Tobelo, Galela dan Tobaru,
Soakonora menggunakan dialek campuran bahasa Galela dan Tobaru, Kampung Igobula
menggunakan dialek bahasa Galela, kampung Ori menggunakan dialek bahasa Galela,
kampung Soatobaru menggunakan dialek campuran bahasa Galela dan Tobaru, kampung
Dokulamo, Gotalamo dan Ngidiho menggunakan dialek bahasa Galela, kampung Roko
menggunkan dialek campuran bahasa Galela, Loloda dan Tobaru.
j.
HOANA MORODAI
Kata Morodai berarti moro dari matahari terbit atau moro yang berada di bagian Timur (lihat
morodina). Sama dengan hoana mrordina maka hoana morodai juga terbentuk karena
kerajaan Moro yang terbagi dua. Sehingga kekerabatan masyarakat yang berada di pesisir
Galela dengan masyarakat Tobelo pasca rekonsiliasi Tona Malangi membentuk kampungkampung baru di pulau Morotai sebagai wilayah teritori mereka yang kemudian dikenal
dengan sebutan Morodai, karena berdasarkan pengguna dialek kadai (yaitu campuran dialek
bahasa Galela dan Tobelo). System kekerabatan yang telah terbangun ini membuat kelompok
masyarakat yang berasal dari kampung-kampung pesisir Galela bersama-sama dengan orangorang dari Tobelo menggunakan Morotai sebagai batu loncatan untuk mengibarkan panjipanji canga serta ikut juga sebagai pasukan perang kesultanan Ternate dan yang lainnya
sebagai pasukan perang kesultanan Tidore. Sehingga komunitas masyarakat Galela yang
tersebar mulai dari pulau Maorotai pantai Timur dan Selatan Halmahera Bacan, Obi, Seram
Barat sampai ke Seram Timur, Buton, Banggai bahkan sampai ke Filiphina Selatan berasal
dari komunitas kerajaan moro matahari terbit
36
(2013)
KEPALA BADAN
SEKRETARIS
KELOMPOK JABATAN
FUNGSIONAL
BAGIAN UMUM DAN
KEPEGAWAIAN
BIDANG PERENCANAAN
PEMBANGUNAN DAERAH
BIDANG
STATISTIK
KEUANGAN DAERAH
SUB BIDANG
EKONOMI SOSIAL BUDAYA
SUB BIDANG
PEMBANGUNAN
37
(2013)
KEPALA DINAS
SEKRETARIS
SUBBAG
PROGRAM, EVALUASI &
PELAPORAN
BIDANG
PELAYANAN KESEHATAN
BIDANG
PENGENDALIAN MASALAH
KESEHATAN
BIDANG
PENEGEMBANGAN SDM
KESEHATAN
BIDANG
JAMINAN & SARANA
KESEHATAN
SEKSI
SEKSI PENGENDALIAN
SEKSI PEMBERDAYAAN
REG
SEKSI JAMINAN
KESEHAT
PEMBERANTASAN
PENYAKIT
& AKREDITASI
AN & KEFARMASIAN
SEKSI
KESEHATAN KHUSUS
SEKSI KESEHATAN
LINGKUNGAN
WABA & BENCANA
SEKSI SARAN
PERALATAN
KESEHATAN
SEKSI
SEKRETARIS
SUBBAG
PROGRAM, EVALUASI &
PELAPORAN
BIDANG
BINA MARGA
BIDANG
CIPTA KARYA
BIDANG
PENGAIRAN SUMBER
DAYA AIR
BIDANG
TATA RUANG &
PERALATATAN
SEKSI
PELAKSANAAN TATA
RUANG
SEKSI
SEKSI
& PERUMAHAN
SEKSI
OPERASIONAL JALAN &
JEMBATAN
SEKSI
SEKSI
PERALATAN
38
(2013)
d. Bagan Struktur Organisani Dinas Tata Kota & Kebersihan Kab. Halmahera Utara
KEPALA DINAS
SEKRETARIS
KELOMPOK JABATAN
FUNGSIONAL
BAGIAN UMUM DAN
KEPEGAWAIAN
BIDANG
PENATAAN KOTA
BIDANG
KEBERSIHAN
BIDANG
PERTAMANAN, PENERANGAN
SEKSI
PERTAMANAN & PENERANGAN
JALAN
SEKSI
SEKSI
TATA BANGUNAN
PENGELOLAAN KEBERSIHAN
SEKSI
TATA PERUMAHAN & REG
SEKSI
TRANSPORTASI & KEBERSIHAN
SEKSI
PENGELOLAAN PEMAKAMAN
KEPALA BADAN
SEKRETARIS
KELOMPOK JABATAN
FUNGSIONAL
SUBBAG KEUANGAN
SUBBAG
PROGRAM, EVALUASI &
PELAPORAN
BIDANG ANALISIS
DAMPAK
LINGKUNGAN
SUB BIDANG
ANALISA DAMPAK
LINGKUNGAN
SUB BIDANG
PERIZINAN
BIDANG PENGAWASAN,
BIDANG
BIDANG
PEMANTAUAN &
PENGENDALIAN LING
KELEMBAGAAN &
KAPASITAS
PENATAAN HUKUM
SUB BIDANG
PENGENDALIAN
KERUSAKAN &
PENCEMARAN
SUB BIDANG
PEMANTAUAN &
PEMULIHAN KUALITAS
LINGK
PENGEMBANGAN
KELEMBAGAAN
SUB BIDANG
PENYELESAIAN
SENGKETA
LINGKUNGAN
SUB BIDANG
SUB BIDANG
KAPASITAS
PRODUK HUKUM
SUB BIDANG
39